miskin dan gelandangan yang memerlukan pertolongan. Semua ini telah menanamkan kesan yang mendalam di kalangan masyarakat pribumi bahwa
pelayanan penyembuhan di rumah sakit adalah gratis. Mereka tidak mengetahui bahwa sejak zaman VOC, orang Eropa yang berobat di rumah sakit VOC kecuali
tentara dan keluarganya ditarik bayaran termasuk pegawai VOC.
15
Perbandingan antara jumlah ranjang rumah sakit dengan jumlah penduduk Indonesia masih sangat rendah. Untuk 10 ribu penduduk cuma tersedia 6 ranjang
rumah sakit.
F. Metodologi Penulisan
Metode penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini terdiri atas:
1. Sifatmateri penelitian
Sifatmateri penelitian yang dipergunakan dalam menyelesaikan skripsi ini adalah deskriptif analisis yang mengarah penelitian hukum normatif, yaitu suatu
bentuk penulisan hukum yang mendasarkan pada karakteristik ilmu hukum yang normatif.
16
2. Sumber data
Sumber data penelitian ini didapatkan melalui data sekunder. Sumber data sekunder yang terdiri dari:
a. Bahan hukum primer, dalam penelitian ini dipakai adalah Undang-Undang No.
35 Tahun 2009 tentang Narkotika, Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2011
15
Ibid.
16
Asri Wijayanti, 2011, Strategi Penulisan Hukum, Bandung: Lubuk Agung, halaman 43.
Universitas Sumatera Utara
Tentang Pelaksanaan Wajib Lapor Pecandu Narkotika dan KUHP. b.
Bahan hukum sekunder, berupa bacaan yang relevan dengan materi yang diteliti.
c. Bahan hukum tertier, yaitu dengan menggunakan kamus hukum maupun
kamus umum dan website internet baik itu melalui Google maupu n Yahoo.
3. Alat pengumpul data
Alat yang dipergunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah melalui studi dokumen dengan penelusuran kepustakaan.
4. Analisis data
Untuk mengolah data yang didapatkan dari penelusuran kepustakaan, studi dokumen, maka hasil penelitian ini menggunakan analisa kualitatif. Analisis
kualitatif ini pada dasarnya merupakan pemaparan tentang teori-teori yang dikemukakan, sehingga dari teori-teori tersebut dapat ditarik beberapa hal yang
dapat dijadikan kesimpulan dan pembahasan skripsi ini. G.
Sistematika Penulisan Sistematika penulisan ini dibagi dalam beberapa Bab, dimana dalam bab
terdiri dari unit-unit bab demi bab. Adapun sistematika penulisan ini dibuat dalam bentuk uraian:
Bab I. Pendahuluan
Dalam Bab ini akan diuraikan tentang uraian umum seperti penelitian pada umumnya yaitu, Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah,
Tujuan dan Manfaat Penulisan, Keaslian Penulisan, Tinjauan Kepustakaan, Metode Penulisan serta Sistematika Penulisan.
Universitas Sumatera Utara
Bab II. Latar Belakang Yang Menyebabkan MasyarakatOrang Tua Harus Melaporkan Pecandu Narkotika Kepada Yang Berwenang
Dalam bab ini akan diuraikan pembahasan tentang Peranan Orang Tua Dalam Mendidik Anak, Faktor Penyebab Anak Terlibat Narkotika,
serta Latar Belakang Yang Menyebabkan MasyarakatOrang Tua Harus Melaporkan Pecandu Narkotika Kepada Yang Berwenang.
Bab III. KEDUDUKAN MASYARAKATORANG TUA YANG
MELAPORKAN PECANDU NARKOTIKA DALAM PERKARA PIDANA
Dalam bagian ini akan diuraikan pembahasan tentang: Jenis-Jenis Tindak Pidana Narkotika, Lembaga Terkait Dalam Penanggulangan
Narkotika serta Kedudukan MasyarakatOrang Tua Yang Melaporkan Pecandu Narkotika Dalam Perkara Pidana
Bab IV. Akibat Hukum Terhadap MasyarakatOrang Tua Yang Tidak Melaporkan Pecandu Narkotika Kepada Yang Berwenang
Dalam bagian ini akan diuraikan pembahasan terhadap Penegakan Hukum Terhadap Pecandu Narkotika, Sanksi Hukum Terhadap
Pecandu Narkotika serta Akibat Hukum Terhadap MasyarakatOrang Tua Yang Tidak Melaporkan Pecandu Narkotika Kepada Yang Berwenang
Bab V. Kesimpulan dan Saran Bab ini adalah bab penutup, yang merupakan bab terakhir dimana akan
diberikan kesimpulan dan saran.
Universitas Sumatera Utara
BAB II LATAR BELAKANG YANG MENYEBABKAN
MASYARAKATORANG TUA HARUS MELAPORKAN PECANDU NARKOTIKA KEPADA YANG BERWENANG
A. Peranan Orang Tua Dalam Mendidik Anak
Harapan terbesar orang tua adalah ingin memiliki anak yang soleh, sopan, pandai bergaul, pintar dan sukses , tetapi harapan besar ini jangan sampai menjadi
tinggal harapan saja. Bagaimana orang tua untuk mewujudkan harapan tersebut, itulah yang paling penting.
Kedudukan dan fungsi suatu keluarga dalam kehidupan manusia sangatlah penting dan fundamental, keluarga pada hakekatnya merupakan wadah
pembentukan masing-masing anggotanya, terutama anak-anak yang masih berada dalam bimbingan tanggung jawab orang tuanya.
Perkembangan anak pada umumnya meliputi keadaan fisik, emosional sosial dan intelektual. Bila kesemuanya berjalan secara baik maka dapat dikatakan
bahwa anak tersebut dalam keadaan sehat jiwanya. Dalam perkembangan jiwa terdapat periode-periode kritis yang berarti bahwa bila periode-periode ini tidak
dapat dilalui dengan baik, maka akan timbul gejala-gejala yang menunjukan misalnya keterlambatan, ketegangan, kesulitan penyesuaian diri dan kepribadian
yang terganggu. Lebih jauh lagi bahkan tugas sebagai makhluk sosial untuk mengadakan hubungan antar manusia yang memuaskan baik untuk diri sendiri
maupun untuk orang di lingkungannya akan gagal sama sekali. Periode-periode kritis perkembangan anak tersebut meliputi:
19
Universitas Sumatera Utara
1. Periode 1: Sel-sel otak yang berfungsi untuk melihat dan mendengar akan mencapai puncaknya saat usia 3-4 bulan lalu semakin menurun.
2. Periode 2: Sel-sel otak yang berfungsi untuk bicara dan bahasa akan mencapai puncaknya saat berusia 8 bulan lalu semakin menurun.
3. Periode 3: Sel-sel otak yang berfungsi untuk fungsi kognitif kecerdasan akan mencapai puncaknya saat berusia 1-4 tahun lalu
semakin menurun.
17
Peran orang tua dalam hal pendidikan anak sudah seharusnya berada pada urutan pertama, para orang tualah yang paling mengerti benar akan sifat-sifat baik
dan buruk anak-anaknya, apa saja yang mereka sukai dan apa saja yang mereka tidak sukai. Para orang tua adalah yang pertama kali tahu bagaimana perubahan
dan perkembangan karakter dan kepribadian anak-anaknya, hal-hal apa saja yang membuat anaknya malu dan hal-hal apa saja yang membuat anaknya takut. Para
orang tualah yang nantinya akan menjadikan anak-anak mereka seorang yang memiliki kepribadian baik ataukah buruk.
Anak-anak pada masa peralihan lebih banyak membutuhkan perhatian dan kasih sayang, maka para orang tua tidak dapat menyerahkan kepercayaan
seluruhnya kepada guru di sekolah, artinya orang tua harus banyak berkomunikasi dengan gurunya disekolah begitu juga sebaliknya, hal penting dalam pendidikan
adalah mendidik jiwa anak. Jiwa yang masih rapuh dan labil, kurangnya perhatian dan kasih sayang orang tua dapat mengakibatkan pengaruh lebih buruk lagi bagi
jiwa anak. Banyaknya tindakan kriminal yang dilakukan generasi muda saat ini tidak terlepas dari kelengahan bahkan ketidakpedulian para orang tua dalam
mendidik anakanaknya.
17
Vera Farah Bararah, “Periode Kritis Perkembangan Otak Anak”, http:health.detik.comread201006071608051373352764periode-kritis-perkembangan-otak-
anak , Diakses tanggal 12 Juni 2012.
Universitas Sumatera Utara
Orang tua dan sekolah merupakan dua unsur yang saling berkaitan dan memiliki keterkaitan yang kuat satu sama lain. Terlepas dari beragamnya asumsi
masyarakat, ungkapan “buah tak akan pernah jauh jatuh dari pohonnya” adalah sebuah gambaran bahwa betapa kuatnya pengaruh orang tua terhadap
perkembangan anaknya. Supaya orang tua dan sekolah tidak salah dalam mendidik anak, oleh karena itu harus terjalin kerjasama yang baik diantara kedua belah
pihak. Orang tua mendidik anaknya di rumah, dan di sekolah untuk mendidik anak diserahkan kepada pihak sekolah atau guru, agar berjalan dengan baik kerja sama
diantara orang tua dan sekolah maka harus ada dalam suatu rel yang sama supaya bisa seiring seirama dalam memperlakukan anak, baik di rumah ataupun di
sekolah, sesuai dengan kesepahaman yang telah disepakati oleh kedua belah pihak dalam memperlakukan anak. Kalau saja dalam mendidik anak berdasarkan
kemauan salah satu pihak saja misalnya pihak keluarga saja taupun pihak sekolah saja yang mendidik anak, hal ini berdasarkan beberapa pengalaman tidak akan
berjalan dengan baik atau dengan kata lain usaha yang dilakukan oleh orang tua atau sekolah akan mentah lagi-mentah lagi karena ada dua rel yang harus dilalui
oleh anak dan akibatnya si anak menjadi pusing mana yang harus diturut, bahkan lebih jauhnya lagi dikhawatirkan akan membentuk anak berkarakter ganda.
Memang pada kenyataannya tidak mudah untuk melaksanakan kesepahaman tersebut, tetapi kalau dilandaskan karena rasa cinta kepada anak
tentunya apapun akan dilakukan, karena rasa cinta dapat mengubah pahit menjadi manis, debu beralih emas, keruh menjadi bening, sakit menjadi sembuh, penjara
menjadi telaga, derita menjadi nikmat dan kemarahan menjadi rahmat. Kalau hal
Universitas Sumatera Utara
ini sudah dimiliki oleh kedua belah pihak, hal ini merupakan modal besar dalam mendidik anak.
Setiap kejadian yang terjadi, baik di rumah ataupun di sekolah hendaklah dicatat dengan baik oleh kedua belah pihak sehingga ketika ada hal yang janggal
pada anak, hal ini bisa dijadikan bahan untuk mengevaluasi sejauhmana perubahan-perubahan yang dialami oleh anak, baik sifat yang jeleknya ataupun
sifat yang bagusnya, sehingga didalam penentuan langkah berikutnya bisa berkaca dari catatn-catatan yang telah dibuat oleh kedua belah pihak.
Setiap ada sesuatu hal yang dirasakan janggal pada diri anak baik di rumah ataupun di sekolah, baik orang tua ataupun guru harus sesegera mungkin untuk
menanganinya dengan cara saling menginformasikan diantara orang tua dan guru, mungkin lebih lanjutnya mendiskusikannya supaya bisa lebih cepat tertangani
masalah yang dihadapai oleh anak dan tidak berlarut-larut. Oleh karena itu seperti apa yang tertulis di atas bahwa orang tua dan sekolah merupakan satu kesatuan
yang utuh di dalam mendidik anak, agar apa yang dicita-citakan oleh orang tua atau sekolah dapat tercapai, maka harus ada kekonsistenan dari kedua belah pihak
dalam melaksanakan program-program yang telah disepakati oleh kedua belah pihak.
B. Faktor Penyebab Anak Terlibat Narkotika
Penyalahgunaan narkoba, merupakan suatu fenomena yang terjadi, karena beberapa faktor yang secara kebetulan telah terjalin menjadi satu, sehingga
berakibat demikian. Faktor-faktor itu dapat dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu: 1. Faktor Individu
Universitas Sumatera Utara
2. Faktor Lingkungan
18
1. Faktor Individu
Sudah merupakan suatu kodrat bahwa manusia terdiri dari roh, jiwa dan raga. Idealnya roh, jiwa dan raga harus berfungsi secara seimbang. Jiwa manusia
terdiri atas tiga aspek, yaitu kognisi pikiran, afeksi emosi, perasaan, konasi kehendak, kemauan,psikomotor. Selain mengalami pertumbuhan fisik, manusia
juga mengalami perkembangan kejiwaannya. Di dalam masa perkembangan kejiwaan inilah kepribadian terbentuk, dan terbentuknya kepribadian itu sangat
dipengaruhi oleh dinamika perkembangan konsep dirinya. Perkembangan ini dialami secara berbeda antara, individu yang satu dengan yang lain. Karenanya,
tidak akan ada orang-orang yang persis sama. Di sini peran sifat bawaan lahir juga mempunyai andil yang cukup besar.
Dengan demikian, tidak ada manusia yang memiliki kesamaan secara mutlak antara seorang dengan yang lain. Mungkin kita jumpai ada orang -orang
yang mirip. Mereka memiliki beberapa persamaan dalam satu atau beberapa hal, yaitu bentuk fisik, sifat, sikap, pendapat atau kegemaran, juga watak, temperamen
dan perilakunya, namun tidak dalam segala hal. Masing-masing orang adalah unik. Keunikan itu terbentuk dari faktor intrinsik individu dan faktor dari luar yang telah
mempengaruhi dinamika perkembangan konsep dirinya, sehingga terbentuklah berbagai macam karakter sifat dan sikap seseorang. Dengan kata lain setiap
individu memiliki kepribadian yang berbeda.
18
Who is Line, “Penyebab Penyalahgunaan Narkoba Pada Anak Dan Remaja”, http:mapeksi.orgindex.php?option=com_contentview=articleid=84Itemid=94
, Diakses
tanggal 17 Juni 2012.
Universitas Sumatera Utara
Dalam kaitan dengan penyalahgunaan narkoba faktor-faktor individu yang menyebabkan seseorang dapat dengan mudah terjerumus, sedang yang lain tidak
mudah terjerumus, antara lain a. Adanya gangguan kepribadian
b. Faktor usia c. Pandangan atau- keyakinan yang keliru
d. Religiusitas yang rendah
19
2. Faktor Lingkungan
Lingkungan hidup mempunyai pengaruh besar terhadap jatuhnya anak remaja ke penyalahgunaan narkoba, terutama factor keluarga, faktor lingkungan
tempat tinggal, keadaan di sekolah, pengaruh teman sepergaulan dan keadaan masyarakat pada umumnya.
a. Faktor Keluarga Keluarga mempunyai peranan penting di dalam pendidikan dan pembentukan
karakter anak. Dari sejak dilahirkan anak diasuh di dalam keluarga, sehingga pertumbuhan dan perkembangan hidupnya tidak akan terlepas dari apa yang
disediakan dan diberikan oleh keluarganya. Dengan kata lain, karakter atau kepribadian anak terbentuk oleh pola asuh yang sejak kecil diperolehnya.
Walaupun anak mempunyai watak atau sifat bawaan yang diperoleh dari orang tua nya. Namun pengaruh lingkungan mempunyai andil yang besar dalam
perkembangan dan pembentukan kepribadian.
19
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
Keluarga yang tidak mengenal Tuhan, tidak harmonis, atau mempunyai tuntutan terlalu tinggi, tidak ada pendidikan keluarga, tidak ada dorongan dan
bimbingan bagi anak-anaknya, tidak mengenal rasa cinta dan kasih sayang, kurang perhatian orang tua, keuangan yang bedebatan atau keadaan
kekurangan, ini dapat menjadi salah satu faktor yang menyebabkan anak secara kejiwaan atau secara emosi tidak berkembang dengan baik. Pada saat anak
mencapai usia remaja yaitu masa pancaroba, bila kurang rasa percaya diri, emosinya masih labil ditambah lagi kurang mendapat pendidikan moral, tidak
dapat berinteraksi dengan baik di dalam lingkungannya, sosialisasi kurang, maka anak akan mengalami frustrasi. Akibatnya adalah anak akan merasa tidak
puas terhadap keadaan dirinya maupun lingkungannya. Pada masa pancaroba ini anak masih mempunyai keinginan yang tidak menentu. sering merasa
kecewa karena yang didapatkan berbeda dengan yang diangan-angankan. Sering juga anak merasa ragu-ragu dan merasa kuatir serta ada kecemasan yang
tidak disadari, ditambah dengan emosinya yang labil, maka anak atau remaja awal ini sering jadi emosional dan uring-uringan. Kalau ini berlangsung terus
tanpa mendapat arahan atau pendidikan yang benar, akan berlanjut menjadi sikap anti sosial, perilakunya serba antagonistis. Akhirnya, dapat dengan
mudah terjerumus ke kenakalan remaja atau penyalahgunaan Narkoba. b. Faktor Lingkungan Tempat Tinggal
Tempat tinggal di daerah hitam atau tedalu padat penduduk, suasana hiburan yang menggoda, bagi anak-anak remaja awal, kebiasaan hidup orang-orang
yang mempunyai aktivitas di tempat - tempat hiburan dan gayanya yang kurang
Universitas Sumatera Utara
pas bagi anak-anak, sudahlah jelas bahwa ini mempunyai dampak negatif. Seperti halnya dengan anak anak dari keluarga mampu yang dapat dengan
mudah membuang uang dan mencari hiburan di night club, diskotik, atau mencari tempat-tempat hiburan yang tidak sesuai untuk usianya, atau
mengadakan pesta-pesta di rumah sendiri atau rumah teman, mungkin juga di vila-vila mewah milik orang tuanya. Yang jelas akibatnya sama saja, yaitu
hidup lepas kendali dan terjerumus ke kenakalan remaja atau tersesat ke penyalahgunaan Narkoba.
c. Keadaan Di Sekolah Sekolah yang merupakan tempat belajar mengajar kurang pendidikan budi
pekerti, ditambah dengan perkembangan sosial di Indonesia yang tidak menentu ini, tawuran dan kenakalan remaja sudah dapat dikatakan mewabah
kebanyak sekali sekolah-sekolah dari tingkat sekolah dasar sampai ke tingkat sekolah menengah. Jadi, bukan merupakan jaminan, bahwa dengan pergi ke
sekolah anak akan menjadi lebih baik, mungkin juga justru dari teman sekolahnya anak-anak atau remaja mengenal narkoba atau terlibat dengan
kenakalan remaja. Lingkungan sekolah memiliki iklim belajar dan bersahabat, tetapi juga
merupakan ajang persaingan yang keras, ada yang ingin berprestasi, ada yang ingin terlihat bergengsi, ada yang ingin terlihat sok hebat dan ini akan membuat
sebagian siswanya mengalami frustrasi. Bahkan ada sebagian yang ingin melarikan diri dari tuntutan untuk berprestasi. Murid yang demikian ini adalah
murid yang mempunyai resiko tinggi untuk menjadi anti sosial atau terlibat ke
Universitas Sumatera Utara
dalam kenakalan remaja dan penyalahgunaan narkoba. d. Pengaruh Teman Sebaya
Selain teman di sekolahnya anak-anak juga mempunyai pergaulan dengan teman sebayanya yang berasal dari luar sekolahnya. Teman-teman ini biasanya
mempunyai pengaruh yang besar bagi anak-anak remaja , mereka merasa dekat satu sama lain dan biasanya sudah membentuk kelompok Geng mereka
mempunyai rasa senasib dan sepenanggungan, rasa solidaritas tinggi. Dengan demikian, mereka akan dengan mudahnya melakukan hal-hal yang dianggap
menyenangkan kelompoknya. Mereka tidak memikirkan baik buruknya, tetapi memikirkan apakah itu menyenangkan atau tidak. Juga tidak dipertimbangkan
akan adanya risiko-risiko bagi dirinya. Bahkan, untuk memenuhi keinginannya agar diterima kelompoknya, mereka tidak segan-segan melakukan hal-hal yang
sebenarnya disadari merupakan perbuatan yang tidak baik. e. Keadaan Masyarakat Pada Umumnya
Dengan memasuki era globalisasi, teknologi informatika berkembang dengan cepat dan sedemikian canggih, juga media cetak dan media audio-visual
memiliki jangkauan yang jauh lebih luas dari pada sebelumnya, dan akibatnya banyak budaya asing yang masuk ke Indonesia melalui media-media tersebut.
Bagi kawula muda yang belum matang dan masih belum kukuh kuat iman maupun masih kurang pengertian akan nilai-nilai luhur kebudayaan Indonesia,
akan dengan mudah mengadaptasi budaya-budaya luar yang kadang-kadang kurang pas bagi para remaja itu. Di dalam hiruk pikuk diskotik, night club dan
tempat-tempat untuk mencari hiburan, pengedaran narkoba juga semakin
Universitas Sumatera Utara
meningkat sehingga narkoba sangat mudah diperoleh dan harganya juga bervariasi, ada yang murah ada yang mahal, tergantung jenisnya. Dimulai
dengan iseng-iseng dan coba-coba, akhirnya terjerumus . ke jurang penyalahguanaan narkoba.
C. Latar Belakang Yang Menyebabkan MasyarakatOrang Tua Harus Melaporkan
Pecandu Narkotika Kepada Yang Berwenang
Apabila dilihat secara sepintas tanpa memperdebatkan ketentuan hukum positif tentang narkotika sebagaimana diatur dalam Undang-Undang
No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, maka latar belakang yang menyebabkan masyarakatorang tua harus melaporkan pecandu narkotika
kepada pihak yang berwenang adalah keberadaan pecandu itu sendiri yaitu seorang anak yang patut untuk segera mendapatkan penyembuhan karena
ketergantungannya sebagai pecandu narkotika. Apabila seorang anak yang sedang tumbuh dewasa tetap berada
dalam lingkungan dan statusnya sebagai pecandu narkotika tanpa mendapatkan rehabilitasi tentunya keadaan tersebut akan mengakibatkan
kehancuran masa depan si anak. Berdasarkan keadaan tersebut maka secara sepintas adalah merupakan suatu kepantasan bagi masyarakat atau orang
tua untuk melaporkan pecandu narkotika kepada pihak yang berwenang terlebih-lebih orang tua yang memiliki anak sebagai pecandu. Perbuatan
melaporkan tersebut tentunya memiliki tujuan yaitu agar si anak sebagai pecandu narkotika mendapatkan rehabilitasi dan sekaligus pula melepaskan
ikatan antara anak dan narkotika dan mengembalikan status anak sebagai
Universitas Sumatera Utara
harapan bangsa ke depannya. Kehadiran seorang anak sebagai pencandu narkotika dalam keluarga,
sangat mengganggu keharmonisan hubungan keluarga. Waktu anak masih dengan tidak sengaja memakai narkoba, kemudian mulai coba-coba mungkin
orang tua belum tahu atau tidak menyadari bahkan kemungkinan besar orang tua tidak merasa terganggu. Tetapi ketika anak diam-diam sudah
sering memakai dan muncul gejala kecanduan-tingkah laku anak mulai tak terkontrol, orang tua pun mulai terkena dampak serius. Keinginan
memperoleh obat dan cara memperoleh yang tak terkendali sering tanpa sadar ditanggapi seperti gayung bersambut. Orang tua mudah marah,
ngomel, dan kesal, tetapi ingin menolong dan melindungi anak dengan harga berapa pun.
20
Kemudian karena sia-sia mereka merasa tak berdaya, bersalah, dan berdosa. Stigma ketidakmampuan mendidik rasa malu dan dosa
menyebabkan orang tua menjadi makin tertutup bahkan dengan keluarga dekat dan lingkungannya. Proses tersebut bagai lingkaran setan, sering baru
menyadari saat keterpurukan mencapai titik terendah. Titik kematian atau kehancuran lainnya sudah berada di depan mata. Semakin awal orang tua
menyadari peranan yang seharusnya terhadap anak mereka, semakin baik dampaknya terhadap anak dan keluarga.
Salah satu pemecahan kebuntuan di atas adalah melaporkan sang
20
Rudi Qunsul, “Dukungan Keluarga Bagi Pecandu Narkoba”, http:www.bnn.go.idportalindex.phpkontendetaildeputi-pencegahanartikel10100dukungan-
keluarga-bagi-pecandu-narkoba , Diakses tanggal 2 Mei 2012.
Universitas Sumatera Utara
anak sebagai pecandu narkotika ke lembaga berwenang. Uraian atau pandangan selintas sebagai pembuka bab di atas
menjelaskan bahwa latar belakang yang menyebabkan masyarakatorang tua harus melaporkan pecandu narkotika kepada yang berwenang adalah untuk
fungsi rehabilitasi sehingga seorang anak yang belum dewasa dan pecandu narkotika dapat pulih dari ketergantungan narkotika dan kembali kepada
fungsi awalnya sebagai anak. Apabila kajian ini disikapi dengan melihatnya berdasarkan ketentuan
perundang-undangan yang mengaturnya yaitu Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, maka perihal latar belakang yang menyebabkan
masyarakatorang tua harus melaporkan pecandu narkotika kepada pihak yang berwenang adalah adanya konsep mendahulukan rehabilitasi pecandu
narkotika daripada penghukuman pecandu. Konsep rehabilitasi ini kemudian diikuti dengan sanksi hukum apabila orang tua tidak melaporkan anaknya
sebagai pecandu narkotika kepada lembaga yang berwenang. Perubahan yang mendasar dari Undang Undang Narkotika Nomor 22
Tahun 1997 ke Undang Undang Narkotika Nomor 35 Tahun 2009 adalah cara pandang negara terhadap pecandu narkotika. Undang-undang yang lama
memandang pecandu narkotika sebagai pelaku kriminal, namun di undang- undang Narkotika yang baru, pecandu dinyatakan sebagai korban.
Berdasarkan paradigma baru ini maka pecandu narkotika wajib direhabilitasi.
Pernyataan tegas akan paradigma baru Negara Kesatuan Republik
Universitas Sumatera Utara
Indonesia terhadap pecandu tercantum dalam Pasal 103 Undang-Undang Narkotika Nomor 35 tahun 2009 sebagai berikut:
Pasal 103: 1
Hakim yang memeriksa perkara pecandu narkotika dapat: a.
Memutuskan untuk memerintahkan yang bersangkutan menjalani pengobatan danatau perawatan, apabila pecandu narkotika tersebut
terbukti bersalah melakukan tindak pidana narkotika; atau b.
Menetapkan untuk memerintahkan yang bersangkutan menjalani pengobatan danatau perawatan, apabila pecandu narkotika tersebut
tidak terbukti bersalah melakukan tindak pidana narkotika.
2 Masa menjalani pengobatan danatau perawatan bagi pecandu narkotika sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 huruf a,
diperhitungkan sebagai masa menjalani hukuman.
Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 merupakan pembaharuan hukum pidana sebab Undang-Undang tersebut lebih memperhatikan kondisi pelaku
penyalahgunaan narkotika “pecandu” yang lebih tepat dijatuhi vonis untuk menjalani rehabilitasi daripada menjalani hukuman penjara. Kemudian
dikeluarkan Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 04 Tahun 2010 tentang Penempatan Penyalahgunaan, Korban Penyalahgunaan dan Pecandu
Narkotika ke dalam Lembaga Rehabilitasi Medis dan Rehabilitasi sosial. Dikeluarkannya Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 07 Tahun
2009 dan Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 04 Tahun 2010 merupakan petunjuk teknis dalam menerapakan ketentuan-ketentuan dalam Undang-
Undang yang mengatur mengenai syarat-syarat penjatuhan vonis rehabilitasi terhadap pecandu narkotika maupun korban penyalahgunaan narkotika.
Dikeluarkannya Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 04 Tahun 2010
Universitas Sumatera Utara
adalah berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 yang lebih fokus ataupun condong menganggap pecandu narkotika sebagai korban.
Kenyataan yang didapatkan di lapangan terhadap pelaku-pelaku pecandu narkotika adalah diterapkannya ketentuan pidana dengan sebagaimana yang
diancamkan oleh Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Sedangkan permasalahan rehabilitasi tidak diterapkan secara baik. Artinya pihak
kepolisian masih mendahulukan upaya refresif berupa penangkapan dan selanjutnya mengajukan terdakwa pecandu narkotika ke depan meja hijau daripada
pelaksanaan pembinaan melalui cara rehabilitasi pecandu narkotika.
Universitas Sumatera Utara
BAB III KEDUDUKAN MASYARAKATORANG TUA YANG MELAPORKAN
PECANDU NARKOTIKA DALAM PERKARA PIDANA A. Jenis-Jenis Tindak Pidana Narkotika
Adapun perbuatan-perbuatan yang dianggap sebagai tindak pidana dalam Undang-Undang Narkotika meliputi:
1. Tindak Pidana Narkotika Yang Berkaitan Dengan Narkotika Golongan I
Sebagaimana yang telah dikemukakan bahwa zat atau narkotika golongan I mempunyai potensi yang sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan. Oleh sebab
itu penggunaannya hanya diperbolehkan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan bukan untuk terapi. Pengertian pengembangan ilmu pengetahuan
termasuk didalamnya untuk kepentingan pendidikan, pelatihan, keterampilan dan penelitian serta pengembangan. Bahkan di dalam penelitian pun jenis narkotika
golongan I ini hanya dapat digunakan secara terbatas. Penggunaan narkotika golongan I diluar kepentingan ilmu pengetahuan
adalah merupakan tindak pidana,
21
seperti: Pasal 111 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkoitka:
1 Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menanam,
memelihara, memiliki, menyimpan, menguasai, atau menyediakan Narkotika Golongan I dalam bentuk tanaman, dipidana dengan pidana
penjara paling singkat 4 empat tahun dan paling lama 12 dua belas tahun dan pidana denda paling sedikit Rp800.000.000,00 delapan ratus
juta rupiah dan paling banyak Rp8.000.000.000,00 delapan miliar rupiah.
2 Dalam hal perbuatan menanam, memelihara, memiliki, menyimpan,
menguasai, atau menyediakan Narkotika Golongan I dalam bentuk
21
Gatot Supramono, 2004, Hukum Narkoba Indonesia, Jakarta: Djambatan, hal. 32. 33
Universitas Sumatera Utara
tanaman sebagaimana dimaksud pada ayat 1 beratnya melebihi 1 satu kilogram atau melebihi 5 lima batang pohon, pelaku dipidana
dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 5 lima tahun dan paling lama 20 dua puluh tahun dan pidana denda
maksimum sebagaimana dimaksud pada ayat 1 ditambah 13 sepertiga.
Pasal 112 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkoitka:
1 Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum memiliki,
menyimpan, menguasai, atau menyediakan Narkotika Golongan I bukan tanaman, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4
empat tahun dan paling lama 12 dua belas tahun dan pidana denda paling sedikit Rp800.000.000,00 delapan ratus juta rupiah dan paling
banyak Rp8.000.000.000,00 delapan miliar rupiah.
2 Dalam hal perbuatan memiliki, menyimpan, menguasai, atau
menyediakan Narkotika Golongan I bukan tanaman sebagaimana dimaksud pada ayat 1 beratnya melebihi 5 lima gram, pelaku
dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 5 lima tahun dan paling lama 20 dua puluh tahun dan
pidanan denda maksimum sebagaimana dimaksud pada ayat 1 ditambah 13 sepertiga.
Pasal 114 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkoitka:
1 Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menawarkan untuk
dijual, menjual, membeli, menerima, menjadi perantara dalam jual beli, menukar, atau menyerahkan Narkotika Golongan I, dipidana dengan
pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 5 lima tahun dan paling lama 20 dua puluh tahun dan pidana denda
paling sedikit Rp1.000.000.000,00 satu miliar rupiah dan paling banyak Rp10.000.000.000,00 sepuluh miliar rupiah.
2 Dalam hal perbuatan menawarkan untuk dijual, menjual, membeli,
menjadi perantara dalam jual beli, menukar, menyerahkan, atau menerima Narkotika Golongan I sebagaimana dimaksud pada ayat 1
yang dalam bentuk tanaman beratnya melebihi 1 satu kilogram atau melebihi 5 lima batang pohon atau dalam bentuk bukan tanaman
beratnya 5 lima gram, pelaku dipidana dengan pidana mati, pidana penjara seumur hidup, atau pidana penjara paling singkat 6 enam
tahun dan paling lama 20 dua puluh tahun dan pidana denda maksimum sebagaimana dimaksud pada ayat 1 ditambah 13
sepertiga.
Universitas Sumatera Utara
Pasal 115 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkoitka:
1 Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum membawa,
mengirim, mengangkut, atau mentransito Narkotika Golongan I, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4 empat tahun dan
paling lama 12 dua belas tahun dan pidana denda paling sedikit Rp800.000.000,00 delapan ratus juta rupiah dan paling banyak
Rp8.000.000.000,00 delapan miliar rupiah.
2 Dalam hal perbuatan membawa, mengirim, mengangkut, atau
mentransito Narkotika Golongan I sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dalam bentuk tanaman beratnya melebihi 1 satu kilogram atau
melebihi 5 lima batang pohon beratnya melebihi 5 lima gram, pelaku dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana
penjara paling singkat 5 lima tahun dan paling lama 20 dua puluh tahun dan pidana denda maksimum sebagaimana dimaksud pada ayat
1 ditambah 13 sepertiga.
Pasal 116 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkoitka:
1 Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menggunakan
Narkotika Golongan I terhadap orang lain atau memberikan Narkotika Golongan I untuk digunakan orang lain, dipidana dengan pidana
penjara paling singkat 5 lima tahun dan paling lama 15 lima belas tahun dan pidana denda paling sedikit Rp1.000.000.000,00 satu miliar
rupiah dan paling banyak Rp10.000.000.000,00 sepuluh miliar rupiah.
2 Dalam hal penggunaan narkotika terhadap orang lain atau pemberian
Narkotika Golongan I untuk digunakan orang lain sebagaimana dimaksud pada ayat 1 mengakibatkan orang lain mati atau cacat
permanen, pelaku dipidana dengan pidana mati, pidana penjara seumur hidup, atau pidana penjara paling singkat 5 lima tahun dan paling
lama 20 dua puluh tahun dan pidana denda maksimum sebagaimana dimaksud pada ayat 1 ditambah 13 sepertiga.
2. Tindak Pidana Narkotika Yang Berkaitan Dengan Narkotika Golongan II