ISLAM, DEMOKRASI DAN NEGARA: WACANA INTELEKTUAL

6

I. ISLAM, DEMOKRASI DAN NEGARA: WACANA INTELEKTUAL

Sejak perang dingin berakhir dan dunia memasuki abad ke dua puluh, salah satu isu paling populer yang muncul ke permukaan secara masif dan berkesinambungan secara terus-menerus hingga ke masa ini adalah demokratisasi. Demokrasi muncul sebagai ikon yang bersifat hegemonik, 5 dalam artian bahwa tidak ada satu Negara yang bisa mengelak dari tuntutan demokrasi. Di tengah arus demokratisasi yang terjadi dimana-mana itu, pada mulanya dunia Islam tidak menjadi bagian karena dianggap bahwa dunia Islam tidak memilik prospek untuk menjadi demokratis serta tidak mempunyai pengalaman demokrasi yang cukup. Pada prakteknya terjadi resistensi yang cukup kuat terhadap arus demokratisasi di dunia Islam, karena pada hakikatnya demokrasi membawa spirit sekularisasi, 6 yang dianggap mengingkari ajaran-ajaran Islam, sehingga tidak akan berjalan mulus. Pandangan tersebut dipertegas dengan tesis Samuel P. Huntington, melalui bukunya ‘The Third Wave’, dimana ia menyatakan keraguan akan ajaran Islam dapat sesuai dengan prinsip-prinsip demokrasi barat. Dalam konteks Indonesia dan Malaysia, pada tahun 2001 Freedom House menerbitkan satu laporan yang mengkategorisasikan Indonesia dan Malaysia dalam Negara-negara Islam yang ‘partly free’, yaitu Negara-negara yang masih memiliki potensi keberhasilan untuk menerapkan prinsip-prinsip demokrasi dalam Negaranya. Sementara hampir semua Negara di timur tengah masuk ke dalam kategori “not free” artinya tidak demokratis. Hal tersebut disimpulkan secara dramatis oleh Freedom House melalui studi mereka Freedom in the World 2001-2001, menyatakan bahwa ‘a non-Islamic country is more than three times likely to be democratic than an Islamic 5 Demokrasi di prakarsai oleh Amerika Serikat dan sekutunya. Dikutip dari tulisan Bahtiar Effendy. 2002. Dilema Islam, Dilema Demokrasi; “Pengalaman Baru Muslim Dalam Transisi Indonesia.” Gugus Press. Hal. XIII 6 ibid. 7 state.’ 7 Penilaian dalam konteks global sedemikian rupa tidak dibenarkan oleh banyak Intelektual dan aktivis Muslim, dimana mereka malah berpendapat sebaliknya. Kendati sebagai ‘praktik’, prinsip demokrasi barat terbilang asing bagi sebagian kaum Muslim pada waktu itu maupun dewasa ini, namun pengertian atau konsep demokrasi yang sesungguhnya tidaklah asing bagi pemikiran Islam. 8 Sejumlah aktivis gerakan HAM dan demokrasi di seluruh dunia Muslim, menyadari bahwa prinsip-prinsip demokrasi sudah ada di dalam inti cita-cita dan pemikiran Islam. Bahkan menurut kelompok tersebut, diperlukan tindakan untuk mengembangkan beberapa prinsip ini dalam sistem politik yang moden. Demokrasi bukanlah warisan yang diberi oleh Islam, namun bagi kaum Muslim Modernis Moderate, gagasan mengenai demokrasi harus didukung dan secara aktif dipromosikan melalui pembaharuaan pendidikan dan pendiriaan institusi-institusi sosial yang dapat mendorong kesadaran demokratis dan mendukung partisipasi masyarakat madani civil society yang lebih besar dalam bidang politik dan agama. 9 Seiring dengan berjalannya waktu proses demokratisasi di melibatkan banyak wacana intelektual baru yang mewarnai hubungan antara kelompok Islam dan pemerintahan demokratis, making berkembang Gerakan political Islam yang disebut dengan Islamic Revivalism, dimana gerakan tersebut mengusung agenda sosial-politik yaitu ‘islamisasi’, parktik kebijakan politik Islam yang diterapkan di kedua Negara kajian; Indonesia dan Malaysia. Kendati memiliki kesamaan dalam sumber konsepsi nilai-nilai kepercayaan, dalam proses islamisasi kedua Negara memiliki perbedaan yang mencolok. 7 Demokrasi di prakarsai oleh Amerika Serikat dan sekutunya. Dikutip dari tulisan Bahtiar Effendy. 2002. Dilema Islam, Dilema Demokrasi; “Pengalaman Baru Muslim Dalam Transisi Indonesia.” Gugus Press. Hal. XV 8 Osman 1994, 1996; Kamali 1994, 1999a, 1999b, artikel Norani Othman. 2004. Islamisasi dan Demokratisasi di Malaysia dalam konteks Regional dan Global. Hal.231. [dikutip dari: Ariel Mandal Heryanto. 2004 Menggugat Otoriterisme di Asia Tenggara: Perbandingan dan Pertautan Antara Indonesia dan Malaysia. Kepustakaan Populer Gramedia. Jakarta. Hal. 242 9 ibid. 8 • A ‘POLITICAL ISLAM’ PERSPECTIVES o Politik Islam mengandung pengertian sebagai aktivitas politik umat Islam yang menjadikan Islam sebagai acuan nilai dan basis solidaritas berkelompok. o Politik Islam menekankan simbolisme keagamaan dalam berpolitik, dengan menggunakan prinsip-prinsip Islam dan istilah-istilah keislaman dalam peraturan dasar Negara, organisasi, nilai-nilai perjuangan serta wacana politik yang diusung. o Politik Islam sebagai hasil percampuran Islam dengan kekuasaan kelompok dan Negara yang bertujuan untuk melahirkan sikap dan perilaku politik political behavior serta budaya politik political culture yang orientasinya berlandaskan kepada nilai-nilai Islam secara menyeluruh. 10 o Pndangan umum yang disebut political imagination. 11 Imajinasi politik ini dalam pengertian universalnya diartikan sebagai tumbuhnya suatu keyakinan akan ketidaterpisahan antara wilayah agama, hukum dan politik. o Dua bentuk politik Islam yang berkembang di wilayah The Malay World, yaitu ‘embedded practice; scripturalistold indigineous form dan ‘politicalglobal imagination: proposes as its ultimate aim the creation of a ‘borderless space’ of global Islamic btotherhood, free of nation-state boundaries’. 12 Selanjutnya, ketika aktivitas Politik Islam tersebut masuk kedalam ranah Pemerintahan Negara Demokratis, kerap kali menjadikan Politik Islam berada di posisi yang dilematis. Hal ini dikarenakan adanya keraguan secara Global mengenai kompabilitas Islam dan Demokrasi. 10 M. Din Syamsyudin. 2002. Beberapa Catatan Problematika Politik Islam di Indonesia. Grasindo. Jakarta. 2002. 11 Oliver Roy. Dikutip dari artikel; Bahtiar Effendy. 2002. Problematika Politik Islam: Refleksi 3 periode. 12 Shamsul A.B, 2005. Islam Embedded: ‘Moderate’ Political Islam and Governance in the Malay World. [K.S Nathan dan Mohammad Hashim Kamali. 2005. Islam in Southeast Asia: Political, Social and Strategic Challenges for the 21 st Century. ISEAS, Singapore. Hal. 107] 9 Islamisasi Islamisasi adalah proses dimana apa yang dipandang sebagai huku, nilai-nilai, dan adat kebiasaan islam didorong menjadi lebih bermakna ke dalam Negara, Masyarakat dan budaya. Islamisasi merupakan gejala kontemporer yang antara lain terkait dengan era pasca-kolonialisasi dan sebagian dipandang sebagai penegasan kembali identitas Islam dalam merespon modernisasi. 13 Islamisasi merupakan pencarian ideal keislaman. Ini merupakan upaya mengembalikan Islam yang murni, yang dianggap telah hilang atau rusak sebagai akibat dominasi kolonialisme Barat. Untuk memahami berbagai gerakan Islamisasi kontemporer, orang perlu menempatkannya secara historis di dalam konteks sosio- politik. Berdasarkan uraian singkat diatas secara singkat, makalah ini akan mencoba untuk menjawab dua pertanyaan penelitian yang akan dijadikan sebagai dasar analisa, rumusan masalah tersebut ialah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah relasi Islam dengan Negara dari pengalaman historical cultural di kedua negara? 2. Sejauh apa implikasi yang diakibatkan oleh proses ‘Islamisasi’ yang merupakan agenda dari politik Islam di masing-masing Negara, ke dalam tatanan democratic governances dan HAM? 13 Osman 1994: 123-43, artikel Norani Othman. 2004. Islamisasi dan Demokratisasi di Malaysia dalam konteks Regional dan Global. Hal.231. [dikutip dari: Ariel Mandal Heryanto. 2004 Menggugat Otoriterisme di Asia Tenggara: Perbandingan dan Pertautan Antara Indonesia dan Malaysia. Kepustakaan Populer Gramedia. Jakarta. Hal. 246 10

II. PENDEKATAN PLURALISME DEMOKRASI DAN NEGARA MODERNISME SEBAGAI KERANGKA TEORITIS