A. PROFIL KELURAHAN TEWAH
1. Kondisi Geografi Kondisi Demografi
Kelurahan Tewah merupakan bagian wilayah dari Kecamatan Tewah- Kabupaten Gunung Mas. Kabupaten Gunung Mas merupakan wilayah pemekaran
dari Kabupaten Kapuas pada tahun 2002 yaitu sesuai dengan Undang-Undang nomor 5 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kabupaten Katingan, kabupaten Seruyan,
Kabupaten sukamara, Kabupaten Lamandau, Kabupaten Gunung Mas, kabupaten Pulang Pisau, Kabupaten Murung Raya dan kabupaten Barito Timur di Provinsi
Kalimantan Tengah. Kabupaten Gunung Mas merupakan salah satu dari 14 KabupatnKota di Provinsi Kalimantan Tengah dengan luas 10.804 Km² terbagi
dalam 11 Kecamatan 12 Kelurahan dan 113 Desa yaitu: 1.
Kecamatan Kahayan Hulu Utara meliputi 1 Kelurahan dengan 11 Desa 2.
Kecamatan Tewah meliputi 1 Kelurahan dan 15 Desa 3.
Kecamatan Kurun meliputi 2 Kelurahan dan 13 Desa 4.
Kecamatan Sepang meliputi 1 Kelurahan dengan 6 Desa 5.
Kecamatan Rungan meliputi 1 Kelurahan dan 20 Desa 6.
Kcamatan Manuhing meliputi 1 Kelurahan dan 11 Desa 7.
Kecamatan Damang Batu meliputi 1 Kelurahan dan 8 Desa 8.
Kecamatan Miri Manasa meliputi1 Kelurahan dan 11 Desa 9.
Kecamatan Manuhing Raya meliputi 1 Kelurahan dan 6 Desa 10.
Kecamatan Rungan Hulu meliputi 1 Kelurahan dan 11 Desa 11.
Kecamatan Mihing raya meliputi 1 Kelurahan dan 6 Desa
Dari 12 Kelurahan tersebut ada 5 Kelurahan yang dibentuk berdasarkan Peraturan daerah nomor 04 Tahun 2005 baru operasional, yaitu kampuri, Tumbang
Marikoi, Tumbang Napoi, Tumbang Rahuyan dan Tehang. Secara Geografis, Kabupaten Gunung Mas terletak pada Koordinat 0º-2º.
46
Kelurahan Tewah adalah merupakan ibukota dari kecamatan Tewah. Jarak tempuh dari Kelurahan Tewah
menuju ke ibukota Kabupaten Gunung Mas Kuala Kurun dengan jarak tempuh 28 Km. Sedangkan menuju ibukota Provinsi dengan jarak 168 Km. Kelurahan Tewah
menempati area seluas 1000 Ha, Memiliki 22 RT dan 5 Rw . Pada umumnya keadaan topografi dari datar berombak, bergelombang sampai berbukit. Tipe tanah pada
umumnya sebagian besar alluvial aerosol dan podsolik, sedikit tanah bergambut. Kesuburan tanah secara umum sedang dengan tingkat keasamanpH antara lain 4-6,5.
Curah hujan rata-rata per bulan 30,0 mm, sedangkan rata-rata per tahun 2.116,0 mm. Bulan basahlembab antara November-Februari, bulan kering antara Juli-September.
Kelembaban rata-rata per tahun 85 dari tingkat suhu tanah rata-rata 26ºC. Kelurahan Tewah memiliki batas wilayah: Sebelah utara berbatasan dengan Desa
Teluk Lawah; Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Tumbang Pajangei; Sebelah Timur berbatasan Desa Sumur Mas; Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Taja
Urap.
47
Secara mayoritas penduduk di Kelurahan Tewah bersuku Dayak Ngaju, Ot Danom, Maanyan, sedangkan suku lain yang berdomisili di Tewah adalah Suku
Jawa, Banjar, Madura, Bugis, Tionghoa.Kelurahan Tewah adalah kelurahan terbesar
46
Data Base: Kependudukan Tahun 2011 Kabupaten Gunung Mas Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Gunung Mas 2010, 1.
47
Data Base: Profil Kelurahan Tewah, Kelurahan Tewah:2010, 4.
kedua di Kabupaten Gunung Mas, setelah Kelurahan kuala Kurun. Dikatakan terbesar karena memiliki jumlah Jiwa yang banyak. Penduduk yang banyak ini tentunya
disebabkan karena kelurahan Tewah merupakan ibukota dari kecamatan Tewah itu sendiri. Penulis menyajikan data pada tahun 2010 adalah data yang diperoleh sewaktu
penelitian. Dengan alasan instansi terkait, data pada Tahun 2011 belum rampung. Berikut Komposisi Penduduk Pada Tahun 2010: laki-laki sebanyak 4.182 jiwa,
Perempuan 3.767 jiwa ,dengan jumlah KK sebanyak 1333.
48
2. Pendidikan dan Pekerjaan
Minat terhadap pendidikan di Kelurahan Tewah dapat dikatakan baik. Kesadaran masyarakat di tempat ini dari tahun ke tahun mengalami perkembangan.
Indikator yang menunjukkan perkembangan ke arah yang baik, dapat ditunjukkan dari perkembangan jumlah institusi, guru, murid dan tingkat partisipasi sekolah dari
tahun ke tahun dan juga jumlah sarana pendidikan. Sarana pendidikan, di Kelurahan Tewah yang cukup memadai yaitu sarana pendidikan dari TK sampai SLTA, dengan
Unit yang dapat menampung pendidikan anak-anak usia sekolah, sangat membantu orang tua, sehingga ketika melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi anak-anak
baru keluar daerah dan pergi ke Kota Palangkaraya, Banjarmasin bahkan banyak juga yang mengenyam pendidikan di tingkat Perguruan Tinggi di pulau Jawa. Orang tua
yang memiliki ekonomi yang baik, biasanya suka anaknya mengenyam pendidikan di pulau Jawa. Berdasarkan jenis pendidikan, maka tercatat sebagai berikut : Belum
Sekolah 1801 orang, TKSD 1028 orang, SLTP 1894 orang, SLTA 2857 orang,
48
Data Base: Profil Kelurahan Tewah, Kelurahan Tewah:2010, 5.
D1D2D3 172 orang, Si 195 orang, S2 2 orang.
49
Sarana pendidikan meliputi : 4 Taman Kanak-Kanak, 8 Sekolah Dasar, 3 Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, 1
Sekolah Menengah Atas. 1 Unit Kantor UPTD Unit Pelaksana Teknis Dinas. Berdasarkan jenis pekerjaan, sebagian besar penduduk dengan mata
pencaharian petanipekebun sebanyak 2462 orang, PNS sebanyak 230 orang, pedagang sebanyak 144 orang, kemudian pensiun sebanyak 88 orang, Peternak
sebanyak 42 orang, TNIPOLRI sebanyak 17 orang, Tukang Jahit sebanyak 15 orang, Pendeta sebanyak 11 orang, Tukang Rias sebanyak 7 orang, Imam di Masjid
sebanyak 2 orang, Anggota DPR sebanyak 2 orang, Wartawan 1 orang. Sedangkan PelajarMahasiswa adalah untuk mereka yang sedang dalam pendidikan sebanyak
3064 orang. Banyaknya jumlah yang belum bekerja adalah meliputi anak-anak yang belum masuk sekolah dan juga pemuda-pemudi dan orang tua yang belum
mendapatkan pekerjaan, sebanyak 2034 orang.
50
Rutinitas penduduk di Kelurahan Tewah cukup menarik perhatian.Karena penduduk dngan variasi jenis pekerjaan,
memulai aktivitasnya dari subuh sampai malam hari Sangat sulit untuk menulis waktu rutinitas di tempat itu berakhir. Hanya waktu memulai kegiatan biasanya pada
pukul 05.00 Wib, ini rutin berlaku bagi mereka yang bekerja sebagai petani karet. Jenis pekerjaan yang cukup kompleks ini mewarnai satu hari penuh aktivitas di
Kelurahan Tewah. Pada hari tertentu saja, dapat dilihat aktivitas di Kelurahan Tewah berkurang,
yaitu pada hari libur dan hari minggu. Hanya kegiatan pasar tetap berlangsung seperti
49
Ibid., 14.
50
Ibid ., 18.
hari-hari biasanya. Menarik untuk dilihat adalah mereka yang bekerja sebagai PNS, juga memiliki pekerjaan yang lain, menggunakan waktu pulang kantor atau hari-hari
libur, yaitu bekerja sebagai petani kebun karet. Penjelasan dari hal ini adalah, mereka mencari tambahan ekonomi. Bahkan sebagian besar PNS di tempat ini memiliki
kebun karet sendiri.
51
Kegiatan perekonomian di Kelurahan Tewah dapat dikatakan baik, penduduk tampaknya berlomba untuk meningkatkan taraf hidup. Hal ini dapat
dilihat dari keadaan kondisi bangunan rumah. Tidak didapatkan lagi rumah yang beratapkan atap rumbia, secara umum beratapkan multiroop bahkan
sirap.
52
Indikator yang lain yang dapat dilihat adalah secara mayoritas KK di Kelurahan Tewah memiliki alat transportasi sendiri berupa sepeda motor, bahkan
mobil sebagai alat transfortasi di sekitar Kelurahan Tewah, Kabupaten Gunung Mas, bahkan alat transfortasi ke ibukota Provinsi di Palangka Raya. Berdasarkan
wawancara bersama Lurah Tewah, rata-rata penghasilan setiap bulan per KK minimal Rp 3000.000,-, masyarakat di Kelurahan Tewah rata-rata memiliki semangat kerja
yang tinggi. Hal ini di dukung kondisi alam yang sangat memadai untuk dikelola.
53
Di samping Perkebunan karet yang dimiliki masyarakat tumbuh subur, lahan pertanian pun cukup baik untuk menunjang ekonomi, Kelurahan Tewah untuk
Pertaniannya diperhatikan dan merupakan desa binaan yang termasuk dalam Wilayah Kerja Penyuluh Pertanian WKPP Kecamatan Tewah. Bidang usaha tani yang
dilakukan adalah perikanan kebun Karet, ternak, sapi, babi, ayam buras, tanaman
51
Wawancara, Yani Tewah, 28 September 2011.
52
Sirap adalah potongan kayu ulin yang dibua sedemkian rupa untuk atap, atap Sirap ini dapat
dipakai untuk jangka waktu yang lama, sekitar 60 tahun. Wa wancara, Ayan Bangas, 15 September 2011.
53
Wa wancara , Elisa Lamey Tewah: 21 September 2011.
padi, ubi kayu dan jagung.
54
Kebijakan Program Pembangunan Pertanian yang dilaksanakan di WKPP Kelurahan Tewah, mengacu pada program Nasional dan
Daerah dengan kegiatan-kegiatan yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan daerah.
55
3. Sarana dan Prasarana
Kelurahan Tewah memiliki sarana umum yang digunakan oleh masyarakat Kelurahan Tewah dan desa-desa yang ada di Kecamatan Tewah. Sarana dan
Prasarana ini dinikmati masyarakat menurut kebutuhan mereka. Jalan di tempat ini sudah tertata dengan baik, hampir seluruh jalan sudah diaspal. Gedung sekolah,
Kantor Kecamatan, Unit Pelaksana Teknis Dinas UPTD, PUSKESMAS, Kantor Balai Penyuluh Pertanian BPP, Kantor Damang Kepala Adat Wilayah kedamangan
Tewah Kabupaten Gunung Mas, Kepolisia Negara Repubik Indonesia Resot Gunung Mas Sektor Tewah, Komando Distrik Militer 1011 Kuala Kapuas Komando Rayon
Militer 20, Kantor Pos, Kantor Urusan Agama, Bank, PDAM, PLN, dan lain-lain sudah tersedia dan menunjang kesejahteraan masyarakat di Kelurahan Tewah. Untuk
keperluan ibadah meliputi: 4 buah gedung Gereja Kalimantan Evangelis, 1 buah gedung Gereja Pantekosta Tabernakel, 1 buah gedung Gereja Pantekosta Di
Indonesia, 1 buah gedung Gereja Yesus Sejati, 1 buah gedung Gereja Betel Indonesia, 2 buah Masjid dan 3 buah langgar, 1 buah Balai Hindu Kaharingan.
Sarana Air Bersih. Hampir seluruh KK di Kelurahan Tewah sudah menggunakan PDAM, hanya sebagian warga saja yang tidak menggunakan jasa
54
Monografi WKPP Kelurahan Tewah Tahun 2011, 3.
55
Wa wancara, Triyensi, S.PI Tewah, 25 September 2011
PDAM, yaitu mereka yang bermukim di pinggiran sungai Kahayan. Tetapi banyak KK yang membangun rumah di pinggiran sungai Kahayan juga sudah sadar
kebersihan, sehingga mereka menggunakan jasa PDAM untuk keperluan air bersih. Tentu saja kesadaran ini muncul dari kesadaran akan kesehatan. Air sungai Kahayan
yang tidak sehat akibat penambangan emas oleh masyarakat dengan menggunakan merkuri sangat tidak baik untuk dikonsumsi, juga keperluan MCK mandi, cuci,
kakus masyarakat yang bermukim di hulu sungai Kahayan memberi dampak yang tidak baik bagi kesehatan.
Sarana Ekonomi. Kelurahan Tewah memiliki satu pasar yang beroperasi setiap hari, mulai dari Pukul 05.00 Wib-20.00 Wib. Pasar ini dijalankan oleh para
pedagang dengan Variasi suku. Mulai dari warga yang bersuku Dayak, suku Banjar, suku Jawa. Kegiatan pasar setiap hari selalu padat. Hal ini dikarenakan banyak juga
masyarakat dari desa-desa sekitar yang menggunakan pasar di Kelurahan Tewah sebagai tempat transaksi barang dan jasa. Semua kebutuhan rumah tangga tersedia di
pasar. Dari kebutuhan sembako, sandang, alat-alat bangunan, elektronik dan lain sebagainya tersedia di pasar Tewah. Hasil pertanian dan perkebunan masyarakat juga
di pasarkan di sini. Sarana Komunikasi. Sarana telekomunikasi di Kelurahan Tewah sudah
tersedia, seperti
telephone cellular
dan
hand phone
, sudah lama masuk di tempat ini. Karena itu tidak ada kendala untuk berkomunikasi dengan orang-orang yang berada
di luar kelurahan Tewah. Televisi sebagai media informasi yang dianggap cukup mutahir, sudah sangat lama ada di tempat ini. Parabola digital hampir dimiliki oleh
seluruh KK di sini, TV kabel juga sudah ada dan tentunya dipakai menurut selera
masyarakat di tempat itu. Banyak juga KK yang telah memiliki parabola digital.ikut pula menggunakan TV kabel. Selain itu Kelurahan Tewah memiliki kantor pos yang
siap melayani masyarakat di tempat itu dan juga desa-desa sekitar. Kebanyakan warga masyarakat tidak hanya menggunakan jasa kantor pos untuk berkirim surat
saja, tetapi menggunakan kantor pos dalam jasa wesel instan. Sarana Bank. Di Kelurahan Tewah terdapat 2 buah Bank yang siap melayani
nasabah maupun masyarakat yang ingin menggunakan jasa mereka untuk menabung dan transfer inter dan antar Bank. Bank Pembangunan Daerah BPD dan juga Bank
Rakyat Indonesia BRI. Kedua Bank ini membantu masyarakat untuk sadar menabung. Masyarakat di Kelurahan Tewah sudah banyak yang menjadi nasabah dari
kedua Bank ini. Selain menjadi nasabah dari 2 Bank ini, banyak juga dari mayarakat di Kelurahan Tewah yang menjadi anggota Credit Union CU, sayangnya Tempat
Pelayanan anggota tidak diadakan di tempat ini dan anggota di layani di Kuala Kurun, dengan alasan dari pihak pengurus CU jarak Tewah-Kuala Kurun tidaklah
jauh hanya 28 Km. Biasanya penyetoran dan transaksi yang lain bisa dilakukan via kolektor atau mereka datang langsung ke Kuala Kurun.
Sarana Penerangan. Pasokan Listrik PLTN sudah lama ada di tempat ini. Hanya saja yang masih menjadi kendala listrik di tempat ini terbatas, yaitu dapat
dinikmati dari pikul 15.00 wib-05.00 wib. Mulai pada tahun 2012 masyarakat setempat dapat menikmati listrik sehari-semalam. Sarana transfortasi. Di tempat ini
transfortasi umum yang digunakan adalah sepeda motor, mobil, dan juga kelotok. Akses jalan darat dan air sangalah kondusif. Karena akses jalan darat sudah baik yang
dapat menghubungkan Kelurahan Tewah dan desa-desa sekitar, juga ke ibu kota
Kabupaten di Kuala Kurun dan ibu kota Provinsi Kalimantan Tengah di Palangka Raya.
4. Sejarah arti dari “nama” Kelurahan Tewah
Pada umunya hampir di setiap daer ah di Indonesia suatu “nama” atau suatu
kejadian tentu tidak hadir begitu saja. Tetapi ada cerita atau peristiwa yang melatar belakanginya. Semua itu menjadi ingatan kolektif yang diabadikan dalam bahasa
Idiomatic expression
.
56
Demikian pula yang terjadi dengan “nama Tewah”.Pada
awalnya “nama Tewah” berasal dari kata
Tiwah.
Tewah pada awalnya adalah hanya hutan belantara, lalu mulailah pada waktu itu berdatangan orang-orang yang ingin mencari tempat yang baik untuk tempat
tinggal. Salah satu diantaranya adalah keluarga yang memiliki anak perempuan yang bernama
Nyai Balau
Putri berambut panjang. Memang tidak dapat ditelusuri kapan waktunya kejadian ini terjadi. Tetapi berdasarkan cerita turun temurun,
Nyai Balau
, adalah pahlawan perang yang tangguh bagi
Hamputannya
klan. Pada waktu zaman asangkayau Perang antar kampung dan ditandai potong kepala,
Nyai Balau
selalu menang dan tidak dapat dikalahkan. Strategi-strategi perangnya begitu hebat dan
menipu lawan,
Nyai Balau
tak terkalahkan.Untuk itulah
Nyai Balau
diangkat menjadi pemimpin di kampong Tewah.
Berkat kepemimpinan
Nyai Balau
, kampung Tewah menjadi kampung yang maju dan lestari. Orang-orang yang berada di sekitar menjadi tertarik dan banyak
yang memilih pindah kampung. Mereka mendapatkan ketenangan dan rasa aman
56
Deri Susanto, Tesis Pemaknaan Pemugaran Kuburan Bagi Jemaat Kristen GKE di Desa Tanjung Riu Kabupaten Gunung Mas Kal-Teng,
salatiga: 2011, 51.
untuk melanjutkan hidup mereka bersama seorang pemimpin perempuan yang begitu tangguh dan selalu siap memberi perlindungan. Semakin lama, maka semakin
bertambah banyaklah jumlah orang yang tinggal di Tewah. Pola hidup bepindah- pindah mulai mengarah serius kepada kehidupan menetap. Pada awalnya mereka
hanya berladang yang usai musim panen ladang dibiarkan mulai berubah. Secara perlahan namun pasti mereka menanam pohon karet lokal pada tanah ladang mereka.
Mata pencaharian mereka pun mulai kompleks. Tewah semakin menjadi primadona tempat tinggal, ketika dibukalah pertambangan rakyat dibelakang kampong Tewah,
yaitu Gunung Mas. Orang-orang dari berbagai daerah di Kalimantan berdatangan, tak terkecuali banyak juga yang datang dari luar Kalimantan.
Orang-orang yang mengadu nasib di tempat ini, banyak pula yang tidak pulang kembali ke daerah asalnya, tetapi menetap di Tewah. Baik melaui proses
pernikahan dengan orang setempat, atau pun karena merasa Tewah adalah tempat yang cocok untuk mereka hidup. Pendatang-pendatang ini membaur dengan
penduduk asli baik dalam bidang pekerjaan maupun tata cara hidup dan mereka hidup mengikuti adat dan budaya setempat, seperti pepatah yang mengatakan : “
Di mana
bumi di pijak di situ langit dijunjung”. Perubahan demi perubahan dialami oleh masyarakat di Tewah dari waktu ke
waktu. Pertambahan penduduk yang semakin bertambah membuat Tewah dianggap layak untuk dimekarkan menjadi sebuah kelurahan. Dari status desa, Tewah berubah
statusnya menjadi kelurahan. Tewah resmi menjadi sebuah Kelurahan definitif yaitu pada Tahun 1971, dengan lurah pertama Edy Dugau. Ditelusuri bahwa lurah pertama
ini adalah keturunan dari
Nyai Balau
. Pada waktu itu Kelurahan Tewah masuk ke
dalam wilayah pemerintahan Kabupaten Kuala Kapuas dan setelah pada tahun 2002 yaitu sesuai dengan Undang-Undang nomor 5 Tahun 2002 tentang Pembentukan
kabupaten Katingan, kabupaten Seruyan, Kabupaten sukamara, Kabupaten Lamandau, Kabupaten Gunung Mas, Kabupaten Pulang Pisau, Kabupaten Murung
Raya dan Kabupaten Barito Timur di Provinsi Kalimantan Tengah. Maka ketika dimekarkannya Kabupaten Gunung Mas dengan ibu kota Kabupaten di Kuala Kurun,
maka Kelurahan Tewah sekarang masuk ke wilayah pemerintahan Kabupaten Gunung Mas.
57
5. Sistem Kemasyarakatan dan Kekerabatan
Masalah jangka waktu dan persepsi tentang perubahan merupakan dua hal yang tidak terpisahkan, di dalam pengalaman manusia. Artinya, baik waktu maupun
perubahan bukanlah merupakan variabel-variabel yang tegantung atau tidak bebas. Kiranya sulit untuk memikirkan masalah perubahan, tanpa memperhitungkan variabel
waktu. Di dalam bentuknya yang paling sederhana pengertian perubahan berkaitan dengan faktor-faktor sebelum dan sesudah.
58
Dengan demikian, maka tanpa ada jangka waktu, tidak ada lagi perubahan. Tanpa perubahan, maka juga tak ada arti bagi jangka waktu. Oleh karena itu perlu
adanya siklus-siklus sebagai dasar pembatasan jangka wakrtu dan Schlegel
menyatakan bahwa perubahan dari suatu siklus ke siklus lain, merupakan sesuatu yang paling penting bagi penentuan apakah suatu gejala bersifat pengulangan atau
kebiasaan belaka. Jangka waktu atau ruang waktu memberikan batas-batas tertentu
57
Wa wancara, Ayan Bangas, Tewah, 2 september 2011
58
Soerjono Soekanto, Teori Sosiologi Tentang Perubahan Sosial, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1983, 38.
pada kehidupan manusia serta perubahan-perubahan pada struktur sosial. Di dalam batas-batas tersebut terdapat kondisi-kondisi yang relevan, akan tetapi yang bersifat
netral. Jangka waktu atau ruang waktu tersebut tidak menentukan berlangsungnya proses kehidupan atau bagaian pola-pola perilaku harus menyesuaikan diri atau
mempergunakan batas-batas alamiah dari sistem-sistem sosial tersebut. Oleh karena itu, maka perubahan dari unsur-unsur suatu sistem sosial dalam jangka waktu
tertentu, merupakan pusat dari dinamika sosial.
59
Perubahan sosial di Kelurahan Tewah ketika ditelusuri dan dicermati juga mengalami perubahan-perubahan secara alami. Hal ini dapat dilihat dari perilaku
sosial individu maupun kelompok yang tidak lagi memiliki tata hidup secara kaku. Sistem kekerabatan pada suku Dayak Ngaju khususnya yang ada di pedesaan masih
berdasarkan prinsip keturunan
ambilineal
atau
bilateral
, yaitu menarik keturunan dari pihak ayah dan ibu, yang secara otomatis dalam pewarisan tidak membedakan
anak laki-laki maupun anak perempuan. Dalam bentuk kehidupan keluarga biasanya terdiri atas dua jenis yaitu keluarga batih
nuclear family
dan keluarga luas
extended family
. Dalam sistem kekerabatan pun mereka masih kuat memelihara sistem garis keturunan, Biasanya sampai yang disebut
“hanjenan” sepupu dua kali. Untuk
mempererat kembali kekerabatan, biasanya keluarga besar angat menginginkan terjadi perkawinan antar
“hanjenan”, supaya kekerabatan tetap kental, di samping itu untuk mempertahankan sistem pewarisan seperti tanah kosong, tanah ladang, kebun
rotan, kebun karet, guci-guci antik dan benda-benda berharga lainnya. Masyarakat di
59
Ibid, 40.
desa tetap kuat mempertahankan kekerabatan kekeluargaan yang dikenal dengan:
utus, tunda jalahan, babuhan.
Karenanya sangat baik menikah sesama suku. Kalau terjadi pernikahan dengan orang yang berada di luar suku, maka akan disebut sebagai
oloh lumpat
. Seiring dengan kemajuan zaman dan masyarakat yang semakin kompleks,
maka masyarakat di Kelurahan Tewah yang sudah tidak homogen lagi dan masyarakat di tempat ini sudah heterogen, maka sistem-sistem seperti yang ada di
desa tidak teralu dipentingkan lagi. Masyarakat asli sudah dapat secara terbuka untuk menerima arus budaya modern. Walaupun mereka masih tau apa itu;
utus, tunda jalahan atau babuhan
, tetapi masalah
oloh lumpat
tidak dipentingkan lagi. Perkawinan pun tidak lagi diupayakan sesuku, tetapi perkawinan terjadi atas
kehendak kedua pihak laki-laki maupun perempuan yang akan menikah untuk menentukan jodoh mereka. Dengan melaksanakan adat perkawinan Dayak Ngaju
yang dikenal dengan “jalan hadat”.
60
“Jalan Hadat” dilaksanakan adalah untuk mempertahankan tradisi turun-temurun yang dipahami sebagai tali pengikat kedua
pengantin dan bersatunya kedua keluarga besar pengantin. Keseimbangan dalam masyarakat
social equilibrium
merupakan keadaan yang diidam-idamkan dalam setiap masyarakat. Dengan keseimbangan dalam
masyarakat dimaksudkan sebagai suatu keadaan di mana lembaga-lembaga kemasyarakatan yang pokok dari masyarakat berfungsi dan saling mengisi.
60
Jalan hadat, adalah adat perkawinan Dayak Ngaju, yang berarti jalan yang beradap. Menikah bagi
orang Dayak adalau peristiwa yang sacral dan untuk itu, memperkokoh sumpah janji maka dilangsungkan pemenuhan jalan hadat, yaitu pihak pengantin laki-laki memenuhi kewajiban pada jalan
adat sesuai ketentuan adat yang berlaku dam kesepakatan kedua keluarga pengantin.
Sehubungan dengan masuknya unsur-unsur yang baru, maka di dalam tubuh suatu sitem sosial tersebut, yang tidak dapat dirubah selama hidup oleh pihak manapun
juga.
61
Pembauran masyarakat yang terjadi di Kelurahan Tewah mengakibatkan asimilasi budaya. Dalam kondisi masyarakat yang heterogen ini, tidak mengubah
harmonisasi yang terjadi. Inter dan antar suku berinteraksi dalam konteks yang modern. Tetapi patutlah dibanggakan, sampai pada saat ini lembaga adat
Kedemangan masih merupakan bagian dari pranata sosial yang dipentingkan dalam sistem sosial. Jika terjadi kesalah pahaman antar warga, maka akan dirembuk di
Kedemangan untuk berdamai. Selanjunya jika itu signifikansinya kepada tindakan kriminal dan di Kedemangan tidak ditemukan jalan keluar, barulah masalah itu di
bawa ke kantor polisi. Masyarakat di kota Tewah, memiliki kekerabatan yang terbuka. Tidak hanya menganggap dari garis keturunan darah saja sebagai kerabat,
tetapi kekerabatan adalah ditunjukkan dengan baik dalam kehidupan bertetangga dan bermasyarakat. Ada satu ritual budaya yang sepertinya membuat harmonis
masyarakat di tempat ini yaitu Ritual Dayak “
Pakanan
Sahur Lewu Dayak” yang dilaksanakan 1 kali dalam satu tahun yang melibatkan seluruh elemen masyarakat
tanpa memandang suku dan agama. “
Ritual Budaya Pakanan Sahur Lewu Dayak. Upacara Pakanan Sahur Lewu
Suku Dayak Ngaju di Kalimantan Tengah Kalteng merupakan satu dari lima macam upacara ritual besar khas Suku Dayak Ngaju. Pakanan berarti memberikan
persembahan berupa sesajen kepada para leluhur atau orang-orang suci.Sahur diartikan sebagai leluhur atau dewa yang dipercaya menjaga kehidupan manusia,
memberikan kesehatan, keselamatan, perdamaian, berkah dan anugerah bagi yang percaya kepada-Nya. Lewu sendiri dalam bahasa Indonesia adalah berarti
kampung atau desa tempat bermukimnya suatu penduduk pada sebuah wilayah. Dengan demikian, Pakanan Sahur Lewu Dayak berarti memberikan sesajen kepada
para leluhur atau para dewa yang melindungi warga desa sebagai tanda terimakasih
61
Soerjono soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Universitas Indonesia, 1974, 239.
atas berkat dunia. Lewat ritual Pakanan Sahur Lewu Dayak ini diharapkan masyarakat dapat hidup tentram, rukun dan damai serta mendapatkan rejeki
berlimpah. Pakanan Sahur Lewu juga sering mengikutsertakan tokoh dan kelompok agama lain. Selain sebagai sarana untuk menyampaikan ucapan syukur pada Sang
Kuasa, Pakanan Sahur Lewu juga dimaksudkan sebagai wadah untuk menjalin semangat persaudaraan dan kegotong-royongan antar sesama warga PAKANAN
SAHUR tak hanya bertujuan untuk melestarikan budaya leluhur saja. Namun, Ritual ini juga secara metafisika untuk memulihkan kesimbangan hubungan antara manusia
dan alam sekitarnya agar terhindar dari marabahaya dan malapetaka.
62
“
Pakanan Sahur Lewu Dayak
” biasanya dipimpin oleh “bakas Lewu” tokoh kampong yang beragama Kaharingan. Dalam pelaksanaan ritual adat ini, maka setiap
KK tanpa dipaksa dan ditentukan memberi dukungan pada kegiatan tersebut, dengan memberikan uang, beras, gula, nyiur dan lain sebagainya secara suka rela untuk
kelengkapan ritual tersebut. Pengumpulan sumbangan ini dikoordinir oleh seseorang pada setiap RT.
63
Berdasarkan data tentang pemeluk agama di kelurahan Tewah tercatat sebagai berikut: umat Islam sebanyak 2.338 orang, Kristen Protestan 4.205
orang, Katolik 378 orang, Kaharingan 1.012 orang, Budha 3 orang, Khong Hu Chu 13 orang.
64
Melihat komposisi penduduk berdasarkan agama, maka yang dapat kita lihat adalah: Penduduk di Kelurahan Tewah didominasi oleh Kristen Protestan.
Tetapi yang juga dapa dilihat bahwa di Kelurahan Tewah memiliki cukup banyak penduduk yang beragama Islam, diikuti Kaharingan, Katolik, Konghuchu, dan
Budha. Keberagamaan di tempat ini adalah keberagamaan yang harmonis, terbukti dari dulu sampai penulis mengadakan penelitian, tidak pernah terjadi konflik antar
agama. Semua berjalan dengan aman dan harmonis. Penduduk di Kelurahan Tewah saling menghargai dan menghormati satu dengan yang lainnya. Meskipun masyarakat
62
http:www.dayakpos.com201004pakanan-sahur-lewu-dayak.html, diunduh, Senin 25 Septemberi 2011, pkl 10.00 Wib.
63
Wa wancara, Ayan Bangas., Tewah, 15 September 2011.
64
Ibid ., 7.
sudah kompleks, tetapi jalinan silaturahmi berjalan dengan baik. Hari raya keagamaan dipelihara bersama. Terbukti pada tanggal 31 Agustus 2011 pada hari
raya umat Islam, yaitu Idul Fitri, umat Kristiani dan umat yang lainnya bersilaturahmi ke warga muslim yang merayakan hari raya tersebut. Demikian pula sebaliknya pada
perayaan natal umat Kristiani, umat yang non kristiani melakukan silaturahmi dengan baik. Jalinan silaturahmi ini sudah lama terjalin dan tetap dipelihara dengan baik.
65
B. GAMBARAN UMUM PEMILU LEGISLATIF TAHUN 2009 DI