Metode Historis Metode Berpikir Seyyed Hossein Nasr

Kemudian apabila metode ini dipraktekkan dalam bidang sains dan filsafat atau metafisika, maka akan dapat diketahui sumber asal dari bidang-bidang tersebut, apakah bersumber dari hasil proses pemikiran semata berdasarkan faka-fakta empiris, atau dari proses penglihatan spritual. Metode ini, diterapkan Nasr untuk mempelajari pemikiran dan filsafat yang berkembang di Barat dan Timur. Sehingga dari hasil kajiannya ini, ia sampai pada kesimpulan bahwa pemikiran dan filsafat yang berkembang di Barat sudah terlepas dari tradisi agamanya. Sementara dari hasil kajiannya tentang pemikiran dan filsafat di Timur. Nasr menemukan kekayaan spiritual yang melandasi pada setiap pemikiran yang muncul. Dari hasil komparasi ini, Nasr menyarankan agar doktrin-doktrin Timur dapat memenuhi tugas yang penting dan mendesak serta mengingatkan Barat kepada kebenaran-kebenaran yang pernah ada dalam tradisinya sendiri yang sekarang telah dilupakan oleh pemikir-pemikirnya. Tujuan akhir dari metode komparatif ini, menurut Nasr, untuk tercapainya saling pengertian antara Timur dan Barat, dan menghilangkan ketegangan yang selama ini muncul, yaitu titik temu yang tidak didasarkan pada sifat manusia yang senantiasa berubah atau humanisme tertentu. Tetapi berdasarkan kebenaran-kebenaran abadi perennial dan metafisis. Intuisi intelektual dan pengalaman spiritual yang merupakan buah dari doktrin- doktrin metafisis inilah yang memungkinkan tercapainya titik temu, yang di dalamnya meliputi transendensi Barat dan Timur. 77

2. Metode Historis

Metode historis nampaknya juga merupakan salah satu kekuatan Nasr. Dalam membahas konfrontasi antara Barat dan Timur Islam, ia melangkah kembali pada lembaran sejarah. Lewat metode historis ini, ia membandingkan sumber-sumber dari berbagai ide yang telah diadopsi oleh filsafat Islam dari filsafat Yunani. Kemudian Nasr melangkah ke depan untuk membandingkan filsafat Barat yang ditransmisi dari filsafat Islam. Dengan cara ini, Nasr dapat menunjukkan bahwa ada “yang terlupakan forgotten dalam pemikiran filsafat Barat, yaitu responnya terhadap realitas transenden. Sehinga Nasr lebih jauh berpendapat bahwa filsafat Barat semata-mata bersumber pada manusia, dengan melupakan kebijakan hikmah, Sophia yang bersumber dari inspirasi supra-manusiawi. Pada tingkat praktis, metode ini digunakan Nasr, untuk menyoroti krisis-krisis di Barat dan dilema-dilema yang dialami oleh masyarakat Islam di Timur. Barat, yang sudah tergolong menjadi post-indutri society masyarakat pasca-industri, sedang dilanda krisis baik krisis lingkungan hidup maupun krisis polusi jiwa. Krisis polusi jiwa muncul begitu manusia Barat memutuskan hubungan ketuhanan divinity dan memilih untuk menyingkirkan dimensi transendental dari kehidupannya. 78 77 Ibid, h. 56. 78 Ibid, h. 20. Sementara menurut Nasr, terdapat Muslim di masa sekarang yang hidup di pojok-pojok dunia Islam yang tetap terasing dan tertutup dari pengaruh modernisme. Tetapi Nasr juga melihat ketegangan di pusat-pusat perkotaan dunia Islam yang sudah tersentuh oleh modernisme. Mereka ini hidup di dalam dunia yang terpolarisasi disebabkan ketegangan yang muncul dari pertarungan dua dunia dan sistem nilai yang berlawanan, Barat dan Islam. Nasr melihat pertarungan dua dunia dan sistem nilai ini juga merembes ke dalam bidang-bidang kehidupan lain. Dalam bidang pendidikan, yang merupakan sarana terpenting dalam transmisi tradisi dan nilai dari generasi ke generasi berikutnya, sistem Barat dan Islam terlibat dalam konfrontasi langsung dan umat Muslim terperangkap di tengah-tengah. Nasr memerinci lebih jauh, Pada satu pihak terdapat saluran tradisional dan klasik, sejak dari pengajaran al-Quran oleh kakek dan orang tua sendiri di rumah, maktab, madrasah sampai kepada pusat-pusat sufi, seperti khanaqah atau zawiyah. Di pihak lain, terdapat saluran “pendidikan” modern, seperti radio dan televisi, dan pada tataran formal, sistem pendidikan modern Barat. Hampir seluruh negeri Muslim mengambil alih sistem pendidikan Barat secara sembrono, padahal pada saat yang sama, pendidikan Barat sendiri mengalami krisis. 79

D. Perkembangan Pemikiran Nasr dan Karya-karyanya