Kereta Kencana World Music Festival

43 Gambar 4.3 Peserta SBC mulai tampil di jalan Slamet Riyadi Sumber Data: Dinas Pariwisata Kota Surakarta Dampak terhadap pariwisata dan perekonomian kota Solo sangat besar. Penyediaan paket tour wisata dari biro perjalanan, penginapan yang selalu penuh ketika SBC dihelat dan publikasi wisata kota Solo yang kian luas. Bahkan, pedagang kaki lima pun merasakan berkah dengan larisnya dagangan yang ia jajakan.

4.1.2. Kereta Kencana World Music Festival

Keterkaitan antara event Kereta Kencana World Music Festival KWF dengan slogan “Solo, The Spirit Of Java” yaitu bahwa Kota Solo merupakan sumber seni budaya, khususnya musik ethnic. Dalam pelaksanaan event Kereta Kencana World Music Festival KWF para musisi Kota Solo yang mengusung musik tradisional Kota Solo seperti keroncong, kerawitan dan lain sebagainya berusaha memperkenalkan kepada para musisi dunia. Sehingga dengan adanya event Kereta Kencana World Music Festival KWF dapat mendukung adanya program “Solo, The Spirit Of Java” yang berusaha memperkenalkan kota Solo melalui seni musik tradisional kepada dunia internasional. Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara dengan peserta Kereta Kencana World Music Festival KWF yang menyatakan bahwa: 9 9 Hasil Wawancara dengan Peserta SIEM, tanggal 12 Agustus 2014. 44 “Dalam event Kereta Kencana World Music Festival KWF tersebut, para musisi local Kota Solo juga ikut memeriahkan dengan menampilkan seni musik tradisional Kota Solo, seperti keroncong dan kerawitan”. Berawal mula dari Solo International Ethic Music, pertama kali diselenggarakan di kota Solo pada tahun 2007. Pencetus event Solo International Ethic Music tersebut adalah Dinas Pariwisata Kota Surakarta yang disetujui oleh Pemerintah Kota Surakarta dan menjadi agenda tahunan. Acara yang masuk dalam calender event pemerintah kota Surakarta ini rutin diadakan dua tahun sekali. Berbagai musisi dari Amerika, Eropa, Afrika, Asia dan lokal Indonesia seperti Gilang Ramadhan, Syaharani, Banda Naira, Reza Artamevia, Viki Sianipar dan lain-lain telah tampil untuk memeriahkan SIEM Festival ini. Namun sejak tahun 2012 Event Solo International Ethic Music berubah nama dengan nama Kereta Kencana World Music Festival. Seperti yang diungkapkan oleh Bambang Sutejo : “Perubahan konsep dan nama acara itu tujuannya agar lebih fleksibel, baik dari sisi pemilihan tempat penyelenggaraan maupun jenis musik yang ditampilkan. Kami tidak ingin festival ini dibatasi oleh administrasi kewilayahan, dalam arti festival ini bisa diselenggarakan di manapun, tak hanya di Solo”. Mengenai fleksibelitas dari sisi jenis musik, Bambang Sutejo mengakui kata ethnic juga sengaja dihilangkan sehingga diharapkan semua jenis music bisa ikut serta dalam festival itu. Dalam perkembangannya, acara KWF Festival yang sukses digelar dari tahun ke tahun ini bukan hanya ajang untuk menampilkan karya etnik masing-masing, tetapi juga merupakan forum kreatif untuk saling berbagi dan berkreasi antar musisi. Dari acara ini kita semua tahu bahwa alat musik etnik dan perkusi apabila dipadukan dengan irama yang tepat akan menghasilkan sebuah karya yang menakjubkan. Berikut merupakan dokumentasi dalam kegiatan KWFSIEM Festival yang diselenggarakan di Kota Solo. 45 Gambar 4.4. Penampil Kereta Kencana World Music Festival dari lokal Indonesia Sumber Data: Dinas Pariwisata Kota Surakarta Gambar 4.5. Penampil dari Afrika dengan alat musik etnik negaranya Sumber Data: Dinas Pariwisata Kota Surakarta Pemerintah Kota Surakarta sebagai mitra KWF mendorong dan memfasilitasi agar tetap hadir di tengah-tengah masyarakat secara berkelanjutan. Sebagai salah satu strategi Solo City Branding, Pemerintah Kota menaruh harapan kepada KWF. Beban tidak ringan bagi KWF, di satu pihak mengemban fungsi sebagai ajang capaian prestasi para musisi etnik dari berbagai latar belakang kultural, dan di lain pihak menjadi salah satu strategi pemberdayaan ekonomi masyarakat di Kota Solo dan sekitarnya. Event Kereta Kencana World Music Festival merupakan salah satu bukti nyata tentang keberhasilan strategi komunikasi city branding yang mampu membawa nama Kota Solo ke kancah internasional. Event Kereta Kencana World Music Festival menegaskan brand Kota Solo sebagai seni 46 budaya. Strategi komunikasi City branding melalui Event Kereta Kencana World Music Festival merupakan penegasan perwujudan visi dan identitas suatu kota yaitu Solo Kota Seni Budaya. Identitas kota Solo sebagai Kota Seni Budaya diperkuat dengan menonjolkan salah satu unsur kebudayaan, yaitu kesenian sebagai landasan untuk menjadikan Solo Kota Festival. Agar hal ini dapat terlaksana Pemkot Solo telah melaksanakan berbagai festival-festival seni budaya yang besar. Bahkan hampir disetiap eventnya Pemkot Solo selalu melibatkan dan mengundang delegasi asing untuk terlibat dan ikut ambil bagian. Hal ini dilakukan agar masyarakat internasional pun mengakui Solo sebagai Kota Festival dan hal ini dapat menguntungkan karena dapat menjadi salah satu nilai jual kota Solo dalam bidang pariwisata. Melalui aneka kegiatan yang dilakukan dalam Event Kereta Kencana World Music Festival dapat meningkatkan minat masyarakat luas dan generasi muda untuk lebih mengenal kebudayaan. Salah satunya melalui kegiatan Event Kereta Kencana World Music Festival yang tidak hanya bertaraf nasional tetapi internasional sebagai upaya Pemkot Solo untuk melakukan city branding “Solo Kota Festival Seni Budaya”. Citra kota memiliki kekuatan dalam membentuk merk untuk sebuah kota, mempengaruhi bahkan membentuk kota itu sendiri, dan merk yang melekat pada kota sangat bergantung pada identitas kota. Setiap kota akan memiliki identitasnya seperti halnya sebuah mata uang dengan dua sisinya, bahwa pembangunan fisik sebuah kota tidak terlepas dari masyarakat dan budaya yang dimiliki. Membangun fisik city pada dasarnya adalah membangun roh dan jiwa masyarakatnya. Kota yang berhasil membangun identitas yang kuat tidak hanya dari segi fisik tetapi juga kehidupan sosial masyarakatnya. Apabila Pemkot Solo menciptakan identitas “Solo Kota Festival Seni Budaya” dan “Solo Kota Budaya” maka hal ini dapat menjadi keuntungan besar. Seperti yang telah di tulis, keuntungan ini berupa masyarakat luas baik nasional maupun international mengenal kota Solo 47 sebagai kota tempat tujuan wisata budaya. Budaya yang disuguhkan di sini bukan saja hanya dengan kebudayaan kearifan lokal yaitu budaya jawa, akan tetapi juga kebudayaan secara global. Hal ini ditujukan dengan cita cita “Solo Kota Festival Seni Budaya” dengan arti kota Solo dijadikan pusat Festival Seni dan kebudayaan dunia. Serta “Solo Kota Budaya” yang menjadi local identity bagi masyarakat Solo, untuk menjaga kebudayaan asli leluhur sehingga tidak terdesak oleh budaya-budaya luar yang masuk melalui festival-festival seni budaya yang ditampilkan dengan mengundang banyak budayawan dan seniman nasional bahkan internasional. Tempat dimana kota Solo dapat menjadi tempat berkumpulnya kebudayaan-kebudayaan yang dapat melebur secara harmonis dan dijaga bersama-sama demi lestarinya budaya-budaya di dunia. Hal ini tentunya harus tetap sesuai dengan nilai-nilai identitas kebudayaan lokal yaitu Budaya Jawa sebagai pusatnya. Di samping itu, kota juga dapat menjadi sebuah simbol kualitas yang dapat menyakinkan pengunjung, kualitas yang dapat merepresentasikan kepribadian pengunjungnya yang ditunjukkan melalui tampilan-tampilan yang disampaikan oleh merk sebuah kota. 4.1.3 Solo Eco Cultural City Keterkaitan event Solo Eco Cultural City dengan slogan “Solo, The Spirit Of Java” yaitu sebuah konsep pengembangan kota dengan menggabungkan karakter budaya dan lingkungan serta nuansa budaya dengan kota berwawasan lingkungan yang kemudian dapat meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakatnya secara berkelanjutan. Sikap Menghargai Keindahan, Perilaku hidup sehat serta Tidak membuang sampah sembarangan sebagai latar motif keterlibatan masyarakat di dalamnya, sebagaimana diungkapkan oleh Kepala Dinas Tata Kota Solo, yaitu bahwa: 10 10 Hasil Wawancara dengan Kepala Dinas Tata Kota Solo pada tanggal 14 Febuari 2015. 48 ”Salah satu bentuk konsep ke depan adalah membangun kota dalam kebun dengan sebanyak mungkin penghijauan di ruang- ruang kosong dan meminimalisasi kesan pada bangunan di Kota. Dengan demikian, Surakarta sebagai kota budaya sebagaimana city branding yang telah digagas pemerintah kota akan dapat berjalan seiring sejalan dengan harapan semua orang.” Solo Eco Cultural City bermula dari gagasan Joko Widodo selaku Walikota Solo pada tahun 2010. Visi “Solo Eco Cultural City” yang dicanangkan sejak tahun 2010 menjadi nilai daya jual brand image dan daya tarik seluruh media massa dalam mengawasi perkembangan Kota Solo. “Solo Eco Cultural City” yaitu merupakan pembangunan kota yang menggabungkan nuansa budaya dengan kota berwawasan lingkungan yang kemudian dapat meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakatnya secara berkelanjutan. Penataan kota Surakarta secara keseluruhan dengan konsep eco- cultural city, sebuah konsep pengembangan kota dengan menggabungkan karakter budaya dan lingkungan. Salah satu bentuk konsep ke depan adalah membangun “kota dalam kebun” dengan sebanyak mungkin penghijauan di ruang-ruang kosong dan meminimalisasi kesan panas dengan menutup belantara tembokbeton dengan pohon dan tanaman rindang. 11 Sehingga dalam jangka panjang, konsep “kota dalam hutan” akan terwujud, sehingga akan tercipta sebuah lingkungan kota yang sejuk dan asri. Revitalisasi taman kota terkait dalam upaya Pemerintah Kota untuk menjadikan Solo sebagai Kota Hijau Green City dan kota Bunga Flower City dimana kota ini akan tumbuh tanaman pelindung atau tanaman bunga yang indah, sementara di kampung-kampung diproyeksikan bertumbuhan tanaman buah. 12 Jenis tanaman pelindung yang dikembangkan kali ini memiliki masa tumbuh sangat cepat dan belum banyak dikembangkan di daerah lain, yakni jenis eucalyptus. Penataan kawasan sabuk hijau dan 11 Hasil Wawancara dengan Kepala Dinas Tata Kota Solo pada tanggal 14 Febuari 2015. 12 Hasil Wawancara dengan Kepala Dinas Tata Kota Solo pada tanggal 14 Febuari 2015. 49 upaya penghijauan kota memang menjadi titik tolak pengembangan kota hijau yang berbudaya. Artinya bahwa pengembangan konsep eco-cultural city merupakan salah satu strategi penggabungan konsep pengembangan antara budaya dan lingkungan sebagai ikon baru Kota Surakarta. Dengan demikian, Surakarta sebagai kota budaya sebagaimana city branding yang telah digagas pemerintah kota akan dapat berjalan seiring sejalan dengan harapan semua orang. Selain pembuatan hutan kota, konsep Eco Budaya juga diwujudkan dengan pagar hijau baik di instansi pemerintah maupun swasta serta rumah warga. 13 Sebagai contoh penggantian pagar beton menjadi pagar hijau yang dilaksanakan di Dinas Kebersihan dan Pertamanan bulan Juni lalu. Lalu juga dilaksanakan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Disperindag, Dinas Koperasi dan UKM, serta Kantor Pemadam Kebakaran. Pembangunan pagar hijau ini telah dimulai dari bulan Juni 2010. Gambar 4.6. Penataan Taman Kota di Depan Kantor DPRD Sumber Data: Dinas Pariwisata Kota Surakarta 13 Hasil Wawancara dengan Kepala Dinas Tata Kota Solo pada tanggal 14 Febuari 2015. 50 Gambar 4.7. Penataan Taman Kota di Depan PDAM Sumber Data: Dinas Pariwisata Kota Surakarta Gambar 4.8. Penataan Taman Kota di Depan Kantor Pemadam Kebakaran Sumber Data: Dinas Pariwisata Kota Surakarta Hutan kota didefinisikan oleh Peraturan Menteri Kehutanan nomor P.03MENHUT-V2004 sebagai suatu hamparan lahan yang menjadi tempat tumbuhnya pohon-pohon yang kompak dan rapat di dalam wilayah perkotaan, baik pada tanah negara maupun tanah hak, yang ditetapkan sebagai hutan kota oleh pejabat yang berwenang http:www.knpisolo. comartikelpohon-dan-identitas-kota-32.html, diakses tanggal 14 November 2014. Gagasan kota di dalam kebun disebut lebih maju karena lokasi penanamannya dilakukan di manapun, tidak hanya memanfaatkan sedikitnya 10 persen dari total keseluruhan luas wilayah. Namun dilakukan di lokasi yang lebih luas. Lokasi yang diatur oleh menteri kehutanan tetap menjadi wilayah yang wajib dijadikan sebagai lokasi hijau. Namun pada 51 prinsipnya setiap jengkal tanah termasuk pagar bangunan sekalipun juga dimanfaatkan sebagai daerah hijau. Di tahun pertama sejak pencanangannya, walikota meminta agar kawasan perkantoran menjadi pelopor untuk mengubah dari pagar tembok permanen ke pagar hidup. Ide pembuatan pagar dengan pohon hidup sebenarnya sudah dikenal sejak lama. Bahkan sampai sekarang masih bisa ditemui di desa-desa. Pagar hidup memang menampilkan suasana yang lebih bersahabat, ramah dan terkesan asri. Namun pagar hidup baru awal dari penciptaan kesan hijau dari sebuah kota sebagai target awal implementasi kota di tengah kebun. Gagasan Eco Cultural City pada dasarnya menyentuh dua isu besar yaitu isu pengembangan berperspektif ekologis untuk pertumbuhan kota dan pengembangan kota dengan perspektif kultural. Dalam periode pertama pemeritahan Jokowi-Rudy menitikberatkan penguatan tradisi. Terutama penguatan konsep “Solo Masa Lalu adalah Solo Masa Kini. Di periode kedua ini, Jokowi-Rudy nampaknya menggabungkan isu tradisi akan semakin dimantapkan dengan menambahi unsur ekologis http:www.knpisolo.comartikelpohon-dan-identitas-kota-32.html, diakses tanggal 14 November 2014. Peraturan Menteri Kehutanan cukup tegas terkait pohon apa saja yang direkomendasikan untuk ditanam. Jenis tanaman yang direkomendasikan didominasi oleh tanaman pohon hutan, serta disesuaikan dengan bentuk dan tipe penghijauan kota. Salah satu pohon yang direkomendasikan oleh peraturan menteri kehutanan adalah pohon- pohon langka dan menjadi pohon unggulan setempat. Sejarah pertumbuhan Kota Solo cukup dekat dengan aneka tetumbuhan. Nama Solo sendiri yang berasal dari nama tokoh Solo yaitu Ki Gede Sala sesungguhnya juga merupakan nama pohon legendaris yaitu pohon sala Couroupita guianensis. Pohon sala saat ini termasuk salah satu pohon langka. Pohon sala dikenal juga sebagai pohon body, pohon yang digunakan Siddhartha Gautama untuk bermeditasi. Keberadaannya di 52 Kota Solo hanya bisa ditemui di beberapa lokasi. Salah satunya bisa kita lihat di halaman Balaikota Solo. Beberapa daerah di Kota Solo juga ditandai dengan penamaan sesuai nama pohon, seperti Warung Pelem, Pasar Nongko, Kleco, Miri, Salam, Sekar Pace dan beberapa lagi yang menunjukkan identitas Kota Solo juga dibentuk oleh berbagai macam tetumbuhan http:www.knpisolo.comartikelpohon-dan-identitas-kota-32.html, diakses tanggal 14 November 2014. Sekali merengkuh dua pulau terlampau. Ada baiknya jika penanaman pohon untuk menjadikan Solo di tengah kebun juga mengusung misi pelestarian pohon langka atau pelestarian plasma nutfah. Pohon yang dikategorikan pohon langka di antaranya Sawo Kecik Manilkara kauki yang sering merupakan alih-alih dari penyebutan sarwo becik, Buah Kepel Stelechocarpus burahol pohon kegemaran putri keraton, ketapang, kenari, asem, kantil dan lain sebagainya. Dengan demikian menanam pohon bukan hanya menjadikan segala sesuatunya lebih teduh, namun akan menjaga agar pohon khas yang menjadi identitas Kota Solo tidak hilang. Mengembalikan keberadaan pohon pada tempat tumbuhnya hingga dikenal dengan penyebutan nama daerah, barangkali juga layak dilakukan untuk memperkuat pencitraan kota. Meskipun nampaknya cukup sulit juga untuk dilakukan karena tidak semua pohon-pohon tersebut sesuai dengan kriteria jenis pohon sebagai hutan kota. Selain itu, sejumlah sekolah dijadikan pilot project pembentukan pagar hijau dalam rangka mewujudkan program Walikota Solo, Joko Widodo, untuk menjadikan Kota Solo sebagai kota hijau. Sekolah-sekolah tersebut yakni SDN Cemara 2, SMKN 4, SMKN 5, SMKN 6, SMKN 7, dan SMAN 7. Di SMAN 4 kini telah dimulai penanaman bambu kuning di depan pagar sekolah dan tanaman rambat di sepanjang pagar sekolah. Sekretaris Musyawarah Kerja Kepala Sekolah MKKS tingkat SMA, Edy Pudiyanto juga mengatakan bahwa pihaknya telah menghimbau seluruh SMA di Solo untuk memulai penanaman pohon pada 53 pagar-pagar sekolah. Biaya pembuatan tanamannya juga tidak mahal, untuk SMAN 4 sendiri, butuh dana sekitar Rp 2 juta untuk membeli tanaman sekaligus pupuknya. Ada sekitar 125 batang bambu taman yang telah ditanam. Rencananya, pagar tidak akan dirobohkan. Banyak keuntungan dari adanya pagar hidup. Selain mendapatkan pengamanan berlapis, tembok tidak perlu dicat dan tidak ada corat-coret. 14 Secara geografis letak kota Solo sangat strategis dan merupakan titik persimpangan jalur transportasi regional dan sekaligus sebagai daerah tujuan dan bangkitan pergerakan. Sebagai pusat WP VIII Kota Solo mempunyai tingkat pertumbuhan kota yang sangat pesat yang dapat dilihat dan pertumbuhan ekonomi dan sistem aktivitas kota sentra pertumbuhan fisik kota. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi melebihi persentase pentumbuhan penduduk akan mampu meningkatkan kesejahteraan penduduk, yang ditandai dengan semakin tingginya pendapatan perkapita masyarakat. Sarana dan prasarana transportasi sangat diperlukan untuk menunjang pertumbuhan ekonomi, tentunya dengan tuntutan bahwa fasilitas transportasi dengan segala pendukungnya haruslah terjangkau dan segala arah. Disamping itu pertumbuhan sektor transportasi yang tinggi akan rnerangsang peningkatan pembangunan ekonomi, karena diantara keduanya mempunyai hubungan kausal yang positif. Kota Solo dibawah kepemimpinan Walikota Joko Widodo menapak maju untuk meningkatkan pamor dan mempercantik wajah kota. Berbagai kebijakan pembangunan wilayah kota diberbagai sektor terus digalakkan. Salah satunya yang paling nampak adalah penataan kota melalui pengadaan pembangunan taman kota sebagai sarana ruang publik public space bagi masyarakat. Adapun pembangunan public space tersebut diantaranya renovasi dan pembangunan Taman Monumen 45 Banjarsari, Taman Balekambang, Taman Tirtonadi, Taman Sekartaji 14 Hasil Wawancara dengan Bapak Edy Pudiyanto selaku Sekretaris Musyawarah Kerja Kepala Sekolah MKKS tingkat SMA, tanggal 16 Oktober 2014. 54 maupun taman-taman lain di wilayah Kota Solo. 15 Hal ini merupakan bentuk pembenahan penataan kota untuk memberikan penambahan ruang sosial bagi masyarakat Kota Solo pasca keberhasilan penataan Pedagang Kaki Lima khususnya di kawasan Banjarsari. Gambar 4.8. Gambar Taman Monumen 45 Banjarsari Sumber Data: Dinas Pariwisata Kota Surakarta Gambar 4.9. Gambar Taman Balekambang Sumber Data: Dinas Pariwisata Kota Surakarta Gambar 4.10. Gambar Taman Air Tirtonadi Sumber Data: Dinas Pariwisata Kota Surakarta 15 https:taufikzk.wordpress.compage6, diakses tanggal 16 November 2015. 55 Gambar 4.11. Gambar Taman Sekartaji Sumber Data: Dinas Pariwisata Kota Surakarta Pembangunan wilayah Kota tentunya harus mendasarkan kepada UU No.26 Tahun 2007 Tentang Tata Ruang Kota yang didalamnya mengatur mengenai ketentuan pelaksanaan Tata Ruang Wilayah Kota. Demikian pula Kota Solo dalam pembangunan bebarapa ruang publik selama ini tentu wajib mengacu kepada regulasi tersebut. Salah satu acuan penting dalam regulasi penataan ruang tersebut mensyaratkan bahwa pembangunan kota haruslah mengikutsertakan peran masyarakat atau lebih dikenal dengan sebutan “pembangunan yang partisipatif”. Berdasarkan wawancara dengan Bapak Partoyo selaku Penarik Becak di daerah Gilingan mengatakan bahwa: 16 ”Selama ada program pembangunan taman kota, setiap penarik becak juga harus mendukungnya mbak, misalnya kita tidak boleh ngetem sembarangan, terus becak yang kita miliki harus tertata rapi, sehingga sesuai dengan program pemerintah untuk mewujudkan kota Sol o yang Berseri, yaitu bersih rapi indah”. Hal senada juga diungkapkan oleh Bapak Suparno selaku masyarakat di wilayah Kadipiro Kota Surakarta mengatakan bahwa: 17 16 Hasil Wawancara dengan Bapak Partoyo selaku Penarik Becak di daerah Gilingan Solo, tanggal 22 Maret 2015. 17 Hasil Wawancara dengan Bapak Suparno selaku masyarakat di wilayah Kadipiro Kota Surakarta, Tanggal 22 Maret 2015. 56 “Adanya program Solo Eco Culture memang perlu didukung oleh masyarakat secara menyeluruh, sebagai contoh di wilayah kami juga memiliki program penghijauan dan pembuatan taman di wilayah RW kami. Di tingkat kelurahan setiap tahun juga diadakan lomba kebersihan yang pesertanya adalah masing- masing RW di wilayah Kelurahan Kadipiro. Jadi semua masyarakat sangat mendukung sekali program pemerintah tentang Solo Eco Culture.”

4.1.4. SIPA Solo International Performing Art

Dokumen yang terkait

PERANAN HOTEL BINTANG EMPAT DI SURAKARTA DALAM MEMBENTUK POSITIONING KOTA SURAKARTA MELALUI CITY BRANDING SOLO THE SPIRIT OF JAVA.

0 4 15

Strategi Branding Kota Surakarta Sebagai Daerah Tujuan Wisata Melalui Slogan Solo The Spirit Of Java COVER

0 0 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Implementasi City Branding Kota Solo Demi Menjamin Keberlangsungan Slogan “The Spirit of Java”

0 0 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Implementasi City Branding Kota Solo Demi Menjamin Keberlangsungan Slogan “The Spirit of Java” T1 362009071 BAB I

0 0 8

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Implementasi City Branding Kota Solo Demi Menjamin Keberlangsungan Slogan “The Spirit of Java” T1 362009071 BAB II

0 0 23

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Implementasi City Branding Kota Solo Demi Menjamin Keberlangsungan Slogan “The Spirit of Java” T1 362009071 BAB V

0 0 13

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Implementasi City Branding Kota Solo Demi Menjamin Keberlangsungan Slogan “The Spirit of Java” T1 362009071 BAB VI

0 0 3

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Implementasi City Branding Kota Solo Demi Menjamin Keberlangsungan Slogan “The Spirit of Java”

0 0 11

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pembentukan Identitas Kota Solo oleh Pemerintah Kota Solo T1 362008005 BAB IV

0 1 33

T1__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Personal Branding Ridwan Kamil Melalui Akun Media Sosial Facebook T1 BAB IV

0 2 59