Mesh memiliki arti ukuran dari jumlah lubang suatu jaring atau kasa pada luasan 1 inch persegi jaringkasa yang bisa dilalui oleh material padat. 10 mesh
berarti terdapat 10 lubang pada bidang jaring atau kasa seluas 1 inch dengan ukuran antar lubang sebesar 2 milimeter. 24 mesh berarti terdapat 24 lubang pada
bidang jaring atau kasa seluas 1 inch dengan ukuran antar lubang sebesar 0,7 milimeter. 8 mesh berarti terdapat 8 lubang pada bidang jaring atau kasa seluas 1
inch dengan ukuran antar lubang sebesar 2,38 milimeter.
5.2. Pengolahan Data
5.2.1. Reliability Centered Maintenance RCM
Reliability Centered Maintenance RCM memiliki tujuh tahapan sistematis yaitu:
1. Pemilihan sistem dan pengumpulan informasi 2. Pendefinisian batas sistem
3. Deskripsi sistem dan blok fungsi 4. Pendeskripsian fungsi sistem dan kegagalan fungsi
5. Penyusunan Failure Mode and Effect Analysis FMEA 6. Penyusunan Logic Tree Analysis LTA
7. Pemilihan Tindakan
5.2.2.1. Pemilihan Sistem dan Pengumpulan Informasi
Sistem yang akan diteliti pada penelitian ini adalah sistem produksi . Sistem ini terdiri dari 9 sub-sistem, Ringkasan sub-sistem yang terdapat pada PT.
Universitas Sumatera Utara
XYZ dapat dilihat pada Gambar 5.1. penjelasan mengenai sub-sistem diatas merupakan tahapan yang harus dilalui agar bahan baku dapat menjadi produk
sehingga dengan mengurangi resiko terjadinya kerusakan pada mesin yang memiliki frekuensi kerusakan tertinggi dapat mengurangi downtime mesin secara
keseluruhan.
Universitas Sumatera Utara
Produksi Gula Rafinasi Proses Affinasi
Proses Pengeringan Proses Kristalisasi
Proses Evaporasi Proses Penukar Ion
Resin Proses Filterisasi
Proses Karbonatasi
Proses Pengepakan Proses Preparasi
.Gambar 5.1. Sub-sistem Produksi PT. XYZ
Universitas Sumatera Utara
Prinsip dari diagram pareto 80-20 ditujukan untuk menganalisis 20 komponenfasilitas yang menyebabkan kegagalan sistem hingga 80. Diharapkan
dengan perbaikan 20 fasilitas yang menyebabkan tingkat kegagalan tertinggi, dapat membuat sistem berjalan secara optimal. Kerusakan pada mesin
R1 vibrating screen morgenzen dan R2 vibrating screen sweco sebenarnya tidak memenuhi kaidah
pareto 80-20, tetapi untuk menyelesaikan masalah downtime yang tinggi dikarenakan kerusakan mesin kritis, maka mesin kritis yang memiliki kerusakan
tertinggi yang dipilih sebagai sumber permasalahan yaitu pada mesin R1 vibrating
screen morgenzen dan R2 vibrating screen sweco.
Universitas Sumatera Utara
5.2.2.2. Pendefinisian Batasan Sistem
Pendefinisian batasan sistem bertujuan untuk menghindari tumpang tindih antara satu sistem dengan sistem lainnya. Pendefinisian batasan sistem
terdiri dari dua tahapan yaitu gambaran luar batasan boundary overview dan gambaran detail batasan boundary details. Adapun gambaran luar batasan
boundary overview dan gambaran detail batasan boundary details.
5.2.2.3. Deskripsi Sistem dan Diagram Blok Fungsi
Dalam tahap ini ada tiga informasi yang harus dikembangkan yaitu deskripsi sistem, blok diagram fungsi, dan system work breakdown structure
SWBS. 1. Deskripsi Sistem
Deskripsi sistem dari sistem adalah telah dijelaskan 2. Blok Diagram Fungsi
Pembuatan blok diagram fungsi suatu sistem memperlihatkan masukan, keluaran dan interaksi antara sub-sub sistem tersebut dapat tergambar dengan
jelas. 3. System Work Breakdown Structure SWBS
SWBS merupakan struktur yang menggambarkan sejumlah komponen, mesin, unit proses, dan sub sistem yang dapat mengakibatkan kegagalan dalam sebuah
sistem kerja. Berdasarkan analisis awal dari diagram pareto dimana yang menjadi sumber permasalahan downtime mesin yang tinggi adalah pada mesin R1
vibrating screen morgenzen dan mesin R2 Vibrating sweco
Universitas Sumatera Utara
5.2.2.4. Fungsi Sistem dan Kegagalan Fungsi