Peranan Dinas Perhubungan Terhadap Pelaksanaan Uji Laik Jalan Angkutan Umum Dan Angkutan Barang Ditinjau Dari Uu No. 22 Tahun 2009(Studi Pada Dinas Perhubungan Kabupaten Langkat)

PERANAN DINAS PERHUBUNGAN TERHADAP PELAKSANAAN UJI LAIK JALAN ANGKUTAN UMUM DAN ANGKUTAN BARANG DITINJAU
DARI UU NO. 22 TAHUN 2009 (Studi Pada Dinas Perhubungan Kabupaten Langkat)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum
OLEH MUHAMMAD IMAM
NIM : 100200172 DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN Program Kekhususan Hukum Perdata Dagang
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2015

PERANAN DINAS PERHUBUNGAN TERHADAP PELAKSANAAN UJI LAIK JALAN ANGKUTAN UMUM DAN ANGKUTAN BARANG DITINJAU
DARI UU NO. 22 TAHUN 2009 (Studi Pada Dinas Perhubungan Kabupaten Langkat)
SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum
OLEH
MUHAMMAD IMAM NIM : 100200172

DISETUJUI OLEH : KETUA DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN

Dr. H. HASIM PURBA, S.H., M.Hum NIP.196603031985081001

DOSEN PEMBIMBING I


DOSEN PEMBIMBING II

Sinta Uli, S.H., M.Hum NIP. 195506261986012001

Aflah, S.H., M.Hum NIP. 197005192002122002

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2015

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang selalu mencurahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Dalam kesempatan ini penulis menulis skripsi dengan judul “Peranan Dinas Perhubungan Terhadap Pelaksanaan Uji Laik Jalan Angkutan Umum dan Angkutan Barang Ditinjau Dari UU No. 22 Tahun 2009 (Studi Pada Dinas Perhubungan Kabupaten Langkat)”. Dalam skripsi ini membahas mengenai peranan Dinas Perhubungan Kabupaten Langkat terhadap pelaksanaan uji laik jalan angkutan umum dan angkutan barang demi mewujudkan keamanan, ketertiban, serta kelancaran berlalu lintas ditinjau dari UU No. 22 Tahun 2009.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih belum sempurna, banyak kekurangan baik dari segi isi maupun penyusunan kalimatnya dikarenakan keterbatasan ilmu pengetahuan penulis. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik dalam rangka penyempurnaan isi dan materi dari skripsi ini.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis mendapatkan bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak, sehingga pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum, Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H., M.Hum, Pembantu Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Syafruddin Hasibuan, S.H., M.Hum, DFM, Pembantu Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
4. Bapak Dr. O.K. Saidin, S.H, M.Hum, Pembantu Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
5. Bapak Dr. H. Hasim Purba, S.H., M.Hum, selaku Ketua Departemen Hukum Keperdataan.
6. Ibu Sinta Uli, S.H., M.Hum, selaku Dosen Pembimbing I yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan petunjuk dan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Ibu Aflah, S.H., M.Hum, selaku Dosen Pembimbing II yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan petunjuk dan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
8. Terima kasih kepada Dinas Perhubungan Kabupaten Langkat yang telah memberikan informasi mengenai penelitian skripsi ini sehingga dapat membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
9. Seluruh Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah membimbing penulis selama masa perkuliahan.
10. Seluruh civitas Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, jajaran staf administrasi dan seluruh pegawai Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
11. Terima kasih yang tak terhingga kepada Ibunda Syamsiah Br. Sitepu dan Ayahanda A. Rahman yang telah banyak memberi dukungan materiil dan moril

yang tak terhitung dan kasih sayang yang mereka berikan kepada penulis yang tak pernah putus sejak dahulu, kini dan selamanya. 12. Terima kasih kepada abang saya Yudi Wardana, Andika Muslim dan Juli Ananda yang tidak henti-hentinya memberikan dorongan moril dan materiil demi terselesaikannya skripsi ini. 13. Buat teman-teman perkuliahan saya Budi, Putopi, Rendy, Maslim, Leo, Tari, Kinan, Intan, Dekna, Rizky Muda dan teman-teman lainnya yang tak bisa penulis sebutkan satu persatu terima kasih atas dukungan dan motivasinya selama ini dari sejak perkuliahan hingga terselesaikannya skripsi ini.
Demikianlah yang dapat saya sampaikan, semoga Allah SWT membalas kebaikan terhadap perbuatan yang telah kita buat. Penulis memohon maaf kepada Ibu Dosen Pembimbing atas sikap dan kata yang tidak berkenan selama penulisan skripsi ini.
Medan, November 2014 Penulis
Muhammad Imam 100200172

ABSTRAK
Muhammad Imam1 Sinta Uli, S.H., M.Hum**
Aflah, S.H., M.Hum***
Penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan merupakan bagian dari sistem transportasi nasional yang harus dikembangkan dan dikelola untuk mewujudkan keamanan, keselamatan, ketertiban dan kelancaran berlalu lintas dan dalam rangka mendukung pembangunan ekonomi dan pengembangan wilayah. Untuk itu dalam rangka mewujudkan hal tersebut salah satunya dengan pelaksanaan uji laik jalan yang dilaksanakan oleh Dinas Perhubungan. Pelaksanaan uji laik jalan yang dilaksanakan oleh Dinas Perhubungan sesuai dengan yang diamanatkan oleh UU No. 22 Tahun 2009. Dinas Perhubungan mempunyai kewenangan dalam bidang sarana dan prasarana lalu lintas. Hal tersebut mendorong keingintahuan penulis mengenai pelaksanaan uji laik jalan terhadap angkutan umum dan angkutan barang.
Permasalahan yang diangkat pada skripsi ini adalah prosedur pelaksanaan uji laik jalan angkutan umum dan angkutan barang pada Dinas Perhubungan Kabupaten Langkat, peranan Dinas Perhubungan Kabupaten Langkat dalam pelaksanaan uji laik jalan angkutan umum dan angkutan barang serta kendala yang timbul dalam pelaksanaan uji laik jalan angkutan umum dan angkutan barang pada Dinas Perhubungan Kabupaten Langkat dalam kaitannya dengan UU No. 22 Tahun 2009.
Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian hukum normatif-empiris. Dimana dalam penelitian empiris dengan melakukan wawancara langsung dengan pihak Dinas Perhubungan Kabupaten Langkat dan secara normatif dengan melakukan studi kepustakaan untuk memperoleh data sekunder.
Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan bahwa dapat ditarik kesimpulan prosedur pelaksanaan uji laik jalan angkutan umum dan angkutan barang harus sesuai dengan standar operasional pelayanan yang telah ditentukan oleh Dinas Perhubungan Kabupaten Langkat walaupun kadang prosedur pelaksanaan tersebut tidak sesuai dengan kenyataan yang terjadi dilapangan dikarenakan timbulnya kendala-kendala dalam menjalankan prosedur pelaksanaan dan pengawasan uji laik jalan angkutan umum dan angkutan barang tersebut. Namun sebagai pemegang kewenangan di bidang tersebut, Dinas Perhubungan juga telah memiliki solusi terhadap kendala-kendalan yang timbul selama proses pelaksanaan uji laik jalan kendaraan bermotor tersebut.
Kata Kunci : Laik Jalan, UU No. 22 Tahun 2009
1 Mahasiswa Departemen Hukum Keperdataan Fakultas Hukum USU ** Dosen Pembimbing I Departemen Keperdataan Fakultas Hukum USU *** Dosen Pembimbing II Departemen Keperdataan Fakultas Hukum USU


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................

ABSTRAK ...............................................................................................

DAFTAR ISI

...................................................................................

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................

i iv v 1

A. Latar Belakang

.......................................................................

B. Perumusan Masalah .......................................................................


C. Tujuan Penulisan ……………........................................................

D. Manfaat Penulisan .......................................................................

E. Metode Penelitian ........................................................................

F. Sistematika Penulisan ....................................................................

G. Keaslian Penulisan .......................................................................

1 8 8 9 9 11 13

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG PENGANGKUTAN ........ 14

A. Pengertian dan Fungsi Pengangkutan .......................................... B. Prinsip Dasar dan Jenis-Jenis Pengangkutan ............................... C. Peraturan Hukum Mengenai Pengangkutan di Indonesia .............

14 18 25

BAB III ANGKUTAN JALAN DITINJAU DARI


UU NO. 22 TAHUN 2009

.............................................

28

A. Perjanjian Pengangkutan Jalan Raya Menurut UU No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan ................
B. Uji Laik Jalan Dalam Penyelenggaraan Angkutan Jalan dan Lalu Lintas Jalan Raya .........................................................
C. Peraturan Hukum dan Praktik Pelaksana Uji Laik Jalan Dalam Penyelenggaraan Angkutan Jalan dan Lalu Lintas Jalan Raya ................................................................................

28 37
51

BAB IV PERANAN DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN LANGKAT TERHADAP PELAKSANAAN UJI LAIK JALAN ANGKUTAN UMUM DAN ANGKUTAN BARANG ............................................

65

A. Struktur Organisasi dan Prosedur Pelaksanaan Uji Laik Jalan


Angkutan Umum dan Angkutan Barang Pada Dinas Perhubungan

Kabupaten Langkat ...................................................................

65

B. Peranan dan Pengawasan Penyelenggaraan Angkutan Jalan .......

Oleh Dinas Perhubungan Kabupaten Langkat ...........................

75

C. Kendala Serta Contoh Kasus yang Dihadapi Oleh Dinas Perhubungan

Kabupaten Langkat Dalam Pelaksanaan Uji Laik Jalan

Angkutan Umum dan Angkutan Barang …………………...

79


BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...........................................

83

A. Kesimpulan ............................................................................... B. Saran ...........................................................................................

83 84

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... LAMPIRAN ...........................................................................................
Lampiran I .................................................................................. Lampiran II ................................................................................. Lampiran III ................................................................................ Lampiran IV ................................................................................ Lampiran V .................................................................................

85 89 89 93 94 97 102

ABSTRAK
Muhammad Imam1 Sinta Uli, S.H., M.Hum**
Aflah, S.H., M.Hum***
Penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan merupakan bagian dari sistem transportasi nasional yang harus dikembangkan dan dikelola untuk mewujudkan keamanan, keselamatan, ketertiban dan kelancaran berlalu lintas dan dalam rangka mendukung pembangunan ekonomi dan pengembangan wilayah. Untuk itu dalam rangka mewujudkan hal tersebut salah satunya dengan pelaksanaan uji laik jalan yang dilaksanakan oleh Dinas Perhubungan. Pelaksanaan uji laik jalan yang dilaksanakan oleh Dinas Perhubungan sesuai dengan yang diamanatkan oleh UU No. 22 Tahun 2009. Dinas Perhubungan mempunyai kewenangan dalam bidang sarana dan prasarana lalu lintas. Hal tersebut mendorong keingintahuan penulis mengenai pelaksanaan uji laik jalan terhadap angkutan umum dan angkutan barang.
Permasalahan yang diangkat pada skripsi ini adalah prosedur pelaksanaan uji laik jalan angkutan umum dan angkutan barang pada Dinas Perhubungan Kabupaten Langkat, peranan Dinas Perhubungan Kabupaten Langkat dalam pelaksanaan uji laik jalan angkutan umum dan angkutan barang serta kendala yang timbul dalam pelaksanaan uji laik jalan angkutan umum dan angkutan barang pada Dinas Perhubungan Kabupaten Langkat dalam kaitannya dengan UU No. 22 Tahun 2009.
Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian hukum normatif-empiris. Dimana dalam penelitian empiris dengan melakukan wawancara langsung dengan pihak Dinas Perhubungan Kabupaten Langkat dan secara normatif dengan melakukan studi kepustakaan untuk memperoleh data sekunder.
Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan bahwa dapat ditarik kesimpulan prosedur pelaksanaan uji laik jalan angkutan umum dan angkutan barang harus sesuai dengan standar operasional pelayanan yang telah ditentukan oleh Dinas Perhubungan Kabupaten Langkat walaupun kadang prosedur pelaksanaan tersebut tidak sesuai dengan kenyataan yang terjadi dilapangan dikarenakan timbulnya kendala-kendala dalam menjalankan prosedur pelaksanaan dan pengawasan uji laik jalan angkutan umum dan angkutan barang tersebut. Namun sebagai pemegang kewenangan di bidang tersebut, Dinas Perhubungan juga telah memiliki solusi terhadap kendala-kendalan yang timbul selama proses pelaksanaan uji laik jalan kendaraan bermotor tersebut.

Kata Kunci : Laik Jalan, UU No. 22 Tahun 2009
1 Mahasiswa Departemen Hukum Keperdataan Fakultas Hukum USU ** Dosen Pembimbing I Departemen Keperdataan Fakultas Hukum USU *** Dosen Pembimbing II Departemen Keperdataan Fakultas Hukum USU

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Sebagaimana kodrat manusia adalah makhluk sosial yang saling
berhubungan antar manusia yang satu dengan yang lainnya sehingga dapat dikatakan kehidupan manusia saling membutuhkan dan mempengaruhi. Rasa saling membutuhkan antar manusia ini akan terus tumbuh seiring perkembangan zaman walaupun antar manusia dipisahkan oleh jarak yang jauh. Jarak yang jauh ini menimbulkan sistem untuk mempermudah interaksi antar manusia yang lazim kita sebut pengangkutan. Pengangkutan ini dilakukan untuk mempermudah pemindahan barang yang dibutuhkan manusia dan juga memudahkan pergerakan manusia dari suatu tempat ke tempat yang lain. Sehingga dapat dikatakan sekarang kegiatan pengangkutan tidak dapat lepas dari kehidupan manusia seharihari.
Pengangkutan atau sekarang lazim disebut dengan transportasi berperan semakin penting dalam kehidupan manusia sejalan dengan perkembangan dan pertumbuhan tingkat kemajuan dari kehidupan manusia itu sendiri. Perkembangan peradaban manusia, khususnya dalam bidang teknologi telah membawa peradaban manusia ke dalam suatu sistem transportasi yang lebih maju dibandingkan era sebelumnya.2 Sistem pengangkutan harus ditata dan terus menerus disempurnakan untuk menjamin mobilitas orang maupun barang dalam rangka menjamin
2Sinta Uli, Pengangkutan : Suatu Tinjauan Hukum Multimoda Transport, Angkutan Laut, Angkutan Darat, dan Angkutan Udara, USU Press, Medan, 2006, hal 1.

kesejahteraan masyarakat.3 Masyarakat yang sudah maju dan modern salah satunya ditandai dengan ketersediaan sarana dan prasarana pengangkutan yang sudah semakin baik. Sarana dan prasarana pengangkutan yang baik juga akan memicu tingkat perekonomian yang lebih baik karena memperlancar arus pemindahan barang dan/atau manusia untuk mencapai tujuan perekonomiannya.
Pengangkutan merupakan bidang kegiatan yang sangat vital dalam kehidupan masyarakat. Dikatakan sangat vital karena didasari oleh berbagai faktor baik geografis maupun kebutuhan yang tidak dapat dihindari dalam rangka pelaksanaan pembangunan ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknologi.
Berbagai faktor tersebut akan diuraikan berikut ini4 : 1. Keadaan Geografis Indonesia
Secara geografis Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri atas beribu-ribu pulau besar dan pulau kecil berupa daratan dan sebagian besar perairan yang terdiri dari atas perairan laut,sungai dan danau. Di atas teritorial daratan dan perairan tersebut membentang pula teritorial udara yang semuanya itu merupakan wilayah negara Indonesia yang sangat luas. Keadaan wilayah negara Indonesia yang demikian luas ini membutuhkan banyak pengangkutan melalui daratan, perairan dan udara yang mampu menjangkau seluruh wilayah negara Indonesia, bahkan ke negara-negara lain. Kenyataan ini mengakibatkan kebutuhan pengangkutan di Indonesia makin meningkat sesuai dengan lajunya pembangunan fisik ataupun psikis serta perkembangan penduduk Indonesia yang tersebar di
3Suwardjoko P. Warpani, Pengelolaan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, ITB, Bandung, 2002, hal 13
4Abdulkadir Muhammad, Hukum Pengangkutan Niaga, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2013, hal 30-32

seluruh pulau yang diselingi laut. Namun, di sisi lain, infrastruktur dan sarana pengangkutan masih jauh dari terpenuhi, bahkan kondisi pengangkutan melalui tiga jalur, yakni darat, laut, dan udara yang ada kini masih belum memenuhi persyaratan secara wajar atau sudah tidak sesuai lagi dengan sistem pengangkutan modern. Keadaan ini menjadi pendorong dan alasan pembangunan hukum dan pengangkutan modern dengan menggunakan alat pengangkut modern yang digerakkan secara mekanik. 2. Menunjang Pembangunan Berbagai Sektor
Kemajuan dan kelancaran pengangkutan akan menunjang pelaksanaan pembangunan berupa penyebaran kebutuhan, pemerataan dan pendistribusian hasil pembangunan berbagai sektor ke seluruh pelosok tanah air Indonesia, misalnya sektor industri, perdagangan, pariwisata, dan pendidikan. Pelaksanaan pembangunan dan penyebaran hasil pembangunan yang merata akan mencegah terjadinya kegiatan pembangunan yang menumpuk pada daratan pulau-pulau lainnya terabaikan, seperti yang terjadi di Pulau Papua dan daerah pelosok yang sulit dijangkau oleh pengangkutan modern. 3. Mendekatkan Jarak antara Desa dan Kota
Lancarnya pengangkutan berarti mendekatkan jarak anatar kota dan desa, dan ini akan memberi dampak bahwa untuk bekerja di kota tidak harus pindah ke kota. Mereka yang tinggal di kota tidak perlu khawatir bekerja di daerah luar kota. Arus pengangkutan dan informasi timbal balik yang cukup lancar dan cepat antara kota dan desa akan memperdekat jarak antara kota dan desa.Ini berarti hawa kehidupan sejahtera di kota akan dinikmati juga oleh kehidupan di desa melalui jalur pengangkutan dan inforasi yang lancar. Pola hidup di daerah pedesaan


cenderung mengikuti pola hidup di perkotaan. Tingkat berpikir dan ingin maju warga pedesaan dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat berpikir dan ingin maju perkotaan. Dengan kata lain, pembangunan sektor pengangkutan merupakan upaya pemerataan kesejahteraan masyarakat dan harus mendapat tempat yang layak dalam blue print pembangunan nasional. 4. Perkembangan Ilmu dan Teknologi
Pembangunan di sektor pengangkutan mendorong perkembangan pendidikan di bidang ilmu dan teknologi pengangkutan modern, prasarana dan sarana, infrastruktur pengangkutan modern, dan hukum pengangkutan modern terutama mengenai pengangkutan melalui railway, jalan raya, perairan, dan udara termasuk sumber daya manusia di bidang pengangkutan serta infrastruktur pengangkutan. Di bidang pendidikan, pengangkutan dan hukum pengangkutan menjadi objek kajian ilmu tersendiri di samping ilmu-ilmu lainnya. Teknologi pengangkutan yang serba modern kini sudah seharusnya menjadi fokus pembangunan jangka panjang sampai ke anak cucu.
Perkembangan pengangkutan yang pesat juga tidak terlepas dari kebijaksanaan pemerintah mengenai sistem pengangkutan nasional yang menuntut ketersediaan pengangkutan yang baik guna menunjang segala kegiatan masyarakat di sektor perekonomian dalam rangka menciptakan masyarakat yang adil dan makmur sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD 1945.
Mengingat tuntutan arus globalisasi yang memerlukan sistem pengangkutan yang efektif dan efisien maka kebijaksanaan pemerintah itu diwujudkan dalam Sistem Transportasi Nasional. Perwujudan sistem transportasi nasional yang efektif dan efisien,menghadapi berbagai tantangan, peluang dan

kendala sehubungan dengan adanya perubahan lingkungan yang dinamis seperti otonomi daerah, globalisasi ekonomi, perubahan perilaku permintaan jasa transportasi, kondisi politik, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, kepedulian pada kelestarian lingkungan hidup serta adanya keterbatasan sumber daya. Untuk mengantisipasi kondisi tersebut, sistem transportasi nasional perlu terus ditata dan disempurnakan dengan dukungan sumber daya manusia yang berkualitas, sehingga terwujud keandalan pelayanan dan keterpaduan antar dan intra moda transportasi, dalam rangka memenuhi kebutuhan pembangunan, tuntutan masyarakat serta perdagangan nasional dan internasional dengan memperhatikan kehandalan serta kelaikansarana dan prasarana transportasi.5
Sebagaimana tercantum dalam buku Sistem Transportasi Nasional yang disusun oleh Departemen Perhubungan Republik Indonesia mendefinisikan :
Sistranas adalah tatanan transportasi yang terorganisasi secara kesisteman terdiri dari transportasi jalan, transportasi kereta api, transportasi sungai dan danau, transportasi penyeberangan, transportasi laut, transportasi udara, serta transportasi pipa,yang masing-masing terdiri dari sarana dan prasarana, kecuali pipa, yang saling berinteraksi dengan dukungan perangkat lunakdan perangkat pikir membentuk suatu sistem pelayanan jasa transportasi yang efektif dan efisien, berfungsi melayani perpindahan orang dan atau barang, yang terus berkembang secara dinamis.6
Berdasarkan Sistem Transportasi Nasional (SISTRANAS) moda transportasi dapat dibentuk oleh moda transportasi jalan, kereta api, sungai dan
5Departemen Perhubungan Republik Indonesia , Sistem Transportasi Nasional, Jakarta, 2005, hal 1
6Ibid, hal 3

danau, laut, udara dan pipa. Angkutan daratsekarang paling banyak digunakan masyarakat saat ini walaupun angkutan lainnya juga tak kalah peminatnya. Angkutan darat terdiri atas7:
a. Angkutan jalan raya Angkutan jalan raya meliputi angkutan yang menggunakan alat angkut
berupa manusia, binatang, pedati, sepeda motor, becak, bus, truck, dan kendaraan bermotor lainnya. Tenaga yang digunakan adalah tenaga manusia, tenaga binatang, tenaga uap, BBM (bahan bakar minyak), dan diesel. b. Angkutan rel atau kereta api
Menggunakan kereta api yang terdiri dari lokomotif, gerbong barang dan kereta penumpang. Jalan yang digunakan berupa jalan rel baja, baik dari dua rel maupun monorel dengan tenaga penggerak berupa tenaga uap, diesel, dan tenaga listrik.
Dari kedua jenis angkutan darat tersebut angkutan jalan raya saat ini mengalami perkembangan yang paling pesat, hal itu dikarenakan antara lain pesatnya jumlah kendaraan bermotor dan tidak bermotor yang secara tidak langsung mempengaruhi tingkat kepadatan lalu lintas di jalan raya. Kepadatan lalu lintas ini tentulah harus diikuti dengan penambahan sarana dan prasarana angkutan darat antara lain kendaraan, perbaikan dan penambahan panjang jalan raya, penerangan jalan, terminal, sistem lalu lintas dan lainnya serta juga tidak kalah pentingnya aturan hukum yang mengatur pengangkutan darat itu sendiri.
Pengaturan hukum mengenai lalu lintas ini mengatur berbagai hal yang patut untuk diketahui oleh pengguna angkutan darat untuk terciptanya rasa aman,
7Sinta Uli, op.cit, hal 58


lancar dan ketertiban dalam berlalu lintas. Peraturan hukum mengenai lalu lintas ini bersifat mengikat bagi seluruh pengguna jalan dan undang-undang mengamanatkan kepada pihak Kepolisian Lalu Lintas dan Dinas Perhubungan untuk menjalankan berbagai aturan hukum mengenai lalu lintas ini. Tentunya kewenangan antara dua instansi tersebut berbeda. Kewenangan petugas kepolisian lebih kepada pengaturan, penjagaan, pengawalan, patroli lalu lintas, penerbitan surat izin mengemudi, penegakan hukum dan pendidikan berlalu lintas, sedangkan kewenangan petugas Dinas Perhubungan secara umum hanya dilaksanakan di terminal dan/atau tempat alat penimbangan yang dipasang secara tetap dan di unit pengujian kendaraan bermotor dinas perhubungan.8 Salah satu yang menjadi kewenangan Dinas Perhubungan yaitu mengenai uji laik kendaraan. Uji laik kendaraan ini sangat penting dilakukan demi menghindari kecelakaan lalu lintas yang disebabkan karena tidak laik jalan suatu kendaraan bermotor ataupun karena pelanggaran batas kecepatan atau batas muatan dari kendaraan bermotor tersebut. Dengan adanya pengujian kelaikan kendaaran bermotor diharapkan mengurangi tingkat kecelakaan dan membuat setiap pengendara kendaran bermotor lebih tertib dalam berkendara. Pelaksanaan uji laik jalan biasanya dilakukan terhadap angkutan umum dan angkutan barang dikarenakan angkutan umum dan angkutan barang dinilai lebih membutuhkan perhatian khusus mengingat muatan yang dibawa dan keselamatan jiwa para penumpang yang salah satunya ditentukan oleh kelaikan kendaraan bermotor tersebut. Hal inilah yang mendorong penulis untuk membahas bagaimana peranan Dinas Perhubungan dalam menjalankan segala prosedur pelaksanaan uji laik jalan tersebut dan menulis skripsi dengan judul
8http://dishubinfokom.grobogan.go.id/artikel-perhubungan/94-uu-nomor-22-tahun-2009dan-kewenagan-petugas-dinas-perhubungan.html diakses 17 September2014

”PERANAN DINAS PERHUBUNGAN TERHADAP PELAKSANAAN UJI LAIK JALAN ANGKUTAN UMUM DAN ANGKUTAN BARANG DITINJAU DARI UU NO. 22 TAHUN 2009 (STUDI PADA DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN LANGKAT)” dianggap perlu untuk diteliti.
B. Perumusan Masalah Adapun rumusan masalah yang akan penulis uraikan adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana prosedur pelaksanaan uji laik jalan angkutan umum dan angkutan
barang pada Dinas Perhubungan Kabupaten Langkat? 2. Bagaimana peranan Dinas Perhubungan Kabupaten Langkat dalam
pelaksanaan uji laik jalan angkutan umum dan angkutan barang? 3. Apa saja kendala yang timbul dalam pelaksanaan uji laik jalan angkutan
umum dan angkutan barang pada Dinas Perhubungan Kabupaten Langkat?
C. Tujuan Penulisan Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui prosedur pelaksanaa uji laik jalan angkutan umum dan angkutan barang pada Dinas Perhubungan Kabupaten Langkat.
2. Untuk mengetahui apa saja peranan Dinas Perhubungan Kabupaten Langkat dalam pelaksanaan uji laik jalan angkutan umum dan angkutan barang.
3. Untuk mengetahui kendala apa saja yang timbul dalam pelaksanaan uji laik jalan angkutan umum dan angkutan barang pada Dinas Perhubungan kabupaten Langkat.

D. MANFAAT PENULISAN Adapun manfaat dari penulisan skripsi ini antara lain yaitu :
1. Manfaat Teoritis
Pembahasan terhadap masalah-masalah akan memberikan kita pengetahuan bagaimana peranan Dinas Perhubungan dalam pelaksanaan uji laik jalan angkutan umum dan angkutan barang
2. Manfaat Praktis Secara praktis akan memberikan pengetahuan bagi semua kalangan baik
itu dari kalangan akademisi maupun dari masyarakat pada umumnya. Juga akan memberikan sumbangan pemikiran bagi pemerintah khususnya Dinas Perhubungan untuk melaksanakan pelaksanaan uji laik jalan angkutan umum dan angkutan barang dengan lebih baik serta meningkatkan kesadaran bagi pengemudi angkutan umum dan angkutan barang pentingya pelaksanaan uji laik jalan bagi kendaraanya. E. Metode Penelitian
Metode penelitian hukum yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian Hukum Normatif dan penelitian Hukum Empiris. Penelitian hukum Normatif terdiri dari penelitian terhadap inventarisasi Hukum Positif, menemukan asas dan doktrin hukum, sistematika hukum, taraf sinkronisasi, perbandingan hukum dan sejarah hukum.9
9Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2007 hal 41-42


Sedangkan penelitian hukum Empiris terdiri dari penelitian terhadap identifikasi hukum dan efektifitas hukum.10 Penelitian dilakukan dengan menggunakan sumber data primer yaitu diperoleh langsung melalui teknik wawancara kepada narasumber dan dengan menggunakan data sekunder yang dapat dibedakan menjadi :
a. Bahan hukum primer, meliputi norma dasar Pancasila, Peraturan dasar seperti batang tubuh UUD 1945, ketetapan-ketetapan MPR, peraturan perundangundangan, bahan hukum yang tidak dikodifikasikan yurisprudensi, traktat.
b. Bahan-bahan hukum sekunder meliputi, yaitu bahan-bahan yang erat hubungannya dengan bahan hukum primer, dan dapat membantu menganalisis dan memahami bahan hukum primer, meliputi rancangan peraturan-peraturan perundang-undangan, hasil karya ilmiah para sarjana dan hasil-hasil penelitian.
c. Bahan hukum tersier, yaitu bahan-bahan yang memberikan informasi tentang hukum primer dan bahan hukum sekunder, misalnya bibliografi danindeks , kumulatif.11
Teknik pengumpulan data dalam penyusunan skripsi ini adalah :
1. Studi kepustakaan
Studi kepustakaan (library research) yaitu teknik pengumpulan data dengan mengumpulkan dan mempelajari buku-buku hukum, karya-karya ilmiah, literatur-literatur, dan seminar ilmiah yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini.
10Suratman dan H. Philips Dillah, Metode Penelitian Hukum, Alfabeta, Bandung, 2012, hal 45
11Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2003, hal 12

2. Studi lapangan

Studi lapangan (field research) yaitu pengumpulan data dengan mengunjungi langsung ke lapangan dengan melakukan wawancara dan peninjauan langsung terhadap objek penelitian yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini.

Dalam hal ini penelitian dilakukan pada Dinas Perhubungan Kabupaten Langkat yang berlokasi di Stabat, Sumatera Utara. Penelitian lapangan ini dilakukan dengan melakukan wawancara langsung dengan pihak terkait dari Dinas Perhubungan Kabupaten Langkat mengenai pelaksanaan uji laik jalan angkutan umum dan angkutan barang

F. Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab yang setiap bab nya dijelaskan secara terperinci secara sistematis sebagai satu kesatuan dari penulisan skripsi ini. Adapun sistematika skripsi ini adalah sebagai berikut :

BAB I

PENDAHULUAN

Bab ini berisikan atas latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, metode penelitian, sistematika penulisan dan keaslian penulisan.

BAB II

GAMBARAN UMUM TENTANG PENGANGKUTAN

Bab ini menjelaskan mengenai pengertian dan fungsi pengangkutan, prinsip dasar dan jenis-jenis pengangkutan, dan peraturan hukum mengenai pengangkutan di Indonesia.

BAB III

ANGKUTAN JALAN DITINJAU DARI UU NO. 22 TAHUN 2009

Bab ini menjelaskan mengenai perjanjian pengangkutan jalan raya menurut UU No. 22 Tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan, uji laik jalan dalam penyelenggaraan angkutan jalan dan lalu lintas jalan raya, dan peraturan hukum dan praktek pelaksana uji laik jalan dalam penyelenggaran angkutan jalan dan lalu Lintas jalan raya.

BAB IV

PERANAN DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN LANGKAT TERHADAP PELAKSANAAN UJI LAIK JALAN ANGKUTAN UMUM DAN ANGKUTAN BARANG

Bab ini berisikan tentang struktur organisasi dan prosedur pelaksanaan uji laik jalan angkutan umum dan angkutan barang pada Dinas Perhubungan Kabupaten Langkat, peranan dan pengawasan penyelenggaraan angkutan jalan oleh Dinas Perhubungan Kabupaten Langkat, kendala serta contoh kasus yang dihadapi Dinas Perhubungan Kabupaten Langkat dalam pelaksanaan uji laik jalan angkutan umum dan angkutan barang.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini merupakan bab terakhir yang berisikan tentang kesimpulan dari keseluruhan isi skripsi ini dan saran dari permasalahan yang ada dalam skripsi ini

G. Keaslian Penulisan
Berdasarkan penelusuran dan penelitian penulis pada Kepustakaan Fakultas Hukum USU bahwa :
1. Tidak ditemukan sebelumnya skripsi yang berjudul “Peranan Dinas Perhubungan Terhadap Pelaksanaan Uji Laik Jalan Angkutan Umum dan Angkutan Barang Ditinjau Dari UU No. 22 Tahun 2009 ( Studi Pada Dinas Perhubungan Kabupaten Langkat)”.
2. Adapun judul skripsi yang telah ada pada Perpustakaan Fakultas Hukum USU yaitu : Nama : Emmi R. Nasution NIM : 900200081 Judul : Tanggung jawab hukum uji kendaraan pada angkutan barang di dinas lalu lintas dan angkutan jalan raya Sumatera Utara (DLLAJR-SU) Medan Nama : Dian Natalia NIM : 070200147 Judul : Perlindungan hukum bagi pengguna jasa (penumpang) angkutan umum berdasarkan Undang-Undang No, 22 Tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan
3. Penulisan skripsi ini adalah hasil pemikiran penulis yang berasal dari bahanbahan berkaitan dengan judul skripsi ini ditambah dengan hasil studi lapangan pada Dinas Perhubungan Kabupaten Langkat. Sehingga penulisan skripsi ini dapat dipertanggung jawabkan secara akademik dan moral.

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG PENGANGKUTAN
A. Pengertian dan Fungsi Pengangkutan
Istilah “pengangkutan” berasal dari kata “angkut” yang berarti “mengangkut dan membawa”, sedangkan istilah “pengangkutan” dapat diartikan sebagai “pembawaan barang-barang atau orang-orang (penumpang)”.12 Pengangkutan dapat diartikan sebagai pemindahan barang dan manusia dari tempat asal ke tempat tujuan.13
Selain itu beberapa sarjana juga memberikan pendapat mengenai pengertian dari pengangkutan, antara lain :
Menurut Sinta Uli pengangkutan didefinisikan sebagai perpindahan tempat, baik mengenai benda-benda maupun orang, karena perpindahan itu mutlak dibutuhkan dalam rangka mencapai dan meninggikan manfaat serta efisien.14
Menurut Abdulkadir Muhammad “Pengangkutan meliputi tiga dimensi pokok yaitu : Pengangkutan sebagai usaha (business) ; Pengangkutan sebagai perjanjian (agreement) ; Pengangkutan sebagai proses (process)”.15
HMN Purwosutjipto mendefinisikan, pengangkutan adalah perjanjian timbal balik antara pengangkutdengan pengirim, dimana pengangkut mengikatkan
12Hasim Purba, Hukum Pengangkutan Laut, Pustaka Bangsa Press, Medan, 2005, hal 3 13Ridwan Khairandy, Machsun Tabroni, Ery Arifuddin, dan Djohari Santoso, Pengantar Hukum Dagang Indonesia, Jilid 1, Gama Media, Yogyakarta, 1999, hal. 195 14Sinta Uli, op. cit, hal. 20 15Abdulkadir Muhammad, op. cit, hal 1

diri untuk menyelenggarakan pengangkutan barang dan/atau orang dari suatu tempat ke tempat tujuan tertentu dengan selamat, sedangkan pengirim mengikatkan diri untuk membayar uang angkutan.16
Menurut M.N. Nasution pengangkutan didefinisikan sebagai pemindahan barang dan manusia dari tempat asal menuju tempat tujuannya, selanjutnya dijelaskan bahwa proses pengangkutan tersebut merupakan gerakan dari tempat asal, dimana kegiatan angkutan itu dimulai, ke tempat tujuan, dan ke mana kegiatan pengangkutan diakhiri.17
Menurut R. Soekardono, pengangkutan berisikan perpindahan tempat baik mengenai benda-benda maupun mengenai orang-orang, karena perpindahan itu mutlak perlu untuk mencapai dan meninggikan manfaat serta efisien, adapun proses dari pengangkutan itu merupakan gerakan dari tempat asal dari mana kegiatan angkutan dimulai ke tempat tujuan dimana angkutan itu diakhiri.18
Sedangkan menurut Hasim Purba pengertian pengangkutan adalah kegiatan pemindahan orang atau barang dari suatu tempat ke tempat lain baik melalui angkutan darat, angkutan perairan maupun angkutan udara dengan menggunakan alat angkutan.19
Dari berbagai definisi mengenai pengertian pengangkutan yang telah diuraikan tersebut maka menurut penulis pengangkutan adalah perjanjian timbal balik antara pihak pengangkut dengan pihak yang diangkut untuk
16HMN Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia, Jilid 3 cet. ke 12, Djambatan, Jakarta, 2000 hal 1
17M.N. Nasution, Manajemen Transportasi, Ghalia Indonesia, Bogor, 2008, hal 3 18R. Soekardono, Hukum Dagang Indonesia, CV Rajawali, Jakarta, 2001, hal. 5 19Hasim Purba, op. cit, hal 4

menyelenggarakan pengangkutan orang dan/atau barang dari suatu tempat ke tempat tujuan dengan selamat dimana pihak yang diangkut melakukan sejumlah pembayaran sebagai biaya pengangkutan orang dan/atau barang tersebut. Dengan adanya proses pengangkutan maka akan meningkatkan nilai guna dari suatu barang dan juga nilai efisien bagi orang-orang yang memanfaatkan proses pengangkutan tersebut yang mana merupakan salah satu dari fungsi pengangkutan. Sejalan dengan itu menurut HMN Purwosutjipto, fungsi pengangkutan adalah memindahkan barang atau orang dari suatu tempat ke tempat yang lain dengan maksud untuk meningkatkan daya guna dan nilai.20 Secara umum dapat dikatakan bahwa pengangkutan berfungsi untuk mendukung kegiatan masyarakat disegala bidang kehidupan baik bidang perdagangan, politik, sosial, ekonomi, budaya dan lainnya. Tanpa ada pengangkutan tentunya kegiatan masyarakat terhambat karena nilai daya guna dari suatu barang/orang tidak dapat dimaksimalkan. Untuk mencapai hasil yang diharapkan serta dapai dicapainya fungsi-fungsi pengangkutan, maka dalam pengangkutan diperlukan beberapa unsur yang memadai berupa21 :
1. Alat angkutan itu sendiri (operating facilities)
Setiap barang atau orang akan diangkut tentu saja memerlukan alat pengangkutan yang memadai, baik kapasitasnya, besarnya maupun perlengkapan. Alat pengangkutan yang dimaksud dapat berupa truk, kereta api, kapal, bis atau
20HMN Purwosutjipto, op. cit, hal 1 21Sri Rejeki Hartono, Pengangkutan dan Hukum Pengangkutan Darat , UNDIP, 2001, hal 8

pesawat udara. Perlengkapan yang disediakan haruslah sesuai dengan barang yang diangkut.
2. Fasilitas yang akan dilalui oleh alat-alat pengangkutan (right of way) Fasilitas tersebut dapat berupa jalan umum, rel kereta api,
peraiaran/sungai, Bandar udara, navigasi dan sebagainya. Jadi apabila fasilitas yang dilalui oleh angkutan tidak tersedia atau tersedia tidak sempurna maka proses pengangkutan itu sendiri tidak mungkin berjalan dengan lancar. 3. Tempat persiapan pengangkutan (terminal facilities)
Tempat persiapan pengangkutan ini diperlukan karena suatu kegiatan pengangkutan tidak dapat berjalan dengan efektif apabila tidak ada terminal yang dipakai sebagai tempat persiapan sebelum dan sesudah proses pengangkutan dimulai.
Dalam pengangkutan juga memiliki asas-asas yang merupakan landasan filosofis yang dibagi atas dua macam yaitu yang bersifat publik dan yang bersifat perdata. Asas hukum publik merupakan landasan hukum pengangkutan yang berlaku dan berguna bagi semua pihak, yaitu pihak-pihak dalam pengangkutan , pihak ketiga yang berkepentingan dengan pengangkutan, dan pihak pemerintah (negara). Asas hukum perdata merupakan landasan hukum pengangkutan yang hanya berlaku dan berguna bagi kedua belah pihak dalam pengangkutan, yaitu pengangkut dan penumpang atau pemilik barang.22
Asas hukum publik menurut Abdulkadir Muhammad adalah23 :
1. Asas manfaat
22Abdulkadir Muhammad, op. cit, hal 12 23Ibid, hal 12-14

2. Asas adil dan merata 3. Asas kepentingan umum 4. Asas keterpaduan 5. Asas tegaknya hukum 6. Asas percaya diri 7. Asas keselamatan penumpang 8. Asas berwawasan lingkungan hidup 9. Asas kedaulatan negara 10.Asas kebangsaan
Sedangkan asas hukum perdata menurut Abdulkadir Muhammad yaitu24 : 1. Asas perjanjian 2. Asas koordinatif 3. Asas campuran 4. Asas retensi 5. Asas pembuktian dengan dokumen
B. Prinsip Dasar dan Jenis-Jenis Pengangkutan
Dalam sistem pengangkutan, selain mempunyai asas sebagai landasan filosofis juga mengenal prinsip dasar tanggung jawab dalam kegiatan pengangkutan. Dalam hukum pengangkutan dikenal tiga prinsip tanggung jawab yaitu tanggung jawab karena kesalahan (fault liability), tanggung jawab karena praduga (presumption liability), dan tanggung jawab mutlak (absolute liability).
24Ibid, hal14

Hukum pengangkutan di Indonesia umumnya menganut prinsip tanggung jawab karena kesalahan dan karena praduga.25
1. Tanggung jawab karena kesalahan
Menurut prinsip ini, setiap pengangkut yang melakukan kesalahan dalam penyelenggaraan pengangkutann harus bertanggung jawab membayar segala kerugian yang timbul akibat kesalahannya itu. Pihak yang menderita kerugian wajib membuktikan kesalahan pengangkut. Beban pembuktian ada pada pihak yang dirugikan, bukan pada pengangkut. Prinsip ini dianut dalam pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPdt) Indonesia tentang perbuatan melawan hukum (illegal act) sebagai aturan umum (general rule). Aturan khusus ditentukan dalam undang-undang yang mengatur masing-masing jenis pengangkutan.
2. Tanggung jawab karena praduga
Menurut prinsip ini, pengangkut dianggap selalu bertanggung jawab atas setiap kerugian yang timbul dari pengangkutan yang diselenggarakannya. Akan tetapi, jika pengangkut dapat membuktikan bahwa ia tidak bersalah, ia akan dibebaskan dari tanggung jawab membayar ganti kerugian itu. Tidak bersalah artinya tidak melakukan kesalahan, telah berupaya melakukan tindakan yang perlu untuk menghindari kerugian, atau perisitiwa yang menimbulkan kerugian itu tidak mungkin dihindari. Beban pembuktian ada pada pihak pengangkut, bukan pada pihak yang dirugikan. Pihak yang dirugikan cukup menunjukkan adanya kerugian
25Ibid, hal 43

yang diderita dalam pengangkutan yang diselenggarakan pengangkut. Prinsip ini hanya dijumpai dalam Undang-Undang Pelayaran Indonesia.
3. Tanggung jawab mutlak
Menurut prinsip ini, pengangkut harus bertanggung jawab atas setiap kerugian yang timbul dalam pengangkutan yang diselenggarakannya tanpa harusan pembuktian ada tidaknya kesalahan pengangkut. Prinsip ini tidak mengenal beban pembuktian, unsur kesalahan tak perlu dipersoalkan. Pengangkut tidak mungkin bebas dari tanggung jawab dengan alasan apa pun yang menimbulkan kerugian itu. Prinsip ini dapat dirumuskan dengan kalimat : “Pengangkut bertanggung jawab atas setiap kerugian yang timbul karena perisitiwa apa pun dalam penyelenggaraan pengangkutan ini.26
Pengangkutan secara umum terbagi atas tiga jenis yaitu pengangkutan darat, pengangkutan laut dan pengangkutan udara. Pembagian tersebut lebih mengacu kepada dimana pengangkutan itu dilakukan. Pengangkutan darat terdiri atas pengangkutan jalan raya, pengangkutan kereta api dan pengangkutan perairan yang ada di darat. Pengangkutan laut yaitu pengangkutan yang dilakukan di perairan laut. Pengangkutan udara yaitu pengangkutan yang dilakukan diatas udara (terbang) menggunakan alat angkutan udara seperti pesawat.
Namun akhir-akhir ini muncul satu lagi jenis pengangkutan yang mulai masuk dalam pembagian umum jenis-jenis pengangkutan tersebut yaitu pengangkutan pipa. Pengangkutan pipa biasanya untuk mengangkut hasil minyak,
26Ibid, hal 43-49

gas bumi dan hasil tambang bersifat cair. Pipa-pipa tersebut tertanam dibawah tanah dan ada juga yang melewati perairan darat maupun laut.
Sedangkan menurut Hasnil Basri membagi pengangkutan atas tiga jenis, yaitu27 : a. Pengangkutan Darat
Ruang lingkup angkutan darat dinyatakan sepanjang dan selebar negara, yang artinya ruang lingkupnya sama dengan ruang lingkup negara. Angkutan darat dapat dilakukandengan berjenis-jenis alat pengangkutan, antara lain dengan kendaraan bermotor di atas jalan raya dan dengan kendaraan kereta api dan listrik di atas rel. Pada dasarnya pengangkutan melalui darat digunakan untuk menghubungkan kota yang satu dengan kota yang lain atau daerah yang lain di satu pulau. Selain dari jenis angkutan tersebut, pengangkutan surat-surat/ paket melalui pos dan berita lewat kawat radio dan televisi termasuk juga pengangkutan darat. b. Pengangkutan Laut
Laut memiliki fungsi yang beraneka ragam. Selain berfungsi sebagai sumber makanan dan mata pencaharian bagi umat manusia, sebagai tempat berekreasi, dan sebagai alat pemisah atau pemersatu bangsa, laut juga berfungsi sebagai jalan raya perdagangan. Ruang lingkup angkutan laut jauh berbeda dari ruang lingkup angkutan darat. Ruang lingkup angkutan laut meluas melampaui batas Negara, sehingga ruang lingkup itu dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu: 1. Ruang lingkup angkutan laut dalam negeri,
27Hasnil Basri, Hukum Pengangkutan, Kelompok Studi Hukum Fakultas Hukum USU, Medan, 2002, hlm. 22-27.

2. Ruang lingkup angkutan laut luar negeri. Dalam hal ini, hubungan nasional dan internasional tidak hanya terletak
pada satu bidang hukum saja, melainkan pada bidang yang beraneka ragam, sehingga dapat dikatakan bahwa hukum laut meliputi seluruh bidang hukum, baik hukum publik dan privat nasional maupun internasional. c. Pengangkutan Udara
International Air Transport Association (IATA) sebagai organisasi internasional, yang mana tergabung sebagian besar pengangkut-pengangkut udara diseluruh dunia telah menyetujui syarat-syarat umum pengangkutan (General Condition of Carriage), baik untuk penumpang, bagasi maupun untuk barang. Syarat-syarat umum pengangkutan ini bertujuan untuk mengadakan keseragaman dalam syarat-syarat pengangkutan bagi para anggotanya.Syarat-syarat umum ini perlu diketahui lebih dulu oleh calon penumpang atau pengirim barang, sebab di dalam tiket penumpang selalu disebutkan bahwa pengangkutan udara dengan tiket itu tunduk pada syarat-syarat khusus pengangkutan dan ordonansi pengangkutan udara di Indonesia (S. 1939-100). Dengan membeli tiket pengangkutan udara, maka telah terjadi perjanjian pengangkutan antara pengusaha dengan penumpang dan dengan sendirinya semua ketentuan-ketentuan yang tercantum pada tiket pengangkutan udara telah berlaku.
HMN. Purwosutjipto membedakan jenis-jenis pengangkutan menjadi empat kelompok yaitu: pengangkutan darat, pengangkutan laut, pengangkutan udara, dan pengangkutan perairan darat.28 Selanjutnya Sution Usman Adji dkk secara umum membagi jenis-jenis pengangkutan itu atas : pengangkutan udara,
28HMN Purwosutjipto, op. cit, hal 2-3

pengangkutan perairan darat, pengangkutan dengan kendaraan bermotor dan kereta api dan pengangkutan di laut.29 Sedangkan menurut Hasim Purba membedakan jenis-jenis pengangkutan itu sebagai berikut30 :
1. Pengangkutan di darat yang terdiri dari a. Pengangkutan dengan kendaraan bermotor b. Pengangkutan dengan kereta api c. Pengangkutan dengan tenaga hewan
2. Pengangkutan di perairan yang terdiri dari a. Pengangkutan di laut b. Pengangkutan di sungai dan danau c. Pengangkutan penyeberangan
3. Pengangkutan udara
Sebagaimana dijelaskan bahwa pengangkutan terdiri dari berbagai jenis, maka tentunya dalam pelaksanaan pengangkutan terdiri dari pihak-pihak yang bersangkutan dalam pengangkutan tersebut. Yang dimaksud dengan pihak-pihak dalam pengangkutan adalah para subjek hukum sebagai pendukung hak dan kewajiban dalam hubungan hukum pengangkutan.
Adapun pihak-pihak dalam pengangkutan menurut Abdulkadir Muhammad yaitu sebagai berikut31 :
1. Pengangkut
29Hasim Purba, op. cit, hal 9 30Ibid, hal 9-10 31AbdulkadirMuhammad, op.cit, hal 54

Berkewajiban utama menyelenggarakan pengangkutan dan berhak atas biaya pengangkutan.
2. Pengirim
Berkewajiban utama membayar biaya pengangkutan dan berhak atas pelayanan pengangkutan barangnya.
3. Penumpang
Berkewajiban utama membayar biaya pengangkutan dan berhak atas pelayanan pengangkutan.
Sedangkan menurut Hasim Purba, harus dilihat antara pernjanjian pengangkutan barang dan perjanjian pengangkutan penumpang. Dalam perjanjian pengangkutan barang para pihak terkait bisa terdiri dari32 :
1. Pihak pengangkut (penyedia jasa angkutan), yakni pihak yang berkewajiban memberikan pelayanan jasa angkutan, barang dan berhak atas pembayaran tarif angkutan sesuai yang telah diperjanjikan.
2. Pihak pengirim barang (pengguna jasa angkutan), yakni pihak yang berkewajiban untuk membayar tarif (ongkos) angkutan sesuai yang telah disepakati dan berhak untuk memperoleh pelayanan jasa angkutan atas barang yang dikirimnya.
3. Pihak penerima barang (pengguna jasa angkutan), yakni sama dengan pihak pengirim dalam hal pihak pengirim dan penerima adalah merupakan subjek yang berbeda. Namun adakalanya pihak pengirim barang juga adalah sebagai pihak yang menerima barang yang diangkut ditempat tujuan.
32Hasim Purba, op.cit, hal 12-13

Sedangkan dalam hal perjanjian pengangkutan penumpang, maka pihak yang terkait adalah33 :
1. Pihak pengangkut (penyedia jasa angkutan) yakni pihak yang berkewajiban memberikan pelayanan jasa angkutan penumpang dan berhak atas penerimaan pembayaran tarif (ongkos) angkutan sesuai yang telah ditetapkan.
2. Pihak penumpang (pengguna jasa angkutan), yakni pihak yang berhak mendapatkan pelayanan jasa angkutan penumpang dan berkewajiban untuk membayar tarif (ongkos) angkutan sesuai yang telah ditetapkan.
Menurut Wiwoho Soedjono menjelaskan bahwa di dalam pengangkutan di laut terutama mengenai pengangkutan barang, maka perlu diperhatikan adanya tiga unsur yaitu : pihak penerima barang dan barangnya itu sendiri.34
Menurut HMN Purwosutjipto pihak-pihak dalam pengangkutan yaitu pengangkut dan pengirim. Pengangkut adalah orang yang mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan barang dan/atau orang dari suatu tempat ke tempat tujuan tertentu dengan selamat. Lawan dari pihak pengangkut ialah pengirim yaitu pihak yang mengikatkan dari untuk membayar uang angkutan, dimaksudkan juga ia memberikan muatan.35
C. PERATURAN HUKUM MENGENAI PENGANGKUTAN DI INDONESIA Sistem pengangkutan yang sedemikian kompleks menuntut adanya
pengaturan hukum mengenai pengangkutan itu sendiri. Sumber-sumber hukum
33Hasim Purba, op. cit, hal 12-13 34Ibid, hal 11-12 35HMN Purwosutjipto, op. cit, hal 4

pengangkutan di Indonesia terdiri dari undang-undnag pengangkutan, perjanjianperjanjian pengangkutan, konvensi internasional mengenai pengangkutan dan juga kebiasaan-kebiasaan yang ada dan berlaku dalam sistem pengangkutan di Indonesia. Hukum mengenai pengangkutan di Indonesia itu sendiri sudah banyak berkembang sejak zaman penjajahan Belanda dan Jepang hingga saat ini.
Adapun peraturan hukum mengenai pengangkutan yang berlaku sekarang ini adalah : 1. Pengangkutan Darat yaitu : a. Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan b. Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2014 tentang Angkutan Jalan c. Peraturan Pemerintah No. 79 Tahun 2013 tentang Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan d. Peraturan Pemerintah No. 37 Tahun 2011 tentang Forum Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan e. Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2012 tentang Kendaraan f. Peraturan Pemerintah No. 80 Tahun 2012 tentang Tata Cara Pemeriksaan
Kendaraan Bermotor di Jalan dan Penindakan Pelan