Analisis Aliran FDI Thailand

tahun 1993 nilai impornya US 85 227.7 miliar menjadi US 230 760.3 miliar pada tahun 2008 atau meningkat rata-rata 7.388 persen per tahun. Pengaruh keanggotaan Singapura di APEC adalah positif terhadap aliran FDI ke Singapura. Sedangkan pengaruh keanggotaan Singapura ke dalam integrasi ASEAN terhadap FDI juga positif. Peningkatan FDI Singapura juga disebabkan oleh tingginya daya saing FDI Singapura dibanding dengan negara atau kawasan integrasi lainnya. Singapura merupakan negara dengan tingkat kemudahan berbisnis atau investasi terbaik di dunia. Dalam laporan World Bank tentang doing business Singapura menempati urutan pertama pada tahun 2008 dan bertahan selama tiga tahun berturut-turut sampai tahun 2010. Hal tersebut sesuai data FDI Singapura yang menunjukkan bahwa di antara negara ASEAN Singapura adalah negara terbesar penerima FDI dari negara investor.

5.2.4. Analisis Aliran FDI Thailand

Hasil estimasi pengaruh variabel integrasi ekonomi dan makroekonomi terhadap aliran FDI di Thailand secara ringkas disajikan dalam Tabel 21. FDI Thailand merupakan faktor paling penting dalam pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Pemerintah memberikan komitmen tinggi untuk memfasilitasi kebutuhan serta membuka peluang usaha bagi investor asing. FDI Thailand bergerak fluktuatif tapi trennya meningkat, pada tahun 1995 nilai FDI mencapai US 2.070.0 miliar meningkat drastis pada tahun 1998 menjadi US 7 491.2 miliar kemudian turun menjadi US 3 350.3 miliar pada tahun 2000 kemudian meningkat lagi menjadi US 9 834.5 miliar pada tahun 2008. Investasi di Thailand didominasi negara sumber FDI terbesar di Thailand yaitu Jepang, Singapura, Inggris dan Amerika Serikat. Tabel 21. Hasil Estimasi Model Aliran Investasi Foreign Direct Invesment Thailand Variabel Koefisien Standar Error Nilai Probabilitas C 93.843 21.50263 0.0000 GDPi 1.2758 0.593860 0.0323 POPi 12.864 3.613866 0.0004 OPENi 1.8055 0.091282 0.0000 RERi 2.8266 0.381760 0.0000 IRi 0.4140 0.037320 0.0000 POPj 0.1336 0.015473 0.0000 GDPj -0.0119 0.005187 0.0213 RERj -0.0203 0.002698 0.0000 IRj 0.0087 0.000362 0.0000 SIZE -0.0141 0.000832 0.0000 Xi 0.0341 0.001973 0.0000 Mi 0.0012 0.000159 0.0000 ASEAN -0.0062 0.001356 0.0000 APEC -0.0405 0.002084 0.0000 Hasil estimasi FDI Thailand, menunjukkan bahwa variabel GDP berpengaruh positif dan signifikan. GDP Thailand dalam kurun waktu antara tahun 1996-2008 tumbuh rata-rata 4.258 persen per tahun, tertinggi pada tahun 2003 sebesar 7.4 persen. Peningkatan pertumbuhan ekonomi Thailand tersebut telah meningkatkan aliran FDI. GDP negara investor berpengaruh negatif artinya apabila GDP naik maka negara tersebut cenderung meningkatkan impor daripada melaksanakan FDI ke Thailand. Kenaikan GDP pada negara investor juga menunjukkan kemampuan daya beli masyarakat. Jumlah penduduk Thailand berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap aliran FDI. Penduduk Thailand berjumlah 66.482 juta jiwa pada tahun 2008. Jumlah tersebut merupakan potensi pasar yang menarik bagi negara investor. Hal tersebut menunjukkan bahwa negara investor lebih mencari pasar yang lebih potensial untuk memasarkan produknya. Pengaruh sebaliknya terjadi pada pertumbuhan penduduk di negara investor. Apabila terjadi kenaikan pertumbuhan penduduk di negara investor maka arus investasi FDI negara investor ke Thailand mengalami penurunan. Suku bunga memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap FDI Thailand. Semakin tinggi tingkat bunga di Thailand, volume FDI dari negara investor mengalami penurunan. Hal tersebut bertentangan dengan perilaku investasi portofolio, semakin tinggi tingkat bunga luar negeri, semakin tinggi pula arus investasi. Dibandingkan dengan Indonesia, suku bunga Thailand termasuk sangat rendah yaitu sebesar 6.00 persen pada tahun 1998, sedangkan Indonesia sebesar 49.23 persen. Pada tahun 2006 Thailand sebesar 4.00 persen sedangkan Indonesia 9.17 persen. Suku bunga di negara investor memberi pengaruh terhadap aliran FDI ke Thailand. Semakin tinggi suku bunga negara investor maka arus FDI outflow ke Thailand semakin kecil. Hal ini disebabkan oleh adanya perubahan dari FDI ke saving atau portofolio dengan memanfaatkan tingkat bunga negara sendiri. Tingkat pengembalian investasi pada negara investor lebih besar dibanding tingkat pengembalian jika melaksanakan investasi FDI di Thailand. Ekspor Thailand berpengaruh positif dan signifikan terhadap FDI. Semakin besar nilai perdagangan ekspor akan semakin menarik FDI, karena investor melihat adanya kekuatan ekspor untuk memasarkan produk. Apalagi komoditas yang dihasilkan oleh investasi FDI di Thailand adalah komoditi ekspor. Sejak diberlakukannya AFTA tahun 1993 perkembangan ekspor Thailand mengalami peningkatan cukup baik. Nilai ekspor Thailand secara berturut-turut pada tahun 1993 dan 2008 adalah sebesar US 37 635.5 miliar dan US 174 966.7 miliar. Ekspor Thailand tidak terlalu terpengaruh oleh krisis tahun 1997-1998. Sekalipun mengalami krisis tapi pengaruhnya terhadap ekspor relatif kecil. Pengaruh impor Thailand terhadap investasi juga positif dan signifikan. Penyebabnya adalah bahan baku atau material yang dibutuhkan dalam proses produksi FDI sebagian masih di impor. Perkembangan impor Thailand sejak pemberlakuan AFTA tahun 1993 mengalami peningkatan berarti. Nilai impor Thailand pada tahun 1993 dan 2008 adalah sebesar US 46 883.7 miliar dan USS 177 567.5 miliar atau meningkat rata-rata 10.438 persen per tahun. Keanggotaan Thailand di APEC memberikan pengaruh yang signifikan dan positif terhadap aliran FDI, meskipun kesepakatan di APEC besifat tidak mengikat anggota. Hal ini menunjukkan integrasi APEC memberi pengaruh kreasi terhadap arus FDI yang masuk ke Thailand. Pengaruh kreasi tersebut berarti integrasi ekonomi APEC telah meningkatkan aliran FDI ke Thailand. Tingkat kemudahan berbisnis atau investasi di Thailand jauh lebih baik dari Indonesia dan Filipina. Dalam penelitian ini faktor doing business tidak di estimasi, tetapi data menunjukkan bahwa negara dengan indeks doing business yang baik dapat memperoleh aliran FDI yang lebih besar. Tahun 2008 Thailand menempati posisi 15 pada tahun 2008 menjadi urutan 12 pada tahun 2010.

5.2.5. Analisis Aliran Foreign Direct Invesment Filipina