39
4. Stake’s Countenance Model
Model evaluasi ini dikembangkan oleh Stake. Evaluasi menekankan adanya diskripsi dan pertimbangan. Ada tiga taha evaluasi, yaitu
antecedents context, transaction process, dan output outcomes.
a. Antecedents
phase;
sebelum program
diimplemetasikan: Kondisikejadian apa yang ada sebelum implementasi program? Apakah
kondisikejadian ini akan mempengaruhi program?
b. Transactions phase; pelaksanaan program: Apakah yang sebenarnya
terjadi selama program dilaksanakan? Apakah program yang sedang dilaksanakan itu sesuai dengan rencana program?
c. Outcomes phase; akibat implementasi pada akhir program. Apakah
program dilaksanakan sesuai dengan yang diharapkan? Apakah klien menunjukan perilaku pada level yang tinggi dibanding dengan pada saat
mereka berada sebelum program dilaksanakan?
5. Tyler’s Goal Attainment Model
Goal Attainment Evaluation Model, dikembangkan oleh Tyler, dan merupakan model paling awal. Objek pengamatang berupa tujuan program,
sebagaimana tercantum di dalam perencanaan program. Evaluasi dilakukan secara terus-menerus dan berkesinambungan, untuk mengecek seberapa jauh
tujuan program dapat dicapai Kaufman, 1980: 127-128.
6. Provus’s Discrepancy Model
Model evaluasi ini dikembangkan oleh Malcolm Provus dengan asumsi bahwa untuk mengetahui kelayakan suatu program, evaluator dapat
membandingkan antara apa yang seharusnya dan diharapkan terjadi standard,
dengan apa yang sebenarnya terjadi performance, sehingga dapat diketahui
40 ada tidaknya kesenjangan
discrepancy antara keduanya, yaitu standar yang ditetapkan dengan kinerja sesungguhnya Kaufman, 1980: 127-128. Model
evaluasi ini, menekankan pada kesenjangan yang sebetulnya merupakan persyaratan umum bagi semua kegiatan evaluasi, yaitu mengukur adanya
perbedaan antara yang seharusnya dicapai dengan kondisi riil.
7. Scriven’s Goal-Free Model
Goal Free Evaluation Model dikembangkan oleh Michael Scriven. Model ini berlawanan dengan model evaluasi Tyler. Kalau model evaluasi Tyler, evaluator
secara berkesinambungan,
terus-menerus, mengecek
seberapa jauh
ketercapaian tujuan, maka dalam model evaluasi Scriven, evaluator tidak perlu memperhatikan tujuan program secara khusus. Yang perlu diperhatikan hanyalah
tujuan secara umum. Ciri-ciri evaluasi bebas tujuan ini antara lain: 1 evaluator sengaja menghindar untuk mengetahui tujuan program, 2 tujuan yang telah
dirumuskan terlebih dahulu tidak dibenarkan menyempitkan fokus evaluasi, 3 fokus evaluasi bebas tujuan adalah hasil yang sebenarnya, bukan hasil yang
direncanakan, 4 hubungan evaluator dengan manajer atau karyawan proyek dibuat seminimal mungkin, 5 evaluasi menambah kemungkinan ditemukannya
dampak yang tak diramalkan Kaufman Thomas, 1980:112.
8. Stake’s Responsive Model.