Pengaruh kombinasi model pembelajaran kooperatif tipe Teams-Games-Tournament (TGT) dengan make a match terhadap hasil belajar biologi siswa

(1)

PENGARUH KOMBINASI MODEL PEMBELAJARAN

KOOPERATIF TIPE

TEAMS-GAMES-TOURNAMENT

(TGT)

DENGAN

MAKE A MATCH

TERHADAP HASIL BELAJAR

BIOLOGI SISWA

(Kuasi Eksperimen pada Kelas XI IPA Madrasah Aliyah Negeri Jonggol) Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh :

MUHAMAD P AHRUDIN

NIM: 109016100071

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

(3)

(4)

SURAT PERNYATAAN KAR YA ILMIAH

Yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Muhamad Pahrudin

NIM : 109016100071

Jurusan/Prodi : Pendidikan IPA/ Pendidikan Biologi Angkatan Tahun : 2009

Alamat : Kp. Campaka Rt.04 Rw. 02 Desa Nagacipta Kec. Serang Baru Kab. Bekasi, Jawa Barat. Kode Pos 17336.

MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHN YA

Bahwa skripsi yang berjudul Pengaruh Kombinasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams-Games-Tournament (TGT) dengan

Make a Match terhadap Hasil Belajar Biologi Sis wa adalah benar hasil karya sendiri di bawah bimbingan dosen :

1. Nama : Ir. Mahmud Siregar, M.Si NIP : 19540310 198803 1 001 Dosen Jurusan : Pendidikan IPA

2. Nama : Dr. Sujiyo Miranto, M.Pd NIP : 19681226 200003 1 003 Dosen Jurusan : Pendidikan IPA

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap menerima segala konsekuensinya apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya sendiri.

Jakarta, 12 Mei 2014

Muhamad Pahrudin NIM. 109016100071


(5)

i ABSTRAK

Muhamad Pahrudin. 109016100071. Pengaruh Kombinasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams-Games-Tournament (TGT) Dengan

Make a Match Terhadap Hasil Belajar Biologi Sis wa. Skripsi, Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh kombinasi model pembelajaran kooperatif tipe Teams-Games-Tournament (TGT) dengan Make a match terhadap hasil belajar biologi siswa kelas XI IPA pada konsep Sistem Peredaran Darah. Penelitian ini dilaksanakan di MAN Jonggol tahun ajaran 2013/2014 pada bulan November 2013. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi eksperimen dengan desain penelitian nonequivalent (pre-test and post-test) control group design. Pengambilan sampel menggunakan dengan teknik simple random sampling. Sampel penelitian berjumlah 76 siswa yang terdiri dari 36 siswa kelas eksperimen dan 36 siswa kelas kontrol. Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes hasil belajar, yang berupa tes pilihan ganda yang telah diuji validitas dan reliabilitas. Hasil analisis data kedua kelompok menggunakan uji-t, diperoleh hasil thitung 4.61935 dan ttabel pada taraf signifikan α=0.05 sebesar

1.9925, maka thitung > ttabel. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh

kombinasi model pembelajaran kooperatif tipe Teams-Games-Tournament (TGT) dengan Make a Match terhadap hasil belajar biologi siswa di kelas XI IPA pada konsep Sistem Peredaran Darah Manusia.

Kata Kunci : Pembelajaran Kooperatif, Teams-Games-Tournament (TGT), Make a match, Hasil Belajar Biologi.


(6)

ii

ABSTRACT

Muhamad Pahrudin. 109016100071. The Influence of Combination of Cooperative Learning Model Type Teams-Games-Tournament (TGT) With Make a Match To Biology Student Learning Outcomes. BA Thesis, Program of Biology Education, Departement of Natural Sciences Education, Faculty of Tarbiya and Teaching Sciences, State Islamic University (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

This research aims to know the influence combination of cooperative learning model type Teams-Games-Tournament (TGT) with Make a Match to biology learning outcomes on the concept of circulatory system. The research in MAN Jonggol. The research is a quasi experimental study with nonequivalent (pre-test and post-test) control group design. The technique sampling is simple random sampling. A sample of the study consisted of 76 students, which 38 students in experimental group and 38 students in control group. An instrument reaserch is used the test result learning by multiple choice test that has been test of validity and reliability. Analysis of data using t-test, obtained the value of tcount is 4.61935

and ttable at the level of significant in α=0.05 is 1.9925, amounting to then tcount >

ttable. Therefore, it indicated that there are influence of combination of cooperative

learning model type Teams-Games-Tournament (TGT) with Make a Match to biology student learning outcomes of the high school student classes xi on the concept of circulatory system in MAN Jonggol.

Keyword: Cooperative Learning, Teams-Games-Tournament (TGT), Make a Match, Biology Learning Outcome.


(7)

iii

KATA PENGAN TAR









Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan rahmat serta hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah dan terlimpahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW. sebagai suri tauladan bagi umat Islam, yang telah memberikan qudwah hasanah untuk ummatnya guna mencapau insan kamil. Semoga senantiasa mendapatkan syafa’atnya di yaumil akhir. Amin.

Penyelesaian penulisan skripsi ini tak semudah membalikan telapak tangan, penulis membutuhkan perjuangan serta pengorbanan baik moril maupun materil. Butuh tekad serta kemauan yang kuat dalam menghadapi segala halangan dan kendala. Namun atas bantuan, motivasi, serta bimbingan dari semua pihak pada akhirnya penulisan skipsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, sudah selayaknya penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, di antaranya :

1. Ibu Dra. Nurlena Rifa’i, MA, Ph.D., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc., Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Dr. Zulfiani, M.Pd., Ketua Program Studi Pendidikan Biologi.

4. Bapak Ir. Mahmud Siregar, M.Si., pembimbing I yang penuh kesabaran serta keikhlasan telah meluangkan waktu, tenaga, pikiran, serta motivasi kepada penulis.

5. Bapak Dr. Sujiyo Miranto, M.Pd., pembimbing II terima kasih atas waktu, saran, dan arahan selama penulisan skripsi.

6. Kepala MAN Jonggol, Ibu Dra. Hj. Nani Ruhyani, M.Pd., yang telah mengizinkan penulis melakukan penelitian di sekolah tersebut. Ibu Siti Fatimah, S.Pd., selaku Guru Biologi kelas XI yang telah membantu penulis


(8)

iv

selama melakukan penelitian. Bapak Miman Hilamsyah, M.Pd., selaku wakasek bidang kurikulum yang membantu penulis. Seluruh siswa kelas XI IPA 1 dan IPA 2 yang sangat luar biasa.

7. Orang tua tercinta, Ayahanda Engkas dan Ibunda Uryati yang selalu sabar mendoakan dan memberikan semangat kepada penulis sehingga penulis selalu termotivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Kakak dan adik-adik tercinta, Muhammad Wahyudin, SE., Muhamad Kamaludin, Siti Khodijah, dan Muhamad Zainal Abidin yang membuat penulis termotivasi agar memberikan teladan kepada mereka.

9. Kawan-kawan angkatan 2009 Pendidikan Biologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, terutama Diqi, Nanda, Mirna, dan Amel terima kasih karena telah menggoreskan cerita dalam kehidupan penulis. Toni, Ria, Syifa, Reni terima kasih untuk kebersamaannya. Karina, Desti, dan Imam terima kasih untuk perjuangan yang tanpa hentinya. Awwalia terima kasih untuk pinjaman bukunya.

10. Seluruh pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.

Penulis hanya bisa berharap semoga Allah SWT memberikan balasan yang sepadan kepada semua pihak atas jasa dan bantuan yang telah diberikan. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pembacanya dan dapat memberikan kontribusi bagi peningkatan kualitas pendidikan, khususnya bidang studi biologi.

Jakarta, 14 April 2014 Penulis


(9)

v DAFTAR ISI

ABSTRAK... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGAN TAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Perumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II DESKRIPSI TERORETIS, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS ... 9

A. Deskriptik Teoretis ... 9

1. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative learning) ... 9

a. Unsur-Unsur Pembelajaran Kooperatif ... 10

b. Karakteristik dan Ciri-Ciri Pembelajaran Kooperatif ... 12

c. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif ... 12

d. Keunggulan Pembelajaran Kooperatif ... 13

e. Tipe Model Pembelajaran Kooperatif ... 14

1) Teams-Games-Tournament (TGT) ... 14

2) Make a Match... 17

f. Kombinasi Pembelajaran TGT Dengan Make a Match ... 19

2. Hasil Belajar... 21

a. Pengertian Hasil Belajar... 21


(10)

vi

B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 26

C. Kerangka Berpikir ... 28

D. Hipotesis Penelitian ... 29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 30

A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 30

B. Metode dan Desain Penelitian ... 30

C. Populasi dan Sampel... 32

D. Variabel Penelitian ... 32

E. Teknik Pengumpulan Data ... 33

F. Instrumen Penelitian ... 33

G. Kalibrasi Instrumen ... 34

H. Teknik Analisis Data ... 38

I. Hipotesis Statistik ... 40

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 41

A. Hasil Penelitian... 41

B. Analisis Data ... 43

C. Penerapan Kombinasi Model Pembelajaran Kooperatif ... 46

D. Hasil Belajar Biologi ... 51

E. Pengaruh Penerapan Kombinasi ... 57

BAB V PENUTUP ... 63

A. Kesimpulan ... 63

B. Saran ... 63

DAFTAR PUSTAKA ... 64


(11)

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Rekapitulasi Hasil Ujian Nasional SMA/MA 2011-2012 di Kecamatan

Jonggol ... 3

Tabel 1.2. Rekapitulasi Hasil Ulangan Harian Kelas XI IPA ... 4

Tabel 2.1. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif ... 13

Tabel 3.1. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian ... 34

Tabel 4.1. Skor pretest kelas kontrol dan kelas eksperimen ... 41

Tabel 4.2. Skor posttest kelas kontrol dan kelas eksperimen ... 42

Tabel 4.3. Hasil Uji Normalitas... 43

Tabel 4.4 Uji Homogenitas... 44

Tabel 4.5 Hasil Uji-t untuk nilai pretest dari kelas kontrol dan eksperimen... 45

Tabel 4.6 Hasil Uji-t untuk nilai posttest dari kelas kontrol dan eksperimen .... 46


(12)

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Penempatan anggota kelompok pada meja turnamen... 16

Gambar 2.2. Skema Krangka Teoritis ... 29

Gambar 3.1. Desain Penelitian ... 30


(13)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) kelas eksperimen... 68

Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) kelas kontrol ... 94

Lampiran 3. Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 105

Lampiran 4. Rekapitulasi Nilai Kelompok Kombinasi ... 121

Lampiran 5. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian ... 124

Lampiran 6. Instrumen Tes ... 143

Lampiran 7. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Tes Pilihan Ganda ... 148

Lampiran 8. Uji Tingkat Kesukaran Instrumen Tes Pilihan Ganda ... 149

Lampiran 9. Uji Daya Beda Instrumen Tes Pilihan Ganda ... 150

Lampiran 10. Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian ... 151

Lampiran 11. Penghitungan Mean, Median, Modus dan Standar Deviasi... 153

Lampiran 12. Uji Normalitas Data Pretest dan Posttest ... 161

Lampiran 13. Uji Homogenitas Data Pretest dan Posttest... 167

Lampiran 14. Uji Hipotesis ... 169

Lampiran 15. Protokol Wawancara Pra Penelitian ... 172

Lampiran 17. Form Lembar Observasi ... 174

Lampiran 18 Surat-Surat ... 178


(14)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Mengajar tidak hanya sebatas pentransferan ilmu pengetahuan semata, melainkan bagaimana peserta didik dapat mengekspresikan diri mereka sesuai dengan potensi dan bakat yang mereka miliki, sehingga peserta didik dapat menjadi manusia yang mengerti akan dirinya sendiri. Pembelajaran merupakan upaya untuk membelajarkan peserta didik. Dimana dalam prosesnya terdapat kegiatan memilih, menetapkan, dan mengembangkan metode untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan.1 Kegiatan-kegiatan tersebut merupakan bagian penting dari tugas pendidik. Hal ini berdasarkan kepada Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 39 ayat (2) disebutkan bahwa “pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.”2

Menurut hasil survey United National, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) terhadap kualitas pendidikan di negara- neagara berkembang di Asia Pasific, “kualitas pendidikan di Indonesia menempati peringkat 10 dari 14 negara yang di survey. Sedangkan untuk kualitas para guru, kualitasnya berada pada level 14 dari 14 negara berkembang yang di survey.”3 Berbeda dengan hasil survey Political and Economic Risk Consultant (PERC)

mengenai kualitas pendidikan di Indonesia, menurut PERC “kualitas pendidikan

1 Hamzah B. Uno dan Masru Kuadrat, Mengelola Kecerdasan dalam Pembelajaran,

(Jaka rta: Bu mi A ksara, 2010), h. 4.

2

Undang–Undang Republik Indonesia No. 20 Th 2003 Tentang Sistem Pendid ikan Nasional

http://www.bapsi.undip.ac.id/images/Download/Dokumen/uu%20no.20%20thn%202003%20sisdi knas.pdf diakses pada 12/01/ 2013 puku l 0:18 WIB.

3

Irvan Jaya Musrida, Mak alah Permasalahan Pendidik an di Indonesia.

http://van88.wo rdpress.com/ma kalah-permasalahan-pendidikan-di-indonesia/ diakses pada 20/ 09/ 2013 pukul 11.05 WIB


(15)

2

di Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12 negara di Asia. Posisi Indonesia

berada di bawah Vietnam.”4

Faktor yang menjadi penyebab rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia adalah ketidak- mampuannya guru dalam menggali potensi anak. Guru merupakan faktor dominan yang menentukan suasanan belajar siswa di sekolah.

“Kualitas interaksi guru- murid dipengaruhi oleh karakteristik dari setting (ruang kelas, penggunaan ruangan, sumber belajar dan lain- lain) dan dimensi sosial kelompok (norma, peraturan, keterkaitan, distribusi kekuatan dan pengaruh)”.5 Pengaturan latar dan dimensi sosial yang tepat dalam pembelajaran akan membantu dalam proses pembelajaran, meningkatkan suasana belajar, dan juga membantu mempermudah interaksi antara guru dan murid. Meski demikian, masih banyak dijumpai pengajaran yang dilakukan oleh guru dengan memaksakan kehendak dalam pembelajarannya tanpa memperhatikan kebutuhan, minat, dan bakat yang dimiliki siswa. Padahal, bakat dan kecerdasan yang dimiliki oleh siswa berbeda-beda.

Selain itu, faktor lain yang dapat menyebabkan rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia adalah kemampuan guru dalam menggunakan variasi dalam metode pembelajaran. Menurut Haryono, “Variasi guru dalam mengajar, seperti variasi dalam penggunaan metode mengajar guru dan variasi dalam penggunaan alat peraga, merupakan beberapa contoh yang dapat membangkitkan motivasi belajar siswa.”6 Penggunaan variasi model pembelajaran dapat membantu siswa dalam meningkatkan motivasi belajar sehingga proses pembelajaran yang terjadi akan lebih menyenangkan dan aktif. Dengan terjadinya suasana belajar yang aktif dari semua pihak di dalam kelas, maka pembelajaran akan memberikan hasil yang baik pula.

4

Dhika. 2012. Masalah Pendidikan di Indonesia dan Solusianya. http://mahasiswa-sibuk.blogspot.com/2012/01/ masalah-pendidikan -di-indonesia-dan.html dia kses pada 20/09/2013 pukul 11.00 WIB

5

Forrest W. Parkay dan Baverly Hardcastle Stanford, Menjadi Seorang Guru, terj. Dan i Dharyani, (Ja karta: PT. Indeks, 2008), ed. VII, h. 170.

6

Moh Haryono, “Penggunaan Variasi Metode Mengajar untuk Membangkit kan Motivasi Belajar Matematika”,Jurnal Widyatama. Vo l. 4 no. 4, Dese mber 2007, h. 11.


(16)

3

Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Jonggol merupakan salah satu MAN yang berada di Kabupaten Bogor. Statistik hasil UN MAN Jonggol mengalami penurunan. Dari data Puspendik, pada tahun 2011 MAN Jonggol menempati urutan 978, berada jauh dari SMAN 1 Jonggol yang menempati urutan 480. Pada tahun 2012, hampir seluruh SMA dan MA yang ada di Kecamatan Jonggol mengalami penurunan hasil UN, hanya SMA PGRI 27 yang mengalami kenaikan hasil UN. Berikut rekapitulasi hasil UN yang diambil dari Puspendik.

Tabel 1.1. Rekapitulasi Hasil Ujian Nasional SMA/MA 2011-2012 di Kecamatan Jonggol7

Sekolah Tahun Indo Ing Mtk Fis Kim Bio Rataan Ranking *) MAN

Jonggol

2011 7,79 7,99 6,94 7,69 7,90 8,33 7,77 978 2012 7,62 7,39 7,11 7,07 8,11 7,64 7,49 1108 SMAN 1

Jonggol

2011 8,24 8,48 7,70 8,42 8,68 8,27 8,30 480 2012 7,84 7,50 7,29 6,94 7,89 7,47 7,49 1111 SMA Bina

Insan

2011 8,03 7,78 7,10 8,07 8,21 7,99 7,86 924 2012 7,59 7,39 7,23 7,11 7,87 7,63 7,47 1121 SMA

PGRI 27 Jonggol

2011 7,57 8,28 7,18 8,13 7,75 7,50 7,74 1004 2012 7,84 7,74 7,52 7,46 8,23 7,98 7.80 867 Keterangan : *) Ranking dari Provinsi Jawa Barat, pada 2011 terdapat 1217

sekolah dan pada 2012 terdapat 1270 sekolah.

Salah satu mata pelajaran yang mengalami penurunan hasil belajar adalah Biologi. Hasil wawancara dengan Guru Biologi di MAN jonggol, salah satu konsep yang susah untuk dipelajari adalah konsep sistem pada tubuh manusia yang berada di kelas XI. Hampir seluruh konsep yang dipelajari pada kelas XI IPA adalah sistem pada manusia dari Sistem Rangka Tubuh hingga Sistem Reproduksi. Kesulitan siswa dalam mempelajari konsep ini dikare nakan banyaknya istilah yang harus dipahami oleh siswa.

7

Puspendik, http://118.98.234.22/sekretariat/hasilun/index.php/hasilu n diakses pada 20/ 09/ 2013 pukul 11.20 WIB


(17)

4

Hasil ulangan harian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa pada kelas XI IPA di MAN Jonggol masih banyak yang belum mencapai nilai KKM sebesar 70. Pencapaian hasil pembelajaran di kelas XI dapat berdampak pada hasil Nilai UN. Karena 40% soal UN berasal dari konsep yang berada di kelas XI. Berikut rekapitulasi nilai ulangan harian siswa pada Mata Pelajaran Biologi di XI IPA tahun ajaran 2013-2014.

Tabel 1.2. Rekapitulasi Hasil Ulangan Harian Kelas XI IPA Ulangan

Harian Ke- XI IPA 1 XI IPA 2 XI IPA 3 Rataan

1 39.9 32.3 51.6 41.3

2 66.9 66.6 69.6 67.7

Rataan 53.4 49.5 60.6 54.5

Sumber: Buku Nilai Guru Biologi MAN Jonggol

Salah satu upaya memecahkan permasalahan proses pembelajaran biologi dalam penguasaan istilah asing yaitu dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan model pembelajaran yang berasaskan kepada manusia sebagai makhluk sosial. Pembelajaran kooperatif mengajak siswa untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran sehingga diharapkan hasil dari pembelajaran ini siswa lebih memahami konsep yang sedang dipelajari tanpa mereka sadari karena peran aktif mereka dalam pembelajaran.

Pembelajaran kooperatif memiliki banyak tipe dalam proses pembelajarannya diantaranya adalah tipe Teams-games-Tournament (TGT) dan tipe Make a Match. Pada kedua tipe ini terdapat satu kesamaan yaitu sama-sama mengusung permainan dalam proses pembelajarannya. Sehingga pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan kedua tipe tersebut akan lebih menyenangkan.

Tipe TGT merupakan pembelajaran kooperatif yang dalam tahapannya menggunakan turnamen untuk me-review hasil pembelajaran. Menurut Slavin,


(18)

5

TGT perlu dikombinasikan dengan metode lain dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa.8 Sehingga diperlukan upaya untuk melihat kombinasi yang cocok untuk penggunaan metode TGT.

Kelemahan yang terjadi pada model TGT adalah proses pembelajaran yang dapat menimbulkan kejenuhan. Proses pembelajaran dengan menggunakan TGT dilakukan dengan ceramah oleh guru dan diskusi kelompok. Ceramah dan diskusi merupakan metode yang baik dalam pembelajaran, namun dalam penerapannya perlu adanya variasi yang lebih menekankan kepada keaktifan siswa dalam memahami suatu konsep secara mandiri. Jika hal ini tidak dilakukan maka akan terjadi kejenuhan dalam belajar sehingga semangat siswa akan berkurang. Hal tersebut yang melandasi pemikiran Slavin untuk mengkombinasikan metode TGT dengan metode tertentu yang lebih menyenangkan dalam proses belajarnya.

Selain hal tersebut, penggunaan turnamen sebagai cara untuk melihat hasil proses belajar dilakukan setelah beberapa kali pertemuan. Dengan demikian, dalam proses belajar sebelum turnamen diperlukan suatu metode yang dalam proses belajarnya mampu meningkatkan motivasi siswa dalam belajar, membantu siswa dalam memahami konsep, serta meningkatkan peran aktif siswa dalam metode. Sehingga dalam proses pengkombinasiannya tidak terjadi kejenuhan yang dapat menurunkan motivasi belajar.

Make a match merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang yang memfokuskan siswa untuk mencari pengetahuan dan informasi dengan baik.9 Pada pembelajaran make a match, siswa dituntut untuk mempelajari konsep secara berpasangan sehingga dapat dibutuhkan kerjasama dan kemampuan komunikasi siswa dalam pembelajaran ini. Kelemahan dalam metode ini adalah kurangnya motivasi belajar siswa dalam menyerap informasi dari metode ini. Hal ini disebabkan karena tipe ini kurang memberikan tantangan kepada siswa berupa

8

Robert E. Slavin. Cooperative Learning “Teori, Riset dan Praktik”, terj. Nurulita Yusron (Bandung: Nusa Media, 2010), cet ke-15, h. 178.

9

Miftahul Huda, Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran: Isu -Isu Metodis dan Pragmatis, (Yogyakarta : Pustaka Pe laja r, 2013), h. 244.


(19)

6

pertandingan antar kelompok yang dirasa dapat memicu semangat belajar siswa sehingga dapat memberikan hasil belajar yang lebih baik.

Berdasarkan kepada kelebihan dan kekurangan yang dimiliki oleh tipe TGT dan make a match, dirasa jika dikombinasikan dapat meminimalkan kekurangan yang dimiliki oleh keduanya. Proses pembelajaran akan meningkat dengan dilakukannya make a match sehingga siswa akan berperan aktif dalam proses pembelajaran serta akan adanya turnamen dati TGT sebagai review hasil dari proses pembelajaran tersebut. Dengan dilakukannya hal tersebut, maka dapat diperkirakan meningkatkan hasil belajar. Dikarenakan hal demikian, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh Kombinasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TeamsGamesTournament (TGT) Dengan Make A MatchTerhadap Hasil Belajar Biologi Siswa”

B. Identifikasi Masalah

Dari uraian latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah yang muncul, yaitu:

1. Hasil belajar biologi siswa di MAN Jonggol masih belum memuaskan dilihat dari pencapaian nilai UN dan Ulangan Harian yang masih rendah.

2. Banyaknya istilah-istilah yang harus dipahami oleh siswa pada konsep sistem pada manusia di kelas XI, sehingga mengakibatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran biologi kurang memuaskan.

3. Pembelajaran TGT kurang memberikan motivasi dalam proses belajar karena turnamen berguna dalam meninjau kembali materi yang telah dipelajari sebelumnya, sehingga diperlukan ko mbinasi dengan metode lain yang mampu meningkatkan motivasi proses belajar siswa.

C. Pembatasan Masalah

Agar pembahasan skripsi tidak terlalu luas dan terarah, maka perlu adanya pembatasan masalah. Untuk itu penulis batasi masalah yang sesuai dengan judul, yaitu sebagai berikut:


(20)

7

1. Kombinasi model pembelajaran kooperatif tipe Teams–Games–Tournament

(TGT) dengan Make A Match. Pemilihan pembatasan ini bertujuan supaya pembelajaran yang dilakukan berpusat pada siswa (student centered) dan pembelajaran yang menyenangkan dikarenakan permainan-permainan yang dilakukan.

2. Hasil belajar siswa berupa aspek kognitif jenjang C1–C4 pada konsep Sistem

Peredaran Darah Manusia. D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka penulis merumuskan

masalah sebagai berikut “Apakah kombinasi model pembelajaran kooperatif tipe

Teams – Games – Tournament (TGT) dengan Make a Match dapat mempengaruhi

hasil belajar siswa?”

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan kombinasi model pembelajaran TGT dan Make a Match terhadap hasil belajar biologi siswa pada konsep Sistem Peredaran Darah Manusia.

F. Manfaat Penelitian

Secara umum, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran dan sebagai referensi dalam upaya meningkatkan hasil belajar biologi siswa MAN, secara khusus yaitu sebagai berikut:

1. Bagi guru

Menambah wawasan tentang salah satu alternatif model pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar biologi siswa serta dapat meningkatkan profesionalisme guru dalam proses belajar mengajar di kelas.

2. Bagi peneliti

Memberikan pengetahuan dan pengalaman baru mengenai penerapan kombinasi model pembelajaran pembelajaran kooperatif tipe TGT dan Make


(21)

8

a Match serta memahami bagaimana kondisi sosial yang cocok dalam sebuah aktivitas belajar.

3. Bagi pembaca

Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan suatu kajian yang menarik untuk diteliti lebih lanjut dan lebih mendalam sehingga menghasilkan model pembelajaran baru yang dapat menjadi solusi dari pembelajaran biologi.


(22)

9 BAB II

DESKRIPSI TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teoretis

1. Pembelajaran Koope ratif (Cooperative Learning)

Cooperative learning menurut Scott B. Watson adalah lingkungan belajar kelas yang memungkinkan siswa bekerja sama dalam suatu kelompok kecil yang heterogen.1 Penekanan utama menurut Watson dalam pembelajaran kooperatif adalah pentingnya pembelajaran kelompok secara heterogen yang dilakukan oleh siswa. Denngan adanya kelompok yang heterogen tersebut, setiap siswa dapat belajar dari siswa lainnya.

Menurut Slavin, seperti yang dikutip oleh Zulfiani dkk, menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan suatu strategi belajar dimana siswa dalam kelompok kecil saling membantu untuk memahami suatu bahan pelajaran, memeriksa dan memperbaiki jawaban teman, serta kegiatan lainnya dengan tujuan prestasi belajar tertinggi.2 Slavin lebih menekankan cara atau kegiatan yang harus dilakukan dalam kelompok supaya pembelajaran dalam kelompok kecil dapat mencapai tujuan dari pembelajaran.

Teori yang melandasi pembelajaran kooperatif adalah teori konstruktivisme yang dikembangkan oleh Vygotsky yaitu suatu pendekatan dimana siswa harus secara langsung menemukan dan mentransformasikan informasi yang kompleks, memeriksa informasi dengan aturan yang ada dan merevisinya bila perlu. Dukungan teori Vygotsky terhadap model pembelajaran kooperatif adalah penekanan belajar sebagai proses dialog interaktif atau pembelajaran berbasis sosial. Dengan adanya dialog interaktif ini maka diharapkan siswa dapat membangun pengetahuannya secara mandiri sehingga siswa akan lebih paham dengan konsep yang sedang dipelajari.

1

Warsono, Hariyanto, Pembelajaran Ak tif: Teori dan Asesmen, (Bandung: PT Rosdakarya Offset, 2012), h. 160.

2

Zulfiani, Tonih Feronika, Kinkin Suartin i, Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta : Le mlit UIN Ja karta, 2009), h. 130.


(23)

10

Berdasarkan beberapa pengertian tentang pembelajaran kooperatif di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang sistematis yang mengelompokkan peserta didik dalam beberapa kelompok kecil yang didalamnya terjadi interaksi sosial yang saling membantu yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar.

Dalam pembelajaran kooperatif, kemampuan sosial siswa sangat penting.3 Dengan kemampuan sosial yang baik, siswa dapat membantu anggota kelompoknya dalam memahami suatu konsep tetapi siswa tidak dapat membantu dalam permainan atau turnamen. Pembelajaran kooperatif sangat baik dalam meningkatkan pemahaman siswa.4 Hal ini dikarenakan siswa belajar bersama dalam kelompok (berdiskusi) sehingga siswa akan belajar lebih baik dibandingkan hanya mendengarkan penjelasan guru.

a. Uns ur-Uns ur Pembelajaran Kooperatif

Tidak semua belajar kelompok dapat dikatakan pembelajaran kooperatif. Belajar kelompok dapat dikatakan sebagai pembelajaran kooperatif jika dalam pembelajarannya menerapkan lima unsur pembelajaran kooperatif. Lima unsur tersebut adalah:

1) Positive interdevendence (saling ketergantungan positif) 2) Personal responsibility (tanggung jawab perseorangan) 3) Face to face promotive interaction (interaksi promotif) 4) Interpersonal skill (komunikasi antaranggota)

5) Group processing (pemrosesan kelompok).5

Unsur pertama dalam pembelajaran kooperatif adalah saling ketergantungan positif. Unsur ini merupakan unsur yang penting dalam

3 Mansur Harmandar dan Emine CIL, “The Effects of Science Teaching Through Team

Ga me Tournament Technique on Success Level and Affective Characteristics of Students”,Jurnal of Turk ish Science Education, Volu me 5, Issu 2, August 2008, h. 38.

4 Michael M van Wyk, “The Effects of Teams

-Ga mes-Tourna ments on Achievment, Retention, and Attitudes of Economics Education Students”, Makalah, 2010 EABR & ETLC Conference Proceedings , Dublin, Ire land, 2010, h. 37.

5

Agus Suprijono, Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta : Pustaka Pela jar, 2012), cet IX, h. 58.


(24)

11

pembelajaran kooperatif. Unsur ini menuntut supaya anggota tim bekerja sama satu sama lain dalam mencapai tujuan pembelajaran. Dengan rasa tanggung jawab tersebut, maka jika terdapat anggota kelompok yang gagal maka anggota kelompok yang lain akan mendapatkan dampak dari kegagalan anggota kelompok yang gagal. Dengan demikian, terdapat dua pertanggung-jawaban kelompok dalam unsur ini, yaitu mempelajari bahan yang ditugaskan kepada kelompok dan menjamin semua anggota kelompok secara individu mempelajari bahan yang ditugaskan tersebut.

Unsur kedua pembelajaran kooperatif adalah tanggung jawab individual. Hasil akhir dari suatu kelompok merupakan gabungan dari hasil- hasil dari anggota kelompoknya, artinya setiap anggota kelompok memberikan kontribusi yang sama terhadap kelompok. Dengan dimilikinya tanggung jawab oleh setiap individu adalah membuat anggota kelompok lainnya sama paham dengan pemahaman yang dimilikinya.

Unsur ketiga pembelajaran kooperatif adalah interaksi pro motif. Unsur ketiga ini merupakan unsur yang dapat menghasilkan saling ketergantungan. Pada unsur ini, posisi siswa diharuskan berinteraksi secara langsung dengan anggota kelompok lainnya. Interaksi yang terjadi bertujuan untuk saling membantu satu sama lain dalam proses pembelajaran serta bekerja sama dalam memecahkan masalah.

Unsur keempat pembelajaran kooperatif adalah keterampilan berkomunikasi. Keterampilan komunikasi sangat penting dalam pembelajaran kooperatif. Komunikasi dalam kelompok haruslah berjalan baik antar satu individu dengan individu lainnya. Karena berhasil atau tidaknya proses pembelajaran kooperatif bergantung kepada kualitas komunikasi dalam kelompok. Unsur kelima pembelajaran kooperatif adalah pemrosesan kelompok. Tujuan dari pemrosesan kelompok adalah meningkatkan efektivitas anggota dalam memberikan kontribusi terhadap kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan kelompok dalam pembelajaran.


(25)

12

b. Karakteristik dan Prinsip Pembelajaran Koope ratif

Pembelajaran kooperatif berbeda dengan pembelajaran dengan strategi yang lain. Perbedaan ini dapat dilihat dari proses pembelajaran yang menekankan kepada pada kerja sama dalam kelompok. Pembelajaran kooperatif memiliki karakteristik yang berbeda dengan model pembelajaran yang lain, yaitu:

1) Pembelajaran secara tim

2) Didasarkan pada manajemen kooperatif 3) Kemauan untuk bekerja sama

4) Keterampilan bekerja sama.6

Menurut George Jacobs, para ahli telah sepakat bahwa terdapat delapan prinsip yang harus diterapkan dalam pembelajaran kooperatif, yaitu:

1) Pembentukan kelompok harus heterogen 2) Perlu keterampilan kolaboratif

3) Otonomi kelompok 4) Interaksi simultan

5) Partisipasi yang adil dan setara 6) Tanggung jawab individu 7) Ketergantungan positif

8) Kerja sama sebagai nilai karakter.7

c. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif

Terdapat enam langkah utama di dalam pembelajaran kooperatif, pelajaran dimulai dengan guru menyampaikan tujuan pelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar. Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif secara ringkas dapat dilihat pada tabel 2.1.

6

Rusman, Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionali sme Guru,

(Jaka rta: Ra jawa li Pe rs, 2011), h. 207.

7


(26)

13

Tabel 2.1. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif8

Fase-Fase Perilaku Guru

Fase 1: Present goals and set

Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan peserta didik

Menjelaskan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan peserta didik siap belajar

Fase 2: Present information

Menyajikan informasi

Mempresentasikan informasi kepada peserta didik secara verbal

Fase 3: Organize students into learning teams

Mengorganisir peserta didik ke dalam tim-tim belajar

Memberikan penjelasan kepada peserta didik tentang tata cara pembentukan tim belajar dan membantu kelompok melakukan transisi yang efisien

Fase 4: Assis team work and study

Membantu kerja tim dan belajar

Membantu tim- tim belajar selama peserta didik mengerjakan tugasnya Fase 5: Test on the materials

Mengevaluasi

Menguji pengetahuan peserta didik mengenai berbagai materi pembelajara n

atau kelompok-kelompok

mempresentasikan hasil kerjanya Fase 6: Provide recognition

Mmemberikan pengakuan atau penghargaan

Mempersiapkan cara untuk mengakui usaha dan prestasi individu maupun kelompok

d. Keunggulan Pe mbelajaran Kooperatif

Keunggulan penggunaan model pembelajaran kooperatif bagi peserta didik maupun pendidik adalah sebagai berikut:

1) Peserta didik dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa yang lain. 2) Dapat meningkatkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan dengan

kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide- ide orang lain. 3) Dapat membantu siswa untuk peduli pada orang lain.

8


(27)

14

4) Dapat meningkatkan rasa bertanggung jawab siswa dalam belajar.

5) Model yang baik untuk meningkatkan prestasi akademik sekaligus keterampilan sosial.

6) Interaksi secara langsung selama pembelajaran dapat meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berpikir.9

e. Tipe Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang memiliki tipe atau jenis pembelajaran yang banyak, diantaranya adalah tipe

Student Teams Achivement Division (TAD), Jigsaw, Teams-Games-Tournament

(TGT), Make a Match, Group Investigation, Team Accelerated Instructional

(TAI), Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC). Dalam tulisan ini hanya dua tipe model pembelajaran yang akan dibahas, yaitu tipe Teams-Games-Tournament (TGT) dan Make a Match.

1) Teams-Games-Tournament (TGT)

Charlton, Williams dan McLaughlin mengemukakan bahwa pembelajaran dengan games dapat membuat siswa lebih aktif dan merasa senang untuk belajar. Pembelajaran tersebut terlihat menarik ketika penjelasan guru dikombinasikan dengan games sehingga penyampaian materi menjadi lebih cepat tersampaikan.10

Dikembangkan oleh David DeVries dan Keith Edwards, TGT merupakan metode pembelajaran pertama dari Johns Hopkins. Metode ini menggunakan turnamen akademik dalam evaluasinya yang disetiap anggotanya masing- masing memberikan poin untuk kelompoknya.

Dalam metode ini, setiap siswa dalam kelompok harus saling membantu dalam mempersiapkan diri untuk permainan dengan mempelajari lembar kegiatan dan menjelaskan masalah satu sama lain. Tetapi ketika dalam turnamen teman

9

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta : Kencana, 2007), h. 249

10

Charlton, B., Williams, R. L., dan McLaughlin, T.F. “Educational Games: A Technique to Acquisition of Reading Skills of Children with Learning Disability”, International Journal of Special Education. Volu me 20, Nu mber 2, 2005, h. 66-72.


(28)

15

sekelompok tidak boleh saling membantu. Sehingga sangat penting tanggung jawab individu dalam metode ini. Berikut ini deskripsi dari komponen-komponen dalam metode ini.

Tim. Terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh komponen kelas seperti kemampuan akademik dan jenis kelamin. Fungsi utama tim adalah memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar belajar, dan mempersiapkan anggotanya untuk menghadapi turnamen. Tim merupakan bagian yang penting dalam metode TGT. Tim memberikan dukungan kelompok bagi kinerja akademik dalam pembelajaran seperti memberikan perhatian dan respek terhadap anggota kelompok. Sehingga dengan adanya hal tersebut dapat meningkatkan hubungan emosional antar kelompok, rasa harga diri, dan saling menghargai terhadap kelebihan dan kekurangan yang dimiliki masing- masing anggota kelompok.

Game. Game pada TGT terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang kontenya relevan yang dirancang untuk menguji pengetahuan siswa yang diperolehnya dari presentasi di kelas dan pelaksanaan tim. Game dalam TGT dilaksanakan bersamaan dengan turnamen yaitu berupa kegiatan cerdas cermat antar kelompok dengan masing- masing kelompok memberikan perananan dalam kemenangan kelompoknya.

Turnamen. Turnamen adalah sebuah struktur dimana game berlangsung. Pada turnamen pertama, guru menunjuk siswa untuk berada pada meja turnamen – tiga siswa berprestasi tinggi sebelumnya berada di meja 1, tiga berikutnya pada meja 2, dan seterusnya. Ilustrasi hubungan antara tim heterogen dan meja turnamen homogen dapat dilihat pada gambar 2.1.


(29)

16

Gambar 2.1. Penempatan anggota kelompok pada meja turnamen11

Slavin menjelaskan terdapat lima komponen utama dalam TGT, yaitu: pembelajaran awal, kelompok belajar, permainan, turnamen/kompetisi, dan pengakuan kelompok.12

a) Pembelajaran awal, pembelajaran awal pada metode TGT tidak berbeda dengan pengajaran biasa, hanya pelajaran difokuskan kepada materi yang sedang dibahas saja. Tujuan pelajaran awal adalah membentuk siswa dalam kecakapan komunikasi, menggali informasi, kecakapan bekerjasama dalam kelompok, dan kecakapan dalam memecahkan masalah.

b) Kelompok belajar (Team Study), pada kelompok belajar siswa mempelajari materi pelajaran dari sumber belajar kemudian menjawab pertanyaan-pertanyaan yang disusun oleh guru. Setelah menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, perwakilan siswa mempresentasikan hasil belajarnya. Tujuan kelompok belajar pada kegiatan ini adalah memperoleh kecakapan mengolah informasi, mengambil keputusan dengan cerdas, kecakapan bekerjasama dan kecakapan berkomunikasi.

11

Robert E. Slavin. Cooperative Learning: Teori, Riset dan Praktik , terj. Nurulita Yusron (Bandung: Nusa Media, 2010), cet ke-15, 168.

12


(30)

17

c) Permainan (Games), pertanyaan dalam permainan disusun dan dirancang dari materi- materi yang telah disajikan untuk menguji pengetahuan siswa yang diperoleh mewakili masing- masing kelompok. Setiap siswa mengambil sebuah kartu yang diberi nomor dan menjawab pertanyaan yang sesuai dengan pada kartu tersebut.

d) Turnamen, siswa yang berada dalam satu kelompok akan dipisahkan kepada meja- meja pertandingan sesuai dengan tingkatan kecerdasan mereka. Pada meja pertandingan disediakan satu set lembar pertandingan berupa kunci jawaban, kartu nomor dan format skor pertandingan.

e) Penghargaan tim (Team Recognition), penghargaan diberikan kepada kelompok yang memiliki poin tertinggi. Penghargaan dapat berupa hadiah atau sertifikat atas usaha yang dilakukan kelompok selama belajar sehingga mencapai kriteria yang telah disepakati bersama.

2) Make a Match

Metode make a Match dikembangkan oleh Lorna Curran. Salah satu keunggulan metode ini adalah siswa mencari pasangan kartu sambil belajar mengenai konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan.13 Tujuan dari metode ini antara lain: 1) pendalaman materi; 2) penggalian materi; 3)

edutainment.14 Pada penggunaan metode ini, siswa d iminta untuk mencari pasangan kartu yang merupakan pasangan kartu yang mereka miliki sebelum batas waktunya, siswa yang dapat mencocokkan kartunya diberi poin.

Langkah- langkah dalam pembelajaran Make a Match adalah sebagai berikut:

a) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi topik/konsep yang cocok untuk sesi review.

b) Setiap siswa mendapat satu kartu dan memikirkan jawabannya atau soal dari kartu yang dipegang.

c) Siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya.

13

Rusman,Op. cit., h. 223.

14

Miftahul Huda, Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran: Isu-Isu Metodis dan Paradigmatis, (Yogyakarta : Pustaka Pe la jar, 2013), h. 251.


(31)

18

d) Siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin. e) Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar setiap siswa mendapatkan kartu

yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya. f) Kesimpulan.

Kelebihan metode Make a Match dalam pembelajaran adalah:

a) dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, baik secara kognitif maupun fisik;

b) karena ada unsur permainan, metode ini menyenagkan;

c) meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari dan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa;

d) efektif melatih kedisiplinan siswa menghargai waktu untuk belajar.15 Selain memiliki kelebihan, make a match juga memiliki kelemahan, yaitu: a) jika tidak dipersiapkan dengan baik, akan banyak waktu yang terbuang; b) pada awal-awal penerapan metode, banyak siswa yang akan malu

berpasangan dengan lawan jenisnya;

c) guru harus hati- hati dan bijaksana saat memberikan hukuman pada siswa yang tidak mendapatkan pasangan, karena mereka bisa malu;

d) menggunakan metode ini secara terus menerus akan menimbulkan kebosanan. Menurut Sry Risnawati, pembelajaran make a match memiliki kelebihan dan kekurangan dalam penggunaannya. Kelebihan metode make a match bagi siswa yaitu sebagai berikut:

a) mampu menciptakan suasana belajar aktif dan menyenangkan;

b) materi pembelajaran yang disampaikan lebih menarik perhatian siswa;

c) mampu meningkatkan hasil belajar siswa mencapai taraf ketuntasan belajar secara klasikal 87,50%. 16

15

Miftahul Huda, Ibid., h. 253.

16

Sry Risnawati, “Upaya Peningkatan Prestasi Be laja r Sosiologi Me lalu i Penerapan Cooperative Learn ing Model Make a Match”, Sk ripsi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011, h. 31


(32)

19

Disamping memiliki kelebihan di atas, pembelajaran dengan menggunakan make a match juga memiliki kelemahan, yaitu:

a) diperlukan bimbingan dari guru untuk melakukan kegiatan;

b) waktu yang tersedia perlu dibatasi jangan sampai siswa terlalu banyak bermain- main dalam proses pembelajaran;

c) guru perlu persiapan bahan dan alat yang memadai.17 f. Kombinasi Pembelajaran TGT Dengan Make a Match

Proses pembelajaran yang terjadi dalam kelas tidak hanya menggunakan satu model atau metode saja dalam penerapannya, akan tetapi menggunakan dua atau tiga model yang sesuai dengan tujuan dari pembelajaran serta karakteristik dari siswanya. Metode teams-games-tournament (TGT) dan make a match

memiliki persamaan diantara keduanya, yaitu sama-sama mengusung permainan di dalam pelaksanaan pembelajarannya.

TGT dapat dilakukan disemua umur dan semua mata pelajaran, k arena sifatnya yang mengutamakan turnamen yang dalam hal ini seperti lomba cerdas cermat. Sehingga semua karakteristik siswa dan mata pelajaran dapat dilakukan menggunakan model ini.

Make a Match dianggap tidak cocok digunakan di tingkat SMA karena sifat permainannya tidak sesuai dengan karakteristik siswa SMA yang mampu berpikir abstrak. Akan tetapi siswa SMA termasuk kedalam masa remaja yang terbagi kedalam dua fase yaitu fase remaja awal (12-17 tahun untuk perempuan dan 13-18 untuk laki- laki) dan fase remaja akhir (17-21 tahun untuk perempuan dan 18-22 tahun untuk laki- laki). Dimana dalam masa ini adalah masa pencarian dan penjelajahan identitas diri.18 Sehingga dalam pembelajaran yang dilakukan harus mampu membantu siswa menemukan identitasnya. Sehingga Make a Match

yang akan digunakan di SMA haruslah dimodifikasi sesuai dengan karakteristik dari siswa SMA.

17

Ibid.

18

Syaiful Bahri Dja marah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2006), h. 141.


(33)

20

Tahapan-tahapan dalam pembelajaran yang mengkombinasikan TGT dan

Make a Match di SMA sebagai berikut: 1) Pembelajaran awal

Tahapan pembelajaran awal dalam model kombinasi TGT dan make a Match disampaikan oleh guru dengan memberikan gambaran besar pada konsep yang akan dibahas. Pada pembelajaran awal ini membantu siswa dalam menemukan konsep awal dan tujuan dari pembelajaran.

2) Kelompok belajar

Kelompok belajar merupakan pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok yang dipandu oleh guru baik melalui pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab ataupun mencari pengetahuan konsep yang lebih mendalam daripada yang diberikan di pembelajaran awal. Dalam kelompok belajar ini dilakukan diskusi kelompok sebagai proses peningkatan pemahaman siswa. Menurut Cruickshank, diskusi dapat membantu meningkatkan kemampuan berpikir ketingkat yang lebih tinggi dan membantu merubah sikap siswa.19 Kemudian perwakilan dari anggota kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya. Tujuan dari pembelajaran ini adalah meningkatkan keterampilan siswa dalam mengolah informasi, bekerjasama, dan berkomunikasi.

3) Permainan

Tahapan yang ketiga adalah permainan. Dalam tahapan ini menggunakan permainan yang berada dalam Make a Match yang dimodifikasi, yaitu siswa mempasangkan pernyataan atau istilah dengan jawaban atau gambar yang ada dalam bentuk kartu. Pada permainan ini kelompok kecil dibagi kembali menjadi dua kelompok besar, yang nantinya tiga kelompok ini akan bertugas sebagai kelompok pertanyaan dan jawaban.

Menurut Karen, permainan dapat menstimulus pengembangan kemampuan memecahkan masalah bagi siswa.20 Hal dikarenakan dalam

19

Donald R. Cruic kshank, Deborah Bainer Jenkins, Kim K. Metcal. The Act of Teaching, (Ne w Yo rk, The Mc Gra w-Hill Co mpanies, 2006), h. 439.

20

Karen A. M ilc zynski, “Literature Revie w: Effectiveness of Ga ming in The Classroom”,


(34)

21

permainan proses yang terjadi adalah menyenangkan sehingga itu akan membantu siswa merasa nyaman. Permainan ini dilakukan beberapa kali sampai waktu yang telah ditetapkan selesai. Untuk memberikan semangat dalam permainan ini, dalam permainan ini diberikan reward dan punishment

yang sebelum permainan disepakati terlebih dahulu. 4) Turnamen

Turnamen dalam tahapan ini adalah turnamen yang berada di dalam TGT. Dimana setiap anggota kelompok dari satu tim menempati meja-meja yang dikelompokkan berdasarkan tingkat kemampuan yang hampir sama. 5) Evaluasi Pembelajaran

Tahapan ini digunakan untuk menguji tentang hasil dari proses pembelajaran yang telah dilakukan. Bentuk evaluasi dalam tahapan ini berupa

posttest.

6) Penghargaan Tim

Tahapan ini merupakan tahapan reward kepada hasil kerja kelompok, permainan, dan juga turnamen.

Dalam pembelajaran ini guru bersifat sebagai instruktur dan pengawas suapaya pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Keberhasilan dalam pembelajaran ini bergantung kepada kemampuan siswa dalam berkomunikasi dan bekerjasama dengan siswa lainnya.

2. Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

Dalam ilmu psikologi, “belajar adalah kegiatan yang berproses dan

merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaran jenis dan jenjang pendidikan.”21 pernyataan ini berarti bahwa proses belajar yang dialami akan mempengaruhi hasil akhir dari sebuah pembelajaran, berupa berhasil atau

gagalnya tujuan pembelajaran tersebut. Skinner berpendapat bahwa “belajar

21

Muhibin Syah, Psik ologi Pendidik an dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT Re ma ja Rosdakarya, 2010), cet. Ke -15 h. 87.


(35)

22

bukan melakukan – belajar adalah mengubah apa yang kita lakukan”.22 Belajar merupakan proses perubahan pola pikir. Seseorang dapat dikatakan belajar jika dia menyatakan jauh itu bukan dikarenakan lelahnya dalam berjalan tetapi ada jarak yang harus ditempuh, ada satuan dalam jarak itu yang lebih besar dari jarak yang sebelumnya.

Menurut Ernes ER. Hilgard, definisi belajar adalah sebagai berikut:

Learning is the process by which an activity originates or is changed throught training procedures (whether in the laboratory or in the natural environment) as

distinguished from changes by factor not attributable to training.”23

Pernyataan ini memiliki maksud bahwa seseorang dapat dikatakan belajar jika dapat melakukan segala sesuatu dengan melakukan latihan- latihan sehingga dapat berubah. Perubahan yang dimaksud berupa penambahan pengetahuan atau sikap.

Pada hakikatnya belajar adalah merubah tingkah laku seseorang meliputi keseluruan pribadinya dengan hasil yang diharapkan berupa perubahan pengetahuan, sikap, perluasan minat, penghargaan norma-norma, kecakapan dan lainnya. Perubahan-perubahan tersebut merupakan hasil dari pengalamannya sendiri dan interaksinya dengan lingkungan. Kegiatan dan usaha untuk mencapai perubahan tingkah laku itu merupakan proses belajar sedangkan perubahan tingkah laku merupakan hasil dari belajar.24 Hasil belajar merupakan suatu pola yang beruntun yang merupakan hasil dari sebuah proses. Hasil belajar tidak hanya berupa nilai- nilai yang dapat terlihat dalam sebuah kertas ujian, tapi perubahan-perubahan dalam perbuatan, sikap, dan keteramp ilan yang ditunjukan oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari.

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain menyatakan bahwa suatu siswa dapat dikatakan berhasil apabila 75% dari jumlah siswa yang mengikuti proses belajar mengajar atau mencapai taraf keberhasilan minimum, optimal, atau bahkan maksimal.25 75% merupakan tolok ukur dalam keberhasilan seorang guru dalam

22

Margaret E. Gredler, Learning and Instruction: Teori dan Aplikasi, terj: Tri Wibowo (Jaka rta: Kencana, 2011), h. 118.

23

Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 4.

24

Muspiroh, “Peningkatan Hasil Be la jar Fisika Siswa Dengan Menggunakan Metode Proble m Posing Secara Berke lo mpok”, Sk ripsi , UIN Syarif Hidayatullah Jaharta, 2010, h. 24.

25


(36)

23

mengajar. Pembelajaran akan dikatakan berhasil jika 75% siswa yang belajar berubah dari pemahaman, tingkah laku, keterampilan, atau hal lainnya yang merupakan tujuan dari pembelajaran tersebut.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka belajar merupakan proses untuk merubah tingkah laku seseorang serta peningkatan kualitas diri yang sesuai dengan aturan-aturan (norma-norma) yang ada. Sedangkan hasil be lajar adalah kewujudan dari proses pembelajaran yang dapat dilihat dari perubahan-perubahan nilai, sikap, pemahaman, keterampilan, dan lain halnya yang merupakan tujuan dari pembelajaran.

Domain kognitif adalah pengetahuan dan ingatan, pemahaman, menjelaskan, meringkas dan contoh, menerapkan, menguraikan, menentukan hubungan, mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru, dan menilai. Domain afektif adalah sikap menerima, memberikan respon, nilai, organisasi, karakteristik. Domain psikomotor meliputi initiatory, pre-routinedan rountinized. Psikomotor juga mencakup keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial dan intelektual.

Menurut Reigeluth seperti yang dikutip oleh Nurdin, menyatakan bahwa hasil pembelajaran secara umum dapat dikategorisasikan menjadi tiga indikator, yaitu (1) efektivitas pembelajaran, yang biasanya diukur dari tingkat keberhasilan siswa dari berbagai sudut; (2) efisiensi pembelajaran, yang biasanya diukur dari waktu belajar dan/atau biaya pembelajaran, dan (3) daya tarik pembelajaran yang selalu diukur dari dari tendensi siswa ingin belajar terus menerus. Secara spesifik, hasil belajar adalah suatu kinerja yang diindikasikan sebagai kapabilitas (kemampuan) yang diperoleh.26

Bloom mengkategorikan hasil belajar kedalam tiga kemampuan yang dapat diamati pada saat pembelajaran. Kemampuan yang merupakan hasil belajar menurut Bloom mencakup kemampuan kognitif, afekif, dan psikomotor. Kemampuan kognitif merupakan kemampuan dalam mengetahui, memahami, menerapkan, menganalisis, mensistesis, dan menilai hal- hal yang dipelajari.

26 Nurdin Ibrahim, “Hasil Belajar Fisika Siswa SLTP Terbuka Tanjungsari Sumedang


(37)

24

Kemampuan afektif merupakan kemampuan menerima, menilai, menanggapi, mengelola dan menghayati proses pembelajaran sehingga merubah sikap atau tingkah laku siswa. Kemampuan psikomotorik merupakan kemampuan keterampilan yang didapat dari sebuah pembelajaran.

Menurut pendapat beberapa ahli maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan keterampilan, sikap dan keterampilan yang diperoleh siswa setelah ia menerima perlakuan yang diberikan oleh gur u sehingga dapat mengkonstruksikan pengetahuan itu dalam kehidupan sehari- hari.

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Menurut Roesyiatiashy, faktor- faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah pribadi siswa, guru, struktur sekolah, dan faktor-faktor situasional.27

Menurut Muhibin Syah, faktor- faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa digolongkan menjadi tiga macam, yaitu faktor internal, faktor eksternal dan faktor pendekatan belajar.28

Faktor internal siswa adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang terdiri dari faktor fisiologi atau faktor fisik dari siswa dan faktor psikologi atau faktor dari kejiwaan siswa yang dapat berupa kecerdasan, sikap, bakat, minat, motivasi siswa dalam belajar.

Faktor eksternal merupakan faktor yang mempengaruhi siswa yang berasal dari luar dirinya, faktor eksternal dapat berupa faktor lingkungan keluarga, faktor lingkungan sekolah, serta faktor lingkungan masyarakat.

Faktor pendekatan belajar merupakan faktor yang berasal dari bagaimana pembelajaran itu berlangsung. Pendekatan yang dilakukan oleh pengajar terhadap suatu materi pastilah berbeda-beda. Penggunaan pendekatan dan straategi yang sesuai akan membuat pembelajaran akan lebih mudah untuk dipahami oleh peserta didik.

Senada dengan Muhibin Syah, Syaiful Bahri Djamarah dalam bukunya Psikologi Belajar menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi hasil belajar

27Ilyas, “Peranan Motivasi Mengajar Guru dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa”,

JurnalDinamik a, Vol. II, No. 02, 2004, h. 173.

28


(38)

25

siswa adalah faktor lingkungan, faktor instrumental, kondisi fisiologis, dan kondisi psikologis.29

1) Faktor lingkungan

Lingkungan merupakan bagian dari kehidupan anak didik. Dalam lingkungannya anak didik berinteraksi dalam mata rantai yang disebut ekosistem. Selama hidup, anak didik tidak bisa menghindarkan diri dari lingkungan alami dan lingkungan sosial budaya. Kedua lingkungan ini memberikan pengaruh terhadap belajar anak di sekolah.

2) Faktor instrumental

Faktor intrumental merupakan faktor yang berasal dari sekolah, baik dari tujuan pembelajaran maupun fasititas yang ada di sekolah. Faktor instrumental terdiri dari kurikulum, program pendidikan, darana dan prasarana serta guru.

3) Kondisi fisiologis

Kondisi fisiologis pada umumnya sangat berpengaruh terhadap kemampuan belajar seseorang. Tentu akan berbeda hasil yang didapatkan dari orang yang belajar dalam keadaan segar jasmaninya dengan orang yang dalam keadaan kelelahan.

4) Kondisi psikologis

Belajar pada hakikatnya adalah proses psikologis. Oleh karena itu, semua keadaan dan fungsi psikologiis tentu saja mempengaruhi belajar seseorang. Faktor psikologis sebagai faktor yang berasal dari dalam merupakan hal yang utama dalam menentukan intensitas belajar seseorang. Yang termasuk ke dalam faktor ini adalah minat, kecerdasan, bakat, motivasi, dan kemampuan-kemampuan kognitif.

29

Syaifu l Bahri Dja ma rah, Psik ologi Belajar, (Jaka rta: PT. Rineka Cipta, 2011), Ed. Rev., cet. 3, h. 176.


(39)

26

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Nopianti dalam penelitiannya yang berjudul “Penerapan Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament Berbasis Multimedia dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Teknologi

Informasi dan Komunikasi” menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar yang menggunakan TGT dengan menggunakan metode konvensional. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Tasikmalaya. Pengujian hipotesis menggunakan uji-t, dalam perhitungannya didapatkan thitung sebesar 4.80 sedangkan ttabel pada taraf signifikan α= 0.01 ada;ah

2.38 sehingga thitung > ttabel yang artinya H0 dalam penelitian (tidak berpengaruh)

ditolak dan diterima H1 (memiliki pengaruh). 30

Penelitian yang dilakukan oleh Sri Putri Ayu yang berjudul “Penerapan

Cooperative Learning Tipe Make a Match Untuk Meningkatkan Hasil Belajar

Siswa Kelas VII Dalam Pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi”

dilakukan kepada siswa kelas VII SMP Negeri 15 Bandung. Di dalam penelitian ini didapatkan perbandingan antara thitung dan ttabel penelitian dalam taraf signifikan α= 0.05 adalah thitung d (7.52) > ttabel (1.68) sehingga H0 dalam penelitian (tidak

berpengaruh) ditolak dan diterima H1 (memiliki pengaruh). 31

Pada penelitian yang dilakukan oleh Michael Wollowski dan J.P. Verkamp

yang berjudul “Effects of Game Tournaments on Learning and Classroom Climate”. Pada penelitian ini dihasilkan pembelajaran dan iklim kelas yang menggunakan TGT lebih aktif, sehingga pembelajaran berlangsung dengan baik.32

Penelitian lain denga judul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe Team Games Tournament (TGT) terhadap Peningkatan Hasil Belajar Biologi

pada Konsep Sistem Pencernaan Manusia” yang dilakukan oleh Leonard dan Kiki

30Nopianti, “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament

Berbasis Multimed ia dala m Meningkatkan Hasil Be la jar Siswa Pada Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi”, Sk ripsi, Universitas Pendidikan Indonesia Bandung, 2010, h. 25.

31 Sri Putri Ayu, “Penerapan Cooperative Leaarning Tipe Make a Match Untuk

Meningkatkan Hasil Bela jar Siswa Kelas VII dala m Pe mbe laja ran Teknolog i Info rmasi dan Ko munikasi, Sk ripsi, Universitas Pendidikan Indonesia Bandung, 2010, h.18

32 Michael Wollowski, J.P. Verkamp. “Effects of Game Tournaments on Learning and

Classroom Climate”, Mak alah, Twenty-Third International Florida Artific ia l Intelligence Research Society Conference (FLAIRS), 2010, h. 328.


(40)

27

Dwi Kusumaningsih. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata peningkatan prestasi belajar pada kelas yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata peningkatan prestasi belajar pada kelas yang menggunakan pembelajaran konvensional. 33

Penelitian selanjutnya yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Kognitif

Siswa pada Jenjang C1-C4 Materi Sistem Reproduksi Manusia Melalui Model

Make a Matc Kelas XI IPA 2 SMA Muhammadiyah Bantul Tahun Ajaraan

2008/2009” yang ditulis oleh Iin Dwi Indriyani. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pembelajaran melalui Make a Match dapat meningkatkan kemampuan kognitif siswa. Pada siklus 1 rata-rata ulangan siswa 37,0. Pada sisklus 2 hasil rata-rata nilai ulangan mengalami peningkatan menjadi 67,7. 34

Penelitian yang dilakukan oleh Mansur Harmandar dan Emine CIL yang

berjudul “The Effect of Science Teaching Through Team Game Tournament Technique on Succes Level and Affective Characteristics of Students” dilakukan

kepada siswa tingkat 8 pada konsep Reproduksi dan Pertumbuhan Makhluk Hidup. Desain penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen. Hasil penelitian didapatkan bahwa penggunaan tehnik TGT lebih efektif dalam meningkatkan hasil belajar (pencapaian) siswa. Selain itu, hasil yang didapatkan pula siswa yang berada di kelas eksperimen memperlihatkan opini yang positif dari penggunaan metode serta karakteristik afektif yang lebih baik dibandingkan kelas kontrol. 35

Penelitian selanjutnya dari Uswatun Choiriyah berjudul “Perbedaan Hasil Belajar Siswa Menggunakan Metode Cooperative Learning Tipe Make a Match dan Konvensional pada mata Pelajaran TIK Kelas X Semester 2 di SMA Negeri 1 Sewon Bantul Tahun Ajaran 2010/2011”. Metode penelitian yang digunakan

33 Leonard dan Kiki Dwi Kusumaningsih, “Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team

Games Tournament (TGT) terhadap Peningkatan Hasil Be laja r Bio logi pada Konsep Sistem Pencernaan Manusia, Jurnal Ilmiah Exacta, Volu me 2, No 1, 2009, h. i.

34 Iin Dwi Indriyani, “

Peningk atan Kemampuan Kognitif Siswa pada Jenjang C1 -C4 Materi Sistem Reproduk si Manusia Melalui Model Mak e a Match Kelas XI IPA 2 SMA

Muhammadiyah Bantul Tahun Ajaran 2008/2009”, Sk ripsi, Universitas Ahmad Dahlan, 2010, h. i.

35

Mansur Harmandar dan Emine CIL, The Effect of Sc ience Teaching Through Team Ga me Tourna ment Technique on Succes Level and Affective Characteristics of Students, Journal of Turk ish Science Education, Volu me 5, Issue 2, August 2008. h. 38.


(41)

28

adalah kuasi eksperimen dengan metode nonequivalent control grup desaign. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan peningkatan hasil belajar pada kedua kelas dari nilai pretest, posttest, dan gain. Perbandingan rata-rata nilai gain pada kompetensi 2.1 kelas eksperimen yaitu 0,31 dan kelas kontrol 0.04, sedangkan pada kompetensi 2.2 kelas eksperimen 0,34 dan kelas kontrol 0,09. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar kelas yang menggunakan make a match

lebih besar dibandingkan dengan kelas konvensional. 36 C. Kerangka Berpikir

Pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan yang dilaksanakan oleh siswa dan guru dengan berbagai fasilitas dan materi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Proses pembelajaran yang dilakukan siswa dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari diri siswa sendiri, faktor ini meliputi minat, bakat, dan motivasi. Sedangkan faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar tubuh siswa, seperti kualitas guru, lingkungan, dan keluarga. Hasil belajar yang baik akan tercapai jika kedua faktor tersebut dapat mendukung secara baik pula.

Biologi merupakan mata pelajaran yang memiliki banyak istilah penting dalam dalam konsep materinya. Sehingga belajar biologi bagi sebagian siswa merupakan pembelajaran hapalan sehingga dianggap sulit untuk dipahami.

Pembelaajaran yang baik merupakan pembelajaran yang melibatkan siswa dalam proses pembelajaannya. Karena dengan melibatkan siswa dalam proses pembelajaran maka siswa akan lebih memahami konsep yang dipelajari.

Metode pembelajaran merupakan alat bantu dalam proses pembelajaran. Setiap mata pelajaran dan atau konsep pelajaran memiliki karakteristik sendiri, sehingga dalam pembelajarannya diperlukan metode khusus supaya dapat memberikan hasil yang maksimal. Selain itu, penggunaan metode yang bervariasi

36Uswatun Choiriyah dan Eko Marpanji, “Perbedaan Hasil Belajar Siswa Menggunakan

Metode Cooperative Learning Tipe Make a Match dan Konvensional pada mata Pela jaran TIK Kelas X Se mester 2 di SMA Negeri 1 Se won Bantul Tahun Ajaran 2010/2011”, Jurnal Elektronik Pendidik an Tek nik Informatika Universitas Negeri Yogyakarta, Volu me 1, No mor 3, November 2012, h. 18.


(42)

29

dapat menjadi pendorong kretifitas guru dan secara tidak langsung dapat meningkatkan motivasi siswa dengan terobosan yang dilakukan oleh guru.

Metode pembelajaran TGT dan Make a Match memberikan kesempatan siswa bekerja dalam kelompok dan siswa dapat mengungkapkan ide dan gagasan topik yang dibahas. Penggunaan metode- metode ini diharapkan siswa akan lebih aktif dalam pembelajaran, memberikan kontribusi yang penting terhadap anggota kelompok yang lain, serta meningkatkan kepercayaan diri dan komunikasi diantara siswa, sehingga guru lebih mudah dalam pembelajaran. Dengan upaya-upaya yang dilakukan dalam pengkombinasian TGT dan Make a Match

diharapkan hasil belajar biologi siswa dapat meningkat. Adapun skema berpikir sebagai berikut:

Gambar 2.2. Skema Krangka Teoritis

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berfikir yang telah diuraikan di atas, maka

dirumuskan hipotesis sebagai berikut “Penerapan Kombinasi Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe Teams-Games-Tournament (TGT) dengan Make a Match


(43)

30 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014, yaitu pada tanggal 11 - 28 Nopember 2013. Tempat penelitian adalah MAN Jonggol yang beralamat di Jl. Rawa Makmur No. 39 Kec. Jonggol Kab. Bogor. B. Metode dan Desain Penelitian

Metode Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen atau eksperimen semu. Seperti halnya dalam riset-riset yang menggunakan pendekatan kuantitatif, riset yang menggunkan kuasi eksperimen juga melibatkan kegiatan pengukuran variabel, terutama variabel terikat.

Penelitian kuasi eksperimen dalam menentukan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tidak dilakukan secara acak dalam memasukannya (nonrandom assignment)1, hal inilah yang membedakannya dengan true experiment. Desain penelitian yang digunakan adalah nonequivalent (pre-test and post-test) control group design. Dalam rancangaan ini, kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diseleksi tanpa prosedur penempatan acak (without random assignment). Pada dua kelompok tersebut sama-sama dilakukan pretest dan posttest dan kelompok yang mendapatkan perlakuan (treatment) hanya kelompok eksperimen.2 Secara umum desain penelitian dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3.1. Desain Penelitian

1

John W. Creswell, Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed, terj. Achmad Fawa id, (Yogyaka rta: Pustaka Pela jar, 2010), h. 238.

2


(44)

31

Keterangan:

Kelompok A : Kelompok eksperimen Kelompok B : Kelompok kontrol O1& O1 : Dilakukan pretest

O2& O2 : Dilakukan posttest

X : Treatment di kelas eksperimen berupa penggunaan kombinasi Teams-games-Tournament (TGT) dengan Make a Match dalam pembelajaran

-- : Kelompok kontrol, pembelajaran dilakukan menggunakan metode ceramah, diskusi, dan kuis dengan menggunakan

Course Review Horay (CRH).

Berdasarkan gambar 3.1. dapat dilihat bahwa kedua kelompok diberi soal

pretest untuk mengetahui keadaan awal untuk melihat kemampuan awal siswa pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Selanjutnya kelompok eksperimen diberi treatment/perlakuan dengan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif yang mengkombinasikan tipe TGT dengan make a match. Pada kelompok kontrol, pembelajaran dilakukan dengan menggunakan metode ceramah dan diskusi kelompok serta diakhiri dengan kuis dengan menggunakan Course Review Horay (CRH), selanjutnya akan disebut sebagai metode konvensional. O2 berarti nilai posttest kelompok eksperimen setelah

dilakukan pembelajaran dengan model pembelajaran kombinasi TGT dengan

make a match dan nilai posttest kelompok kontrol yang dilakukan pembelajaran dengan menggunakan metode konvensional.

Tahap-tahap yang dilakukan dalam penelitian ini adalah; (a) melakukan prasurvei, (b) pembuatan instrumen, validasi instrumen dan uji coba instrumen, (c) mengadakan koordinasi dengan guru, (d) melakukan pretest, (e) pemberian perlakuan eksperimental pada kelompok eksperimen dengan menerapkan model pembelajaran kombinasi antara TGT dengan make a match dan metode konvensional untuk kelas kontrol, (f) memberikan posttest pada masing- masing kelompok penelitian, dan (g) analisis data.


(45)

32

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi diartikasn sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.3 Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi MAN Jonggol semester ganjil tahun ajaran 2013/2014. Sedangkan populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi MAN Jonggol kelas XI IPA tahun ajaran 2013/2014.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang akan diamati. Untuk memudahkan pengambilan dan pengolahan data, peneliti akan mengambil dua kelas dari tiga kelas XI IPA yang ada di MAN Jonggol sebagai sampel penelitian. Satu kelas sebagai kelas eksperimen yaitu kelas XI IPA 2 dan satu kelas lainnya sebagai kelas kontrol yaitu kelas XI IPA 1. Pemilihan sampel kelas dilakukan secara acak (Simple Random Sampling) dengan menuliskan nama kelas di kertas yang kemudian digulung dan dikocok, nama kelas yang keluar pertama sebagai kelas kontrol dan nama kelas yang kedua keluar sebagai kelas eksperimen. Diharapkan sampel yang terpilih merupakan sampel yang dapat mewakili dari keseluruhan populasi yang ada di MAN Jonggol. Penggunaan teknik Simple Random Sampling karena ketiga kelas yang ada bersifat sama, tidak ada kelas yang memiliki karakteristik tertentu yang membedakannya dari kelas lainnya, seperti kelas unggulan.

D. Variabel Penelitian

Penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y). Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu kombinasi model pembelajaraan kooperatif tipe Teams-Games-Tournament (TGT) dengan Make a Match. Sedangkan variabel terikat yang diteliti berupa hasil belajar biologi.

3


(46)

33

E. Teknik Pengumpulan Data

Data adalah sesuatu yang belum memiliki arti penting bagi penerimanya dan masih memerlukan adanya suatu pengolahan. Data dapat berwujud suatu keadaan, gambar, angka, huruf, ataupun simbol-simbol lainnya yang dapat digunakan untuk melihat lingkungan, obyek, kejadian ataupun konsep.

Terdapat berbagai macam cara untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam suatu penelitian. Dalam penelitian ini data dikumpulkan dengan menggunakan Tes dan Non Tes berupa lembar observasi. Penggunaan tes bertujuan untuk mengetahui hasil dari pembelajaran yang telah dilakukan yang merupakan variabel terikat dalam penelitian ini. Penggunaan Non Tes bertujuan untuk mengetahui aktifitas pembelajaran yang berlangsung pada kombinasi model pembelajaran ini.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Secara sfesifik semua fenomena ini disebut variabel penelitian.4 Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis yang disusun berdasarkan SK dan KD yang dipelajari. Adapun tipe tes tertulis yang digunakan adalah tes objektif berupa pilihan ganda berjumlah 30 soal dengan pilihan jawaban sebanyak 5 pilihan yaitu a, b, c, d, dan e. Tes ini disusun berdasarkan pada indikator yang hendak dicapai. Tes ini dilakukan sebanyak dua kali, yaitu sebelum perlakuan (pretest) dan sesudah perlakuan (posttest) yang keduanya dibuat sama untuk dua kelompok penelitian.

Sebelum instrumen diberikan kepada sampel, tes tersebut terlebih dahulu diuji-cobakan di kelas XII IPA. Hal ini bertujuan untuk menguji apakah tes tersebut telah memenuhi syarat untuk digunakan dalam penelitian dengan dilakukan uji validitas, reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya pembeda setiap soal. Pada uji coba ini, jumlah soal yang digunakan sebanyak 58 soal dengan 5 pilihan jawaban yang disusun berdasarkan indikator- indikator yang hendak dicapai dalam penelitian ini. Untuk memudahkan melihat keterwakilan indikator dalam

4


(47)

34

instrumen ini, maka dibuatlah kisi-kisi instrumen. Untuk lebih memahami instrumen tes pada penelitian ini, berikut disajikan kisi-kisi instrumen dapat dilihat pada tabel 3.1.

Tabel 3.1. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian pada Konsep Sistem Peredaran Darah

No Sub Konse p Indikator

Aspek Kognitif

Juml ah

Juml ah yang Di pak ai

C1 C2 C3 C4

1 Darah Menjelaskan hubungan antara berbagai ko mponen darah dan fungsinya

1, 3 4 6, 7 9,

10 7 6

Membuat skema proses

pembekuan darah 11 14 15 16 4 4

Menguji golongan darah

- 19 18, 20

21,

22 5 5

2 Jantung Menjelaskan hubungan bagian-bagian jantung dan fungsinya

24, 25

26,

27 29 - 5 4

3 Pe mbuluh darah

Menjelaskan struktur pembuluh darah dan fungsinya

30 - 32 - 2 2

4 Peredaran darah manusia dan sistem limfa

Menggambarkan sistem

peredaran darah manusia 34 - 38 40 3 2

Menjelaskan sistem

limfa - 42 - - 1 1

5 Kela inan pada sistem peredaran darah manusia

Mendeskripsikan

gangguan/penyakit yang terjadi pada sistem peredaran darah manusia

46 47,

48 - 52 4 4

6 Peredaran darah pada hewan

Mendeskripikan sistem sirkulasi pada hewan Avertebrata

53 55 - - 2 2

Membandingkan sistem sirkulasi pada hewan Vertebrata

- - - - 0 0

Juml ah 9 9 8 7 33 30

G. Kalibrasi Instrumen

Untuk mengetahui kualitas soal tes pilihan ganda yang akan digunakan dalam penelitian, maka perlu dilakukan kalibrasi instrumen. Kalibrasi ini dilakukan dengan menggunakan beberapa tahap, yaitu:


(48)

35

1. Uji validitas

Uji validitas merupakan uji untuk mengetahui kemampuan instrumen tes dalam memberikan gambaran data secara benar sesuai dengan keadaan sesungguhnya. Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik korelasi poin biderisl, yaitu suatu teknik untuk mencari korelasi antara dua variabel yang berbentuk variabel kontinum (Misalnya skor hasil tes) dan variabel diskrit murni (misalnya betul atau salahnya siswa dalam menjawab butir soal). Rumus yang digunakan adalah rumus 5 sebagai berikut:

Dengan:

: angka indeks korelasi poin biserial

Mp : Mean skor yang dipakai oleh peserta tes yang menjawab betul, yang sedang dicari korelasinya secara keseluruhan

Mt : Mean skor total

SDt : Deviasi standar total, dicari menggunakan rumus :

p : proporsi peserta tes yang menjawab benar, (

)

q : proporsi siswa tes yang menjawab salah, (q )

Hasil uji validitas instrumen dengan menggunakan Microsoft Office Excel

didapatkan soal yang valid adalah soal nomor 1, 3, 4, 6, 7, 9, 10, 11, 14, 15, 16, 18, 19, 20, 21, 22, 24, 25, 26, 27, 29, 30, 32, 34, 38, 40, 42, 46, 47, 48, 52, 53, 55.6

5

Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidik an, (Jakarta: PT Ra ja Gra findo Pe rsada, 2010), h. 258.

6


(49)

36

2. Uji reliabilitas

Uji reliabilitas merupakan pengujian instrumen supaya tes dapat dipercaya. Instrumen dapat dipercaya jika tes memberikan hasil yang tetap apabila diteskan berkali-kali. Dalam penelitian ini, uji relibialitas yang digunakan menggunakan rumus Kr-207,yaitu sebagai berikut:

Keterangan:

= reliabilitas tes secara keseluruhan

= proporsi subjek yang menjawab item benar

= proporsi subjek yang menjawab item dengan salah (q=1-p)

= jumlah hasil perkalian antara p dan q n = banyaknya item

= standar deviasi dari tes.

Kriteria validitas dan reliabilitas adalah sebagai berikut: a. Antara 0.80 sampai dengan 1.00 = sangat tinggi b. Antara 0.60 sampai dengan 0.80 = tinggi c. Antara 0.40 sampai dengan 0.60 = cukup d. Antara 0.20 sampai dengan 0.40 = rendah

e. Antara 0.00 sampai dengan 0.20 = sangat rendah

Hasil perhitungan diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0.78 maka instrumen soal tersebut termasuk ke dalam kriteria tinggi.8

7

Suharsisi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, edisi 2, (Ja karta: Bu mi Aksara. 2013), h. 115.

8


(50)

37

3. Uji taraf kesukaran

Uji taraf kesukaran adalah uji untuk mengetahui proporsi atau perbandingan antara siswa yang menjawab benar dengan keseluruhan siswa yang mengikuti tes.9 Rumus yang digunakan dalam peneitian ini adalah: 10

Keterangan:

P : indeks kesukaran

B : banyak siswa yang menjawab soal itu benar Js : jumlah seluruh peserta tes

Indeks kesukaran yang digunakan adalah:

 Soal dengan P 0.00 sampai 0.30 adalah soal sukar

 Soal dengan P 0.31 sampai 0.70 adalah soal sedang

 Soal dengan P 0.71 sampai 1.00 adalah soal mudah.

4. Uji daya pe mbeda

Daya pembeda soal, adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang berkemampuan rendah. Rumus untuk menentukan indeks diskriminasi adalah:

dimana:

D = indeks diskriminasi butir J = jumlah peserta tes

JA = banyaknya peserta kelompok atas

JB = banyaknya peserta kelompok bawah

9

Ahmad Sofyan, Tonih Feron ika, Bu rhanudin Mila ma, Evaluasi Pembelajaran IPA berbasis Kompetensi, (Le mbaga Penelitian UIN Jakarta, 2006), h. 103.

10


(51)

38

BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan

benar

BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu

dengan benar

PA = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

PB = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar.11

Klasifikasi daya beda:

D = 0.00 – 0.20 = jelek (poor)

D = 0.21 – 0.40 = cukup (satistifactory) D = 0.41 – 0.70 = baik (good)

D = 0.71 – 1.00 = baik sekali (exccellent).

H. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini dibagi dalam beberapa tahap, yaitu:

1. Uji Prasyarat analisis data a. Uji Normalitas

Semua data harus diuji berdistribusi normal atau tidak dalam penyebarannya. Hal tersebut dapat diketahui diketahui dengan melakukan uji normalitas terhadap data. Untuk menguji normalitas dalam penelitian ini digunakan uji Lilifors, langkah- langkahnya adalah sebagai berikut:

1) Pengamatan x1, x2,... , xn dijadikan bilangan baku z1, z2,..., zn dengan

menggunakan rumus , ( dan s masing- masing merupakan rata-rata dan simpangan baku sampel

2) Untuk setiap bilangan baku ini menggunakan daftar ditribusi normal baku, kemudian dihitung peluang

3) Menghitung proporsi atau

11


(52)

39

4) Hitung selisih kemudian tentukan harga mutlaknya 5) Ambil harga paling besar diantara harga- harga mutlak selisih tersebut

b. Uji Homogenitas

Selain uji normalitas, dilakukan pula uji homogenitas dalam analisis ini. Hal ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil yang didapatkan itu tidak desebabkan oleh ketidak- homogenan kelompok yang dibandingkan. Uji normalitas ini dilakukan dengan uji Fisher12.

dengan

Keterangan:

F = Homogenitas S1 = Variansi terbesar

S2 = Variansi terkecil

2. Uji hipotesis

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini adalah uji-t. Hal ini disebabkan data yang diperoleh merupakan parametris karena bersifat normal dan homogen. Pengujian hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut13:

dengan

Jika thitung lebih besar dari ttabel maka H0 ditolak, sedangkan jika thitung lebih

kecil dari ttabel maka H0 diterima.

12

Sugiyono, Op. cit., h. 275

13


(53)

40

I. Hipotesis Statisik

Perumusan hipotesis dalam hal ini adalah sebagai berikut:

Keterangan:

Rata-rata hasil belajar Biologi kelas eksperimen Rata-rata hasil belajar Biologi kelas kontrol

Dengan kriteria pengujian:

Jika thitung < ttabel maka Ho diterima


(1)

181


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Upaya Peningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Melalui Model Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT) Pada Konsep Sistem Koloid

0 7 280

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Adaptasi Makhluk Hidup

0 11 215

Peningkatan hasil belajar kimia siswa dengan mengoptimalkan gaya belajar melalui model pembelajaran TGT (Teams Games Tournament) penelitian tindakan kelas di MAN 11 Jakarta

0 27 232

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams-Games Tournament) terhadap pemahaman konsep matematika siswa

1 8 185

Efektivitas pembelajaran kooperatif model make a match dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS: penelitian tindakan kelas di SMP Islam Al-Syukro Ciputat

0 21 119

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih di MTs Islamiyah Ciputat

1 40 0

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Tgt ( Teams Games Tournament ) Terhadap Hasil Belajar Biologi Pada Konsep Sistem Gerak Pada Manusia

0 6 145

Pengaruh kombinasi model pembelajaran kooperatif tipe teams-games-tournament (tgt) dengan make a match terhadap hasil belajar biologi siswa (kuasi eksperimen pada Kelas XI IPA Madrasah Aliyah Negeri Jonggol)

0 5 199

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Team Games Tournament) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi

1 3 310

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT dengan Games Digital Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Alat-Alat Optik

3 35 205