PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PENGUASAAN KONSEP HIDROKARBON
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PENGUASAAN
KONSEP HIDROKARBON
(PTK Pada siswa kelas X1 SMA Gajah Mada Bandar Lampung TP 2010-2011)
(Skripsi)
Oleh
IRNA TRISNANIFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2012
(2)
ABSTRAK
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT
UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PENGUASAAN KONSEP HIDROKARBON
(PTK pada siswa kelas X1 SMA Gajah Mada Bandar Lampung TP 2010-2011)
Oleh IRNA TRISNANI
Berdasarkan dokumentasi dan observasi, diperoleh informasi bahwa Kriteria ke-tuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah adalah 100% siswa telah men-capai nilai ≥64. Nilai rata-rata pengusaan konsep siswa kelas X1 SMA Gajah Mada Bandar Lampung TP 2009-2010 pada materi hidrokarbon adalah 58. Siswa yang mendapat nilai ≥ 64 hanya mencapai 48,5%. Aktivitas siswa yang relevan dalam pembelajaran (on task) masih rendah. Salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas dan penguasaan konsep pada materi tersebut adalah pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT).
Tujuan penelitian ini adalah meningkatan setiap jenis aktivitas belajar siswa, penguasaan konsep, dan ketuntasan belajar siswa pada materi pokok hidrokarbon dengan menerapkan model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT). Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang terdiri dari 3 siklus. Data yang digunakan adalah data kualitatif berupa data aktivitas on task siswa dan data
(3)
Irna Trisnani
kuantitatif berupa data penguasaan konsep dan ketuntasan belajar siswa yang di-ambil setiap akhir siklus.
.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan persentase (1) setiap jenis aktivitas on task, dari siklus I ke II dan dari siklus II ke III berturut-turut adalah aktif dalam memberikan pendapat12,5% dan 6,95%, diskusi kelompok 18,06% dan 16,67%, bertanya kepada guru 9,72% dan 13,89%, menjawab per-tanyaan 9,72% dan 8,33%, (2) rata-rata penguasaan konsep dari siklus I ke II sebesar 7,48% dan siklus II ke III sebesar 8,11%, (3) ketuntasan belajar siswa dari siklus I ke II sebesar 19,45% dan siklus II ke III sebesar 11,11%.
Kata kunci: pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT); aktivitas on task; penguasaan konsep, hidrokarbon
(4)
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PENGUASAAN
KONSEP HIDROKARBON
(PTK Pada siswa kelas X1 SMA Gajah Mada Bandar Lampung TP 2010-2011)
Oleh
IRNA TRISNANI Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Jurusan Pendidikan MIPA
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2012
(5)
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Dra. Ila Rosilawati, M.Si. ______________
Sekretaris : Emawaty Sofya, S. Si, M. Si. ______________
Penguji
Bukan Pembimbing : Dra. Chansyanah Diawati, M.Si ______________
2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dr. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315198503 1 003
(6)
Judul Skripsi : PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PENGUASAAN KONSEP HIDROKARBON (PTK Pada Siswa Kelas X1 SMA Gajah Mada Bandar Lampung TP 2010-2011)
Nama Mahasiswa : IRNA TRISNANI Nomor Pokok Mahasiswa : 0543023017 Program Studi : Pendidikan Kimia Jurusan : Pendidikan MIPA
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
MENYETUJUI
1. Komisi PembimbingDra. Ila Rosilawati, M.Si. Emawaty Sofya, S. Si, M. Si. NIP 196507171990032001 NIP 197108191999032001
2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA
Dr. Caswita, M.Si.
(7)
PERNYATAAN SKRIPSI MAHASISWA
Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Irna Trisnani NPM : 0543023017 Program Studi : Pendidikan Kimia Jurusan/Fakultas : Pendidikan MIPA/KIP
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi tidak terdapat karya yang telah di ajukan memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.
Bandar Lampung, Yang menyatakan,
Irna Trisnani NPM 0543023017
(8)
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Natar pada tanggal 15 Juni 1988. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Tugianto, A.Md. dan Ibu Neo Wati Purwaningsih.
Penulis menyelesaikan pendidikan formal di TK Dharma Wanita PTP N VII Rejosari pada Tahun 1993, Sekolah Dasar Negeri 3 Negara Ratu pada Tahun 1999, kemudian di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 1 Natar Lampung Selatan pada tahun 2002, dan Sekolah Menengah Umun Negeri 1 Natar Lampung Selatan pada tahun 2005.
Pada tahun 2005 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia, Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung. Pada tahun 2007 penulis mengikuti Kuliah Kerja
Lapangan (KKL) ke Gunung Madu Plantations (GMP). Pada tahun 2010 penulis mengikuti Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Gajah Mada Bandar Lampung.
(9)
MOTTO
“SUCCESS NEVER COMES TO THE INDOLENCE”
yang berarti sukses
tidak pernah datang kepada orang yang malas
(Sigit Daryanto)
“
Tiada Sesuatu yang Menarik, Jika kita tidak Belajar untuk Tertarik
”
(Suyadi)
“
Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi
bangkit
kembali setiap kali kita jatuh”
(Confusius)
“Saya datang, saya bimbingan, saya ujian, saya revisi dan saya menang!”
(10)
PERSEMBAHAN
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan limpahan rahmat dan
kasih sayang-Nya. Dengan kerendahan hati kupersembahkan
lembaran-lembaran sederhana ini kepada:
Bapak dan ibu tercinta
yang tak pernah lelah senantiasa membimbing, dan mendoakan setiap waktu untuk keberhasilan ananda dunia dan akhirat. Ananda mohon maaf jika telah banyak
menge-cewakan bapak dan mamak. Jasa kalian takkan mungkin dapat ananda balas walau sampai akhir hayat. Semoga kelak ananda dapat membahagiakan dan membuat kalian
bangga telah melahirkanku.
Adikku tersayang
Irfan Darmawan yang senantiasa memberikan dukungan, doa dan selalu menjadi motivasiku. Semoga teteh bisa menjadi panutan yang baik untukmu.
Sahabat-sahabatku
doa, perhatian, dan kebersamaan yang telah kalian terjalin selama ini adalah suatu hal yang sangat berarti bagiku. Seorang sahabat adalah suatu sumber kebahagiaan
dikala kita merasa tidak bahagia.
(11)
SANWACANA
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat ALLAH SWT, karena atas rahmat dan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ―Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Penguasaan Konsep Kimia Siswa Pada Materi Hidrokarbon (PTK pada Siswa Kelas X1 SMA Gajah Mada Bandar Lampung)”.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa kemampuan dan pengetahuan penulis ter-batas, maka adanya bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak sangat mem-bantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis me-ngucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung. 2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA
3. Ibu Dra. Nina Kadaritna, M. Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia.
4. Ibu Dra. Ila Rosilawati, M.Si. selaku Pembimbing I atas kesedian, keikhlasan, motivasi dan kesabarannya dalam memberikan bimbingan, saran, dan kritik dalam proses penyusunan skripsi ini.
5. Ibu Emawaty Sofya, S. Si, M. Si., selaku Pembimbing II atas kesedian, keikhlasan, motivasi dan kesabarannya dalam memberikan bimbingan, saran, dan kritik dalam proses penyusunan skripsi ini.
(12)
iii 7. Ibu Dr. Noor Fadiawati, M.Si., selaku Pembimbing Akademik yang telah
memberikan bimbingan dan saran selama berkuliah di Universitas Lampung. 8. Seluruh Dosen dan staf di Jurusan PMIPA Universitas Lampung.
9. Bapak Drs. Tugiman Elfian, selaku Kepala Sekolah SMA Gajah Mada Bandar Lampung.
10.Bapak Muhammad Ali, S.Pd, selaku guru mitra yang sudah bersedia membim-bing dan membantu selama penelitian dan pengambilan data.
11.Seluruh guru, staf dan siswa kelas X1 SMA Gajah Mada Bandar Lampung
yang sudah bekerjasama dan membantu selama proses penelitian berlangsung. 12.Sahabat-sahabat terbaikku: Tien, Rashinta, Sari, Lia, Herlina, Desmi, dan Tia
atas perhatian dan kebersamaan kita hingga saat ini. Semoga kebersamaan ini akan terjaga hingga ke surga-Nya.
13.Teman-teman program studi P. Kimia’05: Yunis, Ani, Iyas, Dian, Saudah, Fitri, Lia, Mb Septi, Chintia, Media, Friska, Putri, Anti, Mita, Arista, Anita, Pina, Ade, Feru, Joni, Arif, dan Dwi H, atas semangat dan dukungan serta persahabatan yang telah terjalin selama ini.
14. Rekan-rekan PPL SMA Gajah Mada Bandar Lampung: Miswanti, Alvia, Puteri, Triyana, Eka, Mela, Kiki, dan Wiwit atas nuansa kebersamaan yang kalian berikan selama PPL dan sampai saat ini.
15. Kakak dan adik-adik tingkatku tidak bisa penulis sebutkan satu persatu atas keceriaan, dukungan, semangatnya.
(13)
iv Semoga Allah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, serta berkenan membalas semua budi baik yang diberikan kepada penulis dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua, Amin.
Bandar Lampung, 2012 Penulis,
(14)
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR ... vii
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 6
E. Ruang Lingkup Penelitian ... 7
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme ... 9
B. Pembelajaran Kooperatif ………. 10
C. Model Pembelajaran Teams Games Tournament ... 14
D. Aktivitas Belajar ... 18
E. Penguasaan Konsep ... 20
F. Lembar Kerja Siswa ... 22
G. Hidrokarbon ……… 24
III. METODE PENELITIAN A. Setting Penelitian ... 29
(15)
v
B. Data Penelitian ... 29
1. Jenis Data ... 29
2. Teknik Pengumpulan Data ... 30
3. Instrumen Penelitian ... 31
4. Prosedur Penelitian ... 31
C. Indikator Keberhasilan ... 48
D. Analisis Data ………... 49
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. ... Hasil Penelitian ... 52
B. Pembahasan ... 57
IV. SIMPULAN DAN SARAN A. ... Simp ulan ………. 80
B. ... Saran ……… 81
DAFTAR PUSTAKA ... 82
LAMPIRAN 1. Silabus ... 85
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 88
3. Lembar Kerja Siswa ... 153
4. Kisi-kisi Soal Tes Formatif ... 208
5. Soal Tes formatif ... 214
6. Kunci Jawaban Tes Formatif ... 218
7. Lembar Observasi Aktivitas On Task siswa ... 224
8. Lembar Observasi Kinerja Guru ... 230
9. Daftar Kelompok Kooperatif dan Turnamen ……… 242
10.Data Hasil Penguasaan Konsep Dan Ketuntasan Belajar ... 243
11.Data Perolehan Penghargaan Kelompok ... 246
12.Perhitungan Data Hasil Penelitian ... 249
13.Hubungan aktivitas on task dengan penguasaan konsep hidrokarbon ... 257
(16)
(17)
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Enam Fase Dalam Model Pembelajaran Kooperatif ... 13
2. Perhitungan Poin Permainan Untuk Empat Pemain ... 17
3. Kriteria Penghargaan Kelompok ... 18
4. Rata-Rata Persentase Tiap Jenis Aktivitas On Task Pada Tiap Siklus Dan Peningkatan Rata-Rata Persentasenya ... 53
5. Rata-Rata Nilai Penguasaan Konsep Siswa ... 54
6. Persentase ketuntasan belajar siswa ... 56
7. Kisi-Kisi Soal Tes Formatif ... 208
8. Kunci Jawaban Tes Formatif ... 218
9. Lembar Observasi Aktivitas On Task Siswa ... 224
10.Lembar Observasi Kinerja Guru ... 230
11.Daftar Kelompok Kooperatif Dan Turnamen ... 242
12.Data Hasil Penguasaan Konsep Dan Ketuntasan Belajar Siswa ... 243
13.Data perolehan penghargaan kelompok ... 246
(18)
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Penempatan Anggota Kelompok Di Meja Pertandingan ………….. 16
2. Diagram Penelitian Tindakan Kelas ... 48
3. Grafik Persentase Tiap Jenis Aktivitas On Task Siswa ... 53
4. Grafik Persentase Peningkatan Aktivitas On Task Siswa ... 54
5. Grafik rata-rata penguasaan konsep... 55
6. Grafik Peningkatan persentase penguasaan konsep ………. 55
7. Grafik persentase ketuntasan belajar siswa ……….. 56
(19)
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sains merupakan ilmu yang berkaitan dengan cara mencari tahu dan memahami tentang alam. Salah satu bidang sains adalah ilmu kimia, yang terdiri dari banyak konsep, hukum, dan azas, dari yang sederhana sampai yang kompleks. Oleh sebab itu, pembelajaran kimia harus diupayakan untuk dapat membekali siswa dengan suatu pengalaman dan kemampuan berfikir tingkat tinggi yang sangat berguna untuk menyelesaikan masalah-masalah dalam kehidupannya sehari-hari.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru bidang studi kimia di SMA Gajah Mada Bandar Lampung, diperoleh informasi bahwa Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan di SMA tersebut yaitu 100% siswa mencapai nilai ≥ 64. Nilai rata-rata penguasaan konsep siswa kelas X1 SMA Gajah Mada Bandar
Lampung pada materi pokok hidrokarbon tahun pelajaran 2009/2010 yaitu 58. Siswa yang mendapat nilai ≥ 64 hanya men-capai 48,5%. Rendahnya nilai rata-rata tersebut menunjukkan bahwa konsep yang diberikan masih belum dapat dikuasai dan dipahami oleh siswa dengan baik.
Berdasarkan observasi yang dilakukan di kelas X1 SMA Gajah Mada Bandar
(20)
elektrolit, aktivitas siswa yang dominan dalam pembelajaran adalah mendengar-kan dan mencatat penjelasan dari guru. Aktivitas yang relevan dalam pembelajar-an (on task) seperti mengemukakan pendapat, diskusi kelompok, bertanya kepada guru, dan mengemukakan pendapat masih kurang terlihat. Selama proses pem-belajaran, hanya beberapa siswa, itupun siswa yang berkemampuan akademik tinggi saja yang terlihat aktif dalam bertanya dan menanggapi pertanyaan dari guru. Sementara beberapa siswa lainnya tidak memperhatikan dan cenderung melakukan aktivitas diluar konteks pembelajaran (off task) seperti bermain
handphone, mengobrol, mengganggu teman dan keluar masuk kelas.
Rendahnya penguasaan konsep dan aktivitas on task siswa tersebut diduga di-sebabkan oleh metode pembelajaran yang digunakan dominan menggunakan metode ceramah, tanya jawab, dan latihan soal demi mengejar ketuntasan materi pelajaran. Informasi lain yang diperoleh yaitu metode praktikum yang jarang dilakukan, hal ini disebabkan karena fasilitas laboratorium IPA terutama alat dan bahan kimia masih kurang memadai. Bila dilakukan praktikum, siswa juga tidak diberikan LKS melainkan hanya mengandalkan prosedur percobaan yang telah tersedia di dalam buku pelajaran. Hal ini menyebabkan pembelajaran menjadi monoton sehingga tidak jarang siswa merasa jenuh dan kurang termotivasi untuk belajar kimia. Selain itu proses pembelajaran yang demikian membuat siswa kurang dibekali dengan prinsip-prinsip sains.
Beberapa kompetensi dasar yang harus dicapai siswa SMA kelas X semester genap adalah (1) mendeskripsikan kekhasan atom karbon dalam membentuk senyawa hidrokarbon, (2) menggolongkan senyawa hidrokarbon berdasarkan
(21)
3
strukturnya serta hubungannya dengan sifat senyawa. Untuk mencapai kompeten-si dasar tersebut, maka kompeten-siswa dibelajarkan materi hidrokarbon yang proses pem-belajarannya dilakukan praktikum. Dengan melakukan suatu demonstrasi, mem-buat beberapa kelompok yang heterogen sehingga, memungkinkan semua siswa aktif berdiskusi dan siswa tidak hanya cenderung menghafal semua materi yang telah diajarkan, tetapi siswa dapat lebih memahami konsep hidrokarbon serta dapat menerapkannya dengan menyelesaikan soal-soal yang berkaitan.
Guru perlu menciptakan suasana belajar yang dapat menumbuhkan sikap bekerja sama antara siswa yang satu dengan yang lainnya. Selain itu, alur proses belajar tidak harus berasal dari guru menuju siswa, sesama siswa atau teman sebaya juga bisa saling bertukar pikiran. Dalam hal ini guru hanya bertindak sebagai motiva-tor, dan fasilitator. Agar siswa dapat aktif berdiskusi dan berfikir untuk menemu-kan konsep secara bersama-sama maka dibentuklah kelompok-kelompok kecil yang anggotanya terdiri dari 4-5 orang. Pembentukan kelompok ini terdiri dari siswa-siswa dengan tingkat akademik yang heterogen, agar siswa yang memiliki kemampuan akademik yang lebih tinggi dapat bekerja sama dan membantu siswa lain yang memiliki kemampuan akademik lebih rendah. Model pembelajaran yang dapat mendukung terciptanya suasana belajar seperti itu salah satunya adalah dengan pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif adalah sistem pem-belajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja satu sama lain. Pembelajaran dengan model kooperatif menciptakan kondisi lingkungan di dalam kelas yang saling mendukung dalam kelompok kecil.
(22)
Salah satu model pembelajaran yang dapat melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, dan peran siswa sebagai tutor sebaya yang mengandung unsur permainan dan reinforcement dalam pembelajaran dikelas, diterapkanlah model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT).
Tipe pembelajaran ini memberi kesempatan pada siswa untuk saling berdiskusi dalam struktur tugas, saling membagikan ide-ide dan menimbang jawaban yang paling tepat. Melalui pembelajaran kooperatif dengan tipe TGT diharapkan siswa akan dapat : (1) meningkatkan keberanian siswa untuk mengemukakan pendapat, menanggapi pendapat temannya, dan mempertahankan pendapatnya dalam diskusi kelompok, (2) terlatih untuk berkompetisi dalam turnamen, (3) terpacu untuk menunujukkan kemampuannya selama proses pembelajaran, dan (4) memotivasi aktivitas individu masing-masing siswa untuk meningkatkan aktivitas dan penguasaan konsep dalam proses pembelajaran dengan adanya pengakuan atau penghargaan yang diberikan oleh guru. Melalui pembelajaran dengan menerap-kan tipe TGT ini, diharapkan siswa dapat termotivasi untuk belajar memahami materi hidrokarbon, tidak hanya menerima, mendengar dan mengingat saja tetapi dilatih untuk mengoptimalkan kemampuannya dalam menyerap pengetahuan yang diperoleh. Selain itu diharapkan minat dalam mempelajari konsep-konsep
hidrokarbon akan meningkat yang pada akhirnya pemahaman siswa juga meningkat, sehingga hasil belajar pun tercapai lebih optimal.
Penelitian yang mengkaji penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT juga telah dilaporkan. Beberapa hasil penelitian terdahulu diantaranya hasil penelitian
(23)
5
yang dilakukan oleh Handayani, (2010) yang mengimplementasikan model
pembelajaran Teams Games Tournament terhadap siswa kelas X5 SMAN 4 Bandar Lampung tahun pelajaran 2009-2010 pada materi pokok Larutan Elektrolit dan Redoks melaporkan bahwa aktivitas dan penguasaan konsep meningkat. Selain itu, hasil penelitian Isparwati, (2010) pada siswa kelas X.C SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung pada materi pokok Larutan Elektrolit dan Redoks juga
menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.
Berdasarkan uraian di atas, maka akan dilakukan penelitian dengan judul
―Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar dan Penguasaan Konsep Pada Materi Pokok Hidrokarbon (PTK Siswa Kelas X1 SMA Gajah Mada Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2010-2011)”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimanakah pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan aktivitas on task pada materi hidrokarbon dari siklus ke siklus?
2. Bagaimanakah pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan penguasaan konsep materi hidrokarbon dari siklus ke siklus?
3. Bagaimanakah pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan persentase yang mencukupi KKM pada materi hidrokarbon dari siklus ke siklus?
(24)
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah mendeskripsi-kan:
1. Peningkatan aktivitas belajar pada materi hidrokarbon menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TGT dari siklus ke siklus.
2. Peningkatan penguasaan konsep pada materi hidrokarbon menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TGT dari siklus ke siklus.
3. Peningkatan ketuntasan belajar siswa pada materi hidrokarbon menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TGT dari siklus ke siklus.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat hasil penelitian ini yaitu: 1) Bagi siswa
Melalui pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran TGT ini mempermudah siswa untuk menemukan konsep hidrokarbon, sehingga pengetahuan yang didapat lebih lama diingat.
2) Bagi peneliti dan guru mitra
Memberi pengalaman secara langsung bagi peneliti dan masukan kepada guru mitra dalam kegiatan-kegiatan pembelajaran kimia dengan menerapkan model pembelajaran TGT sebagai alternatif bentuk pembelajaran kimia pada materi pokok hidrokarbon dalam meningkatkan penguasaan konsep kimia siswa sehingga indikator pembelajaran dapat tercapai.
(25)
7
3) Bagi sekolah
Melalui penerapan model pembelajaran TGT ini diharapkan dapat meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah:
1. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X1 semester genap SMA Gajah Mada Bandar Lampung tahun pelajaram 2010-2011, yang berjumlah 36 siswa terdiri dari 17 siswa laki-laki dan 19 siswa perempuan.
2. Pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah tipe pembelajaran dengan cara membagi siswa dalam suatu kelas menjadi kelompok-kelompok yang terdiri dari 4-6 orang secara heterogen baik kemampuan akademik maupun jenis kelaminnya. Pada akhir pembelajaran diadakan games untuk memastikan seluruh anggota kelompok menguasai materi atau tidak setelah itu diberikan suatu penghargaan untuk kelompok terbaik.
3. Aktivitas adalah kegiatan yang dilakukan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Aktivitas yang diamati adalah perilaku siswa yang relevan dengan pembelajaran (on task) yaitu :
a. Mengemukakan pendapat.
Keaktifan siswa untuk memberikan pendapat atau menanggapi jawaban terhadap sebuah permasalahan atau pertanyaan ketika diskusi kelas. b. Diskusi kelompok.
Keaktifan siswa untuk bertanya kepada teman, memberikan pendapat, dan memberikan sanggahan pada saat melakukan diskusi kelompok.
(26)
c. Bertanya kepada guru.
Keaktifan siswa untuk mengajukan pertanyaan kepada guru selama proses pembelajaran berlangsung.
d. Menjawab pertanyaan dari guru
Keaktifan siswa untuk menjawab pertanyaan yang diajukan guru pada saat awal pembelajaran, dalam diskusi kelas, dan di akhir pembelajaran. 4. Penguasaan konsep adalah kemampuan menguasai materi hidrokarbon yang
diukur melalui tes penguasaan konsep pada setiap akhir siklus.
5. Media pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah Lembar kerja Siswa (LKS), dan kartu-kartu soal pada Tournament. LKS disusun secara kronologis yang mengarahkan siswa untuk mengkonstruksi konsep
(27)
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pembelajaran Konstruktivisme
Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekan-kan bahwa pengetahuan kita merupamenekan-kan hasil konstruksi (bentumenekan-kan) kita sendiri”. Konstruktivisme menurut Von Glasersfeld (1989) dalam Pannen, Mustafa, dan Sekarwinahyu (2001):
Konstruktivisme juga menyatakan bahwa semua pengetahuan yang kita peroleh adalah hasil konstruksi sendiri, maka sangat kecil kemungkinan adanya transfer pengetahuan dari seseorang kepada yang lain
Menurut Von Glasersfeld (1989) dalam Pannen, Mustafa, dan Sekarwinahyu (2001), agar siswa mampu mengkonstruksi pengetahuan, maka diperlukan:
1.Kemampuan siswa untuk mengingat dan mengungkapkan kembali
pengalaman. Kemampuan untuk mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman sangat penting karena pengetahuan dibentuk berdasarkan interaksi individu siswa dengan pengalaman-pengalaman tersebut. 2. Kemampuan siswa untuk membandingkan, dan mengambil keputusan
mengenai persamaan dan perbedaan suatu hal. Kemampuan
membandingkan sangat penting agar siswa mampu menarik sifat yang lebih umum dari pengalaman-pengalaman khusus serta melihat kesamaan dan perbedaannya untuk selanjutnya membuat klasifikasi dan mengkonstruksi pengetahuannya.
3. Kemampuan siswa untuk lebih menyukai pengalaman yang satu dari yang lain (selective conscience). Melalui ―suka dan tidak suka” inilah muncul
penilaian siswa terhadap pengalaman, dan menjadi landasan bagi pembentukan pengetahuannya.
(28)
Menurut Trianto (2007) setiap orang membangun pengetahuannya sendiri, se-hingga transfer pengetahuan akan sangat mustahil terjadi. Pengetahuan bukanlah suatu barang yang dapat ditransfer dari orang yang mempunyai pengetahuan ke-pada orang yang belum mempunyai pengetahuan. Bahkan, bila seorang guru bermaksud mentransfer konsep, ide, dan pengertiannya kepada siswa, pemindahan itu harus diinterpretasikan dan dikonstruksikan oleh siswa itu lewat
pengalamannya.
Prinsip-prinsip konstruktivisme menurut Suparno (1997), antara lain: 1. pengetahuan dibangun oleh siswa secara aktif;
2. tekanan dalam proses belajar terletak pada siswa; 3. mengajar adalah membantu siswa belajar;
4. tekanan dalam proses belajar lebih pada proses bukan pada hasil akhir; 5. kurikulum menekankan partisipasi siswa;
6. guru adalah fasilitator.
B. Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada strategi pembelajaran, siswa dituntut bekerjasama dalam kelompok-kelompok kecil untuk menolong satu sama lainnya dalam memahami suatu pelajaran,
memeriksa dan memperbaiki jawaban teman, serta kegiatan lainnya dengan tujuan mencapai prestasi belajar yang tinggi (Lie, 2003).
Menurut Artzt dan Newman yang dikutip As’ari (2003):
Pembelajaran kooperatifmerupakan suatu pendekatan dimana para siswa dikelompokan ke dalam kelompok-kelompok kecil untuk memecahkan suatu masalah, menyelesaikan suatu tugas atau mencapai tujuan bersama.
(29)
11
Menurut Roger dan David johnson dalam Lie, (2008) tidak semua kerja kelompok bisa dianggap kooperatif learning. Untuk mencapai hasil yang maksimal, maka harus diterapkan lima unsur model pembelajara kooperatif, yaitu:
1. Saling ketergantungan positif.
Keberhasilan kelompok sangat tergantung pada usaha setiap anggotanya untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, tugas harus disusun oleh setiap anggota kelompok yang memiliki tugas masing-masing dan harus menyelesaikan tugasnya sendiri, agar tujuan kelompok tercapai. Dalam pembelajaran kooperatif , siswa yang memiliki kemampuan berfikir rendah akan terpacu untuk memberikan sumbangan kepada teman sekelompoknya maka tujuan kelompok tercapai.
2. Tanggung jawab perseorangan
Dalam pembelajaran kooperatif, pada saat seorang pengajar akan melaksanakan kegiatan belajar mengajar tidak boleh tanpa persiapan. Seorang tenaga pengajar harus mengarahkan tugas dari masing–masing anggota kelompok dan bertanggung jawab menyelesaikan tugas
kelompoknya. 3. Tatap muka
Dalam pembelajaran kelompok setiap anggota diberi kesempatan untuk berdiskusi dan bertatap muka, sehingga untuk memperoleh kesimpulan tidak berasal dari satu siswa namun dari hasil pemikiran beberapa siswa. Dari proses yang demikian mereka dapat memperoleh hasil yang
maksimal karena berasal dari beberapa pendapat tidak dari satu pendapat saja. Selain itu, dari masing-masing anggota kelompok timbul sikap mampu menghargai perbedaan pendapat, memanfaatkan kelebihan orang lain untuk mengisi kekurangannya masing-masing.
4. Komunikasi antar anggota.
Tidak semua siswa memiliki keahlian untuk mendengarkan dan berbicara. Keberhasilan dari suatu kelompok juga bergantung pada kesediaan untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka mengajukan pendapat. Selain itu pada pembelajaran kooperatif, siswa juga diajarkan bagaimana menyatakan sanggahan dan ungkapan positif dengan ungkapan yang baik dan halus.
5. Evaluasi proses kelompok
Evaluasi proses kelompok bertujuan untuk mengevalusi proses dan hasil kerja sama kelompok agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.
Arends dalam Trianto (2007) menyatakan bahwa pelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajar
(30)
2.Kelompok dibentuk dari siswa yang mempunyai kemampuan tinggi, sedang dan rendah;
3.Bila memungkinkan, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang beragam; dan
4.Penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok daripada individu.
Pembelajaran kooperatif yang disebut dengan pembelajaran gotong royong adalah sistem pengajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bekerjasama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur, dimana dalam sistem ini guru bertindak sebagai fasilitator (Lie, 2002).
Menurut Eggen and Kauchak dalam Trianto (2007), pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama. Hal ini berarti pembelajar-an kooperatif merupakpembelajar-an pembelajarpembelajar-an ypembelajar-ang didasari oleh falsafah homo socius
yang menekankan bahwa manusia adalah makhluk sosial (Djamarah dan Zain, 1996). Kegiatan belajar mengajar siswa dalam kelas kooperatif adalah belajar bersama dalam kelompok kecil. Setiap kelompok terdiri dari siswa yang memiliki kemampuan akademik yang beragam. Pada penerapan pembelajaran kooperatif ini siswa akan belajar dalam kelompok kecil, saling membantu untuk memahami suatu pelajaran, memeriksa dan memperbaiki jawaban serta kegiatan lainnya dengan tujuan mencapai hasil belajar maksimal.
Menurut Ibrahim dkk., (2000) model pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri: 1. Untuk menuntaskan materi belajarnya, siswa belajar dalam kelompok
secara kooperatif
2. Kelompok dibentuk dari siswa-siswa yang memiliki kemampuan tinggi, cukup rendah, rendah sekali,
3. Jika dalam kelas terdapat siswa-siswa yang terdiri dari beberapa ras, suku, budaya jenis kelamin yang berbeda, maka diupayakan agar dalam tiap kelompok terdiri dari ras, suku, budaya, jenis kelamin yang berbeda pula,
(31)
13
4. Penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok dari pada perorangan. 5. Dalam pembelajaran kooperatif, dua atau lebih individu saling tergantung
satu sama lain untuk mencapai suatu tujuan bersama.
Ibrahim dalam Trianto (2007) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif dilakukan melalui enam langkah/fase, seperti yang terlihat dalam Tabel 1. Tabel 1. Enam fase dalam model pembelajaran kooperatif
Fase Tingkah laku guru
Fase 1
Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.
Fase 2 Menyajikan Informasi
Guru menggali pengetahuan awal siswa
Fase 3
Mengorganisasikan siswa dalam kelompok-kelompok belajar
Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok belajar dan membantu setiap kelompok belajar agar melakukan kegiatan kooperatif secara efisien.
Fase 4 Membimbing kelompok bekerja dan belajar
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka
Fase 5 Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari/masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. Fase 6
Memberi penghargaan
Guru mencari cara untuk menghargai baik upaya atau hasil belajar individu dan kelompok.
Menurut Ibrahim dkk (2000) pembelajaran kooperatif mempunyai efek yang berarti terhadap penerimaan yang luas terhadap keragaman ras, budaya dan agama, strata sosial, kemampuan dan ketidakmampuan. Pembelajaran kooperatif memberikan peluang kepada siswa yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk berkerja saling bergantung satu sama lain atas tugas-tugas bersama, dan melalui
(32)
penggunaan struktur penghargaan kooperatif, belajar untuk menghargai satu sama lain.
C. Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT)
Model Pembelajaran Tipe Team Games Tournament (TGT) merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif (cooperative learning) yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforcement.
Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran koopera-tif tipe TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping menum-buhkan tanggung jawab, kerja sama, persaingan sehat, dan keterlibatan belajar.
Dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT ada beberapa tahapan yang perlu ditempuh, yaitu:
1. Mengajar (teach)
Pada awal pembelajaran guru mempresentasikan atau menyajikan materi di kelas dengan menggunakan metode langsung atau ceramah dan diskusi. Pada saat penyajian materi di kelas, siswa harus benar-benar memperhatikan dan memahami materi yang disampaikan guru karena akan membantu siswa bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada saat game karena skor game akan menentukan skor kelompok.
2. Belajar kelompok (team study)
Siswa terdistribusi dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen.
Kelompok biasanya terdiri dari 4 sampai 5 siswa yang anggotanya heterogen dilihat dari prestasi akademik, jenis kelamin, dan ras atau etnik. Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat game. Setelah guru menjelaskan materi, setiap kelompok mengerjakan lembar kerja kelompok. Dalam mengerjakan
(33)
15
lembar kerja kelompok siswa saling berdiskusi memecahkan masalah ber-sama-sama, saling mencocokkan jawaban dan membenarkan teman yang melakukan kesalahan. Setiap anggota kelompok harus yakin bahwa dirinya telah benar-benar menguasai materi, dapat mempertanggungjawabkannya dalam presentasi kelas, dan mempersiapkan diri dalam turnamen.
3. Permainan (game tournament)
Biasanya turnamen dilakukan pada akhir tiap indikator ataupun tiap kom-petensi dasar yang telah ditentukan sebelumnya oleh guru. Turnamen di-laksanakan setelah guru melakukan presentasi kelas dan kelompok sudah mengerjakan lembar kerja. Kelompok heterogen untuk sementara waktu dirombak kemudian dibentuk kelompok yang homogen dalam hal tingkat kecerdasan. Anak yang berkemampuan cerdas dari setiap kelompok di-satukan dalam meja 1, anak yang berkemampuan sedang digabung dalam meja 2 dan meja 3, dan anak yang berkemampuan rendah dipadukan dalam meja 4. Penentuan kedudukan siswa sejalan dengan yang diungkapkan oleh Arikunto (2001) yang menyatakan bahwa sebagian besar siswa di suatu kelas memiliki prestasi cukup (sedang), sedangkan sebagian kecil lainnya memiliki prestasi tinggi (pintar) dan rendah.
Hal ini di gambarkan tentang mekanisme turnamen berikut ini: Kelompok A
Kelompok B Kelompok C Gambar 1. Penempatan anggota kelompok di meja pertandingan
A1 A2 A3 A4
Pintar Sedang Rendah Rendah Sekali
Meja 1 Meja 2 Meja 3 Meja 4
B1 B2 B3 B4 Pintar Sedang Rendah Rendah Sekali
C1 C2 C3 C4 Pintar Sedang Sedang Rendah Sekali
(34)
Siswa yang homogen duduk dalam satu meja turnamen untuk menjawab per-tanyaan yang ada di meja tersebut secara bergiliran. Apabila siswa yang mendapat giliran pertama menjawab dengan benar, ia mendapat kartu ke-menangan yang di dalamnya terdapat poin. Namun, jika jawabannya salah, siswa lain (penantang) dalam meja itu boleh menjawab. Apabila jawaban penantang benar, maka kartu kemenangan menjadi miliknya dan jika jawabannya salah, maka ia harus merelakan nilainya berkurang. Saat per-tandingan usai, siswa menghitung nilai perolehannya yang tertera di kartu kemenangan dan ditulis pada papan nilai sebagai nilai individu dalam kelom-pok turnamen. Peserta yang mendapat nilai terbanyak meraih tingkat 1 (top scorer), siswa yang memperoleh nilai terbanyak kedua meraih tingkat 2(high middle scorer), siswa yang memperoleh nilai terbanyak ketiga meraih tingkat 3 (low middle scorer), dan peserta yang memperoleh nilai terkecil meraih tingkat 4 (low scorer). Perolehan poin individu sesuai dengan peringkatnya dalam kelompok turnamen ditunjukkan pada tabel berikut ini:
Tabel 2. Perhitungan poin permainan untuk empat pemain Tingkatan
Pemain
Poin Bila Kartu Yang Diperoleh
Top Scorer 60
High Middle Scorer 40
Low Middle Scorer 30
Low Scorer 20
(Slavin, 1995)
Dalam turnamen selanjutnya, diusahakan pembagian meja berdasarkan perolehan poin yang di dapat oleh pemain/siswa pada turnamen sebelumnya dengan tetap beranggotakan kelompok yang memiliki kemampuan akademik yang sama (homogen).
Menurut Wartono, (2004)
Menjelaskan dalam Team Games Tournament atau pertandingan permainan tim, siswa memainkan pengacakan kartu dengan anggota-anggota tim lain untuk memperoleh poin pada skor tim mereka. Permainan ini berupa pertanyaan-pertanyaan yang ditulis pada kartu-kartu yang diberi angka. Pertanyaan-pertanyaan yang dimaksud adalah pertanyaan-pertanyan yang relevan dengan materi pelajaran yang
dirancang untuk mengetes kemampuan siswa dari penyampaian pelajaran kepada siswa di kelas. Setiap wakil kelompok akan mengambil sebuah kartu yang diberi angka dan berusaha untuk menjawab pertanyaan yang sesuai tersebut. Permainan ini dimainkan pada meja-meja turnamen.
(35)
17
4. Penghargaan kelompok (team recognition)
Pemberian penghargaan (rewards) berdasarkan pada rata-rata poin yang diperoleh oleh kelompok dari permainan. Untuk menentukan poin kelompok
digunakan rumus:
Keterangan : Pk = poin peningkatan kelompok
Tabel 3. Kriteria penghargaan kelompok
Kriteria Predikat kelompok 100 keatas Tim Istimewa
71-99 Tim Baik Sekali
51-70 Tim Baik
Dibawah 50 Tim Kurang Baik
D. Aktivitas Belajar
Saat proses belajar mengajar, aktivitas belajar memegang peranan penting dalam pencapaian tujuan dan hasil belajar. Belajar pada dasarnya merupakan aktivitas seseorang yang dapat menyebabkan perubahan pada dirinya. Belajar adalah ber-buat, berbuat untuk mengubah tingkah laku menjadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Itulah sebabnya aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar mengajar (Sardiman, 2003). Ke-giatan pembelajaran terjadi melalui interaksi antara peserta didik di satu pihak dengan pendidik di pihak lain. Pada kegiatan belajar kelompok, interaksi terjadi pula diantara peserta didik. Interaksi inilah yang akan menentukan aktivitas siswa.
(36)
Paul B. Diehdrick (Sardiman, 2000) membuat suatu daftar yang berisi 177 macam kegiatan siswa antara lain dapat digolongkan sebagai berikut:
1. Visual Activities yang termasuk di dalamnya misal, membaca, memperhatikan, demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain
2. Oral Activities seperti, menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.
3. Listening Activities meliputi, mendengarkan uraian, percakapan, diskusi, pidato, musik.
4. Writing Activities meliputi, menulis karangan, laporan angket, menyalin.
5. Drawing Activities meliputi, menggambar, membuat peta, grafik, diagram.
6. Motor Activities meliputi, melakukan percobaan, membuat konstruksi, model meresapi, bemain, berkebun, beternak.
7. Mental Activities misalnya, menanggap, mengingat, memecahkan soal, menganalisa, melihat hubungan, mengambil kesimpulan.
8. Emosional Activities seperti, menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.
Aktivitas-aktivitas dalam belajar tersebut dapat dibedakan menjadi aktivitas yang relevan dengan pembelajaran (on task) dan aktivitas yang tidak relevan dengan pembelajaran (off task). Aktivitas yang relevan dengan pembelajaran (on task), contohnya adalah bertanya kepada guru, mengemukakan pendapat, aktif meme-cahkan masalah, berdiskusi dan bekerjasama. Aktivitas yang tidak relevan
dengan pembelajaran (off task), contohnya adalah tidak memperhatikan penjelasan guru, mengobrol dengan teman, dan keluar masuk kelas. Keberhasilan siswa dalam belajar tidak terlepas dari aktivitas belajar yang dilaksanakan oleh siswa, untuk siswa yang memiliki prestasi yang tinggi biasanya didukung oleh aktivitas belajar (on task) yang tinggi pula, sebaliknya siswa dengan prestasi rendah di-sebabkan aktivitas belajar (on task) yang rendah pula. Adapun kaitannya dengan proses pembelajaran banyak teori belajar yang menekankan pentingnya aktivitas siswa dalam belajar. Aktivitas belajar siswa mencakup dua aspek yang tidak
(37)
19
dapat dipisahkan, yakni aktivitas mental (emosional, intelektual, sosial) dan aktivitas motorik (gerakan fisik). Kedua aktivitas tersebut saling berkaitan satu sama lainnya, saling mengisi dan menentukan.
Setelah mengikuti proses belajar mengajar, perubahan pengetahuan, sikap dan ke-terampilan yang dialami siswa dapat diketahui berdasarkan penilaian yang di-lakukan oleh guru. Bagi siswa penilaian dapat memberikan informasi tentang se-jauh mana penguasaan konsep yang telah disajikan. Bagi guru, penilaian dapat digunakan sebagai petunjuk mengenai keadaan siswa, materi yang diajarkan, metode yang tepat dan umpan balik untuk proses belajar mengajar selanjutnya. Nilai yang diperoleh setelah proses belajar mengajar ini disebut sebagai hasil belajar.
E. Penguasaan Konsep
Konsep merupakan pokok utama yang mendasari keseluruhan sebagai hasil ber-fikir abstrak manusia terhadap benda, peristiwa, fakta yang menerangkan banyak pengalaman. Pemahaman dan penguasaan konsep akan memberikan suatu aplikasi dari konsep tersebut, yaitu membebaskan suatu stimulus yang spesifik sehingga dapat digunakan dalam segala situasi dan stimulus yang mengandung konsep tersebut. Jika belajar tanpa konsep, proses belajar mengajar tidak akan berhasil hanya dengan bantuan konsep proses belajar mengajar dapat ditingkatkan lebih maksimal.
Konsep adalah suatu abstraksi yang mewakili suatu kelas objek-objek, kejadian-kejadian, kegiatan-kegiatan, hubungan-hubungan yang mempunyai atribut yang
(38)
sama (Dahar, 1996). Penguasaan konsep pada materi pokok hidrokarbon berarti kemampuan menguasai pokok utama yang mendasari keseluruhan dari materi Hidrokarbon yang diukur melalui hasil tes penguasaan konsep, sebagai hasil dalam proses pembelajaran. Penguasaan merupakan salah satu aspek dalam ranah (domain) kognitif dari tujuan kegiatan belajar mengajar. Ranah kognitif ini meliputi berbagai tingkah laku dari tingkatan terendah sampai tertinggi yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi. Penguasaan merupakan kemampuan menyerap arti dari materi suatu bahan yang dipelajari, tetapi menguasai lebih dari itu yakni melibatkan berbagai proses kegiatan mental sehingga lebih bersifat dinamis.
Penguasaan konsep akan mempengaruhi ketercapaian hasil belajar siswa. Suatu proses dikatakan berhasil apabila hasil belajar yang didapatkan meningkat atau mengalami perubahan setelah siswa melakukan aktivitas belajar, pendapat ini didukung oleh Djamarah dan Zain (2000) yang mengatakan bahwa belajar pada hakikatnya adalah perubahan yang terjadi di dalam diri seseorang setelah ber-akhirnya melakukan aktivitas belajar. Proses belajar seseorang sangat
dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah pembelajaran yang diguna-kan guru dalam kelas. Dalam belajar dituntut juga adanya suatu aktivitas yang harus dilakukan siswa sebagai usaha untuk meningkatkan penguasaan materi. Penguasaan terhadap suatu konsep tidak mungkin baik jika siswa tidak melakukan belajar karena siswa tidak akan tahu banyak tentang materi pelajaran.
Menurut Sagala (2003) definisi konsep adalah:
Konsep merupakan buah pemikiran seseorang atau sekelompok orang yang dinyatakan dalam definisi sehingga menghasilkan produk
(39)
21
pengetahuan yang meliputi prinsip, hukum, dan teori. Konsep diperoleh dari fakta, peristiwa, pengalaman, melalui generalisasi dan berpikir abstrak.
Suatu proses dikatakan berhasil apabila hasil belajar yang didapatkan meningkat atau mengalami perubahan setelah siswa melakukan aktivitas belajar, pendapat ini didukung oleh Djamarah dan Zain (2000) yang mengatakan bahwa belajar pada hakikatnya adalah perubahan yang terjadi di dalam diri seseorang setelah berakhirnya melakukan aktivitas belajar.
F. Lembar Kerja Siswa
Media pembelajaran yang digunakan dalaam pembelajaran ini adalah media berupa Lembar Kerja Siswa (LKS). Media pembelajaran adalah alat bantu untuk menyampaikan pesan kepada siswa yang digunakan oleh guru dalam proses pem-belajaran. Melalui penggunaan media pembelajaran akan memudahkan bagi guru dalam menyampaikan materi pembelajaran. Pada proses belajar mengajar, LKS digunakan sebagai sarana pembelajaran untuk menuntun siswa mendalami materi dari suatu materi pokok atau submateri pokok mata pelajaran yang telah atau sedang dijalankan.
Melalui LKS siswa harus mengemukakan pendapat dan mampu mengambil ke-simpulan. Dalam hal ini LKS digunakan untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Menurut Sriyono (1992), Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah salah satu bentuk program yang berlandaskan atas tugas yang harus di-selesaikan dan berfungsi sebagai alat untuk mengalihkan pengetahuan dan
(40)
keterampilan sehingga mampu mempercepat tumbuhnya minat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.
Menurut Sudjana dalam Djamarah dan Zain, 2006, fungsi LKS adalah : a) Sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar mengajar yang
efektif.
b) Sebagai alat bantu untuk melengkapi proses belajar mengajar supaya lebih menarik perhatian siswa.
c) Untuk mempercepat proses belajar mengajar dan membantu siswa dalam menangkap pengertian pengertian yang diberikan guru. d) Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya
mendengarkan uraian guru tetapi lebih aktif dalam pembelajaran. e) Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan berkesinambungan pada
siswa.
f) Untuk mempertinggi mutu belajar mengajar, karena hasil belajar yang dicapai siswa akan tahan lama, sehingga pelajaran mempunyai nilai tinggi.
Menurut Prianto dan Harnoko (1997), manfaat dan tujuan LKS antara lain: a) Mengaktifkan siswa dalam proses belajar mengajar.
b) Membantu siswa dalam mengembangkan konsep.
c) Melatih siswa untuk menemukan dan mengembangkan proses belajar mengajar.
d) Membantu guru dalam menyusun pelajaran.
e) Sebagai pedoman guru dan siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran.
f) Membantu siswa memperoleh catatan tentang materi yang dipelajarai melalui kegiatan belajar.
g) Membantu siswa untuk menambah informasi tentang konsep yang dipelajari melalui kegiatan belajar secara sistematis.
Berikut ini adalah uraian mengenai jenis LKS, yaitu: 1. LKS eksperimen
LKS eksperimen merupakan media pembelajaran yang tersusun secara kronologis agar dapat membantu siswa dalam memperoleh konsep
pengetahuan yang dibangun melalui pengalaman belajar mereka sendiri yang berisi tujuan percobaan, alat percobaan, bahan percobaan, langkah kerja,
(41)
23
pernyataan, hasil pengamatan, dan soal-soal hingga kesimpulan akhir dari eksperimen yang dilakukan pada materi pokok yang bersangkutan. 2. LKS noneksperimen
LKS noneksperimen merupakan media pembelajaran yang disusun secara kronologis, dimana hanya digunakan untuk mengkonstruksi konsep pada sub materi yang tidak dilakukan eksperimen. Jadi, LKS non eksperimen di-rancang sebagai media teks terprogram yang menghubungkan antara hasil percobaan yang telah dilakukan dengan konsep yang harus dipahami. Siswa dapat menemukan konsep pembelajaran berdasarkan hasil percobaan dan soal-soal yang dituliskan dalam LKS noneksperimen tersebut.
G. Hidrokarbon
Sebagian besar senyawa kimia yang terdapat di alam ini merupakan senyawa karbon. Salah satu senyawa karbon yang jumlahnya sangat banyak dan peng-gunaannya cukup penting adalah senyawa hidrokarbon. Senyawa hidrokarbon adalah senyawa yang terbentuk dari atom hydrogen dan karbon.
1. Identifikasi unsur C, dan H dalam senyawa karbon
Bahan yang berasal dari makhluk hidup umumnya merupakan senyawa karbon. Adanya unsur karbon dan hidrogen dalam sampel organik, secara lebih pasti dapat ditunjukan melalui percobaan sederhana, yaitu dengan uji pembakaran. Pembakaran sampel organik akan mengubah karbon (C) men-jadi karbon dioksida (CO2) dan hidrogen (H) manjadi air (H2O). Gas karbon
dioksida dapat dikenali berdasarkan sifatnya yang mengeruhkan air kapur, sedangkan air dapat dikenali dengan kertas kobalt karena air mengubah warna
(42)
kertas kobalt dari biru menjadi merah muda. Selain karbon dan hidrogen, unsur yang sering terdapat dalam senyawa karbon adalah oksigen, nitrogen, fosforus, halogen dan beberapa unsur logam.
2. Kekhasan atom karbon
Atom karbon mempunyai konfigurasi electron 2 4, sehingga elektron va-lensinya adalah 4. Artinya, setiap satu atom C dapat membentuk 4 ikatan kovalen tunggal. Oleh karena itu, atom C mempunyai sifat yang khas, yaitu mampu berikatan dengan atom C lain membentuk rantai karbon yang sangat panjang dan bervariasi. Atom karbon mempunyai jari-jari atom yang relatif kecil sehingga ikatan kovalen yang dibentuk karbon relatif kuat dan karbon dapat membentuk ikatan rangkap dua dan tiga.
Berdasarkan atom karbon yang diikatnya, atom karbon dengan 4 ikatan kovalen tunggal dibedakan atas :
a) Atom
karbon primer (1o)
b) Atom
karbon sekunder (2o)
c) Atom
karbon tersier (3o)
d) Atom
karbon kuarterner (4o)
3. Penggolongan senyawa hidrokarbon
Senyawa hidrokarbon yang terbentuk dari atom-atom C dan H berjumlah sangat banyak. Berdasarkan jenis rantai yang terbentuk, hidrokarbon digolongkan menjadi tiga jenis, yaitu:
a. Hidrkarbon alifatik b. Hidrokarbon alisiklik
(43)
10
c. Hidrokarbon aromatik
Berdasarkan jenis ikatan antar atom karbonnya, hidrokarbon digolongkan menjadi dua jenis, yaitu:
1). Hidrokarbon Jenuh
Jika semua ikatan antar karbonnya merupakan ikatan tunggal ( —C—C—) (disebut alkana) maka digolongkan sebagai hidrokarbon jenuh.
2). Hidrokarbon Tak Jenuh
Jika terdapat satu saja ikatan rangkap (—C=C—) (disebut alkena) atau ikatan rangkap tiga (—C≡C—) (disebut alkuna) disebut hidrokarbon tak jenuh.
4. Tata nama alkana, alkena,
dan alkuna
Tata nama senyawa hidrokarbon bergantung pada strukturnya. Struktur senyawa hidrokarbon dapat berbentuk rantai lurus, rantai bercabang, dan rantai cincin. Selain itu, jenis ikatan yang terdapat dalam struktur juga memengaruhi penamaan senyawa hidrokarbon. Aturan tata nama senyawa hidrokarbon telah diatur oleh komisi tata nama dari himpunan kimia sedunia, yaitu IUPAC (International Union of Pure and Applied Chemistry). Aturan ini disebut nama sistematis atau nama IUPAC.
5. Keisomeran senyawa
hidrokarbon
Dalam kelompok senyawa hidrokarbon dikenal istilah isomer. Isomer terdiri atas isomer struktur dan isomer ruang. Isomer struktur adalah kelompok
(44)
senyawa yang mempunyai Mr sama, tetapi berbeda strukturnya. Isomer struktur meliputi isomer kerangka (isomer rantai), isomer tempat (isomer posisi), dan isomer fungsi. Sementara itu, isomer ruang meliputi isomer geometris (isomer cis-trans) dan isomer optik.
6. Sifat fisika senyawa
hidrokarbon
Senyawa hidrokarbon seperti alkana, alkena, dan alkuna mempunyai sifat fisika yang mirip, yaitu tidak larut dalam air dan mengapung di atas
permukaan air. Akan tetapi, senyawa-senyawa ini mempunyai titik didih dan wujud yang berbeda-beda.
Hubungan struktur suatu senyawa hidrokarbon dengan sifat fisisnya adalah:
a. Semakin besar nilai Mr
suatu senyawa hidrokarbon, maka titik didih dan titik leleh senyawa tersebut akan semakin tinggi.
b. Semakin sedikit jumlah rantai cabang, semakin tinggi titik didih senyawa tersebut.
7. Reaksi kimia pada senyawa hidrokarbon
Jenis reaksi yang dapat terjadi pada senyawa hidrokarbon adalah reaksi:
a. Reaksi substitusi :
Reaksi penggantian satu atom oleh atom lainnya.
b. Reaksi adisi :
Reaksi pemutusan ikatan rangkap.
c. Reaksi eliminasi :
(45)
11
kebalikan dari reaksi adisi.
d. Reaksi pembakaran :
Reaksi antara suatu zat dengan oksigen. Pada
senyawa hidrokarbon, reaksi pembakaran akan menghasilkan karbon dioksida dan uap air.
(46)
III. METODE PENELITIAN
A. Setting Penelitian
Setting dalam penelitian ini adalah siswa kelas X1 SMA Gajah Mada Bandar Lampung, tahun Pelajaran 2010-2011 yang berjumlah 36 siswa terdiri dari 17 siswa laki-laki dan 19 siswa perempuan. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran kimia diperoleh informasi bahwa nilai rata-rata penguasaan konsep siswa kelas X1 SMA Gajah Mada Bandar Lampung pada materi
hidrokarbon tahun pelajaran 2009-2010 yaitu 58. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan oleh sekolah untuk nilai penguasaan konsep yaitu 100% siswa memperoleh nilai ≥ 64, sedangkan siswa yang memperoleh nilai ≥ 64 hanya mencapai 48,5%.
B. Data Penelitian
1. Jenis data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan kuantitatif:
a.Data kualitatif berupa data observasi kinerja guru dan data aktivitas on task siswa selama proses pembelajaran meliputi (1) aktif mengemukakan
(47)
27
pendapat, (2) aktif dalam diskusi, (3) aktif bertanya kepada guru, dan (4) aktif menjawab pertanyaan dari guru.
b.Data kuantitatif adalah data hasil tes penguasaan konsep pada materi pokok hidrokarbon yang dilakukan pada setiap akhir siklus berdasarkan indikator yang harus dicapai.
2. Teknik pengumpulan data
Teknik yang digunakan dalam mengumpulkan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Teknik observasi
Teknik observasi digunakan untuk mengumpulkan data aktivitas on task
siswa dan kinerja guru dalam pembelajaran. Observasi yang akan dilaku-kan pada penelitian ini adalah observasi langsung terhadap aktivitas siswa dan kinerja guru selama kegiataan belajar mengajar berlangsung dengan menggunakan lembar aktivitas siswa dan lembar kinerja guru yang dibantu oleh dua orang observer dan guru mitra.
b. Teknik tes
Teknik tes digunakan untuk mengetahui penguasaan konsep pada materi pokok hidrokarbon. Tes dilakukan pada setiap akhir siklus, jenis tes yang digunakan berupa tes essay.
C. Instrumen Penelitian
Instrumen dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Lembar observasi kinerja guru dalam pembelajaran diisi oleh guru mitra. Lembar aktivitas on task siswa dalam pembelajaran diisi oleh peneliti dan
(48)
dibantu dengan 2 orang observer. Lembar observasi kinerja guru dan lembar aktivitas on task siswa terlampir dalam lampiran 8 halaman 230, dan lampiran 7 halaman 224.
2) Lembar tes tertulis yang berisi soal essay. Lembar tes tertulis terlampir dalam lampiran 5 halaman 214.
D. Prosedur Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari tiga siklus. Masing-masing siklus dilaksanakan tiga kali pertemuan. Prosedur pelaksanaan setiap siklus pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Perencanaan
2. Pelaksanaan tindakan 3. Observasi
4. Refleksi
SIKLUS I
1. Perencanaan tindakan I
Kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap perencanaan tindakan ini adalah sebagai berikut :
1) Guru melakukan penelitian pendahuluan kesekolah, untuk mengetahui permasalahan yang ada dalam kegiatan belajar mengajar siswa yang mengakibatkan rendahnya aktivitas dan penguasaan konsep siswa. 2) Guru menentukan subjek penelitian.
(49)
29
4) Guru menyusun lembar observasi untuk mengukur aktivitas on task siswa dan kinerja guru dalam proses pembelajaran.
5) Guru menyusun LKS ( lembar kerja siswa ).
6) Guru menyusun tes formatif, kisi-kisi tes formatif, dan kunci jawaban test formatif untuk tes penguasaan konsep.
7) Guru menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk perco-baan. 8) Guru membentuk kelompok sebanyak 9 kelompok berdasarkan
ke-mampuan akademik, yaitu dari nilai uji blok sebelumnya. Setiap kelompok terdiri dari 4-5 orang siswa yang memiliki kemampuan akademik yang heterogen. Guru menjelaskan kepada siswa tentang pembelajaran kooperatif yang akan dilaksanakan, mengenai tugas dan kewajiban setiap anggota kelompok dan tanggung jawab terhadap keberhasilan kelompok.
2. Pelaksanaan tindakan I
Siklus I dilaksanakan sebanyak 3 kali pertemuan. Materi yang akan dipelajari pada pertemuan pertama yaitu mengidentifikasi unsur C, dan H dalam
senyawa organik, mendeskripsikan kekhasan atom karbon dalam senyawa karbon, dan membedakan atom C primer, sekunder, tersier, dan kuarterner berdasarkan jumlah atom karbon yang terikat pada atom karbon lainnya dengan alokasi waktu 2 x 40 menit. Materi pembelajaran pada pertemuan kedua yaitu penggolongan senyawa hidrokarbon berdasarkan kejenuhan ikatan dengan alokasi waktu 1 x 40 menit. Pada pertemuan ketiga dilakukan
(50)
Pertemuan I (2 x 40 menit) 1) Kegiatan awal (pendahuluan)
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, melakukan apersepsi, dan memotivasi siswa.
2)Kegiatan inti
Melaksanakan pembelajaran kooperatif dengan tahapan-tahapan sebagai berikut :
a. Guru membagi siswa menjadi 9 kelompok (anggota kelompok telah ditentukan), dan membagikan LKS 1 tentang identifikasi unsur C, dan H dalam senyawa karbon, mendeskripsikan kekhasan atom karbon, dan membedakan atom C primer, sekunder, tersier, dan kuarterner masing-masing siswa mendapatkan 1 LKS .
b. Guru melakukan demonstrasi, kemudian guru mengajukan pertanyaan atau latihan soal yang terdapat dalam LKS kepada masing-masing kelompok.
c. Guru mempersilahkan siswa untuk berdiskusi dan mengerjakan LKS dalam kelompoknya dengan arahan guru untuk menemukan konsep. Pada saat siswa melakukan diskusi guru membimbing siswa
mengerjakan LKS menggunakan alat peraga berupa molymood. Setelah selesai mengerjakan LKS, siswa mengerjakan latihan soal. d. Guru memberi kesempatan kepada beberapa perwakilan kelompok
untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya di depan kelompok lain.
(51)
31
telah dipelajari.
f. Guru memberikan penghargaan berupa kata-kata pujian kepada siswa.
3) Kegiatan akhir (penutup)
Guru memberikan penguatan kesimpulan atau jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan.
Pertemuan II (1 x 40 menit) 1) Kegiatan awal (pendahuluan)
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, melakukan apersepsi, dan memotivasi siswa.
2)Kegiatan inti
Melaksanakan pembelajaran kooperatif dengan tahapan-tahapan sebagai berikut :
a. Guru membagi siswa menjadi 9 kelompok (anggota kelompok telah ditentukan), dan membagikan LKS 2 tentang penggolongan senyawa hidrokarbon masing-masing siswa mendapatkan 1 LKS .
b. Guru mempersilakan siswa untuk berdiskusi dan mengerjakan LKS dalam kelompoknya dengan arahan guru untuk menemukan konsep. Pada saat siswa melakukan diskusi guru membimbing siswa
mengerjakan LKS menggunakan alat peraga berupa molymood. Setelah selesai mengerjakan LKS, siswa mengerjakan latihan soal. c. Guru memberi kesempatan kepada beberapa perwakilan kelompok
untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya di depan kelompok lain.
(52)
d. Guru menuntun siswa untuk membuat kesimpulan dari materi yang telah dipelajari.
e. Guru memberikan penghargaan berupa kata-kata pujian kepada siswa.
3) Kegiatan akhir (penutup)
Guru memberikan penguatan kesimpulan atau jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan.
Pertemuan III (2 x 40 menit) 1) Kegiatan awal (pendahuluan)
a. Guru menggabungkan siswa-siswa dari semua kelompok secara homogen dalam hal akademik (tinggi, cukup, rendah, rendah sekali) dalam meja yang telah dipersiapkan oleh guru dengan adanya tanda nomor diatas meja. Penggabungan ini didasarkan pada nilai tes sebelumnya.
b. Guru memberitahukan aturan permainan, lalu guru membagikan kartu-kartu untuk bermain dimana kartu soal dan jawaban ditaruh terbalik diatas meja.
2) Kegiatan inti
Melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan tahapan-tahapan sebagai berikut :
a. Guru memberikan pertanyaan sesuai tingkat kemampuan siswa. b. Setiap pemain tiap meja menentukan dulu pembaca soal dan pemain
yang pertama dengan cara undian kemudian pemain yang menang undian mengambil kartu undian yang berisi nomor soal dan
(53)
diberi-33
kan kepada pembaca soal. Pembaca soal akan membacakan soal sesuai dengan nomor undian yang diambil oleh pemain. Selanjutnya soal dikerjakan secara mandiri oleh pemain dan penantang searah jarum jam sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dalam soal. Setelah waktu untuk mengerjakan soal selesai, maka pemain mem-bacakan hasil pekerjaannya yang akan ditanggapi oleh penantang. Setelah itu pembaca soal akan membuka kunci jawaban dan skor hanya diberikan pada pemain yang menjawab benar dan penantang pertama kali yang menjawab benar.
3) Kegiatan akhir (penutup)
a. Guru menghitung skor kelompok untuk memberikan penghargaan kelompok terbaik, selain itu setiap individu yang menjawab benar juga akan mendapatkan penghargaan.
b. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok siswa yang berhasil mendapat predikat kelompok sangat bagus yang dilakukan dalam bentuk pengumuman lisan di depan kelas dan memberikan hadiah yang bertujuan untuk memotivasi siswa dan menumbuhkan rasa percaya diri.
(54)
Selama proses pembelajaran berlangsung, guru mitra mengisi lembar observasi kinerja guru, sedangkan peneliti dan seorang observer mengisi lembar observasi aktivitas siswa.
4. Refleksi I
Pada bagian refleksi dilakukan analisis mengenai proses, masalah, dan hambatan yang dijumpai dan dilanjutkan dengan refleksi terhadap
pelaksanaan tindakan yang dilaksanakan. Hasil tes dan observasi dianalisis dan ditarik kesimpulan tentang perkembangan kemajuan dan kelemahan yang terjadi yang selanjutnya dijadikan dasar perbaikan pada siklus berikutnya. Apabila terdapat kekurangan dalam proses pembelajaran yang telah berlangsung, maka akan dicari solusi untuk mengatasinya dan solusi dilaksanakan pada siklus berikutnya dan apabila pembelajaran yang telah berlangsung cukup baik akan dipertahankan pada proses pembelajaran berikutnya.
SIKLUS II
1. Perencanaan Tindakan II
Kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap perencanaan tindakan ini adalah sebagai berikut :
1) Menyiapkan media pembelajaran (LKS), lembar aktivitas on task siswa, lembar observasi kinerja guru, dan soal-soal Tes Formatif.
2) Mengingatkan kembali tugas dan kewajiban anggota masing-masing kelompok.
(55)
35
2. Pelaksanaan tindakan II
Siklus II dilaksanakan sebanyak 3 pertemuan. Materi yang akan di pelajari pada pertemuan pertama yaitu tata nama alkana, alkena, dan alkuna dengan alokasi waktu 2 x 40 menit. Materi pembelajaran pada pertemuan kedua yaitu menentukan isomer senyawa alkana, alkena, dan alkuna dengan alokasi waktu 1 x 40 menit. Pada pertemuan ketiga di lakukan Tournament ( 2 x 40 menit ), dan tes formatif II ( 1 x 40 menit ).
Pertemuan I (2 x 40 menit) 1)Kegiatan awal (pendahuluan)
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, melakukan apersepsi, dan memotivasi siswa.
2) Kegiatan inti
Melaksanakan pembelajaran kooperatif dengan tahapan-tahapan sebagai berikut :
a. Guru membagi siswa menjadi 9 kelompok (anggota kelompok telah ditentukan), dan membagikan LKS 3 tentang tata nama senyawa hidrokarbon masing-masing siswa mendapatkan 1 LKS .
b. Guru mempersilakan siswa untuk diskusi dan mengerjakan LKS dengan arahan guru untuk menemukan konsep. Pada saat siswa melakukan diskusi guru membimbing siswa mengerjakan LKS menggunakan alat peraga berupa molymood. Setelah selesai mengerjakan LKS, siswa mengerjakan latihan soal.
(56)
mempresen-tasikan hasil diskusinya di depan kelompok lain.
d. Guru menuntun siswa untuk membuat kesimpulan dari materi yang telah di pelajari.
e. Guru memberikan penghargaan berupa kata-kata pujian kepada siswa.
3)Kegiatan akhir (penutup)
Guru memberikan penguatan kesimpulan atau jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan.
Pertemuan II (1 x 40 menit) 1)Kegiatan awal
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, melakukan apersepsi, dan memotivasi siswa.
2)Kegiatan inti
Melaksanakan pembelajaran kooperatif dengan tahapan-tahapan sebagai berikut :
a. Guru membagi siswa menjadi 9 kelompok (anggota kelompok telah ditentukan), dan membagikan LKS 4 tentang keisomeran senyawa hidrokarbon masing-masing siswa mendapatkan 1 LKS .
b. Guru mempersilakan siswa untuk berdiskusi dan mengerjakan LKS dengan arahan guru untuk menemukan konsep. Pada saat siswa melakukan diskusi guru membimbing siswa mengerjakan LKS menggunakan alat peraga berupa molymood. Setelah selesai mengerjakan LKS, siswa mengerjakan latihan soal.
(57)
37
untuk mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelompok lain. d. Guru menuntun siswa untuk membuat kesimpulan dari materi yang
telah dipelajari.
e. Guru memberikan penghargaan berupa kata-kata pujian kepada siswa.
3)Kegiatan akhir (penutup)
Guru memberikan penguatan kesimpulan atau jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan.
Pertemuan III (2 x 40 menit) 1)Kegiatan awal (pendahuluan)
a. Guru menggabungkan siswa-siswa dari semua kelompok secara homogen dalam hal akademik (tinggi, cukup, rendah, rendah sekali) dalam meja yang telah dipersiapkan oleh guru dengan adanya tanda nomor diatas meja. Penggabungan ini didasarkan pada nilai tes sebelumnya.
b. Guru memberitahukan aturan permainan, lalu guru membagikan kartu-kartu untuk bermain dimana kartu soal dan jawaban ditaruh terbalik diatas meja.
2) Kegiatan inti
Melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan tahapan-tahapan sebagai berikut :
a. Guru memberikan pertanyaan sesuai tingkat kemampuan siswa. b. Setiap pemain tiap meja menentukan dulu pembaca soal dan
(58)
menang undian mengambil kartu undian yang berisi nomor soal dan diberikan kepada pembaca soal. Pembaca soal akan membaca-kan soal sesuai dengan nomor undian yang diambil oleh pemain. Selanjutnya soal dikerjakan secara mandiri oleh pemain dan pe-nantang searah jarum jam sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dalam soal. Setelah waktu untuk mengerjakan soal selesai, maka pemain membacakan hasilpekerjaannya yang akan ditanggapi oleh penantang. Setelah itu pembaca soal akan mem-buka kunci jawaban dan skor hanya diberikan pada pemain yang menjawab benar dan penantang pertama kali yang menjawab benar. 3) Kegiatan akhir (penutup)
a. Guru menghitung skor kelompok untuk memberikan penghargaan kelompok terbaik, selain itu setiap individu yang menjawab benar juga akan mendapatkan penghargaan.
b. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok siswa yang ber-hasil mendapat predikat kelompok sangat bagus yang dilakukan dalam bentuk pengumuman lisan di depan kelas dan memberikan hadiah yang bertujuan untuk memotivasi siswa dan menumbuhkan rasa percaya diri.
(59)
39
Selama proses pembelajaran berlangsung, guru mitra mengisi lembar observasi kinerja guru yang telah direvisi, sedangkan peneliti dan seorang observer mengisi lembar observasi aktivitas siswa yang telah direvisi.
4. Refleksi II
Pada bagian refleksi dilakukan analisis mengenai proses, masalah, dan hambatan yang dijumpai dan dilanjutkan dengan refleksi terhadap pelaksana-an tindakpelaksana-an ypelaksana-ang dilakspelaksana-anakpelaksana-an. Hasil tes dpelaksana-an observasi dipelaksana-analisis dpelaksana-an ditarik kesimpulan tentang perkembangan kemajuan dan kelemahan yang terjadi yang selanjutnya dijadikan dasar perbaikan pada siklus berikutnya. Apabila terdapat kekurangan dalam proses pembelajaran yang telah berlangsung, maka akan dicari solusi untuk mengatasinya dan solusi dilaksanakan pada siklus berikutnya dan apabila pembelajaran yang telah berlangsung cukup baik akan dipertahankan pada proses pembelajaran berikutnya.
SIKLUS III
1. Perencanaan tindakan III
Berdasarkan hasil refleksi pada Siklus II, maka kegiatan yang harus dilaku-kan dalam tahap rencana tindadilaku-kan ini adalah menyiapdilaku-kan media pembelajaran (LKS), lembar aktivitas on task siswa, lembar observasi kinerja guru, dan soal-soal Tes Formatif dan menunjuk salah seorang siswa yang memiliki prestasi akademik terbaik dikelompoknya sebagai ketua kelompok. 2. Pelaksanaan tindakan III
(60)
Siklus III dilaksanakan sebanyak 3 pertemuan. Materi yang akan di pelajari pada pertemuan pertama yaitu menyimpulkan hubungan antara titik didih dan titik leleh senyawa hidrokarbon dengan Mr dan strukturnya, dengan alokasi waktu 1 x 40 menit. Materi pembelajaran pertemuan kedua yaitu menuliskan reaksi sederhana dari senyawa alkana, alkena, dan alkuna (reaksi oksidasi, reaksi adisi, reaksi substitusi, dan reaksi eliminasi) dengan alokasi waktu 2 x 40 menit. Pada pertemuan ketiga dilakukan Tournament ( 2 x 40 menit ), dan tes formatif III ( 1 x 40 menit ).
Pertemuan I (1 x 40 menit) 1. Kegiatan awal
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, melakukan apersepsi, dan memotivasi siswa.
2) Kegiatan inti
Melaksanakan pembelajaran kooperatif dengan tahapan-tahapan sebagai berikut :
b. Guru membagi siswa menjadi 9 kelompok (anggota kelompok telah ditentukan), dan membagikan LKS 5 tentang menyimpulkan
hubungan antara titik didih dan titik leleh senyawa hidrokarbon dengan Mr dan strukturnya masing-masing siswa mendapatkan 1 LKS .
c. Guru mempersilakan siswa untuk berdiskusi dan mengerjakan LKS dengan arahan guru untuk menemukan konsep. Pada saat siswa melakukan diskusi guru membimbing siswa mengerjakan LKS
(61)
41
menggunakan alat peraga berupa molymood. Setelah selesai mengerjakan LKS, siswa mengerjakan latihan soal.
d. Guru memberi kesempatan kepada beberapa perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelompok lain. e. Guru menuntun siswa untuk membuat kesimpulan dari materi yang
telah di pelajari.
f. Guru memberikan penghargaan berupa kata-kata pujian kepada siswa.
3) Kegiatan akhir (penutup)
Guru memberikan penguatan kesimpulan atau jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan.
Pertemuan II (2 x 40 menit) 1) Kegiatan awal (pendahuluan)
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, melakukan apersepsi, dan memotivasi siswa.
2) Kegiatan inti
Melaksanakan pembelajaran kooperatif dengan tahapan-tahapan sebagai berikut :
a. Guru membagi siswa menjadi 9 kelompok (anggota kelompok telah ditentukan), dan membagikan LKS 6 tentang menuliskan reaksi sederhana dari senyawa alkana, alkena, dan alkuna masing-masing siswa mendapatkan 1 LKS .
b. Guru mempersilakan siswa untuk berdiskusi dan mengerjakan LKS dengan arahan guru untuk menemukan konsep.
(62)
Pada saat siswa melakukan diskusi guru membimbing siswa mengerjakan LKS menggunakan alat peraga berupa molymood. Setelah selesai mengerjakan LKS, siswa mengerjakan latihan soal. c. Guru member kesempatan kepada beberapa perwakilan
kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelompok lain.
d. Guru menuntun siswa untuk membuat kesimpulan dari materi yang telah dipelajari.
e. Guru memberikan penghargaan berupa kata-kata pujian kepada siswa
3) Kegiatan akhir (penutup)
Guru memberikan penguatan kesimpulan atau jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan.
Pertemuan III (2 x 40 menit) 1) Kegiatan awal (pendahuluan)
a. Guru menggabungkan siswa-siswa dari semua kelompok secara homogen dalam hal akademik (tinggi, cukup, rendah, rendah sekali) dalam meja yang telah dipersiapkan oleh guru dengan adanya tanda nomor diatas meja. Penggabungan ini didasarkan pada nilai tes sebelumnya.
b. Guru memberitahukan aturan permainan, lalu guru membagikan kartu-kartu untuk bermain dimana kartu soal dan jawaban ditaruh terbalik diatas meja.
(63)
43
Melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan tahapan-tahapan sebagai berikut :
a. Gurumemberikan pertanyaan sesuai tingkat kemampuan siswa. b. Setiap pemain tiap meja menentukan dulu pembaca soal dan pemain
yang pertama dengan cara undian kemudian pemain yang menang undian mengambil kartu undian yang berisi nomor soal dan diberi-kan kepada pembaca soal. Pembaca soal adiberi-kan membacadiberi-kan soal sesuai dengan nomor undian yang diambil oleh pemain. Selanjutnya soal dikerjakan secara mandiri oleh pemain dan penantang searah jarum jam sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dalam soal. Setelah waktu untuk mengerjakan soal selesai, maka pemain mem-bacakan hasilpekerjaannya yang akan ditanggapi oleh penantang. Setelah itu pembaca soal akan membuka kunci jawaban dan skor hanya diberikan pada pemain yang menjawab benar dan penantang pertama kali yang menjawab benar.
3)Kegiatan akhir (penutup)
a. Guru menghitung skor kelompok untuk memberikan penghargaan kelompok terbaik, selain itu setiap individu yang menjawab benar juga akan mendapatkan penghargaan.
b. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok siswa yang berhasil mendapat predikat kelompok sangat bagus yang dilakukan dalam bentuk pengumuman lisan di depan kelas dan memberikan hadiah yang bertujuan untuk memotivasi siswa dan menumbuhkan rasa percaya diri.
(64)
3. Observasi III
Selama proses pembelajaran berlangsung, guru mitra mengisi lembar observasi kinerja guru yang telah direvisi, sedangkan peneliti dan seorang observer mengisi lembar observasi aktivitas siswa yang telah direvisi.
4. Refleksi III
Peneliti bersama guru mitra, melakukan refleksi untuk menemukan
kekurangan pada siklus II. Peneliti mengumpulkan dan mengolah data hasil penelitian. Kemudian peneliti mengarahkan data, membuat pembelajaran dan kesimpulan. Apabila terdapat kekurangan dalam proses pembelajaran yang telah berlangsung, maka akan dicari solusi untuk mengatasinya dan apabila pembelajaran telah berlangsung cukup baik akan dipertahankan.
Adapun bagan penelitian tindakan ini adalah sebagai berikut:
Orientasi Lapangan dan kajian teori
(65)
45
SIKLUS I
SIKLUS II
SIKLUS III
Gambar 1. Diagram penelitian tindakan kelas menurut Hopkins dalam Arikunto, Suhardjono, dan Supardi (2008)
5. Indikator keberhasilan
Indikator keberhasilan pada penelitian ini adalah : Rencana
Tindakan I
Pelaksanaan Tindakan I
Refleksi I
Perbaikan RencanTindakan II
Pelaksanaan Tindakan II
Refleksi II
Perbaikan Rencana Tindakan III
Pelaksanaan Tindakan III
Refleksi III
Observasi I
Observasi II
(66)
1. Terjadi peningkatan persentase rata-rata aktivitas siswa dari siklus ke siklus sebesar ≥ 5%.
2. Terjadi peningkatan persentase rata-rata penguasaan konsep siswa dari siklus ke siklus sebesar ≥ 5%.
3. Terjadi peningkatan persentase siswa yang mencapai ketuntasan belajar minimal sekolah dari siklus ke siklus sebesar ≥ 5 %
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data ini terdiri dari teknik analisis data aktivitas dan penguasaan konsep sebagai berikut:
1. Data kualitatif
Untuk pengambilan data aktivitas siswa digunakan lembar observasi yang berisi empat aktivitas, yaitu mengemukakan pendapat, aktif dalam diskusi, bertanya kepada guru, dan menjawab pertanyaan dari guru.
a) Persentase setiap jenis aktivitas on task pada setiap siklus. rumus :
x100% N
An %An
Keterangan:
%An = Persentase setiap jenis aktivitas on task
∑An = Jumlah siswa yang melakukan setiap jenis aktivitas on task
N = Jumlah siswa
b) Rata-rata persentase setiap jenis aktivitas on task pada setiap siklus. rumus :
(67)
47
%An = S %
AnKeterangan :
%An = Rata-rata persentase setiap jenis aktivitas on task dalam setiap siklus.
Σ%An = Jumlah persentase setiap jenis aktivitas on task setiap siklus. S = Jumlah pertemuan dalam satu siklus.
c) Persentase peningkatan setiap jenis aktivitas on task dari siklus ke siklus.
rumus :
% As = %Ann1 %Ann
Keterangan :
% As = Persentase peningkatan tiap jenis aktivitas on task dari siklus ke siklus.
%Ann1 = Rata-rata persentase setiap jenis aktivitas on task pada
siklus ke-n+1
%Asn-1 = Rata-rata persentase setiap jenis aktivitas on task pada
siklus ke-n
2. Data kuantitatif
Analisis data penguasaan konsep siswa dilakukan dengan cara menghitung nilai rata-rata penguasaan konsep siswa setiap siklus dengan menggunakan rumus yang dijelaskan dalam Sudjana (2002) berikut:
(1)
ilmu yang didapat akan semakin lama tersimpan dalam memori siswa dan tujuan pembelajarn akan lebih cepat tercapai. Hal ini sesuai dengan pendapat Djamarah (2000), yang menyatakan bahwa belajar sambil melakukan aktivitas lebih banyak mendatangkan hasil bagi anak didik, sebab kesan yang didapatkan oleh anak didik lebih tahan lama tersimpan di dalam benak anak didik.
Pada saat dilaksanakan kegiatan turnamen pada siklus III, terlihat suatu perubahan yakni siswa sudah tanggap atas perintah guru untuk menempati posisi duduk yang telah ditentukan oleh guru. Pengelompokkan ini didasarkan pada turnamen se-belumnya secara homogen. Hal ini membuktikan bahwa antusiasme, kemauan siswa dalam mengikuti turnamen sudah meningkat walaupun masih saja terdapat siswa yang acuh dan tidak melaksanakan tanggung jawab sebagai anggota
kooperatif yang baik.
b. Penguasaan konsep
Setelah proses pembelajaran pada siklus III, dilakukan tes formatif III untuk mengukur penguasaan konsep siswa. Berdasarkan data pada Tabel 5, rata-rata penguasaan konsep pada siklus III adalah 76,25. Artinya, terjadi peningkatan rata-rata nilai penguasaan konsep siswa siklus III sebesar 8,51%. Peningkatan ini sudah sesuai dengan indikator keberhasilan penguasaan konsep dari siklus ke siklus sebesar 5%.
Siswa yang memperoleh nilai ≥ 64 sebanyak 32 orang dari 36 siswa, maka ketuntasan belajar siswa adalah 88,88%. Meski masih ada 4 siswa yang belum tuntas, ketuntasan belajar siswa dari siklus II ke siklus III tetap terjadi
(2)
peningkat-73 an sehingga indikator kinerja dalam penelitian ini tercapai. Melihat adanya pe-ningkatan yang telah dicapai dari siklus I ke siklus II dan dari siklus II ke siklus III dapat dikatakan bahwa pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat membantu siswa untuk menemukan konsep sesuai dengan bimbingan dan arahan guru, sehingga meningkatkan penguasaan konsep siswa pada materi hidrokarbon.
c. Refleksi
Indikator kinerja yang ditetapkan yaitu terjadinya peningkatan persentase
penguasaan konsep dari siklus ke siklus, dan telah tercapai dari siklus I ke II dan dari siklus II ke III. Meskipun demikian masih ada beberapa kekurangan pada siklus III ini, yaitu terdapat 4 orang siswa yang belum memenuhi kriteria ketun-tasan belajar yang ditetapkan, dapat dilihat dari aktivitas pembelajaran yaitu memberikan pendapat, pertanyaan dan berdiskusi masih rendah. Untuk memper-baikinya maka perlu dilakukan pendekatan secara khusus kepada 4 orang siswa yang belum tuntas itu, seperti guru lebih banyak bertanya kepada mereka, lebih membimbing mereka saat diskusi, dan memberikan kesempatan untuk menang-gapi agar siswa termotivasi untuk melakukan aktivitas, sehingga siswa akan memperoleh nilai hasil belajar yang lebih baik dan ketuntasan bisa tercapai.
(3)
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang penerapan model pembelajaran TGT pada materi pokok hidrokarbon pada siswa kelas X1 SMA Gajah Mada Bandar Lampung, dapat disimpulkan bahwa:
1. Penerapan model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) yaitu, dengan membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok kooperatif dapat mendorong suksesnya keaktifan siswa dalam kelompok karena, setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas keberhasilan anggota kelompok mereka. Peningkatan aktivitas belajar siswa dari siklus I ke siklus II, aktif dalam memberikan pendapat 12,5%, aktif dalam diskusi kelompok sebesar 18,06%, aktif dalam bertanya kepada guru sebesar 9,72%, dan aktif
menjawab pertanyaan dari guru sebesar 9,72%. Siklus II ke siklus III, aktif dalam memberikan pendapat sebesar 6,95%, aktif berdiskusi kelompok sebesar 16,67%, aktif dalam bertanya kepada guru sebesar 13,89%, dan aktif menjawab pertanyaan dari guru sebesar 8,33%.
2. Penerapan model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) merupakan suatu model yang memanfaatkan suatu permainan dalam kelompok kecil untuk memperoleh tambahan pengetahuan dalam menyelesaikan masalah
(4)
75
yang berhubungan dengan pokok bahasan asam-basa sehingga, dapat meningkatkan penguasaan konsep siswa dari siklus ke siklus. Peningkatan persentase rata-rata penguasaan konsep hidrokarbon, yaitu dari siklus I ke siklus II sebesar 7,48% dan dari siklus II ke siklus III sebesar 8,11%. 3. Penerapan model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT)
meningkatkan persentase ketuntasan belajar siswa dari siklus ke siklus. Peningkatan persentase ketuntasan belajar siswa pada materi pokok hidrokarbon dari siklus I ke siklus II sebesar 19,45% dan dari siklus II kesiklus III sebesar 11,11%.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, penerapan model pembelajaran
Teams Games Tournaments (TGT) dapat meningkatkan hasil belajar kimia siswa.
Oleh karena itu disarankan :
1. Penerapan model pembelajaran TGT, sebaiknya lebih sering membimbing siswa dalam kelompok agar pembelajaran kooperatif dapat berjalan optimal sehingga, dapat meningkatkan aktivitas siswa dan penguasaan konsep terutama pada materi pokok hidrokarbon.
2. Model pembelajaran TGT dapat digunakan sebagai salah satu alternatif strategi pembelajaran kimia di sekolah untuk meningkatkan aktivitas siswa dan penguasaan konsep terutama pada materi pokok hidrokarbon.
(5)
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S., Suhardjono dan Supardi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara. Jakarta.
As’ari, A. 2003. Pembelajaran Cooperative Learning. Makalah. Jakarta Dahar, R.W. 1996. Teori-Teori Belajar. Erlangga. Jakarta.
Djamarah, S. 2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Rineka Cipta, Jakarta.238hlm.
Hamalik, O. 2004. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.
Handayani, N. 2010. Upaya meningkatkan aktivitas dan penguasaan konsep pada materi larutan elektrolit dan redoks menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe teams games tournament (PTK Pada Siswa Kelas X5 TP 2010/2011 SMA N 4 Bandar lampung). Skripsi. FKIP Unila. Bandar Lampung.
Herpina. 2010. Penerapan pembelajaran kooperatif teknik bertukar pasangan untuk meningkatkan aktivitas dan penguasaan konsep pada materi pokok hidrokarbon (PTK pada siswa kelas X7 SMA Perintis 2 Bandar Lampung).
Skripsi. FKIP Unila. Bandar Lampung.
Ibrahim. Dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Universitas Negeri Surabaya Justiana, S. dan Muchtaridi.2009. Kimia 1. Yudhistira. Jakarta.
Lie, A. 2007. Cooperatif Learning(Mempraktikkan Kooperatif Learning di
Ruang-Ruang Kelas). Gramedia, Jakarta.
Panen, D. Mustafa, dan M. Sekarwinahyu. 2001. Konstruktivisme dalam
Pembelajaran. Dikti. Jakarta.
Prianto dan Harnoko. 1997. Perangkat Pembelajaran. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.
(6)
77
Sagala, S. 2003. Konsep dan Makna Pembelajaran. Alfabeta. Bandung
Sardiman, A.M. 2003. Interaksi dan Motivasi belajar Mengajar. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta
Slavin, R.E. 1995. Cooperative Learning; Teory, Research, and Practise. Allyn Balcon. Boston
Suparno, P. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Kanisius. Jakarta.
Sriyono, dkk. 1992. Teknik Belajar Mengajar dalam CBSA. Rineka Cipta. Jakarta.
Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran inovatif Berorientasi konstruktivisme. Prestasi Pustaka Publisher. Jakarta.
Wartono, N. 2004. Materi Pelatihan Terintegrasi Sain(buku 4). Proyek PSPP Depdiknas. Jakarta.