Pelaksanaan Pendapatan Asli Daerah

39 penyelenggaraan pemerintahan pada umumnya dan proses pengelolaan keuangan daerah khususnya. Dalam kerangka sistem penyelenggaraan pemerintahan terlihat bahwa sistem pengelolaan keuangan pada dasarnya merupakan sub- sistem dari sistem pemerintahan itu sendiri. Sebagaimana sistem keuangan negara yang diamanatkan dalam Pasal 23 ayat 5 Undang- Undang Dasar 1945, aspek pengelolaan keuangan daerah juga merupakan sub sistem yang diatur dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Dengan peraturan tersebut diharapkan terdapat keseimbangan yang lebih transparan dan akuntabel dalam pendistribusian, kewenangan, pembiayaan dan penataan sistem pengelolaan keuangan yang lebih baik dalam mewujudkan pelaksanaan otonomi daerah secara optimal sesuai dinamika dan tuntutan masyarakat yang berkembang. Sejalan dengan hal tersebut di atas pelaksanaan otonomi daerah tidak hanya dilihat dari kemampuan untuk memperoleh dana pembangunan yang diimbangi dengan instrumen atau sistem pengelolaan keuangan daerah yang mampu memberikan nuansa manajemen keuangan yang lebih adil, nasional, transparan, partisipatif dan bertanggung jawab sebagaimana yang diamanatkan oleh kedua Undang-undang tersebut. Secara khusus Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang 40 Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah telah menetapkan landasan yang jelas dalam penanganan, pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan daerah, antara lain memberikan kekuasaan dalam menetapkan produk pengaturan dan ketentuan tentang pokok-pokok pengelolaan keuangan daerah diatur dengan Peraturan Daerah. Sistem dan prosedur pengelolaan keuangan daerah diatur dengan Surat Keputusan Kepala Daerah sesuai degan Peraturan Daerah tersebut. Kepala Daerah menyampaikan laporan pertanggungjawaban keuangan daerah tersebut merupakan dokumen daerah sehingga dapat diketahui oleh masyarakat. Mengacu pada kedua Undang-undang tersebut, pedoman pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan daerah yang diatur dalam peraturan pemerintah ini bersifat umum dan lebih menekankan pada hal yang bersifat prinsip, norma, asas dan landasan umum dalam pengelolaan keuangan daerah. Sementara itu sistem dan prosedur pengelolaan keuangan secara rinci ditetapkan oleh masing-masing daerah. Kebhinekaan dimungkinkan terjadi sepanjang hal tersebut masih sejalan atau tidak bertentangan dengan Peraturan Pemerintah ini. Dengan upaya tersebut diharapkan Daerah didorong untuk lebih kreatif dan mampu mengambil inisiatif dalam perbaikan sistem dan prosedurnya serta meninjau kembali sistem tersebut secara terus menerus dengan tujuan memaksimalkan efisiensi dan efektivitas berdasarkan keadaan, kebutuhan dan 41 kemampuan setempat. Secara khusus Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 telah menetapkan landasan yang jelas dalam penataan pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan daerah, antara lain memberikan keleluasaan dalam penetapan produk pengaturan sebagai berikut: a. Ketentuan tentang pokok-pokok keuangan daerah sesuai dengan peraturan daerah. b. Sistem dan prosedur pengelolaan keuangan daerah diatur dengan Surat Keputusan Kepala Daerah. c. Kepala Daerah menyampaikan laporan pertanggung jawaban kepada DPRD mengenai keuangan daerah dari segi efisiensi dan efektivitas keuangan. d. Laporan pertanggungjawaban keuangan daerah tersebut merupakan dokumen daerah, sehingga dapat diketahui masyarakat. Salah satu fungsi kontrol yang dimiliki DPRD adalah melakukan pengawasan terhadap kinerja pemerintah daerah termasuk didalamnya menyangkut pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD. Dalam hal pengelolaan keuangan daerah, meskipun kepala daerah berwenang penuh dalam penyusunan dan pengelolaannya akan tetapi harus tetap melibatkan 42 DPRD, dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2013 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah bahkan disebutkan bahwa tanpa persetujuan dari DPRD rancangan APBD yang diajukan kepala Daerah tidak dapat dilaksanakan. Pengelolaan Keuangan Daerah Angaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD pada hakekatnya adalah suatu rencana keuangan tahunan Daerah dalam satuan rupiah, yang merupakan pedoman bagi pemerintah daerah dalam melakukan pengelolaan keuangan daerahnya. Komponen pendapatan terdiri dari Pendapatan Asli Daerah PAD dan dana perimbangan sedangkan komponen belanja daerah terdiri dari belanja rutin dan belanja pembangunan. Anggaran belanja rutin digunakan untuk mempunyai teknis operasional dalam rangka memberikan pelayanan kepada masyarakat publik survice sedangkan Anggaran Belanja Pembangunan dialokasikan untuk penyediaan infrastruktur baik yang berupa fisik maupun non fisik dalam rangka meningkatkan kinerja perekonomian daerah maupun aspek kehidupan lainnya. Dalam rangka otonomi daerah, pemerintah telah menerbitkan berbagai peraturan perundang-undangan baikyang berupa Undang-undang maupun Peraturan-peraturan Pemerintah PP. Salah satu dari peraturan pemerintah tersebut adalah Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2013 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. 43

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian hukum dengan pendekatan konseptual concept approach yaitu mencari mencari asas-asas, doktrin – doktrin dan sumber hukum dalam arti filosofis, sosiologis dan yuridis sebagai dasar argumen untuk memahami pentingnya pengaturan tanggung jawab sosial perusahaan dalam kaidah hukum positif serta untuk mengetahui hal-hal apa saja yang diatur di dalamnya. 21 Penelitian ini akan menentukan kaidah yang berlaku umum yang bersifat praktis dan fungsional dengan cara penguraian teleologis –konstruktif yaitu penggabungan antara ilmu hukum dengan filsafat hukum atau biasa disebut politik hukum. 22 Dalam rangka mendapatkan data yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti, maka penelitian ini akan dilakukan dengan metode penelitian sebagai berikut: a. Studi Lapangan Penelitian yang dilakukan dengan terjun langsung ke lokasi penelitian guna memperoleh data yang sesuai dengan kenyataan. b. Studi Kepustakaan 21 Mukti Fajar dan Yulianto Achma, 2007, Dualisme Penelitian Hukum, Yogyakarta, Cetak an I, Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, hlm. 25. 22 Soerjono Sukanto dan S Mamudji, tahun 1985 hlm. 5 44 Suatu teknik pengumpulan data dengan mempelajari bahan-bahan pustaka. Dengan metode ini penulisan mencari dan mempelajari bahan ilmiah yang berupa buku-buku literatur, majalah ataupun surat kabar yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti.

B. Bahan dan Data Penelitian

Studi Pustaka, yaitu dengan membaca dan mempelajari buku-buku dan peraturan perundang-undangan yang ada kaitannya dengan penelitian ini. Data dalam penelitian ini meliputi: a. Bahan Primer 1 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah. 2 Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. 3 Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. 4 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. b. Bahan Sekunder yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer, yang terdiri dari buku-buku literatur, makalah, hasil penelitian, artikel dan karya ilmiah lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini.

Dokumen yang terkait

Kebijakan Pemerintah Daerah Dalam Pengaturan Sumber Pendapatan Asli Daerah (Pajak Daerah dan Retribusi Daerah) Dalam Kerangka Otonomi Daerah (Studi pada Kabupaten Nias Barat)

0 65 130

Analisis Pengaruh Tingkat Kemandirian Fiskal, Pendapatan Asli Daerah Terhadap Indeks Pembangunan Manusia Melalui Belanja Modal Di Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara

1 30 114

Peranan Pengawasan Internal Dalam Penerimaan Pendapatan Retribusi Sebagai Pendapatan Asli Daerah Pemerintah Kabupaten Karo.

3 79 74

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan Transfer Pemerintah Pusat Terhadap Pendapatan Perkapita Masyarakat Kabupaten/Kota di Propinsi Sumatera Utara

0 46 84

Peranan Pajak Hotel Dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Medan

7 54 111

Peranan Pajak Hotel Dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (Pad) Pada Dinas Pendapatan Kota Medan

1 52 54

Upaya Pemerintah Daerah Kabupaten Probolinggo Dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dari Sektor Pajak Reklame (Studi di Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Probolinggo)

0 5 2

PERANAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI KABUPATEN Peranan Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Di Kabupaten Ekskaresidenan Banyumas.

0 1 14

PERANAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI KABUPATEN Peranan Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Di Kabupaten Ekskaresidenan Banyumas.

0 0 17

ANALISIS PERANAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DALAM RANGKA PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH DI KABUPATEN WONOGIRI.

0 0 14