82
3.4.6. Kebijakan Harga dan Pajak
Tujuan kebijakan pemerintah Malaysia terhadap komoditi-komoditi primer seperti kelapa sawit adalah untuk menstabilkan harga komoditi di
tingkat petani dengan demikian meningkatkan pendapatan petani serta menjamin masuknya devisa dari ekspor, terutama pada saat harga sangat
tinggi. Untuk mencapai tujuan ini pemerintah juga menetapkan pajak ekspor untuk komoditi-komoditi pada minyak sawit Jenkins dan Lai, 1989.
Semenjak tahun 1980, pajak ekspor minyak kelapa sawit di Malaysia menganut prinsip biaya tambahan cost-plus yang digunakan untuk
menentukan pajak ekspor yang harus dibayar ketika harga melampaui harga ambang batas RM 500 per ton. Berdasarkan prinsip ini, rata-rata produksi
minyak kelapa sawit dikurangi dengan harga FOB, kemudian baru ditentukan pajak ekspor. Pajak ekspor didasarkan pada harga bulanan rata-rata harga
FOB dari CPO dan PKO dihitung sebagai harga rata-rata yang sedang berlaku dalam 4 minggu terakhir. Berdasarkan prinsip di atas, jika harga melebihi RM
RM 500 kemudian pajak ekspor ditetapkan dan besarnya sejalan dengan kenaikan harga, dimulai dengan pengenaan pajak ekspor sebesar 30 untuk
harga RM 549 per ton, dan meningkat lagi jika harga naik sebagai contoh, 45 pajak ekspor jika harga mencapai RM 1,000 per ton.
Perubahan pajak ekspor minyak kelapa sawit di Malaysia dilakukan pada tahun 1986. Prinsip pengenaan pajak ekspor masih tetap sama yaitu
pada saat harga mencapai RM 500 per ton, yang berubah adalah pajak ekspor dimulai dengan 10 persen plus pajak ad valorem setiap kenaikan harga RM
50 per ton, pajak mencapai 25 persen ketika harga mencapai RM 700 per ton.
Tabel 35. Matriks Perkembangan
Model dan Perspektif
Analisis : Struktur, Perilaku dan Kinerja Pasar Berdasarkan Mazhab
Indikator
Harvard Tradition Chicago School
Contestable Market Game Theory
New-Harvard Tradition
Strategic Behavior dari
Martin Kondisi Dasar
Υ Υ
Struktur Υ
Υ Υ
Oligopoli non- cooperative
Υ Υ
Perilaku Υ
Υ Υ
Υ Υ
Υ Kinerja
Υ Υ
Υ Υ
Υ Υ
Mekanisme S-C-P S-C-P
P-C-S P-entry-C-S
Asumsi S-C-P Interaktif
S-C-P Interaktif Strategi
Tetentu given Asumsi
Υ Kondisi entry
Terkendali Terkendali
Bebas Asumsi
Terkendali Terkendali
Peran Pemerintah Υ
Peran Teknologi Tetentu given
Tetentu given Tetentu given
Tetentu given Tetentu given
Υ Upaya Penjualan
Tetentu given Tetentu given
Tetentu given Tetentu given
Tetentu given Υ
Permintaan Tetentu given
Tetentu given Tetentu given
Asumsi Tetentu given
Υ Kemajuan
Tetentu given Tetentu given
Tetentu given Tetentu given
Tetentu given Υ
Bauran Marketing 4 P
4 P 4 P
4 P 4 P
4 P Bauran
Komunikasi Satu Arah
Satu Arah Satu Arah
Satu Arah Satu dan dua
Arah Satu dan dua
Arah Catatan : 0 = Tidak Penting 4 P = Product, Place, Price, Promotion
Υ = Sangat Penting 4 Cs = Customer, Cost, Convenience, Communication Sumber : Data Diolah, 2009.
Tabel 4...
Matriks Struktur, Perilaku dan Kinerja Pasar Industri Sawit di Malaysia Menurut Model SCP-MPO
Indikator
Strategic Behavior dari Martin
Model SCP-MPO Modifikasi Strategic Behavior dari Martin
Kondisi Dasar Υ
Υ Struktur
Υ Υ
Perilaku Υ
Υ Kinerja
Υ Υ
Mekanisme S-C-P S-C-P Interaktif
S-C-P Interaktif Terkendali Strategi
Υ Υ
Kondisi entry Terkendali
Terkendali Peran Pemerintah
Υ Peran Teknologi
Υ Υ
Permintaan Υ
Υ Kemajuan
Υ Υ
Upaya Penjualan Υ
Υ Bauran Marketing
4 P 4 P dan 4 Cs
Bauran Komunikasi Satu dan dua Arah
Terintegrasi IMC Catatan : 0 = Tidak Penting 4 P = Product, Place, Price, Promotion
Υ = Sangat Penting 4 Cs = Customer, Cost, Convenience, Communication
Tabel 72.
Matriks H-C
Perkembangan Struktur Pasar Industri Sawit Malaysia 1960-2008 Komponen
Elemen Perubahan
Kesimpulan
1960-1980 1981-1990
1991-2000 2001-2008
Kondisi Dasar BelumTertata
Pembinaan secara Internal
dan ekaternal Terkondisi Menuju
Mapan Pengembangan
Teknologi dan Analisis
Permintaan secara Intensif
Penggunaan Teknologi Terkini dengan Manajemen Komunikasi
Terpadu adalah Pilihan Terbaik Menjawab Permintaan
Konsumen Struktur
Oligopoli Kuat Oligopoli Kuat
Oligopoli Kuat Oligopoli Kuat
menuju Sedang Menuju Pengusaan Pasar
Global, Oligopoli Kuat Dalam Negeri, Penguasaan Teknologi
suatu Kondisi Keharusan Jumlah Penjual
Sedikit Sedikit
Beberapa, Oligopoli Kuat dengan
Asosiasi 4 Kelompok Besar,
Oligopoli Kuat dan Asosiasi
Menjadi Oligopoli Kuat Sebagai Taktik mendapatkan Kinerja
yang Baik Jumlah Pembeli
Terbatas Mulai Ekspansi
Berkembang Sangat
Berkembang Memperbanyak Pembeli adalah
Tujuan yang Mesti Dicapai Kondisi entry
Terbatas Terbatas
Mulai Banyak dan Terkendali
Mulai Banyak dan Terkendali
Pengendalian Perusahaan Masuk dan Keluar Industri
Menjadi Kunci Efisiensi Differensiasi
Belum Berkembang
Mulai Digalakkan Terus digalakkan
Menuju Mapan Terus digalakkan
Menuju Mapan Diferensiasi Produk Menjadi
Sumber Kekuatan Industri Sawit Malaysia
Diversivikasi Belum
Berkembang Mulai Digalakkan
Terus digalakkan Menuju Mapan
Mapan Diversifikasi Berkelanjutan, Kiat
Memperkuat Struktur Pasar Sumber : MPOB, 2009.
Tabel 73.
Matriks H-C
Perkembangan Struktur Pasar Industri Sawit Indonesia 1960-2008 Komponen
Elemen Perubahan
Kesimpulan
1960-1980 1981-1990
1991-2000 2001-2008
Kondisi Dasar BelumTertata
BelumTertata Menuju Liberalisasi
Ekonomi Penerapan
Teknologi diserahkan kepada
Mekanisme Pasar Penggunaan Teknologi tidak
dintervensi Pemerintah, Jumlah Permintaan Diserahkan kepada
Mekanisme Pasar Struktur
Oligopoli Kuat Oligopoli Kuat
Oligopoli Kuat Oligopoli Kuat
Menuju Sedang Oligopoli Lemah Dalam
Negeri, Penguasaan Teknologi Diserahkan kepada Pelaku
Pasar Jumlah Penjual
Banyak Belum Tertata
Banyak Belum Tertata
Banyak Belum Tertata
Banyak Belum Tertata
Mekanisme Pasar Bebas Dianggap sebagai Acuan
Pengembangan Pasar Sawit Indonesia
Jumlah Pembeli Beberapa
Beberapa Banyak
Banyak Memperbanyak Pembeli Menjadi
Solusi Ditengah Ketatnya Persaingan Pasar
tKondisi entry Terbatas
Terbatas Terkendali
Terkendali Bebas Masuk dan Keluar Pasar
Menjadi Keharusan dalam Mekanisme Pasar Bebas
Differensiasi Belum
Berkembang Belum
Berkembang Belum Berkembang
Mulai Dikembangkan
Diferensiasi Produk Menjadi Urusan Pelaku Pasar
Diversivikasi Belum
Berkembang Mulai
Dikembangkan Mulai Dikembangkan
Mulai Berkembangkan
Diversifikasi Berterusan sebagai Kiat Penetrasi Pasar
Sumber : Deptan RI, 2009.
Tabel 74.
Matriks H-C
Perkembangan Perilaku Pasar Industri Sawit Malaysia 1960-2008
Komponen Elemen Perubahan
Kesimpulan 1960-1980
1981-1990 1991-2000
2001-2008
Perilaku Pasar Masih Mencari
Formasi Mengarah ke
Mazhab Harvard Tradition
Mengarah ke Mazhab New-
Harvard Tradition Kombinasi Model
Strategic Behavior Martin dan New-
Harvard Tradition Prinsip Pragmatis, Efektifitas
Model, Kearifan Lokal, Menjadi Acuan dalam Pengembangan
Industri Sawit Malaysia Lokasi
Perkebunan, Pabrik Kelapa
Sawit dan Pergu- dangan Minyak
Sawit Malaysia BelumTertata
Pengembangan Kebun Terfokus
pada Semenanjung
Malaysia Mulai
Mengembangkan Kawasan Sabah dan
Serawak Menjadikan
Semenanjung Malaysia Sebagai
Pusat Prosesing, Sedangkan Sabah
dan Serawak Pusat Pengembangan
Kebun Pengaturan Tata Ruang Kebun
dan Industri Prosesing yang Baik Menuju Efisiensi Tinggi
untuk Menjawab Permintaan Konsumen Global
Penelitian dan Pengembangan
Terbatas pada Penelitian Bibit
Unggul Dibentuk Pusat
Penelitian Bibit dan Prosesing
PORLA, PORIM Menuju Penelitian
Terpadu yang Lebih Kompleks PORLA,
PORIM Lebih Kompleks
Dikendalikan oleh MPOB dan MPOC
Menjadikan RD Sebagai Dasar Penguasaan Pasar Global
Regulasi Investasi Tahap
Penataan, Kekuatan
Sendiri Mulai Melibatkan
Investor Luar Negeri
Harmonisasi Investor Lokal dan Luar
Negeri Investasi Terbuka
Terutama pada Industri Prosesing
Awalnya Keberpihakan pada Petani Lokal, Setelah itu
Investasi Terbuka pada Usaha Berteknologi Tinggi
Kegiatan Advertensi dan
Promosi Terbatas
Mulai Intensif Pembentukan Divisi
Advertensi dan Promosi di Daerah
Tujuan Ekapor Pembentukan
Lembaga Khusus Bidang Promosi
MPOC Profesionalitas, Taat Azas
RSPO, Ekspansi Marketing, Komersialisasi Penuh Menjadi
Target yang harus Dicapai Sumber : MPOB, 2009.
Tabel 75.
Matriks H-C
Perkembangan Perilaku Pasar Industri Sawit Indonesia 1960-2008
Komponen Elemen Perubahan
Kesimpulan 1960-1980
1981-1990 1991-2000
2001-2008
Perilaku Pasar Masih Mencari
Formasi Mengarah ke
Mazhab Harvard Tradition
Mengarah ke Mazhab New-
Harvard Tradition Mengarah ke
Mazhab New- Harvard Tradition
Prinsip Pasar Bebas, Ekonomi Terbuka, Liberalisasi
Perdagangan Sebagai Acuan Pengembangan Industri Sawit di
Indonesia Lokasi
Perkebunan, Pabrik Kelapa
Sawit dan Pergu- dangan Minyak
Sawit Malaysia BelumTertata
Pengembangan Kebun Sawit
Masih di Sumatera
Mulai Mengembangkan
Kawasan ke Sumatera,
Kalimantan, Papua, Sulawesi
Menjadikan Sumatera,
Kalimantan dan Papua Sebagai
Basis Produsen Sawit Indonesia
Masih Diperlukan Pengaturan Tata Ruang Kebun dan Industri
Prosesing yang Baik Menuju Efisiensi Tinggi untuk
Konsumen Global Penelitian dan
Pengembangan Terbatas pada
Penelitian Bibit Unggul
Dibentuk Pusat Penelitian Bibit
dan Prosesing Tapi Masih di
Tingkat Akademis Menuju Penelitian
Terpadu yang Lebih Kompleks
Lebih Kompleks Melibatkan
Peranan Swasta Industri Sawit Indonesia Masih
Belum Menjadikan RD Sebagai Dasar Penggembanagn Pasar
Global Regulasi Investasi
Tahap Penataan,
Kekuatan Sendiri
Mulai Melibatkan Investor Luar
Negeri Harmonisasi Investor
Lokal dan Luar Negeri
Investasi Sangat Terbuka
Diminasi Perusahaan Swasta dalam Menguasai Lahan
Perkebunan Cukup Dominan di Indonesia
Kegiatan Advertensi dan
Promosi Terbatas
Terbatas Terbatas
Terbatas Belum Profesional dalam
Pengelolaan Industri Sawit, Tidak aat Azas RSPO, Bidang
Marketing Belum Berkembang Sumber : Deptan RI, 2009.
Tabel 76.
Matriks H-C
Perkembangan Kinerja Pasar Industri Sawit Malaysia 1960-2008
Komponen Elemen Perubahan
Kesimpulan 1960-1980
1981-1990 1991-2000
2001-2008
Kinerja Pasar Masih Terbatas
pada Ekspor CPO saja
Mulai Pengembangan
Seri Produk Turunan CPO
Differensiasi dan Diversivikasi serta
Nilai Tambah Semakin Besar
Produktivitas Tinggi, Efisiensi Tinggi,
Usaha Terpadu Penguasaan Pangsa Pasar
Mimyak Sawit Global Dapat Dicapai dengan Nilai Tambah
Produk Industri Sawit yang Tinggi dan Berkualitas
Perilaku Harga BelumTertata
Price Taker Pengembangan
Seri Produk, Menyiasati Harga
untuk Profit Tinggi di Seluruh
Dunia Pada Produk dan
Daerah Tertentu, Produk Turunan
Sawit Malaysia Penentu Harga
Price Leader Beberapa Seri
Produk Turunan Sawit Malaysia
Unggul di Pasar Minyak Nabati Dunia
price setter Pengembangan Seri Produk,
Produktivitas Tinggi, Efisiensi Tinggi, Produk Unggul dapat
Merubah Status Industri Sawit Malaysia dari Pengambil Harga
Price Taker Menjadi Penentu Harga price setter
Produk yang Dikembangkan
Terbatas pada Bibit Unggul dan
Bahan Baku CPO Pengembangan
Bioteknologi dan Teknologi
Prosesing oleh PORLA, PORIM
Lebih 300 Item Produk Penelitian
dan sekurangnya 28 Macam Produk
Unggul di Pasar LN Lebih 450 Item
Produk Penelitian dan sekurangnya
lebih 90 Macam Produk Unggul Sawit
di Pasar LN Pengembangan Produk Baru
Upaya Penguasaan Pasar Global
Nilai Ekspor Minyak Sawit
dan Produk Swit
Total Nilai Ekspor Produk Sawit
Malaysia dibawah RM 3 Milyar per
Tahun Total Nilai Ekspor
Produk Sawit Malaysia dibawah
RM 8 Milyar per Tahun
Total Nilai Ekspor Produk Sawit
Malaysia Masih dibawah RM 25
Milyar per Tahun Total Nilai Ekspor
Produk Sawit Malaysia Mencapai
RM 65 Milyar atau US 17.2 Milyar per
Tahun Setiap Dasawarsa, Kenaikan
nilai Ekspor Minyak Sawit dan Produk sawit Malaysia Tumbuh
melebihi 12 per tahun.
Sumber : MPOB, 2009.
Tabel 77.
Matriks H-C
Perkembangan Kinerja Pasar Industri Sawit Indonesia 1960-2008
Komponen Elemen Perubahan
Kesimpulan 1960-1980
1981-1990 1991-2000
2001-2008
Kinerja Pasar Masih Terbatas
pada Ekspor CPO saja
Mulai Pengembangan
Seri Produk Turunan CPO
Pengembangan Seri Produk Turunan CPO
dan Diversivikasi Pasar Masih
Terbatas Pengembangan Seri
Produk Turunan CPO dan Diversivikasi
Pasar Masih Terbatas
Industri Sawit Indonesia Lebih Fokus pada Produksi Minyak
Sawit Mentah dan Nilai Tambah Produk Industri Sawit Masih
Belum Berkembang Perilaku Harga
BelumTertata Price Taker
Industri Sawit Indonesia Fokus
pada Penguasaan
Produksi Minyak Sawit Mentah
Dunia Pada Produk CPO,
Minyak Sawit Indonesia sudah
Dapat Mempengaruhi Harga Dunia Price
Leader Indonesia Menjadi
Produsen Minyak Sawit Mentah
Terbesar dan Penentu Harga Dunia
price setter, Produk Turunan Sawit,
Belum Berkembang Industri Sawit Indonesia Lebih
Fokus Memproduksi dan Menguasai Pasar Minyak Sawit
Mentah Dunia dan sebagai Penentu Harga Price Setter
namun pada Produk Turunan Sawit Belum Banyak
Perkembangan Produk yang
Dikembangkan Terbatas pada
Bibit Unggul dan Bahan Baku CPO
Terbatas pada Bibit Unggul dan
Bahan Baku CPO Terbatas pada Bibit
Unggul dan Bahan Baku CPO
Terbatas pada Bibit Unggul dan Bahan
Baku CPO dan Mulai Dikembangkan
Produk Turunan Terus Melakukan
Pengembangan Luas Areal Kebun untuk Memproduksi
Minyak Sawit Mentah sebagai Strategi Penguasaan Pasar
Global Nilai Ekspor
Minyak Sawit dan Produk
Swit Total Nilai Ekspor
Produk Sawit Indonesia
dibawah US 254 Juta per
Tahun Total Nilai Ekspor
Produk Sawit Indonesia
dibawah US 247 Juta per
Tahun Total Nilai Ekspor
Produk Sawit Indonesia Masih
dibawah US 1 326 Juta per
Tahun Total Nilai Ekspor
Produk Sawit Indonesia Mencapai
US 8 866 Juta per Tahun
Pada Tiga Dasawarsa 1960- 1990 nilai Ekspor Minyak Sawit
Indonesia tidak Berkembang namun Dua Dasawarsa terakhir
telah Banyak Perkembangannya Sumber : Deptan RI, 2009.
Tabel 78.
Matriks H-C
Perkembangan Strategi pada Struktur Pasar Industri Sawit Malaysia 1960-2008
Komponen Elemen Perubahan
Kesimpulan 1960-1980
1981-1990 1991-2000
2001-2008
Perubahan Main Stream
Menurut Zaman
Kebun Sawit untuk
Memberantas Kemiskinan
Masyarakat di Pedesaan
Penambahan Out Let Pemasaran di
Negara Pengimpor
Produk Sawit Aman bagi Kesehatan, dan
Lingkungan serta Sesuai Selera
Konsumen Menjadikan RD
sebagai Basis Inovasi Produk
Unggul. Menciptakan Produk Pro
Konsumen Pragmatisme, Responsif
terhadap Selera Konsumen, ditopang RD dan Teknologi
Moderen Menjadikan Industri Sawit Malaysia Unggul di Pasar
Minyak Nabati Dunia Jumlah Penjual
Banyak Penataan Penjual
Melalui Asosiasi Penjual dapat
Digolongkan kedalam 4 Kelompok Besar
Asosiasi Saja Oligopoli Kuat Dalam
Negeri dengan CR4 + 90
Strategi Memperkecil Penjual Dalam Negeri Melalui Asosiasi
dapat Memperbesar Posisi Tawar Produk Sawit Malaysia di
Pasar Minyak Nabati Dunia Jumlah
Pembeli Terbatas
Diversivikasi Pasar dan
Differensiasi Produk mulai
Dikembangkan Diversivikasi Pasar
dan Differensiasi Produk terus
Dikembangkan untuk Memperbanyak
Pembeli Diversivikasi,
Penetrasi Pasar dan Differensiasi Produk
Berkualitas Tinggi terus Dilakukan,
Konsep Brand Malaysia Diluncurkan
Inovasi Secara Terus Menerus, Penguasaan Informasi dan
Komunikasi dengan Konsumen Menjadi Dasar Penguasaan
Pangsa Pasar
Kondisi entry Bebas
Terkendali, Penataan Petani
Berlahan Sempit untuk Skala
Usaha Optimum Terkendali, Petani
dan Perusahaan Baru Masuk Industri
Dikendalikan agar Mencapai Skala
Optimum Terkendali Pada
Tataran Kebun, Bebas Investasi
Pada Industri Prosesing dan
Produk Jadi Keberpihakan pada Petani yang
Pro Pasar dan Industri Maju, Transfer Teknologi Memberi
Kontribusi yang Tinggi bagi Perekonomian Nasional
Malaysia Sumber : Data Diolah, 2009.
Tabel 78.
Matriks H-C Lanjutan Komponen
Elemen Perubahan Kesimpulan
1960-1980 1981-1990
1991-2000 2001-2008
Differensiasi Terbatas
Setelah Kampanye
Negatif dari ASA 1980, Mulai
Dikembangkan Differensiasi
Produk Berbasis Sawit Secara
Luas Dikembangkan Pusat
Penelitian Bioteknologi,
Oleokimia, Lingkungan,
Differensiasi Produk Berbasis Sawit Lebih
Luas Dikembangkan Pusat
Penelitian Bioteknologi,
Oleokimia, Biodiesel Lingkungan,
Teknologi Prosesing, Differensiasi Produk
Berbasis Sawit Sangat Luas
Menjadikan R D Sebagai Basis Kekuatan Industri Sawit
Malaysia dalam Menguasai Pangsa Pasar Ekspor Produk
Minyak dan Lemak Nabati Dunia
Integrasi Vertikal
Terbatas Pendirian industri
Pengolahan Minyak Sawit di
Malaysia dan di Negara Tujuan
Ekspor Penguasaan
Teknologi, Ekspansi Usaha Industri Hilir di
Negara Tujuan Ekspor Makin
Diintensifkan Dikembangkan
Berbagai Model Integrasi, di Tingkat
Kebun dan di Tingkat Prosesing
Menjadikan Konsep Integrasi Usaha sebagai Upaya Efisiensi
dan Meingkatkan Produktivitas Lahan dan Peralatan Pabrik
Pengolahan Produk Sawit Diversivikasi
Pasar Terbatas
Produk Inovasi, Produk Substitusi
Mulai Digalakkan untuk Penetrasi
Pasar Luar Negeri
Produk Inovasi, Produk Substitusi,
dan Berbagai Kemanfaatan
Produk Sawit Terus Dikembangkan
Dengan Produk Inovasi, Produk
Substitusi, dan Kemanfaatan Sawit
Ditingkatkan dan Biodiesel sebagai
Produk dari Strategi Laut Biru,
Permintaan Tanpa Batas Masa Datang
Dengan Diversifikasi Secara Terus Menerus, Dicapai Struktur
Pasar yang Kuat Dalam Negari Malaysia dan Penguasaan
Pangsa Pasar Produk Minyak Sawit Duina
Sumber : Data Diolah, 2009.
Tabel 79.
Matriks H-C
Perkembangan Strategi pada Perilaku Pasar Industri Sawit Malaysia 1960-2008
Komponen Elemen Perubahan
Kesimpulan 1960-1980
1981-1990 1991-2000
2001-2008
Perubahan Main Stream
Menurut Zaman Komoditi Sawit
sebagai Produk Diversifikasi
Komoditi Tanaman Karet
Komoditi Sawit Menjadi Komoditi
Unggul Minyak Sawit dan
Produk Turunan Sawit Menjadi
Komoditi Paling Primadona
Melalui Kepiawaian Pengelolaan Industri
Sawit, Malaysia Ekspansi Usaha ke
Negara Lain Berawal dari Sesuatu yang
Sederhana, Dikelola Secara Serius dan Profesional, Kelapa
Sawit Menjadi Komoti paling Handal Merambah Pasar Dunia
Perilaku Pasar Belum Terarah
Mulai Ditata oleh FELDA
Masih Belum Fokus Komoditi Sawit
Dijadikan sebagai Komoditi Komersial
Penuh, Arahan dari MPOB
Strategi Mengarahkan Perilaku Pasar Mesti dilakukan
Pemerintah yang Profesional melalui MPOB dengan Sistem
Bagi Hasil Lokasi
Perkebunan, Pabrik Kelapa
Sawit dan Pergu-
dangan Minyak Sawit Malaysia
Terbatas pada Kawasan
Semenanjung Malaysia
Mulai dikembangkan ke
Sabah dan Serawak
Ekspansi ke Luar Negeri Melalui
Strategi Penguasaan Sumber Daya
Resources Seeker Strategy
Intensifikasi Pertanian Melalui
Berbagai Integrasi Usaha, Ekspansi
Investasi Industri ke Luar Negeri
Mulai dari Optimalisasi Lahan dalam Negari Menuju
Penguasaan Lahan Pertanian ke Berbagai Negara di Seluruh
Dunia
Sumber : Data Diolah, 2009.
Tabel 79.
Matriks H-C Lanjutan Komponen
Elemen Perubahan Kesimpulan
1960-1980 1981-1990
1991-2000 2001-2008
Penelitian dan Pengembangan
Terbatas pada Penelitian Bibit
Unggul Dibentuk Pusat
Penelitian Terpadu PORLA,
PORIM tapi Belum Fokus
Menuju Penelitian Terpadu dan Lebih
Kompleks Melibatkan Banyak Kalangan
Dalam dan Luar Negeri
Pusat R D dan Pengendalian
Industri oleh MPOB dan Pemasaran oleh
MPOC Melibatkan Banyak Peneliti Antar
Bangsa Dengan Sistem Pengelolaan
dan Motivasi yang Tepat Seperti Bagi Hasil dan Bonus yang
Tinggi dapat Dilahirkan Temuan Ilmiah Inovatif
Regulasi Investasi
Tahap Penataan, Relokasi Petani
ke Daerah Potensial dengan
Kekuatan Pemerintah
Sendiri Mulai Melibatkan
Investor Luar Negeri
Membangun Kota Satelit di Daerah
Pedesaan Pemerintah Mengatur
Tata Ruang Lahan Usaha antara Petani
Lokal dan Investor Luar Negeri
Memberi Keringanan Syarat Investasi Bagi
Investor Asing Terutama pada
Industri Prosesing dan Memberi
Transfer Teknologi Keberpihakan pada Petani Lokal
dengan Penguasaan Lahan, Dibangun Kota di Pedesaan
Setelah itu Investasi Terbuka Bagi Asing, Khususnya yang
Berteknologi Tinggi Kegiatan
Advertensi dan Promosi
Terbatas pada Prromosi CPO ke
Negara Tujuan Ekspor
Ekspansi Out Let ke Konsumen
Akhir di Berbagai Negara Tujuan
Ekspor Menjalin Kerjasama
dengan Perusahaan lain dan Pembentuk-
an Divisi Advertensi dan Promosi di
Daerah Tujuan Ekspor
Pembentukan Lembaga Khusus
Bidang Promosi MPOC, Kerja Sama
bidang Marketing, Merger, Akuisisi
Beberapa Perusahaan Asing,
Diluncurkan Konsep The Brand Malaysia
Dengan Konsep Ramah Lingkungan, ProduktivitasTinggi
dan Usaha Berkelanjutan, Makanan Sehat Bagi Manusia,
Dibangun Konsep The Brand Malaysia sebagai Armada
Ekspansi Marketing Produk Sawit Malaysia ke Pasar Dunia
Sumber : Data Diolah, 2009.
Tabel 60. Kinerja Ekspor Produk Industri Sawit Malaysia Menurut Jenis Produk Turunan Tahun 1997-2008
Jenis Produk 1997
2000 2003
Volume Ton Nilai RM Juta
Volume Ton Nilai RM Juta
Volume Ton Nilai RM Juta
Minyak Sawit Mentah CPO 31 303
41.9 398 352
341.4 1 239 578
1 870.0 Minyak Sawit Olahan PPO
7 458 667 10 539.1
8 683 143 9 875.7
11 026 486 18 013.5
Total Minyak Swit 7 489 969
10 581.0 9 081 495
10 217.4 12 266 064
19 883.5
Minyak Inti Sawit Mentah PKO 17 808
29.2 20 071
32.3 79 696
120.7 Minyak Inti Sawit Olahan PPKO
378 977 730.4
500 209 1 033.8
788 962 1 462.6
Total Minyak Inti Swit 396 785
759.6 520 280
1 066.1 868 658
1 583.3
Kernel Cake Sawit 1 087 732
207.2 1 349 932
196.4 1 809 957
337.9 Oleokimia
553 131 1 208.3
1 137 871 3 032.3
1 568 239 3 846.9
Produk Jadi 77 815
135.7 249 647
401.5 259 472
535.7 Lainnya
2 433 2.5
26 619 15.2
48 945 39.1
Total Produk Minyak Sawit 9 607 866
12 894.3 12 365 844
14 928.6 16 821 334
26 226.4
Sumber : Data Diolah, 2009.
Tabel 60. Kinerja Lanjutan
Jenis Produk 2006
2008
Volume Ton Nilai RM Juta
Volume Ton Nilai RM Juta
Minyak Sawit Mentah CPO 2 376 542
3 440.5 2 336 577
6 379.4 Minyak Sawit Olahan PPO
12 046 626 19 246.4
13 075 935 41 546.6
Total Minyak Swit 14 423 168
22 687.0 15 412 512
47 925.9
Minyak Inti Sawit Mentah PKO 96 719
178.0 149 182
521.0 Minyak Inti Sawit Olahan PPKO
833 956 1 979.8
898 236 3 638.8
Total Minyak Inti Swit 930 676
2 157.8 1 047 418
4 159.8
Kernel Cake Sawit 2 134 723
424.9 2 261 268
990.9 Oleokimia
2 111 271 5 484.5
2 075 897 8 706.4
Biodiesel 47 986
120.9 182 108
610.7 Produk Jadi
420 650 896.3
670 612 2 656.6
Lainnya 91 420
79.3 114 114
164.8
Total Produk Minyak Sawit 20 159 893
31 850.7 21 763 929
65 215.2
Sumber : Data Diolah, 2009.
Tabel 70. Nilai Ekspor Produk Turunan Sawit Indonesia Menurut Jenis Tahun 2007 No.
Jenis Produk Volume ton
Nilai 1000 US
1 Inti Kelapa Sawit
20 548 7 657
2 Minyak Sawit Mentah
5 701 286 3 738 652
3 Minyak Sawit
511 085 337 463
4 Konsetrat Sawit RBD
3 692 092 2 525 922
5 Konsetrat Sawit RBD Lainnya
936 134 592 398
6 Minyak Sawit RBD
838 702 562 183
7 Minyak Sawit dan Turunan Lainnya
196 118 112 021
8 Minyak Inti Sawit Mentah
1 107 450 807 873
9 Minyak Suling Inti Sawit
1 143 1 040
10 Turunan Minyak Inti Sawit
40 485 28 859
11 Inti Sawit Olein RBD
6 998 5 534
12 Inti Sawit Stearin RBD
138 325 118 363
13 Turunan Minyak Inti Sawit
20 008 18 742
14 Turunan Minyak Inti Sawit Babassu
20 915 17 394
15 Residu Minyak Kue dan Bentuk Lainnya
1 969 444 204 182
Total Nilai 15 200 733
9 078 283 Sumber : Dirjen Perkebunan, 2008.
Tabel 71. Volume dan Nilai Ekspor Kelapa Sawit Indonesia Tahun 1980-2007
Sumber : Dirjen Perkebunan, 2008. Tahun
Minyak Sawit dan Minyak Lainnya
Minyak Inti Sawit dan Minyak Inti Lainnya
Jumlah Volume
Ton Nilai
000 US Volume
Ton Nilai
000 US Volume
Ton Nilai
000 US Nilai
RM 000 1980
502 902 254 739
- -
502 902 254 739
-
1983 345 777
111 462 -
- 345 777
111 462
253 465
1986 566 885
112 918 41 863
9 670 608 748
122 588
302 792
1989 781 844
244 639 135 447
48 089 917 291
292 728
798 972
1992 1 030 272
356 494 222 541
109 841 1 252 813
466 335
1 225 762
1995 1 265 024
747 414 311 399
187 267 1 576 423
934 681
2 390 166
1998 1 479 278
745 277 347 009
195 447 1 826 287
940 724
4 275 591
2001 4 903 218
1 080 906 581 926
146 259 5 485 144
1 227 165
4 663 227
2004 8 661 647
3 441 776 904 327
502 681 9 565 974
3 944 457
14 988 937
2007 11 875 418
7 868 640 1 335 324
997 805 13 210 742
8 866 445
31 045 857
Tabel 24.
Matriks H-C
Perkembangan Struktur Pasar Industri Sawit Malaysia 1960-2008 Komponen
Elemen Perubahan
Kesimpulan
1960-1980 1981-1990
1991-2000 2001-2008
Kondisi Dasar BelumTertata
Pembinaan secara Internal
dan ekaternal Terkondisi Menuju
Mapan Pengembangan
Teknologi dan Analisis
Permintaan secara Intensif
Penggunaan Teknologi Terkini dengan Manajemen Komunikasi
Terpadu adalah Pilihan Terbaik Menjawab Permintaan
Konsumen Struktur
Oligopoli Kuat Oligopoli Kuat
Oligopoli Kuat Oligopoli Kuat
menuju Sedang Menuju Pengusaan Pasar
Global, Oligopoli Kuat Dalam Negeri, Penguasaan Teknologi
suatu Kondisi Keharusan Jumlah Penjual
Sedikit Sedikit
Beberapa, Oligopoli Kuat dengan
Asosiasi 4 Kelompok Besar,
Oligopoli Kuat dan Asosiasi
Menjadi Oligopoli Kuat Sebagai Taktik mendapatkan Kinerja
yang Baik Jumlah Pembeli
Terbatas Mulai Ekspansi
Berkembang Sangat
Berkembang Memperbanyak Pembeli adalah
Tujuan yang Mesti Dicapai Kondisi entry
Terbatas Terbatas
Mulai Banyak dan Terkendali
Mulai Banyak dan Terkendali
Pengendalian Perusahaan Masuk dan Keluar Industri
Menjadi Kunci Efisiensi Differensiasi
Belum Berkembang
Mulai Digalakkan Terus digalakkan
Menuju Mapan Terus digalakkan
Menuju Mapan Diferensiasi Produk Menjadi
Sumber Kekuatan Industri Sawit Malaysia
Diversivikasi Belum
Berkembang Mulai Digalakkan
Terus digalakkan Menuju Mapan
Mapan Diversifikasi Berkelanjutan, Kiat
Memperkuat Struktur Pasar Sumber : MPOB, 2009.
Tabel 25.
Matriks H-C
Perkembangan Struktur Pasar Industri Sawit Indonesia 1960-2008 Komponen
Elemen Perubahan
Kesimpulan
1960-1980 1981-1990
1991-2000 2001-2008
Kondisi Dasar BelumTertata
BelumTertata Menuju Liberalisasi
Ekonomi Penerapan
Teknologi diserahkan kepada
Mekanisme Pasar Penggunaan Teknologi tidak
dintervensi Pemerintah, Jumlah Permintaan Diserahkan kepada
Mekanisme Pasar Struktur
Oligopoli Kuat Oligopoli Kuat
Oligopoli Kuat Oligopoli Kuat
Menuju Sedang Oligopoli Lemah Dalam
Negeri, Penguasaan Teknologi Diserahkan kepada Pelaku
Pasar Jumlah Penjual
Banyak Belum Tertata
Banyak Belum Tertata
Banyak Belum Tertata
Banyak Belum Tertata
Mekanisme Pasar Bebas Dianggap sebagai Acuan
Pengembangan Pasar Sawit Indonesia
Jumlah Pembeli Beberapa
Beberapa Banyak
Banyak Memperbanyak Pembeli Menjadi
Solusi Ditengah Ketatnya Persaingan Pasar
tKondisi entry Terbatas
Terbatas Terkendali
Terkendali Bebas Masuk dan Keluar Pasar
Menjadi Keharusan dalam Mekanisme Pasar Bebas
Differensiasi Belum
Berkembang Belum
Berkembang Belum Berkembang
Mulai Dikembangkan
Diferensiasi Produk Menjadi Urusan Pelaku Pasar
Diversivikasi Belum
Berkembang Mulai
Dikembangkan Mulai Dikembangkan
Mulai Berkembangkan
Diversifikasi Berterusan sebagai Kiat Penetrasi Pasar
Sumber : Deptan RI, 2009.
Tabel 26.
Matriks H-C
Perkembangan Perilaku Pasar Industri Sawit Malaysia 1960-2008
Komponen Elemen Perubahan
Kesimpulan 1960-1980
1981-1990 1991-2000
2001-2008
Perilaku Pasar Masih Mencari
Formasi Mengarah ke
Mazhab Harvard Tradition
Mengarah ke Mazhab New-
Harvard Tradition Kombinasi Model
Strategic Behavior Martin dan New-
Harvard Tradition Prinsip Pragmatis, Efektifitas
Model, Kearifan Lokal, Menjadi Acuan dalam Pengembangan
Industri Sawit Malaysia Lokasi
Perkebunan, Pabrik Kelapa
Sawit dan Pergu- dangan Minyak
Sawit Malaysia BelumTertata
Pengembangan Kebun Terfokus
pada Semenanjung
Malaysia Mulai
Mengembangkan Kawasan Sabah dan
Serawak Menjadikan
Semenanjung Malaysia Sebagai
Pusat Prosesing, Sedangkan Sabah
dan Serawak Pusat Pengembangan
Kebun Pengaturan Tata Ruang Kebun
dan Industri Prosesing yang Baik Menuju Efisiensi Tinggi
untuk Menjawab Permintaan Konsumen Global
Penelitian dan Pengembangan
Terbatas pada Penelitian Bibit
Unggul Dibentuk Pusat
Penelitian Bibit dan Prosesing
PORLA, PORIM Menuju Penelitian
Terpadu yang Lebih Kompleks PORLA,
PORIM Lebih Kompleks
Dikendalikan oleh MPOB dan MPOC
Menjadikan RD Sebagai Dasar Penguasaan Pasar Global
Regulasi Investasi Tahap
Penataan, Kekuatan
Sendiri Mulai Melibatkan
Investor Luar Negeri
Harmonisasi Investor Lokal dan Luar
Negeri Investasi Terbuka
Terutama pada Industri Prosesing
Awalnya Keberpihakan pada Petani Lokal, Setelah itu
Investasi Terbuka pada Usaha Berteknologi Tinggi
Kegiatan Advertensi dan
Promosi Terbatas
Mulai Intensif Pembentukan Divisi
Advertensi dan Promosi di Daerah
Tujuan Ekapor Pembentukan
Lembaga Khusus Bidang Promosi
MPOC Profesionalitas, Taat Azas
RSPO, Ekspansi Marketing, Komersialisasi Penuh Menjadi
Target yang harus Dicapai Sumber : MPOB, 2009.
Tabel 27.
Matriks H-C
Perkembangan Perilaku Pasar Industri Sawit Indonesia 1960-2008
Komponen Elemen Perubahan
Kesimpulan 1960-1980
1981-1990 1991-2000
2001-2008
Perilaku Pasar Masih Mencari
Formasi Mengarah ke
Mazhab Harvard Tradition
Mengarah ke Mazhab New-
Harvard Tradition Mengarah ke
Mazhab New- Harvard Tradition
Prinsip Pasar Bebas, Ekonomi Terbuka, Liberalisasi
Perdagangan Sebagai Acuan Pengembangan Industri Sawit di
Indonesia Lokasi
Perkebunan, Pabrik Kelapa
Sawit dan Pergu- dangan Minyak
Sawit Malaysia BelumTertata
Pengembangan Kebun Sawit
Masih di Sumatera
Mulai Mengembangkan
Kawasan ke Sumatera,
Kalimantan, Papua, Sulawesi
Menjadikan Sumatera,
Kalimantan dan Papua Sebagai
Basis Produsen Sawit Indonesia
Masih Diperlukan Pengaturan Tata Ruang Kebun dan Industri
Prosesing yang Baik Menuju Efisiensi Tinggi untuk
Konsumen Global Penelitian dan
Pengembangan Terbatas pada
Penelitian Bibit Unggul
Dibentuk Pusat Penelitian Bibit
dan Prosesing Tapi Masih di
Tingkat Akademis Menuju Penelitian
Terpadu yang Lebih Kompleks
Lebih Kompleks Melibatkan
Peranan Swasta Industri Sawit Indonesia Masih
Belum Menjadikan RD Sebagai Dasar Penggembanagn Pasar
Global Regulasi Investasi
Tahap Penataan,
Kekuatan Sendiri
Mulai Melibatkan Investor Luar
Negeri Harmonisasi Investor
Lokal dan Luar Negeri
Investasi Sangat Terbuka
Diminasi Perusahaan Swasta dalam Menguasai Lahan
Perkebunan Cukup Dominan di Indonesia
Kegiatan Advertensi dan
Promosi Terbatas
Terbatas Terbatas
Terbatas Belum Profesional dalam
Pengelolaan Industri Sawit, Tidak aat Azas RSPO, Bidang
Marketing Belum Berkembang Sumber : Deptan RI, 2009.
Tabel 28.
Matriks H-C
Perkembangan Kinerja Pasar Industri Sawit Malaysia 1960-2008
Komponen Elemen Perubahan
Kesimpulan 1960-1980
1981-1990 1991-2000
2001-2008
Kinerja Pasar Masih Terbatas
pada Ekspor CPO saja
Mulai Pengembangan
Seri Produk Turunan CPO
Differensiasi dan Diversivikasi serta
Nilai Tambah Semakin Besar
Produktivitas Tinggi, Efisiensi Tinggi,
Usaha Terpadu Penguasaan Pangsa Pasar
Mimyak Sawit Global Dapat Dicapai dengan Nilai Tambah
Produk Industri Sawit yang Tinggi dan Berkualitas
Perilaku Harga BelumTertata
Price Taker Pengembangan
Seri Produk, Menyiasati Harga
untuk Profit Tinggi di Seluruh
Dunia Pada Produk dan
Daerah Tertentu, Produk Turunan
Sawit Malaysia Penentu Harga
Price Leader Beberapa Seri
Produk Turunan Sawit Malaysia
Unggul di Pasar Minyak Nabati Dunia
price setter Pengembangan Seri Produk,
Produktivitas Tinggi, Efisiensi Tinggi, Produk Unggul dapat
Merubah Status Industri Sawit Malaysia dari Pengambil Harga
Price Taker Menjadi Penentu Harga price setter
Produk yang Dikembangkan
Terbatas pada Bibit Unggul dan
Bahan Baku CPO Pengembangan
Bioteknologi dan Teknologi
Prosesing oleh PORLA, PORIM
Lebih 300 Item Produk Penelitian
dan sekurangnya 28 Macam Produk
Unggul di Pasar LN Lebih 450 Item
Produk Penelitian dan sekurangnya
lebih 90 Macam Produk Unggul Sawit
di Pasar LN Pengembangan Produk Baru
Upaya Penguasaan Pasar Global
Nilai Ekspor Minyak Sawit
dan Produk Swit
Total Nilai Ekspor Produk Sawit
Malaysia dibawah RM 3 Milyar per
Tahun Total Nilai Ekspor
Produk Sawit Malaysia dibawah
RM 8 Milyar per Tahun
Total Nilai Ekspor Produk Sawit
Malaysia Masih dibawah RM 25
Milyar per Tahun Total Nilai Ekspor
Produk Sawit Malaysia Mencapai
RM 65 Milyar atau US 17.2 Milyar per
Tahun Setiap Dasawarsa, Kenaikan
nilai Ekspor Minyak Sawit dan Produk sawit Malaysia Tumbuh
melebihi 12 per tahun.
Sumber : MPOB, 2009.
Tabel 29.
Matriks H-C
Perkembangan Kinerja Pasar Industri Sawit Indonesia 1960-2008
Komponen Elemen Perubahan
Kesimpulan 1960-1980
1981-1990 1991-2000
2001-2008
Kinerja Pasar Masih Terbatas
pada Ekspor CPO saja
Mulai Pengembangan
Seri Produk Turunan CPO
Pengembangan Seri Produk Turunan CPO
dan Diversivikasi Pasar Masih
Terbatas Pengembangan Seri
Produk Turunan CPO dan Diversivikasi
Pasar Masih Terbatas
Industri Sawit Indonesia Lebih Fokus pada Produksi Minyak
Sawit Mentah dan Nilai Tambah Produk Industri Sawit Masih
Belum Berkembang Perilaku Harga
BelumTertata Price Taker
Industri Sawit Indonesia Fokus
pada Penguasaan
Produksi Minyak Sawit Mentah
Dunia Pada Produk CPO,
Minyak Sawit Indonesia sudah
Dapat Mempengaruhi Harga Dunia Price
Leader Indonesia Menjadi
Produsen Minyak Sawit Mentah
Terbesar dan Penentu Harga Dunia
price setter, Produk Turunan Sawit,
Belum Berkembang Industri Sawit Indonesia Lebih
Fokus Memproduksi dan Menguasai Pasar Minyak Sawit
Mentah Dunia dan sebagai Penentu Harga Price Setter
namun pada Produk Turunan Sawit Belum Banyak
Perkembangan Produk yang
Dikembangkan Terbatas pada
Bibit Unggul dan Bahan Baku CPO
Terbatas pada Bibit Unggul dan
Bahan Baku CPO Terbatas pada Bibit
Unggul dan Bahan Baku CPO
Terbatas pada Bibit Unggul dan Bahan
Baku CPO dan Mulai Dikembangkan
Produk Turunan Terus Melakukan
Pengembangan Luas Areal Kebun untuk Memproduksi
Minyak Sawit Mentah sebagai Strategi Penguasaan Pasar
Global Nilai Ekspor
Minyak Sawit dan Produk
Swit Total Nilai Ekspor
Produk Sawit Indonesia
dibawah US 254 Juta per
Tahun Total Nilai Ekspor
Produk Sawit Indonesia
dibawah US 247 Juta per
Tahun Total Nilai Ekspor
Produk Sawit Indonesia Masih
dibawah US 1 326 Juta per
Tahun Total Nilai Ekspor
Produk Sawit Indonesia Mencapai
US 8 866 Juta per Tahun
Pada Tiga Dasawarsa 1960- 1990 nilai Ekspor Minyak Sawit
Indonesia tidak Berkembang namun Dua Dasawarsa terakhir
telah Banyak Perkembangannya Sumber : Deptan RI, 2009.
Tabel 30.
Matriks H-C
Perkembangan Strategi pada Struktur Pasar Industri Sawit Malaysia 1960-2008
Komponen Elemen Perubahan
Kesimpulan 1960-1980
1981-1990 1991-2000
2001-2008
Perubahan Main Stream
Menurut Zaman
Kebun Sawit untuk
Memberantas Kemiskinan
Masyarakat di Pedesaan
Penambahan Out Let Pemasaran di
Negara Pengimpor
Produk Sawit Aman bagi Kesehatan, dan
Lingkungan serta Sesuai Selera
Konsumen Menjadikan RD
sebagai Basis Inovasi Produk
Unggul. Menciptakan Produk Pro
Konsumen Pragmatisme, Responsif
terhadap Selera Konsumen, ditopang RD dan Teknologi
Moderen Menjadikan Industri Sawit Malaysia Unggul di Pasar
Minyak Nabati Dunia Jumlah Penjual
Banyak Penataan Penjual
Melalui Asosiasi Penjual dapat
Digolongkan kedalam 4 Kelompok Besar
Asosiasi Saja Oligopoli Kuat Dalam
Negeri dengan CR4 + 90
Strategi Memperkecil Penjual Dalam Negeri Melalui Asosiasi
dapat Memperbesar Posisi Tawar Produk Sawit Malaysia di
Pasar Minyak Nabati Dunia Jumlah
Pembeli Terbatas
Diversivikasi Pasar dan
Differensiasi Produk mulai
Dikembangkan Diversivikasi Pasar
dan Differensiasi Produk terus
Dikembangkan untuk Memperbanyak
Pembeli Diversivikasi,
Penetrasi Pasar dan Differensiasi Produk
Berkualitas Tinggi terus Dilakukan,
Konsep Brand Malaysia Diluncurkan
Inovasi Secara Terus Menerus, Penguasaan Informasi dan
Komunikasi dengan Konsumen Menjadi Dasar Penguasaan
Pangsa Pasar
Kondisi entry Bebas
Terkendali, Penataan Petani
Berlahan Sempit untuk Skala
Usaha Optimum Terkendali, Petani
dan Perusahaan Baru Masuk Industri
Dikendalikan agar Mencapai Skala
Optimum Terkendali Pada
Tataran Kebun, Bebas Investasi
Pada Industri Prosesing dan
Produk Jadi Keberpihakan pada Petani yang
Pro Pasar dan Industri Maju, Transfer Teknologi Memberi
Kontribusi yang Tinggi bagi Perekonomian Nasional
Malaysia Sumber : Data Diolah, 2009.
Tabel 30.
Matriks H-C Lanjutan Komponen
Elemen Perubahan Kesimpulan
1960-1980 1981-1990
1991-2000 2001-2008
Differensiasi Terbatas
Setelah Kampanye
Negatif dari ASA 1980, Mulai
Dikembangkan Differensiasi
Produk Berbasis Sawit Secara
Luas Dikembangkan Pusat
Penelitian Bioteknologi,
Oleokimia, Lingkungan,
Differensiasi Produk Berbasis Sawit Lebih
Luas Dikembangkan Pusat
Penelitian Bioteknologi,
Oleokimia, Biodiesel Lingkungan,
Teknologi Prosesing, Differensiasi Produk
Berbasis Sawit Sangat Luas
Menjadikan R D Sebagai Basis Kekuatan Industri Sawit
Malaysia dalam Menguasai Pangsa Pasar Ekspor Produk
Minyak dan Lemak Nabati Dunia
Integrasi Vertikal
Terbatas Pendirian industri
Pengolahan Minyak Sawit di
Malaysia dan di Negara Tujuan
Ekspor Penguasaan
Teknologi, Ekspansi Usaha Industri Hilir di
Negara Tujuan Ekspor Makin
Diintensifkan Dikembangkan
Berbagai Model Integrasi, di Tingkat
Kebun dan di Tingkat Prosesing
Menjadikan Konsep Integrasi Usaha sebagai Upaya Efisiensi
dan Meingkatkan Produktivitas Lahan dan Peralatan Pabrik
Pengolahan Produk Sawit Diversivikasi
Pasar Terbatas
Produk Inovasi, Produk Substitusi
Mulai Digalakkan untuk Penetrasi
Pasar Luar Negeri
Produk Inovasi, Produk Substitusi,
dan Berbagai Kemanfaatan
Produk Sawit Terus Dikembangkan
Dengan Produk Inovasi, Produk
Substitusi, dan Kemanfaatan Sawit
Ditingkatkan dan Biodiesel sebagai
Produk dari Strategi Laut Biru,
Permintaan Tanpa Batas Masa Datang
Dengan Diversifikasi Secara Terus Menerus, Dicapai Struktur
Pasar yang Kuat Dalam Negari Malaysia dan Penguasaan
Pangsa Pasar Produk Minyak Sawit Duina
Sumber : Data Diolah, 2009.
IV. METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini terdiri dari kerangka teori, kerangka pemikiran, model analisis deskriptif dari struktur, perilaku dan kinerja Structure, Conduct and
Performance merupakan gabungan alur berfikir rezim new-strukturalis dari Carlton and Perlof, 2001 dan model Martin, 1993, kemudian penulis
membuat rekonstruksi model untuk menjelaskan perkembangan pasar minyak sawit dan produk sawit Malaysia, bab ini juga berisi tentang
metode penelitian serta deskripsi data.
4.1. Kerangka Teori 4.1.1. Analisis SCP
Analisis Struktur sebagai bagian dari komponen analisis Struktur, Perilaku dan Kinerja SCP, menekankan pengembangan pasar menurut
kerangka pemikiran Bain dan Mason 1959, Koeh 1980, Martin, 1993, Carlton and Perlof 2002. Penelitian ini melakukan modifikasi model
dengan menggabung model Carlton and Perlof 2001 dan Martin, 1993 sesuai realita pengembangan industri sawit di Malaysia tahun 1960-2008.
Menurut Martin, 1993, kerangka pemikiran teori organisasi industri terus berkembang dengan pandangan bahwa terdapat hubungan kausal
yang sederhana dalam model linear yang saling pengaruh mempengaruhi antara struktur, perilaku dan kinerja menurut aliran New-Harvard Tradition.
Bagian dari komponen model yaitu struktur dan perilaku, keduanya
ditentukan secara spesifik oleh sebagian keadaan dasar yaitu keadaan