Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Teams Games Tournament Terhadap Prestasi Belajar Alquran Hadis Siswa (Quasi Eksperimen Di Mts Nur-Attaqwa Jakarta Utara)

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN

KOOPERATIF TEAMS GAMES TOURNAMENT

TERHADAP PRESTASI BELAJAR

ALQURAN HADIS SISWA

(Quasi eksperimen di MTs Nur-Attaqwa Jakarta Utara)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

HILYATUL ULYA NIM 107011000647

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF

HIDAYATULLAH

JAKARTA

1434 H/2013 M


(2)

LEMBAR PENGBSAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TEAMS GAMES TOURTVAMENT

TERHADAP PRESTASI

BELAJAR ALQURAN HADIS SISWA

(Qu,asi eksperinrcn di MTs Nur-Attaqwa Jakarta Utara)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.I)

OIeh:

HILYATUL ULYA

NrM. 107011000647

Pembimbing:

Tanenji, MA

NIP. 19720712 199803 1 004

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(3)

a;$

lr'

LEMBAR PENGESAHAN

PANITIA UJIAN MUNAQASAH

Skripsi ini berjudul Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Teams Games Tournament terhadap Prestasi Belajar Alquran Hadis siswa (euasi Eksperimen di MTs Nur-Attaqwa lakartaUtara) disusun oleh HILyATUL UiyA Nomor Induk Mahasiswa 107011000647, diajukan kepada Fakultas Ilmu Jgbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ian telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah, pada tanggal 14 Mei 2013 di hadapan dewan ggnguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana s1 (s.id.D dalam bidang Pendidikan Agama Islam.

Jakarta, 14 Mei 2013 Panitia Ujian Munaqasah

Tanggal Ketua Panitia (Ketua Jurusan pAI)

Bahrissalim. M.Ag.

NIP. 19680307 199803 1 002 Sekretaris (Sekretaris Jurusan pAI) Drs. Sapiudin Shidiq. M.A

NrP. 19670328200003 1 001

Penguji I

Dr. Zaimmudin. MA

NIP. 19590705 199103 | 002 Penguji 2

Dra. Eni Rosda Syarbaini. M.psi NIP. 19530813 19S003 2 00r

tlf s -17

ul

Tanda Tansan


(4)

Nama NIM Jurusan Alamat

Nama Pembimbing NIP

Jurusan/Program Studi

: Tanenji, MA

:19720712 199803 I 004 : Pendidikan Agama Islam

SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH Yang bertanda tangan di bawah ini:

Hilyatul Ulya

10701 1000647

Pendidikan Agama Islam

Jalan Pegangsaan Dua Km.4 No.157 JakartalJtara

MEI\IYATAKAN DENGAN SESUNGGIJHII.YA

Bahwa skripsi yang berjudul Pengaruh Moder pembelajaran Kooperatif Teams Games Tournamenr terhadap Prestasi Belajar Alquran Hadis siswa adalah benar hasil karya sendiri di bawah bimbingan dosen:

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap menerima segala konsekuensi apabila teibukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya sendiri.

Jakarta,0S April2013

Hilvatul UIya t0701100647


(5)

iv

ABSTRAK

HILYATUL ULYA (107011000647). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Teams Games Tournament terhadap Prestasi Belajar Alquran Hadis Siswa. Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prestasi belajar siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif teams games tournament bagi siswa kelas IX MTs Nur-Attaqwa Jakarta Utara tahun ajaran 2012/2013. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IX.A (penerapan model pembelajaran kooperatif

teams games tournament) dan siswa kelas IX.B (penerapan model pembelajaran konvensional). Metode Penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimen dengan teknik pengambilan sampel purposive sampling. Instrumen yang digunakan adalah instrumen tes berupa soal pilihan ganda sebanyak 20 butir. Data hasil instrumen tes dianalisis secara statistik menggunakan uji perbandingan selisih nilai pretestpostest kedua kelas.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif

teams games tournament lebih tinggi dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional dan berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa pada aspek kognitif walaupun tidak terlalu besar. Hal tersebut terlihat dari selisih peningkatan rata-rata nilai pretest postest antara kedua kelas. Kelas yang diterapkan model pembelajaran kooperatif teams games tournament memiliki selisih rata-rata nilai

pretest postest sebesar 23.63 dan kelas yang diterapkan model pembelajaran konvensional memiliki selisih rata-rata nilai pretest postest sebesar 17.21. Hasil penelitian juga menunjukkan tidak terdapat pengaruh yang signifikan model pembelajaran kooperatif teams games tournament terhadap prestasi belajar alquran hadis siswa. Kesimpulan ini didasarkan pada hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan uji-t terhadap selisih nilai pretest postest kedua kelas.

Berdasarkan pengujian hipotesis tersebut, diperoleh nilai thitung sebesar 1.70, dan

nilai ttabel pada taraf signifikansi 5% adalah 2.06. Dengan demikian, terlihat bahwa

nilai thitung < ttabel, sehingga hipotesis nihil diterima.

Kata Kunci: Prestasi Belajar Alquran Hadis, Model Pembelajaran Kooperatif Teams Games Tournament, Model Pembelajaran Konvensional


(6)

v

Thesis, Islamic Education Department, Faculty of Tarbiya and Teachers Training, Islamic University of Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013.

The aim of this research was to find out the students achievement through the application model of cooperative learning teams games tournament for students class IX MTs Nur-Attaqwa North Jakarta the school year 2012/2013. Subjects in the study were IX.A class (that was applicated of cooperative learning teams games tournament model) and IX.B (that was applicated conventional learning model). Quasi experiment method was used in this research with purposive sampling technique. The test instrument that used was multiple choices 20 items. The data taken from test instrument was analyzed by comparison statistical test, that was comparison between gain in pretest postest results of both classes.

The result of the research showed that cooperative learning teams games tournament model is higher than conventional learning model and it can effect the students achievement in the cognitive aspects but it not so big. It was showed by the improve of gain in pretest postest score between two experiment classes. The improve of gain in pretest postest score at class that applicated cooperative learning teams games tournament model is 23.63 and the improve of gain in pretest postest score at class that applicated conventional learning model is 17.21. Moreover, The result of the research showed that there are not significant effect of cooperative learning teams games tournament model from alquran hadis achievement of the students. It can be conclude that based on the result of statistical test of hyphothetical testing that used t-test from both of gain in pretest postest score showed that tcount value is 1.70, and ttable value in degree of

significance 5% is 2.06. It can be seen that tcount < ttable value, so that the null

hyphothesis is received.

Keywords: Alquran Hadis Achievement, Cooperative Learning Teams Games Tournament Model, Conventional Learning Model


(7)

vi

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur hanya bagi Allah yang telah menciptakan kita dalam keadaan mencintai agamanya dan berpegang pada syariat-Nya. Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad yang telah berjihad untuk menyiarkan ajaran-ajaran Islam yang agung dalam akhlak beliau yang mulia, dan semoga kesejahteraaan dan rahmat senantiasa juga tercurah untuk keluarganya dan para sahabatnya terkasih yang senantiasa mengikuti petunjuknya, sehingga mereka beruntung dengan mendapat ridha dan pahala dari sisi Allah.

Laporan skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) pada Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi ini membahas tentang Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Teams Games Tournament (TGT) terhadap Prestasi Belajar Alquran Hadis Siswa Kelas IX di MTs Nur-Attaqwa Jakarta Utara.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa keterbatasan kemampuan dan kurangnya pengalaman yang dimiliki telah melahirkan adanya hambatan dan kesulitan yang senantiasa ditemui dalam penyusunan skripsi ini. Terselesaikannya skripsi ini terjadi atas bimbingan-Nya dan semua pihak yang memberikan arahan, bimbingan, motivasi dan petunjuk. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis ucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Prof. Dr. H. Rif‟at Syauqi Nawawi, MA, Selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta beserta staf-stafnya.

2. Bapak Bahrissalim, M.A., Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam.

3. Bapak Drs. Sapiudin Shidiq, M.Ag., Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam sekaligus pembimbing akademik penulis.

4. Bapak Tanenji, MA., pembimbing skripsi yang telah memberikan waktu dan tenaganya untuk membimbing, mengarahkan, dan mengembangkan pemikiran kepada penulis demi terselesaikannya penyusunan skripsi ini dengan baik. Terima kasih pak atas bimbingannya.


(8)

vii

memberikan fasilitas untuk mencari atau mengadakan studi kepustakaan. 7. Segenap Bapak/Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Agama Islam, yang telah

memberikan ilmu pengetahuan yang sangat berguna bagi diri pribadi penulis. Khususnya, untuk Bapak Yudhi Munadi, Bapak Muhammad Zuhdi, Bapak Muhammad Furqon, Ibu Nuraida, Ibu Husnawaty yarhamahallah, dan Ibu Heny yang kesemuanya telah mengajari arti ketulusan, semangat dan kerja keras. Terima kasih pak bu atas hard skill dan soft skill yang kini penulis miliki.

8. Bapak H. Ali Muchtar dan Bapak Abdul Latif selaku Kepala Sekolah dan Wakil Kepala Sekolah, Bapak dan Ibu guru beserta staf Tata Usaha yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian serta seluruh siswa kelas IX di MTs Nur-Attaqwa Jakarta Utara.

9. Teruntuk kedua makhluk yang indah, jantung yang berdetak dengan rasa cinta dan kasih sayang, yang menanggung banyak beban demi mencetak masa depan yang gemilang untuk anak-anaknya dengan jari-jarinya yang suci, hidup demi anak-anaknya dengan ikhlas, jujur, dan setia demi memetik buah yang ditanam dan dirawatnya. Yang telah kusakiti hatinya, namun keteladananya dalam pengorbanan bagaikan aliran sungai yang tiada henti. Bapak tercinta H. Mashuri Muchtar dan Mamah tercinta Hj. Yayah Nurfathia. Semoga keridhoan dan doa keduanya selalu bersama penulis. 10.Teruntuk pembimbing, teladan, cahaya hati, penguat jiwa, orang yang

memberi tanpa batas, bijaksana, berhati besar, lambang kepercayaan dan kasih sayang. Suami tersayang Husain Al Adib. Semoga Allah berkahi ikatan suci ini.

11.Teruntuk mutiara yang sangat berharga, belahan hati, cita-cita yang tercapai, bayangan, bagian, jiwa raga yang memberi penulis rasa agungnya sifat keibuan, yang menambah semangat untuk menekuni skripsi ini. Anak tersayang Abdullah Isy Kareeman dan adikmu yang sudah 2 bulan


(9)

viii

bersemayam di rahim ini. Semoga Allah menjadikan agama dan Alquran mulia di tangan kalian.

12.Teruntuk Bani Mashuri harapan hati. Keenam adik tercinta, Hilwan Khulaifi, Sahlan Rizqi Sofwani, Aqlia Nurmawaddah, Ahmad Faqih, Annisa Syifa Fadliah, dan Ratu Sabil el-Islamy. Semoga terjauhkan dari

hubbuddunya wa karohiyatul maut.

13.Teruntuk keluarga slawi tambatan jiwa. Bapak&Ibu mertua terkasih, Haryono&Kholifaturrahmah. Mas huda, mbak hilya, dek evania, dan dek azimah. Semoga kasih sayang ini semakin erat.

14.Teruntuk laskar usman yang seperti bara memberi semangat menyala. Segenap almamater Al-Zaytun tercinta. Khususnya, Agis ackka, Laely, Zizah&Fuad, Ummu&Abu Amara, Kak ana, Cete, Pipit, Rahmat, Andi, Ubed, Arif, Ali, Fulki, Agam, Soleh, Hadi, Daus, Awang dan Enjoymuh. 15.Teruntuk makhluk berharga yang seperti udara memberi kesejukan.

Ummu&Abu Syakir, Ummu Halwa, Ummu&Abu Iffah, Ummu Junnah, Eni, Esha, Eva, Ibu Budi, Ibu Bambang, Devi, Iim, Nida, Vira, Zeky, Ibu Sari, Mbak Nur, Abu Diva, Ummu&Abu Abthol, Ummu&Babeh Saung, Abu&Ummu Ismail, Febri dan Ahmad.

16.Teruntuk pengemban amanah pendidikan yang seperti bumi memberi dukungan. Segenap kawan-kawan PAI Angkatan 2007. Terlebih, Che Laskar Mania. Khususnya, Siti Nurul Karimah, Qiro, Imeh, Lina dan Kodri. Serta Hilda Nurul Mawaddah, Erna dan Aknes.

17.Teruntuk seluruh umat Islam yang istiqomah meninggikan kalimat Allah. Sungguh, seperti air yang memberi inspirasi.

18.Semua pihak yang telah membantu kelancaran penyusunan skripsi ini. Semoga Allah membalas kebaikan mereka dengan sebaik-baiknya.

Jakarta, 08 April 2013


(10)

ix

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI ii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN MUNAQASAH iii

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI iv

ABSTRAK v

ABSTRACT vi

KATA PENGANTAR vii

DAFTAR ISI x

DAFTAR TABEL xiii

DAFTAR GAMBAR xiv

DAFTAR DIAGRAM xv

DAFTAR LAMPIRAN xvi

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Identifikasi Masalah 6

C. Pembatasan Masalah 6

D. Perumusan Masalah 7

E. Tujuan Penelitian 7

F. Kegunaan Penelitian 7

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS 8

A.Deskripsi Teoritik 8

1. Pembelajaran Alquran Hadis 8

a. Hakikat Pembelajaran Alquran Hadis 8

b. Pembelajaran Alquran Hadis di MTs 10

2. Prestasi Belajar Alquran Hadis 14

a. Pengertian Prestasi Belajar Alquran Hadis 14 b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar 15 c. Pengukuran Prestasi Belajar Alquran Hadis 17


(11)

x

3. Model Pembelajaran Kooperatif 20

a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif 20

b. Unsur-unsur Pembelajaran Kooperatif 21 c. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif 23 d. Model-model Pembelajaran Kooperatif 26 4. Model Pembelajaran Kooperatif Teams Games Tournament 26

a. Pengertian Pembelajaran TGT 26

b. Langkah-langkah Pembelajaran TGT 27

c. Pembelajaran TGTdan Prestasi Belajar 34 d. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran TGT 35

B. Hasil Penelitian yang Relevan 37

C. Kerangka Berpikir 40

D. Hipotesis Penelitian 41

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 42

A.Tempat dan Waktu Penelitian 42

B. Metode dan Desain Penelitian 43

C.Populasi dan Sampel 46

D.Prosedur Penelitian 47

E. Teknik Pengumpulan Data 48

F. Teknik Analisis Data 55

G.Hipotesis Statistik 58

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 59

A.Gambaran Umum MTs Nur-Attaqwa Jakarta Utara 59

B. Deskripsi Data 61

C.Pengujian Hipotesis 66

D.Pembahasan Hasil Penelitian 68

E. Keterbatasan Penelitian 69

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 70

A.Kesimpulan 70

B. Saran 71


(12)

(13)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Alquran Hadis MTs

Kelas IX 12

Tabel 2.2 Perbedaan Kelompok Belajar Kooperatif dengan Kelompok Belajar Konvensional 22

Tabel 2.3 Perhitungan Poin Turnamen untuk Tiga Pemain 33

Tabel 2.4 Contoh Kriteria Penentuan Penghargaan Kelompok 33

Tabel 3.1 Kegiatan Penelitian 42

Tabel 3.2 Variabel Penelitian 44

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Instrumen Tes Hasil Belajar 49

Tabel 4.1 Nilai Rata-rata Hasil Ujian Alquran Hadis MTs Nur-Attaqwa 59

Tabel 4.2 Gambaran Guru MTs Nur-Attaqwa Tahun Pelajaran 2012/2013 60

Tabel 4.3 Gambaran Siswa MTs Nur-Attaqwa Tahun Pelajaran 2012/2013 61

Tabel 4.4 Rekapitulasi Hasil Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 62

Tabel 4.5 Rekapitulasi Hasil Postest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 64

Tabel 4.6 Rekapitulasi Hasil Pretest, Postest dan Selisih (Gain) Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 65

Tabel 4.7 Rekapitulasi Uji Normalitas Hasil Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 66

Tabel 4.8 Rekapitulasi Uji Normalitas Hasil Postest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 66

Tabel 4.9 Rekapitulasi Uji Homogenitas Hasil Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 67

Tabel 4.10 Rekapitulasi Uji Homogenitas Hasil Postest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 67


(14)

xiii


(15)

xiv

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 4.1 Hasil Pretest Kelas Eksperimen 61

Diagram 4.2 Hasil Pretest Kelas Kontrol 62

Diagram 4.3 Hasil Postest Kelas Eksperimen 63


(16)

xv

Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pertemuan Ke-2 82 Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pertemuan Ke-3 88 Lampiran 4 Kisi-kisi Instrumen Tes Hasil Belajar 93 Lampiran 5 Soal Uji Coba Instrumen Tes Hasil Belajar 94

Lampiran 6 Soal Pretest dan Postest 98

Lampiran 7 Kunci Jawaban Soal Uji Coba Instrumen Tes Hasil Belajar 101 Lampiran 8 Kunci Jawaban Soal Pretest dan Postest 102 Lampiran 9 Validitas Soal Uji Coba Instrumen Tes Hasil Belajar 103 Lampiran 10 Reliabilitas Soal Uji Coba Instrumen Tes Hasil Belajar 109 Lampiran 11 Taraf Kesukaran Soal Uji Coba Instrumen Tes Hasil Belajar 112 Lampiran 12 Daya Pembeda Soal Uji Coba Instrumen Tes Hasil Belajar 114 Lampiran 13 Kesimpulan Soal Uji Coba Instrumen Tes Hasil Belajar 118

Lampiran 14 Nilai Pretest Kelas Eksperimen 121

Lampiran 15 Nilai Pretest Kelas Kontrol 122

Lampiran 16 Nilai Postest Kelas Eksperimen 123

Lampiran 17 Nilai Postest Kelas Kontrol 124

Lampiran 18 Normalitas Pretest Kelas Eksperimen 125

Lampiran 19 Normalitas Pretest Kelas Kontrol 127

Lampiran 20 Normalitas Postest Kelas Eksperimen 129

Lampiran 21 Normalitas Postest Kelas Kontrol 131

Lampiran 22 Homogenitas Pretest 133

Lampiran 23 Homogenitas Postest 135

Lampiran 24 Test “t” 137

Lampiran 25 Langkah-langkah Praktis Model Teams Games Tournament 139 Lampiran 26 Lembar Skor Model Teams Games Tournament 140

Lampiran 27 Soal Turnamen Pertemuan Ke-1 141

Lampiran 28 Soal Turnamen Pertemuan Ke-2 142


(17)

xvi

Lampiran 30 Kunci Jawaban Soal Turnamen Pertemuan Ke-1 144 Lampiran 31 Kunci Jawaban Soal Turnamen Pertemuan Ke-2 145 Lampiran 32 Kunci Jawaban Soal Turnamen Pertemuan Ke-3 146 Lampiran 33 Kelompok Belajar Model Teams Games Tournament 147 Lampiran 34 Kelompok Turnamen Model Teams Games Tournament 148 Lampiran 35 Daftar Skripsi TGT Mahasiswa UIN Syahid Jakarta 150 Lampiran 36 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian di Sekolah 153

Lampiran 37 Lembar Uji Referensi 154

Lampiran 38 Gambar Media Pembelajaran 159


(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Tak ada satu pun manusia berakal mengingkari bahwa pendidikan manusia merupakan tugas yang berat dan mulia. Karena mendidik manusia agar menjadi insan yang lurus (baik dari semua sisi) membutuhkan pengetahuan (ilmu), kesabaran, fleksibelitas, dan kecakapan. Hidayatullah Ahmad mendefinisikan pendidikan secara lengkap sebagaimana yang tertera dibawah ini.

Pendidikan ialah pengarahan atau pembentukan pola hidup, adaptasi dengan alam sekitarnya, peradaban, penentuan kehidupan, transfer informasi dan kecakapan, pembentukan motivasi internal untuk menghadapi tantangan eksternal, perkembangan di setiap hal yang ada di masyarakat dan kehidupan, pemurnian tradisi dan peninggalan, penemuan bakat dan persiapan diri dengan baik.1

Pendidikan memegang peranan penting dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat, bahkan pendidikan akan meningkatkan harkat dan martabat manusia. Hal ini sesuai dengan firman Allah:

1

Hidayatullah Ahmad, Ensiklopedi Pendidikan Anak Muslim, Terj. dari Mausu’atut

Tarbiyatil ‘Amaliah lith Thifl oleh Sari Narulita dan Umron Jayadi, (Jakarta: Fikr, 2008), Cet. I, h. 18.


(19)

2

Niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha teliti apa yang kamu kerjakan. (Q.S. Al-Mujaadalah: 11)2

Ayat di atas menjelaskan bahwa manusia yang berilmu memiliki derajat (harkat) dan martabat yang lebih tinggi daripada makhluk Allah lainnya. Namun, menuntut ilmu pengetahuan harus disertai pula dengan keimanan yang kuat agar mencapai derajat yang tinggi, baik di dunia maupun di akhirat. Islam memerintahkan dan mewajibkan manusia agar berusaha keras dalam menuntut ilmu pengetahuan sepanjang hidupnya. Dalam kehidupan, manusia akan menemui berbagai macam problematika kehidupan. Salah satu cara untuk mengatasi hal tersebut adalah menyelesaikannya lewat ilmu pengetahuan.

Begitu penting pendidikan sehingga harus dijadikan prioritas utama dalam pembangunan bangsa. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 butir 1 menyebutkan bahwa ”pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara”.3

Mutu pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Salah satu indikasi paling nyata dari rendahnya mutu pendidikan di Indonesia adalah rendahnya perolehan prestasi belajar siswa. Khususnya, di MTs Nur-Attaqwa Jakarta Utara. Pemerintah, guru, dan orang tua memiliki peranan yang penting dan signifikan dalam meningkatkan prestasi belajar siswa.

Banyak usaha yang dapat dilakukan untuk memperbaiki mutu pendidikan, diantaranya pembaharuan kurikulum dan sistem belajar

2

Kementrian Agama RI, Alquran, Tajwid dan Terjemahnya, (Bandung: PT Sygma Examedia Arkanleema, 2010), h. 543.

3

Direktorat Jendral Pendidikan, Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003, (Jakarta: Eko Jaya, 2003), Cet. I, h. 5.


(20)

mengajar, peningkatan kualitas pengelola sekolah dan guru, pemenuhan sarana belajar mengajar, penyempurnaan sistem penilaian dan sebagainya. Dalam upaya peningkatan mutu pendidikan khususnya dalam meningkatkan prestasi belajar siswa, salah satu diantaranya yang harus dikembangkan terletak pada sistem belajar mengajar yang merupakan kegiatan paling pokok dalam proses pendidikan.

Pendidikan tidak dapat dipisahkan dari proses pembelajaran, ”pembelajaran adalah proses transfer ilmu dua arah, antara guru sebagai pemberi informasi dan siswa sebagai penerima informasi”.4 Guru adalah pemberi informasi yang berfungsi sebagai sumber belajar, pengelola kelas dan pembelajaran, fasilitator (mediator), pembimbing, motivator, demonstrator dan evaluator bagi siswa. Di mana guru merupakan salah satu faktor pendukung yang dapat mengantarkan keberhasilan siswa di sekolah. Adapun siswa adalah penerima informasi yang belum dewasa dan memiliki sejumlah potensi yang masih perlu dikembangkan. Di mana siswa merupakan subjek dan objek pendidikan yang memerlukan bimbingan (guru) untuk membantu membimbingnya menuju kedewasaan dan mengarahkannya mengembangkan potensi yang dimilikinya menuju sebuah keberhasilan.

Persaingan yang semakin kompetitif saat ini, menjadikan prestasi akademik yang tinggi sebagai dambaan setiap siswa dan orang tua. Dengan banyaknya materi yang dibebankan dan indikator keberhasilan yang ingin dicapai, siswa diharuskan untuk mendapatkan prestasi belajar yang memuaskan tanpa adanya perubahan proses pembelajaran. Hampir di semua sekolah, guru menjadi satu-satunya sumber pengetahuan dengan ceramah menjadi pilihan utama untuk penyampaian materi. Kemudian terjadilah situasi kelas yang tidak efektif dan tidak menyenangkan.

Padahal, saat ini siswa dapat belajar lewat internet, perpustakaan, media cetak, televisi dan masih banyak lagi. Tugas pengajar saat ini seharusnya memotivasi siswa untuk mencari pengetahuan di luar kelas serta membimbing

4

Munif Chatib, Sekolahnya Manusia: Sekolah Berbasis Multiple Intelligences di Indonesia, (Bandung: Kaifa, 2010), Cet. VII, h. 135.


(21)

4

penggunaan pengetahuan tersebut. Saat ini guru harus menekankan how

daripada what ketika sebuah proses pembelajaran dilangsungkan di sekolah. Seperti yang dikemukakan oleh Nasution dalam Syah bahwa ”mengajar adalah suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak, sehingga terjadi proses belajar”.5 Di mana proses belajar tersebut diartikan sebagai proses menanamkan ilmu pengetahuan sebagaimana pernyataan Smith dalam Sanjaya bahwa ”mengajar adalah menanamkan pengetahuan atau ketrampilan”.6

Untuk mencapai prestasi belajar maksimal, siswa dan guru harus memahami dulu proses belajar dan seluruh faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar. Umumnya siswa sangat memerlukan suatu model pembelajaran yang sederhana, praktis, serta mudah diterapkan untuk dapat belajar secara efektif dan menyenangkan.

Joyce dan Weil dalam Suyono mengemukakan bahwa ”model pembelajaran adalah suatu deskripsi dari lingkungan belajar yang menggambarkan perencanaan kurikulum, kursus-kursus, desain unit-unit pelajaran dan pembelajaran, perlengkapan belajar, buku-buku pelajaran, buku-buku kerja, program multimedia, dan bantuan belajar melalui program komputer”.7 Adapun Soekamto dalam Trianto mendefinisikan model pembelajaran sebagai ”kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang

5

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2003), Cet. VIII, h. 182.

6

Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), Cet. I, h. 208.

7

Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), Cet. I, h. 20.


(22)

pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar”.8

Proses belajar yang efektif dan menyenangkan di sekolah sangat sulit diterapkan khususnya pada mata pelajaran Alquran Hadis, karena selain faktor model pembelajaran yang hanya memfokuskan penyampaian informasi kepada siswa, banyak siswa tidak menyukai mata pelajaran Alquran Hadis. Hal ini disebabkan karena mata pelajaran Alquran Hadis dianggap menjemukan dan mudah untuk dipahami. Salah satu diantaranya “Hukum Bacaan Mad”. Siswa menganggap materi “Hukum Bacaan Mad” merupakan materi yang sangat mudah untuk dipahami, sehingga siswa tidak memiliki minat untuk mempelajari bab ini.

Agar masalah pada mata pelajaran Alquran Hadis tersebut dapat dihindari serta memudahkan siswa dalam proses pembelajaran, diperlukan suatu model pembelajaran yang tepat dan menyenangkan. Model pembelajaran yang tepat akan memungkinkan siswa tertarik untuk mempelajari mata pelajaran tersebut dan siswa dapat menguasai ilmu lebih mudah dan lebih cepat sesuai dengan kapasitas tenaga dan pikiran yang dikeluarkan. Dengan kata lain, model pembelajaran yang tepat tersebut akan menciptakan cara belajar yang efektif sehingga siswa tertarik untuk mempelajari mata pelajaran Alquran Hadis. Selain itu, siswa tidak hanya dapat memahami dan menghapalnya tapi juga dapat mengamalkan pengetahuannya dalam kehidupan sehari-hari.

Salah satu model pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat memahami hukum bacaan mad dengan baik adalah model pembelajaran kooperatif teams games tournament. Teams games tournament merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif. Di mana pembelajaran yang dilaksanakan di dalam kelas dengan membentuk kelompok-kelompok kecil, guru memberikan permainan-permainan akademik dan guru mengadakan turnamen atau kompetisi antar kelompok. Hal ini

8

Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Impelemntasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Kencana, 2010), Cet. III, h. 22.


(23)

6

memungkinkan siswa yang belum memahami hukum bacaan mad yang disampaikan oleh guru dapat bertanya kepada teman satu timnya untuk memperoleh informasi lebih, sehingga dalam kegiatan turnamen siswa telah memahami materi pelajaran dan siap bersaing dengan lawannya

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis merasa tertarik untuk memahami lebih dalam tentang penggunaan model pembelajaran kooperatif

team games tournament. Sehingga ditulis dalam penelitian ini dengan judul

”PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEAMS GAMES

TOURNAMENT TERHADAP PRESTASI BELAJAR ALQURAN HADIS

SISWA Di Madrasah Tsanawiyah Nur-Attaqwa Jakarta Utara”.

B.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis mengidentifikasi permasalahan pada beberapa hal sebagai berikut:

1. Pembelajaran Alquran Hadis MTs Nur-Attaqwa Jakarta Utara yang dilakukan belum memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran.

2. Pembelajaran Alquran Hadis MTs Nur-Attaqwa Jakarta Utara yang dilakukan hanya berpusat pada guru.

3. Pembelajaran Alquran Hadis MTs Nur-Attaqwa Jakarta Utara masih diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran konvensional.

4. Prestasi belajar Alquran Hadis MTs Nur-Attaqwa belum menunjukkan hasil yang optimal.

C.

Pembatasan Masalah

Melihat luasnya permasalahan yang dihadapi berkenaan dengan judul di atas, maka masalah ini dibatasi pada:

1. Subjek dan Tempat Penelitiannya adalah siswa MTs kelas IX semester genap tahun pelajaran 2012/2013 di Nur-Attaqwa Jakarta Utara.

2. Model pembelajaran kooperatif yang digunakan adalah teams games tournament, yang meliputi presentasi, belajar kelompok, game dalam


(24)

turnamen, menentukan skor kelompok dan memberikan penghargaan kelompok.

3. Prestasi belajar siswa diambil dari nilai pretest dan postest siswa pada materi hukum bacaan mad.

D.

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka perumusan masalah yang ingin diajukan adalah:

“Apakah terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif teams games tournament terhadap prestasi belajar Alquran Hadis siswa?”

E.

Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian yang diharapkan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif teams games tournament terhadap prestasi belajar Alquran Hadis siswa kelas IX pada pokok bahasan hukum bacaan mad di MTs Nur-Attaqwa Jakarta Utara.

F.

Kegunaan Penelitian

Manfaat dari hasil penelitian ini diharapkan adalah :

1. Dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan dalam bidang pendidikan. 2. Dapat menyelesaikan masalah secara teoritis.

3. Dapat menemukan model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan dipelajari.

4. Dapat mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif teams games tournament terhadap prestasi belajar Alquran Hadis siswa.


(25)

8

BAB II

KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A.

Deskripsi Teoritik

1. Pembelajaran Alquran Hadis

a. Hakikat Pembelajaran Alquran Hadis

Sebelum membahas dan memahami tentang pembelajaran Alquran Hadis, terlebih dahulu akan dijelaskan pengertian belajar, pembelajaran, Alquran dan Hadis. Belajar dan Pembelajaran memiliki makna yang berbeda, hal tersebut dapat dilihat dari definisi yang dikemukakan para ahli. Menurut Winkel, “belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, ketrampilan dan nilai-sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas”.1 Senada dengan itu, menurut Sanjaya, “belajar adalah suatu proses aktivitas mental seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya sehingga menghasilkan perubahan tingkah laku yang bersifat positif baik perubahan dalam aspek pengetahuan, sikap, maupun psikomotor”.2

1

W. S. Winkel, Psikologi Pengajaran, (Yogyakarta: Media Abadi, 2009), Cet. X, h. 59.

2

Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), Cet. I, h. 229.


(26)

Adapun Jerome Brunner dalam Trianto mengemukakan, “belajar adalah suatu proses aktif di mana siswa membangun (mengkonstruk) pengetahuan baru berdasarkan pada pengalaman/pengetahuan yang sudah dimilikinya”.3 Gage dalam Suyono berpendapat bahwa, “belajar adalah suatu proses di mana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman”.4

Berdasarkan pengertian belajar yang telah dikemukakan para ahli di atas maka dapat disintesiskan bahwa belajar adalah segenap rangkaian kegiatan atau aktivitas mental yang dilakukan seseorang secara sadar yang melibatkan unsur jiwa dan raga dalam membangun (mengkonstruk) pengetahuan baru berdasarkan pada pengalaman atau pengetahuan yang sudah dimilikinya sehingga terjadi perubahan-perubahan prilaku yang relatif menetap (secara kognitif, afektif, dan psikomotorik) dalam dirinya, serta peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seseorang diberbagai bidang yang terjadi akibat melakukan interaksi terus menerus dengan lingkungannya.

Kemudian, berkenaan dengan pengertian pembelajaran, menurut UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, “pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”.5 Senada dengan itu, Chatib mengemukakan, “pembelajaran adalah proses transfer ilmu dua arah, antara guru sebagai pemberi informasi dan siswa sebagai penerima informasi”.6 menurut Trianto, “pembelajaran merupakan interaksi dua arah dari seorang guru dan peserta didik, di mana antara keduanya terjadi komunikasi (transfer) yang intens dan terarah menuju pada suatu target yang telah ditetapkan sebelumnya”.7

Sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu proses interaksi yang melibatkan peserta didik, pendidik dan sumber belajar dalam

3

Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Implemntasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Kencana, 2010), Cet. III, h. 15.

4

Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), Cet. I, h. 12.

5

Direktorat Jendral Pendidikan, Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003, (Jakarta : Eko Jaya, 2003), Cet. I, h. 7.

6

Munif Chatib, Sekolahnya Manusia: Sekolah Berbasis Multiple Intelligences di Indonesia, (Bandung: Kaifa, 2010), Cet. VII, h. 135.

7


(27)

10

lingkungan yang kondusif untuk belajar secara optimal dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.

Adapun pengertian Alquran menurut al-Qaththan adalah “kalam atau firman Allah yang diturunkan kepada Muhammad, yang pembacaannya merupakan suatu ibadah”.8

Kemudian menurut al-Jurjani, “Alquran adalah yang diturunkan kepada Rasulullah, ditulis dalam mushaf, dan diriwayatkan secara mutawattir tanpa keraguan”.9 Sedangkan menurut para Ulama Ahli Bahasa berpendapat, “Alquran adalah kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad mulai awal dari al-Fatihah sampai akhir surah an-Nas”.10

Sedangkan pengertian Hadis menurut al-Qaththan adalah “apa saja yang disandarkan kepada Nabi, baik berupa perkataan, perbuatan, persetujuan atau sifat”.11

Senada dengan itu Khon berpendapat, “Hadis adalah sesuatu yang datang dari Nabi, baik berupa perkataan atau berupa perbuatan dan atau persetujuan”.12

Jadi, sebagaimana yang telah dikemukakan di atas, dapat disintesiskan bahwa pembelajaran Alquran Hadis adalah suatu proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik, di mana antara keduanya terjadi komunikasi (transfer ilmu) yang intens dan terarah, berkaitan dengan kalam Allah (Alquran) dan segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi (Hadis) dalam lingkungan yang kondusif untuk belajar secara optimal dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.

b. Pembelajaran Alquran Hadis di MTs

Dalam pendidikan formal terdapat beberapa bidang studi salah satunya adalah bidang studi Alquran Hadis yang merupakan bagian dari Pendidikan Agama Islam. Pendidikan Agama Islam wajib dilaksanakan di lembaga pendidikan seperti lingkungan keluarga, masyarakat, dan di sekolah-sekolah

8 Manna‟ Khalil al

-Qaththan, Studi Ilmu-ilmu Alquran, Terj. dari Mabahits fi Ulum Alquran oleh Mudzakir, (Jakarta: Pustaka Litera Antar Nusa, 2007), h. 17.

9

Abduh Djalal, Ulumul Quran, (Surabaya: Dunia Ilmu, 2000), h. 31.

10

Rosihan Anwar, Ulumul Quran, (Bandung: Pustaka Setia, 2006), h. 8.

11

al-Qaththan, op. cit.,h. 23.

12


(28)

baik di tingkat TK, SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA maupun tingkat perguruan tinggi.

Mata pelajaran Alquran Hadis yang merupakan bagian dari Pendidikan Agama Islam di MTs yang syarat dengan muatan nilai kehidupan Islam, perlu diupayakan melalui perencanaan pembelajaran yang baik, agar dapat meningkatkan mutu belajar dan kehidupan siswa. Oleh karena itu salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh guru adalah membuat perencanaan pembelajaran secara profesional dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya sebagai seorang pendidik, pembelajar, sekaligus sebagai perancang pembelajaran dengan memperhatikan Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) yang harus dicapai oleh siswa.

Standar Kompetensi Lulusan (SKL) adalah satu dari 8 Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang merupakan kompetensi lulusan minimal yang berlaku di wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Definisi SKL menurut Sanjaya adalah ”kemampuan minimal yang harus dicapai oleh peserta didik, setelah tamat mengikuti pada jenjang atau satuan pendidikan tertentu”.13

Adapun Standar Kompetensi Lulusan mata pelajaran Alquran Hadis di MTs menurut Peraturan Menteri Agama Nomor 2 Tahun 2008 yaitu:

1) Memahami dan mencintai Alquran dan hadis sebagai pedoman hidup umat Islam.

2) Meningkatkan pemahaman Alquran, al-Faatihah, dan surat pendek pilihan melalui upaya penerapan cara membacanya, menangkap maknanya, memahami kandungan isinya, dan mengaitkannya dengan fenomena kehidupan.

3) Menghafal dan memahami makna hadis-hadis yang terkait dengan tema isi kandungan surat atau ayat sesuai dengan tingkat perkembangan anak.14

13

Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), Cet. IV, h. 135.

14

Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI, Standar Kompetensi Lulusan Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab Madrasah Tsanawiyah, 2012, (www.pendis.kemenag.go.id).


(29)

12

Dengan adanya SKL, kita memiliki barometer yang menjadi patokan dalam mengevaluasi mutu pendidikan, baik evaluasi bersifat mikro seperti kualitas proses dan kualitas produk pembelajaran, maupun evaluasi makro seperti efektivitas dan efisiensi program pendidikan, sehingga ke depan pendidikan kita akan melahirkan standar mutu yang dapat dipertanggungjawabkan pada setiap jalur, jenis dan jenjang pendidikan. SKL mata pelajaran selanjutnya dijabarkan ke dalam SK dan KD.

”Standar Kompetensi (SK) adalah kemampuan minimal yang harus dicapai setelah anak didik menyelesaikan suatu mata pelajaran tertentu pada setiap jenjang pendidikan yang diikutinya”.15 Adapun ”Kompetensi Dasar (KD) adalah kemampuan minimal yang harus dicapai peserta didik dalam penguasaan konsep atau materi pelajaran yang diberikan dalam kelas pada jenjang pendidikan tertentu”.16 Kemampuan ini berorientasi pada perilaku afektif dan psikomotorik dengan dukungan pengetahuan kognitif dalam rangka memperkuat keimanan dan ketaqwaan kepada Allah. Adapun Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar mata pelajaran Alquran Hadis kelas IX di MTs menurut Peraturan Menteri Agama Nomor 2 Tahun 2008 dapat dilihat pada tabel 2.1 dibawah ini.

Tabel 2.1

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Alquran Hadis MTs Kelas IX Semester 1 dan Semester 2

Semester 1

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

1) Membaca Alquran surat

pendek pilihan

a) Menerapkan hukum mad silah

dalam QS al-Qaari’ah dan al-Zalzalah

b) Menerapkan hukum mad laazim mukhaffaf kilmi, mutsaqqal kilmi,

dan farqi dalam Alquran

15

Sanjaya, loc. cit.

16


(30)

2) Menerapkan Alquran surat-surat pendek pilihan tentang hukum fenomena alam

a) Memahami isi kandungan QS

al-Qaari’ah dan al-Zalzalah tentang hukum fenomena alam

b) Memahami keterkaitan isi

kandungan QS al-Qaari’ah dan

al-Zalzalah tentang hukum fenomena alam dalam kehidupan

c) Menerapkan kandungan

al-Qaari’ah, al-Zalzalah dalam fenomena kehidupan sehari-hari dan akibatnya

3) Memahami hadis tentang menjaga dan melestarikan lingkungan alam

a) Menulis hadis tentang menjaga dan melestarikan lingkungan alam b) Menerjemahkan makna hadis tentang menjaga dan melestarikan lingkungan alam

c) Menghafal hadis tentang menjaga dan melestarikan lingkungan alam d) Menjelaskan keterkaitan isi kandungan hadis dalam perilaku

menjaga dan melestarikan

lingkungan alam dalam fenomena kehidupan dan akibatnya

Semester 2

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

1) Membaca Alquran surat

pendek pilihan

a) Menerapkan hukum bacaan mad, lam dan ra' dalam QS al-Ashr dan

al-‘Alaq

b) Menerapkan hukum bacaan mad laazim mukhaffaf harfi dan

mutsaqqal harfi dalam Alquran 2) Menerapkan Alquran

surat-surat pendek pilihan tentang

menghargai waktu dan

menuntut ilmu

a) Memahami isi kandungan QS al-Ashr dan al-‘Alaq tentang menghargai waktu dan menuntut ilmu

b) Memahami keterkaitan isi

kandungan QS al-Ashr dan

al-‘Alaq tentang menghargai waktu

dan menuntut ilmu dalam

fenomena kehidupan

c) Menerapkan kandungan QS al-Ashr dan al-‘Alaq tentang menghargai waktu dan menuntut ilmu dalam fenomena kehidupan sehari-hari


(31)

14

menuntut ilmu dan

menghargai waktu

ilmu dan menghargai waktu b) Menerjemahkan makna menuntut

ilmu dan menghargai waktu c) Menghafal hadis tentang menuntut

ilmu dan menghargai waktu d) Menjelaskan keterkaitan isi

kandungan hadis dalam perilaku menuntut ilmu dan menghargai waktu dalam fenomena kehidupan dan akibatnya 17

2. Prestasi Belajar Alquran Hadis

a. Pengertian Prestasi Belajar Alquran Hadis

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, “prestasi ialah hasil yang telah dicapai”.18

Mas‟ud Hasan Abdul Qohar berpendapat, “prestasi adalah apa yang telah kita dapat ciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan”.19

Dengan demikian, ada dua unsur dalam prestasi yaitu adanya keuletan dan hasil yang dicapai. Berangkat dari unsur-unsur ini maka penulis dapat menyimpulkan bahwa prestasi adalah suatu hasil yang telah diciptakan seseorang dengan keuletan atau usaha yang sungguh-sungguh, baik hasil tersebut menyenangkan hati ataupun tidak.

Adapun pengertian prestasi belajar itu sendiri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, “prestasi belajar ialah hasil yang telah dicapai atau penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru”.20 Senada dengan itu, Abdurrahman Saleh mengemukakan, “prestasi belajar adalah hasil yang dicapai siswa dari mempelajari tingkat penguasaan ilmu pengetahuan tertentu dengan alat ukur berupa evaluasi yang dinyatakan dalam bentuk angka, huruf, kata atau

17

Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI, Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab Madrasah Tsanawiyah, 2012, (www.pendis.kemenag.go.id).

18

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), Cet. I, h. 700.

19

Blog Kabar Pendidikan, Pengertian Prestasi Belajar, 2012, (www.majalahpendidikan.com).

20


(32)

simbol”.21Adapun menurut Sanjaya, “prestasi belajar ialah pencapaian dalam memperoleh kemampuan sesuai dengan tujuan khusus yang direncanakan”.22

Kemudian Made Wena juga mendefinisikan bahwa, “prestasi belajar ialah semua efek yang dapat dijadikan sebagai indikator tentang nilai dari penggunaan strategi pembelajaran dibawah kondisi yang berbeda”.23

Jadi, sebagaimana yang telah dikemukakan di atas, dapat disintesiskan bahwa prestasi belajar Alquran Hadis adalah hasil yang dicapai siswa dalam mempelajari tingkat penguasaan ilmu pengetahuan Alquran Hadis dari penggunaan strategi pembelajaran dibawah kondisi yang berbeda dengan alat ukur berupa evaluasi, yang dinyatakan dalam bentuk angka, huruf, kata atau simbol.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Muhibbin Syah mengklasifikasikan faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar menjadi tiga, yaitu:

1)Faktor internal yang terdiri dari:

a. Faktor fisiologis yang berkaitan dengan fisik siswa.

b. Faktor psikologis yang meliputi intelegensi, sikap, bakat, minat dan motivasi siswa.

2) Faktor eksternal yang terdiri dari:

a. Faktor sosial yang meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.

b. Faktor non sosial yang meliputi keadaan dan letak gedung sekolah, keadaan dan letak rumah tempat tinggal keluarga, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa

3) Faktor pendekatan belajar peserta didik yakni segala cara atau strategi yang digunakan siswa dalam menunjang efektifitas dan efisiensi proses pembelajaran materi tertentu. Strategi dalam hal ini berarti seperangkat langkah operasional yang direkayasa sedemikian rupa untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan belajar tertentu.24

Adapun Yudhi Munadi mengklasifikasikan faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar sebagai berikut:

21

Blog Kabar Pendidikan, loc. cit.

22

Sanjaya, op.cit., h. 13.

23

Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer: Suatu Tinjauan Konseptual Operasional , (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), Cet. II, h. 6.

24

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2003), Cet. VIII, h. 132-139.


(33)

16

1) Faktor internal yang terdiri dari: a) Faktor fisiologis

b) Faktor psikologis yang meliputi intelegensi, perhatian, minat dan bakat, motif dan motivasi, kognitif dan daya nalar (persepsi, mengingat, dan berpikir realistik)

2) Faktor eksternal

a) Faktor lingkungan yang meliputi lingkungan fisik atau alam yang berkaitan dengan suhu, kelembaban, kepengapan udara dan sebagainya, maupun lingkungan sosial.

b) Faktor instrumental yang meliputi kurikulum, sarana dan fasilitas, dan guru.25

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disintesiskan bahwa pada dasarnya secara umum ada dua faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Kedua ahli di atas sepakat bahwa faktor fisiologis atau jasmani merupakan faktor internal yang mempengaruhi prestasi belajar siswa. Dapat dilihat di lapangan bagaimana siswa yang memiliki kondisi tubuh yang sehat dan normal cenderung memiliki prestasi belajar yang lebih baik.

Kesepakatan juga terjadi dalam faktor psikologis yang juga merupakan bagian dari faktor internal. Namun dalam pengembangannya, Syah hanya membaginya kembali menjadi 5 yakni intelegensi, sikap, bakat, minat dan motivasi. Sedangkan Munadi sepakat dengan kelima pembagian di atas dan menambahkannya dengan perhatian serta kognitif dan daya nalar. Di mana kognitif dan daya nalar yang menurut hemat peneliti mungkin bisa saja hal tersebut masih berkaitan dengan intelegensi sehingga Syah tidak menyebutkannya, namun jika ditelaah lebih mendalam aspek kognitif dan daya nalar memang memerlukan perhatian khusus agar mendapatkan prestasi belajar yang lebih maksimal lagi.

Berkaitan dengan faktor eksternal, peneliti lebih sepakat dengan pengembangan yang dipaparkan oleh Munadi yaitu faktor lingkungan dan instrumental. Di mana seperti yang dikemukakan oleh Syah yakni faktor sosial dan non sosial, menurut hemat peneliti faktor tersebut bisa

25

Yudhi Munadi, Media Pembelajaran: Sebuah Pendekatan Baru, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2010), Cet. III, h. 24-35.


(34)

digabungkan ke dalam satu faktor yaitu faktor lingkungan. Syah juga menempatkan faktor pendekatan belajar dalam pembagian faktor secara umum, yang menurut hemat peneliti lebih cocok dimasukkan ke dalam faktor eksternal saja sebagaimana yang dikemukakan oleh Munadi dengan kalimat faktor instrumental.

b.Pengukuran Prestasi Belajar Alquran Hadis

Pada umumnya para pakar dalam bidang evaluasi pendidikan merinci kegiatan evaluasi prestasi belajar ke dalam enam langkah pokok, yaitu:

1) Menyusun rencana evaluasi prestasi belajar yang meliputi perumusan tujuan dilaksanakan evaluasi, penetapan aspek-aspek yang akan dievaluasi, penentuan teknik yang akan dipergunakan di dalam pelaksanaan evaluasi, penyusunan alat-alat pengukur yang akan dipergunakan dalam pengukuran dan penilaian prestasi belajar, penentuan tolak ukur atau kriteria yang akan dijadikan pegangan dalam memberikan interpretasi data hasil evaluasi, dan menentukan frekuensi dari kegiatan evaluasi prestasi belajar itu sendiri.

2) Menghimpun data yaitu melaksanakan pengukuran. 3) Melakukan verifikasi data.

4) Mengolah dan menganalisis data.

5) Memberikan interpretasi dan menarik kesimpulan. 6) Tindak lanjut hasil evaluasi.26

Dalam konteks evaluasi hasil proses pembelajaran di sekolah, dikenal adanya dua macam teknik, yaitu teknik tes dan teknik non-tes.

1) Teknik tes prestasi belajar

“Teknik tes prestasi belajar merupakan salah satu jenis tes yang digunakan untuk mengukur perkembangan atau kemajuan belajar peserta didik setelah mereka mengikuti proses pembelajaran”.27

Teknik tes ini lebih banyak digunakan untuk mengevaluasi prestasi belajar peserta didik dari segi ranah proses berpikirnya (cognitive domain). Apabila ditinjau dari segi jenis soalnya, dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:

26

Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2011), Cet. X, h. 59-62.

27


(35)

18

a) Tes uraian terbagi menjadi dua bentuk:

 Tes uraian bentuk terbuka

“Pada tes uraian bentuk terbuka, jawaban yang dikehendaki muncul dari testeesepenuhnya”28

 Tes uraian bentuk terbatas

“Pada tes uraian bentuk terbatas, jawaban yang dikehendaki muncul dari testee adalah jawaban yang sifatnya sudah lebih terarah (dibatasi)”.29

b) Tes obyektif terbagi menjadi lima bentuk:

 Tes obyektif bentuk benar–salah (true-false test)

“Tes obyektif bentuk benar–salah (true-false test) adalah salah satu bentuk tes obyektif di mana butir-butir soal yang diajukan dalam tes prestasi belajar itu berupa pernyataan (statement) pernyataan mana ada yang benar dan ada yang salah”.30

 Tes obyektif bentuk menjodohkan (matching test)

“Tes obyektif bentuk menjodohkan (matching test) adalah tes di mana disediakan dua kelompok bahan dan testee harus mencari pasangan-pasangan yang sesuai antara yang terdapat pada kelompok pertama dengan yang terdapat pada kelompok kedua, sesuai dengan petunjuk yang diberikan dalam tes tersebut”.31

 Tes obyektif bentuk isian (fill in test)

“Tes obyektif bentuk isian (fill in test) adalah tes di mana ada kata-kata penting dalam cerita atau karangan yang beberapa di antaranya dikosongkan, sedangkan tugas testee adalah mengisi bagian-bagian yang telah dikosongkan itu”.32

28

Ibid., h. 100.

29

Ibid., h. 101.

30

Ibid., h. 107.

31

Ibid., h. 111.

32


(36)

 Tes obyektif bentuk melengkapi (completion test)

“Tes obyektif bentuk melengkapi (completion test) adalah tes yang mirip sekali dengan tes obyektif bentuk isian (fill in test). Letak perbedaannya adalah bahwa pada tes obyektif bentuk fill in, bahan yang diteskan itu merupakan satu kesatuan cerita, sedangkan pada tes obyektif bentuk completion tidak harus demikian”.33

 Tes obyektif bentuk pilihan ganda (multiple choice item)

“Tes obyektif bentuk pilihan ganda (multiple choice item) adalah salah satu tes bentuk obyektif yang terdiri atas pertanyaan atau pernyataan yang sifatnya belum selesai, dan untuk menyelesaikannya harus dipilih salah satu (atau lebih) dari beberapa kemungkinan jawab yang telah disediakan pada tiap-tiap butir soal yang bersangkutan”.34

Tes obyektif bentuk pilihan ganda (multiple choice item) ini dalam perkembangannya terbagi menjadi 9 model yaitu model melengkapi lima pilihan, model asosiasi dengan lima atau empat pilihan, model melengkapi berganda, model analisis hubungan antarhal, model analisis kasus, model hal kecuali, model hubungan dinamik, model perbandingan kuantitatif dan model pemakaian diagram, grafik, peta atau gambar.35

2) Teknik non-tes prestasi belajar

“Teknik non-tes prestasi belajar merupakan penilaian atau evaluasi prestasi belajar peserta didik yang dilakukan dengan tanpa „menguji‟ peserta didik, melainkan dengan melakukan pengamatan secara sistematis (observation), melakukan wawancara (interview), menyebarkan angket (questionnaire), dan memeriksa atau meneliti dokumen-dokumen (documentary analysis)”.36 Teknik nontes ini pada

33

Ibid, h. 116.

34

Ibid, h. 118.

35

Ibid, h. 119-120.

36


(37)

20

umumnya memegang peranan penting dalam rangka mengevaluasi prestasi belajar peserta didik dari segi ranah sikap hidup (affective domain) dan ranah ketrampilan (psychomotoric domain).

Adapun pengukuran prestasi belajar Alquran Hadis di MTs Nur-Attaqwa Jakarta Utara adalah teknik tes berbentuk uraian dan obyektif dalam rangka mengukur ranah proses berpikir (cognitive domain) siswa dan teknik non-tes berbentuk pengamatan secara sistematis (observation) dalam rangka mengukur ranah sikap hidup (affective domain) dan ranah ketrampilan (psychomotoric domain) siswa.

3. Model Pembelajaran Kooperatif

a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Menurut Wina Sanjaya, “pembelajaran kelompok merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen)”.37

Eggen dan Kauchak dalam Trianto mendefinisikan “pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama”.38

Di pihak lain menurut Slavin dalam Solihatin, “pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran di mana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen”.39

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat diambil pengertian bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang memungkinkan siswa belajar dalam kelompok kecil atau tim untuk saling membantu, saling mendiskusikan dan berargumentasi dalam menyelesaikan

37

Sanjaya, op.cit., h. 194.

38

Trianto, op. cit., h. 58.

39

Etin Solihatin, Cooperatif Learning: Analisis Model Pembelajaran IPS, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), Cet. I, h. 4.


(38)

sebuah masalah, menyelesaikan suatu tugas, atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama dalam pembelajaran.

b. Unsur-unsur Pembelajaran Kooperatif

Menurut Johnson & Johnson dan Sutton dalam Trianto, terdapat lima unsur penting dalam belajar kooperatif, yaitu:

1) Saling ketergantungan yang bersifat positif antara siswa. Dalam belajar kooperatif siswa merasa bahwa mereka sedang bekerja sama untuk mencapai satu tujuan dan terikat satu sama lain. Seorang siswa tidak akan sukses kecuali semua anggota kelompoknya juga sukses.

2) Interaksi antara siswa yang semakin meningkat. Belajar kooperatif akan meningkatkan interaksi antara siswa. Hal ini, terjadi dalam hal seorang siswa akan membantu siswa lain untuk sukses sebagai anggota kelompok. Interaksi yang terjadi dalam belajar kooperatif adalah dalam hal tukar-menukar ide mengenai masalah yang sedang dipelajari bersama.

3) Tanggung jawab individual. Tanggung jawab individual dalam belajar kelompok dapat berupa tanggung jawab siswa dalam hal: (a) membantu siswa yang membutuhkan bantuan dan (b) siswa tidak dapat hanya sekadar “membonceng” pada hasil kerja teman jawab siswa dan teman sekelompoknya.

4) Keterampilan interpersonal dan kelompok kecil. Dalam belajar kooperatif, selain dituntut untuk mempelajari materi yang diberikan seorang siswa dituntut untuk belajar bagaimana berinteraksi dengan siswa lain dalam kelompoknya. Bagaimana siswa bersikap sebagai anggota kelompok dan menyampaikan ide dalam kelompok akan menuntut keterampilan khusus.

5) Proses Kelompok. Belajar kooperatif tidak akan berlangsung tanpa proses kelompok. Proses kelompok terjadi jika anggota kelompok mendiskusikan bagaimana mereka akan mencapai tujuan dengan baik dan membuat hubungan kerja yang baik.40

Dalam pembelajaran konvensional juga dikenal belajar kelompok. Meskipun demikian, ada sejumlah perbedaan prinsipil antara kelompok belajar kooperatif dengan kelompok belajar konvensional. Perbedaan tersebut dapat dilihat dalam tabel 2.2 dibawah ini.

40


(39)

22

Tabel 2.2

Perbedaan Kelompok Belajar Kooperatif dengan Kelompok Belajar Konvensional

Kelompok Belajar Kooperatif Kelompok Belajar Konvensional Adanya saling ketergantungan

positif, saling membantu, dan saling memberikan motivasi sehingga ada interaksi promotif

Guru sering membiarkan adanya siswa yang mendominasi kelompok atau menggantungkan diri pada kelompok

Adanya akuntabilitas individual yang mengukur penguasaan materi pelajaran tiap anggota kelompok, dan kelompok diberi umpan balik tentang hasil belajar para anggotanya sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat meberikan bantuan

Akuntabilitas individual sering diabaikan sehingga tugas-tugas sering diborong oleh salah seorang anggota kelompok, sedangkan anggota kelompok lainnya “enak -enak saja” di atas keberhasilan

temannya yang dianggap

“pemborong” Kelompok belajar heterogen, baik

dalam kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, etnik, dan sebagainya.

Kelompok belajar biasanya homogen

Ketua kelompok dipilih secara demokratis atau bergilir untuk

memberikan pengalaman

memimpin bagi para anggota kelompok.

Ketua kelompok sering ditentukan oleh guru atau kelompok dibiarkan untuk memilih ketuanya dengan cara masing-masing.

Keterampilan sosial yang

diperlukan dalam kerja gotong royong seperti kepemimpinan,

kemampuan berkomunikasi,

mempercayai orang lain, dan mengelola konflik secara langsung diajarkan

Keterampilan sosial sering tidak diajarkan secara langsung.

Pada saat belajar kooperatif sedang berlangsung, guru terus melakukan pemantauan melalui observasi dan melakukan intervensi jika terjadi masalah dalam kerja sama antar anggota kelompok

Pemantauan melalui observasi dan intervensi sering tidak dilakukan oleh guru pada saat belajar kelompok sedang berlangsung

Guru memperhatikan secara

langsung proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar.

Guru sering tidak memperhatikan proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar


(40)

Penekanan tidak hanya pada penyelesaian tugas tetapi juga hubungan interpersonal (hubungan antar pribadi yang saling menghargai)

Penekanan sering hanya pada penyelesaian tugas41

c. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif

Keunggulan pembelajaran kooperatif menurut Sanjaya sebagaimana berikut ini:

1) Melalui pembelajaran kooperatif siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa yang lain.

2) Pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain.

3) Pembelajaran kooperatif dapat membantu anak untuk respek pada orang lain dan menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan.

4) Pembelajaran kooperatif dapat membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggungjawab dalam belajar.

5) Pembelajaran kooperatif merupakan suatu strategi yang cukup ampuh untuk meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial, termasuk mengembangkan rasa harga diri, hubungan interpersonal yang positif dengan yang lain, mengembangkan keterampilan me-manage

waktu, dan sikap positif terhadap sekolah.

6) Pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri, menerima umpan balik. Siswa dapat berpraktik memecahkan masalah tanpa takut membuat kesalahan, karena keputusan yang dibuat adalah tanggungjawab kelompoknya.

7) Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata (riil).

8) Interaksi selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berpikir. Hal ini berguna untuk proses pendidikan jangka panjang.42

Sanjaya juga mengemukakan kelemahan dalam pembelajaran kooperatif, yaitu:

41

Ibid., h. 58-59.

42


(41)

24

1) Untuk memahami dan mengerti filosofis pembelajaran kooperatif memang perlu waktu. Sangat tidak rasional kalau kita mengharapkan secara otomatis siswa akan mengerti dan memahami filsafat

cooperative learning. Untuk siswa yang dianggap memiliki kelebihan, contohnya, mereka akan merasa terhambat oleh siswa yang dianggap kurang memiliki kemampuan. Akibatnya keadaan semacam ini dapat mengganggu iklim kerjasama dalam kelompok.

2) Ciri utama pembelajaran kooperatif adalah bahwa siswa saling membelajarkan. Oleh karena itu, jika tanpa peer teaching yang efektif, maka dibandingkan dengan pengajaran langsung dari guru, bisa terjadi cara belajar yang demikian apa apa yang seharusnya dipelajari dan dipahami tidak pernah dicapai oleh siswa.

3) Penilaian yang diberikan dalam pembelajaran kooperatif didasarkan kepada hasil kerja kelompok. Namun demikian, guru perlu menyadari, bahwa sebenarnya prestasi yang diharapkan adalah prestasi setiap individu siswa.

4) Keberhasilan pembelajaran kooperatif dalam upaya mengembangkan kesadaran berkelompok memerlukan periode waktu yang cukup panjang, dan hal ini tidak mungkin dapat tercapai hanya dengan satu kali atau sekali-kali penerapan strategi ini.

5) Walaupun kemampuan bekerja sama merupakan kemampuan yang sangat penting untuk siswa, akan tetapi banyak aktivitas dalam kehidupan yang hanya didasarkan kepada kemampuan secara individual. Oleh karena itu, idealnya melalui pembelajaran kooperatif selain siswa belajar bekerja sama, siswa juga harus belajar bagaimana membangun kepercayaan diri.43

Menerapkan pembelajaran kooperatif merupakan sebuah tantangan yang besar dan pengalaman yang menarik bagi seorang guru. Sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Sanjaya, ada lima kelemahan dalam pembelajaran kooperatif. Di mana kelima hal tersebut haruslah menjadi pokok perhatian para guru dalam menjalankan pembelajaran kooperatif agar guru dapat mensiasati kelemahan tersebut, sehingga proses pembelajaran kooperatif benar-benar dapat berjalan secara efektif dan menyenangkan. Menurut hemat penulis, guru dapat mensiasati kelemahan-kelemahan tersebut sebagai berikut:

1) Berkaitan dengan sulitnya memberikan pemahaman dan pengertian akan filosofis pembelajaran kooperatif dalam waktu yang cepat, sebaiknya guru memberikan ice breaking sebelum memulai pelajaran

43


(42)

yang berkaitan dengan filosofis pembelajaran kooperatif, baik berbentuk games, cerita atau tayangan visual sederhana yang menyenangkan. Sehingga siswa dapat lebih cepat dan mudah mencerna akan filosofis pembelajaran kooperatif.

2) Berkaitan dengan peer teaching atau tutor sebaya yang kurang efektif, selain guru yang harus lebih aktif berkeliling kelas untuk membantu

peer teaching yang kurang efektif, guru sebaiknya menyiapkan handout

yang berisi langkah-langkah praktis berkenaan dengan sistematika materi pokok dalam setiap materi pelajaran.

3) Berkaitan dengan penilaian dalam pembelajaran kooperatif yang didasarkan kepada hasil kerja kelompok, sebaiknya dalam setiap penilaian, guru juga harus memiliki catatan khusus berkenaan dengan penilaian individu siswa.

4) Berkaitan dengan keberhasilan kooperatif dalam upaya mengembangkan kesadaran berkelompok yang memerlukan periode yang cukup panjang, sebaiknya guru juga melakukan pendekatan di luar jam belajar kepada siswa dalam rangka menumbuhkan motivasi intrinsik siswa terhadap kesadaran berkelompok. Guru juga bisa bekerjasama dengan seluruh civitas akademik sekolah, maupun dengan orangtua siswa dalam menumbuhkan budaya kebersamaan. Sehingga diharapkan kesadaran berkelompok dalam pembelajaran kooperatif di kelas tidak akan memerlukan periode yang cukup panjang.

5) Berkaitan dengan banyaknya aktivitas dalam kehidupan yang hanya didasarkan kepada kemampuan secara individual, di mana hal tersebut berseberangan dengan filosofi pembelajaran kooperatif, guru sebaiknya memang harus mampu mampu membangun kepercayaan diri siswa sebagaimana yang telah dikemukakan Sanjaya di atas, dengan cara melakukan pendekatan personal dan menyelami setiap individu siswa yang menjadi anak didiknya.


(43)

26

d. Model-model Pembelajaran Kooperatif

Dalam model pembelajaran kooperatif terdapat beberapa variasi dari model tersebut, yaitu STAD atau Student Teams Achievement Division

(Pembagian Pencapaian Tim Siswa), TGT atau Teams Games Tournament

atau (Turnamen Game Tim), Jigsaw (Teka Teki), CIRC atau Cooperative Integrated Reading and Composition (Mengarang dan Membaca Terintegrasi yang Kooperatif) dan TAI atau Team Accelerated Instruction. Kelima model ini melibatkan penghargaan tim, tanggung jawab individual, dan kesempatan sukses yang sama, tetapi dengan cara yang berbeda. “Tiga diantaranya (STAD, TGT dan Jigsaw) adalah model pembelajaran kooperatif yang dapat diadaptasikan pada sebagian besar mata pelajaran dan tingkat kelas. Sedangkan dua yang lain (CIRC dan TAI) adalah kurikulum komprehensif yang dirancang untuk digunakan dalam mata pelajaran khusus pada tingkat kelas tertentu”.44

4. Model Pembelajaran Kooperatif Teams Games Tournament

a. Pengertian Pembelajaran TGT

“Pembelajaran Kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT), atau Pertandingan Permainan Tim dikembangkan secara asli oleh David De Vries dan Keath Edward”.45

Pada pembelajaran ini siswa memainkan permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk memperoleh tambahan poin untuk skor tim mereka.

Model pembelajaran kooperatif teams games tournament adalah salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforcement. Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam model pembelajaran kooperatif teams games tournament

44

Robert E. Slavin, Coopertive Learning; Teori, Riset, dan Praktik, Terj. dari Cooperative Leraning: Theory, Research and Practice oleh Nurulita, (Bandung: Nusa Media, 2009), Cet. IV, h. 11.

45


(44)

memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.

Secara umum teams games tournament sama saja dengan student teams achievement division, namun teams games tournament menggantikan kuis dengan turnamen akademik, di mana siswa memainkan game akademik dengan anggota tim lain untuk menyumbangkan poin bagi skor timnya. Ada 4 langkah atau komponen utama yang dilakukan dalam TGT yaitu:46

1) Presentasi di kelas

Materi dalam TGT pertama-tama diperkenalkan dalam presentasi di dalam kelas. Bedanya presentasi kelas dengan pengajaran biasa hanyalah presentasi itu haruslah benar-benar berfokus pada unit teams games tournament.

2) Tim

Tim terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras dan etnisitas. Fungsi utama dari tim ini adalah memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar belajar, dan lebih khususnya lagi, adalah untuk mempersiapkan anggotanya agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat game dalam turnamen.

3) Game

Game terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang kontennya relevan yang dirancang untuk menguji pengetahuan siswa. Game tersebut dimainkan di atas meja dengan tiga orang siswa yang mewakili tim yang berbeda. 4) Turnamen

Turnamen adalah sebuah struktur di mana game berlangsung. Biasanya turnamen dilakukan pada akhir minggu atau pada setiap unit setelah guru melakukan presentasi kelas dan tim sudah melaksanakan kerja tim terhadap lembar kegiatan.

4) Rekognisi Tim

Menentukan skor tim dan memberikan sertifikat atau bentuk penghargaan tim lainnya.

b. Langkah-langkah Pembelajaran TGT

1) Persiapan model pembelajaran kooperatif teams games tournament: a) Materi

Materi dalam model pembelajaran kooperatif teams games tournament dirancang sedemikian rupa untuk pembelajaran

46


(45)

28

berkelompok, oleh karena itu, guru harus mempersiapkan handout

yang berisi materi yang akan menjadi bahan pokok dalam presentasi kelas dan yang harus dikuasai pada saat belajar kelompok. Selain itu guru juga harus mempersiapkan soal-soal turnamen dan langkah-langkah praktis model pembelajaran kooperatif teams games tournament dalam bentuk tertulis yang berisi aturan main di setiap langkah pembelajarannya untuk memudahkan siswa dalam proses belajar.

b) Membagi siswa ke dalam kelompok belajar

Dalam kelompok belajar, guru harus mengelompokkan siswa dalam satu kelas menjadi 6-9 kelompok yang kemampuannya heterogen. Cara pembentukan kelompok belajar dilakukan dengan mengurutkan siswa dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas berdasarkan kemampuan akademiknya (bisa di lihat dari hasil ujian terakhir), dan daftar siswa yang telah diurutkan tersebut dibagi menjadi 4 bagian yaitu bagian kriteria nilai tinggi, rata-rata atas, rata-rata bawah dan rendah. Kelompok-kelompok yang terbentuk diusahakan berimbang baik dalam hal kemampuan akademik maupun jenis kelamin dan rasnya.

c) Membagi siswa ke dalam kelompok turnamen

Dalam turnamen, guru harus mengelompokkan siswa dalam satu kelas menjadi 8-12 kelompok turnamen yang terdiri dari 3 orang yang memiliki kemampuan akademik homogen. Cara pembentukan kelompok turnamen dilakukan dengan melihat prestasi akademik atau kriteria nilai masing-masing individu.

d) Media

Guru harus membuat 8-12 set kotak kartu bernomor yang masing-masing kotak berisi kartu bernomor yang jumlahnya setara dengan jumlah soal turnamen yang telah dibuat. Guru juga sebaiknya membuat nametag untuk setiap siswa yang berisi kode kelompok belajar dan kode kelompok turnamen untuk memudahkan siswa


(46)

menemukan teman kelompok belajarnya maupun kelompok turnamennya. Guru juga membuat lembar skor game turnamen untuk setiap kelompok.

e) Penghargaan Kelompok

Guru harus mempersiapkan hadiah yang akan diberikan pada kelompok terbaik, bisa berupa sertifikat, alat tulis, makanan dan sebagainya yang menyenangkan siswa.

2) Pelaksanaan model pembelajaran kooperatif teams games tournament

a) Tahapan pertama: presentasi kelas

Pada awal pembelajaran, saat absensi kelas, guru membagikan satu buah nametag, satu buah handout dan satu lembar langkah-langkah praktis model pembelajaran kooperatif teams games tournament

pada masing-masing siswa. Kemudian setelah apersepsi, ice breaking, penyampaian indikator pembelajaran dan penjelasan langkah-langkah praktis model pembelajaran kooperatif teams games tournament, guru mempresentasikan materi pembelajaran. b) Tahapan kedua: belajar kelompok (tim)

Guru meminta siswa untuk berkumpul sesuai dengan kelompok belajarnya masing-masing sesuai keterangan kode kelompok belajar yang ada pada nametag. Kelompok biasanya terdiri dari 4 atau 5 siswa yang anggotanya heterogen. Dilihat dari prestasi akademik, jenis kelamin, dan ras atau etnis. Guru meminta kepada siswa untuk belajar dalam kelompok belajarnya dan memperhatikan aturan main yang ada dalam tahap belajar kelompok. Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat game. Biasanya belajar kelompok ini mendiskusikan masalah bersama-sama, membandingkan jawaban dan memperbaiki pemahaman yang salah tentang suatu materi. Kelompok merupakan bagian yang utama dalam model pembelajaran kooperatif teams


(1)

47

Ibid.,

h. 168.

48

Ibid.,

h. 175.

49

Ibid

.

50

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan

Bahasa,

Loc. Cit.

51

Robert E. Slavin,

op.cit.,

h. 86.

52

Ibid.,

h. 87.

53

Ibid.,

h. 90.

54

Ibid.

55

Ibid.,

h. 106.

56

Ibid.,

h. 121.

57

Ibid.,

h. 128.

58

Ibid.,

h. 129.

59

Ibid.,

h. 131.

60

Ibid.,

h. 135.

61

Ibid.,

h. 138.

62

Ibid.,

h. 123.

63

Ibid.,

h. 130.

64

Robert E. Slavin,

loc.cit.

65

Ibid.,

h. 58-60.

1

BAB III

Nurul

Zuriah,

Metodologi

Penelitian

Sosial

dan

Pendidikan: Teori-Aplikasi,

(Jakarta: Bumi Aksara, 2007),

Cet. II, h. 57-58.

2

Ibid.

, h.64-65.

3

Ibid.

, h. 157.

4

Donald Ary,

Pengantar Penelitian dalam Pendidikan

, Terj.

dari

Introduction to Research in Education

oleh Arief

Furchan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1982), Cet. I, h. 337.

5

Zuriah,

op.cit.,

h. 116.

6

Ibid.,

h. 119.

7

Ibid.,

h. 124.

8

Anas Sudijono,

Pengantar Evaluasi Pendidikan

, (Jakarta:

PT. Raja Grafindo Persada, 2011), Cet. X, h. 93.

9

Ibid.

, h. 187-190

10

Ibid.,

h. 95.

11

Ibid.

, h. 219.

12

Ibid.

, h. 370.

13

Ibid

. h. 371-372.

14

Ibid.

, h. 372.

15

Ibid

., h. 385-386.

16

Ibid.

, h. 389-390.

17

Ibid.

, h. 389.


(2)

19

Ibid.

20

Anas Sudijono

, Pengantar Statistik Pendidikan

, (Jakarta:

Rajawali Press, 2009), Cet. I, h. 278.

21

Ibid.

, h. 317.

Pembimbing:

Tanenji, MA


(3)

Kelompok Belajar 1

(Hijau Muda)

Kelompok Belajar 2

(Hijau Tua)

Kelompok Belajar 3

(Biru Muda)

Kelompok Belajar 4

(Putih)

Kelompok Belajar 5

(Ungu)

Kelompok Belajar 6

(Kuning)

Kelompok Turnamen

(Merah)

Kelompok Turnamen

(Putih)

Kelompok Turnamen

(Ungu)

Kelompok Turnamen

(Oren)

Kelompok Turnamen

(Kuning)

Kelompok Turnamen

(Biru Muda)

Kelompok Turnamen

(Biru Tua)

Kelompok Turnamen

(Hijau Muda)

Kelompok Turnamen

(Hijau Tua)

Lampiran 38

Gambar NameTag Kelompok Belajar dan Kelompok Turnamen


(4)

Siswa yang sedang berusaha

memecahkan soal

ice breaking

Suasana

postest

di kelas

eksperimen

Salah satu hasil presentasi kelas

pada materi hukum bacaan mad

Suasana belajar kelompok pada

kelompok hijau muda

Suasana

turnamen

kelompok putih

Perhitungan

skor kelompok

Pemberian

reward

pada

kelompok terbaik

Lampiran 39


(5)

BIODATA PENULIS

HILYATUL ULYA/ULIYA. Anak pertama dari Bapak H. Mashuri Muchtar, Lc. dan Ibu Hj. Yayah Nurfathia. Lahir dan dibesarkan di Jakarta pada tanggal 16 Juni 1990. Menikah sejak tahun 2011 dengan Husain Al-Adib dan Alhamdulillah baru dikarunia seorang mujahid cilik yang bernama Abdullah Isy Kareeman yang berumur 15 bulan dan janin 2 bulan. Ia mengaku terinspirasi oleh Rahmah el-Yunusiyyah dan bercita-cita menjadi tokoh pendidikan islam wanita yang sukses dan andal memperbaiki kedudukan kaum wanita melalui pendidikan modern yang berlandaskan ajaran islam dibawah keridhoan Allah SWT.

Pendidikan formal ditempuh dari MI Nur-Attaqwa Jakarta Utara (1995-2001), MTs Al-Zaytun Jawa Barat (2001-2004), dan MA Al-Al-Zaytun Jawa Barat (2004-2007). Sekarang, sedang menempuh pendidikan di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Jurusan Pendidikan Agama Islam, sejak tahun 2007.

Pendidikan non formal yang pernah ditempuh adalah program sertifikasi ICDL (International Computer Driving Licence) dari NCC (National Computing Centre) Education di Al-Zaytun Global Information and Communication Technology (AGICT) pada tahun 2005 dan program sertifikasi ICCS (International Certificate in Computer Studies) dari NCC (National Computing Centre) Education di Al-Zaytun Global Information and Communication Technology (AGICT) pada tahun 2006.

Selama menempuh pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, organisasi yang pernah diikuti adalah Badan Eksekutif Mahasiswa Jurusan (BEMJ) PAI, Departemen Litbang dan Keilmuan sebagai staff ahli (2008-2009). Kemudian Lembaga Dakwah Kampus (LDK) komda FITK, divisi PSDM sebagai anggota (2008-2009).

Kegiatan yang pernah diikuti di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta adalah Program Pengenalan Studi dan Almamater (PROPESA) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2007), Orientasi Mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam di Cisarua Bogor (2007), Program Character Building Guru Pendidikan Agama Islam di Depok (2008) dan Praktek Profesi Keguruan Terpadu (PPKT) di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan (2011) .

Adapun pelatihan dan atau seminar yang pernah diikuti selama menempuh pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta adalah Pelatihan Penulisan Karya Ilmiah yang diselenggarakan oleh BEMJ PAI (2007), Seminar Membedah Gerakan Sesat NII KWIX yang diselenggarakan oleh LDK UIN Syahid (2007), Latihan Kader-1 yang diselenggarakan oleh HMI Komisariat Tarbiyah Ciputat (2008), Training Wisata Islam Terpadu yang diselenggarakan oleh LDK Uin Syahid (2008), Training Public Speaking for Teaching yang diselenggarakan oleh BEM FITK (2008), Seminar Nasional Metodologi Pembelajaran Pemikiran Islam pada Tingkat Perguruan Tinggi yang diselenggarakan oleh FITK UIN Syahid (2008), Talkshow Interaktif “brain, behavior,


(6)

beauty” yang diselenggarakan oleh Trainers Community Fakultas Psikologi UIN Syahid, Pelatihan Menulis yang diselenggarakan oleh Forum Lingkar Pena Ciputat (2009), Seminar Muslimah Pendidikan Kesehatan yang diselenggarakan oleh LDK UIN Syahid (2009), Seminar Pengenalan Kepribadian yang diselenggarakan oleh IGTKI PGRI (2009), Bedah Buku Sekolahnya Manusia yang diselenggarakan oleh BEMJ PAI (2010),

Pelatihan Pengembangan Kurikulum Dokumen 1 dan Dokumen 2 oleh IGTKI

PGRI (2012) dan beberapa seminar lainnya yang diselenggarakan oleh LDK UIN

Syahid dan BEMJ PAI.

Saat ini yang memiliki semboyan “Hidup Hanya Sekali, Jangan Salah Jalan” bertempat tinggal di Jalan Pegangsaan Dua Km.4 No. 157 RT 03/03, Kelapa Gading, Jakarta Utara. Ia dapat di hubungi melalui hp. 085692171262 dan bisa juga melalui email: ummu_kareem@yahoo.com.


Dokumen yang terkait

Upaya Peningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Melalui Model Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT) Pada Konsep Sistem Koloid

0 7 280

Peningkatan hasil belajar kimia siswa dengan mengoptimalkan gaya belajar melalui model pembelajaran TGT (Teams Games Tournament) penelitian tindakan kelas di MAN 11 Jakarta

0 27 232

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams-Games Tournament) terhadap pemahaman konsep matematika siswa

1 8 185

Pengaruh kombinasi model pembelajaran kooperatif tipe Teams-Games-Tournament (TGT) dengan make a match terhadap hasil belajar biologi siswa

2 8 199

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih di MTs Islamiyah Ciputat

1 40 0

Pengaruh kombinasi model pembelajaran kooperatif tipe teams-games-tournament (tgt) dengan make a match terhadap hasil belajar biologi siswa (kuasi eksperimen pada Kelas XI IPA Madrasah Aliyah Negeri Jonggol)

0 5 199

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Time Token Arends Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPS Terpadu (Quasi Eksperimen di SMPN 87 Jakarta)

0 8 204

The Effectiveness of Using Teams-Games-Tournament (TGT) on Students' Reading Comprehension on Descriptive Text (A Quasi-experimental Study at the Eighth Grade of SMPN 166 Jakarta in the Academic Year 2016/2017

1 8 99

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT TERHADAP PENGARUH METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA.

0 2 15

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT)

0 1 202