Sistem silvikultur TPTJ didefinisikan sebagai sistem silvikultur hutan alam yang mengharuskan adanya penanaman pada hutan pasca penebangan secara
jalur, yaitu 20 m antar jalur dan jarak tanam 2.5 m dalam jalur serta jalur tanam dibuat selebar 3 m yang merupakan jalur bebas naungan dan harus bersih dari
pohon-pohon yang menaungi dan pada jalur tanam tidak boleh dilewati alat berat, kecuali pada pinggir jalur sebelum ada tanaman, sedangkan jalur antara selebar 17
m yang merupakan tegakan alam. Tanpa memperhatikan cukup tidaknya anakan alam yang tersedia dalam tegakan tinggal, sebanyak 80 anakanhektar harus
ditanam untuk menjamin kelestarian produksi pada rotasi berikutnya. Pada sistem silvikultur TPTJ pohon-pohon yang ditebang adalah pohon-pohon komersil yang
berdiameter ≥ 40 cm ke atas Suparna Purnomo 2004.
Gambar 1 Skema pelaksanaan TPTJ PT. Sarpatim = titik tanaman, jarak tanaman dalam jalur 2,5 m dan jarak antar jalur 20 m; a-b = jalur bersih dan bebas
naungan jalur tanam dengan lebar 3 m; c-d = jalur antara dengan lebar 17 m; e-f = jarak tanam 2,5 m
2.2 Shorea leporsula Miq
S. leprosula adalah salah satu jenis asli Kalimantan yang dikenal dengan nama meranti merah Red meranti. Tanaman ini termasuk kedalam famili
Dipterocarpaceae yang bersinonim dengan Hopea maranti Miq., S. maranti Burck, S. astrostricta Scort. Ex Foxw., S. leprosula memiliki berbagai nama lokal
diantara meranti tembaga Indonesia, kontoi bayor, lempong, kumbang, abang, awang, engkabang Kalimantan, meranti, banio, ketuko, markuyungm sirantih
Sumatera, kayu bapa, sehu Maluku. Tanaman ini menyebar secara alami mulai Semenanjung Thailand dan
Malaysia, Sumatera sampai Kalimantan Utara. Biasanya dijumpai di hutan
dipterokarpa dataran rendah dibawah 700 m menempati ruang terbuka di hutan yang mengalami gangguan. Tumbuh pada berbagai jenis tanah tetapi tidak toleran
terh adap genangan. Curah hujan 1500‒3500 mm pertahun, dan musim kemarau
pendek perlu untuk pertumbuhan dan regenerasi. Jarang ditemukan di punggung bukit, dari percobaan penanaman menunjukkan pertumbuhan di kaki bukit lebih
baik dibanding puncak bukit. Meranti merah merupakan tanaman yang cepat pertumbuhannya sampai umur 20 tahun tetapi selanjutnya terkejar oleh meranti
lain. S. lepsrosula dapat mencapai tinggi 60 m, bebas cabang 35 m, dan
diameter 1 m, serta memilikbanir menonjol tetapi tidak terlalu besar. Tajuk lebar, berbentuk payung dengan ciri berwarna coklat kekuning-kuningan. Kulit
berwarna coklat keabu-abuan, alur dangkal, kayu gubal pucat, dan kayu teras merah tua. Selain itu, bentuk daun lonjong sampai bulat telur, panja
ng 8‒14 cm, lebar 3.5‒4.5 cm. Permukaan daun bagian bawah bersisik seperti krim, tangkai
utama urat daun dikelilingi domatia terutama pada pohon muda, sedang urat daun tersier rapat seperti tangga. Bunga kecil dengan mahkota kuning pucat, helai
mahkota sempit dan melengkung ke dalam seperti tangan menggenggam, fruiting calix dengan tiga sayap yang lebih panjang dan dua sayap lebih pendek.
Kayu S. leprosula mempunyai kerapatan 300‒865 kgm
3
pada kadar kelembaban 15 Soerianegara dan Lemmens 1994. S. leprosula termasuk kelas
awet III‒IV dan kelas kuat II‒IV, mudah dikerjakan, tidak mudah pecah atau mengkerut. Kayunya terutama dipakai untuk vinir dan kayu lapis, di samping itu
dapat juga dipakai untuk bangunan perumahan dan dapat juga dipakai sebagai kayu perkapalan, peti pengepak, peti mati, dan alat musik Martawijaya et al.
1981.
2.3 Pertumbuhan Tanaman