Peranan Pengawasan Internal Dalam Penerimaan Pendapatan Retribusi Sebagai Pendapatan Asli Daerah Pemerintah Kabupaten Karo.

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM S-1 EKSTENSI MEDAN

SKRIPSI

PERANAN PENGAWASAN INTERNAL DALAM PENERIMAAN PENDAPATAN RETRIBUSI SEBAGAI PENDAPATAN

ASLI DAERAH PADA PEMERINTAH KABUPATEN KARO

Oleh:

NAMA : JAKA BARANTA BERAHMANA

NIM : 060522082

DEPARTEMEN : AKUNTANSI

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi


(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul:

“ Peranan Pengawasan Internal Dalam Penerimaan Pendapatan Retribusi Sebagai Pendapatan Asli Daerah Pemerintah Kabupaten Karo”

Adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul yang dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi level program S1 Ekstensi Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

Semua sumber data informasi yang diperoleh, telah dinyatakan denan jelas, benar apa adanya. Bila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas.

Medan, 28 Juni 2008 Yang Membuat Pernyataan

Jaka Baranta Berahmana


(3)

KATA PENGANTAR

Segala hormat, puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Kuasa, untuk setiap kasih dan kebaikanNya yang telah menyertai dan memampukan Penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan guna memenuhi gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara Medan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis menerima saran yang membangun dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini.

Dalam penulisan skripsi ini penulis mendapat banyak bimbingan, bantuan, serta dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Arifin Akhmad, M.Si, Ak., selaku Ketua Departemen Akutansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu DR. Erlina, SE, M.Si, Ak., selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak membantu dan memberikan pengarahan kepada Penulis dalam proses penyusunan dan penyelesaian skripsi ini.

4. Bapak Drs. Zainul Bahri Torong, M.Si, Ak., selaku Dosen Pembanding/ Penguji I dan Bapak Drs. Idhar Yahya, MBA, Ak., selaku Dosen Pembanding/ Penguji II.


(4)

5. Bapak Wakil Bupati Pemerintah Kabupaten Karo Ir. Nelson Sitepu , yang telah banyak membantu Penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

6. Bapak Kepala Dinas Pendapatan Pemerintah Kabupaten Karo dan Kepala Badan Pengawasa Pemerintah Kabupaten Karo, yang telah banyak membantu Penulis terkhusus dalam penyediaan data.

7. Kedua orangtua saya yang tercinta, untuk semua kasih sayang, perhatian, pengetian, dan dukungan doa-doanya bagi penulis.

8. Bapak tua Prof. Hemat R. Brahmana , Msc, Phd.,(alm) , dan mak tua yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan study dan juga skripsi ini baik secara moril maupun materi.

9. Bang Rayenda K.M.R., SE, Msc., yang telah membantu penulis didalam pengerjaan skripsi ini.

10. Teman-temanku Jurusan Akuntansi, Fauzi, Syapar, Rakuta, Widya, Reza, Zuina dan lain-lain yang tidak dapat Penulis sebutkan satu persatu. Terimakasih untuk semuanya.

Demikianlah skripsi ini disusun dengan segala keterbatasan Penulis, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihk yang memerlukannya.

Medan, 28 Juni 2008

Penulis

Jaka Baranta Berahmana


(5)

ABSTRAK

Pengawasan Internal dalam Penerimaan Pendapatan Retribusi merupakan salah satu dari Internal control yang dilakukan oleh susatu instansi Pemerintahan dalam mengawasi bagaimana penerimaan terhadap retribusi. Melalui pengawasan internal pemerintah dapat mengontrol bagaimana penerimaan pendapatan retribusi yang dikelola oleh Dinas-dinas, apakah pelaksanaan telah sesuai perencanaan yang telah ada. Penerimaan Pendapatan retribusi yang juga merupakan salah satu bagian dari Pendapatan Asli Daerah didalam pengelolaannya haruslah dikerjakan dengan efektif dan efisien agar didalam menerima pendapatan retribusi, hasil yang diperoleh oleh Pemerintah melalui pendapatan retribusi dapat diperoleh secara maksimal dan tidak berkurang sebagai salah saatu sumber Pendapatan yang dikelola oleh Daerah. Oleh karena itulah peranan pengawasan internal sangat diperlukan didalam penerimaan pendapatan retribusi apakah didalam penentuan tarif, pengukuran, penyetoran, pencatatan, pelaporannya telah dikerjakan dengan baik.

Metode penelitian berupa studi kasus yang menggunakan metode pendekatan deskriptif. Data yang digunakan adalah data sekunder dan data primer, dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara dan dokumentasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengawasan internal yang diterapkan oleh Badan Pengawas Pemerintah telah berjalan dengan efektif didalam melakukan pengawasan penerimaan pendapatan retribusi sebagai Pendapatan Asli daerah yang dikelola oleh Pemerintah Daerah.

Kata Kunci : Pengawasan Internal, Penerimaan Pendapatan Retribusi, Pendapatan Asli Daerah


(6)

ABSTRACT

Internal Control in Revenue of Retribution is one of Internal control was done by Government institution in control how to accept retribution. By government internal control can control how revenue of retribution was managed by on duty, does with the control has suitable with the plan? Revenue Of retribution which also is one part of the Earnings Of original area in management should done efficient and effective in order to receive earnings of retribution, the result that was received by government with retribution earning can get maximal and state, as one of earnings source that was controlled by area. In order to this condition, internal control really need in retribution earning receive, in tariff determination measurement, endorsement, record keeping have been done better.

Research method like study using descriptive approach method. Data which applied is primary and secondary data, with technique in data collecting by documentation and interview.

Research result indicate that internal control applied by Governmental control institution have been done effective in of revenue of retribution control as Earnings Of original area that managed by Local Government.

Keywords: Internal Control, Retribution Revenue Receive, Earnings of Original Area


(7)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN...i

KATA PENGANTAR...ii

ABSTRAK...iv

ABSTRACT...v

DAFTAR ISI...vi

DAFTARTABEL...ix

DAFTAR LAMPIRAN... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...1

B. PerumusanMasalah...3

C. TujuandanManfaatPenelitian... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.PendapatanAsliDaerah...5

1.PengertianPendapatan...5

2.PengertianPendapatanAsliDaerah... 6

3.Jenis-jenis Pendapatan asli daerah...7

a.PajakDaerah... 7

b.RetribusiDaerah...9

c.Hasil Pengelolaan KekayaanDaerah yang Dipisahkan...11

d. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah...11


(8)

1.Dasar Hukum Pemungutan Retribusi Daerah...13

2. Fungsi Undang-undang Dalam Pemungutan Pajak dan Retribusi Daerah...14

3.Pajak dan Retribusi Sebagai Penerimaan Daerah...15

C. Pengakuan dan Penghitungan Retribusi ...18

1. Pengakuan Retribusi ...18

2. Penghitungan Retribusi ...18

3.PelaporanRetribusi...19

D.PengertianPengawasanInternal...20

E. Ruang Lingkup dan Tujuan Pengawasan Intern Sektor Publik...23

1.Ruang Lingkup Pengawasan Intern Sektor Publik...23

2.Tujuan Pengawasan Internal Sektor Publik...23

F. KerangkaKonseptual...23

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian...25

B. Jenis Data...25

C. Teknik Pengumpulan Data...25

D. TeknikAnalisisData...26

E. TempatdanWaktuPenelitian...26

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN A.DataPenelitian...27


(9)

2.StrukturOrganisasi...31

3. Retribusi pada Pemkab Karo...34

a.Dasar Hukum Pemungutan Reribusi...34

b.Tarif Retribusi di Pemkab Karo...34

c. Cara Menghitung Retribusi di Pemkab Karo...39

d.Pengakuan retribusi di Pemkab Karo...40

e.Pengukuran Retribusi di Pemkab Karo...40

e.PemungutanRetribusidiPemkabKaro...41

f.Pencatatan Retribusi di Pemkab Karo...42

g.Pelaporan Retribusi di Pemkab Karo...43

4. Pengawasan Retribusi di Pemkab.Karo TerhadapRetribusi...44

a. Pengawasan Internal Oleh Badan Pengawas Pemerintah Karo...44

b.Hubungan Hirarki Bawasda Dengan Masing-masing Dinas Karo...45

c.Dasar Hukum Bawasda Dalam Melakukan Pengawasan... 45

B.Analisis Hasil Penelitian 1. Analisis Penerimaan Pendapatan Retribusi ...46

2. AnalisisTerhadap Peranan Pengawasan Intern dalam Penerimaan Pendapatan Retribusi...41

BAB V KESIMPILAN DAN SARAN A. Kesimpulan...57

B. Saran...58

DAFTARPUSTAKA...60 LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel No Judul Halaman

1.1 Laporan Realisasi Anggaran 6

2.1 Jenis-jenis Retribusi dan Dinas-dinas yang me


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran No Judul

1 Surat Izin Reseach/ survey dari Fakultas Ekonomi 2 Surat bukti Telah Selesai Melakukan Reseach

3 Struktur Organisasi Badan Pengawasa Pemerintah Kabupaten Karo

4 Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah Kabupaten Karo 5 Neraca Pemerintah Kabupaten Karo

6 Laporan Arus Kas Pemerintah Kabupaten Karo


(12)

ABSTRAK

Pengawasan Internal dalam Penerimaan Pendapatan Retribusi merupakan salah satu dari Internal control yang dilakukan oleh susatu instansi Pemerintahan dalam mengawasi bagaimana penerimaan terhadap retribusi. Melalui pengawasan internal pemerintah dapat mengontrol bagaimana penerimaan pendapatan retribusi yang dikelola oleh Dinas-dinas, apakah pelaksanaan telah sesuai perencanaan yang telah ada. Penerimaan Pendapatan retribusi yang juga merupakan salah satu bagian dari Pendapatan Asli Daerah didalam pengelolaannya haruslah dikerjakan dengan efektif dan efisien agar didalam menerima pendapatan retribusi, hasil yang diperoleh oleh Pemerintah melalui pendapatan retribusi dapat diperoleh secara maksimal dan tidak berkurang sebagai salah saatu sumber Pendapatan yang dikelola oleh Daerah. Oleh karena itulah peranan pengawasan internal sangat diperlukan didalam penerimaan pendapatan retribusi apakah didalam penentuan tarif, pengukuran, penyetoran, pencatatan, pelaporannya telah dikerjakan dengan baik.

Metode penelitian berupa studi kasus yang menggunakan metode pendekatan deskriptif. Data yang digunakan adalah data sekunder dan data primer, dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara dan dokumentasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengawasan internal yang diterapkan oleh Badan Pengawas Pemerintah telah berjalan dengan efektif didalam melakukan pengawasan penerimaan pendapatan retribusi sebagai Pendapatan Asli daerah yang dikelola oleh Pemerintah Daerah.

Kata Kunci : Pengawasan Internal, Penerimaan Pendapatan Retribusi, Pendapatan Asli Daerah


(13)

ABSTRACT

Internal Control in Revenue of Retribution is one of Internal control was done by Government institution in control how to accept retribution. By government internal control can control how revenue of retribution was managed by on duty, does with the control has suitable with the plan? Revenue Of retribution which also is one part of the Earnings Of original area in management should done efficient and effective in order to receive earnings of retribution, the result that was received by government with retribution earning can get maximal and state, as one of earnings source that was controlled by area. In order to this condition, internal control really need in retribution earning receive, in tariff determination measurement, endorsement, record keeping have been done better.

Research method like study using descriptive approach method. Data which applied is primary and secondary data, with technique in data collecting by documentation and interview.

Research result indicate that internal control applied by Governmental control institution have been done effective in of revenue of retribution control as Earnings Of original area that managed by Local Government.

Keywords: Internal Control, Retribution Revenue Receive, Earnings of Original Area


(14)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pertumbuhan organisasi, baik bisnis maupun non binis, sektor publik maupun swasta, serta perkembangan bidang ekonomi di abad modern telah melahirkan dunia usaha dengan tingkat persaingan yang tinggi, produk yang semakin berkualitas, dan juga teknologi informasi yang semakin beraneka ragam.

Sejalan dengan pesatnya perkembangan tersebut, organisasi dituntut untuk berusaha mengikuti setiap perkembangan yang terjadi untuk mencapai tujuannya, setiap organisasi tersebut mutlak memerlukan startegi yang dijabarkan dalam bentuk program atau aktivitas. Aktivitas organisasi dapat berjalan lancar apabila didukung oleh faktor-faktor produksi (sumber daya) yaitu alam, modal, tenaga kerja dan kewira usahaan.

Didalam tubuh setiap organisasi bisnis maupun non bisnis, sektor publik maupun swasta, peranan pengawasan internal sangat penting dalam mencapai tujuan organisasi. Organisasi sektor publik memiliki tujuan menjalankan kegiatannya ditengah-tengah roda perekonomian masyarakat secara efektif dan efisien. Aktivitas operasi organisasi yang telah didukung oleh faktor-faktor produksi yang memadai, tetap mempunyai kemungkinan terhambatnya aktivitas operasi. Oleh karena itu, diperlukan suatu pengawasan intern yang efektif untuk dapat mengatasinya. Menurut COSO ( Committee of Sponsoring Organization of The Treadway Commission), pengawasan intern adalah suatu proses, yang


(15)

dipengaruhi oleh aturan direksi, manajemen dan personalia lainnya, yang disusun untuk memberi jaminan yang berhubungan dengan pencapaian tujuan berikut ini : Efektivitas dan efisiensi operasi (kegiatan); Dapat dipercayainya (reliability) laporan keuangan; Kesesuaian dengan undang-undang yang ditetapkan dan aturan. Agar dapat tercipta pengawasan internal yang efektif, komponen-komponen pengawasan internal harus diterapkan dalam segala aktivitas organisasi. Menurut IAI dalam Standar Profesional Akuntan Publik (2001:SA Seksi 319 paragraf 07), pengawasan intern terdiri dari lima komponen yang saling terkait yaitu: Lingkungan Pengendalian, Penaksiran Risiko, Aktivitas pengendalian, Informasi dan Komunikasi, serta Pemantauan. Komponen pokok dari pengawasan intern adalah informasi dan komunikasi.Komunikasi yang lancar dan informasi yang berkualitas andal dan jauh dari kesalahan material, dapat dipakai dan diandalkan oleh pemakainya sebagai penyajian laporan yang jujur dan wajar.

Bila ditinjau dari sudut laporan penerimaan pendapatan asli daerah, pengawasan intern berperan dalam mencapai pengendalian yang baik, baik dalam ketepatan hitung, ketepatan waktu penyelesaian, ketepatan penggunaan, serta kewajaran dan kejujuran penyajian agar jauh dari penyelewengan dan pemborosan. Apabila suatu organisasi ingin mencapai pengawasan internal terhadap pendapatan asli daerah , tentunya setiap tahap dalam prosedur penerimaan pendapatan asli daerah harus dilakukan dengan efektif dan efisien, serta tidak luput dari peran komponen-komponen pengawasan intern.

Melalui pengawasan intern yang efektif atas pendapatan retribusi, maka penerimaan dan laporan pendapatan asli daerah pada Pemerintahan Kab. Karo


(16)

akan semakin dapat dipercaya. Dengan kata lain, pengawasan penerimaan pendapatan retribusi akan sangat tergantung kepada seberapa jauh Pemerintah Kab. Karo melaksanakan pengawasan intern yang efektif atas penerimaan pendapatan retribusi. Jika pengawasan intern atas pendapatan asli daerah terlaksana dengan efektif, maka penerimaan pendapatan retribusi semakin akurat, dan diyakini bahwa peranan pengawasan intern sangat penting untuk mencapai penerimaan pendapatan retribusi yang efektif dan benar.

Berdasarkan latar belakang, serta mengingat pentingnya peranan pengawasan intern yang diterapkan Pemerintah Kab. Karo untuk menciptakan laporan pendapatan retribusi yang terpercaya keakurasiannya, maka penulis tertarik untuk mengangkat hal tersebut dalam sebuah karya tulis ilmiah dalam bentuk skripsi, dengan judul “ Peranan Pengawasan Internal Dalam Penerimaan Pendapatan Retribusi Sebagai Pendapatan Asli Daerah Pada Pemerintah Kab. Karo”.

B. Perumusan Masalah

Sehubungan dengan latar belakang masalah yang sudah diuraikan sebelumnya, maka yang menjadi masalah utama dalam penelitian ini adalah:

“Apakah pengawasan internal yang diterapkan oleh Pemerintah Kab. Karo telah berjalan dengan efektif di dalam penerimaan pendapatan retribusi sebagai pendapatan asli daerah?”.


(17)

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Sejalan dengan rumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang peranan pengawasan intern yang diterapkan oleh Pemerintahan Kab. Karo dalam penerimaan pendapatan retribusi.

Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Bagi penulis, penelitian bermanfaat dalam memperluas wawasan dan pengetahuan tentang pengawasan intern.

2. Bagi Pemerintah Kab. Karo, penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumbangan pemikiran yang berguna untuk meningkatkan pengawasan intern atas pendapatan retribusi yang telah diterapkan selama ini.


(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A Pendapatan Asli Daerah 1. Pengertian Pendapatan

Pendapatan merupakan pos yang penting dari laporan keuangan dan mempunyai penggunaan yang bermacam-macam untuk berbagai tujuan. Penggunaan informasi pendapatan yang paling utama adalah untuk tujuan pengambilan keputusan, dan biasanya sebagai tolok ukur berhasilnya suatu organisasi atau instansi dalam mengelola sumber daya yang dimilikinya. Gade (2000:100) menyatakan” Pendapatan merupakan penambahan kas pemerintah pusat yang berasal dari berbagai sumber antara lain mencakup penerimaan pajak, cukai, penerimaan minyak, pendapatan yang berasal dari investasi, penerimaaan bantuan luar negeri dan pinjaman dalam negeri serta hibah”.

Pendapatan daerah yang berasal dari semua penerimaan kas daerah dalam periode anggaran menjadi hak daerah. Didalam hal ini kita dapat melihat bahwa pendapatan daerah diakui dan dicatat berdasarkan asas kas yaitu diakui dan dicatat berdasarkan jumlah uang yang diterima dan merupakan hak daerah. Pendapatan asli daerah adalah pendapatan yang diperoleh dari sumber sumber pendapatan daerah dan dikelola sendiri oleh pemerintahan daerah. Pendapatan asli daerah merupakan pendapatan yang diperolaeh dan digali dari potensi pendapatan yang ada di daerah.


(19)

Tabel 1.1 :

Laporan Realisasi Anggaran

Uraian Anggaran Realisai %

Pendapatan XXX XXX XXX

Pendapatan Asli Daerah XXX XXX XXX

Pendapatan Dana Perimbangan

XXX XXX XXX

Bagi hasil pajak dari Pem. Propinsi

XXX XXX XXX

Lain-lain pendapatan yang sah

XXX XXX XXX

Total Pendapatan XXX XXX XXX

2. Pengertian Pendapatan Asli Daerah

Pendapatan asli daerah merupakan pendapatan yang diperoleh dari sumber-sumber pendapatan daerah dan dikelola sendiri oleh pemerintahan daerah. Pendapatan daerah juga merupakan pendapatan yang diperoleh oleh pemerintah daerah dan digali dari potensi pendapatan yang ada di daerah. Dengan kata lain pendapatan asli daerah merupakan pendapatan yang diterima oleh pemerintah daerah atas segala sumber-sumber atau potensi yang ada pada daerah yang harus diolaholeh pemerintah daerah didalam memperoleh pendapatan daerah.


(20)

3. Jenis-jenis Pendapatan Asli Daerah

Menurut Undang-undang No. 34 Tahun 2004 (RI, 2004) tentang perimbangan keuangan negara atara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah membagi Pendapatan Asli Daerah 3 bagian yaitu :

1. Pajak Asli Daerah bersumber dari: a. Pajak Daerah

b. Retribusi Daerah

c. Hasil pengelolaan kekayaan Daerah yang dipisahkan d. Lain-lain PAD yang sah

2. Dana Perimbangan yaitu dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepala daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi

3. Lain-lain pendapatan daerah yang sah

a. Pajak Daerah

Pajak Daerah merupakan salah satu pendapatan yang memberi kontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah. Menurut Siahaan (2005:7) “pajak adalah pembayaran wajib yang dikenakan berdasarkan undang-undang yang tidak dapat dihindari bagi yang berkewajiban dan bagi mereka yang tidak mau membayar pajak dapat dilakukan paksaan. Dengan demikian, akan terjamin bahwa kas negara selalu berisi uang pajak. Sedangkan menurut pendapat ahli yang lain yaitu mengenai pajak daerah menurut Sunarto (2005:15) beliau menyatakan bahwa


(21)

pajak daerah merupakan pajak yang dikelola oleh pemerintah daerah, baik provinsi maupun kabupaten/kota yang berguna untuk menunjang penerimaan pendapatan asli daerah dan hasil penerimaan tersebut masuk di dalam APBD”. Didalam segi kewenangan pemungutan pajak atas objek di daerah, dibagi atas dua hal yaitu:

1. Pajak daerah yang dipungut oleh provinsi

2. Pajak daerah yang dipungut oleh Kabupaten atau kota.

1. Pajak daerah yang dipungut oleh provinsi

Pajak provinsi didalam kewenangan pungutannya terdapat pada pemerintah daerah provinsi. Didalam pajak provinsi jenis pajak tersebut ada beberapa jenis berdasarkan Undang-undang No. 34 tahun 2000, (RI, 2000) tentang Pajak Daerah adalah

(a) Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air

(b) Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di AtasAir. (c) Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor

(d) Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan.

2. Pajak daerah yang dipungut oleh Kabupaten/kota

Pajak Kabupaten/kota kewenangan pemungutan ada pada pemerintah daerah kabupaten atau kota . Jenis pajak kabupaten atau kota berdasarkan


(22)

Undang-undang No. 34 tahun 34 (RI, 2000) tentang Pajak Daerah ditetapkan sebanyak tujuh, yaitu:

(a) Pajak Hotel (b) Pajak Restoran (c) Pajak Hiburan (d) Pajak Reklame

(e) Pajak Penerangan Jalan

(f) Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C (g) Pajak Parkir

b. Retribusi Daerah

Penerimaan pemerintah daerah selain dari pajak daerah dan bagi hasi pajak pusat yang diperuntukkan ke pemerintah daerah berasal dari retribusi daerah. Akan tetapi, untuk retribusi tiap daerah memiliki potensi yang berbeda satu sama lan, untuk itu pemerintah daerah harus dapat melihat peluang apa saja yang dapat dilakukan dalam menggali penerimaan dari retribusi untuk menunjang penerimaan. Di dalam jenis pungutannya pajak dan retribusi tidaklah sama, perbedaannya ialah pada Take and Give. Pajak merupakan iuran wajib yang dibayarkan wajib pajak ke kas negara tanpa ada kontra prestasi langsung dan yang dapat dipaksakan serta memiliki sanksi yang tegas yang ditetapkan sesuai dengan undang-undang. Sedangkan retribusi menurut Siahaan (2005:5) “retribusi adalah pembayaran wajib dari penduduk kepada negara adanya jasa tertentu yang diberikan oleh negara bagi penduduknya secara perorangan”. Namun tidak semua jasa yang diberikan oleh pemerintah daerah dapat dipungut retribusinya. Tetapi, hanya jenis-jenis jasa tertentu yang menurut pertimbangan sosial-ekonomi layak dijadikan sebagai objek retribusi.


(23)

Menurut Undang-undang No. 18 Tahun 1997 (RI, 1997) menyebutkan bahwa “ retribusi daerah, yang selanjutnya disebut retribusi adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan pribadi atau badan’. Jasa tertentu atau jasa jasa khusus tersebut dikelompokkan ke dalam empat bagian yakni:

1. Retribusi jasa umum, yaitu retribusi atas jasa yang diberikan oleh pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan umum serta dapat dinikmati oleh orangpribadi atau badan. Jasa umum, antara lain pelayanan kesehatan, pelayanan kebersihan, retribusi parkir di tepi jalan umum, retribusi pelayanan pemakaman, penggantian biaya cetak KTP dan Akta pencatatan sipil. Yang tidak termasuk jasa umum yakni jasa urusan umum pemerintahan.

2. Retribusi jasa usaha, yaitu retribusi atas jasa yang disediakan oleh pemda dengan menganut prinsip komersial karena pada dasarnya disediakan oleh sektor swasta. Jasa usaha, antara lain penyewaan aset yang dimiliki/ diakui oleh pemerintah daerah, penyediaan tempat penginapan, usaha bengkel kendaraan, tempat pencucian mobil, penjualan bibit, retribusi pasar grosir,retribusi penginapan.

3. Retribusi Perizinan Tertentu, yaitu retribusi atas kegiatan tertentu pemerintah daerah dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, penggunaan sumber daya alam,


(24)

barang, prasarana, sarana atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan. Mengingat bahwa fungsi perizinan dimaksudkan untuk mengadakan pembinaan, pengaturan, pengadilan, dan pengawasan, maka pada dasarnya pemberian izin oleh pemerintah daerah tidak harus dipungut retribusi. Akan tetapi, untuk melaksanakan fungsi tersebut, pemerintah daerah mungkin masih mengalami kekurangan biaya yang tidak selalu dapat dicukupi dari sumber-sumber penerimaan daerah. Perizinan tertentu yang dapat dipungut retribusi, antara lain izin mendirikan bangunan, izin penggunaan tanah, retribusiizin trayek, retribusi izin Tempat Penjualan Miniman Beralkohol.

4. Retribusi Lain-lain, sesuai dengan Undang-undang No.34 tahun 2000 telah ditetapkan retribusi jasa umum, jasa usaha, dan juga retribusi perizinan tertentu. Sesuai dengan undang-undang tersebut daerah juga diberikan kewenangan untuk menetapkan jenis retribusi daerah lainnya yang dipandang sesuai dengan daerahnya, apakah ada potensi yang lain yang dapat dijadikan oleh pemerintah daerah sebagai retribusi.

c. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan

Penerimaan pendapatan daerah selain pajak dan retribusi ialah pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dimana didalam hal ini yang termasuk didalamnya ialah laba dari BUMD dan hasil kerja sama pemerintah daerah dengan pihak ketiga.


(25)

Penerimaan pendapatan daerah yang terakhir ialah melalui pendapatan daerah yang sah, dimana pendapatan tersebut meliputi:

1. hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan 2. Jasa giro

3. Pendapatan bunga

4. Keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing

5. Komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan dan/ atau jasa oleh Daerah.

Karena penulis tertarik meneliti tentang retribusi, maka penulis akan membahas secara khusus tentang penerimaan retribusi yang merupakan salah satu bagian dari Pendapatan Asli Daerah yang diberikan oleh pemerintah daerah kepada orang pribadi atau badan, didalam memperoleh pendapatan daerah melalui retribusi. Dalam hal ini pneliti ingin melakukan penelitian bagiamana pengawasan internal yang dilakukan oleh pemerintah daerah didalam penerimaan pendapatan retribusi. Apakah pengawasan internal yang dilakukan oleh pemerintah daerah didalam penerimaan pendapatan retribusi telah dapat efektif didalam penerimaan retribusi. Dan bagaimana hasil dari pengawasan internal yang dilakukan oleh pemerintah daerah didalam menghasilkan pendapatan retribusi sesuai dengan yang telah dianggarkan. Apakah melalui pengawasan internal yang dilaksanakan, peerimaan pendaptan retribusi telah sesuai dengan yang diharapkan sebagai salah satu pendapatan daerah yang memberikan kontribusi kepada Pendapatan Asli Daerah.


(26)

Istilah-istilah yang berkaitan dengan retribusi yaitu:

a. Wajib retribusi adalah orang atau badan yang menggunakan jasa yang diberikan oleh pemerintah daerah

b. Objek retribusi, menurut Kurniawan (2005:145) adalah berbagai jenis jasa tertentu yang disediakan oleh pemerintah daerah.

c. Subjek retribusi adalah setiap orang atau badan yang memperoleh jasa tertentu yang sediakan atau diberikan oleh pemerintah.

d. Tarif retribusi adalah nilai rupiah atau persentase tertentu yang ditetapkan untuk menghitung besarnya retribusi yang terutang. Besarnya tarif dapat dinyatakan dalam rupiah/unit tingkat penggunaan jasa.

e. Surat Ketetapan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat SKRD adalah surat keputusan yang menentukan besarnya jumlah retribusi yang terutang. f. Surat Setoran retribusi daerah yang disebut juga SSRD adalah surat yang

digunakan oleh wajib retribusi untuk melukan pembayaran atau penyetoran retribusi yang terutang ke Kas Daerah atau tempat lain yang ditetapkan oleh Kepala Daerah.

B. Retribusi Sebagai Pendapatan Asli Daerah 1. Dasar Hukum Pemungutan Retribusi Daerah

a. Undang – Undang Nomor 7 tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Kabupaten – Kabupaten Dalam Lingkungan Daerah Provinsi Sumatra Utara.


(27)

b. Undang – Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, yang diundangkan di Jakarta dan mulai berlaku sejak tanggak diundangkan yaitu 23 Mei 1997.

c. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1997 tentang Retribusi Daerah. d. Undang – Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah.

e. Undang – Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan Undang – Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi daerah. UU ini berlaku sejak tanggal 20 Desember 2000.

f. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah, yang diundangkan di Jakarta dan mulai berlaku sejak tanggal 13 September 2001.

2. Fungsi Undang-undang dalam Pemungutan Pajak dan Retribusi Daerah Didalam melakukan pemungutan retribusi undang-undang memiliki fungsi untuk menertibkan pungutan-pungutan di daerah baik melalui Peraturan Daerah (Perda) maupun dasar hukum yang lain selain Perda. Oleh karena itu untuk mengefektifkan dan mengefefisienkan Penerimaan Asli Daerah maka diterbitkan undang-undang Pajak Daerah dan Retribusi Asli Daerah 1997. Selain untuk mengefisienkan dan mengefektifkan penerimaan tersebut, penertiban ini juga berfungsi untuk mencegah atau menghilangkan pungutan-pungutan di daerah yang diman hal ini tentu dapat meresahkan para investor, pungutan yang lebih besar pungutannya dari pada pemasukannya, serta menghilangkan pungutan yang dapat meresahkan masyarakat, mengganggu kenyamanan/menimbulkan rasa ketidak adilan, oleh karena itu undang-undang ini berfungsi “memberikan


(28)

jaminan” bahwa pemangkasan pungutan-pungutan tersebut tidak akan menurunkan PAD tiap-tiap daerah.

3. Pajak dan Retribusi Sebagai Penerimaan Daerah

Penetapan pajak dan retribusi daerah sebagai sumber penerimaan daerah ditetapkan dengan dasar hukum yang kuat, yaitu dengan undang-undang, khususnya undang-undang tentang pemerintahan daerah maupun tentang perimbangan keuangan antara pusat dan daerah. Penetapan tentang pajak dan retribusi daerah dari awal kemerdekaan hingga saat ini dapat dilihat pada berbagai undang-undang berikut ini:

a. Undang-undang No. 48 Tahun 1948 tentang Pemerintahan Daerah menetapkan yang menjadi pendapatan daerah adalah:

1. Pajak daerah, termasuk juga retribusi; 2. Hasil perusahaan daerah;

3. Pajak negara yang diserahkan kepada daerah;

4. Pendapatan lain-lain, meliputi pinjaman, subsidi, macam-macampenjualan barang-barang milik daerah penyewaan barang milik daerah, dan lain-lain. b. Undang-undang No. 32 tahun 1956 tentang Perimbangan Keuangan antara

Negara dengan Daerah-daerah yang Berhak Mengurus Rumah Tangganya Sendiri menetapkan menjadi pendapatan pokok dari daerah ada lima kelompok yaitu:


(29)

2. Retribusi daerah

3. Pendapatan yang diserahkan kepada daerah 4. Hasil perusahaan daerah

5. Dalam hal-hal tertentu kepada daerah dapat diberikan ganjaran, subsidi. c. Undang-undang No. 18 tahun 1965 tentang Pokok-pokok Pemerintahan

Daerah menetapkan bahwa sumber keuangan daerah adalah: 1. Hasil perusahaan daerah dan sebagian hasil perusahaan negara; 2. Pajak daerah;

3. Retribusi daerah;

4. Pajak negara yangdiserahkan kepada daerah; 5. Bagian dari hasil pajak pemerintah pusat; 6. Pinjaman; dan

7. Lain-lain hasil usaha sesuai dengan kepribadian nasional

d. Undang-undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan daerah dan Undang-undang No. 25 Tahun 1999 tentnag perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan daerah menetapkan bahwa untuk melaksanakan otonomi daerah, khususnya asas desentralisasi, pemerintah daerah memiliki sumber penerimaan dari empat kelompok yaitu:

1. Pendapatan asli daerah, yaitu penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, meliputi:


(30)

b. hasil retribusi daerah;

c. hasil perusahaan milikdaerah an hasil pengelolaan kekayaan daerah lainnya yang dipisahkan, antara laba, dividen, dan penjualan saham milik daerah d. Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah, antara lain hasil penjualan aset

tetap daerah dan jasa giro

2. Dana perimbangan, yaitu dana yang bersumber dari penerimaan APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk membiayai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.

3. Pinjaman daerah, yaitu semua transaksi yang mengakibatkan daerah menerima sejumlah uang dari pihak lain sehingga daerah tersebut dibebani kewajiban untuk membayar kembali, tidak termasuk kredit jangka pendek yang lazim terjadi dalam perdagangan.

4. lain-lain penerimaan yang sah, anatara lain hibah atau penerimaan dari daerah provinsi atau daerah kabupaten/kota lainnya, dana darurat, dan penerimaan lainya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

e. Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang No. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusatdan Daerah menetapkan bahwa penerimaan daerah dan pembiayaan. Pendapatan Daerah bersumber dari tiga kelompok yaitu:

1. Pendapatan Asli Daerah (PAD), yaitu pendapatan yang diperolehdaerah dan dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan, meliputi:


(31)

a. Pajak daerah;

b. Retribusi daerah, termasuk hasil dari pelayanan badan layanan umum daerah

c. hasil pengelolaan kekayaan pisahkan d. lain-lain PAD yang sah

2. Dana Perimbangan, yaitu dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepadadaerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.

3. Lain-lain pendapatan daerah yang sah.

C. Pengakuan dan Penghitungan Retribusi 1. Pengakuan Retribusi

Sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan nomor 02 Paragraf 22 tentang Realisasi Anggaran (Komite Standar Akuntansi Pemerintahan, 2005) menyatakan bahwa pendapatan diakui pada saat diterima pada Rekening Kas Umum Daerah. (Komite Standar Akuntansi Pemerintahan,2005) tentang realisasi anggaran menyatakan pendapat bahwa pendapatan diklasifikasikan menurut jenis pendapatan. Karena retribusi merupakan salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah maka Retribusi diakui pada sat diterima pada Rekening Kas Umum Daerah.

2. Penghitungan Retribusi

Didalam menghitung retribusi maka besarnya retribusi yang dibayar oleh orang pribadi atau badan tergantung jenis retribusi apa yang yang ia gunakan atau


(32)

pakai. Dalam perhitungan retribusi, perhitungannya disesuaikan dengan jenis retribusi yang digunakan sesuai dengan tingkatan tarf yang berbeda, karena masing-masing retribusi memiliki tarif yang berbeda dan tingkatan yang berbeda. Cara perhitungan retribusi:

Besarnya retribusi daerah yang harus dibayar oleh orang pribadi atau badan yang menggunakan jasa yang bersangkutan dihitung dari perkalian antara tarif retribusi dan tingkat penggunaan jasa dengan rumus berikut ini:

3. Pelaporan Retribusi

Pelaporan retribusi dilaporkan dalam Laporan Keuangan dan Peraturan yang mengatur secara umum tentang pelaporan terhadap retribusi terdapat dalam pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan Nomor 1 Paragraf 8 tentang pennyajian Laporan keuangan (Komite Standar Akuntansi Pemerintahan, 2005) menyatakan bahwa: “Unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau lebih entitas akuntansi yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban berupa laporan keuangan”.

Secara spesifik, tujuan pelaporan keuangan pemerintah adalah untuk menyajikan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan dan untuk menunjukkan akuntabilitas entitas pelaporan atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya dengan menyediakan informasi mengenai posisi sumber daya ekonomi, kewajiban, dan ekuitas dana pemerintahan. Laporan keuangan disajikan sekurang-kurangnya sekali dalam satu tahun. Retribusi merupakan bagian dari


(33)

Pendapatan Asli Daerah dan merupakan bagian dari pos Laporan keuangan dan disajikan dalam Laporan Keuangan Pemerintah.

a. Laporan Realisasi Anggaran

Menyajikan Ikhtisar sumber, alokasi, dan pemakaian sumber daya ekonomi yang dikelola oleh pemerintah pusat/daerah, yang menggambarkan perbandingan antara anggaran dan realisasinya dalam satu periode laporan. b. Neraca

Menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas dana pada tanggal tertentu.

c. Laporan ArusKas

Menyajikan informasi kas sehubungan dengan aktivitas operasional investasi aset non keuangan, pembiayaan dan transaksi non anggaran yang menggambarkan saldo awal penerimaan, pengeluaran, dan saldo akhir kas pemerintah pusat/daerah selama periode tertentu

d. Catatan ats Laporan Keuangan

Meliputi penjelasan naratif atau rincian dari angka yang tertera dalam Laporan Realisasi Anggaran, Neraca dan laporan Arus kas menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 tahun 2005 yang mengatur tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.


(34)

Pengertian Pengawasan Intern (internal control) telah mengalami perkembangan dari tahun ke tahun. Definisi pengendalian intern—Kerangka Kerja Terpadu menurut COSO “ Internal Control to Enhance Corporate Governance”. Oleh Steven J. Roat (1998:118) sebagai berikut :

Internal Control is a process, effected by an entity’s boan of diretors, management and other personnel, design to provide reasonable assurance regarding to achievement of objectives in the following categories :

Effectiveness and efficiency of operation Reliability of financial reporting

Complience with lows and regulatins

Dari definisi di atas, laporan COSO menekankan secara khusus pada konsep-konsep dasar kemudian dikembangkan oleh Bambang Hartadi (1999:81) yaitu sebagai berikut:

 Pengawasan intern adalah suatu proses. Artinya menjadi alat mencapai tujuan yang terdiri dari rangkaian tindakan dan menyatu dalam infrastuktur lembaga/perusahaan.

 Pengawasan intern dipengaruhi orang. Hal ini tak hanya menyangkut pedoman kebijakan dan formulir, tetapi orang-orang pada setiap level organisasi, termasuk dewan direksi, manajemen dan lainya.

 Pengawasan intern dapat diharapkan memberi jaminan yang beralasan (rationale), bukan jaminan mutlak (absolut), karena ada batasan-batasan yang melekat pada pengawasan intern.

 Pengawasan menjadikan penggerak pencapaian tujuan dalam laporan keuangan kesesuaian dan operasi.


(35)

Definisi pengawasan intern pada umunya mempunyai tujuan yang sama. Pengertian pengawasan intern menurut IAI (2001 : SA Seksi 319 paragraf 06), yaitu:

“Pengawasan intern adalah suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen, dan personel lain entitas yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini: (a) keandalan pelaporan keuangan, (b) efektivitas dan efisiensi operasi, dan (c) kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku”.

Dari definisi pengawasan intern yang telah disebutkan di atas dapat disimpulkan bahwa definisi tersebut tidak jauh berbeda dengan pengertian pengawasan intern lainnya. Pengertian pengawasan intern tersebut di atas berlaku baik dalam organisasi bisnis, maupun non bisnis, yang mengolah informasinya secara manual, dengan mesin pembukuan maupun komputer. Namun Pengawasan internal pada sektor pemerintahan menurut Baswir (2000:124) menyatakan pengawasan internal adalah pengawasan yang dilakukan oleh aparat pengawasan yang berasal dari lingkungan internal organisasi pemerintah.

Bila ditinjau lebih lanjut, pengawasan internal dapat dipilah menjadi pengawasan internal dalam arti sempit, dan pengawasan internal dalam arti luas. Pengawasan internal dalam arti sempit adalah pengawasan internal yang dilakukan oleh aparat pengawas yang berasal dari lingkungan internal departemen atau Lembaga Negara yang diawasinya. Dengan demikian, dalam pengawasan internal dalam arti sempit ini, baik aparat pengawas maupun pihak yang diawasi, sama-sama bernaung dibawah pimpinan menteri atau Ketua Lembaga Negara


(36)

yang sama. Sedangkan pengawaan internal dalam arti yang luas adalah pengawasan yang dilakukan oleh aparat pengawasan yang berasal dari lembaga khusus pengawasan, yang dibentuk secara internal oleh pemerintah atau negara atau lembaga eksekutif. Tujuan utama dari pengawasan internal dalam arti luas ini tidak hanya melakukan tindakan verifikasi, melainkan juga dimaksudkan untuk membantu pihak yang diawasi dalam menunaikan tugasnya secara lebih baik. E. Ruang Lingkup dan Tujuan Pengawasan Internal Sektor Publik 1. Ruang Lingkup Pengawasan Intern Sektor Publik

Pengawasan intern sektor publik difokuskan pada perilaku. Pemahaman pentingnya pengawasan intern sektor publik menyebabkan perlunya pendalaman tentang pengawasan intern itu sendiri. Pengawasan intern sektor publik dapat diinterpretasi sebagai proses pelaksanaan keputusan. “Manajemen pengawasan sektor publik dapat didefinisi sebagai proses yang mengarahkan organisasi sektor publik pada pola aktivitas dalam kerangka lingkungan yang berubah, atau proses untuk memotivasi dan memberi informasi sektor publik” (Indra Bastian,2001:56).

2. Tujuan Pengawasan Internal Sektor Publik

Tujuan pengawasan intern yang ingin dicapai oleh organisasi sektor publik menurut Indara Bastian (2001:54), yaitu:

a. Untuk melindungi harta/aktiva organisasi dan pencatatan pembukuannya. Aktiva organisasi sektor publik bisa dicuri, dirusak, atau disalah gunakan secara sengaja atau tidak sengaja. Demikian juga untuk aktiva tidak nyata, seperti dokumen penting, surat berharga, dan catatan keuangan. Pengendalian intern dibentuk untuk mencegah atau menemukan aktiva yang hilang dan catatan pembukuan pada saat yang tepat.

b. Mencegah kecermatan dan keandalan data akuntansi. Manajemen harus memiliki data akuntansi yang dapat diakui kecermatanya untuk


(37)

melaksanakan operasi. Pengendalian intern dapat mencegah dan menemukan kesalahan pada saaat yang tepat.

c. Pengendalian dalam organisasi ditujukan untuk menghindari pekerjaan berganda yang tidak perlu. Hal ini mencegah pemborosan terhadap semua aspek usaha termasuk pencegahan terhadap penggunaan sumber dana yang tidak efisien.

d. Mendorong ditaatinya kebijakan manajemen yang telah ditetapkan. Manajemen menyususn prosedur dan peraturan untuk mencapai tujuan organisasi

Tujuan Pengawasan internal juga dapat kita simpulkan yaitu mengamati apa yang sebenarnya terjadi membandingkan dengan apa yang seharusnya terjadi dengan masalah untuk secepatnya melaporkan penyimpangan atau hambatan kepada pimpinan/ penanggung jawab fungsi/ kegiatan yang bersangkutan agar dapat diambil tindakan yang korektif yang perlu. Pengawasan bukan ditujukan untuk mencari-cari kesalahan atau cari siapa yang salah.

Tujuan utama pengawasan adalah untuk memahami apa yang salah demi perbaikan di masa datang, dan mengarahkan seluruh kegiatan dalam rangka pelaksanaan dari pada suatu rencana sehingga dapat diharapkan suatu hasil yang maksimal. Pengawasa Internal selain melakukan tinadakan verifikasi juga dimaksudkan untuk membantu pihak yang diawasi dalam menunaikan tugasnya secara lebih baik.


(38)

D. Kerangka Konseptual

BAB III Pemerintah Kab.karo

Dinas Dinas Dinas Dinas Dinas Bawasda

Laporan Pendapatan retribusi

Pengawasan internal

Bagian Keuangan


(39)

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian lapangan dalam bentuk studi kasus dan meneliti secara langsung dengan mendatangi objek penelitian yaitu Pemerintah Kab. Karo. Hal ini bertujuan untuk memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan.

B. Jenis Data

a. Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari objek penelitian, dimana data ini memerlukan pengolahan lebih lanjut. Misalnya cara perhitungan besarnya retribusi , kebijakan pemerintah tentang besarnya tarif retribusi.

b. Data sekunder, yaitu data yang disusun oleh perusahaan dimana data tersebut merupakan data yang telah jadi yang dibuat oleh prusahaan.

C. Teknik Pengumpulan Data

a. Teknik Wawancara, yaitu melakukan tanya jawab secara langsung dengan pihak-pihak tertentu pada perusahaan terutama bagian akuntansi.

b. Teknik Dokumentasi, yaitu pengumpulan data yang bersifat teoritis yang dilakukan melalui beberapa buku bacaan yang berhubungan dengan


(40)

penulisan skripsi ini seperti buku-buku, undang-undang, dan tulisan ilmiah yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

D. Teknik Analisa Data

Dalam penelitian ini penulis menganalisa data yang diperoleh dengan menggunakan Metode Deskriptif yaitu data-data yang diperoleh dijelaskan dengan kata-kata yang sistematis sehinga penelitian ini dapat terungkap secara objektif. Sedangkan menurut Indrianto (2002:26) menyatakan bahwa “ Penelitian Deskriptif atau Descriptive Research adalah penelitian terhadap masalah-masalah berupa fakta-fakta saat ini dari suatu populasi”.

E. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Pemerintah Kab. Karo, yang berlokasi di Jl. Jamin Ginting kabanjahe. Penelitian dilakukan sejak bulan April sampai dengan selesai.


(41)

BAB IV

ANALISIS HASIL PENELITIAN

A. Data Penelitian

1. Gambaran Umum Pemkab. Karo

Didalam pemerintahan Kab. Karo sesuai dengan kewenangan yang dimiliki oleh Pemerintah Kabupaten Karo dan juga berdasar atas undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang pemerintahan daerah, maka dengan peraturan daerah inidibentuk oerganisasi Dinas –dinas Daerah Kabupaten sebagai berikut:

a. Dinas Pekerjaan Umum b. Dinas Kesehatan c. Dinas Pendapatan

d. Dinas Perindustrian,Perdagangan, Pertambangan dan Energi e. Dinas Kehutanan dan Lingkungan Hidup

f. Dinas Pertanian, Peternakan, Perikanan dan Perkebunan g. Dinas Koperasi, Penanaman Modal dan ukm

h. Dinas Perhubungan

i. Dinas Kebersihan dan Pertamanan

j. Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi k. Dinas Pariwisata Seni dan budaya

l. Dinas Pendidikan Nasional

m. Dinas Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat n. Dinas Pertanahan


(42)

Didalam melakukan tugasnya masing-masing dinas berada di bawah dan dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah Kabupaten. Dinas yang memiliki fungsi sebagai penerima pendapatan daerah ialah Dinas Pendapatan, berikut dijelaskan Fungsi Dinas-dinas dalam melakukan pemungutan retribusi

1. Fungsi Dinas-dinas pada Pemerintah Kab. Karo

a. Pelaksana penyusun rencana dan program peningkatan pendapatan asli daerah sertapengembangan, pemantauan danpengendalian operasional pemungutan pajak dan retribusi.

b. Pelaksanaan pendaftaran, pendatan registrasi dan pemeriksaaan objek pejak dan retribusi.

c. Pelaksanaan pemeriksaaan dokumen pajak dan retribusi pajak untuk penyajian data.

d. Pelaksanaan penetapan, perhitungan dan penerbitan surat ketetapan pajak danretribusi.

e. Penyelenggaraan pembukuan, penerimaan dan penagihan pajak dan retribusi.

f. Pelaksanaan pembinaan sumber penghasilan Pendapatan Asli Daerah yang terdiri atas pajak dan retribusi dan pelaksanaan pengelolaan sumber-sumber lainya.

g. Pelayanan dan bimbingan terhadap masyarakat wajib pajak dan wajib retribusi


(43)

h. Pengelolaan administrasi umum meliputi ketatausahaan, keuangan, kepegawaian, perlengkapan, organisasi dan ketatalaksanaan Dinas. i. Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diperintahkan oleh atasan.

2. Jenis-jenis Retribusi yang dikelola pada Dinas-dinas Pemerintah Kabupaten Karo

Didalam pengelolaannya retribusi dikutip dan dipungut oleh beberapa Dinas yang ada di Kabupaten karo,adapun Dinas melakukan pemungutan retribusi yakni:

Tabel 2.1:

Jenis-jenis Retribusi dan Dinas-dinas yang mengelola pada Pemerintah Kab. Karo

No Dinas-dinas yang mengelola Jenis-jenis Retribusi a Sekretariat Daerah Kabupaten * Retribusi Pelayanan Pengabuan Mayat

* Retribusi Izin Mendirikan Bagunan *Retribusi Izin Tempat Penjualan

Minuman Beralkohol

* Retribusi Izin Gangguan/HO

* Retribusi Izin Usaha Jasa Konstruksi

b Dinas Pendapatan * Retribusi Pelayanan Pasar

* Retribusi Pemakain Kekayaan Daerah c DINAS Pertanian * Retribusi Rumah Potong Hewan

* Retribusi Vaksinasi Ternak * Retribusi Pengobatan Ternak

* Retribusi Jasa Usaha Penjualan Produksi daerah

d Dinas perindustrian, Perdagangan, Pertambangan


(44)

dan Energi

e Rumah Sakit Umum * Retribusi Pelayanan Kesehatan

f Dinas Pekerjaan Umum * Retribusi Jasa Usaha Pemakaian Kekayaan daerah

* Retribusi izin mendirikan bangunan * Retribusi galian, pemotongan jalan

dan galian C

g Dinas Perhubungan * Retribusi Pelayanan Parkir di tepi jalan umum

* Retribusi Jasa Usaha pemakaian kekayaan daerah

* Retribusi jasa usaha terminal * Retribusi ijin trayek

h Dinas Kebersihan Pertamanan * Retribusi pelayanan persampahan i Badan Kependudukan, Catatan

Sipil, KB dan Keluarga sejahtera

* Retribusi penggantian biaya cetak dan akte sipil

J Dinas Pariwisata, Seni, dan Budaya

* Retribusi Jasa usaha pemakaian kekayaan daerah

* Retribusi Jasa usaha tempat rekreasi dan olah raga

* Retribusi izin usaha pariwisata

Pajak dan Retribusi yang dipungut oleh beberapa Dinas dan Departememn tersebut selanjutnya disetorkan kepada Bendahara Penerima umum pada Dinas Pendapatan Kabupaten Karo. Bendahara Penerima pada Dinas Pendapatan Kabupaten Karo mencatat Penerimaan Kas dan memberi buktiPenerimaan Kas Kapada Dinas yang Menyetor Pajak dan Retribusi.

Dalam Pencatatan transaksi penerimaan dan pengeluaran kas, Dinas Pendapatan kabupaten karo tidak menggunakan jurnal tetapi mencatat dalam Buku Penerimaan dan Pengeluaran Kas. Pajak dan retribusi yang dikelola oleh Dinas Pendapatan dilaporkan sekali dalam satu tahun dalam bentuk Laporan Realisasi Anggaran dan Laporan Realisasi Anggaran tersebut diserahkan ke


(45)

Bagian Keuangan Sekretariat Daerah Kabupaten Kari di Kantor Bupati. Sedangkan Retribusi yang dikelola oleh Dinas-dinas yang lain, Dinas Pendapatan membuat Laporan Realisasi Penerimaan dan Penyetoran Uang yang dilaporkan setiap bulan ke Bagian Keuangan Sekretariat Daerah kabupaten Karo di Kantor Bupati. Laporan Pertanggung jawaban masing-masing dinas harus diserahkan kepada BagianKeuangan Sekretariat Daerah Kabupaten Karo, karena Laporan Pertanggungjawaban tersebut akan dikonsolidasi, dan akan dihasilkan satu laporan keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Karo.

2. Struktur Organisasi

a) Struktur Organisasi Dinas Pendapatan

i. Struktur organisasi Dinas Pendapatan Teridiri dari: 1) Kepala Dinas

2) Bagian Tata Usaha 3) Bidang

4) Sub Bagian 5) Seksi

6) Jabatab Fungsional 7) UPT Dinas

b. Bagian Tata Usaha: 1) Sub BagianKeuangan

2) Sub Bagian Umum dan Perlengkapan c. Bidang Pendataan dan Penetapan terdiri atas:


(46)

1) Seksi Pemeriksaan, Pendataan Pajak dan retribusi 2) Seksi Penetapan, Pengawasan Pajak dan Retribusi d. Bidang Penagihan terdiri atas:

1) Seksi Perhitungan, Penagihan, dan Pelaporan Pajak dan Retribusi

2) Seksi Verifikasi, Retribusi dan Penyelesaian Keberatan Pajak dan Retribusi

e. Bidang Pasar terdiri atas:

1) Seksi Penata Binaan dan Pemngembangan Pasar 2) Seksi Pembukuan dan Retribusi

f. Bidang Pendapatan Dana Bagi Hasil dibagi atas:

1) Seksi penatausahaan bagi Hasil Pajak dan Retribusi serta Pendapatan lain-lain

2) Seksi Legalisasi, Pembukuan dan Benda Berharga

b. Badan Pengawas Pemerintah Kabupaten Karo ( Bawasda)

Badan pengawas daerah merupakan badan yang melakukan pengawasn terhadap dinas-dinas yang pada pemerintah kab.karo,. Struktur organisasi Badan Pengawas Kabupaten Karo disusun berdasarkan Perda No.5 tahun 2004 tentang Susunan Organisasi dan Lembaga Teknis Daerah, didalam aturan tersebut ditetapkan bahwa Badan Pengawas bertanggungjawab kepada Bupati Karo.

Susunan struktur Organisasi badan Pengawas KabupatenKaro dapat diuraikan sebagai berikut:


(47)

1. Kepala Badan

2. Bagian tata usaha membawahi 2 Sub Bagian

2.1 Sub Bagian Umum, Perlengkapan, Keuangan, dan kepegawaian 2.2 Sub Bagian Program, evaluasi dan pelaporan

3. Bidang Pemerintahan, Aparatur, Agraria, Keuangan, dan Pendapatan Daerah membawahi 2 sub Bidang yaitu:

3.1 Sub Bidang Pemerintahan, kelembagaan, Aparatur, kesbag, dan Linmas 3.2 Sub Bidang Pengelolaan, Keuangan, Anggaran, Retribusi, dan

Pendapatan lain-lain

4. Bidang Perlengkapan, Kekayaan Daerah dan BUMD membawahi 2 Sub Bidang yaitu:

4.1 Sub Bidang Perlengkapan, Peralatan , Kekayaan Daerah dabn BUMD 4.2 Sub Bidang Koperasi, Pariwisata, Perdagangan, Pertambangan dan Energi 5. Bidang Pembangunan, Perekonomian dan Kesejahteraan sosial membawahi 2

Sub Bidang yaitu :

5.1 Sub Bidang Pertanian, Kehutanan, Perkebunan, Perikanan, Peternakan, Lingkungan Hidup, Pembangunan Daerah dan PU

5.2 Sub Bidang pemerintahan Desa/ Kelurahan, pendidikan, Tenaga Kerja, Pemberdayaan perempuan dan Kesehatan


(48)

3. Retribusi Pada Pemerintah Kab. Karo a. Dasar Hukum Pemungutan Retribusi

Didalam elakukan pungutan Retribusi Pemerintah Kabupaten Karo mempunyai dasar hukum yang mengatur pemugutan terhadap retribusi. Dasar Hukum yang mengatur pemungutan retribusi antara lain

1. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah otonom Kabupaten-kabupaten Dalam Lingkungan Daerah Provinsi Sumatera Utara.

2. Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak daerah dan retribusi daerah. Dan Perubahannya Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang pajak dan retribusi daerah.

3. Undang-undang Nomor 22 tahun 1997 tentang Pemerintahan Daerah. 4. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1997 tentang retribusi daerah. Serta Peraturan-peraturan Daerah (Perda) yang dibuat atau disusun oleh Pemerintah Kabupaten Karo sebagai dasar hukum dalam melakukan pemungutan retribusi untuk masing-masing jenis retribusi yang dupungut dan dikelola oleh masing-masing Dinaas yang megelola retribusi tersebut.

b. Tarif Retribusi

Didalam menetapkan tarif,Pemerintah kabupaten karo menetapkan tarif sesuai dengan bagaimana jasa yang akan digunakan sesuai dengan ukuran dan pemanfaatan terhadap fasilitas yang akan digunakan oleh pribadi atau badan. Dibawah ini dapat dilihat dua tarif retribusi yang merupakan bagian dari retribusi yang ada pada pemerintah Kabupaten Karo


(49)

1) Tarif Retribusi Pasar

Struktur besarnya tarif retribusi diukur berdasrkan jenis fasilitas, luas dan lama pemakaian fasilitas pasar. Besarnya tarif retribusi ditetapkan sebagai berikut: a) Losd Kelas I Rp. 3.500/m2/hari b) Losd Kelas II Rp. 2.500/m2/hari c) Losd Kelas III Rp. 1.000/m2/hari d) Losd Kelas IV Rp. 500/m2/hari e) Lapangan terbuka yang dibatui Rp. 1.500/m2/hari f) Lapangan terbuka lantai tanah Rp. 1.000/m2/hari g) Kios dan stand di kota Kabanjahe dan Berastagi Rp. 3.000/m2/bulan h) Tempat pemberhentian kenderaan (parkir)

pada lokasi pasar:

- Mobil barang jenis truk Rp. 2000/sekali parkir - Mobil barang jenis pick up, bus umum Rp. 1000/sekali parkir -Kereta lembu/kerbau atao sado Rp. 500/sekali parkir - Beca barang/ kereta sorong dan kendaraan

Roda dua Rp. 500/sekali parkir j) Pengoperasian timbangan dilokasi pasar

sayur mayur dan buah

- Pasar Berastagi, Kabanjahe dan tigapanah Rp. 4.000/hari/buah - Diluar pasar kabanjahe, Berastagi, dan Tiga

Panah Rp. 2000/hari/buah

2) Tarif retribusi Izin Mendirikan Bangunan

Penetapan jumlah retribusi izin mendirikan bangunan didasarkan atas luas bangunan bertingkat atau tidak, serta letak bagunan dan besarnya uang sempadan ditetapkan untuk:

a) Kota Kabanjahe, Berastagi, Ibukota kecamatan dan sepanjang jalan umum di Kabupaten karo serta tempat lain ditetapkan sebagai berikut:

i) Bangunan rumah tempat tinggal (biasa dan bertingkat)  Permanen (lux) Rp. 1300/m2

 Permanen Rp. 1100/m2


(50)

 Permanen (lux) bawah Rp. 1300/m2  Permanen(lux) atas Rp. 1400/m2  Permanen bawah Rp. 1000/m2  Permanen atas Rp. 1100/m2  Semi permanen bawah Rp. 800/m2  Semi permanen atas Rp. 900/m2

ii) Bangunan perdagangan /pertokoan(biasa dan bertingkat)  Permanen (lux) Rp. 1400/m2

 Permanen Rp. 1250/m2

 Semi permanen Rp. 1100/m2  Permanen (lux) bawah Rp. 1400/m2  Permanen (lux) atas Rp. 1500/m2  Permanen bawah Rp. 1250/m2  Permanen atas Rp. 1350/m2  Semi permanen bawah Rp. 1000/m2  Semi permanen atas Rp. 1000/m2

iii) Bangunan Industri/ gudang/ Hotel /bungalow/ villa penginapan dan sejenisnya (biasa dan bertingkat)

 Permanen (lux) Rp. 1500/m2

 Permanen Rp. 1300/m2

 Semi Permanen Rp. 1100/m2  Permanen (lux) bawah Rp. 1500/m2


(51)

 Permanen (lux) atas Rp. 1600/m2  Permanen bawah Rp. 1300/m2  Permanen atas Rp. 1400/m2  Semi permanen bawah Rp. 1000/m2  Semi permanen atas Rp. 1000/m2

iv)Bangunan umum lainnya seperti Pendidikan /kantor/ Tugu, adat, peribadatan dan sejenisnya (biasa dan bertingkat)

 Permanen (lux) Rp. 900/m2

 Permanen Rp. 800/m2

 Semi permanen Rp. 500/m2  Permanen (lux) bawah Rp. 900/m2  Permanen (lux) atas Rp. 1000/m2  Permanen bawah Rp. 700/m2  Permanen atas Rp. 800/m2  Semi permanen bawah Rp. 500/m2  Semi permanen atas Rp. 600/m2

b) Diluar kota kabanjahe, Berastagi, ibukota Kecamtan dan sepanjang umum di Kabupaten Karo serta di Desa-desa yang telah ditetapkan dengan surat Keputusan Bupati karo adalah sebagai berikut:

i) Bangunan rumah tempat tinggal (biasa dan bertingkat)  Permanen (lux) Rp. 900/m2

 Permanen Rp. 800/m2


(52)

 Permanen (lux) bawah Rp. 900/m2  Permanen (lux) atas Rp. 1000/m2  Permanen bawah Rp. 700/m2  Permanen atas Rp. 800/m2  Semi permanen bawah Rp. 500/m2  Semi permanen atas Rp. 600/m2

c) Biaya bangunan Pagar Permanen (lux) untuk kota Kabanjahe, Berastagi, Ibukota Kecamatan, jalan Protokol dan desa-desa yang ditetapkan dengan Surat Keputusan Bupati Karo adalah:

i) Pagar permanen (lux) : 1,50% dari biaya pagar ii) Pagar permanen : 1.00% dari biaya pagar iii) Pagar semi permanen : 0.50% dari biaya pagar d) Biaya penggunaan pagar Permanen (lux) untuk di luar kota Kabanjahe,

Berastagi, Ibukota Kecamatan, Jalan Protokol, dan desa-desa yang ditetapkan dengan Surat Keputusan Bupati karo adalah:

i) Pagar permanen (lux0 : 0.75% dari biaya pagar ii) Pagar permanen : 0.50% dari biaya pagar iii) Pagar semi permanen : 0.25% dari biaya pagar e) Seperti Pembangunan sebagai berikut di bawah ini:

i) tangki Air ii) Tangki minyak iii) Tiang listrik


(53)

iv) Tower

Di kota Kabanjahe, berastagi, Ibukota kecamatan dan jalan Protokol dikenakan biaya izin banguna sebesar 0,50% dari anggaran bangunan tersebut. Dan untukdaerah lain yang ditetapkan dengan Surat Keputusan Bupati Karo adalah sebesar 0.30% dari anggaran bangunan tersebut. Jika pemilik tidak mematuhi ketentuan yang diatur dalam Perda Nomor 30 tahun 2001, maka Kepala Daerah atau Pejabat yang dihunjuk dapat membongkar seluruhnya atau sebagian bangunan tersebut atas biaya dan resiko ditanggung pemilik bangunan.

c. Cara Menghitung Retribusi di Pemkab. Karo

Dalam melakukan pemungutan retribusi di Pemerintah Kab. Karo ,jumlah besarnya retribusi yang ditagih atau diterima dari pribadi atau badan dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

Pemerintah Kabupaten Karo menghitung besarnya tarif retribusi yang telah ditetapkan dalam Perda dan mengalikannya dengan tingkat jasa yang digunakan oleh pribadi atau badan.

Contoh:

Iwan berencana ingin membangun sebuah rumah dengan 2 lantai dengan type permanen (lux) bawah sedangkan lantai 2 hanya permana biasa di Jalan Upah Tendi Sebayang No. 12 kabanjahe. Luas bangunan yang akan dibangun dan telah diukur oleh Dinas PekerjaanUmum adalah 100m2. Dan iwan mengurus izin


(54)

Mendirikan Bangunan ke bagian Tata Pemerintahan Sekretariat Daerah kabupaten Karo. Maka Bagian Tata Pemerintahan Setda Kabupaten Karo menghitung besarnya retribusi Izin Mendirikan Bangunan :

100 m2 luas lantai 1 x Rp 1300 = Rp. 130.000 100 m2 luas lantai 2 x Rp 1100 = Rp. 110.000

Rp. 230.000

d. Pengakuan Retribusi di Pemkab. Karo

Retribusi sebagai salah satu sumber Pendapatan asli Daerah pada Kabupaten Karo akan diakui apabila telah diserahkan oleh subjek Retribusi ke kas Daerah. Seluruh Pajak dan Retribusi yang dikumpulkan di Dinas Pendapatan disetorkan ke Bnedahara Umum Kas Daerah Kabupaten Karo paling lambat 3 hari atau jikaKas yang diterima cukup besar maka Bnedahara penerima menyetor langsung pajak dan retribusi ke Bendahara Umum Kas Daerah atau dapat juga disetorkan ke Bank dengan nomor rekening Kas Daerah atas nama Bendahara Umum Kas Daerah. e. Pengukuran Retribusi di Pemkab.Karo

Pengukuran atas retribusi yang dilakukan oleh pemerintah kabupaten karo dalam memungut besarnya tarif yang digunakan oleh orang pribadi atau badan ialah dengan mengalikan seberapa besar tingkat jasa yang digunakan atau fasilitas yang digunakan. Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur besarnya tarif retribusi didasarkan kepada tujuan atas biaya-biaya yang dibutuhkan atau dperlukan didalam penyelenggaraan atau penyediaan jasa yang diberikan oleh pemerintah terhadap orang pribadi atau badan. Biaya-biaya tersebut bertujuan untuk menutupi biaya yang diperlukan dalam pemberian fasilitas jasa-jasa yang


(55)

diberikan. Sehingga melaui biaya–biaya tersebut pemerintah menentukan pengukuran seberapa besar biaya retribusi yang ditetapkan didalam menggunakan jasa-jasa tersebut.

f. Pemungutan Retribusi di Pemkab Karo

Pemungutan retribusi yang dilakukan di pemerintah Kabupaten karo dipungut dengan menggunakan Surat Ketentuan Retribusi Daerah (SKRD) atau dokumen lain yang dipersamakan dan wajib retribusi menggunakan Surat SetoranRetribusi Daerah untuk melakukan pembayaran atau penyetoran retribusiterutang ke kas daerah. Didalam pembayaran atau penyetoran terhadap retribusi pemerintah daerah menetukan tanggal jatuh tempo ialah paling lama 30 hari saat telah terutang. Kepala daerah atas PermohonanWajib Retribusi setelah memenuhi persyaratan yang ditentukan dapat memberikan persetujuan kepada wajib retribusi untuk mengangsur atau menunda pembayaran retribusi dengan dikenakan bunga sebesar 2% setiap bulan. Dalam pemungutannya, objek dan subjek masing-masing retribusi tidaklah sama.Masing-masing retribusi memiliki objek dan subjeknya masing-masing, oleh karena itulah didalam penentuan besarnya tiap-tiap retribusi tidak sama jumlah besarnya.

g. Pencatatan Retribusi di Pemkab. Karo

Pencatatan yang dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Karo terhadap retribusi dicatat pada saaat kas diterima pada Kas Daerah Kabupaten Karo, dengan nomor perkiraan tiap-tiap retribusi adalah sebagai berikut:

1 1 2 Retribusi daerah


(56)

1 1 2 02 Retribusi pelayanan persampahan /kebersihan 1 1 2 04 Retribusi pengganti biaya cetak dan akte sipil 1 1 2 06 Retribusi pengabuan mayat

1 1 2 07 Retribusi pelayanan parkir di tepi jalan umum 1 1 2 08 Retribusi pasar

1 1 2 13 Ret. Jasa usaha pemakaian kekayaan daerah 1 1 2 16 Sewa alat berat

1 1 2 18 Retribusi Usaha jasa terminal 1 1 2 20 Retribusi rumah potong hewan

1 1 2 22 Retribusi jasa usaha tempat rekreasi dan olah raga 1 1 2 23 Ret. Jasa usaha pemakaian kekayaan daerah 1 1 2 24 Retribusi Izin usaha pariwisata

1 1 2 26 Retribusi izin mendirikan bangunan

1 1 2 26 Retribusi izin mendirikan bangunan pengawasan 1 1 2 29 Retribusi izin tempat penjualan minuman beralkohol 1 1 2 30 Retribusi izin gangguan/ HO

1 1 2 31 Retribusi izin trayek

1 1 2 32 Retribusi izin usaha jasa kontruksi 1 1 2 33 Retribusi vaksin ternak

1 1 2 34 Retribusi pengobatan ternak

1 1 2 35 Retribusi jasa usaha penjualan produksi daerah

1 1 2 36 Retribusi galian, pemotongan jalan untuk pemasangan dan sejenisnya/ galian C


(57)

1 1 2 37 Retribusi usaha pemakaian jalan kabupaten 1 1 2 39 Retribusi izin usaha kecil

Didalam pencatatan retribusi, pencatatan yang dibuat oleh Pemkab Karo tidak menggunakan jurnal melainkan menggunakan sistem tata buku ayat tunggal atau lebih dikenal dengan nama single entry.

j. Pelaporan Retribusi di Pemkab. Karo

Laporan yang dihasilkan dalam melaporkan retribusi ialah dalam bentuk Laporan Realisasi Penerimaan Kas dan penyetoran Uang. Laporan ini Realisasi Penerimaan kas dan Penyetoran Uang ini berisi tentang laporan pajak dan retribusi yang dikelola oleh oleh dinas-dinas yang terkait dengan pengelolaan pajak dan retribusi. Laporan tersebut menunjukkan nomor pekiraan pajak dan retribusi, jumlah penerimaan pajak dan retribusi serta jumlah penyetoran ke kas Daerah Kabupaten karo yang telah terealisasi pada bulan ini dan bulan lalu.

Pelaporan Penerimaan dan penyetoran uang yang dilaporkan sebulan sekali tepatnya dilaporkan pada bulan berikutnya, dan laporan tersebut diberikan kepadfa bagian keuangan sekretariat daerah untuk selanjutnya disusun menjadi laporan keuangan konsolidasi dari masin-masing dinas.

Pajak dan retribusi, yang dikelola oleh dinas lain diserahkan kepada Dinas Pendapatan, dan laporan tersebut akan dilaporkan dalam sebulan sekali. Sedangkan laporan realisasi Anggaran untuk Pajak dan realisasi yang yang dikelola oleh masing-masing Dinas dilaporkan sekali dalam setahun.


(58)

4. Pengawasan Internal di Pemkab. Karo Terhadap Retribusi

a. Pengawasan Internal oleh Badan Pengawasan Pemerintahan Kab. Karo Pengawasan internal yang dilakukan pemerintah kabupaten karo terhadap penrimaan pendapatan retribusi dilakukan oleh Badan Pengawas Pemerintah Karo (Bawasda). Bawasda melakukan pengasan terhadap dinas-dinas yang mengelola pnerimaan retribusi. Selain bawasda, pada masing-masing dinas juga dilakukan pengawasan. Dimana didalam pengawasan ini dilakukan oleh masing-masing kepala Dinas, pengawasan yang dilakukan oleh kepala Dinas tersebutnya ialah Pengawasan Melekat (Waskat). Namun Pengawasan yang paling utama dilakukan oleh Bawasda.

Didalam pelaksanaan tugasnya Bawasda mela memeriksa penerimaan dan juga kegiatan operasional masing-masing Dinas dalam pengelolaan retribusi. Pengawsan yang dilakukan oleh Pengawas Pemerintah Kabupaten karo terhadap retribusi ialah apakah retribusi telah sesuai dengan tarif yang ditetapkan, bagaimana pemungutan retribusi yang dilakukan oleh masing-masing Dinas, dan pelaporan pendapatan retribusi yang dibuat oleh masing-masing dinas dan apakah telah sesuai dengan Standar Akuntasni Pemerintahan. Selain di dinas badan pengawasan pemerintah karo juga melakukan pengawasan ke Bagian KeuanganSekretariat Daerah terhadap laopran Realisasi pendapatan retribusi yang diserahkan oleh masing masing Dinas.


(59)

b. Hubungan Hirarki Badan Pengawas Pemerintah Karo dengan masing-masing Dinas

Dalam melakukan pengawasan yang dilakukan oleh Badan Pengawas Pemerintah Karo, hubungan hirarkinya denga Dinas-dinas yang ada pada pemerintah Kab. Karo adalah sejajar. Karena baik Bawasda maupun Dinas-dinas yang ada di pemerintah Kabupaten Karo, sama-sama berada di bawah Sekretariat Daerah Kabupaten (Sekda). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Bawasda memiliki kedudukan yang sama di dalam pemerintahan dengan kantor-kantor Dinas yang lain, namun peran bawasda ialah untuk melakukan pengawasan dan pemeriksaan terhadap kegiatan yang dilakukan oleh Dinas-dinas dalam melakukan kegiatannya terutama terhadap penerimaan pendapatan yang dikelola oleh masing-masing Dinas.

c. Dasar Hukum Badan Pengawas Pemerintah Kabupaten Karo (BAWASDA) dalam Melakuakan Pengawasan.

Didalam melakukan tugasnya sebagai badan yang melakukan pengawasan pada Pemerintah Kabupaten Karo, Bawasda memiliki dasar hukum didalam melakukan tugasnya. Dasar Hukum Bawasda dalam melakukan tugasnya yakni:

 Keppres No. 74 Tahun 2001

 Peraturan Pemerintah (PP) No. 79 tahun 2005


(60)

B. Analisis Hasil Penelitian 1. Analisis Penerimaan Retribusi a. Pengakuan Retribusi

Retribusi merupakan salah satu jenis dari Pendapatan Daerah yang dikelola oleh pemerintah daerah. Dalam penrimaannya, retribusi yang merupakan salah satu Pendapatan Asli Daerah diakui pada saat retribusi tersebut diterima pada Rekening Kas Umum Daerah. Apabila retribusi telah diterima oleh Bagiaan Kas Umum Daerah maka retribusi telah diakui menjadi Pendapatan Asli Daerah. b. Tarif Retribusi

Dalam penentuan tarif retribusi yang dipungut, pemerintah mengatur besarnya tarif didalam Peraturan daerah sebagai dasar hukum didalam besarnya tarif yang dipungut. Sehingga dengan adanya Perda untuk masing-masing retribusi, maka retribusi akan dipungut sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh pemerintah untuk masing-masing retribusi.

c. Pengukuran retribusi

Dalam melakukan pengukuran retribusi yang dipungut oleh pemerintah Kabupaten karo, besarnya retribusi yang terutang oleh pribadi atau badan yang menggunakan jasa atau perizinan atau fasilitas tertentu, maka pemerintah kabupaten karo mengalikan teaif dengan tingkat jasa yang digunakan oleh pribadi atau badan tersebut.

d. Pemungutan Retribusi

Pemungutan yang dilakukan oleh Pemerintah Kab. Karo dilakukan Oleh Dinas-dinas yang mengelola masing-masing retribusi. Dinas melakukan pemungutan


(61)

sesuai dengan objeknya dan tarif serta pengukuran yang telah diatur di dalam Perda masing-masing untuk tiap-tiap retribusi. Namun didalam hal pemungutannya ada retribusi yang tidak dipungut langsung olehdinas melainkan oleh pihak ketiga, dimana pihak ketiga tersebut memperoleh hak pungutannya dengan melakukan tender kepada dinas yang mengelola retribusi tersebut. Retribusi yang dipungut oleh pihak ketiga adalah Retribusi Jasa Usaha Pemakaian Kekayaan daerah ( Tempat rekreasi) dimana dalam hal ini ialah gerbang masuk ke daerah tempat wisata yang akan dituju oleh para pengunjung. Sedangkan Retribusi yang lain yang juga di pungut oleh pihak ketiga ialah Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum. Pelaporan atas penerimaan kedua retribusi ini dilaporkan kepada masing-masing Dinas yang mengelola retribusi tersebut. Sedangkan untuk retribusi yang lain, pemungutannya dilakukan oleh Masing-masing Dinas yang bertanggung jawab terhadap retribusi tersebut.

e. Penyetoran Penerimaan Retribusi

Pelaporan dan penyetoran yang dilakukan oleh masing-masing Dinas terhadap hasil penerimaan retribusi yaitu pada saat retribusi itu diterima atau pada hari itu yang samaa saaat penerimaan. Dinasa akan menyerahkan uang atau penerimaan retribusi ke Bank Daerah melalui rekening Kas umum Daerah dan selanjutnya Bank akan memberikan buti setoran yang akan diserahkan oeh Masing-masing dinas yang mengelola Retrtibusi untuk diserahkan kepada Dispenda dan dicatat serta diakui sebagai pendapatan Daerah setelah dilaporkan ke bendahara Umum Daerah pada Kas umum Daerah.


(62)

f. Pencatatan Retribusi

Karena Retribusi merupakan bagian dari pendapatan asli daerah, sehingga di dalam pencatatannya retribusi tersebut dilakukan dengan menggunakan sistem tata buku berpasangan atau double entry dan dasar pencatatan Cash Basic. Dimana pendapatan atas retribusi diakui pada saat retribusi diterima pada Rekening Kas Umum Daerah. Dalam pencatatannya masing-masing retribusi dicatat dengan nomor-nomor perkiraan untuk masing-masing retribusi. Pencatatn perkiraan-perkiraan buku besar pendapatan dimulai sejak Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), alokasi anggaran, realisasi sampai dengan penutupan pada akhir tahun anggaran. Jurnal-jurnal berikut ini untuk mencatat transaksi pendapatan, sejak anggaran disetujui oleh DPRD sampai pada Jurnal penutup:

i. Pada saat anggaran pendapatan disetujui/ disahkan oleh DPRD Nama Perkiraan

Estimasi Pendapatan xxx

Surplus/Defisit Tahun Pelaporan xxx

ii. Dengan diterbitkannya alokasi anggaran maka anggaran pendapatan dialokasikan kepada dinas terkait dengan jurnal

Nama Perkiraan

Estimasi Pendapatan yang dialokasikan (Dinas) xxx


(63)

iii. Pada saaat realisasi yaitu pada saat kas diterima dan dibukukan olehBendaharawan Umum Daerah (Kas Daerah) sebagai berikut

Nama Perkiraan

Kas di Kas Daerah xxx

Pendapatan xxx

iv. Pada saat terjadi pengembalian pendapatan yang terjadi baik pada tahun anggaran berjalan maupun periode tahun anggaran berikutnya, seperti adanya restitusi pajak daerah, maka Dinas Pendapatan akan menjurnal sebagai berikut:

Nama Perkiraan

Pendapatan xxx

Kas di Kas aerah xxx

v. Jurnal Penutup Perkiraan pendapatan pada akhir tahun anggaran dilakukan sebagai berikut:

aa. Bila Realisasi pendapatan melampaui estimasi anggaran Nama Perkiraan

Pendapatan xxx

Estimasi Pendapatan yang dialokasikan xxx (Dinas atau Unit Organisasi Setingkat)

Surplus/Defisit Tahun Pelaporan xxx Alokasi Estimasi Pendapatan xxx


(64)

Estimasi Pendapatan

ab. Bila realisasi pendapatan lebih rendah dari estimasi/anggaran Nama Perkiraan

Estimasi Pendaptan xxx

Surplus /Defisit Tahun Pelaporan xxx

Estimasi pendapatan yang dialokasikan xxx Alokasi Estimasi Pendapatan xxx

Estimasi Pendapatan xxx

g. Pelaporan Retribusi

Pendapatan disajikan sebesar nilai anggaran dan realisasnya dalam Realisasi Anggaran. Pendapatan dinilai berdasarkan nilai realisasinya yaitu sejumlah uang yang diterima oleh Bendarawan Umum Daerah dalam tahun anggaran berjalan. Didalam melakukan pembukuan pendapatan, harus dilaksanakan berdasarkan azas bruto dan tidak diperbolehkan mencatat jumlah nettonya. Secara spesifik tujuan dari pelaporan keuangan pemerintah adalah untuk menyajikan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan dan juga untuk menunjukkan akuntabilitas pelaporan atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya dengan

i. Menyediakan informasi mengenai posisi sumber daya ekonomi, kewajiban, dan ekuitas dana pemerintah.

ii. Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi sumber daya ekonomi, kewajiban, ekuitas dana pemerintah


(65)

iii. Menyediakan informasi mengenai ketaatan realisasi dan penggunaan sumber daya ekonomi.

iv. Menyediakan informasi mengenai cara entitas pelaporan mendanai aktivitasnya dan memenuhi kebutuhan kasnya.

v. Menyediakaninformasi mengenai potensi pemerintah untuk membiayai penyelenggaraan kegiatan pemerintahan.

vi. Menyediakan Informasi yang berguna untuk mengevaluasi kemampuan entitas pelaporan dalam mendanai aktivitasnya.

2. Analisis Peranan Pengawasan Internal Dalam Penerimaan Pendapatan Retribusi.

a. Prosedur yang dilakukan Bawasda dalam melakukan pengawasan Prosedur yang dilakukan Bawasda didalam melakukan pengawasan terhadap dinas ialah, hal pertama yang dilakukan Bawasda sebelum melakukan pemeriksaan , auditor Bawasda melapor kepada Dinas-dinas yang akan diperiksa. Setelah auditor Bawasda melapor, maka akan ditetapkan kapan pemerikasaan akan dilakukan. Setelah tanggal pemeriksaan atau pengawasan ditetapkan maka peneriksaan akan segera dilaksanakan sesuai dengan tanggal tersebut. Setelah bawasda melakukan pemeriksaan maka Bawada akan Melaporkan hasil dari temuan-temuan yang mereka berikan dan selanjutnya memberikan saran-saran perbaikan atas kelemahan atau kekurangan yang ada pada masing-masing dinas didalam melakukan tugas nya untuk mengelola pendapatan yang mereka terima.


(66)

b. Pengawasan Bawasda terhadap Penenerimaan Pendapatan Retribusi Pengawasan internal yang dilakukan bawsda terhadap penerimaan pendapatan retribusi dilakukan pada masing-masing Dinas yang mengelola retribusi tersebut. Bawasda juga melakukan pengawasan pada Bagian Keuangan Serkretariat Daerah terhadap Laporan Realisasi Anggaran terhadap Retribusi yang dilaporkan masing-masing Dinas ke bagian Keuangan Sekretariat daerah telah sesuai dengan yang ada pada masing-masing dinas.

Didalam melakukan tugasnya Bawasda memeriksa apakah penerimaan retribusi yang dilakukan oleh masing-masing Dinas telah sesuai dengan tarif, pengukuran yang telah diatur dalma Perda untuk masing-masing retribusi. Bawasda juga memriksa bagaimana kegiatan operasional pemungutan retribusi, apakah kinerja yang dilakukan oleh masing-masing dinas efektif,efisien dan ekonomis didalam memperoleh pendapatan retribusi sebagai Pendapatan Asli Derah dapat diperoleh secara maksimal dan menghasilkan surplus dari apa yang telah dianggarkan. Agar pendapatan daerah yang diharpkan untuk diterima tidak berkurang. Pengawasan internal yang diliakukan oleh bawasda juga memeriksa bagaimana anggaran yang telah dibuat terhadap penerimaan pendapatan retribusi dengan realisasi penerimaan pendapatan retribusi. Jika terjadi defisit maka bawqasda akan memeriksa lebih detail apa yang menyebabkan sehingga terjadinya defisit didalam penerimaan pendapatan retribusi yang dilaksanakan oleh dinas yang mengelolanya. Dan apa yang membuat sehingga terjadi defisit didalam penerimaan pendapatan retribusi tersebut.


(67)

c. Pengaruh Badan Pengawasan Internal dalam Melakukan Pengawasan terhadap Penerimaan Pendapatan Reribusi

Pengawasan yang dilakukan oleh Badan Pengawasan Pemerintah Kab. Karo memiliki peran yang sangat penting didalam penerimaan pendaptan retribusi, melalui pengawasan internal yang dilakukan oleh Bawasda Dinas mendapatkan saran-saran perbaikan atas kelemahan ataupun kekurangan mereka didalam mengelola pendapatan retribusi. Agar untuk kedepannya dinas yang mengelola retribusi atau pendapatan daerah yang lainnya dapat memperbaharui atau memperbaiki kinerja mereka didalam mengelola pendapatan pajak dan retribusi. Agar pendapatan daerah yang diharapkan untuk diterima tidak berkurang.

d. Hasil Pengawasan Internal yang Dilakukan Bawasda Terhadap Penerimaan Pendapatan Retribusi

Setelah Bawasda melakukan pengawasan atau pemeriksaaan ke Dinas-dinas , hasil yang diberikan Bawasda kepada Sekretariat Daerah atau Sekda ialah Laporan Hasil Pemeriksaan. Didalam laporan tersebut Bawasda akan memberikan tentang apa saja temuan yang mereka peroleh didalam melakukan pemeriksaaan dan apa saja kelemahan apa saja yang mereka temukan. Pengawasan internal yang dilakukan oleh bawasda juga memeriksa bagaimana anggaran yang telah dibuat terhadap penerimaan pendapatan retribusi dengan realisasi penerimaan pendapatan retribusi. Jika terjadi defisit maka bawasda akan menelusuri apa yang menyebabkan hingga terjadi defisit, dimana kelemahan-kelemahan yang ada dan


(1)

6 Jan 2006 Estimasi Pendapatan Rp. 30.000.000

Surplus/ Defisit Tahun Pelaporan Rp. 30.000.000 Jurnal Pada saat anggaran pendapatan dialokasikan kepada Dinas Pendapatan

9 Jan 2006 Estimasi Pendapatan yang dialoksikan Rp. 2.000.000 (Dinas Pendapatan)

Alokasi Estimasi Pendapatan Rp. 2.000.000

Pada Saat realisasi yaitu pada saat kas diterima dari dinas Pendapatan Kab. Karo dan dibukukan oleh Bendaharawan Umum Kas Daerah (Kas Daerah) dijurnalsebagai berikut:

9 Feb 2006 Kas di Kas Daerah Rp. 300.000

Retribusi Pelayanan Pasar Rp. 300.000

Jurnal Penutup pada saat realisasi pendapatan pada akhir periode Rp.1.500.000

31 Des 2006 Pendapatan Rp.1.500.000 Defisit tahun Pelaporan 500.000

Estimasi Pendapatan yang dialokasikan Rp.2.000.000

Alokasi Estimasi Pendapatan Rp. 2.000.000


(2)

b) Pengawasan Internal Yang dilakukan terhadap Kejadian tersebut ialah: Badan Pengawas Pemerintah memeriksa Pendapatan retribusi yang dikelola oleh Dinas Pendapatan pada akhir periode, kemudian Bawasda meemeriksa laporan pendapatan atas retribusi yang mereka kelola. Bawasada memeriksa Laporan realisai pendapatan retribusi apakah trjadi surplus atau defisit dari yang telah dianggarkan dalam estimasi pendapatan.Bawasda juga memriksa apakah didalam kegiatan operasional yang dilakukan Dinas Pendapatan telah sesuai dengan Peraturan Pemerintah Daerah terhadap retribusi. Dimana dalamPerda tersebut telah ditetpkan tentang tari, pengukuran, pemungutan terhadap retribusi dan bagaimana kinerja yang dilakukan oleh Dinas Penda[atan Dalam Melakukan Pemungutan Retribusi Pelayanan Pasar. Jika terjadi Defisit seperti pada kasusu di atas Badan pengawas akan membuat laporan tas termuan yang mereka dapatkan dalam laporan Hasil Pemeriksaan dan selanjutnya Bawasda akan memberikan saran-saran untuk perbaikan atas kelemehan atau kelemehan yang ada pada Dinas Pendapatan dalam melakukan pemungutan retribusi. Agar kedepannya nanti didalam melakukan Pemungutan retribusi, Penerimaan Pendapatan retribusi yang dikelola oleh Dinas Pendapatan terhadap Retribusi Pelayanan Pasar yang merupakan salah satu bagian dari pendapatan retribusi dan juga bagian dari Pendapatan Asli Daerah tidak lagi defisit melainkan menjadi surplus.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian pada bab sebelumnya penulis menarik kesimpulan tentang bagaimana perana pengawasan internal dalam penerimaan pendapatan retribusi sebagai pendapatan asli daerah

1 . Didalam melakukan pemungutan retribusi pada Pemerintah kabupaten karo, pemungutan dilakukan oleh bebrapa Dinas yang mengelola masing-masing jenis retribusi. Dan setiap bulannya masing-masing dinas menerahkan Penerimaan pendapatan retribusi kepada Dinas Pendapatan kab. Karo dan selanjutnya diserahkan kepada Bendaharawan Umum Kas Daerah. Dan Pada akhir periode Dicastat dalam Laporan Realisasi Penerimaan oleh Bagian Keuangan Sekretariat Daerah. Penghitungan tarif yang dilakukan oleh masing-masing dinas ialah dengan mengalikan besarnya tarif dengan tingkat penggunaan jasa yang dugunakan. Dan besarnya tarif dibedakan menurut jenis jasa yang digunakan oleh pribadi atau badan. Didalam pengakuannya, Pendapatan Retribusi diakui sebagai pendapatan pada saat diterima pada Rekening Umum Kas Derah dan pencatatnnya dilakukan oleh Bagian Keuangan Sekretriat Daerah pada akhir periode.

2. Pengawasan Internal yang dilakukan oleh Badan Pengawasan Pemerintah Kabupaten Karo terhadap penerimaan pendapatan retribusi dilakukan pada


(4)

Pengawaa Pemerintah Karo juga melakukan pengawasan ke bagian keuangan, apakah laporan yang telah mereka periksa pada masing-masing dinas telah sesuai dengan pencatatan yang dilakukan oleh Bagian Keuangan Sekretariat. 3. Didalam Melakukan pengawasannya terhadap pendapatan retribusi, Bawasda

menghasilkan laporan pemeriksaan atas hasil pengawasan yang telah mereka laksanakan dan mereka memberikan saran-saran perbaikan apabila mereka menemukan kekurangan atau kelemehan-kelemahan yang ada pada masing-masing dinas di dalam mengelola pendapatan daerah.

4. Pengawasan internal yang dilakukan oleh bawasda juga mengawasi bagaimana kinerja yang dilakukan oleh masing-masing dinas di dalam mengelola pendapatan retribusi, apakah kinerja yang mereka lakukan telah efektis, efisien dan ekonomis.

B. SARAN

Dalam penulisan karya ilmiah ini penulis mengemukakan saran kepada pihak-pihak yang terkait sebagai masukan yaitu:

1. Dinas Pemerintah Kabupaten Pemerintah Kabupaten Karo yang Mengelola Pendaptan retribusi

Bagi dinas-dinas yang berada di Pemerintah kabupaten Karo, hendaknya didalam melakuakn pengelolaan pendapatan retribusidalam hal penggunaan tarif, pengukuran dan dan kinerja didalam melakukan pengelolaan retribusi sebaiknya dilakukan tepat dat dan efektif, agar didalam penerimaan


(5)

retribusisebagai pendaqpatan asli daerah dapat diterima secara maksimal dan tidak berkurang.

2. Badan Pengawas Pemerintah Kabupaten Karo

Didalam melakukan pengawasannya lebih teliti didalam melakukan pemeriksaan terhadap pengelolaan pendapatan yang dilakuakn oleh masing-masing Dinas, dan didalam memberikan saran-saran kepada masing-masing-masing-masing dinas sebaiknya bawasada menyarankan kepada masing-masing dinas agar menerapkan sistem tata buku berpasangan. Karena dengan sistem tata buku berpasangan , pengawasan internal akan dapat dikerjakan dengan baik, karena jika menggunakan sistem tata buku ayat tunggal atau single entry maka pengendalian atau pengawasan internal lemah, data mudah dimanipulasi dan sulit ditelusuri.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Sabeni, Arifin. Ghozali, Imam, 2001. Pokok-pokok Akuntansi Pemerintahan, Edisi 4,Yogyakarta: BPFE.

Bastian, Indra, 2001. Akuntansi Sektor Publik di Indonesia. Yogyakarta: BPFE. Baswir, Revrisond, 2000. Akuntansi Pemerintahan Indonesia, Edisi 3,

Yogyakarta: BPFE.

Gade, Muhammad, 2000. Akuntansi Pemerintahan. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Kesit, Bambang Prakosa., 2003. Pajak dan Retribusi Daerah. Yogyakarta: UII Press.

Kurniawan, Panca, 2005 . Pajak dan Retribusi di Indonesia. Malang: UMM Press. Mulyadi, 2002. Auditing, Edisi ke-6, Cetakan Pertama, Buku 1 dan 2, Salemba

Empat, Jakarta.

Samudra, Azhari A., 2005. Perpajakan di Indonesia. Keuangan,Pajak dan Retribusi. Jakarta. PT. Hecca Mitra Utama

Siahaan, Marihot P., 2005. Pajak daerah dan Retribusi Daerah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Sunarto, 2005. Pajak dan Retribusi Daerah. Yogyakarta: Penerbit Amus Yogyakarta.

Ulum, Ihyaul, 2004. Akuntansi Sektor Publik, Malang :UMM Press.

Fakultas Ekonomi USU, 2004. Buku Pedoman Penulisan Skripsi S1 Departemen Akuntansi, USU, Medan.

Ikatan Akuntan Indonesia, 2001. Standar Profesional Akuntan Publik, Salemba Empat, Jakarta.