2.2.4 Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala yang selalu ada ketika terjadi ketuban pecah dini adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina, cairan vagina berbau amis
dan tidak seperti bau amoniak, mungkin cairan tersebut masih merembes atau menetes, disertai dengan demammenggigil, juga nyeri pada perut, keadaan seperti
ini dicurigai mengalami amnionitis Saifuddin, 2002. Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus diproduksi sampai
kelahiran. Tetapi bila ibu duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah terletak di bawah biasanya “mengganjal” atau “menyumbat” kebocoran untuk sementara
Ayurai, 2010. Ada pula tanda dan gejala yang tidak selalu ada kadang-kadang timbul
pada ketuban pecah dini seperti ketuban pecah secara tiba-tiba, kemudian cairan tampak diintroitus dan tidak adanya his dalam satu jam. Keadaan lain seperti nyeri
uterus, denyut jantung janin yang semakin cepat serta perdarahan pervaginam sedikit tidak selalu dialami ibu dengan kasus ketuban pecah dini. Namun, harus
tetap diwaspadai untuk mengurangi terjadinya komplikasi pada ibu maupun janin Saifuddin, 2002.
2.2.5 Komplikasi
Ada tiga komplikasi utama yang terjadi pada ketuban pecah dini adalah peningkatan morbiditas dan mortalitas neonatal oleh karena prematuritas,
komplikasi selama persalinan dan kelahiran yaitu resiko resusitasi, dan yang ketiga adanya risiko infeksi baik pada ibu maupun janin. Risiko infeksi karena
Universitas Sumatera Utara
ketuban yang utuh merupakan barier atau penghalang terhadap masuknya penyebab infeksi Sarwono, 2008.
Sekitar tiga puluh persen kejadian mortalitas pada bayi preterm dengan ibu yang mengalami ketuban pecah dini adalah akibat infeksi, biasanya infeksi saluran
pernafasan asfiksia. Selain itu, akan terjadi prematuritas. Sedangkan, prolaps tali pusat dan malpresentrasi akan lebih memperburuk kondisi bayi preterm dan
prematuritas Depkes RI, 2007. Dengan tidak adanya selaput ketuban seperti pada ketuban pecah dini,
flora vagina normal yang ada bisa menjadi patogen yang bisa membahayakan baik pada ibu maupun pada janinnya. Morbiditas dan mortalitas neonatal meningkat
dengan makin rendahnya umur kehamilan. Komplikasi pada ibu adalah terjadinya risiko infeksi dikenal dengan
korioamnionitis akibat jalan lahir telah terbuka, apalagi bila terlalu sering dilakukan pemeriksaan dalam. Dari studi pemeriksaan histologis cairan ketuban
50 wanita yang melahirkan prematur, didapatkan korioamnionitis infeksi saluran ketuban, akan tetapi sang ibu tidak mempunyai keluhan klinis. Infeksi
janin dapat terjadi septikemia, pneumonia, infeksi traktus urinarius dan infeksi lokal misalnya konjungtivitis Sualman, 2009.
Selain itu juga dapat dijumpai perdarahan postpartum, infeksi puerpuralis nifas, peritonitis, atonia uteri dan septikemia, serta dry-labor. Ibu akan merasa
lelah karena berbaring di tempat tidur, partus akan menjadi lama, maka suhu badan naik, nadi cepat dan tampaklah gejala-gejala infeksi Manuaba, 2008.
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL
3.1 Kerangka konsep
Variabel yang akan penulis teliti digambarkan dalam kerangka konsep sebagai berikut :
Diagram 3.1 Visualisasi Kerangka Konsep Penelitian Faktor-faktor penyebab :
• Infeksi korioamnionitis •
Infeksi genitalia • Serviks inkompeten
• Trauma VT,Amniosintesis • Paritas
• Riwayat KPD
• Tekanan intra uterin •
Usia Ketuban pecah dini