Analisis Pemberian Kredit Dan Risiko Kredit Pengaruhnya Terhadap Tingkat Profitabilitas Pada PT. Bank Negara Indonesia 46 (Persero) Tbk

(1)

PADA PT. BANK NEGARA INDONESIA 46 (Persero), Tbk

BANDUNG

The Influence of Lending and Credit Risk to Profitability

in PT. Bank Negara Indonesia 46 (Persero), Tbk Bandung

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Menempuh Jenjang S1

Program Studi Akuntansi

Oleh : WINDA MEDIANI

21107051

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(2)

ii

Bank sebagai lembaga keuangan diharapkan dapat mengelola dana yang berasal dari masyarakat dengan menggunakan prinsip kehati-hatian, dalam pengelolaan dana termasuk juga dalam hal pemberian kredit. Kredit atau pemberian kredit yang dilakukan oleh bank tidak jauh dari risiko yang ada di dalamnya yaitu risiko kredit. Dengan adanya hal tersebut akan berdampak pada perusahaan dalam menghasilkan labanya.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui analisis pemberian kredit dan risiko kredit pengaruhnya terhadap profitabilitas pada PT. Bank Negara Indonesia 46 (Persero), Tbk.

Populasi penelitian ini dari tahun 1946 – 2010 yaitu selama 64 tahun. Sampel penelitian ini yaitu selama 7 tahun yang dihitung secara triwulan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif verifikatif dengan pendekatan kuantitatif. Pengumpulan data yang dilakukan dengan melakukan observasi, wawancara dan dokumentasi. Penelitian ini menggunakan alat analisis regresi linier berganda.

Hasil penelitian secara parsial ini menunjukkan bahwa pemberian kredit hanya memberikan kontribusi/pengaruh sebesar 7,6% terhadap tingkat profitabilitas, sehingga pemberian kredit hanya berpengaruh sedikit terhadap profitabilitas dan risiko kredit memberikan kontribusi/pengaruh sebesar 51,8% terhadap tingkat profitabilitas sehingga hasil pengujian menunjukkan bahwa risiko kredit berpengaruh signifikan terhadap tingkat profitabilitas. Sedangkan secara simultan pemberian kredit dan risiko kredit berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas sebesar 52,0% pada PT. Bank Negara Indonesia 46 (Persero), Tbk Bandung. Yang artinya profitabilitas pada PT. Bank Negara Indonesia 46 (Persero), Tbk, begitu tergantung pada pemberian kredit dan risiko kredit secara simultan.


(3)

i

Bank as a financial institution is expected to manage the funds of the community with the precautionary principle, the administration of funds, as well as in terms of the loans. Granting credits or loans made by banks not far from the risks that exist in it is credit risk. With this will impact on the company in generating profit.

Research as a purpose analyze lending and credit risk the effect on profitability at PT. Bank Negara Indonesia 46 (Persero), Tbk.

The study population from the year 1946 - 2010 is more than 64 years. The sample of this research is during the 7-calculated on a quarterly basis. The method used in this research is descriptive verifikatif with kuantitative approach. The data was collected by observation, interview and documentation. This study used multiple linear regression analysis.

Partial results show that the lending only help/influence 7.6% compared with the level of profitability, so little effect on the profitability of credit and credit risk contribution/impact on 51.8% profitability, so that test results show that the credit risk of a significant impact on profitability. While at the same time, lending and credit risk significantly effect the profitability of 52.0% in PT Bank Negara Indonesia 46 (Persero), Tbk, Bandung. This means that profitability in PT. Bank Negara Indonesia 46 (Persero), Tbk, is highly dependent on lending and credit risk simultaneously.


(4)

iii

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Segala Puji dan Syukur Penulis Panjatkan atas Kehadirat Allah SWT atas berkat, rahmat dan karunia-Nya yang telah dilimpahkan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Analisis Pemberian Kredit dan Risiko Kredit Pengaruhnya terhadap Tingkat Profitabilitas Pada PT. Bank Negara Indonesia 46 (Persero), Tbk”.

Adapun tujuan dari skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat untuk menempuh jenjang S1 Program Studi Akuntansi di Universitas Komputer Indonesia Bandung.

Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan baik dari isi maupun bahasannya. Hal ini tidak lain karena keterbatasan ilmu pengetahuan dan kemampuan yang penulis miliki, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak.

Selain itu penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bimbingan, dorongan, nasehat serta doa dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu dengan kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada semua yang telah membantu penulis, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. Ir. Eddy Suryanto Soegoto., selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia Bandung.


(5)

iv

2. Prof. Dr. Hj. Umi Narimawati, Dra., S.E., M,Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia Bandung.

3. Sri Dewi Anggadini, S.E., M.Si, selaku Ketua Program Studi Akuntansi, selaku Dosen Wali kelas AK-2 Angkatan 2007 Program Studi Akuntansi Jenjang Pendidikan S1 Universitas Komputer Indonesia Bandung, juga selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktunya kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

4. Pimpinan perusahaan yang mengijinkan penulis untuk melakukan penelitian di perusahaannya PT. Bank Negara Indonesia 46 (Persero), Tbk. 5. Asep Bahtiar, selaku Pgs. Pemimpin Kpg, yang mengijinkan penulis

melakukan penelitian.

6. Pa Andi, yang menyediakan waktunya untuk penulis yang dengan tekun dan sabar membimbing penulis dalam penulisan skripsi ini.

7. Untuk Mamah tercinta, yang telah memberikan segala dukungan dan do’anya yang selalu mendo’akan penulis, serta kasih sayang yang tidak pernah berhenti di berikan kepada penulis. Semoga mamah diberikan kesehatan dan diiberikan rizki yang berlimpah serta selalu dalam lindungan Allah SWT. Untuk almarhum Bapak, yang selama ini memberikan keyakinan dan semangat penulis untuk maju dan selalu berusaha.

8. Semua Bapak Ibu Dosen dan Karyawan Universitas Komputer Indonesia Bandung yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu.

9. Seluruh staff yang bekerja di PT. Bank Negara Indonesia 46 (Persero), Tbk, yang membantu penulis dalam penelitian ini.


(6)

v

10. Untuk Kakakku Wulan dan Abang yang telah memberikan dukungannya dan masukan-masukan dan nasihat yang diberikan kepada penulis dalam segala hal termasuk mengenai penulisan Usulan Penelitian ini.

11. Juga untuk saudara dan seluruh keluarga yang telah membantu dan selalu mendo’akan penulis dalam segala hal.

12. Untuk Firman, yang telah memberikan banyak bantuan, motivasi, dukungan serta do’anya yang diberikan kepada penulis, dan memberikan penulis semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

13. Untuk teman dan sahabat seperjuangan Uchi terima kasih atas bantuannya kepada penulis selama ini dalam segala hal.

14. Untuk sahabat-sahabat yang selama ini selalu mendo’akan penulis Ichigo, Staticz, Delly, Nyit2, dan Sara.

15. Juga untuk Lina, Dita, Anggita, Vidya, Najma, Tyras, dan teman-teman Ak2 yang lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah mendukung penulis dalam membuat skripsi ini.

16. Juga untuk pihak-pihak lain yang mendukung dan membantu penulis yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Akhir kata penulis sampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak atas terselesaikannya Skripsi ini.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Bandung, Agustus 2011 Penulis

Winda Mediani 21107051


(7)

1 1.1 Latar Belakang Penelitian

Perekonomian merupakan suatu hal yang sangat penting dalam suatu negara. Terutama dalam hal pembangunan ekonomi yang kegiatannya untuk meningkatkan pendapatan parkapita dan kesejahteraan yang dilakukan secara terus-menerus dalam suatu jangka waktu tertentu. Pembangunan ekonomi merupakan titik berat pembangunan jangka panjang dan sebagai alat untuk mencapai keseimbangan antara bidang pertanian dan bidang industri, serta terpenuhinya kebutuhan pokok rakyat, yang berarti bahwa sebagian dari usaha pembangunan diarahkan pada pembangunan di bidang perekonomian, sedangkan pembangunan di bidang lainnya bersifat menunjang dan melengkapi (Muhammad Iqbal:2006).

Pembangunan ekonomi nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 (selanjutnya disebut dengan UUD 1945) harus dapat memenuhi segala keperluan dari masyarakat. Guna mencapai tujuan tersebut, maka pelaksanaan pembangunan ekonomi harus lebih memperhatikan asas keserasian, keselarasan dan keseimbangan pada setiap unsur-unsur pembangunan, meningkatkan pertumbuhan ekonomi serta terciptanya stabilitas ekonomi dan stabilitas nasional (Denico Doly:2009).


(8)

Dengan keadaan perekonomian yang menurun seperti sekarang, maka bank dapat berperan didalammya. Sektor perbankan merupakan syarat dengan risiko, terutama karena melibatkan pengelolaan uang masyarakat dan diputar dalam bentuk berbagai investasi, seperti pemberian kredit, pembelian surat-surat berhaga dan penanaman dana lainya (Imam Ghozali:2007). Terlebih lagi dengan adanya krisis ekonomi yang yang terjadi di Indonesia, yang mengakibatkan perubahan-perubahan yang signifikan terhadap sektor ekonomi. Pada dunia perbankan pun tentunya mengalami perubahan-perubahan diantaranya menurunnya tingkat kepercayaan masyarakat dalam dan luar negeri terhadap perbankan di Indonesia secara drastis.

Kepercayaan masyarakat untuk menyimpan dana pada bank turun karena banyaknya informasi-informasi mengenai permasalahan-permasalahan yang terdapat pada perbankan. Diantaranya banyak yang melanggar aturan mengenai kesehatan bank dari Bank Indonesia, ada pula yang kesulitan likuiditas, tentang kredit macet, bahkan banyak pula yang ditutup dan masih banyak lagi permasalahan bank lainnya.

Pelanggaran yang paling menonjol yang terjadi pada sebagaian bank besar diantaranya adalah dengan tidak terpenuhinya rasio kecukupan modal (Capital

Adequency Ratio-CAR) dan Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK). Pada masa

sebelum krisis ekonomi sebagian besar bank mempunyai CAR yang sesuai dengan yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia yaitu sebesar 8%. Namun pada saat masa krisis ekonomi banyak bank yang CAR nya sampai negatif. Hal ini disebabkan karena bank tersebut mengalami kerugian dalam manjalankan kegiatannya (Heru Saptono:2008).

Kegiatan utama suatu bank yaitu membeli uang dari masyarakat (menghimpun dana) melalui simpanan dan kemudian menjual uang yang diperoleh dari penghimpunan dana dengan cara (menyalurkan dana) kepada masyarakat umum


(9)

dalam bentuk kredit atau pinjaman. Karena peranan bank sebagai lembaga keuangan tidak pernah terlepas dari masalah kredit. Bahkan, kegiatan bank sebagai lembaga keuangan, pemberian kredit merupakan kegiatan utamanya (Kasmir:2010). Maka dari itu dengan memberikan kredit kepada masyarakat, tujuannya untuk memperoleh keuntungan (profit) yang berasal dari selisih bunga kredit yang diberikan kepada nasabahnya (Heru Saptono:2008).

Untuk menjalankan kegiatan operasionalnya perbankan membutuhkan dana, salah satunya bersumber dari pemberian kredit. Pada kondisi krisis saat ini seharusnya perbankan tidak mengalokasikan dana terbesarnya pada pemberian kredit, karena pemberian kredit ini mengandung risiko yang besar. Tapi pada kenyataannya bank memproporsikan dana terbesarnya pada pemberian kredit karena kredit dapat menghasilkan profitabilitas besar (Husnul Khotimah:2005).

Dengan bank memberikan kredit maka secara tidak langsung bank sudah menghimpun dana yang berasal dari nasabahnya untuk melakukan operasinya. Namun dalam memberikan kredit tersebut bank harus mempunyai kemampuan untuk mengeluarkan dana dalam penyalurannya atau likuiditas. Selain itu ada ketentuan untuk bank memberikan kredit kepada masyarakat, karena dengan itu bank memperoleh keuntungan dan dapat menjalankan usahanya. Namun dalam proses pemberian kredit, ada beberapa masalah didalamnya yaitu dari segi intern salah satunya apabila bank sudah tidak mampu mengeluarkan dana, sedangkan dari segi ekstern yaitu apabila nasabah mengajukan permohonan kredit dan tidak direalisasikan oleh bank karena kurangnya persyaratan yang diajukan oleh nasabah tersebut (Heru Saptono:2008).

Kredit menjadi sumber pendapatan dan keuntungan bank yang terbesar. Disamping itu kredit juga merupakan jenis kegiatan menanamkan dana yang sering


(10)

menjadi penyebab utama bank menghadapi masalah besar. Oleh karena itu, tidak berlebihan apabila dikatakan bahwa stabilitas usaha bank sangat dipengaruhi oleh kemampuan mereka dalam mengelola kredit (Surwanto Sutojo:1997).

Namun apabila kegiatan ini tidak dikelola dengan baik maka akan menimbulkan risiko kredit. Risiko kredit merupakan perbandingan antara saldo kredit bermasalah (non performing loan) dengan total harta (assets) secara keseluruhan. Risiko kredit disebabkan karena ketidakmampuan pihak debitur atau nasabah untuk memenuhi kewajibannya kepada pihak kreditur atau bank. Seperti pembayaran pokok pinjaman, pembayaran bunga dan lain-lain yang tidak sesuai dengan jangka waktu yang telah ditetapkan, apabila tidak dikelola dengan baik maka akan mengakibatkan kredit bermasalah (non performing loan) yang semakin besar sehingga akan berdampak pada kondisi perbankan yang pada akhirnya dapat pula mempengaruhi penilaian masyarakat terhadap kesehatan bank dan mempengaruhi profitabilitas pada bank tersebut (Heru Saptono:2008). Pada dasarnya risiko kredit tidak dapat dihindari oleh setiap bank. Di lain pihak, kredit merupakan jenis usaha bank yang besar risikonya. Risiko ini merupakan kondisi dan situasi yang akan dihadapi di masa yang akan datang yang sangat besar pengaruhnya terhadap perolehan laba bank (Kamir:2010).

Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba atau sering disebut kemampulabaan. Kredit yang dilakukan bank mengandung suatu risiko yaitu risiko kredit. Risiko kredit akan berdampak pada kelancaran dan kemampuan bank untuk memperoleh profitabilitas (Muhammad Iqbal:2006). Dalam meningkatkan profitabilitas suatu bank maka dapat mempergunakan indikator antara lain return on assets (ROA), return on equity


(11)

tingkat profitabilitas suatu bank yang diukur dengan aktiva produktif yang sumber dananya berasal dari kredit yag diberikan kepada masyarakat yang dapat membantu bank dalam memaksimumkan profitabilitasnya yang salah satu indikatornya adalah

return on assets (ROA) (Heru Saptono:2008).

PT. Bank Negara Indonesia, Tbk merupakan lembaga keuangan untuk menghimpun dana masyarakat, yang merupakan salah satu bank terbesar di Indonesia yang berdiri sejak tahun 1946. Dalam hal perkreditan tentunya menjadi kegiatan utama dari sebagaian bank-bank besar. Hal ini disebabkan karena penempatan dalam bentuk pemberian kredit dapat memberikan kontribusi berupa keuntungan. Besarnya jumlah kredit yang diberikan diharapkan dapat memberikan keuntungan/profitabilitas yang besar. Kredit yang dilakukan akan mengandung risiko yaitu risiko kredit. Risiko kredit tersebut akan mempunyai dampak pada kelancaran dan kemampun bank untuk memperoleh keuntungan/profitabilitasnya.

Tabel 1.1

Perkembangan Kredit yang diberikan dan Laba Bersih PT. Bank Negara Indonesia, Tbk

Tahun 2004-2010

Tahun NPL Kredit yang

Diberikan Laba Bersih

2004 1,47% 54,016,165 3,090,290

2005 8,36% 57,108,167 1,414,739

2006 6,55% 62,544,242 1,925,830

2007 4,01% 83,134,073 897,928

2008 1,74% 105,877,097 1,222,485

2009 0.84% 113,396,856 2.483.995

2010 1,11% 135,843,910 4.101.706


(12)

Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa kondisi dari NPL cenderung menurun dan kredit yang diberikan oleh bank cenderung meningkat dari tahun ke tahunnya. Sehingga, laba yang diperoleh pun cenderung meningkat. Namun, pada tahun 2005 terjadi penurunan pada laba bersih, karena NPL pada tahun tersebut terjadi peningkatan yang cukup besar sebesar 6,89%. Karena, pada tahun sebelumnya NPL sebesar 1,47% sedangkan pada tahun yaitu sebesar 8,36%. Kredit yang diberikan pun mengalami peningkatan, seharusnya apabila pemberian kredit meningkat akan menimbulkan peningkatan pada laba bersih sedangkan ini sebaliknya malah mengalami penurunan yaitu dari Rp. 3,090,290 menjadi Rp. 1,414,739. Hal tersebut bisa terjadi karena NPL yang justru meningkat, maka kondisi ini akan menyebabkan kerugian pada bank. Karena menurut Kasmir (2010:102) menyatakan bahwa, semakin banyak kredit yang disalurkan/diberikan maka akan semakin besar pula perolehan laba dari bidang ini sehingga mampu mempertahankan kelangsungan dan sekaligus memperbesar usaha yang sudah ada.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan penurunan ini, di antaranya (i) tingkat pendapatan bunga bersih yang relatif stagnan akibat biaya dana yang lebih tinggi, (ii) penurunan fee-based income seiring melemahnya aktivitas dunia usaha di paruh kedua 2005, (iii) kenaikan beban operasional antara lain akibat inflasi yang tinggi, dan (iv) adanya beban pajak penghasilan, yang tidak dikenakan terhadap BNI pada tahun sebelumnya. Peraturan baru mengenai kolektibilitas kredit bank juga mengakibatkan peningkatan yang signifikan pada tingkat kredit bermasalah (NPL gross) BNI di semester pertama 2005. Ini semua berdampak pada penurunan laba bersih tahun 2005.


(13)

Selanjutnya, pada tahun 2007 walaupun NPL mengalami penurunan dan kredit yang diberikan mengalami peningkatan yang merupakan kondisi yang diharapkan oleh suatu bank, namun tidak mencapai laba yang diharapkan bahkan laba mengalami penurunan yaitu pada tahun sebelumnya sebesar Rp. 1,925,830 dan pada tahun 2007 sebesar Rp. 897,928. Shingga kondisi demikian juga menyebabkan bank tersebut mengalami kerugian, karena yang seharusnya laba mengalami peningkatan ini sebaliknya. Seperti yang dikatakan oleh Kasmir (2010:71) bahwa besarnya jumlah kredit yang diberikan akan menentukan keuntungan bank.

Ini di sebabkan perkiraan di tahun anggaran 2008, tampak terdapat tekanan-tekanan yang berdampak kurang menguntungkan secara global, diantaranya bersumber dari kenaikan harga minyak bumi dan harga pangan dunia. Tekanan ini dikhawatirkan akan berpengaruh negatif, tidak hanya pada perkembangan perekonomian nasional secara umum, tapi juga pada sektor riil yang kemudian pada gilirannya akan berpengaruh pada meningkatnya Non Performing Loan (NPL) perbankan. Dalam rangka penerapan prinsip kehati-hatian dan mengantisipasi terhadap kemungkinan yang kurang menggembirakan, maka diambil kebijakan untuk memperkuat cadangan atas kemungkinan kerugian, antara lain dengan menambah dan memperbesar Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif dan menutup secara sekaligus kekurangan cadangan imbalan pasca-kerja pegawai. Tambahan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif yang dibentuk di tahun 2007 mengalami kenaikan dari jumlah yang dibentuk di tahun sebelumnya. Kebijakan tersebut dimaksudkan agar kondisi dan struktur


(14)

perusahaan menjadi lebih solid dan sustainable ke depan. Dengan diambilnya langkah-langkah tersebut, laba bersih perusahaan mengalami penurunan.

Berdasarkan hal tersebut masih berdampak pada tahun-tahun berikutnya, ini terjadi karena krisis perekonomian global bagi Indonesia telah mengakibatkan menurunnya ekspor, dan lebih lanjut berdampak pada menjadi lesunya kegiatan di sektor riil. Kelesuan di sektor riil akan berdampak pada kemungkinan menurunnya kinerja keuangan para nasabah pengguna pembiayaan perbankan dan lembaga keuangan lainnya. Risiko yang dihadapi perbankan dari kondisi seperti tersebut diantaranya adalah, potensi meningkatnya kredit/pembiayaan menjadi tidak atau kurang produktif, yang biasa disebut sebagai Non Performing Loan

(NPL). Peningkatan NPL mempunyai setidaknya dua sisi yang kurang menguntungkan, yaitu berkurangnya pendapatan secara efektif dari pembiayaan, dan meningkatnya biaya yang harus dikeluarkan untuk memupuk cadangan kemungkinan kerugian yang disebut PPAP. Tekanan-tekanan yang timbul dari gejolak makro telah mengakibatkan terjadinya pergeseran secara tajam berbagai keadaan dari yang semula diasumsikan, diantaranya pada tingkat inflasi, harga minyak bumi dan nilai tukar rupiah terhadap mata uang luar negeri.

Maka dari itu bank sebagai lembaga keuangan diharapkan dapat mengelola dana yang berasal dari masyarakat dengan menggunakan prinsip kehati-hatian, dalam pengelolaan dana termasuk juga dalam hal pemberian kredit. Maka apabila bank menggunakan prinsip kehati-hatian maka akan menghindari hal-hal yang tidak diinginkan yang akan mempengaruhi kesehatan bank.

Berdasarkan hal tersebut, kredit atau pemberian kredit yang dilakukan oleh bank tidak jauh dari risiko yang ada di dalamnya yaitu risiko kredit. Dengan adanya


(15)

hal tersebut akan berdampak pada perusahaan dalam menghasilkan labanya. Maka dari itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul :

“Analisis Pemberian Kredit dan Risiko Kredit Pengaruhnya Terhadap Tingkat Profitabilitas Pada PT. Bank Negara Indonesia 46 (Persero), Tbk Bandung”.

1.2 Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah 1.2.1 Identifikasi Masalah

Sesuai dengan latar belakang yang dikemukakan, maka penulis akan mencoba mengidentifikasi masalah mengenai :

1. Tingkat pendapatan bunga bersih yang relatif stagnan akibat biaya dana yang lebih tinggi.

2. Penurunan fee-based income seiring melemahnya aktivitas dunia usaha. 3. Kenaikan beban operasional antara lain akibat inflasi yang tinggi. 4. Adanya peraturan baru mengenai kolektibilitas kredit.

5. Adanya beban pajak penghasilan, yang tidak dikenakan terhadap BNI pada tahun sebelumnya.

6. Tambahan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif yang dibentuk di tahun 2007 mengalami kenaikan dari jumlah yang dibentuk di tahun sebelumnya.

1.2.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana pemberian kredit dan risiko kredit pada PT. Bank Negara Indonesia 46 (Persero), Tbk Bandung.


(16)

2. Bagaimana tingkat profitabilitas pada PT. Bank Negara Indonesia 46 (Persero), Tbk Bandung.

3. Bagaimana pemberian kredit terhadap tingkat profitabilitas pada PT. Bank Negara Indonesia 46 (Persero), Tbk Bandung.

4. Bagaimana risiko kredit terhadap tingkat profitabilitas pada PT. Bank Negara Indonesia 46 (Persero), Tbk Bandung.

5. Bagaimana pemberian kredit dan risiko kredit terhadap tingkat profitabilitas pada PT. Bank Negara Indonesia 46 (Persero), Tbk Bandung secara simultan.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh data dan informasi yang sesuai dengan topik mengenai analisis pemberian kredit dan resiko kredit pengaruhnya terhadap tingkat profitabilitas.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini, yaitu :

1. Untuk mengetahui pemberian kredit dan risiko kredit pada PT. Bank Negara Indonesia 46 (Persero), Tbk Bandung.

2. Untuk mengetahui tingkat profitabilitas pada PT. Bank Negara Indonesia 46 (Persero), Tbk Bandung.

3. Untuk menganalisis pengaruh pemberian kredit terhadap tingkat profitabilitas pada PT. Bank Negara Indonesia 46 (Persero), Tbk Bandung.


(17)

4. Untuk menganalisis pengaruh risiko kredit terhadap tingkat profitabilitas pada PT. Bank Negara Indonesia 46 (Persero), Tbk Bandung.

5. Untuk menganalisis pengaruh pemberian kredit dan risiko kredit terhadap tingkat profitabilitas pada PT. Bank Negara Indonesia 46 (Persero), Tbk Bandung.

1.4 Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, diantaranya sebagai berikut :

a. Bagi Penulis

Dapat memperoleh pengetahuan dan pemahaman yang lebih mendalam mengenai perkreditan di dunia perbankan, terutama mengenai Analisis Pemberian Kredit dan Risiko Kredit Pengaruhnya terhadap Tingkat Profitabilitas.

b. Bagi Perusahaan

Perusahaan dapat memperoleh masukan atau informasi yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan agar mampu meningkatkan kinerjanya di masa yang akan datang.

c. Bagi pihak lain

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan dan perbandingan yang dapat menambah wawasan dan pengetahuan. Juga dapat digunakan sebagai bahan referensi untuk penelitian lebih lanjut.


(18)

1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian 1.5.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di PT. Bank Negara Indonesia 46 (Persero), Tbk Bandung yang beralamat di Jl. Printis Kemerdekaan No.3 Bandung 40117.

1.5.2 Waktu Penelitian

Adapun jadwal kegiatan penelitian yang dilakukan pada bulan Februari sampai dengan Oktober 2011 berdasarkan tabel berikut :


(19)

Tabel 1.2

Jadwal Pelaksanaan Penelitian

No Prosedur

Bulan

Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sept Okt 2011

I

Tahap Persiapan :

1. Membuat outline dan Proposal Usulan penelitian.

2. Pengambilan formulir dan penyusunan UP.

3. Menentukan tempat penelitian.

II

Tahap Pelaksanaan : 1. Membuat outline dan

Proposal UP.

2. Meminta surat pengantar keperusahaan.

3. Penelitian di perusahaan. 4. Penyusunan UP dan

bimbingan UP. 5. Seminar sidang UP. 6. Revisi UP setelah seminar

sidang UP. 7. Bimbingan Skripsi. 8. Pendaftaran sidang

skripsi. 9. Sidang skripsi. III

Tahap akhir:

1. Revisi setelah sidang skripsi.

2. Penggandaan Skripsi. 3. Wisuda.


(20)

14 2. 1 Kajian Pustaka

2.1.1 Pemberian Kredit 2.1.1.1 Pengertian Kredit

Dana yang diperoleh bank dalam simpanan disalurkan kembali dalam bentuk kredit kepada masyarakat yang memerlukannya. Bank akan memperoleh keuntungan dari selisih bunga yang diberikan kepada masyarakat. Kata kredit berasal dari bahasa Yunani yakni “Credere” yang berarti kepercayaan, sehingga saat seseorang atau badan usaha diberikan pinjaman, diyakini dapat mengembalikannya, karena orang atau badan usaha percaya bahwa dana yang diberikan akan dikembalikan dalam jangka waktu yang telah di janjikan.

Pemberian kredit merupakan salah satu bentuk usaha yang dapat dilakukan oleh sebuah bank. Pemberian kredit biasanya dilakukan oleh bank dalam hal menyalurkan dananya kepada masyarakat untuk masyarakat yang kekurangan dana. Termasuk kredit dalam kerangka pembiayaan bersama atau kredit dalam proses penyelamatan.

Menurut Kasmir (2010:73) :

“Pembiayaan atau kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil”.


(21)

Menurut Undang-undang Perbankan nomor 10 tahun 1998 :

“Kredit yang diberikan oleh bank dapat didefinisikan sebagai penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak meminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga”.

Berdasarkan pengertian diatas maka kredit merupakan suatu bentuk usaha yang dikeluarkan oleh bank untuk memperoleh keuntungan atau profit dari selisih bunga yang diberikan kepada masyarakat. Dalam hal ini tentunya ada kendala, setiap usaha pasti ada risiko dalam menjalaninya.

2.1.1.2 Unsur Pemberian Kredit

Adapun unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian suatu fasilitas kredit adalah sebagai berikut, Kasmir (2010:74) :

1. Kepercayaan

Yang merupakan suatu keyakinan pemberi kredit (bank) bahwa kredit yang diberikannya baik dalam bentuk uang, barang atau jasa akan benar-benar diterimanya kembali dalam jangka waktu tertentu dimasa yang akan datang.

2. Waktu

Yang menyatakan bahwa ada jarak antara saat persetujuan pemberian kredit dan pelunasannya. Pada saat pelunasan kredit yang telah disepakati jarak atau jangka waktunya bisa berbentuk jangka pendek, jangka menengah atau jangka panjang.


(22)

3. Risiko

Yang menyatakan adanya risiko yang mungkin muncul sepanjang jarak antara saat memberikan dan pelunasannya. Semakin panjang masa kredit maka semakin besar risiko yang menjadi tanggungan bank, demikian juga sebaliknya. Risiko ini ada yang di sengaja maupun tidak disengaja.

4. Kesepakatan

Yang menyatakan bahwa antara kreditur dan debitur terdapat suatu persetujuan dan dibuktikan dengan suatu perjanjian dimana masing-masing pihak menandatangani hak dan kewajiban masing-masing-masing-masing.

5. Balas Jasa

Merupakan keuntungan atas pemberian suatu kredit atau jasa tersebut yang kita kenal dengan nama bunga. Balas jasa dalam bentuk bunga dan biaya administrasi kredit ini merupakan keuntungan bank.

2.1.1.3 Prinsip Pemberian Kredit

Sebelum suatu fasilitas kredit diberikan maka bank harus marasa yakin bahwa kredit yang diberikan benar-benar akan kembali. Keyakinan tersebut diperoleh dari hasil penilaian kredit sebelum kredit tersebut disalurkan. Penilaian kredit oleh bank dapat dilakukan dengan berbagai cara untuk mendapatkan keyakinan tentang nasabahnya, seperti melalui prosedur penilaian yang benar.

Dalam melakukan penilaian kriteria-kriteria serta aspek penilaiannya tetap sama. Begitu pula dengan ukuran-ukuran yang ditetapkan sudah menjadi standar penilaian setiap bank. Biasanya kriteria penilaian yang harus dilakukan oleh bank


(23)

untuk mendapatkan nasabah yang benar-benar menguntungkan dilakukan dengan analisis 5C dan 7P.

Prinsip pemberian kredit dengan analisis dengan 5C kredit dapat dijelaskan sebagai berikut, Kasmir (2010:91) :

1. Character

Suatu keyakinan bahwa, sifat atau watak dari orang-orang yang akan diberikan kredit benar-benar dapat dipercaya, hal ini tercermin dari latar belakang si nasabah baik yang bersifat latar belakang pekerjaan maupun yang bersifat pribadi seperti cara hidup atau gaya hidup yang dianutnya, keadaan keluarganya, hobi, dan lain-lain. Ini semua merupakan ukuran “kemauan” membayar.

2. Capacity

Untuk melihat nasabah dalam kemampuannya dalam bidang bisnis yang dihubungkan dengan pendidikannya, kemampuan, bisnis juga diukur dengan kemampuannya dalam memahami tentang ketentuan-ketentuan pemerintah.

3. Capital

Untuk melihat penggunaan modal apakah efektif, dilihat laporan keuangan (neraca dan laporan rugi laba) dengan melakukan pengukuran seperti dari segi likuiditas, solvabilitas, rentabilitas dan ukuran lainnya.

4. Collateral

Merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang bersifat fisik maupun non fisik. Jaminan hendaknya melibihi jumlah kredit yang diberikan. Jaminan juga harus diteliti keabsahannya, sehingga jika terjadi


(24)

suatu masalah, maka jaminan yang dititipkan, akan dapat dipergunakan secepat mungkin.

5. Condition

Dalam menilai kredit hendaknya juga di nilai kondisi ekonomi dan politik sekarang dan dimasa yang akan datang sesuai sektor masing-masing, serta prospek usaha dari sektor yang ia jalankan. Penilaian prospek bidang usaha yang dibiayai hendaknya benar-benar memiliki prospek yang baik, sehingga kemungkinan kredit tersebut bermasalah relatif kecil.

Kemudian penilain kredit dengan metode analisis 7P adalah sebagai berikut :

1. Personality

Yaitu menilai nasabah dari segi kepribadiannya tingkah lakunya sehari-hari maupun masa lalunya.

2. Party

Yaitu mengklasifikaikan nasabah ke dalam klasifikasi tertentu atau golongan-golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas serta karakternya. Sehingga nasabah dapat digolongkan ke golongan tertentu dan akan mendapatkan fasilitas yang berbeda dari bank.

3. Perpose

Yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit, termasuk jenis kredit yang diinginkan nasabah. Pengambilan kredit dapat bermacam-macam.


(25)

4. Prospect

Yaitu untuk menilai usaha nasabah dimasa yang akan datang menguntungkan atau tidak, atau dengan kata lain mempunyai prospek atau sebaliknya. Hal ini penting mengingat jika suatu fasilitas kredit yang dibiayai tanpa mempunyai prospek, bukan hanya bank yang rugi akan tetapi juga nasabah.

5. Payment

Merupakan ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan kredit yang telah diambil atau dari sumber mana saja dana untuk pengembalian kredit. Semakin banyak sumber penghasilan debitur maka akan semakin baik. 6. Profitability

Untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam mencari laba.

Profitability diukur dari periode ke periode apakah akan tetap sama atau semakin meningkat, apalagi dengan tambahan kredit yang akan diperolehnya.

7. Protection

Tujuannya adalah bagaimana menjaga agar usaha dan jaminan mendapatkan perlindungan. Perlindungan dapat berupa jaminan barang atau orang atau jaminan asuransi.

2.1.1.4 Prosedur Pemberian Kredit

Prosedur pemberian dan penilaian kredit oleh dunia perbankan secara umum antar bank yang satu dengan bank yang lain tidak jauh berbeda. Yang


(26)

menjadi perbedaan mungkin hanya terletak dari prosedur dan persyaratan yang ditetapkan dengan pertimbangan masing-masing.

Prosedur pemberian kredit secara umum dapat dibedakan antara pinjaman perseorangan dengan pinjaman oleh suatu badan hukum, kemudian dapat pula ditinjau dari segi tujuannya apakah untuk konsumtif atau produktif.

Secara umum akan dijelaskan prosedur pemberian kredit oleh badan hukum sebagai berikut, Kasmir (2010:96) :

1. Pengajuan Proposal

Untuk memperoleh fasillitas kredit dari bank maka tahap yang pertama pemohon kredit mengajukan permohonan kredit secara tertulis dalam suatu proposal.

2. Penyelidikan Berkas Pinjaman

Tujuannya adalah mengetahui apakah berkas yang diajukan sudah lengkap sesuai persyaratan yang telah ditetapkan. Apabila sampai batas tertentu nasabah tidak sanggup melengkapi kekurangan tersebut, maka sebaiknya permohonan kredit dibatalkan saja.

3. Penilaian Kelayakan Kredit

Penilaian kelayakan suatu kredit dapat dilakukan dengan menggunakan 5C atau 7P, namun untuk kredit yang lebuh besar jumlahnya perlu dilakukan metode penilaian dengan Studi Kelayakan.

4. Wawancara Pertama

Tujuannya adalah untuk mendapatkan keyakinan apakah berkas-berkas tersebut sesuai dan lengkap seperti yang bank inginkan. Wawancara ini


(27)

juga untuk mengetahui keinginan dan kebutuhan nasabah yang sebenarnya.

5. Peninjauan ke Lokasi (On the Spot)

Selanjutnya adalah melakukan peninjauan ke lokasi yang menjadi objek kredit. Kemudian hasil on the spot dicocokan dengan hasil wawancara pertama, dan untuk memastikan bahwa bahwa objek yang dibiayai benar-benar ada dan sesuai tertulis dalam proposal. Hendaknya on the spot

jangan diberitahukan kepada nasabah. 6. Wawancara Kedua

Hasil peninjauan ke lapangan dicocokan dengan dokumen yang serta hasil wawancara satu dalam wawancara kedua. Wawancara kedua ini merupakan kegiatan perbaikan berkas, jika mungkin ada kekurangan-kekurangan pada saat setelah dilakukan on the spot dilapangan.

7. Keputusan Kredit

Keputusan kredit adalah menentukan apakah kredit layak untuk diberikan atau ditolak, jika layak, makan dipersiapkan administrasinya. Keputusan kredit biasanya untuk jumlah tertentu merupakan keputusan tim. Begitu pula bagi kredit yang ditolak, maka hendaknya dikirim surat penolakan sesuai dengan alasannya masing-masing.

8. Penandatanganan akad kredit/perjanjian lainnya

Kegiatan ini merupakan kelanjutan dari diputuskannya kredit, maka sebelum kredit dicairkan maka terlebih dahulu calon nasabah menandatangani akad kredit, mengikat jaminan dengan hipotik dan surat perjanjian dan pernyataan yang dianggap perlu.


(28)

9. Realisasi kredit

Realisasi kredit diberikan setelah penandatanganan surat-surat yang diperlukan dengan membuka rekening giro atau tabungan di bank yang bersangkutan. Dengan demikian, penarikan dana kredit dapat dilakukan melalui rekening yang telah dibuka.

Kendala yang mempengaruhi pemberian kredit yaitu ada beberapa faktor, menurut Hacaran Singh Khera dan Bagindo Sofyan Muchtar (1987) sbb :

a. Keharusan untuk mempertahankan tingkat likuiditas tertentu.

b. Keharusan untuk mendapatkan jaminan bagi setiap pinjaman. Sebab itu, kredit adalah terbatas kepada jumlah jaminan yang dapat diserahkan oleh masyarakat.

c. Kebijaksanaan moneter oleh pemerintah. d. Jumlah uang tunai yang terdapat dalam negara.

e. Keharusan untuk berada dalam keadaan yang sama dengan bank-bank lain dan mempertahankan uang tunai pada lembaga kliring.

Transaksi-transaksi yang berkaitan dengan pemberian kredit menurut Indra Bastian & Suhardjono (2006:284) antara lain adalah :

1. Realisasi kredit.

2. Penarikan /pengambilan kredit. 3. Pembebanan bunga kredit. 4. Penerimaan angsuran kredit.

5. Pembentukan pencadangan penyisihan aktiva produktif (PPAP). 6. Penghapusbukuan kredit.


(29)

2.1.1.5 Tujuan dan Fungsi Kredit

Pemberian suatu fasilitas kredit mempunyai tujuan tertentu. Tujuan pemberian kredit tersebut tidak akan terlepas dari misi bank tersebut didirikan. Pada dasarnya terdapat dua tujuan yang saling berkaitan dari kredit, menurut Veithzal Rivai, Andria Permata Veithzal, Ferry N. Idroes (2007:439) :

a. Profitability, yaitu tujuan untuk memperoleh hasil kredit berupa keuntungan yang diraih dari bunga yang harus dibayar oleh debitur. Oleh karena itu, bank hanya akan menyalurkan kredit kepada usaha yang diyakini mampu dan mau mengembalikan kredit yang telah diterimanya. Dalam faktor kemampun dan kemauan ini tersimpul unsur keamanan (safety) dan sekaligus juga unsur keuntungan (profitability) suatu kredit sehingga kedua unsur tersebut saling berkaitan. Dengan demikian, keuntungan merupakan tujuan dari pemberi kredit yang terjelma dalam bentuk bunga yang diterima.

b. Safety, keamanan dari prestasi atau fasilitas yang diberikan harus benar-benar terjamin sehingga tujuan profitability dapat benar-benar tercapai tanpa hambatan yang berarti. Keamanan ini dimaksudkan agar prestasi yang diberikan dalam bentuk uang, barang atau jasa itu betul-betul terjamin pengembaliannya sehingga keuntungan (profitability) yang diharapkan dapat menjadi kenyataan.

Selain itu, tujuan kredit dapat dilihat menurut pelaku utama yang terlibat dalam pemberian kredit, sebagai berikut :


(30)

a. Bank (Kreditor)

1) Pemberian kredit merupakan bisnis terbesar hampir pada sebagian besar bank.

2) Penerimaan bunga dari pemberian kredit bagi sebagian bank merupakan sumber pendapatan terbesar.

3) Kredit merupakan salah satu produk bank dalam memberikan pelayanan pada nasabah.

4) Kredit merupakan salah satu media bagi bank dalam berkontribusi dalam pembangunan.

5) Kredit merupakan salah satu komponen dari asset alocation approach. b. Nasabah (Pengusaha)

1) Kredit dapat memberikan potensi untuk mengembangkan usaha. 2) Kredit dapat meningkatkan kinerja perusahaan.

3) Kredit merupakan salah satu alternatif pembiayaan perusahaan. c. Negara

1) Kredit merupakan salah satu sarana dalam memacu pembangunan. 2) Kredit dapat meningkatkan arus dana dan jumlah uang beredar. 3) Kredit dapat meningkatkan pertumbuhan perekonomian. 4) Kredit dapat meningkatkan pendapatan negara dari pajak.

Kredit mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian. Secara garis besar fungsi kredit di dalam perekonomian, perdagangan, dan keuangan dapat dikemukakan sebagai berikut Veithzal Rivai, Andria Permata Veithzal, Ferry N. Idroes (2007:440) :


(31)

a. Meningkatkan utility (daya guna) dari modal atau uang

Para pengusaha menikmati kredit dari bank untuk

memperluas/memperbesar usahanya, baik untuk peningkatan produksi, perdagangan, maupun untuk usaha-usaha rehabilitasi ataupun usaha peningkatan produktivitas secara menyeluruh.

b. Meningkatkan utility (daya guna) suatu barang

Produsen dengan bantuan kredit bank dapat memproduksi bahan jadi sehingga utility dari bahan tersebut meningkat. Sebagai contoh, peningkatan utility kelapa menjadi kopra dan selanjutnya diolah menjadi minyak kelapa/minyak goreng, dan sebagainya.

c. Meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang

Kredit yang disalurkan melalui rekening koran, mendorong pengusaha untuk menciptakan pertambahan peredaran uang giral dan sejenisnya seperti cek, bilyet giro, wesel, promes dan sebagainya melalui kredit. Predaran uang kartal maupun giral akan lebih berkembang karena kredit menciptakan suatu kegairahan berusaha. Dengan demikian, penggunaan uang akan bertambah baik secara kualitatif, apalagi secara kuantitatif. d. Menimbulkan gairah berusaha masyarakat.

Manusia adalah makhluk yang selalu melakukan kegiatan ekonomi, yaitu selalu berusaha memenuhi kebutuhannya. Kegiatan usaha sesuai dengan dinamikanya akan selalu meningkat, tetapi peningakatan usaha tidak selalu diimbangi dengan peningkatan kemampuan. Oleh karena itu, manusia berusaha dengan berbagai upaya untuk memenuhi kekurangmampuannya. Karena itu pula pengusaha akan selalu memerlukan bank untuk


(32)

memperoleh bantuan permodalan guna peningkatan usahanya. Bantuan kredit yang diterima pengusaha dari bank ini kemudian digunakan untuk memperbesar volume usaha dan produktivitasnya.

e. Alat stabiltasi ekonomi

Dalam keadaan ekonomi yang kurang sehat langkah-langkah stabilitasi pada dasarnya diarahkan pada usaha-usaha untuk :

1) Pengendalian inflasi 2) Peningkatan ekspor 3) Rehabilitasi sarana

4) Pemenuhan kebutuhan-kebutuhan pokok rakyat f. Jembatan untuk peningkatan pendapatan nasional

Pengusaha yang memperoleh kredit tentu saja berusaha untuk meningkatkan usahanya. Peningkatan usaha berarti peningkatan profit. Bila keuntungan ini secara kumulatif dikembangkan lagi dalam arti dikembalikan kedalam struktur pemodalan, peningkatan akan berlangsung terus-menerus. Dengan earning (pendapatan) yang terus meningkat, berarti pajak perusahaan pun akan terus bertambah. Dilain pihak, kredit yang disalurkan untuk merangsang pertambahan kegiatan ekspor akan menghasilkan pertambahan devisa bagi negara.

g. Sebagai alat meningkatkan hubungan ekonomi internasional

Bank sebagai lembaga kredit tidak saja bergerak di dalam negeri, tetapi juga di luar negeri. Negara-negara kaya atau yang kuat ekonominya, demi persahabatan antarnegara, banyak memberikan bantuan kepada negara-negara yang sedang berkembang atau sedang membangun.


(33)

Bantuan-bantuan tersebut tercermin dalam bentuk Bantuan-bantuan kredit dengan syarat-syarat ringan, yaitu bunga yang relatif murah dan jangka waktu pengunaan yang panjang.

2.1.1.6 Jenis-Jenis Kredit

Secara umum jenis-jenis kredit yang diberikan oleh bank dan dilihat dari berbagai segi adalah sebagai berikut, Kasmir (2010:76) :

1. Menurut Bentuknya a. Kredit Rekening Koran

Dalam hal ini debitur diberi hak untuk menarik dana dalam rekening korannya sampai dengan sebesar plafon yang ditetapkan bank. Pelunasan pokok kredit dilaksanakan pada saat jatuh tempo, dengan bunga kredit secara umum dihitung secara harian berdasarkan baki debet (outstanding credit) atau dengan nilai rata-rata baki debet setiap bulannya.

b. Installament Loan

Kredit ini adalah kredit yang angsuran pokok dan bunganya dilakukan secara teratur menurut jadwal waktu yang telah disepakati antara bank dengan debitur, dengan nilai konstan selama berlangsungnya masa kredit tersebut.

2. Dari Segi Jangka Waktu a. Kredit Jangka Pendek

Kredit ini merupakan kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari satu tahun dan biasanya digunakan untuk keperluan modal kerja.


(34)

Contohnya : kredit untuk peternakan ayam atau kredit untuk pertanian seperti tanaman padi.

b. Kredit Jangka Menengah

Jangka waktu kreditnya berkisar antara satu tahun sampai dengan tiga tahun, kredit jenis ini dapat diberikan untuk modal kerja. Beberapa bank mengklasifikasikan kredit menengah menjadi kredit jangka panjang. Contohnya : kredit pertanian seperti jeruk atau peternakan kambing.

c. Kredit Jangka Panjang

Merupakan kredit yang masa pengembaliannya paling panjang yaitu di atas tiga tahun atau lima tahun. Biasanya kredit ini digunakan untuk investasi jangka panjang seperti perkebunan karet, kelapa sawit, atau manufaktur dan untuk juga kredit konsumtif seperti kredit perumahan. 3. Menurut Kegunaannya

a. Kredit Investasi (investment credit)

Yaitu kredit yang biasanya digunakan untuk keperluan perluasan usaha atau membangun proyek/pabrik baru dimana masa pemakaiannya untuk suatu periode yang relatif lebih lama.

b. Kredit Modal Kerja (working capital credit)

Merupakan kredit yang digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam operasionalnya. Contoh, kredit modal kerja diberikan untuk membeli bahan baku, membayar gaji pegawai, dan lain-lain.


(35)

4. Menurut Tujuannya a. Kredit Produktif

Kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha atau produksi atau investasi. Kredit ini diberikan untuk menghasilkan barang atau jasa. Contohnya, kredit untuk membangun pabrik yang nantinya akan menghasilkan barang.

b. Kredit Konsumtif

Kredit yang digunakan untuk dikonsumsi secara pribadi. Dalam kredit ini tidak ada pertambahan barang atau jasa yang dihasilkan, karena memang untuk digunakan atau dipakai oleh seseorang atau badan usaha. Contohnya, kredit untuk perumahan, kredit mobil pribadi dan kredit konsumtif lainnya.

c. Kredit Perdagangan

Kredit perdagangan merupakan kredit yang digunakan untuk kegiatan perdagangan, biasanya untuk membeli barang dagangan yang pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang dagangan tersebut. Contoh kredit ini misalnya, kredit ekspor dan impor.

5. Menurut Jaminannya a. Kredit dengan jaminan

Kredit yang diberikan dengan suatu jaminan tertentu. Jaminan tersebut dapat berbentuk barang berwujud atau tidak berwujud atau jaminan orang.


(36)

b. Kredit tanpa jaminan

Yaitu kredit yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang tertentu. Kredit jenis ini diberikan dengan melihat prospek usaha, karakter serta loyalitas atau nama baik si calon debitur selama berhubungan dengan bank yang bersangkutan.

6. Menurut Sektor Usahanya a. Kredit pertanian

Merupakan kredit yang dibiayai untuk sektor perkebunan atau pertanian rakyat. Sektor usaha pertanian dapat berupa jangka pendek atau jangka panjang.

b. Kredit peternakan

Dalam hal ini untuk jangka pendek misalnya untuk peternakan ayam dan jangka panjang kambing atau sapi.

c. Kredit industri

Yaitu kredit untuk membiayai industri kecil, menengah atau besar. d. Kredit pertambangan

Jenis usaha tambang yang dibiayainya biasanya dalam jangka panjang, seperti tambang emas, minyak atau timah.

e. Kredit pendidikan

Merupakan kredit yang diberikan untuk sarana dan prasarana pendidikan atau dapat pula berupa kredit untuk para mahasiswa. f. Kredit profesi

Diberikan kepada para profesional seperti dosen, dokter atau pengacara.


(37)

g. Kredit perumahan

Yaitu kredit untuk membiayai pembangunan atau pembelian rumah.

2.1.1.7 Jaminan Kredit

Dilihat dari segi jaminan maksudnya adalah setiap pemberian suatu fasilitas kredit harus dilindungi dengan suatu barang atau surat-surat berharga minimal senilai kredit yang diberikan. Kredit dapat diberikan dengan jaminan atau tanpa jaminan. Kredit tanpa jaminan sangat membahayakan posisi bank, mengingat jika nasabah mengalami suatu kemacetan maka akan sulit untuk menutupi kerugian terhadap kredit yang disalurkan. Sebaliknya kredit dengan jaminan relatif lebih aman mengingat kredit macet akan dapat ditutupi oleh jaminan tersebut.

Adapun jaminan yang dapat dijadikan jaminan kredit oleh calon debitur adalah sebagai berikut, Kasmir (2010:78) :

a. Kredit dengan jaminan

Merupakan kredit yang diberikan dengan suatu jaminan tertentu. Jaminan tersebut dapat berbentuk barang berwujud atau tidak berwujud.

b. Kredit tanpa jaminan

Yaitu kredit yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang tertentu. Kredit jenis ini diberikan dengan melihat prospek usaha, karakter, serta loyalitas si calon debitur selama berhubungan dengan bank yang bersangkutan.

Dalam praktiknya yang dapat dijadikan jaminan kredit oleh calon kreditur adalah sebagai berikut :


(38)

1) Jaminan dengan barang-barang seperti : a. Tanah

b. Bangunan

c. Kendaraan bermotor d. Mesin-mesin/peralatan e. Barang dagangan f. Tanaman/kebun/sawah

g. Dan barang-barang berharga lainnya 2) Jaminan surat berharga seperti :

a. Sertifikat saham b. Sertifikat obligasi c. Sertifikat tanah d. Sertifikat deposito e. Promes

f. Wesel

g. Dan surat berharga lainnya 3) Jaminan orang atau perusahaan

Yaitu jaminan yang diberikan oleh seseorang atau perusahaan kepada bank terhadap fasilitas kredit yang diberikan. Apabila kredit tersebut macet, orang atau perusahaan yang memberikan jaminan itulah yang diminta pertanggungjawabannya atau menanggung risikonya.

4) Jaminan asuransi

Yaitu bank menjaminkan kredit tersebut kepada pihak asuransi, terutama terhadap fisik objek kredit, seperti kendaraan, gedung, dan lainnya. Jadi,


(39)

apabila terjadi kehilangan atau kebakaran, maka pihak asuransilah yang akan menanggung kerugian tersebut.

2.1.1.8 Pengertian Bank

Bank merupakan tempat dimana orang yang mempunyai kelebihan dana untuk menyimpan uang dan tempat dimana orang-orang yang membutuhkan dan kekurangan dana untuk meminjam. Bank berasal dari bahasa Itali yakni “Banco” yang berarti “Bangku atau Kursi” hal ini karena pada masa itu orang-orang yng bekerja di bank selalu ada di belakang meja atau duduk di kursi.

Sementara menurut Kasmir (2010:11) bank secara sederhana dapat diartikan sebagai :

“Lembaga Keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa Bank lainnya”.

Selanjutnya menurut Undang-Undang RI No.10 tahun 1998, mengatakan bahwa :

“Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”.

Jadi bank merupakan suatu badan usaha yang menghimpun dana masyarakat dalam bentuk simpanan atau apapun dan disalurkan kembali kepada masyarakat untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, disamping itu untuk memuaskan keperluan masyarakat akan kredit.


(40)

2.1.1.9 Fungsi Bank

Secara umum, fungsi utama bank adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat untuk berbagai tujuan atau sebagai financial intermediary. Secara lebih spesifik bank dapat berfungsi sebagai agent of trust, agent of development, agent of service.

Berdasarkan hal tersebut bahwa bank berfungsi sebagai berikut, Sigit dan Totok (2010:9) :

a. Agent of trust

Dasar utama kegiatan perbankan adalah kepercayaan (trust), baik dalam hal penghimpunan dana maupun penyaluran dana. Masyarakat akan mau menitipkan dananya di bank apabila dilandasi adanya unsur kepercayaan. Masyarakat percaya bahwa uangnya tidak disalahgunakan oleh bank, uangnya akan dikelola dengan baik, bank tidak akan bangkrut, dan pada saat yang telah dijanjikan simpanan tersebut dapat ditarik kembali dari bank.

b. Agent of development

Kegiatan perekonomian masyarakat disektor moneter dan disektor riil tidak dapat dipisahkan. Kedua sektor tersebut selalu berinteraksi dan saling mempengaruhi. Sektor riil tidak dapat berkinerja dengan baik apabila sektor moneter tidak bekerja dengan baik. Kegiatan bank berupa penghimpunan dan penyaluran dana sangat diperlukan bagi lancarnya kegiatan perekonomian di sektor riil.


(41)

c. Agent of services

Disamping melakukan kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana bank juga memberikan penawaran jasa perbankan yang lain kepada masyarakat. Jasa yang ditawarkan bank ini erat kaitannya dengan kegiatan perekonomian masyarakat secara umum. Jasa ini antara lain dapat berupa jasa pengiriman uang, penitipan barang berharga, pemberian jaminan bank dan penyelesaian tagihan.

2.1.2 Risiko Kredit

Dalam menjalankan usaha didalamnya pasti terdapat risiko. Terutama perbankan dalam melakukan pemberian kredit.

Menurut Ferry dan Sugiarto (2006:79) dijelaskan bahwa :

“Risiko kredit didefinisikan sebagai risiko kerugian sehubungan dengan pihak peminjam (counterparty) tidak dapat dan tidak mau memenuhi kewajiban untuk membayar kembali dana yang dipinjamnya secara penuh pada saat jatuh tempo atau sesudahnya”.

Menurut Kasmir (2010:75) :

“Risiko kredit akibat dari kredit kredit yang tidak tertagih dikarenakan adanya suatu tenggang waktu pengembalian (jangka waktu)”.

Jadi risiko kredit merupakan akibat dari adanya pemberian kredit kepada nasabah yang tidak mampu membayar sesuai dengan jangka waktu yang ditentukan pihak bank. Berikut adalah indikator dari risiko kredit adalah :

Non Performing Loan

Credit Risk = x 100% Total Asset


(42)

2.1.2.1 Kredit Bermasalah ( Non Performing Loan)

Kredit non performing pada umumnya merupakan kredit yang pembayaran angsuran pokok dan atau bunganya telah lewat sembilan puluh hari lebih setelah jatuh tempo, atau kredit yang pembayarannya secara tepat waktu sangat diragukan. Kredit bermasalah atau non performing loan dapat diartikan juga sebagai pinjaman yang mengalami kesulitan pelunasan akibat adanya faktor kesengajaan atau karena faktor eksternal di luar kemampuan debitur yang dapat diukur dari kolektibilitasnya. Kolektibilitas merupakan gambaran kondisi pembayaran pokok dan bunga pinjaman serta tingkat kemungkinan diterimanya kembali dana yang ditanam dalam surat-surat berharga. Penilaian kolektibilitas kredit berdasarkan ketentuan Bank Indonesia (BI) adalah sebagai berikut, Kasmir (2010:106) :

1. Lancar (pass)

Adalah kredit yang tidak mengalami penundaan pengembalian pokok pinjaman dan pembayaran bunga. Kriteria kredit lancar adalah :

a. Pembayaran angsuran pokok dan atau bunga tepat waktu. b. Memiliki mutasi rekening yang aktif.

c. Bagian dari kredit yang dijamin dengan agunan tunai. 2. Dalam perhatian khusus (special mention)

Apabila memenuhi kriteria :

a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bunga yang belum melampaui 90 hari karena adanya cerukan.

b. Mutasi rekening relatif aktif.


(43)

d. Didukung oleh pinjaman baru. 3. Kredit kurang lancar (substandard)

Adalah kredit yang pengembalian pokok pinjaman dan pembayaran bunganya telah mengalami penundaan selama tiga bulan dari waktu yang dijanjikan. Adapun kriterianya adalah sebagai berikut :

a. Terdapat tunggakan angsuran pokok/bunga yang telah melebihi 90 hari, karena sering terjadi cerukan.

b. Frekuensi mutasi rekening relatif rendah.

c. Terjadi pelanggaran kontrak yang diperjanjikan lebih dari 90 hari. d. Terdapat indikasi masalah keuangan yang dihadapi debitur. e. Dokumentasi pinjaman yang lemah.

4. Kredit diragukan (doubtful)

Adalah kredit yang pengembalian pokok pinjaman dan pembayaran bunganya telah mengalami penundanaan selama 6 (enam) bulan atau dua kali dari jadwal yang telah diperjanjikan. Dengan kriteria sebagai berikut : a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan yang telah melampaui 180

hari.

b. Terjadi cerukan yang bersifat permanen. c. Terjadi wanprestasi lebih dari 180 hari. d. Terjadi kapitalisasi bunga.

e. Dokumentasi hukum yang lemah baik untuk perjanjian kredit maupun pengikat jaminan.


(44)

5. Kredit macet (loss)

Adalah kredit yang pengembalian pokok pinjaman dan pembayaran bunganya telah mengalami penundaan lebih dari satu tahun sejak jatuh tempo menurut jadwal yang telah dijanjikan. Dengan kriteria sebagai berikut :

a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bunga yang telah melampaui 270 hari.

b. Kerugian operasional ditutup dengan pinjaman baru.

Kredit lancar yang diberikan bank dapat berubah menjadi kredit bermasalah. Hal tersebut dapat terjadi karena dipengaruhi berbagai faktor berikut :

1. Faktor ekstern

a. Keadaan ekonomi secara makro.

b. Kenaikan kurs US $ terhadap rupiah yang menaikan harga produk/jasa.

c. Peraturan/kewajiban pemerintah.

d. Persaingan yang ketat dalam suatu sektor industri.

e. Persaingan yang tidak sehat karena pengaruh dari budaya KKN. f. Sistem perpajakan yang berlaku.

2. Faktor intern perusahaan (nasabah bank)

a. Mis management dalam perusahaan nasabah. b. Kesulitan keuangan.

c. Kesalahan dalam produksi.

d. Kesalahan dalam strategi pemasaran.


(45)

3. Faktor intern bank yang memberikan kredit a. Kenaikan yang dilakukan dengan sengaja. b. Studi kelayakan yang dibuat sesuai proyek. c. Kolusi antara staf bank dan nasabah. d. Kurang ketatnya pengawasan kredit.

e. Kurang keahlian dalam analisis pemberian kredit. f. Kesalahan dalam memilih sektor industri nasabah.

Implikasi bagi bank sebagai akibat dari timbulnya kredit bermasalah tersebut dapat berupa :

1. Hilangnya kesempatan untuk memperoleh pendapatan dari

kredit/pembiayaan yang diberikan, sehingga mengurangi perolehan laba dan pengaruh buruk bagi profitabilitas bank.

2. Rasio kualitas aktiva produktif atau yang lebih dikenal bad debt ratio

menjadi semakin besar karena menggambarkan kondisi yang buruk.

3. Bank harus memperbesar penyisihan untuk cadangan aktiva produktif yang diklasifikasikan berdasarkan ketentuan yang ada. Hal ini pada akhirnya akan mengurangi besarnya modal bank dan akan sangat berpengaruh terhadap CAR (capital adequacy ratio).

4. Return On Assets (ROA) mengalami penurunan.

Kredit yang telah diklasifikasikan sebagai kredit bermasalah, sebelum dilakukan penyelamatan kredit dapat ditempuh beberapa usaha sebagai berikut :

1. Peringatan tertulis untuk segera melaksanakan kewajibannya yang tertunggak di samping usaha lain untuk melakukan penagihan. Peringatan tersebut dapat diulangi sampai tiga kali. Apabila debitur belum juga


(46)

menyelesaikan kewajibannya, maka bank dapat mencabut fasilitas kredit/pembiayaan sehingga yang bersangkutan dapat dikenakan sanksi. 2. Apabila setelah dilakukan peringatan sampai tiga kali namun belum ada

reaksi dan usaha debitur untuk melunasi utangnya, dapat ditempuh jalur hukum yaitu lembaga somatie yang ada di pengadilan negeri bagi bank swasta. Sedangkan bagi bank BUMN melalui Badan Usaha Piutang dan Lelang Negara (BUPLN).

Menurut Kasmir (2010:109), ada beberapa cara yang dapat dipertimbangkan dalam upaya penyelamatan kredit bermasalah adalah sebagai berikut :

1. Rescheduling (penjadwalan ulang).

2. Reconditioning (persyaratan ulang).

3. Restructuring (penataan ulang).

4. Penyitaan barang jaminan

Penjelasan dari kutipan tersebut di atas adalah sebagai berikut : 1. Rescheduling (penjadwalan ulang)

Yaitu perubahan persyaratan kredit yang hanya menyangkut jadwal pembayaran dan atau jangka waktu kredit. Kredit yang memperoleh fasilitas ini hanya debitur yang memenuhi persyaratan tertentu.

2. Reconditioning (persyaratan ulang)

Yaitu perubahan sebagian atau seluruh syarat-syarat kredit yang tidak terbatas pada perubahan jadwal pembayaran, jangka waktu, dan atau persyaratan lainnya sepanjang tidak menyangkut perubahan maksimal saldo kredit.


(47)

3. Restructuring (penataan ulang)

Yaitu perubahan syarat-syarat kredit yang menyangkut penambahan dana bank, konversi seluruh atau sebagian tunggakan bunga menjadi pokok kredit baru dan atau konversi seluruh atau sebagian kredit menjadi penyertaan dalam perusahaan yang dapat disertai dengan penjadwalan kembali dan atau persyaratan kembali.

4. Penyitaan barang jaminan

Yaitu penjualan barang-barang yang dijadikan jaminan dalam rangka pelunasan. Pelaksanaan ini dilakukan terhadap kredit yang memang benar-benar menurut bank sudah tidak dapat dibantu lagi untuk disehatkan kembali.

2.1.2.2 Proses Identifikasi, Pengukuran, dan Pemantauan Risiko Kredit

Veithzal Rivai, Andria Permata Veithzal, Ferry N. Idroes (2007:809). 1. Identifikasi Risiko Kredit

a) Indentifikasi risiko kredit merupakan hasil kajian terhadap karakteristik risiko kredit yang melekat pada aktivitas fungsional tertentu, seperti perkreditan (penyedia dana), treasury dan investasi, dan pembiayaan perdagangan.

b) Untuk kegiatan perkreditan dan jasa pembiayaan perdagangan, penilaian risiko kredit harus memperhatikan kondisi keuangan debitur dan khususnya kemampuan membayar secara tepat waktu, serta jaminan atau angunan yang diberikan.


(48)

c) Untuk kegiatan treasury dan investasi, penilaian risiko kredit harus memperhatikan kondisi keuangan counterparty, rating, karakteristik instrument, jenis transaksi yang dilakukan, dan likuidasi pasar serta faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi risiko kredit.

2. Pengukuran Risiko Kredit

a) Bank harus memiliki prosedur tertulis untuk melakukan pengukuran risiko yang memungkinkan untuk :

1) Sentralisasi eksprosur on balance sheet dan off balance sheet

yang mengandung risiko kredit dari setiap debitur atau per kelompok debitur atau counterparty tertentu mengacu pada konsep obligor.

2) Penilaian perbedaan kategori tingkat risiko kredit dengan menggunakan kombinasi aspek kualitatif dan kuantitatif data dan pemilihan kriteria tertentu.

3) Distribusi informasi hasil pengukuran risiko secara lengkap untuk tujuan pemantauan oleh satuan kerja terkait.

b) Sistem pengukuran risiko kredit sekurang-kurangnya

mempertimbangkan :

1) Karakteristik setiap jenis transaksi risiko kredit, kondisi keuangan debitur/counterparty serta persyaratan dalam perjanjian kredit seperti dalam jangka waktu dan ringkat bunga.

2) Jangka waktu kredit (maturity profile) dikaitkan dengan perubahan potensial yang terjasdi dipasar.


(49)

4) Potensi kagagalan membayar (default).

5) Kemampuan bank untuk menyerap potensi kegagalan (default). c) Bagi bank yang menggunakan teknik pengukuran risiko dengan

pendekatan internal risk rating harus melakukan validasi data secara berkala.

d) Parameter yang digunakan dalam pengukuran risiko kredit antara lain mencakup :

1) Non-perfoarming loan (NPL).

2) Konsentrasi kredit berdasarkan peminjam dan sektor ekonomi. 3) Kecukupan agunan.

4) Pertumbuhan kredit.

5) Non perfoarming portofolio treasury dan investasi (noncredit). 6) Komposisi treasury dan investasi (antar bank, surat berharga dan

penyertaan).

7) Kecukupan cadangan transaksi treasury dan invsetasi. 8) Transaksi pembayaran yang default.

9) Konsentrasi pemberian fasilitas pembiayaan perdagangan. e) Mark to Market pada transaksi risiko tertentu.

1) Untuk mengukur risiko kredit yang disebabkan transaksi over the counter (OTC) atau pada suatu pasar tertentu.

2) Eksprosur risiko kredit harus diukur dan dikinikan sekurang-kurangnya setiap bulan.

3) Limit kredit yang dialokasikan untuk satu debitur atau kelonpok debitur harus diuji berdasarkan penilaian mark to market


(50)

sedangkan faktor risiko harus digunakan unyuk mempertimbangkan perubahan kondisi pasar dan replacement cost.

f) Penggunaaan credit Scoring Tools.

3. Pemantauan Risiko Kredit.

a) Bank harus mengembangkan dan menerapkan sistem informasi dan prosedur untuk memantau kondisi setiap debitur dan counterparty pada seluruh portofolio bank.

b) Sistem pemantau risiko kredit sekurang-kurangnya memuat ukuran-ukuran dalam rangka :

1) Memastikan bahwa bank mengetahui kondisi keuangan terakhir dari debitur atau counterparty.

2) Memantau kepatuhan terhadap parsyaratan dalam perjanjian kredit atau kontrak transaksi risiko kredit.

3) Menilai kecukupan agunan dibandingkan dengan kewajiban debitur atau counterparty.

4) Mengidentfikasi ketidaktepatan pembayaran dan mengklasifikasi kredit bermasalah secara tepat waktu.

5) Menangani dengan cepat kredit bermasalah.

c) Banyak bank juga harus melakukan pemantauan eksposur risiko kredit dibandingkan dengan limit risiko kredit yang telah ditetapkan, antara lain dengan menggunakan kolektibilitas atau internal risk rating. d) Pemantauan eksposur risiko kredit tersebut harus dilakukan secara


(51)

cara membandingkan risiko kredit aktual dengan limit risiko kredit yang ditetapkan.

e) Untuk keperluan pemantauan eksposur risiko kredit, satuan kerja manajeman risiko harus menyusun laporan mengenai perkembangan risiko kredit secara berkala, termasuk faktor-faktor penyebabnya, yang disampaikan kepada komite manajemen risiko dan direksi.

2.1.3 Profitabilitas

Tingkat kesehatan bank yang dapat digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memperoleh keuntungan adalah profitabilitas bank.

Menurut R. Agus Sartono (2002:125), mengemukakan bahwa :

“Profitabilias merupakan tolak ukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan aktiva yang digunakan”.

Sedangkan menurut Agnes Sawir (2003:3) , menjelaskan bahwa :

“Profitabilitas merupakan kemampuan manajemen perusahaan dalam mengelola aktiva yang dikuasainya untuk menghasilkan laba”.

Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan suatu pendapatan atau laba. Beberapa hal yang harus diketahui terlebih dahulu sebelum mencari profitabilitas adalah mengenai sumber pendapatan bank dan indikator profitabilitas.

2.1.3.1 Sumber Pendapatan Bank

Kegiatan operasional suatu bank pada dasarnya mempunyai tujuan yang sama dengan semua kegiatan ekonomi lainnya, yaitu memperoleh keuntungan.


(52)

Keuntungan pokok perbankan adalah selisih bunga simpanan dengan bunga kredit atau pinjaman. Keuntungan ini dikenal dengan istilah spread based. Namun disamping keuntungan dari kegiatan pokok tersebut yang sebagian besar diperoleh dari bunga yang dihasilkan dari pemberian kredit, pihak perbankan juga dapat memperoleh pendapatan dari transaksi yang diberikan dalam jasa-jasa bank lainnya.

Jenis pendapatan yang diperoleh bank atas produk dan jasa yang diberikan kepada masyarakat dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu sebagai berikut, Kasmir (2002:120) :

1. Pendapatan bunga (Interest Income)

Adalah pendapatan yang diperoleh dalam bentuk bunga atas pemberian kredit sebagai penyalur dana kepada masyarakat, baik perorangan atau badan usaha dan juga penempatan dana kepada bank lain.

2. Pendapatan non bunga (Fee Based Income)

Adalah pendapatan provisi, fee atau komisi yang diperoleh bank yang bukan merupakan pendapatan bunga. Pendapatan ini dapat juga diperoleh dari pemasaran produk maupun transaksi jasa perbankan.

Perolehan pendapatan dari jasa-jasa bank ini walaupun relative kecil, namun mengandung suatu kepastian dan sangat berperan besar dalam memperlancar transaksi simpan pinjam di dunia perbankan. Hal ini disebabkan risiko terhadap jasa-jasa bank ini lebih kecil jika dibandingkan dengan pendapatan bunga kredit.

Adapun pendapatan yang diperoleh dari jasa-jasa bank antara lain, Kasmir (2002:121) :


(53)

1. Biaya Administrasi

Dikenakan untuk jasa-jasa yang memerlukan administrasi khusus. Pembebanan biaya administrasi biasanya dikenakan untuk pengelolaan sesuatu fasilitas tertentu.

2. Biaya Kirim

Diperoleh dari jasa pengiriman uang (transfer), baik jasa transfer dalam negeri maupun transfer ke luar negeri.

3. Biaya Tagih

Merupakan jasa yang dikenakan untuk menagihkan dokumen-dokumen milik nasabahnya, sepreti jasa kliring (penagihan dokumen dalam kota) dan jasa inkaso (penagih dokumen ke luar kota). Biaya tagihan ini dilakukan baik untuk tagihan dokumen dalam negeri maupun luar negeri. 4. Biaya Provisi dan Komisi

Biaya ini biasanya dibebankan kepada jasa kredit dan jasa transfer serta jasa-jasa atas bantuan bank terhadap suatu fasilitas perbankan.

5. Biaya Iuran

Diperoleh dari jasa pelayanan kartu kredit, dimana kepada setiap pemegang kartu dikenakan biaya iuran.

6. Biaya Sewa

Dikenakan kepada nasabah yang menggunakan jasa safe deposit box. Besarnya biaya sewa tergantung dari ukuran box dan jangka waktu yang digunakan.


(54)

2.1.3.2 Indikator Profitabilitas

Indikator profitabilitas yaitu adalah rasio profitabilitas. Rasio profitabilitas adalah analisis yang dilakukan terhadap kemampuan bank dalam memenuhi perolehan laba. Keuntungan sudah menjadi tujuan utama dari setiap perusahaan, dan keuntungan tersebut modal akan bertambah yang pada gilirannya akan meningkatkan kemampuan bank dalam melaksanakan operasinya. Keuntungan yang diperoleh selain ditentukan oleh kecakapan dan keterampilan pimpinan bank, juga tidak lepas dan kepercayaan para pemegang saham dan masyarakat yang menyimpan uangnya berupa giro, tabungan, maupun deposito. Untuk memupuk kepercayaan masyarakat yang menyimpan dananya, bank dituntut untuk memelihara alat-alat likuid yang cukup besar tanpa menghilangkan kesempatan untuk memperoleh laba optimal.

Keuntungan yang rendah merupakan hambatan bagi pertumbuhan bank dan juga dapat menurunkan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap bank dan sebaliknya. Dalam analisis ini dicari hubungan timbal balik dengan pos-pos yang ada pada laporan laba/rugi bank dengan pos pada neraca bank guna memperoleh berbagai indikasi yang bermanfaat dalam mengukur tingkat efisiensi dan profitabilitas bank yang bersangkutan.

Rasio profitabilitas diantaranya adalah :

1) Profit margin.

Profit margin merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dibandingkan dengan penjualan yang dicapai.


(55)

Rumus yang biasa digunakan adalah, sebagai berikut:

2) Return On total Assets (ROA).

ROA sering juga disebut sebagai rentabilitas ekonomi yang merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan semua aktiva yang dimiliki oleh perusahaan. Dalam hal ini laba yang dihasilkan adalah laba setelah dan pajak, dirumuskan sebagai berikut:

Laba sebelum pajak adalah pendapatan yang diperoleh suatu perusahaan sebelum dikurangi dengan biaya pajak. Total aktiva adalah

Gross profit Gross Profit Margin = x 100%

Sales

Earnings After Tax

Profit Margin = x100%

Sales

Earning Before Interest and Tax

Net Profit Margin = x 100%

Sales

Laba Sebelum Pajak

ROA = x 100%


(56)

sumber ekonomi yang diharapkan dapat memberikan manfaat usaha di kemudian hari.

Rasio profitabilitas yang digunakan adalah Retrun On Asset (ROA). Dimana laba kotor dibagi dengan total aktiva. Alasan digunakannya rasio

return on assets (ROA) adalah karena ROA digunakan untuk mengukur sejauh mana kemampuan manajemen dalam mengelola asset perusahaan yang dihubungkan dengan besaran laba yang diperoleh.

3) Return On equity (ROE)

ROE sering disebut dengan return on net worth yaitu kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan modal sendiri yang dimiliki, sehingga ROE ini ada yang menyebut sebagai rentabilitas modal sendiri. Laba yang diperhitungkan adalah laba bersih setelah dikurangi pajak atau earning after tax (EAT) dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

4) Return On Investment (ROI)

ROI merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan yang akan digunakan untuk menutup investasi yang telah dikeluarkan. Laba yang digunakan untuk mengukur rasio ini adalah laba bersih setelah

Earning after Tax

ROE = x 100%


(57)

dikurangi pajak atau earning after tax dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

5) Earning Per Share (EPS)

EPS atau laba per lembar saham merupakan ukuran dari kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan per lembar saham pemilik modal. Laba yang digunakan sebagai ukuran adalah laba-rugi pemilik atau

earning after tax, yang dirumuskan sebagai berikut:

Ukuran dari rasio profitabilitas dapat dilihat dari laporan kinerja perusahaan. Adapun rasio yang akan digunakan untuk mengukur profitabilitas dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan Return On Assets (ROA), seperti yang dikemukakan oleh Sujana Ismaya dalam bukunya Kamus Perbankanadalah sebagai berikut :

Sumber : Surat Edaran Bank Indonesia No.6/ 23./DPNP tanggal 31 Mei 2004 Keterangan :

Earning Before Tax : Pendapatan Sebelum Pajak

Earning After Tax

ROI = x 100% Investment

Earning After Tax

Earning Per Share = x 100%

Total Share

Return On Assets = Earning Before Tax x 100% Total Assets


(58)

 Total Assets : Jumlah Aset/Harta

Peneliti menggunakan ROA, karena ROA dapat menghitung keuntungan perusahaan secara keseluruhan tiap tahunnya. Selain itu, ROA digunakan untuk mengukur sejauh mana kemampuan manajemen dalam mengelola asset perusahaan yang dihubungkan dengan besaran laba yang diperoleh.

2.1.4 Hubungan Pemberian Kredit dengan Tingkat Profitabilitas

Pemberian kredit merupakan salah satu kegiatan bank dalam memberikan pelayanan kepada nasabahnya. Pada sebagian bank pemberian kredit merupakan bisnis terbesar dan sumber pendapatan terbesar. Maka menurut Kasmir (2010:71-72) :

”Besarnya jumlah kredit yang disalurkan akan menentukan keuntungan bank. Jika bank tidak mampu menyalurkan kredit, sementara dana yang terhimpun dari simpanan banyak, akan menyebabkan bank tersebut rugi”. Jadi, kontribusi terbesar sebagai sumber penghasilan sebuah usaha bank berasal dari penyaluran kredit. Semakin besar aktivitas pembangunan serta semakin tnggi pertumbuhan ekonomi, semakin besar pula peranan yang dilakukan oleh bank, baik dari segi pengerahan dana maupun dari segi arah dan volume kredit yang diberikan/disalurkan, Veithzal Rivai, Andria Permata Veithzal, Ferry N. Idroes (2007:437).

Menurut penelitian Euis Rosidah (2009), bahwa semakin besar penyaluran kredit maka semakin besar pula laba yang akan menyebabkan naiknya nilai return on asset, yaitu profitabilitas.


(1)

134 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai pengaruh pemberian kredit dan risiko kredit terhadap tingkat profitabilitas pada PT. Bank Negara Indonesia 46 (Persero), Tbk, maka pada bagian akhir dari penelitian ini penulis menarik kesimpulan, sekaligus memberikan saran sebagai berikut.

5.1 Kesimpulan

1. Pemberian kredit yang dilakukan PT. Bank Negara Indonesia 46 (Persero), Tbk rata-rata mengalami peningkatan setiap triwulannya. Bila dilihat dari perkembangannya, risiko kredit pada PT. Bank Negara Indonesia 46 (Persero), Tbk cenderung meningkat tiap triwulannya.

2. Selama periode tahun 2004-2010 rata-rata return on assets PT. Bank Negara Indonesia 46 (Persero), Tbk cenderung stagnant. Ini disebabkan perkembangan ROA yang cenderung fluktuatif yang tidak terlalu ekstrem sehingga perubahannya pun hanya sedikit. Namun demikian bila dilihat dari perkembangnnya, return on assets PT. Bank Negara Indonesia 46 (Persero), (Persero), Tbk pada tahun 2004-2010 secara triwulan cenderung mengalami penurunan.

3. Pemberian kredit hanya memberikan kontribusi/pengaruh sedikit terhadap tingkat profitabilitas pada PT. Bank Negara Indonesia 46 (Persero), Tbk. Hal ini disebabkan karena pada saat pemberian kredit meningkat NPL pun


(2)

cenderung meningkat. Karena besarnya pemberian kredit belum tentu menambah besarnya penghasilan atau pendapatan laba yang diperoleh. Makin besarnya dana yang disalurkan makin besar pula risiko yang dihadapi oleh bank.

4. Risiko kredit memberikan kontribusi/pengaruh cukup besar terhadap tingkat profitabilitas pada PT. Bank Negara Indonesia 46 (Persero), Tbk. Meningkatnya risiko kredit diduga akan menurunkan tingkat profitabilitas pada PT. Bank Negara Indonesia 46 (Persero), Tbk.

5. Pemberian kredit dan risiko kredit berpengaruh terhadap profitabilitas pada PT. Bank Negara Indonesia 46 (Persero), Tbk. Pengaruh pemberian kredit dan risiko kredit terhadap profitabilitas memiliki pengaruh yang besar artinya profitabilitas pada PT. Bank Negara Indonesia 46 (Persero), Tbk, begitu tergantung pada pemberian kredit dan risiko kredit.

5.2 Saran

Saran yang dapat dijadikan masukan dan kritik dari penulis kepada pihak PT. Bank Negara Indonesia 46 (Persero), Tbk, yaitu :

1. PT. Bank Negara Indonesia 46 (Persero), Tbk harus mempertahankan kegiatan pemberian kredit kepada nasabah yang relatif mengalami peningkatan tiap tahunnya secara triwulan. Dengan cara mempertahankan tingkat likuiditas bank BNI yang sudah baik.

2. Melakukan evaluasi terhadap kegiatan pemberian kredit kepada nasabah, hal ini dimaksudkan agar risiko kredit dapat di minimalisir, yaitu dengan cara lebih ketatnya dalam melakukan pengawasan kredit, melakukan


(3)

136

perbaikan dalam analisis pemberian kredit dengan melakukan pelatihan-pelatihan, memilih sektor industri nasabah dengan lebih teliti. Ini dimaksudkan agar feedback dari pemberian kredit tersebut dapat terlihat sehingga profitabilitas perusahaan mengalami peningkatan.

3. PT. Bank Negara Indonesia 46 (Persero), Tbk dalam mengatasi risiko kredit yang mengalami peningkatan di saat keadaan ekonomi dan keuangan yang tidak stabil sebaiknya berani untuk sedikit menurunkan suku bunga kredit. Dengan sedikit menurunkan suku bunga kredit maka akan memperingan beban angsuran pinjaman perusahaan ke perbankan sehingga dapat mengurangi kredit bermasalah dan risiko kredit dapat teratasi.

4. PT. Bank Negara Indonesia 46 (Persero), Tbk harus bisa lebih meningkatkan profitabilitasnya. Yaitu, dengan cara lebih bisa meningkatkan, memilah-milah sasaran untuk yang menjadi debitur dan memilih sektor industri nasabah dengan lebih teliti. Seperti debitur yang memiliki rencana untuk memulai usaha yang sudah terstruktur dan jelas. Hal ini perlu diperhatikan karena agar proses pengembalian bunga pinjaman mengalami kelancaran. Dengan hasil memperoleh keuntungan dari kredit yang dipinjamkan pada debitur tersebut dengan lancar dan tanpa hambatan.


(4)

136

Ali, Khizer., Muhammad Farhan Akhtar., & Prof. Hafiz Zafar Ahmed. (2011). Bank-Specific and Macroeconomic Indicators of Profitability - Empirical Evidence from the Commercial Banks of Pakistan. International Journal of Business and Social Science, Vol. 2 No. 6 : April 2011

Astuty, Widia. (2007). Pengaruh Risiko Usaha Terhadap Tingkat Profitabilitas Bank. Jurnal Ichsan Gorontalo Volume 2, No. 1 Februari-April 2007, ISSN : 1907-5324.

Cooper, Donald. R., & Schindler, Pamela. S. (2006). Business Research Methods (9th ed). International Edition : Mc Graw Hill.

Damodar. N, Gujarati. (2003). Basic Econometrics. Singapore : Mc Graw Hill. Hasan, M.Iqbal. (2008). Pokok-pokok Materi Statistik 2. Jakarta : PT.Bumi

Aksara.

Husein, Umar. (2005). Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada.

Idroes, Ferry. N., & Sugiarto. (2006). Manajenen Risiko Perbankan. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Kasmir. (2002). Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Kasmir. (2010). Manajemen Perbankan. Jakarta : Rajawali Pers.

Narimawati, Umi. (2007). Riset Manajemen SDM. Jakarta : Agung Media.

Narimawati, Umi. (2008). Teknik-teknik Analisis Multivariat untuk Reset Ekonomi. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Narimawati, Umi., Sri Dewi, A., & Lina, Ismawati. (2011). Penulisan Karya Ilmiah. Bekasi : Genesis.

Nazir, Mochamad. (2003). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. Nazir, Mochamad. (2006). Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia.


(5)

137

Rosidah, Euis., & Rini Muflihah. (2009). Pengaruh Biaya Dana Bank Dan Penyaluran Kredit Terhadap Rentabilitas. Jurnal Akuntansi FE Unsil Volume 4, No.1 2009, ISSN : 1907-99580.

Sarwono, Jonathan. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Bisnis. Bandung : Alfabeta.

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kulaitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Bisnis (pendekatan kuantitatitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif, Kulaitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta.

Supangat, Andi. (2007). Statistika dalam Kajian Deskriptif, Inferensi, dan

Nonparametrik. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Triandaru, Sigit., & Totok, Budi. Santoso. (2008). Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Jakarta : Salemba Empat.


(6)

I. DATA DIRI

Nama : Winda Mediani

Tempat/ Tanggal Lahir : Bandung, 21 Mei 1989

Umur : 21 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat : Jl. Wastukencana Gg. Nangkasuni No. 17 Bandung

E-mail : wiewchuwie_chic@yahoo.com

II. PENDIDIKAN

1994-2000 : SD YKPPK, Bandung 2000-2004 : SMP 40, Bandung 2004-2007 : SMU 15, Bandung

2007-2011 : Universitas Komputer Indonesia, Fakultas Ekonomi, Jurusan Akuntansi (S1)

Daftar riwayat hidup ini saya buat berdasarkan hal yang sebenarnya. Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih.

Bandung, Agustus 2011