CERITA RAKYAT LAE UNE DI KABUPATEN PAKPAK BHARAT (KAJIAN RESEPSI SASTRA).

(1)

CERITA RAKYAT

LAE UNE

DI KABUPATEN PAKPAK BHARAT

(KAJIAN RESEPSI SASTRA)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra

Oleh

HIMEN TRIGEN BERUTU

NIM 2122210003

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN


(2)

(3)

Lembar Persetujuan Skripsi

CERITA RAKYAT

LAE UNE

DI KABUPATEN PAKPAK BHARAT

(KAJIAN RESEPSI SASTRA)

Disusun oleh :

HIMEN TRIGEN BERUTU NIM 2122210003

Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Skripsi ini Sudah Diperiksa dan Layak untuk Diujikan pada Sidang Meja Hijau

Medan, Juli 2016 Dosen Pembimbing Skripsi,

Drs. Syamsul Arif, M.Pd. NIP 19591124 198601 1 002


(4)

Lembar Persetujuan Skripsi

CERITA RAKYAT

LAE UNE

DI KABUPATEN PAKPAK BHARAT

(KAJIAN RESEPSI SASTRA)

Diajukan Untuk Persyaratan Sidang Meja Hijau

Oleh

HIMEN TRIGEN BERUTU NIM 2122210003

Medan, Juli 2016

Disetujui oleh

Dosen Pembimbing Skripsi Ketua Prodi Sastra Indonesia

Drs. Syamsul Arif, M.Pd Dr. Wisman Hadi, S.Pd.

NIP 19591124 198601 1 002 NIP 19780201 200312 1 003

FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


(5)

(6)

i ABSTRAK

Himen Trigen Berutu. Nim. 2122210003. Cerita Rakyat Lae Une Di Kabupaten

Pakpak Bharat (Kajian Resepsi Sastra). Skripsi Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. Fakultas Bahasa dan Seni. Universitas Negeri Medan, 2016.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi masyarakat desa Kecupak terhadap Cerita Rakyat Lae Une yang dikabarkan menyimpan kejadian mistis. Selain

itu ingin mengetahui sejauh mana peran cerita rakyat Pakpak Lae Une dalam

menimbulkan masalah sosial di Desa Kecupak I. Pada penelitian ini tanggapan langsung dari masyarakat Desa Kecupak I sebagai sumber data, dan datanya adalah kata-kata atau tanggapan masyarakat itu sendiri. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Alat pengumpulan data yang digunakan untuk menjaring data adalah observasi, wawancara dan dokumentasi data. Untuk mengelola data yang diperoleh dalam penelitian ini, dianalisis dengan menggunakan teknik deskriptif kualitatif yaitu merupakan teknik pemecahan masalah yang diteliti dengan cara menggambarkan atau melukiskan keadaan objek atau subjek penelitian.

Dari hasil perolehan data ditemukan persepsi masyarakat Desa Kecupak I terhadap cerita Lae Une yang menyimpan kejadian mistis. Dari data yang didapat bahwa Lae Une sampai sekarang masih mengandung mistis yang sangat kuat. Banyak

kejadian-kejadian aneh yang terjadi diluar pikiran manusia. Cerita rakyat Lae Une berpotensi

dalam meningkatkan permasalahan sosial yang ada di Desa Kecupak I, khususnya masyarakat dan wisatwan jadi takut mendatangi air terjun Lae Une ini karena sering

memakan korban.


(7)

ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya sehingga Skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini berjudul “CERITA RAKYAT LAE UNE DI KABUPATEN PAKPAK BHARAT : KAJIAN RESEPSI SASTRA”. Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sastra.

Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan Skripsi ini banyak mengalami kendala, namun berkat bantuan, bimbingan, kerjasama dari berbagai pihak, kendala-kendala yang dihadapi tersebut dapat diatasi. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Syawal Gultom M.Pd., Rektor Universitas Negeri Medan 2. Dr. Isda Pramuniati, M.Hum., Dekan Fakultas Bahasa dan Seni 3. Drs. Syamsul Arif, M.Pd., Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia

sekaligus Dosen Pembimbing Skripsi

4. Trisnawati Hutagalung, S.Pd., M.Pd Sekretaris Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia.

5. Dr. Wisman Hadi, S.Pd., M.Hum., Ketua Program Studi Sastra Indonesia dan Dosen Pengarah

6. Dra. Inayah Hanum, M.Pd., Dosen Pembimbing Akademik. 7. Drs. H. Sigalingging,M.Pd., Dosen Pengarah

8. Bapak/Ibu Dosen dan Staf Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia

9. Bapak/Ibu serta Pegawai di lokasi penelitian Desa Kecupak I, Kec. Pergetteng-getteng Sengkut, Kab. Pakpak Bharat


(8)

iii

10. Kedua orang tua penulis yaitu Bapak Hiras Berutu dan Ibu Binem Marintan Sihombing yang senantiasa mendukung dan menyemangati. Abang Pengki Berutu, Kakak Erna Berutu, Abangda Tarzan Berutu, abang Ipar Jhon Patar Napitu, Kakak Ipar Sutianna br Siahaan, kakak ipar Relisma br Hutasoit dan juga abangda Markun Berutu yang selalu memberi motivasi dalam menyelesaikan tugas Skripsi

11. Gadis yang selalu dihati, Ros Melati Simanullang, pemberi semangat.

12. Teman-teman Nondik 2012 yang telah mendukung dan memberikan semangat kepada penulis, Romiuli Padang, Dosmandiri Berutu, Riana Sitanggang, Wemmy Sihombing, Hermanto Manik, Sudiati Marbun, Simon Hutagalung, Willy Pasaribu, Lamtiur Simaremare, Novita, Zakaria, Mariatun, Nuni, Ayu. 13. Tidak lupa juga buat teman-teman BRCM (Blade Rider Club Medan) saudara

Firza, Dian, om Tio, Robin, Yudhi, Abdy, Aldy, Hermanto, Simon, Teguh, Joe JTR, Janrivai, Michael yang selalu memberi semangat dan motivasi. 14. Semua pihak yang ikut berperan dalam penyelesaian Skripsi ini yang tidak

dapat disebutkan namanya satu persatu.

Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi penyempurnaan Skripsi ini. Semoga Skripsi ini memberikan manfaat bagi pembacanya.

Medan, Agustus 2016 Penulis,

Himen Trigen Berutu NIM 2122210003


(9)

iv DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Batasan Masalah ... 4

D. Rumusan Masalah... 5

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KERANGKA TEORETIS DAN PERTANYAAN PENELITIAN A. Kerangka Teoretis... 7

1. Hakikat Foklor... 7

a. Pengertian Foklor ... 7

b. Ciri-ciri Foklor ... 8

c. Mamfaat Penelitian Foklor Indonesia ... 9

d. Bentuk-bentuk Foklor Indonesia ... 10

2. Hakikat Cerita Rakyat ... 12

3. Sejarah Kabupaten Pakpak Bharat ... 15


(10)

v

5. Teori Resepsi Sastra ... 19

6. Desa Kecupak Satu, kec. Pergetteng-getteng Sengkut ... 26

B. Pertanyaan Penelitian ... 29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 30

A. Metodologi Penelitian ... 30

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 31

C. Sumber Data ... 31

D. Kriteria Responden ... 32

E. Instrumen Penelitian ... 33

F. Teknik Pengumpulan Data ... 33

G.Teknik Analisi Data ... 36

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 40

A. Hasil Penelitian ... 40

1. Persepsi Masyarakat Desa Kecupak I Terhadap Cerita Rakyat Lae Une ... 40

2. Pengaruh Cerita Rakyat Lae Une terhadap masyarakat di Desa Kecupak I ... 46

B. Pembahasan ... 41

1. Persepsi Masyarakat Desa Kecupak I Terhadap Cerita Rakyat Lae Une . ... 52

2. Pengaruh Cerita Rakyat Lae Une terhadap masyarakat di Desa Kecupak I ... 56


(11)

vi

A. Simpulan ... 59

B. Saran ... 60

DAFTAR PUSTAKA ... 63

LAMPIRAN ... 65

A. Daftar Pertanyaan Informan ... 65

B. Data Wawancara ... 66


(12)

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 28 Tabel 4.1 Persepsi Masyarakat Desa Kecupak I Terhadap Cerita Rakyat

Lae Une ... 41 Tabel 4.2 Pengaruh Cerita Rakyat Lae Une terhadap masyarakat Desa


(13)

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A. Daftar Pertanyaan Informan ... 65 Lampiran B. Data Wawancara ... 66 Lampiran C. Daftar Gambar ... 90


(14)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sastra merupakan suatu kegiatan mengekspresikan diri yang diwujudkan dalam bentuk karya yaitu yang disebut karya sastra. Sastra boleh juga disebut karya seni karena didalamnya mengandung keindahan atau estetika. Sedangkan ilmu sastra adalah ilmu yang menyelediki karya sastra secara ilmiah atau bisa disebut bentuk dan cara pendekatan terhadap karya sastra dan gejala sastra. Dalam ilmu satra terdapat disiplin ilmu yaitu teori sastra, sejarah sastra dan kritik sastra. Tiga disiplin ilmu tersebut merupakan merupakan pilar utama yang tidak dapat dipisahkan dalam ilmu sastra. Ketiga bidang tersebut saling membutuhkan dan saling melengkapi untuk menggali kedalaman sastra. Seperti halnya Kritik sastra yang memiliki peran besar dalam perkembangan teori sastra dan salah satu teori tersebut adalah resepsi sastra.

Pada kenyataannya telah berkembang sastra-sastra daerah: Aceh, Batak, Sunda, Jawa, Bali, Bugis, Toraja, Lombok, dan sebagainya. Dalam konteks wilayah pertumbuhan dan perkembangannya secara nasional, berbagai sastra daerah itu dapat disebut juga sastra Indonesia dengan pengertian sastra milik bangsa Indonesia (Yudiono, 2007:11).

Sastra lisan pada hakikatnya adalah tradisi yang dimiliki oleh sekelompok masyarakat tertentu. Keberadaannya diakui, bahkan sangat dekat dengan kelompok masyarakat yang memilikinya. Dalam sastra lisan, isi ceritanya


(15)

2

seringkali mengungkapkan keadaan sosial budaya masyarakat. Biasanya sastra lisan berisi berupa gambaran latar sosial, budaya, serta sistem kepercayaan.

Istilah sastra lisan dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Inggris, yakni oral literature. Ada juga yang menyatakan bahwa istilah itu berasal dari bahasa Belanda, yaitu orale letterkunde. Sastra lisan oral literature adalah berbagai bentuk sastra yang dikemukakan secara lisan (Ratna,2011:102).

Sastra lisan Pakpak penyebarannya secara lisan dan hanya berdasarkan daya ingat penuturnya. Sehingga tidak mustahil sangat mudah mengalami perubahan dan penyimpangan dari bentuknya yang asli. Selain itu, orang tua yang menguasai sastra lisan pakpak jumlahnya semakin kecil. Keadaan ini mempercepat punahnya sastra lisan yang asli dan terjadilah kesalahan penafsiran pada kalangan masyarakat era baru terhadap sastra lisan pakpak. suku Pakpak merupakan suatu kelompok masyarakat yang terdapat di Sumatera Utara. Secara tradisional wilayah komunitasnya disebut tanoh Pakpak. Tanoh Pakkpak terdiri atas lima sub wilayah yakni: Simsim, Keppas , Pegagan ( Kab. Dairi ), Kelasen ( Kec.parlilitan Tapteng, kec. Manduamas tapteng) dan boang ( aceh singkil). Masyarakat asli pakpak Bharat disebut juga dengan suku Pakpak ( lister Berutu, 2007:1).

Sebagai hasil kesenian lama yang berbentuk lisan, cerita rakyat berkaitan erat dengan masyarakat pendukungnya dan mereka mendokumentasikan nilai-nilai penting untuk dijadikan pedoman hidup. Pada kalangan masyarakat Pakpak, sama halnya dengan suku-suku bangsa yang ada di Indonesia, relatif masih menyimpan cerita rakyat yang menjadi media pembangun nilai-nilai kehidupan


(16)

3

yang ideal yang terwariskan dari nenek moyangnya. Oleh karena itu, cerita rakyat menjadi salah satu media penting bagi masyarakat pendukungnya untuk mendidik generasi-generasi berikutnya dengan menanamkan nilai-nilai moral yang terkandung dalam cerita rakyat tersebut.

Air terjun Lae Une merupakan salah satu objek wisata yang ada di Kabupaten Pakpak Bharat. Dalam cerita Lae Une yang mengisahkan kejadian mistis yang sampai sekarang meresahkan masyarakat sekitar. Bermula pada zaman dahulu sepasang suami istri sudah lama berumah tangga namun belum memiliki keturunan. Mereka berniat untuk menyampaikan permohonannya kepada penunggu Lae Une yaitu Siumang. Setelah Mereka dan Siumang bertemu, Siumang menerima permohonan mereka dengan persyaratan bahwa setelah anak itu Lahir mereka akan memberikan Siumang berupa sesajen yaitu manuk mbettar, itak dan sada Minak namun setalah anak itu lahir. Mereka mengabaikan perjanjian tersebut. Karena kelalai mereka, Siumang sangat marah dan mengambil kembali bayi yang diberikannya tersebut. Setelah kejadian ini terciptalah nama air terjun ini menjadi Lae Une. Sampai saat ini banyak kejadian-kejadian aneh yang terjadi diluar akal sehat manusia. Banyaknya kejadian-kejadian mistis di air terjun ini menimbulkan ragam persepsi masyarakat tentang Lae Une ini. Masyarakat sekitar meyakini bahwa Penunggu Lae Une ini rutin memakan korban tiap tahunnya, dan sering terdengar suara sayup-sayup tangisan bayi diarea air terjun tersebut. Inilah yang selalu meresahkan masyarakat, karena sudah banyak yang menjadi korban Lae Une ini baik masyarakat sekitar maupun masyarakat pendatang. Baik tua atau muda sudah banyak yang menjadi korban dari air terjun


(17)

4

ini. Sesuai perkembangan zaman, cerita ini hampir hilang, jarang masyakat mengetahui asal mula dari cerita ini menuturkan kembali terhadap orang lain. Sehingga masyarakat banyak tidak mengetahui makna dan cerita lae une ini. Seperti halnya cerita legenda ataupun mitos, cerita Lae une ini menimbulkan pro dan kontra bagi masyarakat sekitar. Dengan adanya cerita tersebut masyarakat mengambil persepsi masing-masing sebagai contoh ada yang menerima dan ada juga yang menolak cerita Lae Une tersebut.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang muncul dalam sudut pandang masyarakat tentang cerita rakyat Lae Une adalah sebagai berikut:

1. Persepsi Masyarakat Desa Kecupak I terhadap cerita rakyat Lae Une yang menyimpan kejadian mistis.

2. Pengaruh cerita rakyat Lae Une terhadap masyarakat Desa Kecupak Satu.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah, agar kajian penelitian ini lebih terfokus dan mendalam, maka perlu ada pembatasan masalah. Karena itu, penelitian ini difokuskan pada Persepsi Masyarakat Desa Kecupak I, Kec. Pargetteng-getteng Sengkut, Kab. Pakpak Bharat terhadap cerita rakyat Lae Une.


(18)

5

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah Persepsi Masyarakat Desa Kecupak I terhadap cerita rakyat Lae Une yang menyimpan kejadian mistis?

2. Bagaimana pengaruh cerita rakyat Lae Une terhadapat masyarakat di desa kecupak I?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimanakah Persepsi masyarakat Desa Kecupak I terhadap cerita rakayat Lae Une yang menyimpan kejadian mistis. 2. Untuk mengetahui pengaruh cerita rakyat Lae Une terhadap

masyarakat di desa Kecupak I.

F. Manfaat Penelitian Manfaat Teoretis

Dengan tercapainya tujuan dari penelitian ini, hasil penelitian ini sangat bermanfaat bagi kelanjutan penulisan-penulisan karya ilmiah dalam sastra yang membahas mengenai cerita rakyat.

1. Memberi masukan untuk memperkaya ilmu kesusastraan khususnya dalam Sastra Lisan.


(19)

6

2. Memberi masukan untuk memperkaya kajian tentang ilmu Sastra khususnya Resepsi Sastra.

3. Sebagai bahan pengembangan dan pendalaman terhadap cerita rakyat Lae Une.

Manfaat Praktis

1. Bagi pembaca dan penikmat sastra

Penelitian ini dapat memberikan pengetahuan baru dan pemahaman yang mendalam tentang salah satu objek wisata Lae Une di Pakpak Barat yang memeiliki legenda dan mitos, yang sampai sekarang masih dipercaya oleh masyarakat di Pakpak Barat.

2. Bagi Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah. Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi dan bahan pertimbangan bagi para Mahasiswa untuk membentuk gagasan baru yang lebih kreatif dimasa yang akan datang demi kemajuan diri Mahasiswa dan jurusan.

3. Bagi Pendidikan.

Penelitian mengenai Legenda Lae Une ini dapat memberi referensi atau masukan bagi Guru-guru Bahasa Indonesia khususnya dalam bidang Sastra untuk menjadikan materi Alternatif saat mengajar mengenai cerita rakyat Di Pakpak Bharat.


(20)

59 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1) Terdapat persepsi (tanggapan) masyarakat terhadap cerita Lae Une diakui oleh seluruh informan yang menerima dan percaya bahwa cerita rakyat Lae une menyimpan kejadian mistis. Masyarakat mempercayai bahwa Lae Une ini memiliki penunggu yang disebut Umang yaitu setan yang menyerupai manusia. Masyarakat juga percaya bahwa wujud Umung ini seperti lelaki tua namun postur tubuh yang pendek sekitar 1 Meter, berambut putih panjang dan memiliki kaki yang terbalik, berebeda dari kaki manusia biasa. penunggu Lae Une sering memakan korban. korban Lae Une ini bukan hanya pendatang namun kebanyakan orang sekitar. Korban yang paling diingat oleh masyarakat yaitu seperti tentara yang hanyut, wanita yang hamil dibawa oleh arus Lae Une dan seorang Mahasiswa yang hanyut ketika mereka berenang dengan tidak mengenakan baju dalam arti telanjang.

2) Cerita rakyat Pakpak Lae Une berpeluang besar dalam menimbulkan permasalahan sosial di Desa Kecupak I. Yaitu anggapan bahwa seberapa meresahkan cerita rakyat Lae Une ini terhadap masyarakat Desa Kecupak I dan pengalaman yang pernah di alami atau di dengar. Adapun sembilan (9) responden mengatakan meresahkan karena kebanyakan orang yang menjadi korban adalah masyarakat Kecupak I dan dampak yang ditimbulkan adalah membuat masyarakat sekitar dan pengunjung menjadi takut untuk mandi. Dan lima (5) responden berpendapat bahwa mereka tidak resah dengan alasan jika


(21)

60

orang yang berkunjung tidak ada niat jahat dan buruk maka tidak akan terjadi apapun pada mereka.

B. Saran

Setelah melakukan penelitian tentang persepsi masyarakat Pakpak terhadap cerita rakyat pakpak lae Une yang berada di Desa Kecupak. Kemudian diperoleh data-data serta informasi sesuai dengan yang dibutuhkan dalam tujuan penelitian, maka beranjak dari hasil yang diperoleh tersebut.

Dalam hal ini peneliti mencoba memberi suatu gambaran berupa saran yang mudah-mudahan dapat berguna bagi perkembangan pemikiran demi lancarnya suatu proses persatuan dan kesatuan bangsa. Khususnya hubungan antara warga Desa yang menjadi satu diantara kekayaan ciri khas bangsa indonesia. Maka akan dikemukakan beberapa saran yaitu :

1). Bagi masyarakat Desa Kecupak I

Kebudayaan merupakan keseluruhan sistem gagasan,tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar atau sebuah warisan yang di berikan serta diajarkan oleh nenek moyang kita. Baik itu berbentuk adat istiadat seperti upacara adat, tarian adat, kepercayaan adat dan tradisi. Maka dari itu, ada baiknya jika kita sebagai pewaris dari kebudayaan tersebut untuk mempertahankan dan melestarikan kebudayaan yang kita miliki. Walaupun terkadang kebudayaan tersebut


(22)

61

bertentangan dengan ajaran Agama yang kita anut. Yang terpenting adalah bagaimana kita menyikapi kebudayaan itu.

2). Bagi Orang tua di Tanah Pakpak

Orang tua dalam hal ini sebagai perantara orang terdahulunya dalam penyebaran cerita Lae Une sebaiknya meminimalisir cerita-cerita yang berupaya menakut-nakuti seseorang dan dapat merubah tanggapan anak-anaknya terhadap cerita Lae Une dengan menambah memperkuat iman dengan ajaran-ajaran Agama masing-masing agar tidak timbul ketakutan yang dapat berdampak pada psikologi anak-anaknya.

3). Bagi generasi Bangsa yaitu pemuda

Sebagai generasi bangsa sebaiknya pemuda sekitar maupun yang ingin berkunjung ketempat wisata hendaknya bertutur sopan dengan tidak mengeluarkan kata-kata kotor dan berpakain yang sopan tempatkan pada tempatnya. Pemuda dalam hal ini adalah sebagai pemuda yang menjadi contoh. Tetaplah pada nilai-nilai kesopanan.

4). Bagi Pemerintah

Objek wisata adalah tempat lingkungan hidup yang terdiri dari sumber daya alam, sumber daya manusia, sumber daya buatan yang dikembangkan dan dimanfaatkan sebagai daya tarik untuk menjadi sarana wisata atau objek wisata dan membuat wisatawan tertarik untuk berkunjung. Oleh sebab itu pemerintah harus memperhatikan objek wisata dan memperbaiki sarana dan prasarana untuk


(23)

62

mendukung objek wisata guna untuk mengembangkan pendapatan masyarakat sekitar maupun negara.

5). Peneliti dan Insan Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memperluas wawasan pembaca serta melatih kepekaan sosial terhadap dinamika kehidupan manusia dan problematika sosial yang terjadi di sekitar, sehingga persoalan persepsi terhadap cerita rakyat Lae Une dapat dipahami dan dimengerti. Dan penelitian ini juga bermanfaat bagi peneliti lainnya sebagai sumber referensi guna untuk keperluan skripsi.


(24)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Imran. T. 1991. Resepsi Sastra: Teori dan Penerapannya. Dalam

Jurnal Online Budaya, Sastra, dan Bahasa Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada. Vol. 1, No. 2

Angraini, Irene. 2013. Sikap Masyarakat Surabaya Terhadap Pesan Mistis

Dalam Program Acara Dua Dunia di Trans 7. Vol. 1, No. 1

Apriyani, I. 2008. Legenda Kawah Sikidang Dan Funsinya Bagi masyarakat di

Dataran Tinggi Dieng Kabupaten Wonosobo: Tinjauan Resepsi Sastra.

Hal : 1- 40.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta : Rineka Cipta.

Danandjaja, James. 1984. Folklore Indonesian: Ilmu gosip, Dongeng, dan

lain-lain. Jakarta: Grafiti Pers

Emzir & Rohman, Saifur. 2015. Teori dan Pengajaran Sastra. Jakarta: Rajawali

Pers

Endraswara, Suwardi. 2012. Filsafat Sastra: Hakikat, Metodologi dan Teori.

Yogyakarta: Layar Kata

Hilal, Al. 2013. Persepsi Masyarakat di Kelurahan Tanjung Batu, Kabupaten

Ogau Ilir Tentang pendidikan.

Hotomo, Suripan Sadi. 1991. Mutiara Yang Terlupakan: Pengantar Studi Sastra Lisan. Surabaya: HISKI Jawa Timur

Junus, Umar. 1985. Resepsi sastra . Jakarta. Gramedia

Padmopuspito, Asia. Teori Resepsi dan Penerapannya. Hal : 73-81

Purba, Antilan.2001. Pengantar Ilmu Sastra. Medan : Usu Press

Pradopo, Rachmat Djoko. 2003. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Hannindita

graha widya

Ratna, Nyoman Kutha. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.

Bandung : Penerbit Alfabeta.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Penerbit Alfabeta.

Suhaimi. 2014. Struktural dan Fungsi cerita Rakyat Pak Alui Sastra Lisan

Masyarakat Melayu Sangau Kabupaten Sangau . Artikel Penelitian. Pontianak. Hal :1-14.


(25)

Syahputra, Boy Surbakti. 2015. Persepsi Masyarakat Desa Merdeka Kecamatan Merdeka Kabupaten Karo Terhadap Cerita Rakyat karo Begu Ganjangn Kajian Resepsi Sastra. Hal :1-11.

Yudiono. 2007. Pengantar Sejarah Sastra Indonesia. Jakarta: Grasindo

Yulianto, B. & Ahmadi, A. 2010. Cerita Rakyat Di Pulau Mandangin: Kajian

Struktural Antropologi Claude Levi Straus. Dalam Jurnal Online Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Surabaya. Volume. 2

Wellek, Rene & Warren, Aus


(1)

59 A. Kesimpulan

1) Terdapat persepsi (tanggapan) masyarakat terhadap cerita Lae Une diakui oleh seluruh informan yang menerima dan percaya bahwa cerita rakyat Lae une menyimpan kejadian mistis. Masyarakat mempercayai bahwa Lae Une ini memiliki penunggu yang disebut Umang yaitu setan yang menyerupai manusia. Masyarakat juga percaya bahwa wujud Umung ini seperti lelaki tua namun postur tubuh yang pendek sekitar 1 Meter, berambut putih panjang dan memiliki kaki yang terbalik, berebeda dari kaki manusia biasa. penunggu Lae Une sering memakan korban. korban Lae Une ini bukan hanya pendatang namun kebanyakan orang sekitar. Korban yang paling diingat oleh masyarakat yaitu seperti tentara yang hanyut, wanita yang hamil dibawa oleh arus Lae Une dan seorang Mahasiswa yang hanyut ketika mereka berenang dengan tidak mengenakan baju dalam arti telanjang.

2) Cerita rakyat Pakpak Lae Une berpeluang besar dalam menimbulkan permasalahan sosial di Desa Kecupak I. Yaitu anggapan bahwa seberapa meresahkan cerita rakyat Lae Une ini terhadap masyarakat Desa Kecupak I dan pengalaman yang pernah di alami atau di dengar. Adapun sembilan (9) responden mengatakan meresahkan karena kebanyakan orang yang menjadi korban adalah masyarakat Kecupak I dan dampak yang ditimbulkan adalah membuat masyarakat sekitar dan pengunjung menjadi takut untuk mandi. Dan lima (5) responden berpendapat bahwa mereka tidak resah dengan alasan jika


(2)

60

orang yang berkunjung tidak ada niat jahat dan buruk maka tidak akan terjadi apapun pada mereka.

B. Saran

Setelah melakukan penelitian tentang persepsi masyarakat Pakpak terhadap cerita rakyat pakpak lae Une yang berada di Desa Kecupak. Kemudian diperoleh data-data serta informasi sesuai dengan yang dibutuhkan dalam tujuan penelitian, maka beranjak dari hasil yang diperoleh tersebut.

Dalam hal ini peneliti mencoba memberi suatu gambaran berupa saran yang mudah-mudahan dapat berguna bagi perkembangan pemikiran demi lancarnya suatu proses persatuan dan kesatuan bangsa. Khususnya hubungan antara warga Desa yang menjadi satu diantara kekayaan ciri khas bangsa indonesia. Maka akan dikemukakan beberapa saran yaitu :

1). Bagi masyarakat Desa Kecupak I

Kebudayaan merupakan keseluruhan sistem gagasan,tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar atau sebuah warisan yang di berikan serta diajarkan oleh nenek moyang kita. Baik itu berbentuk adat istiadat seperti upacara adat, tarian adat, kepercayaan adat dan tradisi. Maka dari itu, ada baiknya jika kita sebagai pewaris dari kebudayaan tersebut untuk mempertahankan dan melestarikan kebudayaan yang kita miliki. Walaupun terkadang kebudayaan tersebut


(3)

bertentangan dengan ajaran Agama yang kita anut. Yang terpenting adalah bagaimana kita menyikapi kebudayaan itu.

2). Bagi Orang tua di Tanah Pakpak

Orang tua dalam hal ini sebagai perantara orang terdahulunya dalam penyebaran cerita Lae Une sebaiknya meminimalisir cerita-cerita yang berupaya menakut-nakuti seseorang dan dapat merubah tanggapan anak-anaknya terhadap cerita Lae Une dengan menambah memperkuat iman dengan ajaran-ajaran Agama masing-masing agar tidak timbul ketakutan yang dapat berdampak pada psikologi anak-anaknya.

3). Bagi generasi Bangsa yaitu pemuda

Sebagai generasi bangsa sebaiknya pemuda sekitar maupun yang ingin berkunjung ketempat wisata hendaknya bertutur sopan dengan tidak mengeluarkan kata-kata kotor dan berpakain yang sopan tempatkan pada tempatnya. Pemuda dalam hal ini adalah sebagai pemuda yang menjadi contoh. Tetaplah pada nilai-nilai kesopanan.

4). Bagi Pemerintah

Objek wisata adalah tempat lingkungan hidup yang terdiri dari sumber daya alam, sumber daya manusia, sumber daya buatan yang dikembangkan dan dimanfaatkan sebagai daya tarik untuk menjadi sarana wisata atau objek wisata dan membuat wisatawan tertarik untuk berkunjung. Oleh sebab itu pemerintah harus memperhatikan objek wisata dan memperbaiki sarana dan prasarana untuk


(4)

62

mendukung objek wisata guna untuk mengembangkan pendapatan masyarakat sekitar maupun negara.

5). Peneliti dan Insan Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memperluas wawasan pembaca serta melatih kepekaan sosial terhadap dinamika kehidupan manusia dan problematika sosial yang terjadi di sekitar, sehingga persoalan persepsi terhadap cerita rakyat Lae Une dapat dipahami dan dimengerti. Dan penelitian ini juga bermanfaat bagi peneliti lainnya sebagai sumber referensi guna untuk keperluan skripsi.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Imran. T. 1991. Resepsi Sastra: Teori dan Penerapannya. Dalam Jurnal Online Budaya, Sastra, dan Bahasa Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada. Vol. 1, No. 2

Angraini, Irene. 2013. Sikap Masyarakat Surabaya Terhadap Pesan Mistis Dalam Program Acara Dua Dunia di Trans 7. Vol. 1, No. 1

Apriyani, I. 2008. Legenda Kawah Sikidang Dan Funsinya Bagi masyarakat di Dataran Tinggi Dieng Kabupaten Wonosobo: Tinjauan Resepsi Sastra. Hal : 1- 40.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.

Danandjaja, James. 1984. Folklore Indonesian: Ilmu gosip, Dongeng, dan lain-lain. Jakarta: Grafiti Pers

Emzir & Rohman, Saifur. 2015. Teori dan Pengajaran Sastra. Jakarta: Rajawali Pers

Endraswara, Suwardi. 2012. Filsafat Sastra: Hakikat, Metodologi dan Teori. Yogyakarta: Layar Kata

Hilal, Al. 2013. Persepsi Masyarakat di Kelurahan Tanjung Batu, Kabupaten Ogau Ilir Tentang pendidikan.

Hotomo, Suripan Sadi. 1991. Mutiara Yang Terlupakan: Pengantar Studi Sastra Lisan. Surabaya: HISKI Jawa Timur

Junus, Umar. 1985. Resepsi sastra . Jakarta. Gramedia

Padmopuspito, Asia. Teori Resepsi dan Penerapannya. Hal : 73-81 Purba, Antilan.2001. Pengantar Ilmu Sastra. Medan : Usu Press

Pradopo, Rachmat Djoko. 2003. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Hannindita graha widya

Ratna, Nyoman Kutha. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : Penerbit Alfabeta.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Penerbit Alfabeta.

Suhaimi. 2014. Struktural dan Fungsi cerita Rakyat Pak Alui Sastra Lisan Masyarakat Melayu Sangau Kabupaten Sangau . Artikel Penelitian. Pontianak. Hal :1-14.


(6)

Syahputra, Boy Surbakti. 2015. Persepsi Masyarakat Desa Merdeka Kecamatan Merdeka Kabupaten Karo Terhadap Cerita Rakyat karo Begu Ganjangn Kajian Resepsi Sastra. Hal :1-11.

Yudiono. 2007. Pengantar Sejarah Sastra Indonesia. Jakarta: Grasindo

Yulianto, B. & Ahmadi, A. 2010. Cerita Rakyat Di Pulau Mandangin: Kajian Struktural Antropologi Claude Levi Straus. Dalam Jurnal Online Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Surabaya. Volume. 2

Wellek, Rene & Warren, Aus