B. Wilayah Museum Tugu Pahlawan
Museum 10 November berada di dalam kompleks Tugu Pahlawan Surabaya, tepatnya di sebelah utara Tugu Pahlawan. Gedung museum tersebut memiliki 3 atap
bangunan berbentuk prisma segi empat atau tumpeng segi empat yang berjajar. Bangunan atap yang terbesar berada di tengah. Bentuk ketiga bangunan prisma tersebut tersusun atas
3 bagian yang bertingkat ke atas yang masing-masing berbentuk prisma juga. Bagian paling bawah terbesar, bagian tengah lebih kecil, dan puncaknya paling kecil. Dua tingkat
paling atas terbuat dari susunan kaca. Di dalam prisma tersebut, terdapat Museum 10 November.
Letak Museum 10 November cukup unik. Ketiga bangunan prisma tampak tertanam dan menyembul dari bawah tanah karena museum tersebut lantai dasarnya dibuat
turun di bawah tanah sehingga lantai dua dan atapnya tampak berada di permukaan tanah. Pintu masuk museum mengarah turun ke bawah tanah. Di pintu masuk, pengunjung
membeli tiket. Kemudian, di dalam ruang pintu masuk terdapat prasasti peresmian museum yang tertulis bahwa Museum 10 November baru diresmikan pada tanggal 19 Februari 2000
oleh Presiden Abdurrahman Wahid Gus Dur. Padahal, museum tersebut dibangun mulai 10 November 1991 dan baru difungsikan pada 10 November 1998.
Memasuki museum, terdapat gambar pertempuran di Viaduct yang berada di belakang kawasan Tugu Pahlawan. Gambar tersebut terpampang di tembok sepanjang jalan
masuk yang turun ke bawah. Di lantai dasar, terdapat foto-foto pertempuran 10 November di Surabaya. Memasuki gedung utama museum, terdapat maket Tugu Pahlawan dengan
skala 1:400 yang diletakkan di depan pintu masuk ke gedung utama museum. Di tengah- tengah gedung utama museum, terdapat patung Gugur Bunga Bangsa untuk menghormati
para pejuang yang telah gugur untuk merebut kebebasan kota Surabaya dari tangan Sekutu. Di dalam patung tersebut, ada 10 patung para pejuang.
Selanjutnya di sekeliling patung tersebut, terdapat replika pembacaan pidato Bung Tomo beserta rekamannya, koleksi mata uang Indonesia Kuno mulai mata uang Rp. 1
sampai Rp. 25 dengan tahun pembuatan berkisar antara tahun 1951 sampai 1963, senjata pistol Mauser Parabellum milik Hario Kecik yang dibuat di Jerman, 3 buah bambu
runcing dengan tinggi kurang lebih 1,5 meter, peninggalan Mayjend Sungkono Komandan BKR divisi Surabaya yang berupa mulai dari baju seragam, senjata, hingga piagam dan
penghargaan yang pernah diraih oleh Mayjend Sungkono. Di lantai dasar gedung tersebut, juga terdapat koleksi foto Surabaya Tempo Dulu, ruang pemutaran film Film tentang
pertempuran 10 November di Surabaya, dan barang-barang menarik lainnya.
Selanjutnya naik ke lantai 2, terdapat barang-barang peninggalan Batalion Untung Suropati. Di ruang utama banyak dipajang barang-barang pribadi milik Bung Tomo seperti
bendera Iboe Tentara Pemberontakan Poesat Jawa Timur, pisau belati dan senapan Bung Tomo, radio Bung Tomo, bahkan tulisan tangan Bung Tomo dengan pensil yang masih
tampak jelas
Page 3
Di sisi lain tampak berbagai macam senapan laras pendek dan laras panjang yang digunakan para pejuang. Senapan itu ada juga yang merupakan hasil rampasan dari
penjajah. Di salah satu sudut ruangan, terdapat diorama statis yang disertai suara musik dan pidato perjuangan serta lampu berwarna yang membuat suasana diorama menjadi tampak
hidup. Diorama yang terdapat di dalam Museum 10 November, diantaranya adalah gedung markas Kempetai yang diserbu tanggal 1 Oktober 1945, Hotel Yamato sekarang dikenal
dengan nama Hotel Majapahit, Gedung Nasional Indonesia, dan masih banyak lagi
.
C. Koleksi Museum Tugu Pahlawan