EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN GERAK DASAR SERVIS BACKHAND PENDEK MELALUI MODIFIKASI ALAT DALAM PERMAINAN BULUTANGKIS PADA SISWA KELAS VIII D DI SMP NEGERI 1 NATAR TAHUN AJARAN 2011/2012

(1)

ii ABSTRAK

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN GERAK DASAR SERVIS BACKHAND PENDEK MELALUI MODIFIKASI ALAT DALAM PERMAINAN

BULUTANGKIS PADA SISWA KELAS VIII D DI SMP NEGERI 1 NATAR

TAHUN AJARAN 2011/2012

Oleh

PINTOKO SUPRAYOGO

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan efektivitas pembelajaran gerak dasar servis backhand pendek melalui modifikasi alat pembelajaran berupa raket papan, shuttlecock plastik berisi kertas dan mengurangi tinggi net, penambahan ruang di atas net dan mengurangi jarak garis servis dalam permainan bulutangkis pada siswa kelas VIII D di SMP Negeri 1 Natar Lampung Selatan

Penelitian ini menggunakan pendekatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), dengan teknik pengumpulan data melalui tes pengamatan dan dokumentasi. Pengamatan dilakukan terhadap aktivitas 30 siswa dalam melakukan gerak dasar servis pendek permainan bulutangkis dengan modifikasi alat, sebanyak 3 siklus. Analisis data meliputi pengumpulan data, penyajian, dan penarikan kesimpulan sebagai jawaban masalah penelitian.

Hasil penelitian menunjukkan: pada siklus pertama dengan menggunakan modifikasi raket dan shuttlecock serta pengurangan tinggi net menjadi 130 cm, garis servis yang diperpendek menjadi 175 cm, serta memasang tali rintangan di atas net setinggi 50 cm tingkat efektivitas 12,85 % itu berarti tindakan belum efektif. Pada siklus kedua dengan menggunakan modifikasi raket dan shuttlecock serta penguran tinggi net menjadi 140 cm, garis servis menjadi 185 cm, serta tali rintangan di atas net setinggi 40 cm tingkat efektivitas 21,29 % itu berarti tindakan belum efektif. Pada siklus ketiga dengan menggunakan modifikasi raket dan shuttlecock serta tinggi net menjadi 150 cm, garis servis menjadi 195 cm, serta tali rintangan di atas net menjadi 30 cm tingkat efektivitas 52,95 % itu artinya tindakan telah efektif.


(2)

iii

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN GERAK DASAR SERVIS BACKHAND PENDEK MELALUI MODIFIKASI ALAT DALAM PERMAINAN

BULUTANGKIS PADA SISWA KELAS VIII D DI SMP NEGERI 1 NATAR

TAHUN AJARAN 2011/2012

Oleh

PINTOKO SUPRAYOGO Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Prodi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG 2012


(3)

xvii

DAFTAR DIAGRAM

Diagram Halaman

1. Prosentase rerata hasil belajar gerak dasar servis backhand

Pendek permainan bulutangkis siklus 1... ... 54 2. Prosentase rerata hasil belajar gerak dasar servis backhand pendek

permainan bulutangkis siklus 2 ... ... 55 3. Prosentase rerata hasil belajar gerak dasar servis backhand pendek

permainan bulutangkis siklus 3... ... 57 4. Perbandingan rerata hasil belajar siklus 1, 2, dan 3 gerak dasar


(4)

xii

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR DIAGRAM ... xvii

DAFTAR LAMPITAN ... xviii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Batasan Masalah ... 4

D. Rumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Manfaat Penelitian ... 6

G. Ruang Lingkup Penelitian ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Jasmani ... 8

1. Hakekat Pendidikan Jasmani ... 8

2. Pentingnya Pendidikan Jasmani ... 9


(5)

xiii

C. Permainan Bulutangkis ... 12

1. Kemampuan Dasar Bulutangkis ... 13

2. Gerak Dasar Servis Backhand Pendek ... 22

3. Kunci Keberhasilan Servis Backhand Pendek ... 26

4. Peralatan Permainan Bulutangkis ... 26

5. Modifikasi ... 28

6. Arah dan Formasi Dalam Variasi Servis Backhand Pendek ... 34

D. Kerangka pikir ... 36

E. Hipotesis ... 37

III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 38

B. Rencana Penelitian ... 40

C. Variabel Penelitian ... 40

D. Proses Pembelajaran Gerak Dasar Servis Backhand Pendek ... 41

1. Siklus 1 ... 41

2. Siklus 2 ... 44

3. Siklus 3 ... 46

E. Instrumen Penelitian ... 48

F. Teknik Analisis Data ... 49

G. Indikator Keberhasilan ... 50

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 51

1. Hasil Analisis pembelajaran keterampilan gerak dasar servis backhand pendek ... 51

2. Hasil rekapitulasi refleksi PTK pembelajaran keterampilan servis backhand pendek ... 58


(6)

xiv

3. Analisis efektivitas pembelajaran setiap siklusnya ... 64

B. Pembahasan ... 66

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 69

B. Saran ... 70

DAFTAR PUSTAKA ……… ... …. 71


(7)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Langkah-langkah perhitungan hasil penelitian ... 74

2. Hasil Tes Awal Keterampilan Gerak Dasar Servis Backhand Pendek .. 77

3. Hasil Tes Siklus 1 Keterampilan Gerak Dasar Servis Backhand Pendek 78 4. Hasil Tes siklus 2 Keterampilan Gerak Dasar Servis Backhand Pendek 79 5. Hasil Tes siklus 3 Keterampilan Gerak Dasar Servis Backhand Pendek 80 6. Hasil Peningkatan Nilai Tes Awal Ke Nilai Tes Siklus 1... . 81

7. Hasil Peningkatan Nilai Tes Siklus 1 Ke Nilai Tes Siklus 2... 82

8. Hasil Peningkatan Nilai Tes Siklus 2 Ke Nilai Tes Siklus 3... 83

9. Format Lembar Penilaian... 84

10. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)... 86

11. Foto-foto... 93


(8)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 1. Deskripsi Hasil PTK Pembelajaran Keterampilan Gerak Dasar

Servis Backhand Pendek Bulutangkis ... ... 52 2. Rekapitulasi refleksi jumlah siswa yang mendapat nilai 1-3 pada tes

awal gerak dasar servis backhand ... ... 58 3. Rekapitulasi refleksi jumlah siswa yang mendapat nilai 1-3 pada tes

akhir gerak dasarservis backhand siklus 1 ... ... 60 4. Rekapitulasi refleksi jumlah siswa yang mendapat nilai 1-3 pada tes

akhir gerak dasar servis backhand siklus 2 ... ... 61 5. Rekapitulasi refleksi jumlah siswa yang mendapat nilai 1-3 pada tes

akhir gerak dasar servis backhand siklus 3 ... ... 63 6. Deskripsi efektifitas pembelajaran pada setiap siklus ... ... 64


(9)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Posisi sikap berdiri siap dasar dalam bulutangkis ... 17

2. Cara memegang raket backhand ... 23

3. Servis backhand ... 24

4. Lapangan bulutangkis ... 26

5. Raket bulutangkis ... 27

6. Shuttlecock ... 27

7. Net bulutangkis ... 28

8. Raket modifikasi ... 32

9. Shuttlecock modifikasi ... 33

10. Arah dan dormasi dalam variasi melakukan servis pendek adopsi Icuk Sugiarto ... 35

11. Arah dan dormasi dalam variasi melakukan servis pendek adopsi Tony Grice ... 36


(10)

vii

MOTTO

Hari Mu adalah Hari ini.

Anggaplah sekan-akan kita dilahirkan hari ini dan akan mati

hari ini juga.

Maka, Tanamlah kebaikan sebanyak-banyaknya pada hari ini.

Persembahkanlah sesuatu yang paling indah untuk hari ini.

Dan Nikmatilah hari ini dengan segala kesenangan dan

kebahagian.


(11)

viii

PERSEMBAHAN

Dengan mengucapkan bismillahirrohmanirohim

Ku persembahkan karya kecilku ini kepada:

Ayah dan ibu tercinta yang telah memberikan kasih sayang yang tidak pernah putus dan dukungan serta do’a dalam setiap sujudnya demi keberhasilanku. Banyak pelajaran hidup yang

telah diberikan, dalam menghadapi kerasnya kehidupan ini. Terimakasih atas semua cinta dan pengorbanan serta jerih payah dari setiap tetes keringatmu yang telah kau berikan kepadaku.

Do’a dan restumu sangat berarti bagi keberhasilanku kelak, maka janganlah berhenti untuk mendukungku dalam kebaikan.

Adikku, alfi nur baiti dan muzakir nu akrabi, terima kasih atas do’a dan perhatianmu selama ini. Kalian penjadi pendorong bagiku untuk menjadi contoh yang baik bagimu.

Teman-temanku, Kost-kostan Omesh FC, tape, bagong, cecep, jarma, udin, ady, aank, lary, diah dan Penjas khususnya angkatan 2007 Rizky, Bela, Yopi, Ani, Rio, Sony, Lasti, selvy, Redie dan

semua yang tidak bisa ku sebut satu persatu terimakasih telah menjadi tempat keluh kesahku selama ini dan terimakasih atas dukungan yang telah diberikan sehingga membuat aku semakin

dewasa.


(12)

v

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua

: Drs. Herman Tarigan, M.Pd ...

Sekretaris

: Drs. Usman Adam, M.Pd ...

Penguji

Bukan Pembimbing

: Drs. Surisman, M.Pd

...

2.

Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si.

NIP. 196003151985031003


(13)

vi

PERNYATAAN

Bahwa yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Pintoko Suprayogo

Npm : 0713051047

Tempat tanggal lahir : Padang Ratu, 9 September 1989

Alamat : Karangsari, Kecamatan Padang Ratu, Kabupaten Lampung Tengah, Lampung.

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Efektivitas Pembelajaran Gerak Dasar Servis Backhand Pendek Melalui Modifikasi Alat Dalam Permainan Bulutangkis Pada Siswa Kelas VIII D Di SMP Negeri 1 Natar Tahun Ajaran 2011/2012” adalah benar hasil karya penulis berdasarkan penelitian yag dilaksanakan pada tanggal 17 oktober 2011 sampai dengan 28 november 2011. Skripsi ini bukan hasil menjiplak ataupu hasil karya orang lain.

Demikian pernyataan ini penulis buat dengan sebenar-benarnya, apabila dikemudian hari terjadi kesalahan, penulis bersedia menerima sanksi akademik sebagaimana yang berlaku di Universitas Lampung.

Bandar lampung, Agustus 2012 Penulis,


(14)

iv

Judul Skripsi : EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN GERAK DASAR SERVIS BACKHAND PENDEK MELALUI MODIFIKASI ALAT DALAM PERMAINAN

BULUTANGKIS PADA SISWA KELAS VIII D DI SMP NEGERI 1 NATAR TAHUN AJARAN 2011/2012

Nama Mahasiswa : PINTOKO SUPRAYOGO

Nomor Pokok Mahasiswa : 0713051047

Program Studi : Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan

Rekreasi

Jurusan : Ilmu Pendidikan

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI

1.

Komisi Pembimbing

Pembimbing I

Pembimbing II

Drs. Herman Tarigan, M.Pd

Drs. Usman Adam, M.Pd

NIP. 1960123 1988031018 NIP. 1952022919831004

2.

Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan

Drs. Baharudin Risyak, M.Pd

NIP. 1951105071981031


(15)

ix

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Padangratu Kabupaten Lampung Tengah Provinsi Lampung, pada tanggal 9 September 1989. Anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Bapak Maryana, M.Pd dan Neti Sundari.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah Taman Kana-kanak di TK IKI PTPN VII Padang Ratu lulus pada tahun 1995, melanjutkan Sekolah Dasar di SDN 1 Karang Sari Padang Ratu tamat tahun 2001, kemudian menempuh pendidikan Menengah Pertama di SMPN 1 Kalirejo Lampung Tengah tamat pada tahun 2004 dan melanjutkan Sekolah Menengah Atas di SMA Muhammadiyah 1 Kalirejo Lampung Tengah tamat tahun 2007.

Pada tahun 2007 penulis menjadi mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung pada Program Studi Pendidikan Jasmani dan Kesehatan yang ditempuh melalui jalur SPMB.


(16)

x

SANWACANA

Asalamualaikum. Wr. Wb

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan

hidayah-Nya, hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat dan Salam semoga selalu tercurah kepada baginda Rasulullah SAW yang mulia.

Skripsi dengan judul “Efektivitas Pembelajaran Gerak Dasar Servis Backhand Pendek Melalui Modifikasi Alat Dalam Permainan Bulutangkis Pada Siswa Kelas VIII D Di SMP Negeri 1 Natar Tahun Pelajaran 2011/2012” adalah dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk pencapaian gelar Sarjana Pendidikan di

Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si selaku Dekan FKIP Universitas Lampung.

2. Bapak Drs. Baharrudin, M.Pd selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan.

3. Bapak. Drs. Herman Tarigan, M.Pd. selaku Pembimbing pertama sekaligus

Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dan motivasi serta kepercayaan kepada penulis

4. Bapak Drs. Usman Adam, M.Pd. selaku Pembimbing kedua yang juga telah

memberikan bimbingan dan pengarahan serta kepercayaan kepada penulis 5. Bapak Drs. Surisman, S.Pd, M.Pd selaku Pembahas atau penguji utama.

6. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Penjaskes FKIP Unila yang telah

memberikan ilmu pengetahuan dan keteladanan selama penulis menjalani studi.

7. Segenap dosen dan karyawan FKIP Universitas Lampung yang telah

memberikan kelancaran dalam urusan administrasi.

8. Kepala SMP Negeri 1 Natar yang telah memberikan izin untuk melaksanakan


(17)

xi

9. Bapak Kusyoto selaku guru Penjaskes di SMPN 1 Natar yang telah memberikan

bantuan dan masukan selama penulis melakukan penelitian.

10. Siswa-siswi kelas VIII D SMP Negeri 1 Natar tahun pelajaran 2011/2012, terimakasih atas waktu dan kerjasamanya.

11. Teman-teman seperjuangan angkatan 2007, ayo selesaikan program S1 secepatnya. Semangat.

12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu penyelesaian tugas akhir ini.

Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan

bermanfaat bagi kita semua. Amiin. Wasalamualaikum Wr. Wb.

Bandar Lampung, Agustus 2012

Penulis,


(18)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Peningkatan kualitas pendidikan dapat dilakukan dengan berbagai cara, di antaranya adalah dengan mengadakan pembaharuan kurikulum pendidikan nasional sesuai dengan perkembangan jaman. Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran guru harus berpedoman pada kurikulum tersebut, sehingga diharapkan siswa akan dapat mencapai standar kompetensi pada masing-masing mata pelajaran dan tujuan dari pembelajaran tersebut dapat tercapai. Agar tercapai tujuan tersebut guru dituntut untuk kreatif dan inovatif dalam kegiatan pembelajaran, baik dalam penggunaan media maupun dalam strategi dan pendekatan pembelajaran itu sendiri. Strategi pembelajaran meliputi aspek yang lebih luas daripada metode pembelajaran, strategi pembelajaran merupakan cara pandang dan pola pikir guru dalam mengajar (Agus Suyatna, 2009). Dengan strategi dan metode pembelajaran yang tepat, guru akan dapat menciptakan suasana belajar yang bermakna dan menyenangkan bagi siswa. Belajar akan lebih bermakna dan menyenangkan bagi siswa bila siswa mengalami apa yang dipelajarinya. Agar siswa dapat mengalami apa yang dipelajarinya, diperlukan pendekatan yang tepat.


(19)

2 Pada saat ini telah dikembangkan suatu pendekatan dimana guru dituntut untuk dapat lebih kreatif dalam menyampaikan materi pembelajaran. Salah satunya yaitu melalui modifikasi alat pembelajaran, dengan memodifikasi alat diharapkan siswa dapat mengurangi ketegangan dalam melaksanakan proses belajar mengajar. Pendekatan melalui modifikasi alat bantu ini sangat cocok diterapkan dalam proses belajar mengajar Pendidikan Jasmani.

Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas jasmani yang direncanakan secara sistematik bertujuan untuk

mengembangkan dan meningkatkan individu secara organik, neuromuskuler, perseptual, kognitif, dan emosional, dalam kerangka sistem pendidikan nasional.

Menurut Suparman (2000:1) pendidikan jasmani dan kesehatan adalah mata pelajaran yang merupakan bagian dari pendidikan keseluruhan yang dalam proses pembelajarannya mengutamakan aktivitas jasmani dan kebiasaan hidup sehat menuju pada pertumbuhan dengan pengembangan jasmani, mental, sosial dan emosional yang selaras, serasi, dan seimbang.

Dalam pendidikan jasmani terdapat banyak materi olahraga permainan yang diajarkan. Salah satunya yaitu permainan bulutangkis. Permainan bulutangkis identik dengan berbagai kemampuan dan keterampilan gerak kompleks. Dalam permainan bulutangkis terdapat pula teknik dasar di antaranya servis, footwork, smash, pukulan lop, pukulan backhand dan lain sebagainya. Di antara beberapa teknik dasar servis merupakan salah satu teknik dasar yang


(20)

harus dikuasai untuk memulai atau menciptakan suatu permainan dan mendapatkan poin atau nilai dalam permainan bulutangkis.

Gerak dasar servis juga terbagi dalam beberapa teknik yaitu servis pendek backhand, servis flick, servis panjang forehand dan salah satu yang harus dikuasai adalah servis pendek backhand karena saat ini baik dalam permainan bulutangkis ganda atau tunggal banyak yang mempergunakan teknik dasar servis backhand pendek. Servis banckhand ini merupakan gerak dasar yang sedikit lebih sulit dibandingkan servis forehand panjang karena dalam pelaksanaanya servis backhand ini membutuhkan gerakan yang tepat untuk mengarahkan shuttlecock menyeberang tipis di atas net dan jatuh tipis masuk dekat garis servis lawan. Oleh karena itu jenis servis backhand pendek ini perlu untuk dikuasai dan dipelajari.

Dilihat dari hasil pengamatan pada saat mengajar sebagai guru PPL di SMP Negeri 1 Natar, salah satu masalah yang dihadapi para siswa SMP Negeri 1 Natar Lampung Selatan dalam belajar pendidikan jasmani dan kesehatan khususnya pada permainan bulutangkis adalah rendahnya hasil belajar servis backhand pendek. Dari hasil tes awal yang dilakukan di kelas VIII SMP Negeri 1 Natar, peneliti mengambil kesimpulan bahwa kelas VIII D adalah kelas yang memiliki hasil belajar bulutangkis paling rendah khususnya pada materi belajar servis backhand pendek, karena hanya 8 siswa atau 26,67 % yang dapat melakukan servis backhand pendek dengan benar dari 30 siswa. Hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya kurangnya sarana dan kurangnya model pembelajaran yang diduga menjadi penyebab utama


(21)

4 kegagalan pelaksanaan servis backhand pendek bulutangkis di SMP Negeri 1 Natar. Berdasarkan uraian tersebut peneliti bermaksud mangadakan

penelitian tentang “Efektivitas Pembelajaran Gerak Dasar Servis Backhand Pendek Bulutangkis Melalui Modifikasi Alat Pada Siswa Kelas VIII D di SMP Negeri 1 Natar Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2011/2012”.

B. Identifikasi Masalah

Permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah proses pembelajaran Pendidikan Jasmani khususnya permainan bulutangkis yang dapat diidentifikasikan dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Rendahnya hasil belajar servis backhand pendek bulutangkis pada siswa kelas VIII D di SMP Negeri 1 Natar Lampung Selatan tahun pelajaran 2011/2012.

2. Masih banyak siswa SMP Negeri 1 Natar terutama pada kelas VIII D dalam bermain bulutangkis permainan ganda tidak menggunakan servis backhand pendek.

3. Masih kurangnya model pembelajaran dalam pembelajaran pendidikan jasmani pada materi bulutangkis khususnya pembelajaran servis backhand pendek di SMP Negeri 1 Natar Lampung Selatan.

C. Batasan Masalah

Penelitian ini hanya dibatasi pada masalah efektifitas pembelajaran gerak dasar servis backhand pendek bulutangkis melalui modifikasi alat pada siswa kelas VIII D SMP Negeri 1 Natar Lampung Selatan Tahun Ajaran 2011/2012.


(22)

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah

a. Apakah melalui modifikasi net yang direndahkan dan lapangan yang diperkecil efektifitas pembelajaran keterampilan gerak dasar servis backhand pendek bulutangkis di kelas VIII D SMP Negeri 1 Natar tahun pelajaran 2011/2012 dapat ditingkatkan?

b. Apakah melalui modifikasi raket yang terbuat dari papan dan shuttlecock yang terbuat dari kertas yang terbungkus plastik dan busa yang berekor bulu ayam efektifitas pembelajaran gerak dasar servis backhand pendek bulutangkis di kelas VIII D SMP Negeri 1 Natar tahun pelajaran

2011/2012 dapat ditingkatkan.

E. Tujuan Penelitian

1. Untuk meningkatkan gerak dasar servis backhand pendek setelah diberikan modifikasi alat pada proses pembelajaran bulutangkis pada siswa kelas VIII D di SMP Negeri 1 Natar Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2011/2012.

2. Untuk mengatasi kendala yang menyebabkan rendahnya pelaksanaan pembelajaran gerak dasar servis backhand pendek bulutangkis yang dihadapi siswa pada pembelajaran permainan bulutangkis pada siswa


(23)

6 kelas VIII D di SMP Negeri 1 Natar Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2011/2012.

3. Untuk mengetahui efektivitas penggunaan modifikasi alat dalam pembelajaran gerak dasar servis backhand pendek dalam permainan bulutangkis pada siswa kelas VIII D di SMP Negeri 1 Natar Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2011/2012.

F. Manfaat Penelitian

Jika tujuan penelitian diatas dapat dicapai, maka hasil yang diharapkan dapat bermanfaat:

1. Bagi Peneliti

Peneliti dapat mengetahui salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan gerak dasar servis bulutangkis.

2. Bagi Siswa

Penelitian ini dapat memberikan pengaruh positif terhadap tingkat

pemahaman dan penguasaan keterampilan servis backhand pendek dalam bermain bulutangkis.

3. Bagi Guru Pendidikan Jasmani

Sebagai sumbangan pemikiran untuk meningkatakan pembelajaran bermaian bulutangkis di sekolah dan untuk memperbaiki metode pembelajaran pendidikan jasmani yang terdahulu yang belum

memanfaatkan modifikasi pembelajaran, khususnya di SMP Negeri 1 Natar.


(24)

4. Bagi SMP Negeri 1 Natar

Memberikan masukan bagi pengembangan pembelajaran Pendidikan Jasmani di sekolah khususnya tingkat Sekolah Menengah Pertama.

G. Ruang Lingkup Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 1 Natar Lampung Selatan. 2. Subjek Penelitian

Adapun subjek penelitian pada penelitian ini adalah siswa kelas VIII D di SMP Negeri 1 Natar Lampung selatan tahun pelajaran 2011/2012 yang berjumlah 30 siswa.

3. Pelaksanaan Penelitian

Lama waktu yang dilakukan dalam penelitian enam minggu dan terdapat tiga siklus. Setiap siklus dilaksanakan dalam 2 minggu dan setiap


(25)

38

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Metodologi Penelitian

Dalam memecahkan masalah sangatlah diperlukan suatu cara atau metode, karena metode merupakan faktor yang penting dalam menentukan

keberhasilan dari suatu penelitian terhadap subjek yang akan diteliti. Dalam hal ini peneliti akan menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Berkolaborasi Faktori.

Khusus untuk penelitian tindakan kelas pada saat ini mendapat prioritas di kalangan pendidikan. Karena kelas merupakan unit terkecil dalam sistem pembelajaran sehingga semua guru perlu mendalami dan berprilaku kritis terhadap apa yang sebenarnya terjadi. Tujuan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah untuk perbaikan dan peningkatan proses belajar mengajar supaya tujuan belajar mengajar dapat dicapai. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan melakukan berbagai tindakan alternatif dalam memecahkan berbagai persoalan pembelajaran di kelas. Oleh karena itu PTK ini berfokus pada tindakan-tindakan alternatif yang direncanakan, diuji cobakan, dievaluasi, sehingga tindakan-tindakan alternatif tersebut dapat digunakan untuk memecahkan persoalan pembelajaran yang dihadapi. Dengan bercirikan sebagai berikut :


(26)

1. Praktis dan langsung relevan untuk situasi aktual dalam dunia kerja

2. Menyediakan kerangka kerja yang teratur untuk memecahkan masalah

dan perkembangan-perkembangan baru yang lebih baik 3. Dilakukan melalui putaran-putaran berspiral.

Gambar 12. Spiral Penelitian Tindakan Kelas. Hopkins (1993) dalam Arikunto (1991 : 105)

Keterangan gambar di atas :

a. Perencanaan (Planning)

Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan.

b. Tindakan

Tindakan adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu mengenakan tindakan di kelas.

c. Observasi

Observasi adalah kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh pengamat oleh suatu tindakan.


(27)

40 d. Refleksi

Adalah kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan.

B. Rencana Penelitian

Pada penelitian ini merencanakan penelitian sampai tiga siklus dan setiap siklus mempunyai kegiatan yang berbeda. Dalam pelaksanaaanya setiap siklus proses penelitian merupakan tindak lanjut dari siklus penelitian sebelumnya. Untuk penelitian tindakan kelas (PTK) ada beberapa siklus penelitian dalam pelaksanaanya.

C. Variabel Penelitian

Setiap penelitian mempunyai obyek yang dijadikan sasaran dalam penelitian obyek tersebut sering disebut sebagai gejala, sedangkan gejala-gejala yang menunjukkan variasi baik dari jenisnya maupun tingkatnya disebut variabel. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat.

a. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel lain. Adapun

variabel bebas dalam penelitian ini yaitu : penggunaan modifikasi alat. b. Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain.

Adapun variabel terikat dalam penelitian ini adalah gerak dasar servis backhand pendek bulutangkis.


(28)

D. Proses Pembelajaran Gerak Dasar Service Backhand Pendek Bulutangkis Waktu yang digunakan dalam pembelajaran adalah 2x45 menit dan setiap siklusnya dilakukan sebanyak tiga kali pembelajaran, jumlah petugas observasi sebanyak 3 orang.

1. Siklus I

Melakukan gerak dasar servis backhand pendek bulutangkis dengan memodifikasi raket, tinggi net, ukuran lapangan, dan memberikan ruang servis di atas net.

Rencana :

a. Menyiapkan alat-alat yang berkaitan untuk proses pembelajaran, yaitu lapangan terbuka, net dari pita, raket papan 10 buah, sutle kok modifikasi 10 buah, tali pita sepanjang net guna penambahan ruang di atas net, serta kapur tulis untuk memodifikasi ukuran lapangan bulutangkis.

b. Menyiapkan alat dokumentasi berupa kamera untuk mengambil

gambar yang berhubungan saat penelitian dilaksanakan baik siswa, peraga, dan petugas observasi.

c. Menyiapkan deskriptor keterampilan gerak dasar servis backhand

pendek di antaranya sikap awal, tahap pelaksanaan, gerak lanjutan berupa format penilaian untuk mengevaluasi dan mengobservasi tindakan.


(29)

42

d. Menyiapkan siswa untuk mengikuti pembelajaran Penjaskes

bermain bulutangkis.

1) Membariskan siswa menjadi empat ber-sab

2) Berdoa

3) Memberikan materi teori tujuan pembelajaran agar siswa memiliki bentuk motivasi untuk mengikuti pembelajaran.

4) Pemanasan secara umum.

Tindakan :

Waktu yang digunakan adalah 60 menit

a. Memberikan penjelasan, pengenaan model pembelajaran yang

digunakan pada siklus pertama.

b. Pada siklus pertama mengenalkan model pembelajaran

menggunakan modifikasi. Setiap lapangan digunakan oleh 10 siswa dan lapangan dibagi menjadi dua sisi, sehingga setiap sisi lapangan digunakan oleh lima siswa berhadapan dengan siswa di sisi lainnya, memodifikasi raket menjadi raket yang terbuat dari kayu/papan, shuttlecock modifikasi terbuat dari plastik yang berbentuk menyerupai shuttlecock sebenarnya, memodifikasi dan mengurangi tinggi net menjadi 130 cm dari ukuran yang

sebenarnya 155 cm, mengurangi ukuran garis servis menjadi 175 dari ukuran yang sebenarnya 198 cm, serta menambahkan ruang di atas net dengan pembatas tali pita setinggi 50 cm.


(30)

c. Memberikan contoh gerak dasar servis backhand pendek dengan menggunakan modifikasi alat.

d. Setelah memperhatikan gerakan servis backhand pendek dengan

menggunakan modifikasi alat, siswa melakukan gerak dasar servis backhand pendek yang sama menggunakan modifikasi alat secara bergantian dengan menggunakan dua sisi lapangan yang berbeda. Setiap sisi lapangan digunakan lima siswa, siswa melakukan gerakan servis backhand pendek ke arah sisi lapangan di depannya secara berulang-ulang hingga batas waktu yang ditentukan.

e. Jika waktu yang digunakan adalah 60 menit, satu sisi lapangan digunakan oleh 15 siswa dengan menggunakan 5 raket dan 5 shuttlecock secara bergantian, maka masing-masing siswa memiliki waktu kurang lebih 20 menit untuk melakukan

pengulangan servis. Setiap servis satu anak akan membutuhkan waktu kurang lebih 30 detik, maka setiap anak akan melakukan pengulangan sebanyak 40 kali. Siswa yang telah melakukan servis pindah ke baris belakang.

Observasi :

Waktu yang digunakan adalah 20 menit

Setelah tindakan dilakukan, amati, dikoreksi, diberikan waktu

pengulangan dan dinilai maka dapat diketahui presentase keberhasilan sehingga dapat disimpulkan hasil siklus I.


(31)

44

Refleksi :

a. Hasil observasi disimpulkan

b. Merencanakan tindakan untuk siklus ke II

2. Siklus II

Menggunakan modifikasi alat yang sama menambahkan kesulitan dari siklus I

Rencana :

Waktu yang digunakan adalah 10 menit

a. Menyiapkan alat-alat yang berkaitan untuk proses pembelajaran, yaitu lapangan terbuka, net dari pita, raket papan 10 buah, suttlecock modifikasi 10 buah, tali pita sepanjang net guna

penambahan ruang di atas net, serta kapur tulis untuk memodifikasi ukuran lapangan bulutangkis.

b. Menyiapkan alat dokumentasi berupa kamera untuk mengambil

gambar yang berhubungan saat penelitian dilaksanakan baik siswa, peraga, dan petugas observasi.

c. Menyiapkan siswa untuk mengikuti pembelajaran Penjaskes

bermain bulutangkis.

1) Membariskan siswa menjadi empat ber-sab


(32)

3) Memberikan materi teori tujuan pembelajaran agar siswa memiliki motivasi untuk mengikuti pembelajaran.

4) Pemanasan secara umum.

Tindakan :

Waktu yang digunakan adalah 60 menit

a. Memberikan penjelasan, tentang model pembelajaran yang

digunakan pada siklus kedua.

b. Penambahan kesulitan yaitu menambah tinggi net menjadi 140 cm

dari ukuran siklus I yaitu 130 cm, menambah ukuran garis servis dari ukuarn garis servis siklus I yaitu 185 dari ukuran yang sebenarnya 175 cm, serta menambahkan ruang di atas net dengan pembatas tali pita setinggi 40 cm.

c. Memberikan contoh gerak dasar servis backhand pendek dengan

menggunakan modifikasi alat.

d. Pembelajaran menggunakan dua sisi lapangan bulutangkis, setiap

sisi lapangan ditempati lima siswa secara berhadapan dengan lima siswa di sisi lapangan yang satunya. Dan siswa melakukan gerakan servis backhand secara bersamaan ke arah sisi lapangan di

depannya begitupun seterusya hingga waktu yang ditentukan lalu bergantian dengan 10 siswa berikutnya yang menempati ke dua sisi lapangan tersebut.


(33)

46 Observasi :

Waktu yang digunakan adalah 20 menit

Setelah tindakan dilakukan, amati, dikoreksi, diberikan waktu

pengulangan dan dinilai maka dapat diketahui presentase keberhasilan sehingga dapat disimpulkan hasil siklus II.

Refleksi :

a. Hasil observasi disimpulkan

b. Merencanakan tindakan untuk siklus ke III 3. Siklus III

Menggunakan modifikasi alat yang sama menambahkan kesulitan mendekati ukuran lapangan dan tinggi net yang sebenarnya. Rencana :

Waktu yang digunakan adalah 10 menit

a. Menyiapkan alat-alat yang berkaitan untuk proses pembelajaran, yaitu lapangan terbuka, net dari pita, raket papan 10 buah, sutle kok modifikasi 10 buah, tali pita sepanjang net guna penambahan ruang di atas net, serta kapur tulis untuk memodifikasi ukuran lapangan bulutangkis.

b. Menambah tinggi net menjadi 150 cm dari ukuran yang digunakan

pada siklus II yaitu 140 cm, menambah ukuran garis servis menjadi 195 dari ukuran yang digunakan pada siklus II yaitu 185 cm, serta


(34)

menambahkan ruang di atas net dengan pembatas tali pita setinggi 30 cm.

c. Menyiapkan alat dokumentasi berupa kamera untuk mengambil

gambar yang berhubungan saat penelitian dilaksanakan baik siswa, peraga, dan petugas observasi.

d. Menyiapkan siswa untuk mengikuti pembelajaran Penjaskes

bermain bulutangkis.

1) Membariskan siswa menjadi empat ber-sab

2) Berdoa

3) Memberikan materi teori tujuan pembelajaran agar siswa

memiliki motivasi untuk mengikuti pembelajaran.

4) Pemanasan secara umum.

Tindakan :

Waktu yang digunakan adalah 60 menit

a. Memberikan penjelasan, pengenaan model pembelajaran yang

digunakan pada siklus ketiga.

b. Memberikan contoh gerak dasar servis backhand pendek dengan

menggunakan modifikasi alat.

c. Setelah memperhatikan gerakan servis backhand pendek dengan

menggunakan modifikasi alat, siswa melakukan gerak dasar servis backhand pendek yang sama dengan cara pada siklus I dan II yaitu menggunakan modifikasi alat secara bergantian dengan


(35)

48 d. Pada siklus ke tiga, tinggi net dan jarak garis servis telah

mendekati ukuran yang sebenarnya. Saat pelaksanaan

pembelajaran masih menggunakan kedua sisi lapangan seperti halnya servis bulutangkis. Dan setiap sisi lapangan ditempati lima siswa dan berhadapan dengan lima siswa di sisi lapangan yang lain. Siswa melakukan gerakan servis secara bersamaan hingga waktu yang ditentukan.

Observasi :

Waktu yang digunakan adalah 20 menit

Setelah tindakan dilakukan, amati, dikoreksi, diberikan waktu

pengulangan dan dinilai maka dapat diketahui presentase keberhasilan sehingga dapat disimpulkan hasil siklus III.

Refleksi :

Kesimpulan dari hasil pembelajaran gerak dasar servis backhand pendek dihitung berapa persen peningkatan yang dicapai oleh siswa.

E. Instrumen Penelitian

Menurut Arikunto (2006:112) instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaan lebih mudah dan hasilnya lebih baik, sehingga mudah diolah. Keberhasilan suatu penelitian banyak ditentukan oleh instrumen yang digunakan, sebab data yang diperoleh untuk menjawab pertanyaan penelitian dan menguji instrument


(36)

tersebut. Instrument dalam penelitian ini adalah tes untuk mengetahui kemampuan subjek dalam variabel yang hendak diukur yaitu menggunakan format lembar penilaian keterampilan gerak dasar servis backhand pendek bulutangkis. Berikut contoh instrument yang digunakan dalam penelitian ini terdapat pada lampiran 9 halaman 93.

F. Teknik Analisis Data

Setelah data terkumpul dari tindakan setiap siklus, selanjutnya data dianalisis melalui tabulasi, persentase dan normative. Untuk melihat kwalitas hasil tindakan setiap siklus digunakan rumus sebagai berikut :

P =

100 %

Subagio (1991:107) dalam Surisman (1997) Keterangan :

P : Prosentase keberhasilan

f : Jumlah yang melakukan benar

n : Jumlah siswa yang mengikuti tes

Sedangkan untuk melihat tingkat efektivitas tindakan yang dilakukan dapat menggunakan rumus :

100%

X

X

-X

E

i i

n


(37)

50 Keterangan :

E : Efektivitas tindakan yang dilakukan

X n : Rerata nilai akhir siklus ketiga

X i : Rerata temuan awal

G. Indikator Keberhasilan

Keberhasilan dari tindakan ini akan dapat dilihat dari hasil tes keterampilan keseluruhan siswa, bila peningkatan keberhasilan nilai tes siswa pada siklus III mencapai 50 % dari nilai tes awal maka efektivitas pembelajaran melalui modifikasi alat pembelajaran ini dinyatakan berhasil.


(38)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pendidikan Jasmani

1. Hakekat Pendidikan Jasmani

Pendidikan Jasmani mengandung dua pengertian yaitu pendidikan untuk jasmani dan pendidikan melalui aktivitas jasmani. Pendidikan untuk jasmani mengandung pengertian bahwa jasmani merupakan tujuan akhir dari proses pendidikan dengan mengabaikan aspek yang lain, sedangkan pendidikan melalui aktivitas jasmani mengandung pengertian bahwa tujuan pendidikan dapat dicapai melalui aktivitas jasmani. Tujuan pendidikan ini umumnya menyangkut aspek kognitif, afektif, dan

psikomotor. Ketiga aspek tersebut dapat dibentuk melalui aktivitas jasmani yang berupa gerak jasmani atau olahraga.

Aktivitas jasmani harus dikelola secara sistematis, dipilih sesuai

karakteristik peserta didik, tingkat kematangan, kemampuan pertumbuhan dan perkembangan peserta didik sehingga mampu meningkatkan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.

Pendidikan Jasmani adalah suatu proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani,


(39)

9 mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan aktif, sikap sportif, dan kecerdasan emosi. Lingkungan belajar diatur secara seksama untuk meningkatkan pertumbuhan dan

perkembangan seluruh ranah, baik jasmani, psikomotor, kognitif, dan afektif setiap siswa. Pengalaman yang disajikan akan membantu siswa untuk memahami mengapa manusia bergerak dan bagaimana cara melakukan gerakan secara aman, efisien, dan efektif.

2. Pentingnya Pendidikan Jasmani

Beban belajar di sekolah begitu berat dan menekan kebebasan anak untuk bergerak. Kebutuhan anak untuk bergerak lebih leluasa tidak bisa dipenuhi karena keterbatasan waktu dan kesempatan. Lingkungan sekolah tidak menyediakan wilayah yang menarik untuk dijelajahi. Pendidikanpun lebih mengutamakan prestasi akademis. Faktor kehidupan di rumah dan

lingkungan luar sekolah ikut memberikan pengaruh pada anak. Kebiasaan yang buruk seperti anak kurang bergerak karena asyik menonton TV atau video game membuat kebugaran anak semakin menurun. Sejalan dengan itu semakin diperparah oleh pengetahuan dan kebiasaan makan yang buruk sehingga beresiko menurunkan fungsi organ (degeneratif).

Disinilah pentingnya Pendidikan Jasmani, Pendidikan Jasmani menyediakan ruang untuk belajar menjelajahi lingkungan, mencoba kegiatan yang sesuai minat anak dan menggali potensi dirinya. Melalui Pendidikan Jasmani anak-anak menemukan saluran yang tepat untuk memenuhi kebutuhannya akan gerak, menyalurkan energi yang berlebihan


(40)

agar tidak mengganggu keseimbangan perilaku dan mental anak, menanamkan dasar-dasar keterampilan yang berguna dan merangsang perkembangan yang bersifat menyeluruh, meliputi aspek fisik, mental, emosi, sosial, dan moral.

B. Pengertian Pembelajaran

Menurut Hamalik (1995) belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Belajar bukan hanya mengingat akan tetapi lebih luas dari pada itu yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu

penguasaan hasil latihan melainkan perubahan kelakuan. Sedangkan pengertian pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran.

Dari pendapat di atas belajar adalah suatu tingkah laku dalam diri seseorang berkat pengalaman dan latihan secara sadar, sehingga menimbulkan

kecakapan baru dalam diri seseorang untuk menuju kearah perbaikan. Sedangkan tingkat kemampuan siswa dalam proses pembelajaran dapat dilihat dari hasil belajarnya. Unsur-unsur dinamis dalam proses belajar menurut Hamalik (1995) adalah (1) Motivasi siswa (2) Bahan ajar (3) Alat bantu belajar (4) Suasana belajar (5) Kondisi subjek belajar.

Belajar merupakan proses yang aktif untuk memahami hal-hal baru dengan pengetahuan yang kita miliki. Dalam hal ini terjadi penyesuaian dari


(41)

11 lain, ada tahap evaluasi terhadap informasi yang didapat, apakah pengetahuan yang kita miliki masih relevan atau kita harus memperbarui pengetahuan kita sesuai dengan perkembangan zaman.

Sebagaimana dikatakan bahwa belajar pada dasarnya adalah suatu proses perubahan manusia. Proses belajar berarti cara-cara atau langkah-langkah khusus dengan beberapa perubahan yang ditimbulkan hingga tercapai tujuan tertentu. Dalam pengertian tersebut tahapan perubahan dapat diartikan

sepadan dengan proses. Jadi proses belajar adalah tahapan perubahan perilaku kognitif, afektif dan psikomotor yang terjadi dalam diri siswa. Perubahan tersebut bersifat positif dalam arti berorientasi ke arah yang lebih maju dari pada keadaan sebelumnya. Dalam uraian tersebut digambarkan bahwa belajar adalah aktifitas yang berproses menuju pada satu perubahan dan terjadi melalui tahapan-tahapan tertentu.

Ada banyak bentuk-bentuk perubahan yang terdapat dalam diri manusia yang ditentukan oleh kemampuan dan kemauan belajarnya sehingga peradaban manusia itupun tergantung dari bagaimana manusia belajar. Belajar juga memainkan peranan penting dalam mempertahankan sekelompok umat manusia di tengah persaingan yang semakin ketat dengan bangsa-bangsa lain yang lebih dahulu maju karena belajar.

Kemajuan hasil belajar bidang pengetahuan dan teknologi tinggi digunakan untuk membuat senjata pemusnah sesama manusia. Jadi belajar di samping membawa manfaat namun dapat juga menjadi mudarat. Meskipun ada dampak negatif dari hasil belajar namun kegiatan belajar memiliki arti


(42)

penting yaitu dengan belajar seseorang dapat mempertahankan dirinya untuk tetap bertahan hidup dari segala macam gangguan baik yang datang dari dalam dirinya maupun juga yang datang dari luar dirinya.

Sedangkan pengertian mengajar menurut Hamalik (2003) adalah kegiatan membimbing kegiatan belajar dan kegiatan mengajar hanya bermakna bila terjadi kegiatan belajar siswa. Menurut Husdarta dan Saputra (2002)

mengajar merupakan suatu proses yang kompleks, guru tidak hanya sekedar menyampaikan informasi kepada siswa saja tetapi juga guru harus berusaha agar siswa mau belajar. Karena mengajar sebagai upaya yang disengaja, maka guru terlebih dahulu harus mempersiapkan bahan yang akan disajikan kepada siswa.

Dalam pengertian luas, belajar dapat diartikan sebagai kegiatan psikofisik menuju ke perkembangan pribadi seutuhnya. Kemudian dalam arti sempit, belajar dimaksudkan sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya. Relevan dengan ini maka ada pengertian bahwa belajar adalah “ penambahan pengetahuan “.

C. Permainan Bulutangkis

Permianan ini berasal dari india yang terkenal dengan nama Poona, namun permainan ini tidak berkembang di India dan para perwira perang Inggris membawa bulutangkis ini ke Inggris dan untuk pertama kalinya dimainkan secara resmi di kota Badminton tempat kediaman Duke of Beaufort. Pada


(43)

13 tahun 1934 didirikan IBF (Internasional Badminton Federation). Ketika itu yang menjadi anggota hanya beberapa negara yakni inggris, denmark,

perancis, irlandia, netherland, selandia baru, dan wales. Sedangkan ketua IBF yang terpilih adalah Sir George Thomas dari Inggris.

Tahun 1949 diadakan pertandingan beregu putera untuk memperebutkan piala dari Sir George Thomas yang kemudian terkenal dengan nama Thomas Cup. Dan pada tahun 1957 diadakan pertandingan beregu putri untuk

memperebutkan piala yang diberikan dari Ny. Betty Uber yang terkenal dengan nama Uber Cup. Thomas cup dan Uber cup dilaksanakan 3 tahun sekali. Di Indonesia permainan bulu tangkis ini baru dibentuk pada tangal 5 Mei 1951 dengan terbentuknya PBSI (Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia). dan pada tahun 1968 Indonesia untuk pertama kalinya menjadi juara dunia tunggal putra melalui Rudi Hartono.

Permianan bulutangkis merupakan permainan yang menggunakan sebuah raket dan shuttlecocks yang dipukul melewati net. Permainan bulu tangkis dapat dimainkan oleh putra dan putri, dengan bentuk permainan: tunggal putra, tunggal putri, ganda putra, ganda putri, dan ganda campuran. Setiap partai terdiri dari 3 set tetapi bila pemain menang dua set langsung, maka set yang ketiga tidak dilanjutkan.

1. Kemampuan Dasar Bulutangkis

Dalam memainkan permainan bulutangkis pemain bulutangkis diharuskan menguasai beberapa kemampuan dasar dalam permainan bulutangkis yang


(44)

dapat menunjang kemampuan bermain bulutangkis. Berikut beberapa kemampuan dasar dalam permainan bulutangkis.

a. Cara Memegang Raket (Grip)

Bulutangkis dikenal sebagai permainan yang banyak menggunakan pergelangan tangan. Karena itu, benar tidaknya cara memegang raket akan sangat menentukan kualitas pukulan seseorang. Salah satu gerak dasar bulutangkis yang sangat penting dikuasai secara benar adalah pegangan raket. Menguasai cara pegangan raket yang betul,

merupakan modal penting untuk dapat bermain bulutangkis dengan baik pula. Oleh karena itu, apabila cara pegangan raket salah dari sejak awal, sulit sekali meningkatkan kualitas permainan. Pegangan raket yang benar adalah dasar untuk mengembangkan dan meningkatkan semua jenis pukulan dalam permainan bulutangkis. Cara pegangan raket yang benar adalah raket harus dipegang dengan menggunakan jari-jari tangan (ruas jari tangan) dengan luwes, rileks, namun harus tetap bertenaga pada saat memukul shutlecock. Hindari memegang raket dengan cara menggunakan telapak tangan (seperti memegang golok).


(45)

15 b. Jenis Pegangan Raket

Pada dasarnya, dikenal beberapa cara pegangan raket. Menurut Marta Dinata (2006:2) hanya dua bentuk pegangan yang sering digunakan dalam praktek, yaitu cara memegang raket forehand dan backhand. Semua jenis pukulan dalam bulutangkis dilakukan dengan kedua jenis pegangan ini. Dua macam cara memegang raket di atas, pada kenyataannya digunakan secara bergantian sesuai situasi dan kondisi permainan. Untuk tahap awal para pemula biasanya diajarkan cara memegang forehand terlebih dahulu, kemudian baru backhand. Pegangan raket yang benar, dan memanfaatkan tenaga pergelangan tangan pada saat memukul shuttlecock, dapat

meningkatkan mutu pukulan dan mempercepat laju jalannya shutlecock. 1. Pegangan Raket Forehand

a) Pegang raket dengan tangan kiri, kepala raket menyamping. Pegang raket dengan cara seperti "jabat tangan". Bentuk "V" tangan diletakkan pada bagian gagang raket.

b) Tiga jari, yaitu jari tengan, manis dan kelingking menggenggam raket, sedangkan jari telunjuk agak terpisah.

c) Letakkan ibu jari diantara tiga jari dan telunjuk. 2. Pegangan Raket Backhand

Untuk backhand grip, geser "V" tangan ke arah dalam. Letaknya di samping dalam. Bantalan jempol berada pada pegangan raket yang lebar.


(46)

c. Sikap Berdiri dan Gerakan Kaki 1) Sikap Berdiri

Sikap dan posisi berdiri di lapangan harus sedemikian rupa, sehingga dengan sikap yang baik dan sempurna itu, dapat secara cepat bergerak ke segala penjuru lapangan permainan.

Adapun gambaran posisi sikap dasar siap dapat diperjelas sebagai berikut : a) Kedua kaki dibuka dengan jarak yang tidak terlalu lebar dan juga

tidak terlalu rapat, cukup apabila kedua kaki telah dirasakan mampu menopang tubuh secara kokoh dan mampu bergerak kesegala arah. Berdasarkan mekanika gerak bahwa gerak yang paling cepat didapat dari posisi dimana seluruh telapak kaki berinjak diatas lantai denga lutut agak dibengkokkan.

b) Badan sedikit agak dibungkukkan, juga pada pinggang dan lutut sambil kedua mata terarah pada shuttlecock, sikap ini diusahakan sedemikian rupa sehingga menimbulkan sikap siap menerkam kemanapun shuttlecock berada.

c) Posisi raket hendaknya tepat di depan dada dalam keadaan ke atas atau sedikit miring ke kiri. Menjulurkan raket ke bawah dalam posisi ini hanya akan memperlambat reaksi gerakan.

d) Pandangan kedua mata selalu tertuju ke arah shuttlecock yang berada dalam permainan.


(47)

17 e) Gambar berikut akan memperjelas posisi dan sikap dasar siap yang

telah diuraikan di atas.

Gambar 1.

Posisi Sikap Berdiri Siap Dasar dalam Bulutangkis Adopsi Tisnowati Tamat dan Moekarto Morwan(2003 : 7.154)

2) Gerakan Kaki (Footwork)

Sikap dan langkah kaki yang benar dalam permainan bulutangkis, sangat penting dikuasai secara benar oleh setiap pemain. Ini sebagai syarat untuk meningkatkan kualitas ketrampilan memukul shutlecock.

Beberapa faktor yang harus diperhatikan:

a) Senantiasa berdiri dengan sikap dan posisi yang tepat di atas Iapangan.


(48)

b) Lakukan gerak Iangkah ke depan, ke belakang, ke samping kanan dan kiri pada saat memukul shutlecock, sambil tetap

memperhatikan keseimbangan tubuh.

c) Gerak Iangkah sambil meluncur cepat, sangat efektif sebagai upaya untuk memukul shutlecock.

d) Hindari berdiri dengan telapak kaki di lantai (bertapak) pada saat menunggu datangnya shutlecock, atau pada saat bergerak untuk memukul shutlecock.

d. Jenis-Jenis Pukulan 1) Servis

Menurut James Pole (2007:21) pukulan servis merupakan pukulan pertama yang mengawali suatu permainan bulutangkis. Pukulan ini boleh

dilakukan baik dengan forehand maupun dengan backhand. Pukulan servis dengan forehand banyak digunakan dalam permainan tunggal, sedangkan pukulan servis backhand umumnya digunakan dalam permainan ganda. Meskipun demikian, mengingat semakin berkembangnya permainan menyerang dengan smash-smash tajam yang bahkan dapat dilakukan dengan sempurna dari daerah belakang oleh beberapa pemain handal, saat ini banyak pula pemain tunggal yang melancarkan pukulan servis dengan backhand yang rendah dan pendek.

Menurut peraturan, ketika pukulan servis dilakukan, shuttlecock tidak boleh melebihi pinggang pemain yang sedang melakukan servis. Selain


(49)

19 itu, bidang kepala raket juga tidak boleh lebih tinggi dari tangan yang memegang raket.

2) Pengembalian Servis

Cara pengembalian servis, sangat penting dikuasai dengan benar oleh setiap pemain bulutangkis. Arahkan shuttlecock ke daerah sisi kanan dan kiri lapangan lawan atau ke sudut depan atau belakang lapangan lawan. Prinsipnya, dengan penempatan shuttlecock yang tepat, lawan akan bergerak untuk memukul shuttlecock itu, sehingga ia terpaksa meninggalkan posisi strategisnya di titik tengah lapangannya. 3) Underhand (pukulan dari bawah)

Umumnya, cara berdiri pada semua pukulan underhand (dengan

pengecualian pada pengembalian pukulan smash) ialah dengan kaki kanan di depan. Hal ini memungkinkan untuk dapat menjangkau lebih jauh apabila diperlukan. Selain itu, cara berdiri seperti itu juga memberikan fleksibilitas yang tinggi dalam membuat pukulan menyeberangi lapangan (secara diagonal). Bidang raket harus sejajar lantai dengan pergelangan tangan teracung, dan shuttlecock dipukul setelah ia mencapai ketinggian sama dengan jaring atau net (James Pole, 2007:42).

4) Overhead clear/lob

Pusatkan perhatian lebih untuk menguasai pukulan overhead lob ini, karena teknik pukulan lob ini banyak kesamaannya dengan pukulan smesh


(50)

dan dropshort. Pukulan overhead lob adalah shuttlecock yang dipukul dari atas kepala, posisinya biasanya dari belakang lapangan dan diarahkan keatas pada bagian belakang lapangan.

5) Smash

Yaitu pukulan overhead (atas) yang diarahkan ke bawah dan dilakukan dengan tenaga penuh. Pukulan ini identik sebagai pukulan menyerang. Karena itu tujuan utamanya untuk mematikan lawan. Pukulan smash adalah bentuk pukulan keras yang sering digunakan dalam permainan bulutangkis. Karakteristik pukulan ini adalah keras, laju jalannya shuttlecock cepat menuju lantai lapangan, sehingga pukulan ini

membutuhkan aspek kekuatan otot tungkai, bahu, lengan, dan fleksibilitas pergelangan tangan serta koordinasi gerak tubuh yang harmonis.

6) Dropshot

Adalah pukulan yang dilakukan seperti smash. Perbedaannya pada posisi raket saat perkenaan dengan shuttlecock. Bola dipukul dengan dorongan dan sentuhan yang halus. Dropshot (pukulan potong) yang baik adalah apabila jatuhnya bola dekat dengan net dan tidak melewati garis ganda. Karakteristik pukulan potong ini adalah shuttlecock sentiasa jatuh dekat jaring di daerah lapangan lawan. Oleh karena itu harus mampu melakukan pukulan yang sempurna dengan berbagai sikap dan posisi badan dari sudut-sudut lapangan permainan. Faktor pegangan raket, gerak kaki yang


(51)

21 cepat, posisi badan dan proses perpindahan berat badan yang harmonis pada saat memukul merupakan faktor penentu keberhasilan pukulan ini. Sikap persiapan awal dan gerak memukul tidak berbeda dengan pukulan smes. Dalam pelaksanaan pukulan potong ini adalah menempatkan

shuttlecock pada sudut-sudut lapangan lawan sedekat mungkin dengan net, dengan variasi gerak tipu badan dan raket sebelum perkenaan raket dan shuttlecock, yang menyebabkan lawan terlambat mengatisipasi dan bereaksi atas datangnya shuttlecock secara mendadak.

7) Netting

Adalah pukulan yang dilakukan dekat net, diarahkan sedekat mungkin ke net, dipukul dengan sentuhan tenaga halus sekali. Pukulan netting yang baik yaitu apabila bolanya dipukul halus dan melintir tipis dekat sekali dengan net.

8) Drive

Pukulan drive merupakan pukulan menyamping yang keras dan datar, yang dianggap sebagai pukulan menyerang. Pukulan drive dapat

dimainkan baik pada posisi backhand ataupun forehand dan lebih sering dipakai dalam permainan ganda daripada permainan tunggal. Titik persentuhan raket dengan shuttlecock umumnya berada pada ketinggian antara bahu dan pinggang, tetapi selalu dilakukan pada posisi shuttlecock setinggi mungkin. Bila dilakukan dengan tepat, maka arah layang


(52)

Shuttlecock dipukul dari arah sisi tubuh pemain dengan arah layang raket datar. Tangan terentang lurus dan bidang raket mengarah ke jaring. Gunakan cara pukulan forehand untuk pukulan forehand drive dan cara pegangan backhand untuk pukulan backhand drive (James Pole, 2007:55). 2. Gerak Dasar Servis Backhand Pendek

Menurut Sutono (2008:23) persiapan untuk melakukan servis pendek sama dengan servis panjang. Salah satunya pengecualian adalah seorang pemain harus berdiri lebih dekat ke garis servis pendek, kira-kira dalam jarak 6 inci (15 cm atau kurang). Tangan yang memegang raket harus berada dalam posisi backhand, dengan tangan dan pergelangan tangan yang menekuk. Saat pemain melepaskan shuttlecock, pindahkan berat badan dari kaki belakang ke kaki depan dan tarik tangan ke bawah untuk melakukan kontak dengan shuttleock di bawah ketinggian pinggang. Namun, saat tangan yang memegang raket maju ke arah depan, gerakan pergelangan tangan hanya sedikit atau bahkan tidak bergerak sama sekali karena shuttlecock didorong melewati net bukannya dipukul, gerakan akhirnya pendek dengan raket mengarah ke atas dan lurus dengan servis. Jenis servis ini pada umumnya, arah dan jatuhnya shuttlecock sedekat mungkin dengan garis serang pemain lawan. Dan shuttlecock sedapat mungkin melayang retatif dekat di atas jaring (net). Oleh karena itu, jenis servis ini kerap digunakan oleh pemain ganda. Selain jenis servis, saat melakukan servis harus memperhatikan cara pegangan raket karena berbeda dalam cara memegang atau pegangan raket dapat mempengaruhi


(53)

23 kualitas pukulan-pukulan dalam permainan bulutangkis termasuk pukulan servis.

Gambar 2.

Cara Memegang Raket Backhand

Adopsi Marta Dinata dan Tarigan Herman (2005:2)

a. Pegang raket dengan tangan kiri, kepala raket menyamping. Pegang grip raket dengan tangan kanan dengan cara seperti "jabat tangan". Bentuk "V" tangan diletakkan pada bagian gagang raket agak ke dalam.

b. Tiga jari, yaitu jari tengan, manis dan kelingking menggenggam raket, sedangkan jari telunjuk agak terpisah.

c. Letakkan ibu jari pada pegangan raket yang lebar.

Pembelajaran servis backhand diawali dengan pegangan raket karena pegangan raket juga mempengaruhi kualitas pukulan pada saat bermain bulutangkis.


(54)

Gambar. 3 Servis Backhand

Adopsi Marta Dinata dan Tarigan Herman (2005:10)

a. Sikap berdiri adalah kaki kanan di depan kaki kiri, dengan ujung kaki kanan mengarah ke sasaran yang diinginkan. Kedua kaki terbuka selebar pinggul, lutut dibengkokkan, sehingga dengan sikap seperti ini, titik berat badan berada di antara kedua kaki. Jangan lupa, sikap badan tetap rileks dan penuh konsentrasi.

b. Ayunan raket relatif pendek, sehingga shuttlecock hanya didorong dengan bantuan peralihan berat badan dari belakang ke kaki depan, dengan irama gerak kontinu dan harmonis. Hindari menggunakan tenaga pergelangan tangan yang berlebihan, karena akan

mempengaruhi arah dan akurasi pukulan

c. Sebelum melakukan servis, perhatikan posisi dan sikap berdiri lawan, sehingga dapat mengarahkan shuttlecock ke sasaran yang tepat dan sesuai perkiraan.


(55)

25 d. Biasakan berlatih dengan jumlah shuttlecock yang banyak dan

berulang-ulang tanpa mengenal rasa bosan, sampai dapat menguasai gerakan dan ketrampilan servis ini dengan utuh dan baik/sempurna. Selain itu, perlu diperhatikan adanya peraturan dalam melakukan servis bulutangkis. Berikut aturan bagaimana melakukan servis yang salah dan benar.

1). Servis yang Salah :

a) Pada saat memukul shuttlecock, kepala (daun) raket lebih tinggi atau sejajar dengan grip raket.

b) Titik perkenaan shuttlecock, kepala (daun) raket lebih tinggi dari pinggang.

c) Posisi kaki menginjak garis tengah atau depan. d) Kaki kiri melakukan langkah.

e) Kaki kanan melangkah sebelum shuttlecock dipukul.

f) Rangkaian mengayun raket dan memukul shuttlecock tidak boleh terputus.

2). Servis yang Benar :

a) Pada saat memukul shuttlecock, tigngi kepala (daun) raket harus berada di bawah pegangan raket.

b) Perkanaan shuttlecock harus berada di bawah pinggang. c) Kaki kiri statis.


(56)

e) Rangkaian mengayun raket, harus dalam satu rangkaian.

3. Kunci Keberhasilan Servis Pendek Backhand

Fese persiapan Fase pelaksanaan Fase follow-through

a. Grip handshake atau pastol

b. Pasisi berdiri lurus c. Bola dipegang

pada setinggi pinggang d. Tumpukan berat

badan pada kedua kaki

e. Tangan yang memegang raket pada pasisi backswing f. Pergelangan

tangan ditekukkan

1. Pindahkan berat badan pada bagian depan telapak kaki atau pada ujung jari-jari kaki 2. Gunakan sedikit

gerakan pergelangan tangan atau tidak sama sekali

3. Lakukan kontak pada ketinggian paha 4. Shuttlecock didorong 5. Shuttlecock bergerak

rendah di atas net

1. Akhiri gerakan dengan raket mengarah ke atas dalam garis lurus dengan gerakan shuttlecock 2. Silangkan raket

diatas bagian depan bahu tangan yang memegang raket 3. Putar pinggul dan

bahu dan akhiri gerakan dengan kedua tangan di atas

Adopsi Tony Grace(2007:28)

4. Peralatan Permainan Bulutangkis

a) Lapangan

Gambar 4. Lapangan Bulutangkis Adopsi Sutono (2008 : 12)


(57)

27

Lapangan bulutangkis memiliki panjang 13,41m, dan lebar 6,10m. Untuk permainan bulutangkis single atau permainan tunggang lapangan yang dipakai hanya bagian yang memiliki lebar 5,18m dan panjang 13,41m seperti tampak pada gambar diatas.

b) Raket

Gambar 5. Raket Bulutangkis Adopsi Sutono (2008 : 12)

Dalam peraturan permainan bulutangkis memang tidak disebutkan adanya persyaratan khusus tentang panjang dan berat raket. Akan tetapi umumnya panjang raket 66,04 cm, sedangkan berat raket antara 106,31 sampai dengan 155,92 gram.

c) Shutlecock

Gambar 6. Shuttlecock


(58)

Bola atau shuttlecock umumnya terbuat dari bulu angsa, shuttlecock mempunyai berat antara 4,73 sampai dengan 5,50 gram, dan mempunyai 14 sampai dengan 16 buah bulu yang ditancapkan ke dalam gabus yang bergaris tengan 25 sampai dengan 28 mm.

d) Net

Gambar 7. Net Bulutangkis

Jarring atau net terbuat dari tali halus atau serat buatan yang berwarna gelap, besar lobang jaring dengan jarak 15 sampai 20 mm, jarring harus direntangkan dengan kokoh antara tiang satu dengan tiang lainya yang berada membelah ditengah lapangan. Lebar net adalah 75 cm, dan memiliki tinggi 155 cm. Jaring harus diberi pinggiran kain atau pita selebar 75 mm.

5. Modifikasi

a) Pengertian modifikasi

Di dalam kamus bahasa Indonesia modifikasi adalah”pengubahan”dan berasal dari kata “ubah” yang berarti “lain atau beda” mengubah dapat diartikan dengan “menjadikan lain dari yang sebelumya” sedangkan dari arti pengubahan adalah “proses,perubahan atau cara mengubah”, kemudian


(59)

29 mengubah dapat juga diartikan pembaruan, tidak mengherankan bahwa pada mulanya dalam pembaruan berpokok pada metode mengajar, bukan karena mengajar itu penting melainkan mengajar itu bermaksud

menimbulkan efek belajar pada siswa yang bertujuan untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Modifikasi merupakan salah satu usaha yang dilakukan oleh para guru agar pembelajaran mencerminkan Development Appropriativ Practice (DAP) artinya tugas ajar yang diberikan harus memperhatikan perubahan kemampuan anak dan dapat membantu mendorong perubahan tersebut. Dengan demikian tugas ajar tersebut harus sesuai dengan tingkat perkembangan siswa yang sedang berkembang.

Midifikasi adalah menganalisa sekaligus mengembangkan materi pelajaran dengan cara mengikut sertakan dalam bentuk aktifitas belajar yang

potensial dapat memperlancar siswa dalam belajar. Cara ini dimaksudkan untuk menuntun, mengarahkan dan membelajarkan siswa dari yang tadinya tidak biasa menjadi biasa, dari tingkat yang tadinya rendah menjadi memiliki tingkat yang lebih tinggi.

Menurut Yoyo Bahagia dan Adang Suherman (2000:1) “modifikasi adalah menganalisa sekaligus mengembangkan meteri pelajaran dalam bentuk aktivitas belajar yang potensial dalam memperlancar siswa dalam belajarnya”. Sedangkan Soepraptono (2000:38) menyatakan bahwa “ modifikasi adalah pendekatan yang didesain dan disesuaikan dengan


(60)

kondisi kelas yang menekankan kepada kegembiraan dan pengayaan pembendaharaan gerak agar sukses dalam mengembangkan keterampilan”. Modifikasi pembelajaran dapat dikaitkan dengan kondisi lingkungan pembelajaran. Modifikasi lingkungan pembelajaran itu dapat

diklasifikasikan berupa perlatan. Guru dapat mengurangi atau menambah tingkat kompleksitas atau kesulitan dengan cara memodifikasi peralatan yang digunakan misalnya berat-ringannya, besar-kecilnya, tinggi- rendahnya, panjang- pendeknya peralatan yang digunakan. Modifikasi diartikan perubahan dari lama menjadi baru. Perubahan ini dapat berupa bentuk, isi, fungsi, cara penggunaan, dan manfaat tanpa sepenuhnya menghilangkan kreatifitas aslinya.

Dalam pendidikan jasmani dan kesehatan pembelajaran sama sekali tidak sepenuhnya merupakan isi kurikulum yang telah ditetapkan, justru dengan ,menerapkan modifikasi alat proses pembelajaran pendidikan jasmani dan kesehatan dapat diterapkan secara efektif, dan dapat menimbulkan suasana senang dan gembira selama siswa melakukan proses pembelajaran

pendidikan jasmani.

Ada beberapa nilai dari tujuan modifikasi dan bermain :

1) Dapat memudahkan untuk mempelajari suatu keterampilan tertentu 2) Membantu kecakapan bermain

3) Mengurangi ketegangan sehingga siswa merasa senang dan gembira


(61)

31 4) Menjamin memasukan aspek yang dipraktikkan dalam bagian awal

pengajaran

5) Mendorong lebih banyak melakukan aktivitas

6) Memberikan lebih banyak kesempatan untuk berhasil dalam prilaku tertentu

7) Meberikan suasana bermain yang baik

8) Memberikan kesempatan untuk mengambil keputusan untuk memecahkan masalah dalam bermain dan menggunakan alat (Rusli Lutan, (2000:16)

Dari definisi di atas dapat kita simpulkan dengan dimodifikasinya alat pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah-sekolah bila efektivitas dapat berjalan dengan baik maka hasil yang diharapkan juga akan lebih baik. b) Modifikasi Alat Pembelajaran

Modifikasi pembelajaran dapat diketahui dengan materi yang dipelajari. Modifikasi materi menurut Yoyo Bahagia dan Adang Suherman (2000:4-6) dapat diklasifikasikan ke dalam klasifikasi, yaitu :

1) Komponen Keterampilan (skill)

Materi pembelajaran dalam kurikulum pada dasarnya merupakan keterampilan-keterampilan yang akan dipelajari oleh siswa tersebut dengancara mengurangi atau menambah tingkat komplektifitas dan kesulitannya. Misalnya dengan cara menganalisa dan membagi keterampilan keseluruhan ke dalam komponen-komponen, kemudian melatih per komponen sebelum melakukan latihan keseluruhan. 2) Klasifikasi Materi

Guru dapat memodifikasi materi pembelajaran dengan cara

mengurangi dan menambahkan tingkat kesulitan dan kompleksitas materi pelajaran berdasarkan klasifikasi keterampilannya, yaitu : close skill pada lingkungan yang berbeda, open skill dan keterampilan permainan.


(62)

3) Jumlah Skill

Guru dapat mengurangi atau menambah tingkat kompleksitas dan kesulitan tugas ajar dengan cara mengkombinasikan gerakan atau keterampilan. Cara ini lebih nampak dalam situasi permainan, misalnya dalam permainan bola basket, siswa hanya diperbolehkan lari, lompat, drible, shooting.

4) Perluasan jumlah perbedaan respon

Cara seperti itu dimaksudkan untuk mendorong terjadinya transfer on learning. Perluasan aktivitas belajarnya berkisar di antara aktivitas yang bertujuan untuk membantu siswa mendefinisikan konsep sampai pada macam-macam aktivitas yang memiliki konsep dasar yang sama. 5) Modifikasi lingkungan pembelajaran

Modifikasi pembelajaran dapai dikaitkan dengan kondisi lingkungan pembelajarannya. Menurut Yoyo dan Anang Suherman ( 2000 : 7-8 ) modifikasi, yaitu :

a) Peralatan

Guru dapat mmemberikan alternative alat yang di pergunakan untuk dapat meningkatkan keterampilaan siswa, dengan cara pemberian mulai dari alat yang sederhana sampai dengan penggunaan alat yang sebenarnya.

b) Metode

Guru dapat memberikan metode alternative yang dapat

dipergunakan untuk meningkatkan keterampilan siswa, dengan penyesuaian kondisi buku yang seharusnya kepada kondisi yang dapat memungkinkan siswa melaksanakkannya dengan baik.

Dalam penelitian ini modifikasi alat yang digunakan antara lain :

a. Raket : Raket terbuat dari papan kayu yang memiliki bentuk dan ukuran menyerupai raket sebenarnya, namun berat raket modifikasi ini lebih berat dibandingkan raket sebenarnya.

Gambar 8. Raket modifikasi


(63)

33

b. Net : Net terbuat dari tali pita dan diberi kertas pada tali sehingga nampak batas tinggi net yang dimodifikasi.

c. Shuttlecock : Shuttlecock terbuat dari plastik yang berbentuk seperti menyerupai shuttlecock sebenarnya. Nampak seperti dalam gambar.

Gambar 9. Shuttlecock modifikasi

d. Lapangan : Dalam penelitian ini ukuran lapangan juga dimodifikasi yaitu ukuran garis servis bulutangkis yang lebih pendek dari ukuran sebenarnya yaitu 1,98 m, dalam setiap siklus ukuran garis servis berbeda-beda.

c) Tujuan Modifikasi

Menurut Yoyo Bahagia dan Adang Suherman ( 2000 ) “ Modifikasi pembelajaran dapat dikaitkan dengan tujuan yang paling rendah sampai dengan tujuan yang paling tinggi”. Modifikasi tujuan materi ini dapat dilakukan dengan cara membagi tujuan materi ke dalam tiga komponen, yakni : tujuan perluasan, tujuan penghalusan, dan tujuan penerapan.


(64)

1) Tujuan Perluasan

Tujuan penerapan maksudnya adalah tujuan pembelajaran yang lebih menekankan pada perolehan pengetahuan dan kemampuan melakukan bentuk atau wujud keterampilan yang dipelajarinya tanpa

memperhatikan aspek efisiensi dan efektivitas. Misalnya : siswa mengetahui dan dapat memberikan contoh servis dalam bulutangkis. Dalam contoh, ini tujuan lebih banyak menekankan agar siswa mengetahui esensi servis bulutangkis melalui peragaan. Dalam kasus ini, peragaan tidak terlalu mempermasalahkan apakah servis itu sudah dilakukan secara efektif, efisien atau belum.

2) Tujuan penghalusan

Tujuan penghalusan maksudnya adalah tujuan pembelajaran yang lebih menekankan pada pengetahuan dan kemampuan melakukan efisiensi gerak atau keterampilan yang dipelajarinya.

3) Tujuan penerapan

Tujuan penerapan maksudnya adalah tujuan pembelajaran yang lebih menekankan pada perolehan pengetahuan dan kemampuan melakukan efektifitas gerak atau keterampilan yang dipelajarinya.

6. Arah dan formasi dalam variasi melakukan servis pendek

Terdapat dua pendapat tentang arah dan formasi dalam melakukan servis backhand pendek.


(65)

35 Pelaksanaan servis backhand pendek menurut Icuk Sugiarto (2004) :

a. Berdirilah kira-kira 10 cm dari garis servis pendek.

b. Letak kaki kanan di depan sedangkan titik berat badan ditempatkan pada kaki kanan tersebut.

c. Shuttlecock dipegang dengan tangan kiri (tidak kidal) sejajar dengan pusar.

d. Kepala raket ditempatkan di bawah tangan kiri di belakang bola. e. Pandangan diarahkan pada shuttlecock, daerah sasaran dan melirik

posisi lawan.

f. Lakukan pukulan dengan penuh keyakinan.

Gambar 10.

Adopsi Icuk Sugiarto (2004:34)

Pedoman keberhasilan melakukan servis backhand pendek menurut Tony Grace (2007) :

a. Kaki direnggangkan sejajar. b. Pegang shuttlecock di depan raket.


(66)

c. Shuttlecock dipukul pada ketinggian pinggul.

Gambar 11.

Adopsi Tony Grice (2007:36)

D. Kerangka Pikir

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas, besar kemungkinan apabila siswa menguasai gerak dasar servis backhand pendek pada materi bulutangkis maka pembelajaran permainan bulutangkis akan menjadi lebih baik. Di dalam kurikulum khususnya pada mata pelajaran pendidikan jasmani, permainan bulutangkis adalah satu meteri yang harus disampaikan atau diajarkan kepada siswa, namun pada kenyataanya meskipun materi bulutangkis telah

disampaikan oleh guru pendidikan jasmani, masih banyak yang kurang menguasai gerak dasar servis bulutangkis.

Sejalan dengan beberapa hal tersebut, maka penelitian ini menganalisa tentang efektivitas pembelajran gerak dasar servis backhand pendek bulutangkis melalui modifikasi alat. Teknik dasar bulutangkis yang diajarkan secara efektif, diharapkan akan lebih dapat dikuasai oleh siswa sehingga pada


(67)

37 akhirnya prestasi belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan jasmani

khususnya pada gerak dasar servis bulutangkis juga lebih baik pula.

E. Hipotesis

Hipotesis yang telah diajukan sebelumnya (usul penelitian) oleh penelitiini secara umum adalah ” Jika melalui modifikasi alat, maka pembelajaran keterampilan gerak dasar servis backhand pendek bulutangkis pada siswa kelas VIII D di SMP Negeri 1 Natar Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2011/2012, dapat ditingkatkan”, setelah diberikan tindakan penelitian, yakni :

a. Pembelajaran menggunakan modifikasi net yang direndahkan dan lapangan yang diperkecil, ternyata pembelajaran keterampilan gerak dasar servis backhand pendek bulutangkis di kelas VIII C SMP Negeri 1 Natar tahun pelajaran 2011/2012, dapat ditingkatkan.

b. Pembelajaran melalui modifikasi raket yang terbuat dari papan dan shuttlecock yang terbuat dari plastik yang berisi kertas dan busa yang berekor bulu ayam, ternyata efektifitas pembelajaran gerak dasar servis backhand pendek bulutangkis di kelas VIII C SMP Negeri 1 Natar tahun pelajaran 2011/2012, dapat ditingkatkan.


(68)

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, kesimpulan dalam penelitian ini adalah : 1. Dengan menggunakan modifikasi alat pembelajaran raket dan shuttlecock

modifikasi, net yang direndahkan menjadi 130 cm, garis servis yang diperpendek menjadi 175 cm, serta memasang tali pita di atas net setinggi 50 cm, dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran dengan tingkat efektivitas 12,85 % dan memperbaiki kemampuan servis backhand pendek pada siswa kelas VIII D di SMP Negeri 1 Natar.

2. Dengan menggunakan modifikasi alat pembelajaran raket dan shuttlecock modifikasi, net yang direndahkan menjadi 140 cm, garis servis yang diperpendek menjadi 185 cm, serta memasang tali pita di atas net setinggi 40 cm, dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran dengan tingkat efektivitas 21,29 % dan memperbaiki kemampuan servis backhand pendek pada siswa kelas VIII D di SMP Negeri 1 Natar.

3. Dengan menggunakan modifikasi alat pembelajaran raket dan shuttlecock modifikasi, net yang direndahkan menjadi 150 cm, garis servis yang diperpendek menjadi 195 cm, serta memasang tali pita di atas net setinggi 30 cm, dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran dengan tingkat


(69)

70 efektivitas 52,95 % dan memperbaiki kemampuan servis backhand pendek pada siswa kelas VIII D di SMP Negeri 1 Natar.

B. Saran

Melalui penelitian ini penulis menyampaikan saran sebagai berikut : 1. Guru hendaknya meningkatkan kreaktivitas dalam memodifikasi alat

pembelajaran bulutangkis.

2. Siswa harus dilatih dengan menggunakan berbagai alat bantu

pembelajaran bulutangkis untuk lebih meningkatkan kemampuannya dalam melakukan gerak dasar servis backhand pendek, dalam hal ini dapat menggunakan modifikasi shuttlecock dan raket papan serta menambah alat bantu berupa modifikasi net yang direndahkan, lapangan yang dperkecil dan penambahan tali rintangan di atas net.

3. Pada penelitian pembelajaran servis backhand pendek bulutangkis masih belum tercapai ketuntasan belajar sebesar 100 % atau semua siswa belum mencapai ketuntasan belajar, hal ini dapat diteliti kembali guna

menentukan tindakan yang lebih tepat dan menarik agar dapat meningkatkan penguasaan keterampilan gerak dasar servis backhand pendek bulutangkis.


(70)

Daftar Pustaka

Arikunto, Suharsimi. 1991. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Prosedur Peneliti; Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi. PT Rineka Cipta. Jakarta.

Bahagia Yoyo dan Suherman Adang. 2000. Prinsip-prinsip Pengembangan dan Modifikasi Cabang Olahraga. Jakarta : Depdiknas Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah.

Grice Tony. 2007. Bulutangkis. Jakarta : Sterseo Success

Hamalik, Oemar. 1995. 2003. Strategi Belajar Mengajar. Proses Belajar Mengajar.PT. Bumi Aksara. Jakarta.

Lutan Rusli dan Suherman Agung. 2000. Perencanaan Pembelajaran Penjaskes.

Jakarta : Depdikbud

Marta Dinata dan Herman Tarigan. 2005. Bulutangkis 2. Jakarta : Cerdas Jaya

Nurhasan. 2001. Tes dan Pengukuran dalam Pendidikan Jasmani. Jakarta : Direktorat Jenderal Olahraga.

Poole, James. 2007. 2008. Belajar Bulutangkis. Bandung : Pionir Jaya.

Roji. 2006. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Jakarta : Erlangga. Soepartono. 2000. Sarana dan Prasarana Olahraga. Jakarta : Depdiknas Dirjen

Pendidikan Dasar dan Menengah.

Subardjah, Herman. 2000. 2001. Bulutangkis. Pendekatan Keterampilan Taktis Dalam Pembelajaran Bulutangkis. Jakarta : Direktorat Jenderal Olahraga.

Sugiarto Icuk. 2004. Total Badminton. Solo : CV Setyaki Eka Anugerah

Sumarno. 1997. Pedoman Pelaksanaan Penelitan Tindakan Kelas. Jakarta : Dirjen Dikti, Depdikbud.


(71)

72 Surisman. 1997. Penilaian Hasil Pembelajaran. Bandar Lampung : Universitas

Lampung.

Sutono. 2008. Bermain Bulutangkis. Semarang : CV Aneka Ilmu

Suyatna, Agus. 2009. Modul 02 Model Pembelajaran Paikem. Bandar Lampung : Universitas Lampung.

Tamat Tisnowati dan Mirman Moekarto. 2003. Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Jakarta : Universitas Terbuka.


(1)

c. Shuttlecock dipukul pada ketinggian pinggul.

Gambar 11.

Adopsi Tony Grice (2007:36) D. Kerangka Pikir

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas, besar kemungkinan apabila siswa menguasai gerak dasar servis backhand pendek pada materi bulutangkis maka pembelajaran permainan bulutangkis akan menjadi lebih baik. Di dalam kurikulum khususnya pada mata pelajaran pendidikan jasmani, permainan bulutangkis adalah satu meteri yang harus disampaikan atau diajarkan kepada siswa, namun pada kenyataanya meskipun materi bulutangkis telah

disampaikan oleh guru pendidikan jasmani, masih banyak yang kurang menguasai gerak dasar servis bulutangkis.

Sejalan dengan beberapa hal tersebut, maka penelitian ini menganalisa tentang efektivitas pembelajran gerak dasar servis backhand pendek bulutangkis melalui modifikasi alat. Teknik dasar bulutangkis yang diajarkan secara efektif, diharapkan akan lebih dapat dikuasai oleh siswa sehingga pada


(2)

E. Hipotesis

Hipotesis yang telah diajukan sebelumnya (usul penelitian) oleh peneliti ini secara umum adalah ” Jika melalui modifikasi alat, maka pembelajaran keterampilan gerak dasar servis backhand pendek bulutangkis pada siswa kelas VIII D di SMP Negeri 1 Natar Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2011/2012, dapat ditingkatkan”, setelah diberikan tindakan penelitian, yakni :

a. Pembelajaran menggunakan modifikasi net yang direndahkan dan lapangan yang diperkecil, ternyata pembelajaran keterampilan gerak dasar servis backhand pendek bulutangkis di kelas VIII C SMP Negeri 1 Natar tahun pelajaran 2011/2012, dapat ditingkatkan.

b. Pembelajaran melalui modifikasi raket yang terbuat dari papan dan shuttlecock yang terbuat dari plastik yang berisi kertas dan busa yang berekor bulu ayam, ternyata efektifitas pembelajaran gerak dasar servis backhand pendek bulutangkis di kelas VIII C SMP Negeri 1 Natar tahun pelajaran 2011/2012, dapat ditingkatkan.


(3)

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, kesimpulan dalam penelitian ini adalah :

1. Dengan menggunakan modifikasi alat pembelajaran raket dan shuttlecock modifikasi, net yang direndahkan menjadi 130 cm, garis servis yang diperpendek menjadi 175 cm, serta memasang tali pita di atas net setinggi 50 cm, dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran dengan tingkat efektivitas 12,85 % dan memperbaiki kemampuan servis backhand pendek pada siswa kelas VIII D di SMP Negeri 1 Natar.

2. Dengan menggunakan modifikasi alat pembelajaran raket dan shuttlecock modifikasi, net yang direndahkan menjadi 140 cm, garis servis yang diperpendek menjadi 185 cm, serta memasang tali pita di atas net setinggi 40 cm, dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran dengan tingkat efektivitas 21,29 % dan memperbaiki kemampuan servis backhand pendek pada siswa kelas VIII D di SMP Negeri 1 Natar.

3. Dengan menggunakan modifikasi alat pembelajaran raket dan shuttlecock modifikasi, net yang direndahkan menjadi 150 cm, garis servis yang diperpendek menjadi 195 cm, serta memasang tali pita di atas net setinggi 30 cm, dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran dengan tingkat


(4)

B. Saran

Melalui penelitian ini penulis menyampaikan saran sebagai berikut : 1. Guru hendaknya meningkatkan kreaktivitas dalam memodifikasi alat

pembelajaran bulutangkis.

2. Siswa harus dilatih dengan menggunakan berbagai alat bantu

pembelajaran bulutangkis untuk lebih meningkatkan kemampuannya dalam melakukan gerak dasar servis backhand pendek, dalam hal ini dapat menggunakan modifikasi shuttlecock dan raket papan serta menambah alat bantu berupa modifikasi net yang direndahkan, lapangan yang dperkecil dan penambahan tali rintangan di atas net.

3. Pada penelitian pembelajaran servis backhand pendek bulutangkis masih belum tercapai ketuntasan belajar sebesar 100 % atau semua siswa belum mencapai ketuntasan belajar, hal ini dapat diteliti kembali guna

menentukan tindakan yang lebih tepat dan menarik agar dapat meningkatkan penguasaan keterampilan gerak dasar servis backhand pendek bulutangkis.


(5)

Daftar Pustaka

Arikunto, Suharsimi. 1991. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Prosedur Peneliti; Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi. PT Rineka Cipta. Jakarta.

Bahagia Yoyo dan Suherman Adang. 2000. Prinsip-prinsip Pengembangan dan Modifikasi Cabang Olahraga. Jakarta : Depdiknas Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah.

Grice Tony. 2007. Bulutangkis. Jakarta : Sterseo Success

Hamalik, Oemar. 1995. 2003. Strategi Belajar Mengajar. Proses Belajar Mengajar.PT. Bumi Aksara. Jakarta.

Lutan Rusli dan Suherman Agung. 2000. Perencanaan Pembelajaran Penjaskes. Jakarta : Depdikbud

Marta Dinata dan Herman Tarigan. 2005. Bulutangkis 2. Jakarta : Cerdas Jaya Nurhasan. 2001. Tes dan Pengukuran dalam Pendidikan Jasmani. Jakarta :

Direktorat Jenderal Olahraga.

Poole, James. 2007. 2008. Belajar Bulutangkis. Bandung : Pionir Jaya.

Roji. 2006. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Jakarta : Erlangga. Soepartono. 2000. Sarana dan Prasarana Olahraga. Jakarta : Depdiknas Dirjen

Pendidikan Dasar dan Menengah.

Subardjah, Herman. 2000. 2001. Bulutangkis. Pendekatan Keterampilan Taktis Dalam Pembelajaran Bulutangkis. Jakarta : Direktorat Jenderal Olahraga.

Sugiarto Icuk. 2004. Total Badminton. Solo : CV Setyaki Eka Anugerah

Sumarno. 1997. Pedoman Pelaksanaan Penelitan Tindakan Kelas. Jakarta : Dirjen Dikti, Depdikbud.


(6)

Suyatna, Agus. 2009. Modul 02 Model Pembelajaran Paikem. Bandar Lampung : Universitas Lampung.

Tamat Tisnowati dan Mirman Moekarto. 2003. Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Jakarta : Universitas Terbuka.


Dokumen yang terkait

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN GERAK DASARLEMPAR LEMBINGDENGAN MENGGUNAKAN MODIFIKASI ALAT PEMBELAJARAN PADA SISWA KELAS VIII.2 DI SMP NEGERI 14 BANDAR LAMPUNG T.P. 2011/2012

0 6 53

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN GERAK DASAR SERVIS BACKHAND PENDEK MELALUI MODIFIKASI ALAT DALAM PERMAINAN BULUTANGKIS PADA SISWA KELAS VIII D DI SMP NEGERI 1 NATAR TAHUN AJARAN 2011/2012

1 56 71

UPAYA MENINGKATKAN PEMBELAJARAN GERAK DASAR BACKHAND DALAM BULUTANGKIS DENGAN MODIFIKASI ALAT PADA SISWA KELAS VIII D SMP N 5 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

3 9 71

EFEKTIVITAS GERAK DASAR PASSING BAWAH DENGAN MODIFIKASI ALAT PADA SISWA KELAS IVA SD NEGERI 2 SUKAJAWA BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2011/2012

2 16 61

UPAYA MENINGKATKAN GERAK DASAR SERVIS PANJANG FOREHAND DALAM BERMAIN BULUTANGKIS MELALUI ALAT MODIFIKASI PADA SISWA KELAS IV DI SD NEGERI 1 SUMUR PUTRI BANDAR LAMPUNG

1 12 27

UPAYA MENINGKATKAN PEMBELAJARAN GERAK DASAR BACKHAND DALAM BULUTANGKIS MELALUI MODIFIKASI ALAT PADA SISWA KELAS V SUKAMAJU PUGUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 21 17

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PUKULAN GERAK DASAR SERVIS FOREHAND BULUTANGKIS MELALUI MODEL BERPASANGAN PADA SISWA KELAS VI SD NEGERI 1 SUKOHARUM PRINGSEWU TAHUN AJARAN 2011/2012

2 47 56

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PUKULAN GERAK DASAR SERVIS BACKHAND BULUTANGKIS MELALUI MODEL BERPASANGAN PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 1 SINARWAYA PRINGSEWU TAHUN AJARAN 2011/2012

1 14 55

MELALUI MODIFIKASI ALAT DAPAT MENINGKATKAN GERAK DASAR SERVIS BACKHAND TENISMEJA PADA SISWA KELAS V SDN TALANG SEPUH TALANG PADANG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

1 11 54

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN GERAK DASAR SERVIS BAWAH DALAM BERMAIN BOLAVOLI DENGAN MODIFIKASI ALAT PADA SISWA KELAS IV SDN 2 FAJAR BARU TAHUN AJARAN 2011/2012

1 5 55