3.5.Dukungan Keluarga Lingkungan keluarga merupakan lingkungan yang sangat berpengaruh
terhadap keberhasilan ibu menyusui bayinya secara eksklusif. Terutama dukungan suami dan orang-orang terdekat.
4. Faktor Yang Menghambat Pelaksanaan IMD
4.1.Ibu Kelelahan Proses melahirkan yang letih dan melelahkan, serta ibu masih merasakan
kesakitan setelah melahirkan membuat ibu enggan melakukan IMD. Ada beberapa intervensi yang dapat mengganggu kemampuan alami bayi untuk mencari dan
menemukan sendiri payudara ibunya. Diantaranya, obat kimiawi yang diberikan saat ibu melahirkan bisa sampai ke janin melalui ari-ari dan mungkin bisa
menyebabkan bayi sulit menyusu pada payudara ibunya. Kelahiran dengan obat- obatan dan tindakan seperti operasi, vakum, forcep, bahkan perasaan sakit
didaerah kulit yang digunting saat episiotomi dan kelelahan ibu dapat pula mengganggu kemampuan alamiah ini.
4.2.Kurang Pengetahuan Petugas Kesehatan Pengetahuan tentang IMD belum banyak diketahui masyarakat, bahkan
juga oleh petugas kesehatan. Hal ini wajar karena IMD adalah ilmu pengetahuan yang baru bagi Indonesia. Selama ini, masih banyak ibu-ibu yang mengalami
kesulitan untuk melakukan IMD dan menyusui bayinya, hal ini disebabkan kemampuan bayi untuk mengisap ASI kurang sempurna sehingga secara
keseluruhan proses menyusui terganggu. Keadaan ini ternyata disebabkan
Universitas Sumatera Utara
terganggunya proses alami dari bayi untuk menyusui sejak dilahirkan. Selama ini penolong persalinan selalu memisahkan bayi-bayi dari ibunya segera setelah lahir,
untuk dibersihkan, ditimbang, dan diberi pakaian. Ternyata proses ini sangat mengganggu proses alami bayi untuk menyusui.
4.3.ASI Tidak Cukup Salah satu alasan umum yang paling sering para ibu berikan untuk memulai
pemberian susu botol, atau berhenti menyusui adalah mereka menganggap diri mereka tidak punya cukup ASI. Biasanya sekalipun ibu menganggap dirinya tidak
punya cukup ASI, nyatanya bayi mendapatkan semua yang dibutuhkan oleh bayi. Hampir semua ibu dapat menghasilkan ASI yang cukup untuk satu, bahkan untuk
dua bayi. Hampir semua ibu dapat menghasilkan lebih dari yang bayi mereka perlukan.
4.4.Kebiasaan Menurut Sulastriani 2004, bahwa pemberian ASI tidak lepas dari
pengaruh tatanan budaya. Perilaku dibentuk oleh kebiasaan, yang diwarnai oleh adat budaya, tatanan norma yang berlaku di masyarakat sosial, dan
kepercayaan agama. Perilaku umumnya tidak terjadi tiba-tiba. Perilaku adalah hasil dari proses yang berlangsung selama masa perkembangan. Setiap orang
selalu terpapar dan tersentuh oleh kebiasaan di lingkungannya serta mendapat pengaruh dari masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Membantu ibu agar bisa menyusui bayinya dengan benar memerlukan pemahaman tentang perilaku ibu, keluarga, dan lingkungan sosial budayanya
dalam hal menyusui. Perlu diketahui bagaimana pendapat tetua adat dan
Universitas Sumatera Utara
masyarakat sekitarnya tentang ASI dan menyusui. Apakah mereka mendukung IMD, tidak peduli, atau justru menghalangi pemberian ASI. Pemahaman ini perlu
agar bisa lebih mengetahui alasan ibu untuk menyusui atau tidak menyusui. Alasan ini tampaknya merupakan alasan utama para ibu untuk tidak
memberikan ASI secara eksklusif. Walaupun banyak para ibu-ibu yang merasa ASI-nya kurang, tetapi hanya sedikit sekali 2-5 yang secara biologis memang
kurang produksi ASI-nya. Selebihnya 95-98 ibu dapat menghasilkan ASI yang cukup untuk bayinya. Tuhan telah menciptakan tubuh manusia begitu sempurna.
Tubuh ibu akan membuat ASI sesuai dengan kebutuhan bayinya sehingga bayi tidak pernah merasa kekurangan apabila proses pemberian ASI juga dilakukan
secara teratur Utami, 2000.
5. Tatalaksana Inisiasi Menyusu Dini