3
II. BAHAN DAN METODE
2.1 Waktu dan Tempat
Penelitian  ini  dilaksanakan  di  Rumah  Kaca  Green  house,  Laboratorium Kultur Jaringan, SEAMEO BIOTROP, pada Oktober sampai November 2011.
2.2 Rancangan Penelitian
Rancangan  penelitian  yang  digunakan  adalah  rancangan  acak  lengkap RAL  terdiri  dari  empat  perlakuan  padat  tebar  udang  windu  0,  8,  16  dan  24
ekor0,27 m
2
masing-masing diulang sebanyak 3 kali. Steel dan Torie 1993: Yij = µ + σi + εij
Keterangan: Yij
= Hasil pengamatan pada perlakuan ke-I dan ulangan ke-j µ
= Nilai tengah dari pengamatan σi
= Pengaruh aditif dari perlakuan ke-i εij
= Galat pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j Desain  penelitian  ini  merupakan  skala  laboratorium  dengan  kondisi
lingkungan  homogen.  Pada  penelitian  ini  dilakukan  2  tahap,  yaitu  penelitian pendahuluan dan penelitian utama.
2.3 Penelitian Pendahuluan
Proses  penelitian  pendukung  dilakukan  pada  waktu  yang  bersamaan dengan  penelitian  utama.  Penelitian  pendukung  dimaksud  untuk  mengetahui
buangan  limbah  hasil  metabolime  yang  dilakukan  oleh  udang  windu  agar diketahui  jumlah  buangan  amoniak,  nitrat,  dan  nitrit  yang  hasilnya  berfungsi
sebagai  data  pendukung  atau  pelengkap  untuk  penelitian  utama.  Penelitian  ini melakukan pemeliharaan terhadap udang windu secara monokultur selama 30 hari
dengan  padat  penebaran  10  ekor0,27  m
2
.  Pengamatan  yang  dilakukan  berupa kelangsungan hidup, pertumbuhan bobot, konsentrasi amoniak, nitrat, dan nitrit.
4
2.4 Penelitian Utama
Proses  penelitian  utama  dilaksanakan  selama  30  hari  dengan  empat perlakuan yang diulang sebanyak tiga kali. Rumput laut Gracilaria sp. dipelihara
dalam  sistem  monokultur  dan  polikultur  bersama  udang  windu  Penaus monodon. Berikut adalah empat perlakuan yang dilakukan:
Perlakuan  A.  Padat  tebar  0  ekor0,27  m
2
udang  windu  Penaeus  monodon  +  30 g0,27 m
2
rumput laut Gracilaria sp.. Perlakuan B. Padat tebar 8 ekor0,27 m
2
udang windu + 30 g0,27 m
2
rumput laut. Perlakuan  C.  Padat  tebar  16  ekor0,27  m
2
udang  windu  +  30  g0,27  m
2
rumput laut.
Perlakuan  D.  Padat  tebar  24  ekor0,27  m
2
udang  windu  +  30  g0,27  m
2
rumput laut.
Skema proses  yang berlangsung didalam penelitian ini digambarkan pada Gambar 1 dibawah ini.
Gambar 1.  Skema proses penelitian budidaya polikultur rumput laut Gracilaria sp.  dengan  padat  tebar  udang  windu  Penaeus  monodon  0  ekor,  8
ekor, 16 ekor, dan 24 ekor0,27 m
2
. Pengambilan komoditas budidaya rumput
laut Gracilaria sp. dan udang windu Penaus monodon
Persiapan wadah, media dan komoditas
Proses pemeliharaan dan penelitian
Pengamatan
Analisi data   Penimbangan  bobot
awal udang windu dan rumput laut
  Penghitungan  jumlah pakan sesuai FR
  Pengecekan konsentrasi  amoniak,
nitrat, dan nitrit awal
Pengumpulan data
5
2.4.1 Persiapan Ruangan, Wadah, dan Air
Penelitian  ini  dilaksanakan  pada  ruangan  tertutup  yang  dapat  ditembus cahaya  matahari,  yakni  rumah  kaca  green  house.  Penelitian  dilakukan  di
ruangan tertutup agar tidak dipengaruhi oleh air hujan. Pada rumah kaca tersebut disiapkan  meja  dari  kayu  dilapisi  karpet  platik  sebagai  alas  akuarium  berukuran
392x100x75  cm.  Akuarium  yang  digunakan  sebelumnya  dilakukan  pencucian terlebih  dahulu  hingga  bersih,  lalu  ditiriskan.  Media  pemeliharaan  menggunakan
air  laut  yang  berasal  dari  ancol  dengan  salinitas  35  sampai  40  ppt  dicampur dengan air tawar sehingga media bersalinitas 30 ppt. Selama proses pemeliharaan
tidak  dilakukan  proses  pergantian  air.  Berikut  Gambar  2  proses  pemeliharaan rumput laut dan udang windu secara monokultur dan polikultur.
Gambar 2.  Sistem  pemeliharaan  rumput  laut  Gracilaria  sp.  dengan  udang windu Penaeus monodon secara polikultur.
2.4.2 Persiapan Rumput Laut dan Udang Windu
Sebelum diberi perlakuan, untuk rumput laut diadaptasikan terlebih dahulu terhadap kondisi laboratorium selama tiga minggu sedangkan untuk udang windu
diadaptasikan  selama  dua  hari.  Selama  proses  adaptasi,  lingkungan  wadah pemeliharaan dibuat optimal dengan suhu air dipertahankan pada kisaran 26-30
o
C
dan salinitas 28-30 ppt.
2.4.3 Proses Pemeliharaan
Akuarium  diisi  air  laut  setinggi  30  cm  atau  sama  dengan  volume  air  81 liter  dan  diberi  aerasi.  Sebelum  dimasukkan  rumput  laut  dan  udang,  air  media
dilakukan  analisis  kandungan  kualitas  air  terlebih  dahulu,  yakni  amoniak,  nitrat,
6 dan  nitrit  untuk  mengetahui  konsentrasi  awal.  Penanaman  rumput  laut  dilakukan
dengan  metode  on  bottom  tebar  dasar,  dimana  bibit  ditebar  di  dasar akuariumtambak.  Penebaran  dengan  cara  ini  punya  keuntungan  yaitu  biaya
murah, penanaman maupun pengelolaannya lebih mudah dan juga dapat menjadi shelter  bagi  udang  windu  yang  memilki  kebiasaan  hidup  beraktifitas  di  dasar.
Waktu  penebaran  dilakukan  pada  pagi  hari  sebelum  matahari  meninggi  agar rumput  laut  tidak  mengalami  kekeringan  dikarenakan  terkena  sinar  matahari
secara  langsung.  Setelah  rumput  laut  ditebar  di  dalam  media  akuarium  baru kemudian dimasukkan udang windu secara bertahap yang dilakukan penimbangan
bobot  terlebih dahulu. Pemberian pakan udang dilakukan sebanyak 4 kali sehari, yaitu pada pukul 07.00, 12.00, 17.00, dan 22.00. Pakan yang diberikan sebanyak
20  dari  biomassa  udang  per  hari.  Pakan  buatan  yang  diberikan  berupa  pelet komersil  dengan  kandungan  protein  40.  Pada  penelitian  ini  tidak  dilakukan
penyiponan dan pergantian air agar sisa metobolisme udang tetep didalam wadah budidaya.
2.5 Pengamatan 2.5.1 Pertumbuhan Bobot Biomassa Rumput Laut dan Udang windu
Pertumbuhan rumput laut yang di uji dapat dilihat dari pertambahan bobot biomassa  dengan  cara  menimbang  rumput  laut  pada  masing-masing  perlakuan.
Rumput  laut  diambil  dari  setiap  ulangan  perlakuan,  kemudian  rumput  laut diangkat  dan  ditiriskan  selama  1  menit  sampai  air  berhenti  menetes,  setelah  itu
ditimbang  dengan  timbangan  digital  untuk  mengetahui  bobot  basah  rumput  laut. Proses penimbangan dilakukan di tempat terlindung dari sinar matahari langsung,
ini  disebabkan  agar  rumput  laut  tidak  mengalami  kekeringan  yang  dapat menyebabkan  kerusakan  pada  rumput  laut  itu  sendiri.  Pengambilan  dan
pengamatan data bobot rumput laut dilakukan pada awal pemeliharaan dan setiap 10 hari sekali sampai masa akhir pemeliharaan. Hal yang hampir sama dilakukan
dalam  mengetahui  pertumbuhan  udang  windu  dengan  cara  menimbang  udang yang  diambil  secara  acak  pada  setiap  ulangan  perlakuan  sebanyak  30  dari
jumlah  udang  windu  yang  di  pelihara  disetiap  perlakuan,  untuk  perlakuan  B sebanyak  3  ekor,  C  5  ekor,  D  8  ekor.  Proses  penimbangan  udang  ini
7 dilakukan  sama  seperti  rumput  laut,  yaitu  pada  awal  pemeliharaan  dan  setiap  10
hari sekali sampai masa pemeliharaan selesai.
2.5.2 Laju Pertumbuhan
Perhitungan laju pertumbuhan harian berfungsi untuk mengetahui seberapa besar  persentase  pertumbuhan  harian  rata-rata  selama  masa  pemeliharaan
berlangsung.  Laju  pertumbuhan  harian  rumput  laut  dan  udang  windu  ditentukan dengan menggunakan rumus Effendi 1997:
SGR = {ln W
t
– ln W
o
t} x 100
Keterangan : SGR   = laju pertumbuhan rumput lautudang  per hari
W
t
= bobot rata-rata rumput lautudang pada hari ke-t g W
o
= bobot rata-rata rumput lautudang pada awal g t
= lama pemeliharaan
2.5.3 Tingkat Kelangsungan Hidup
Untuk  menghitung  data  kelangsungan  hidup  diukur  dengan  cara menghitung jumlah total udang windu di awal dan jumlah total udang windu yang
masih hidup diakhir masa pemeliharaan serta mengamati jumlah udang yang mati disetiap  harinya  selama  masa  pemeliharaan.  Kelangsungan  hidup  udang  selama
masa  pemeliharaan  digunakan  perhitungan  dengan  rumus  sebagai  berikut
Effendie 1997:
SR = N
t
N
o
x 100 Keterangan :
SR = kelangsungan hidup udang
N
t
= jumlah udang di akhir pemeliharaan ekor N
o
= jumlah udang di awal pemeliharaan ekor
2.5.4 Parameter Kualitas Air
Kualitas  air  yang  diamati  meliputi  salinitas  menggunakan  refraktometer, suhu  menggunakan  termometer  batang  ,pH  menggunakan  pH-meter  yang  diukur
setiap hari, DO menggunakan DO-meter, sedangkan untuk amoniak menggunakan metode  indofen
ol  dengan  spektrofotometer  λ=640  nm,  nitrat  menggunakan metode  brucin  sulfat  dengan  spektrofotometer  λ=410  nm,  dan  nitrit
menggunakan metode asam sulfanilat dengan spektrofotometer λ=543 nm yang
8 dilakukan  pengukuran  setiap  10  hari  sekali  di  Labroratorium  Air  dan  Udara
SEAMEO  BIOTROP.  Khusus  untuk  pengukuran  suhu  dilakukan  tiga  kali  dalam sehari,  yaitu  pagi,  siang,  dan  sore  hari.  Parameter  kualitas  air  tersebut  diukur
untuk  mengetahui  kondisi  media  budidaya  selama  proses  penelitian.  Sedangkan untuk nitrat, nitrit, dan amoniak sebagai indikator ketersedian unsur hara yang ada
dalam media budidaya yang dihasilkan oleh udang windu. Metode dan cara untuk pengukuran kandungan nitrat, nitrit dan amoniak dapat dilihat pada Lampiran 1, 2,
dan 3.
2.5.5 Retensi Nitrogen
Pengukuran  retensi  nitrogen  dilakukan  dengan  melakukan  uji  proksimat. Uji proksimat terhadap rumput laut dilakukan pada awal dan akhir pemeliharaan.
Analisis  yang  dilakukan  kadar  protein  dan  kadar  air  saja,  ini  dilakukan  untuk mengetahui  jumlah  kandungan  nitrogen  dan  air  yang  terdapat  pada  rumput  laut
sehingga  akan  diketahui  berapa  besar  daya  serap  rumput  laut  terhadap  nitrogen. Analisis  proksimat  dilakukan  dengan  metode  Kjeldahl  Lampiran  4.  Analisis
proksimat  dilakukan  di  Laboratorium  Nutrisi,  Departemen  Budidaya  Perairan, Fakultas  Perikanan  dan  Ilmu  Kelautan,  institut  Petanian  Bogor.  Nilai  retensi
nitrogen pada rumput laut dihitung berdasarkan persamaan sebagai berikut : Retensi N g = jumlah N di akhir
– jumlah N di awal
2.5.6 Penyerapan Nitrogen
Mengetahui  penyerapan  nitrogen  oleh  rumput  laut  maka  dilakukan perhitungan sebagai berikut : jumlah nitrogen rumput laut dapat diketahui melalui
analisis  proksimat  kadar  protein,  lalu  nilai  nitrogen  yang  terkandung  dalam rumput laut dilakukan perhitungan sebaga berikut Zhou et al. 2006 :
Penyerapan Nitrogen = LPH hari x N tissue rumput laut g100 g 100
2.5.7 Jumlah Nitrogen Terlarut
Jumlah  nitrogen  yang  dikeluarkan  udang  windu  dihitung  dengan memperhatikan bobot  biomassa, jumlah pemberian pakan  feeding  rate  FR, dan
9 kadar protein dalam pakan. Perhitungan yang digunakan berdasarkan Schryver et
al. 2008 adalah : N dalam air = Bobot udang x FR x Kadar protein x N dalam protein x 75
Keterangan  : N dalam protein
= seperenambelas dari kadar protein 75
= nitrogen dari pakan yang terbuang ke air 25  terserap   tubuh udang
2.5.8 Nutrient Removal NR atau Penghilangan Nutrien
Nutrien  seperti  amoniak,  nitrit,  dan  nitrat  akan  terjadi  pengurangan  atau hilang di dalam media air selama masa proses pemeliharaan. Jumlah nutrien yang
hilang dapat dihitung dengan rumus Zhou et al. 2006 : NR = 100 x konsentrasi n kontrol
– konsentrasi n polikultur konsentrasi n kontrol
Ketrangan: NR
= Nutrien Removal konsentrasi nutrien kontrol   = konsentrasi nutrien monokultur udang windu
n = nutrien
2.5.9 Rasio Konversi Pakan FCR
Rasio konversi pakan merupakan perbandingan antara jumlah pakan yang diberikan  terhadap  pertambahan  biomassa  udang  pada  waktu  tertentu,  untuk
mengetahui konversi pakan yang diberikan selama masa pemeliharaan digunakan rumus Zonneveld et al. 1991:
FCR = FB
t
-B
o
Keterangan : FCR  = rasio pemberian pakan
B
t
= biomassa udang pada saat akhir pemeliharaan g B
o
= biomassa udang pada saat awal pemeliharaan g F
= jumlah pakan
2.5.10 Tingkat Konsumsi Oksigen
Pengukuran  tingkat  konsumsi  oksigen  TKO  dengan  melakukan pengukuran  bobot  udang  windu  terlebih  dahulu.  Udang  windu  dimasukkan  ke
dalam toples 3 L yang telah diisi air hingga penuh, kemudian toples ditutup rapat. Jumlah  udang  windu  yang  dimasukkan  sebanyak  6  ekor  dengan  bobot  rata-rata
10 0,299  gekor.  Pengujian  dilakukan  dengan  tiga  ulangan.  Jumlah  oksigen  terlarut
dalam toples diukur setiap dua jam sekali selama 6 jam menggunakan DO meter. Tingkat konsumsi oksigen dihitung dengan rumus sebagai berikut :
TKO = DO
t
– DO
o
Keterangan : TKO  = tingkat konsumsi oksigen
DO
t
= oksigen terlarut akhir DO
o
= oksigen terlarut awal
2.5.11 Produksi Oksigen
Pengukuran produksi oksigen dilakukan untuk mengetahui seberapa besar peran  rumput  laut  dalam  menyuplai  oksigen  pada  saing  hari  di  dalam  perairan.
Hal  pertama  yang  dilakukan  dalam  proses  pengukuran  produksi  oksigen  oleh rumput  laut  adalah  dengan  melakukan  pengukuran  bobot  rumput  laut  sebesar  15
g.  Kemudian  rumput  laut  dimasukkan  ke  dalam  toples  beningkaca  yang  ditutup rapat.  Toples  yang  terisi  rumput  laut  disimpan  di  tempat  terbuka  yang  terkena
sinar matahari langsung agar terjadi fotosintesis. Pengujian dilakukan dengan tiga ulangan. Jumlah oksigen terlarut dalam toples diukur setiap satu jam sekali selama
6 jam menggunakkan DO meter. Produksi oksigen dihitung dengan rumus sebagai berikut :
P = DO
t
– DO Keterangan :
P = produksi oksigen
DO
t
= oksigen terlarut akhir DO
o
= oksigen terlarut awal
2.6 Analisis Data
Analisis  data  menggunakan  ragam  anova  dengan  uji  F  pada  selang kepercayaan  80  menggunakan  program  Ms.  Exel  dan  SPSS  16.0.  apabila
berpengaruh  nyata,  untuk  melihat  perbedaan  antar  perlakuan  maka  dilakukan  uji lanjut dengan uji Tukey Steel  Torrie 1993. Adapun parameter yang dianalisis
meliputi  bobot  rumput  laut  dan  udang  windu,  laju  pertumbuhan  rumput  laut  dan udang,  tingkat  kelangsungan  hidup  udang,  nitrit,  nitrat,  amoniak,  dan  retensi
11 nitrogen  rumput  laut.  Data  kualitas  air  dianalisis  secara  deskriptif  sesuai  acuan.
Data disajikan dalam bentuk tabel, diagram, dan kurva.
12
III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil
Hasil  penelitian  salama  masa  pemeliharaan  30  hari  diperoleh  beberapa data parameter uji sebagai berikut Tabel 1.
Tabel 1.  Pengaruh  padat  tebar  udang  windu  Penaeus  monodon  yang  dipelihara secara polikultur dengan rumput laut  Gracilaria  sp. terhadap beberapa
parameter pengamatan.
Parameter Padat tebar ekor0.27m
2
Keterangan 8
16 24
N dalam air mgl 0,14
a
0,24
b
0,32
c
p0,2 Penyerapan Nitrogen
µmolgX10hari 0,09
0,22 0,266
0,25 -
Retensi nitrogen 0,101
0,1965 0,2029
0,1933 -
NR amoniak NH
3
- 24,18
49,07 61,08
- NR nitrat NO
3
- 13,93
47,98 62,04
- NR nitrit NO
2
- 36,29
62,19 58,68
- SGR  rumput laut
1,44
a
2,21
ab
2,63
b
2,55
b
p0,2 SGR  udang windu
6,6
a
4,9
b
4,8
b
p0,2 SR  udang windu
- 91,7
a
79,2
ab
75
b
p0,2 Rasio pemberian pakan
2,46
a
3,04
b
3,02
b
P0,2 Hasil penelitian mengindikasikan bahwa semua parameter yang dilakukan
uji  statistika  menunjukkan  pengaruh  nyata  p0,2.  Pada  Tabel  1,  menunjukkan bahwa perlakuan perbedaan padat penebaran udang windu dalam sistem polikultur
memberikan nutrien tambahan pada media pemeliharaan dengan konsentrasi yang berbeda.  Konsentrasi  N  dalam  air  yang  berbeda  memberikan  pengaruh  terhadap
penyerapan N oleh rumput  laut  yang berimplikasi terhadap pertumbuhan  rumput laut dan udang windu yang berbeda.
3.1.1 Nitrogen yang di Keluarkan Udang Windu Penaus monodon
Sumber  nitrogen  merupakan  beban  limbah  budidaya  yang  berasal  dari pakan  yang  dapat  mempengaruhi  kualitas  air.  Pengeluran  nitrogen  oleh  udang
windu  dengan  semakin  berjalannya  waktu  akan  terus  semakin  meningkat.  Pada penelitian ini dengan padat tebar udang windu yang lebih kecil, nitrogen dalam air
pada  wadah  pemeliharaan  memiliki  konsentrasi  nitrogen  yang  lebih  rendah.  Hal ini  terlihat  pada  hasil  penelitian,  nitrogen  di  diperiaran  paling  besar  terjadi  pada