Tugas Pengganti Ujian Akhir Semester Cus

Muhammad Rezeqi
017201400001

Sumber Hukum
UU No. 6 Tahun 2014
Undang-undang desa adalah seperangkat aturan mengenai penyelenggaraan
pemerintah desa dengan pertimbangan telah berkembang dalam berbagai bentuk sehingga
perlu dilindungi dan diberdayakan agar menjadi kuat, maju, mandiri, dan demokratis
sehingga dapat menciptakan landasan yang kuat dalam melaksanakan pemerintahan dan
pembangunan menuju masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera. Undang-undang ini juga
mengatur

materi

mengenai

asas

pengaturan,

penataan


desa,

kewenangan

desa,

penyelenggaraan pemerintahan desa, hak dan kewajiban desa dan masyarakat desa, peraturan
desa, keuangan desa dan pembangunan kawasan perdesaan, badan usaha milik desa, kerja
sama desa, lembaga kemasyarakatan desa dan lembaga adat desa serta pembinaan dan
pengawasan. Selain itu undang-undang ini juga mengatur dengan ketentuan khusus yang
hanya berlaku untuk desa adat sebagaimana diatur dalam bab XIII.
Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya
disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang
berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat
setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang
diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kita
memiliki masyarakat hukum adat yang berbeda-beda tiap wilayah yang harusnya kita hormati
sebagai asal-usul pemerintahan yang pernah ada di Indonesia.
Menurut undang-undang nomor 6 tahun 2014, desa adat harus memenuhi syarat

seperti kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak tradisionalnya secara nyata masih hidup
baik yang bersifat territorial, genealogis, maupun yang bersifat fungsional, dipandang sesuai
dengan perkembangan masyarakat, dan sesuai dengan prinsip Negara kesatuan republic
Indonesia. Kemudian desa adat ditetapkan dengan peraturan daerah atau kabupaten kota.
Pembentukannya

pun

dilakukan

dengan

memperhatikan

factor

penyelenggaraan

pemerintahan desa, pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa, serta


pemberdayaan masyarakat desa dan sarana prasarana pendukung. Status desa dapat diubah
menjadi desa adat dan kelurahan juga bisa diubah menjadi desa adat statusnya hanya saja
melalui proses musyawarah desa dan melalui persetujuan oleh pemerintah daerah atau
kabupaten kota.
Kemudian berbicara tentang kewenangan desa adat, di dalam undang-undang juga
dijelaskan bahwa kewenangan desa adat itu meliputi pengaturan dan pelaksanaan
pemerintahan berdasarkan susunan asli, pengaturan dan pengurusan ulayat atau wilayah adat,
dan pelestarian nilai social budaya adat, penyelesaian sengketa adat berdasarkan hukum adat
yang berlaku di wilayah desa adat dalam wilayah yang selaras dengan prinsip hak asasi
manusia dengan mengutamakan penyelesaian secara musyawarah, penyelenggaraan siding
perdamaian peradilan desa adat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan,
pemeliharaan ketentraman dan ketertiban masyarakat desa adat berdasarkan hukum adat yang
berlaku di desa adat, dan pengembangan kehidupan hukum adat sesuai dengan kondisi social
budaya masyarakat adat.
Perkembangan Hukum Adat
Melihat dari undang-undang nomor 6 tahun 2014, jika kita paparkan tentang
perkembangan dari hukum adat mungkin sangatlah banyak pandangan yang akan muncul.
Melihat dari contoh nyata pada suku anak dalam, yang lima tahun belakangan ini warganya
mengenal agama yang sebelumnya menganut animism dan dinamisme. Mereka juga diberi
pengertian dimana pakaian memberi perlindungan pada tubuh dari cuaca maupun hewan dan

tumbuhan. Mereka sudah memadukan antara hukum adat mereka dengan sedikit undangundang nomor 6 tahun 2014 dimana yang sebelumnya mereka tinggal jauh didalam hutan,
kini sudah sedikit perlahan membangun sebuah struktur desa kecil untuk kehidupan mereka.
Kemudian jika melihat pada suku kutai di daerah Kalimantan, mereka para
masyarakat adat kutai memadukan antara hukum adat dan juga hukum nasional. Walaupun
lebih memegang kuat warisan dari leluhur untuk lebih mengutarakan memberikan sanksi dari
peraturan hukum adat yang dipandang lebih simple dibandingkan hukum nasional yang ribet
dan memakan waktu yang lama dalam penyelesaiannya. Akan tetapi berbicara mengenai
struktur pemerintahan desa, mungkin mereka para masyarakat adat sudah menyetarakan
semuanya seperti yang tertera pada undang-undang nomor 6 tahun 2014.

Dalam perkembangannya, hukum adat ada beberapa faktor penting yang
mempengaruhi perkembangannya, berikut dapat disimpulkan:
a. Faktor agama
Adanya pengaruh dari agama agama yang masuk kemudian ke Indonesia dan dianut
oleh masyarakat hukum adat yang bersangkutan seperti agama agama yang telah eksis
di Indonesia itu sendiri.
b. Faktor dukungan dari orang-orang ataupun kekuasaan asing
Factor ini sangat besar pengaruhnya. Kekuasaan asing ini menyebabkan hukum adat
terdesak dari beberapa bidang kehidupan hukum. Selain itu, factor dari luar juga
sangat mempengaruhi perkembangan hukum adat di Indonesia.

Pemerintah juga berperan penting dalam perkembangan hukum adat di Indonesia.
Pemerintah semacam memberikan sedikit peluang untuk membuat hukum adat itu sendiri
berkembang di dalam masyarakat adat maupun masyarakat luas. Hukum adat pula seperti
membaur dengan kehidupan masyarakat sekarang yang lebih modern dan lebih mengusung
ke simpelan dari peraturan. Hukum adat sangatlah tepat karena hukum adat itu sendiri bisa
menyesuaikan dan bahkan mampu untuk berkembang secara perlahan namun pasti.
Peluang untuk Menghidupkan kembali Hukum Adat
Kalau berbicara tentang peluang untuk menghidupkan hukum adat pada saat sekarang
mungkin peluang itu ada. Mengapa demikian, karena mungkin semua itu pasti bisa dan tidak
ada yang tidak mungkin. Karena sebagai yang kita ketahui bahwa hukum adat itu menjadi
sumber dari hukum nasional. Hukum adat ialah hukum yang mungkin menjadi yang pertama
dan juga pasti melekat pada jiwa masing masing masyarakat adat pada dulunya.
Sesungguhnya eksistensi hukum adat di Indonesia telah berlangsung lama,
dipertahankan secara turun temurun oleh komunitas lokal dan masyarakat adat. Hukum dan
masyarakatnya telah menyatu juga mengakar tak terpisahkan keduanya sejak dulu kala. Jadi
kemungkinan untuk bangkit kembalinya hukum adat di Indonesia itu sangatlah besar.
Dikarenakan hukum nasional pun bersumber dari hukum adat pula juga sudah menyatunya
masyarakat dan hukum adatnya sejak dulu kala.
Kembali kepada masyarakat, penerapan hukum adat pada saat ini terbilang memang
sangatlah kurang. Bahkan beberapa dari mereka pun mungkin tidak paham dengan hukum

adat yang telah diwariskan oleh leluhur mereka. Kurang sekali pengetahuan mereka tentang
hukum adat itu. Sangat kasihan jika melihat bahwa hukum adat luntur dan hilang begitu saja

ditelan oleh kemoderenan jaman pada saat ini. Ke eksisan hukum nasional juga berperan pada
bagian ini, dimana semua masyarakat lebih memilih hukum yang tertulis dibandingkan
hukum adat yang mempunyai sumber akan tetapi tidak dibuat secara tertulis, walaupun ada di
beberapa masyarakat adat yang membuat hukum adatnya menjadi hukum yang tertulis akan
tetapi masih saja hukum nasional itu lebih diterima oleh masyarakat luas pada saat ini.
Mengenai peluang itu sendiri, sangat mungkin hukum adat bisa kembali eksis di masa
sekarang walaupun hukum Negara memang yang diutamakan, akan tetapi hukum adat
setidaknya mudah diterima dan mudah untuk dikenali jika ingin menggelutinya. Tidak repot
dan sangatlah simple mungkin itu yang menjadi nilai plus dari hukum adat itu sendiri.
Sebenarnya jika emang kita sama-sama ingin akan hukum adat itu lebih eksis
dibandingkan hukum nasional itu sangatlah mudah. Mengapa demikian, karena jika saja kita
memperkenalkan hukum adat itu sejak dini dan dengan memberikan apa- apa saja dasar-dasar
dari hukum adat itu dijamin pada saat sekarang hukum nasional itu lama kelamaan akan kalah
eksis dengan hukum adat itu sendiri karena kembali lagi hukum adat itu lebih simple dan
lebih mudah dimengerti.
Berikut merupakan suatu contoh nyata keberadaan hukum adat pada masyarakat adat
kutai yang sampai sekarang masih dipertahankan keeksisannya. Ini adalah tata cara

pelaksanaan peradilan adat pada suku Kutai. Pada tahap pertama yaitu proses awal, pihak
korban melaporkan kasus atau kejadian kepada ketua Suku dimana korban berada, kemudian
ketua suku pihak korban melaporkan kejadian tersebut kepada ketua suku pihak pelaku.
Ketua suku pelaku memanggil pelaku untuk meminta keterangan terhadap laporan dari ketua
suku korban, setelah mendengar pengakuan dari pelaku ketua suku pelaku mendatangi ketua
suku korban untuk membahas permasalahan yang sedang dihadapi oleh anak suku mereka.
Dari hasil musyawarah antara kedua ketua suku pelaku dan korban kemudian dibawa ke
ketua kutai atau hakim desa. Setelah menerima laporan dari ketua suku korban dan ketua
suku pelaku, ketua kutai atau hakim desa memanggil semua ketua suku untuk melaksanakan
proses peradilan adat.
Masuk kedalam tahap yang kedua yaitu proses penyelesaian sengketa, ketua kutai
meminta penjelasan dari ketua suku pihak korban dan ketua suku pihak pelaku yang
kemudian ketua kutai meminta keterangan dari korban dan pelaku untuk mengsingkronasikan
keterangan yang disampaikan ketua suku pihak pelaku dan ketua suku korban dengan
keterangan pelaku dan korban. Ketua kutai menanyakan kepada korban dan pelaku sebagai

pihak yang bersengketa apakah mereka bersedia permasalahan yang mereka hadapi
diselesaikan dengan cara adat yang apabila kedua pihak sepakat untu diselesaikan secara adat
maka ketua kutai melanjutkan proses pengadilan adat. Dan didalam siding, ketua kutai
menanyakan persoalan sesungguhnya yang terjadi dengan para pihak yang bersengketa.

Dan pada tahap yang terakhir yaitu tahap ketiga mengenai proses penentuan
keputusan, sebelum menetapkan keputusan ketua kutai selaku menggunakan pokok-pokok
adat yang udah ditentukan juga menggunakan azas praduga tidak bersalah selanjutnya juga
meminta pertimbangan atau nasehat dari rajo atau pelindung adat serta cerdik dan pandai juga
orang-orang yang dianggap berpengetahuan yang lebih dibandingkan masyarakat yang
lainnya. Dari masukan dan nasehat pelindung adat kemudian ketua kutai meminta saran dan
pendapat dari empat orang ketua suku baik kepada yang sedang bersengketa maupun dengan
yang lainnya. Setelah mempertimbangkan saran dan nasehat dari pelindung adat dan para
ketua suku maka ketua kutai memutuskan suatu perkara tersebut dengan menggunakan
sekapur sirih sebagai lambing kesepakatan yang disaksikan oleh banyak pihak.
Dari contoh nyata diatas, betapa indahnya hukum adat yang berlaku pada masyarakat
adat Kutai. Dimana itu bisa menjadi warisan yang kini hidup dan menyampingkan hukum
nasional yang sangatlah ribet dibandingkan hukum adat yang terbilang sangatlah praktis dan
simple. Lalu kembali kepada peluang kembalinya hukum adat untuk lebih eksis dibandingkan
hukum nasional itu sendiri sangatlah terbuka jika saja masyarakat-masyarakat hukum adat
lainnya lebih mengedepankan hukum adatnya dibandingkan hukum nasional dalam
metusukan suatu perka dan diselesaikan secara langsung dan dengan cara seksama.
Tantangan Keberadaan Hukum Adat
Masyarakat Adat adalah komunitas-komunitas yang hidup berdasarkan asal-usul
lelulugur secara turun-temurun di atas suatu wilayah adat, yang memiliki kedaulatan atas

tanah dan kejayaan alam, kehidupan sosial budaya yang diatur oleh hukum adat, dan lembaga
adat yang mengelola keberlangsungan kehidupan masyarakat dan keberadaan Masyarakat
Adat sudah ada jauh sebelum Negara Republik Indonesia berdiri.
Kemudian ketika kita membicarakan tentang tangangan akan hukum adat itu agar
kembali eksis mungkin banyak sekali. Dan tantangan yang paling utama mungkin kurangnya
eksistensi hukum adat dengan keberadaan hukum nasional. Juga karena hukum nasional

terlalu eksis dibandingkan hukum adat itu makin membuat hukum adat semakin tenggelam
bahkan terlupakan.
Tantangan yang paling utama hukum adat ini untuk eksis kembali di keeksisan hukum
nasional itu mungkin karena sudah diatur oleh undang- undang dimana keleluasaannya pula
berkurang untuk berkembang. Bayangkan saja, bagaimana bissa berkembang jika semuanya
sudah diatur di dalam undang-undang seperti, penataan desa, kewenangan desa,
penyelenggaraan pemerintahan desa, hak dan kewajiban desa dan masyarakat desa, peraturan
desa, keuangan desa dan pembangunan kawasan perdesaan, badan usaha milik desa, kerja
sama desa, lembaga kemasyarakatan desa dan lembaga adat desa serta pembinaan dan
pengawasan, juga mengatur dengan ketentuan khusus yang hanya berlaku untuk desa adat.
Cukup sulit memang menimbang bahwa masyarakat adat itu sendiri masih dalam
bentuk paguyuban. Akan tetapi di dalam masyarakat adat, ada kelembagaan dalam bentuk
perangkat penguasa adat juga ada wilayah hukum adat yang jelas, ada pula pranata dan

perangkat hukumnya. Jadi, tantangan kembali lagi ke masalah eksistensi hukum adat itu
sendiri dimana sekarang hukum yang lebih dikenal dan lebih diketahui ialah hukum nasional.
Hukum adat lebih dikesampingkan dibandingkan hukum nasional dikarenakan hukum
nasional mempunyai sumber yang jelas dibandingkan hukum adat. Hukum adat hanya
mengatur masyarakat adat sesuai dengan pengertian masyarakat adat di atas. Dengan
demikian hanya sedikit ruang lingkup dari hukum adat pada saat ini dibandingkan hukum
nasional yang cangkupannya sangat luas. Hanya masyarakat di wilayah itu saja yang menjadi
jangkauan dari hukum adat dan di daerah-daerah lain belum tentu di daerah yang satu dengan
daerah yang lain itu hukum adanya sama, pasti saja disetiap daerah memiliki hukum adat
yang berbeda-beda tergantung dari situasi dan kondisi dari daerah atau wilayah setempat
yang didiami.
Sebenarnya jika saja hukum adat itu dibuat secara tertulis, mungkin saja masyarakat
Indonesia pada saat ini lebih memilih hukum adat yang diberlakukan ketimbang dari hukum
nasional yang ribet dan berbelit-belit. Hukum nasional juga bersumber dari beberapa hukum
adat dan lebih eksis dikarenakan hukum nasional itu sendiri diperkenalkan pada saat kita
belum mengetahui apa-apa dan sampai sekarang begitu saja terikat oleh hukum nasional
padahal hukum adat itu sendiri udah ada dari jaman yang sangat lama ketika leluhur membuat
sesuatu peraturan yang harus dipatuhi agar terciptanya keseimbangan didalam kelompokkelompok masyarakat pada jaman dulu.

Kemudian ketika melihat kepada undang-undang yang menjelaskan beberapa point

yaitu, memberikan pengakuan dan penghormatan atas desa yang sudah ada dengan
keberagamannya sebelum dan sesudah terbentuknya Negara kesatuan republic Indonesia,
memberikan kejelasan status dan kepastian hukum atas desa dalam system ketatanegaraan
republic Indonesia demi mewujudkan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia, melestarikan
dan memajukan adat, tradisi, dan budaya masyarakat desa, membentuk pemerintahan desa
yang professional efisien dan efektif, terbuka, serta bertanggung jawab, meningkatkan
ketahanan social budaya masyarakat desa guna mewujudkan masyarakat desa yang mampu
memelihara kesatuan social sebagai bagian dari ketahanan nasional, dan memperkuat
masyarakat desa sebagai subjek pembangunan, sangat jelas sebenarnya pemerintah
mendukung tentang hukum adat, akan tetapi banyak sekali factor yang membuat hukum adat
semakin luntur dan hukum nasional menjadi lebih eksis.
Source: Hadikusuma, Hilman.Pengantar Ilmu Hukum Adat Indonesia. Mandar Maju.
Bandung. 2003.