Supervisi Pelayanan Keperawatan TINJAUAN PUSTAKA

Tokoh lain yang mengemukakan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi dalam suatu pekerjaan adalah M. Scott Mayers bekas manajer Personal Research for Texas Instrumens Incorporated, dimana dalam memotivasi individu melakukan pekerjaan dipengaruhi oleh faktor : a. Kebutuhan akan motivasi 1. Pendelegasian 2. Kebutuhan akan keterlibatan dalam pekerjaan 3. Tanggung jawab dan penghargaan 4. Pencapaian prestasi b. Kebutuhan pelaksanaan pemeliharaan 1. Kebutuhan ekonomi upah, jagi, bonus, cuti, dll 2. Kebutuhan fiskal tuntutan kerja, fasilitas, peraturan, dll 3. Kebutuhan social hubungan antar karyawan dan antara karyawan dengan atasan 4. Kebutuhan kepastian penilaian yang objektif dari atasan, kekonsistenan, jaminan, dll 5. Kebutuhan status jabatan 6. Kebutuhan orientasi tugas, pertemuan, sosialisasi, rapat, dll

1.5 Supervisi Pelayanan Keperawatan

Supervisi adalah salah satu bagian dari kegiatan kepemimpinan Gillies, 1996 dimana kegiatan supervisi keperawatan tidak akan lepas dari supervisor, penerima supervisi supervisee dan komponen dari supervisi tersebut Halpern McKimm, 2009. Dimana kegiatan supervisi dilaksanakan untuk pemantauan monitoring, bimbingan, dan umpan balik feedback tentang masalah-masalah pribadi, profesional, dan perkembangan pendidikan dalam konteks pelayanan kesehatan yang aman bagi pasien Kilminster, 2000. Supervisi pelayanan keperawatan merupakan kegiatan dinamis yang bertujuan untuk meningkatkan motivasi dan kepuasan antara dua komponen yang terlibat yaitu supervisor atau pimpinan, orang yang disupervisi sebagai mitra kerja dan pasien sebagai penerima jasa pelayanan keperawatan. Dalam kegiatannya interaksi dan komunikasi professional antara supervisor keperawatan dan perawat pelaksana mencakup bimbingan, dukungan, bantuan dan kepercayaan, sehingga perawat pelaksana dapat memberikan asuhan yang aman kepada pasien Halpern McKimm ,2009 dan Gillies, 1994. Menurut Suyanto 2008 supervisi keperawatan dilaksanakan oleh personil atau bagian yang bertanggung jawab antara lain: a. Kepala ruangan Kepala ruangan bertanggung jawab untuk melakukan supervisi pelayanan keperawatan yang diberikan pada pasien diruang perawatan yang dipimpinnya. b. Pengawas keperawatan Ruang perawatan dan unit pelayanan yang berada di bawah unit pelaksana fungsional mempunyai pengawas keperawatan yang bertanggung jawab mengawasi jalannya pelayanan keperawatan. c. Kepala bidang keperawatan Sebagai top manajer dalam keperawatan, kepala bidang keperawatan bertanggung jawab untuk melakukan supervisi melalui para pengawas keperawatan. Kepala bidang keperawatan memiliki tanggung jawab dalam mengusahakan seoptimal mungkin kondisi kerja yang aman dan nyaman, efektif, dan efisien. Pada intinya, tugas dari supervisor keperawatan yang terdiri atas kepala ruangan, pengawas keperawatan dan kepala bidang keperawatan adalah mengorientasikan, melatih, dan memberikan pengarahan kepada perawat pelaksana dalam pelaksanaan tugas. Tujuan memberikan pelayanan bimbingan dalam memberikan asuhan keperawatan dan juga hal terkait keselamatan pasien agar perawat yang disupervisi menyadari, mengerti terhadap peran dan fungsi sebagai pelaksana asuhan keperawatan yang aman. Kegiatan supervisi merupakan kegiatan dengan fokus peningkatan mutu dan kualitas pelayanan kesehatan sebagai tujuan utama. Agar tidak menyimpang dari tujuan, maka ada beberapa kompetensi yang harus dimiliki seorang supervisor Arwani Supriyanto, 2006 diantaranya: a. Kemampuan memberikan pengarahan dan petunjuk mengenai tugas dan tanggung jawab perawat pelaksana. b. Kemampuan memberikan saran dan bantuan c. Kemampuan memberikan motivasi d. Kemampuan memberikan latihan dan bimbingan sebagai contoh e. Kemampuan dalam melakukan penilaian objektif terhadap penilaian kinerja Dalam suatu proses transformasi nilai proses internalisasi nilai keselamatan pasien menjadi bagian dari budaya organisasi pemimpin mulai mengajak perawat untuk melihat, percaya, bergerak dan menyelesaikan perubahan sehingga organisasi menemukan nilai-nilai kolektif dan memakai nilai-nilai tersebut sebagai perekat, menjadi tuntunan dalam membentuk kebiasaan dan perilaku setiap individu dan kelompok Cahyono, 2008. Hal tersebut didukung oleh penelitian yang mengatakan ada hubungan yang positif antara kepemimpinan efektif oleh kepala ruang dengan penerapan budaya keselamatan pasien Setiowati, 2010.

1.6 Sumber Daya Manusia