Tugas Ujian Akhir Semester Auditing Lanj

(1)

Tugas Ujian Akhir Semester Auditing Lanjutan By Rita Sri Erviani Page 1

Tugas Ujian Akhir Semester Auditing Lanjutan

“Review dan Analisis Kasus- Kasus” By:

Rita Sri Erviani 15919035

Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia Kata Pengantar

Berkat limpahan kasih sayang dari Allah SWT,penulis diberikan kesempatan untuk menyelesaikan tugas akhir semester II pada Mata Kuliah Auditing Lanjutan. Rasa terima kasih juga penulis ucapkan kepada dua orang Pengampu Mata Kuliah Auditing Lanjutan Yaitu kepada Bapak Kumalahadi dan Bapak Kuncara yang selama kurun waktu satu semester mendidik dan berbagi ilmu pengetahuan khususnya mengenai audit. Pengalaman dididik oleh kedua pengampu ini, merupakan suatu kebahagian tersendiri bagi penulis karena dalam menyelesaikan tugas akhir ini beberapa hal yang pernah disampaikan oleh mereka memberikan inspirasi bagi penulis terutama dalam mengerjakan tugas akhir ini. Berikut merupakan konsep pengerjaan review dan analisis kasus- kasus yang penulis kerjakan:

1. BAB I : Review Kritikal Jurnal “Akuntansi Sebagai Panacea Dalam Pengentasan Praktek

Penipuan di Nigeria”.

2. BAB II: Analisis Kasus “KPK Perkuat Kerjasama Dengan ANRI” Metode Pendekatan Teori Bukti Audit.

3. BAB III: Analisis Kasus “Audit Investigatif BPK Belum Selesai” Metode Pendekatan Teori Audit Investigatif.

4. BAB IV: Analisis Kasus “ KPK Tingkatkan Kerjasama Berantas Rasuah” Metode Pendekatan Teori Mitigasi Risiko Audit.

Semoga apa yang penulis sajikan dalam lembar jawaban tugas akhir ini merupakan salah satu catatan amal terbaik penulis yang dapat memberikan manfaat kepada para pembaca sekalian.

Yogyakarta, Maret 2017


(2)

Tugas Ujian Akhir Semester Auditing Lanjutan By Rita Sri Erviani Page 2

BAB I

Review dan Kritikal Jurnal

“Akuntansi Sebagai Panacea Dalam Pengentasan Praktek Penipuan di Nigeria

A. Pemaparan Review

1. Latar Belakang, Tujuan dan Hipotesis Penelitian

Praktek fraud merupakan salah satu praktek yang menjadikan permasalahan di setiap negara, diantaranya seperti yang terjadi di Nigeria. Dalam jurnal ini disebutkan bahwa Nigeria dengan sistem pemerintahan berbentuk federal, praktek fraud menjadi salah satu faktor yang menghambat pembangunan negara. Dikarenakan dampak yang ditimbulkan dengan adanya praktek fraud ialah telah terjadi korupsi di setiap

lembaga yang ada. Hal ini dibuktikan dengan bahwa “Nigeria menempati peringkat oleh Transparency International (TI) 134 tahun 2010 dan 143 pada 2011 dari 183 negara yang disurvei dalam hal persepsi publik korupsi.Efek negatif dari korupsi pada pembangunan telah membuat pemerintah Nigeria untuk mencari solusi tentang cara untuk memerangi ancaman tersebut.Hal ini mungkin menjelaskan mengapa beberapa lembaga tersebut telah didirikan di Nigeria.Di antaranya adalah Kode Etik Biro, Komisi Corrupt Practices Independen (ICPC) dan Komisi Ekonomi dan

Kejahatan Keuangan (EFCC)” (Samuel, dkk, 2013).

Berdasarkan latar belakang pada jurnal ini juga memaparkan bahwa meskipun telah terdapatnya lembaga semisal komisi anti korupsi di Nigeria namun praktek

fraud tetap terjadi terutama pada lembaga pemerintahan lainnya. Sehingga diharapkan dengan adanya komisi tersebut, praktek fraud dapat diminimalisir (karena pada hakikatnya praktek tersebut tidak dapat hilang dalam berbangsa dan bernegara). Oleh karena keberadaan komisi tersebut pula, diperlukanlah akuntansi forensik sebagai panacea (obat/solusi) yang dapat digunakan untuk melakukan pengentasan terhadap praktek fraud yang terjadi pada negara tersebut.

Namun yang menarik ialah, tidak sedikit (ada beberapa) komisi anti korupsi yang didirikan di Nigeria tidak mampu mengurangi praktek fraud yang terjadi dikarenakan pada komisi tersebut belum ada unit khusus Akuntansi Forensik yang diadakan. Sehingga pada Negara Nigeria sebenanrya unit khusus tersebut memegang


(3)

Tugas Ujian Akhir Semester Auditing Lanjutan By Rita Sri Erviani Page 3 peran penting dalam pengentasan praktek fraud. Hal inilah yang mendorong jurnal ini ditulis dengan tujuan penelitian untuk menilai relevansi Akuntansi Forensik dalam pengurangan efektif praktik penipuan di Nigeria. Sehingga berdasarkan tujuan

dari penelitian ini, maka peneliti menggunakan hipotesis berikut: “Akuntansi

Forensik tidak signifikan berhubungan dengan penyelidikan dan deteksi penipuan di

Nigeria”.

2. Landasan Teori

Berikut merupakan review atas landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini: (Samuel, dkk, 2013)

a. Konsep Penipuan

Ojaide (2000) menyatakan bahwa praktek-praktek penipuan dan pemalsuan dan semua cara ilegal lainnya untuk memperoleh dan memiliki aset untuk kerugian orang lain.Penipuan adalah tindakan tidak jujur, penipuan, pemalsuan dan manipulasi yang dilakukan untuk mendapatkan baik moneter dan atau manfaat non-moneter.

Penipuan telah didefinisikan oleh EFCC (2004: 46) sebagai ". . .

non-kekerasan kegiatan kriminal dan ilegal yang dilakukan dengan tujuan dari penghasilan kekayaan secara ilegal baik secara individu atau dalam kelompok atau secara terorganisir sehingga melanggar peraturan yang ada yang mengatur kegiatan ekonomi pemerintah dan administrasi. . . ".

Nwaze (2012) mendefinisikan fraud sebagai yang telah ditetapkan serta direncanakan proses rumit atau perangkat biasanya dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan tujuan tunggal dari kecurangan orang atau organisasi lain untuk mendapatkan keuntungan haram yang tidak akan diperoleh tanpa adanya prosedur menipu tersebut.

Ramamoorti (2007) berpendapat bahwa penipuan adalah usaha manusia, yang melibatkan penipuan, niat tujuan, intensitas keinginan, risiko ketakutan, pelanggaran kepercayaan, dan rasionalisasi.Oleh karena itu penting untuk memahami faktor-faktor psikologis yang mungkin mempengaruhi perilaku pelaku penipuan.Alasan untuk menggambar pada wawasan ilmu perilaku ini terlihat dari


(4)

Tugas Ujian Akhir Semester Auditing Lanjutan By Rita Sri Erviani Page 4 intuisi yang salah satu kebutuhan untuk berpikir seperti seorang penjahat untuk menangkap penjahat.

Hal ini dapat diringkas bahwa korupsi adalah setiap bentuk perilaku yang tidak etis yang memberi keuntungan yang tidak semestinya pada orang dalam otoritas atau hubungan mereka, upaya untuk mengamankan kekayaan atau kekuasaan melalui cara ilegal.Ini termasuk suap, praktik penipuan, penggelapan, pilih kasih dan praktek tajam lainnya.

b. Konsep Akuntansi Forensik

Integrasi akuntansi, audit dan keterampilan investigasi menghasilkan khusus yang dikenal sebagai Akuntansi Forensik.Forensik, menurut kamus Webster, berarti milik, digunakan dalam atau cocok untuk pengadilan peradilan atau diskusi publik dan debat.Menurut Asosiasi Bersertifikat Penguji Penipuan (ACFE) akuntansi forensik adalah penggunaan keterampilan dalam sengketa perdata atau pidana potensial atau nyata, termasuk prinsip akuntansi dan auditing; membangun kerugian atau keuntungan, pendapatan, properti atau kerusakan, estimasi kontrol internal, penipuan dan lain-lain yang melibatkan masuknya keahlian akuntansi ke dalam sistem hukum.

Dhar dan Sarkar (dalam Samuel, dkk, 2013) mendefinisikan akuntansi forensik sebagai penerapan konsep akuntansi dan teknik untuk masalah hukum.Hal ini menuntut pelaporan, di mana akuntabilitas penipuan yang didirikan dan laporan dianggap sebagai bukti di pengadilan atau dalam proses administrasi.

Pemanfaatan keterampilan investigasi khusus dalam melaksanakan penyelidikan dilakukan sedemikian rupa sehingga hasilnya akan memiliki aplikasi ke pengadilan disebut penyelidikan forensik.Penyelidikan forensik dapat didasarkan pada akuntansi, kedokteran, teknik atau disiplin lainnya.Audit forensik adalah pemeriksaan bukti tentang sebuah pernyataan untuk menentukan korespondensi dengan kriteria yang ditetapkan dilakukan dengan cara yang sesuai ke pengadilan.

Gray (dalam Samuel, dkk, 2013) dianalisis akuntan forensik sebagai kombinasi dari auditor dan penyelidik swasta.Pengetahuan dan keterampilan termasuk keterampilan investigasi, penelitian, hukum, metode kuantitatif,


(5)

Tugas Ujian Akhir Semester Auditing Lanjutan By Rita Sri Erviani Page 5 keuangan, audit, akuntansi dan wawasan hukum penegak.Dia menegaskan bahwa akuntan forensik telah digunakan oleh Biro Investigasi Federal (FBI), Central Intelligence Agency (CIA), Internal Revenue Service (IRS), Komisi Perdagangan Federal (FTC) dan badan-badan pemerintah lainnya untuk menangani praktik penipuan.

Tugas utama Seorang akuntan forensik adalah untuk menganalisis, menafsirkan, meringkas dan masalah keuangan dan bisnis yang terkait hadir kompleks dengan cara yang baik mudah dipahami oleh orang awam dan benar didukung oleh bukti.kegiatan forensik akuntan relevan dengan berbagai jenis bisnis dan sengketa hukum pribadi.Banyak pekerjaan terhubung dengan evaluasi keuntungan masa lalu dan proyeksi serta menilai dan mempersiapkan penilaian bisnis.keahlian akuntansi forensik berguna dalam litigasi yang melibatkan hilangnya keuntungan, pelanggaran kontrak, penipuan, penyelidikan pajak, dan kelalaian profesional.

3. Metodologi

a. Jenis Penelitian, Responding dan Setting Penelitian

Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini ialah dengan pendekatan jenis penelitian kuantitatif. Sedangkan teknik pengukuran yang digunakan ialah dengan menggunakan regresi berganda. Hal ini dilakukan untuk menguji data empiris (untuk menguji hubungan yang ada antara akuntansi forensik dan investigasi penipuan dan deteksi penipuan untuk mengurangi praktek-praktek penipuan).

Responden yang digunakan dalam penelitian ini ialah terdiri dari staf agen anti korupsi (EFCC) dan tiga perusahaan akuntansi utama professional di Nigeria untuk periode 1999- 2010. Sedangkan setting penelitian yang digunakan ialah dengan menggunakan set kuesioner yang diisi oleh kedua jenis responden tersebut.Serta paket statistik yang digunakan ialah paket untuk ilmu sosial (SPSS) dan analisis korelasi digunakan untuk melakukan konfirmasi antara jenis variabel dependen dengan variabel independen.


(6)

Tugas Ujian Akhir Semester Auditing Lanjutan By Rita Sri Erviani Page 6 Berdasarkan penelitian yang dilakukan, hasil hipotesis nol yang mengatakan

“pengurangan penipuan tidak signifikan berhubungan dengan penyelidikan penipuan dan deteksi melalui kerja teknik akuntansi forensik” telah ditolak karena p-nilai 0,010 adalah signifikan.Hal ini menunjukkan bahwa forensik yang positif berkaitan dengan penyelidikan dan deteksi korupsi tapi sekarang belum diterapkan dalam penyelidikan dan deteksi korupsi terutama oleh lembaga antikorupsi utama (EFCC) di Nigeria.

4. Kesimpulan

Keterlibatan non ahli forensik (akuntan) dalam penyelidikan sebagai serta penuntutan di mana ahli akan berfungsi sebagai saksi di pengadilan, seperti ditegaskan oleh Ribadu (2006) adalah salah satu tantangan komisi anti korupsi.Investigasi yang tepat tidak dilakukan dan bukti-bukti yang memadai tidak disajikan di pengadilan untuk penuntutan yang efektif dari terdakwa menyebabkan pemberhentian kasus yang dibawa oleh EFCC seperti yang dari James Ibori, Erastus Akingbola dan Ndudi Elumelu.Perusahaan akuntansi profesional dengan keahlian keterampilan investigasi menggunakan teknik akuntansi forensik tidak juga terlibat dalam operasi komisi. Nigeria telah melihat korupsi sebagai bagian dari kehidupan maka, penipuan tidak bisa diberantas.Hal ini sesuai dengan konsep rasionalisasi di Segitiga Penipuan yang dihasilkan dari keyakinan bahwa semua orang melakukannya.Ada tampaknya sistem efektif untuk melacak aktivitas penipu. Meskipun hasil penelitian menunjukkan bahwa akuntansi forensik yang positif berkaitan dengan penyelidikan dan deteksi praktik penipuan, belum diterapkan di investigasi dan deteksi penipuan, terutama oleh lembaga antikorupsi utama (EFCC) di Nigeria.Ada rendahnya kesadaran teknik akuntansi forensic sebagai alat yang efektif untuk menyelidiki dan mendeteksi kasus penipuan saat di Nigeria dan pada saat studi ini, EFCC tidak memiliki unit akuntansi forensik.

B. Kritikal Jurnal

Berdasarkan paparan pada bagian di atas, penulis menemukan beberapa hal yang dijadikan sebagai aspek dari bagian critical untuk jurnal ini. berikut pemaparannya:


(7)

Tugas Ujian Akhir Semester Auditing Lanjutan By Rita Sri Erviani Page 7 Menurut penulis, teknik terbaik sebelum peneliti ingin melakukan penelitian adalah dengan melakukan tahapan- tahapan sebagai berikut: pra survei, survei dan pasca survei. Yang mana di setiap tahapan ini memiliki tujuan- tujuan yang seharusnya dilakukan oleh seorang peneliti yang sifat dari penelitiannya adalah terjun ke lapangan untuk memperoleh data. Seperti yang terjadi dalam jurnal penelitian ini. sehingga dari ketiga tahapan tersebut, peneliti memiliki rencana kerja yang terkonsep di antaranya:

a. Pra survei: pra survei bagi penulis ialah di mana seorang peneliti atau kelompok peneliti yang telah memiliki tujuan di mana tempat penelitian akan dilakukan, maka persiapan awal adalah dengan melakukan pra survei yang memiliki tujuan untuk mengetahui apakah tempat yang dijadikan sebagai tempat penelitian ini adalah tempat penelitian yang memang memiliki data- data yang dapat memenuhi data yang sesuai dengan kebutuhan penelitian yang akan diteliti. Yang terjadi dalam penelitian ini ialah, kemungkinan besar peneliti tidak melakukan prasurvei dalam peneltian ke komisi anti korupsi di Nigeria

dikarenakan dalam abstrak terdapat kalimat dari peneliti yang

menyatakan:”karena komisi antikorupsi tidak memiliki unit akuntansi forensik pada saat penelitian ini”. Sehingga menurut penulis keberadaan unit akuntansi forensik dalam sebuah lembaga katakanlah semisal Komisi anti korupsi di Nigeria harus terlebih dahulu dikroscek keberadaanya ada atau tidak. Agar yang diharapkan dalam pemenuhan data terkait untuk mengetahui peran akuntansi forensik dalam pengentasan praktek penipua di Nigeria dapat lebih relevan ketika posisi unit tersebutada atau tidak. Selain itu, dampak dari kemungkinan tidak dilakukannya pra survei tempat penelitian dalam jurnal ini ialah dikarenakan peneliti sebelumnya tidak mengetahui bahwa tidak ada unit khusus untuk akuntansi forensik di lembaga komisi antikorupsi Nigeria, menyebabkan

metode penelitian khususnya pengukuran yang digunakan dengan

regresiberganda ini kurangtepat. Dikarenakan item yang mau dilakukan pengukuran secara rgresi, keberadaannya saja tidak ada. Sudah barang tentu hasil yang akan diperoleh tidak maksimal untuk menyatakan yang seharusnya dalam menguji ilmiah keberadaan unit akuntansi forensik pada lembaga komisi


(8)

Tugas Ujian Akhir Semester Auditing Lanjutan By Rita Sri Erviani Page 8 anti korupsi di Nigeria berperan dalam pengentasan praktik penipuan.hasil dari pengukuran inilah yang menurut penulis menjadi kurang maksimal pada aspek penyajian hasil penelitian.

b. Survei: Pada saat survei adalah bagian yang menentukan tujuan peneliti untuk memperoleh pencapaian data- data yang telah ditentukan untuk ditelusuri lebih lanjut. Sehingga menurut penulis, apabila pada saat melakukan survei peneliti dalam jurnal ini dapat melakukan penelitian dengan menggunakan teknik wawancara mendalam (untuk jenis enelitian yang bersifat kualitatif), maka data- data dan informasi kemungkinan akan dapat menjadikan jurnal ini sebagai sebuah jurnal yang kompleks dalam memaparkan informasi kepada kalangan civitas akademik khususnya mengenai kondisi rill yang terjadi mengenai tragisnya praktek fraud yang terjadi di Negara Federal Nigeria. Yakni meskipun negara tersebut telah meiliki lembaga semisal komisi pembarantasan korupsi, namun praktek fraud sangat tidak dapat dihindari. Hal ini juga telah dibuktikan dengan kenaikan peringkat dengan nominasi negara terkorup di dunia, Nigeria termasuk Negara yang startegis terjadinya praktek fraud. Selain itu, kesenjangan antara komisi anti korupsi yang didirikan dengan sumber daya manusia yang menguasi bidang ilmu akuntansi forensik sangat terbatas dan memiliki hambatan mengapa keterbatasan SDM yang ahli di bidang forensik di Nigeria belum menemukan solusi, padahal bisa saja kebijakan untuk mendatangkan tenaga ahli dari negara- negara luar dapat dilakukan oleh pemerintah di negara tersebut. Kenyataan ini belum terangkum secara mendalam dalam penelitian ini.

c. Pasca Survei: Menurut penulis, pada tahap pasca survei ini ialah tahapan dimana penelitian kita dipublikasikan dan kemudian setelah itu posisi penelitian kita merupakan penelitian yang sifatnya bisa dijadikan sebagai rujukan untuk penelitian selanjutnya atau perbandingan dalam hal penelitian yang memiliki konteks dan isu negara yang serupa sehingga kebermanfaatan sebuah penelitian yang dilakukan akan dapat terkases di seluruh bagian belahan dunia. Penelitian ini telah melakukan tahapan pasca survei ini dengan mempublikasikannya menjadi salah satu di antara sekian banyak jurnal- jurnal internasional yang membahas tentang fraud.


(9)

Tugas Ujian Akhir Semester Auditing Lanjutan By Rita Sri Erviani Page 9 2. Aspek Topik Penelitian

Pada aspek ini penulis memberikan ucapan terima kasih kepada peneliti jurnal

ini karena telah mengangkat sebuah topik “praktek fraud” yang menjadi

permasalahan yang memang terjadi di seluruh negara yang ada di dunia. Serta penulis jurnal ini juga mengangkat pada peran akuntansi forensik dalam menangani praktek fraud tersebut. Sehingga menurut penulis, jurnal ini begitu menggambarkan kenyataan yang tidak hanya untuk berbicara tentang Nigeria namun, menurut penulis beberapa bagian yang ditulis oleh peneliti dalam jurnal ini adalah gambaran yang memang riil terjadi di negara- negara lain terutama di Indonesia. Sehingga hasil dari penelitian ini bisa dijadikan salah satu jurnal yang dapat dipelajari bagi kalangan mahasiswa terutama dengan latar belakang akuntansi. Yang mana perkembangan sebuah ilmu pengetahuan khsusunya akuntansi begitu menganspirasi (bermanfaat) melalui akuntansi forensik. Di antaranya bahwa keberadaan akuntansi forensik merupakan sebuah solusi atau panacea (obat/solusi) yang sebaiknya sudah mulai digencarkan penyebaran ilmunya di setiap kampus- kampus di negara kita sebagai bagian dari mata kuliah akuntansi.

3. Aspek Kebermanfaatan

Telah penulis sebutkan pada bagian aspek topik penelitian bahwa jurnal ini begitu menginspirasi terutama bagi individual penulis, di antaranya apabila di tinjau dari aspek kebermanfaatan jurnal ini ialah apa yang terkandung berikutnya ialah bahwa dalam jurnal ini sebenarnya mengarah kepada rekomendasi yang dapat digunakan dalam sebuah struktur organisasi pemerintahan dalam hal ini ialah komisi pemberantasan korupsi yang apabila dalam struktur komisi ini sudah semestinya keberadaan unit akuntansi forensik perlu diadakan dikarenakan kesaksian dari seorang ahli akuntansi forensik merupakan profesi yang memiliki hak apabila bicara dalam konteks siding Negara. Sehingga aspek kebermanfaatan jurnal ini ialah menyiratkan poin penting ini. sebagaimana Tuanakotta (2014: 18) menyatakan bahwa peran akuntansi forensik amat urgen dikarenakan akuntansi forensik ada awalnya adalah perpaduan yang paling sederhana antara akuntansi dan hukum.


(10)

Tugas Ujian Akhir Semester Auditing Lanjutan By Rita Sri Erviani Page 10 Namun, ketika ranah akuntansi forensik berlanjut untuk menemukan fraud maka muatan akuntansi forensik tidak meliputi kedua hal tersebut (akuntansi dan hokum) melainkan menjadi akuntansi, hukum dan audit. Berdasarkan pendapat tersebut, peneliti sependapat bahwa muatan yang terkandung secara normatif dari akuntansi forensik itu sendiri menjadikan seorang profesi akuntan forensik memiliki hak sebagai salah satu faktor yang diperhitungkan dalam penyelesaian kasus ketika dipersidangan.

C. Conclusion Review and Critical Journal

Setelah melakukan review dan sekaligus memberikan tanggapan berupa kritikal

untuk jurnal berjudul “Akuntansi Sebagai Panacea Dalam Pengentasan Praktek Penipuan

di Nigeria” penulis memperoleh beberapa kesimpulan dari hal ini. diantaranya:

1. Praktek fraud ialah suatu praktek yang selalu menjadi permasalah di setiap Negara di dunia dan tidak bisa dihapuskan. Namun, praktek fraud adalah praktek yang dapat ditangani dengan tujuan untuk diminimalisir frekuensi terjadinya fraud.

2. Sehingga untuk meminimalisisr praktek tersebut, diperlukan seperangkat sumber daya yang ada di sebuah Negara. Meliputi: Kepala Negara (sebagai pembuat kebijakan), lembaga pendukung (serupa Komisi Pemberantasan Korupsi), Teknologi (sebagai alat pendukung dalam praktek menangani fraud), rakyat (sebagai pelaku utama yang menentukan frekuensi praktek fraud) dan perkembangan ilmu pengetahuan berakselerasi dengan perkembangan ilmu pengetahuan lainnnya. Sehingga apabila semua sumber daya ini menjadi bagian- bagian yang saling mengarah ke arah positif dalam pelaksanaan yang memiliki tujuan meminimalsisir praktek fraud, maka negara tersebut akan memiliki kondisi di mana tingkat korupsi menjadi permasalahan negara yang bukan merupakan masalah utama dalam berbangsa dan bernegara. Negara yang bersih itu bukan negara yang tanpa “noda” tapi negara yang bersih itu ketika permasalahan korupsi dapat diminimalisir dengan cepat, tepat dan kontinuitas.

3. Akuntansi forensik adalah sebuah ilmu yang tetap harus berkembang sehingga perlunya campur tangan pelaku dunia akademika untuk meramaikan proses perekmbangan tersebut mulai dari; penerapan dalam bahan ajar di setiap bangku pendidikan (SMP, SMA dan perguruan tinggi), melalui seminar- seminar yang


(11)

Tugas Ujian Akhir Semester Auditing Lanjutan By Rita Sri Erviani Page 11 diadakan untuk menambah wawasan SDM di lembaga- lembaga terkait serta penelitian yang terus menerus dilakukan yang memiliki kontribusi bagi perkembangan ilmu auntansi forensik.


(12)

Tugas Ujian Akhir Semester Auditing Lanjutan By Rita Sri Erviani Page 12

BAB II Analisis Kasus

Pendekatan Teori Bukti Audit A. Kasus

B. Analisis Kasus

“KPK Perkuat Kerjasama Dengan ANRI”

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) memperkuat kerja sama dalam bidang penyelenggaraan kearsipan dengan Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI). Hal itu diwujudkan dengan penandatanganan perjanjian kerja sama pada Kamis (9/1) di Jakarta, oleh Ketua KPK Agus Rahardjo dan Kepala ANRI Mustari Irawan.

Kerjasama ini meliputi permintaan data dan informasi, sistem pencegahan korupsi, pengelolaan kearsipan, sistem informasi kearsipan dinamis, sosialisasi, pendidikan dan pelatihan, serta penelitian dan pengembangan.

Dalam sambutannya, Agus mengatakan kerja sama ini berangkat dari semangat bersama untuk mencegah dan memberantas korupsi yang saat ini sudah menyebar di segala sektor kehidupan.

“Jika dalam hal penyimpanan arsip terjadi praktik korupsi, dalam hal ini, misalnya data tidak autentik, maka sejarah bangsa bisa berbelok,” ujar Agus.

Agus juga mengatakan, kerja sama dengan ANRI mempunyai arti penting bagi KPK, di antaranya dalam hal penyimpanan data penanganan perkara korupsi yang telah ditangani maupun kajian-kajian penelitian dan pengembangan yang dilakukan KPK. Data-data yang disimpan dan diarsipkan oleh ANRI bisa bermanfaat di masa yang akan datang.

“Saya sangat ingin berpesan kalau namanya pertukaran data sangat penting bagi KPK, data otentik disimpan, di-filling, diarsipkan, bisa menjadi bukti saat berperkara di pengadilan,” ujar Agus.

Senada dengan Agus, Kepala ANRI Mustari Irawan mengatakan data-data penanganan korupsi di KPK bisa menjadi catatan sejarah bagi pelajaran anak bangsa Indonesia kelak. Jika melihat sejarah korupsi yang terjadi pada bangsa ini, Mustari sepakat bahwa praktik korupsi harus diberangus agar masa depan Indonesia lebih baik.

“Untuk itu, kami juga ingin dibina terhadap sistem pengendalian internal kami, kemungkinan potensi korupsi yang terjadi di lingkungan kami. Kami sadar dan sepakat korupsi menjadi sebuah penyakit yang harus diberantas,” ujar Mustari.

KPK menyerahkan 135 berkas perkara periode 2004-2009 kepada ANRI pada tahun lalu. Penyerahan dokumen-dokumen tersebut guna dijadikan sebagai arsip nasional yang dapat diakses publik untuk bahan pembelajaran. Selain itu, ratusan dokumen kasus-kasus korupsi juga digunakan untuk penyimpanan data agar efesien dan efektif.

(Humas).


(13)

Tugas Ujian Akhir Semester Auditing Lanjutan By Rita Sri Erviani Page 13 Berdasarkan informasi yang penulis akses melalui kumpulan berita seputar salah satu lembaga independen Negara Republik Indonesia yang manangani kasus- kasus menyangkut korupsi, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) telah melakukan upaya melalui bentuk kerjasama dengan lembaga Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) dalam mengupayakan kinerja yang terkait dengan pengarsipan permintaan data dan informasi.

Oleh karena pada bagian “Kasus 2” ini penulis dibatasi hanya dengan untuk melakukan analisis terkait kasus/ berita yang menyangkut “Teori Bukti Audit”, maka

dalam kasus ini penulis terfokus kepada pernyataan- pernyataan yang ada dalam kotak berita di atas berkenaan dengan kebutuhan analisis penulis.

Menurut penulis, kerjasama yang dilakukan oleh KPK dengan ANRI adalah sebuah kerjasama yang manfaat kerjasama ini merupakan manfaat jangka panjang bagi Republik Indonesia. Dikarenakan tugas yang diemban KPK diantranya ialah untuk menemukan berbagai kasus korupsi di tanah air dan berakhir di ranah hukum, maka keberadaan bukti korupsi merupakan elemen penting yang perlu dilakukan pengarsipan dalam skala nasional.

Oleh karena itu, langkah yang dilakukan KPK untuk bekerjasama ini merupakan langkah yang tepat sebagai lembaga independent yang bersifat akuntabilitas dalam melaksanakan fungsinya untuk Negara Republik Indonesia.

Sebagaimana disebutkan di atas bahwa tujuan dari kerjasama ini ialah “untuk

mencegah dan memberantas korupsi yang saat ini sudah menyebar di segala sektor

kehidupan…” maka langkah dalam melakukan penyimpanan dan pengarsipan data

maupun informasi akan sangat memberikan dampak baik jangka panjang maupun jangka

pendek di negeri ini. sebagaimana yang dikatakan oleh ketua KPK Agus Raharjo: “Saya sangat ingin berpesan kalau namanya pertukaran data sangat penting bagi KPK, data otentik disimpan, di-filling, diarsipkan, bisa menjadi bukti saat berperkara di pengadilan”.

Selain kerjasama ini merupakan langkah yang tepat untuk menjadikan sebuah pengarsipan berkenaan dengan bukti- bukti, apa yang telah terarsip di bawah kinerja ANRI ialah bahwa arsip- arsip ini akan menjadi sebuah referensi bagi publik. Sehingga informasi- infromasi dan data yang diarsipkan akan menjadi bersifat untuk umum. Dari sisi akademika kondisi ini dapat dimanfaatkan diantaranya untuk keperluan penelitian. Sedangkan dari sisi praktisi khususnya auditor, baik informasi maupun data yang terarsip dapat dijadikan sebagai salah satu sumber bukti


(14)

Tugas Ujian Akhir Semester Auditing Lanjutan By Rita Sri Erviani Page 14

audit yang masuk dalam lingkup informasi dari luar klien (apabila informasi dan data yang dicari memiliki hubungan dengan kasus yang sedang auditor tangani). Sebagaimana menurut Haryono (2014: 228) bahwa auditor harus mendapatkan bukti yang tepat dan cukup dalam hal menangani suatu perkara.

Oleh karena itu proses pengumpulan bukti- bukti yang berkaitan diantranya informasi yang diperlukan dapat diperoleh dari luar klien yang bisa diperoleh oleh tim audit sendiri atau melalui analisis independen dan sebagainya.


(15)

Tugas Ujian Akhir Semester Auditing Lanjutan By Rita Sri Erviani Page 15

BAB III Analisis Kasus

Pendekatan Teori Audit Investigatif A. Kasus

B. Analisis Kasus

Berdasarkan kasus 3 di atas, penulis menemukan beberapa hal penting yang akan dilakukan analisis selanjutnya dalam menanggapi kasus ini yaitu:

Audit Investigatif BPK Belum Selesai

Komisi Pemberantasan Korupsi(KPK) menyatakan, audit investigatif dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) mengenai proyek Pusat Pendidikan, Pelatihan, dan Sekolah Olahraga Nasional (P3SON) di Bukit Hambalang, Bogor, Jawa Barat, masih belum selesai.

"Minggu lalu sudah dilakukan pertemuan antara tim KPK dan BPK. Hasil pertemuan itu adalah hasil perhitungan kerugian negara belum selesai," kata Juru Bicara KPK Johan Budi di Jakarta, Rabu.

Sebelumnya pada Jumat (10/5), Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto mengatakan bahwa penyelesaian berkas tersangka mantan Kabiro Perencanaan Kementerian Pemuda dan Olahraga Deddy Kusdinar tinggal menunggu hasil audit BPK.

"Untuk penyelesaian berkas Deddy tinggal menunggu audit BPK, kami belum bisa sampaikan mengenai tersangka lain karena pertemuan dengan BPK juga belum dilakukan dan kalau sudah ada bukti dari BPK maka akan jelas posisi KPK, mudah-mudahan minggu depan sudah ada perhitungan berapa ganti kerugiannya," kata Bambang. Johan berharap BPK dapat segera menyelesaikan audit investigatif tersebut. "Audit harus cepat supaya dapat ada kejelasan kerugian negara, tapi saya tidak tahu Batas waktu auditnya hingga kapan," tambah Johan.

Dalam kasus ini, KPK sudah menetapkan tiga orang tersangka yaitu mantan Menpora Andi Alfian Mallarangeng, mantan Kabiro Perencanaan Kemenpora Deddy Kusdinar selaku Pejabat Pembuat Komitmen saat proyek Hambalang dilaksanakan dan mantan Direktur Operasional PT Adhi Karya (persero) Teuku Bagus Mukhamad Noor yang disangkakan pasal Pasal 2 ayat 1, pasal 3 Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana diubah dengan UU Nomor 20 Tahun 2001 jo Pasal 55 ayat ke (1) ke-1 KUHP. Proyek Hambalang pada 2009 diusulkan sebesar Rp 1,25 triliun, sedangkan pada 2010 kembali diminta penambahan kebutuhan anggaran menjadi Rp 1,175 triliun melalui surat kontrak tahun jamak dari Kemenkeu.

Dari kebutuhan anggaran sebesar Rp 1,175 triliun, hanya Rp 275 miliar yang mendapat pengesahan. Jumlah itu berasal dari APBN 2010 sebesar Rp 125 miliar dan tambahan Rp 150 miliar melalui APBN-Perubahan 2010. Anggaran tersebut bahkan bertambah menjadi Rp 2,5 triliun karena ada pengadaan barang dan jasa.

Dalam hasil audit investigatif tahap satu Badan Pemeriksa Keuangan mengungkapkan bahwa nilai kerugian negara karena proyek Hambalang adalah Rp 243,6 miliar.


(16)

Tugas Ujian Akhir Semester Auditing Lanjutan By Rita Sri Erviani Page 16

1. Temuan Kasus

Temuan dalam kasus ini ialah bahwa BPK telah melakukan sebagian audit investigasi (belum terselesaikannya proses audit investigasi) dan ditemukan bahwa terdapat indikasi kerugian negara dalam pelaksanaan proyek Pusat Pendidikan, Pelatihan dan Sekolah Olahraga Nasional (P3SON) di Bukit Hambalang Bogor, jawa Barat.

Dari keterangan BPK tersebut berkaitan dengan hasil perhitungan dan dinyatakan bahwa hasil tersebut telah masuk sebagai kategori kerugian negara, maka proyek P3SON ini menjadi dalam lingkup audit investigative. Dikatakan masuk ke dalam ranah investigative sebagaimana menurut Mark, dkk (2014) investigasi ialah usaha yang dibuat untuk mengidentifikasi siapa, apa, bagaimana, kapan dan seberapa banyak kecurangan yang terjadi; investigasi dilakukan setelah ditemukan adanya indikasi kecurangan yang terjadi; proses untuk meminta keterangan atau melakukan pengujian terhadap aktivitas yang patut dipertanyakan.

2. Hambatan Penyelesaian Audit Investigasi Oleh BPK

Berikut hal- hal yang menghambat penyelesaian audit investigasi oleh BPK:

a. Perhitungan atas kerugian negara belum selesai dihitung seberapa besar nominal yang menjadi kerugian bagi negara atas proyek P3SON

Pada bagian ini sebagaimana telah penulis nyatakan bahwa telah terjadi kerugian negara atas proyek yang dijalankan tersebut, merupakan indikasi atas kecurangan terhadap anggaran dana proyek yang seharusnya diperuntukan kepada pelaksanaan proyek. Oleh karena itu sudah seharusnya audit investigasi yang dilakukan memerlukan timing yang “ekstra” untuk menuntasakan perhitungan secara tepat besar nominal yang menjadi kerugian.

Proses audit investigasi yang dilakukan BPK dengan tujuan memperoleh angka kerugian sesungguhnya. Setelah ditemukan besar kerugian tersebut, hasil perhitungan dapat dikategorikan sebagai bukti dokumentasi. Sebagaimana ini sejalan dengan pendapat Mark, dkk (2014) bukti dokumentasi yang dikumpulkan dari dokumentasi tertulis, program komputer dan sumber tertulis atau tercetak lainnya. Beberapa teknik investigasi yang umumnya digunakan untuk mengumpulkan bukti ini antara lain pengujian dokumen, pengumpulan data,


(17)

Tugas Ujian Akhir Semester Auditing Lanjutan By Rita Sri Erviani Page 17 pencarian catatan publik, audit, pencarian menggunakan computer, perhitungan kekayaan bersih dan analsis laporan keuangan.

b. Penyelesaian berkas tersangka belum selesai diaudit BPK

Berkas- berkas terkait pelaku fraud yang sedang dilakukan audit investigasi oleh BPK, merupakan berkas yang dapat ditelusuri lebih jauh guna memperoleh hal- hal lain yang semakin mendukung kasus yang sedang diselesaikan. Sehingga keberadaan berkas- berkas tersangka masuk ke dalam bukti testimonial. Bukti testimonial yakni yang dikumpulkan dari individu. Teknik investigasi secara khusus digunakan untuk mengumpulkan bukti testimonial adalah wawancara, interogasi dan uji kebenaran (Mark, dkk, 2014: 409).

c. Terhambatnya mengusut tersangka yang lain berkaitan dengan poin b

Dikarenakan terkait proses menelusuri lebih dalam berkas- berkas tersangka, BPK belum dapat memastikan pelaku- pelaku kecurangan lainnya pada proyek P3SON. Pastinya kecurangan yang dilakukan dalam kasus ini melibatkan banyak pihak baik individu bahkan kelompok- kelompok tertentu. Sebagaimana yang diketahui bahwa kecurangan dilakukan terdapat unsur kesengajaan.

Dalam sebagian kasus kecurangan dalam laporan keuangan melibatkan sebuah usaha untuk melebihsajikan pendapatan apakah dengan cara melebihsajikan asset dan pendapatan atau pun dengan menghapus liabilitas dan beban- beban, perusahaan juga dengan sengaja mengurangsajikan laba. Pada perusahaan- perusahaan non publik. Hal tersebut mungkin dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi pajak penghasilan. Perusahaan- perusahaan juga dapat dngan sengaja mengurangsajikan pendapatan ketika labanya tinggi untuk

menciptakan cadangan laba atau sebagai “celengan” yang dapat digunakan untuk

menaikkan laba di kemudian hari. Yang mana kejadian seperti ini melibatkan tindakan- tindakan manajemen yang sengaja dilakukan untuk memenuhi target laba (Randal, dkk, 2011: 372).


(18)

Tugas Ujian Akhir Semester Auditing Lanjutan By Rita Sri Erviani Page 18

BAB IV Analisis Kasus

Pendekatan Teori Mitigasi Audit A. Kasus

“KPK Tingkatkan Kerjasama Berantas Rasuah”

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terus meningkatkan kerja sama internasional dengan berbagai pihak. Sebab, KPK yakin bahwa korupsi merupakan kejahatan yang dilakukan dengan modus canggih dan tak jarang dilakukan di wilayah yurisdiksi berbeda. Karenanya, kerja sama dengan berbagai pihak di dunia akan membantu dalam upaya pemberantasan korupsi.

Salah satu yang dilakukan dengan menggandeng The Attorney-General’s Department (AGD) of Australia, dimana penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) dilakukan pada Kamis (2/2) di Jakarta. Sebetulnya, kerja sama ini merupakan pembaruan dari masa kerja sama sebelumnya yang telah berakhir pada 2015.

Menurut Ketua KPK Agus Rahardjo, pemberantasan tindak pidana korupsi menuntut penanganan dan pencegahan yang luar biasa. Kerja sama internasional mutlak diperlukan agar pemberantasan korupsi berjalan lebih efektif dan efisien.

“Di era ini para koruptor tidak lagi mengenal batas negara. Tidak hanya saat melakukan kejahatannya namun juga dalam menyembunyikan hasil kejahatannya,” katanya. Australia, lanjutnya, sebagai tetangga dekat Indonesia, telah menjadi teman dekat dalam kerjasama penegakan hukum. Kerjasama yang terjalin erat selama ini telah memupuk asa saling percaya agar kedua pihak semakin lebih baik dalam menjalankan tugas.

MoU yang disepakati kedua pihak mencakup, antara lain, kerjasama dalam penyelenggaraan kegiatan pendidikan, pelatihan dan penelitian. Selain itu juga bertukar kepakaran dalam keorganisasian. Serta penegakan hukum dalam upaya pencegahan korupsi, termasuk penyelesaian tindak pidana korupsi.

Selain menjalin kerja sama dengan The Attorney-General’s Department (AGD) of Australia, KPK setidaknya telah menjalin kerja sama dengan 26 lembaga antikorupsi di negara lain, di antaranya MACC Malaysia, SFO Inggris, AGD Australia, ACB Brunei Darussalam, CPIB Singapura, NACC Thailand dan MOS Tiongkok, Timor Leste Comissão Anti-Corrupção (CAC) dan ACC Bangladesh.

Sementara itu, Minister for Justice, Minister Assisting the Prime Minister for Counter Terrorism Michael Keenan menganalogikan korupsi sebagai sebuah penyakit kanker yang dapat membunuh. Karena itu, Australia tidak berhenti membasmi korupsi. Pihaknya juga melaksanakan upaya itu di kawasan ASEAN untuk membantu negara lain dalam upaya pemberantasan korupsi.

Selain Keenan, turut hadir pula Secretary of Australia’s Attorney-General’s Department, Chris Moraitis dan para pejabat terkait.

(Humas).


(19)

Tugas Ujian Akhir Semester Auditing Lanjutan By Rita Sri Erviani Page 19

B. Analisis Kasus

Untuk kasus 4 ini, penulis mencoba melakukan analisis kasus dengan melakukan pendekatan kasus dengan teori mitigasi risiko audit.

Dalamhttps://www.kamusbesar.comrisk mitigation adalahupaya untuk mengurangi kemungkinan terjadinya dan dampak risiko. Dari definisi ini, penulis memahami untuk menganalisa kasus 4, yaitu bentuk pengupayaan yang dilakukan oleh KPK dalam menangani kasus korupsi yang terjadi. Berikut adalah beberapa hal yang penulis jadikan

sebagai “The Key” untuk menganalisa kasus:

1. Asumsi Normatif

Asumsi normatif ialah apa yang penulis pahami dari sisi KPK yakni untuk menangani kasus korupsi terutama di Indonesia, KPK melakukan penindakan berupa adanya kerjasama skala internasional. MoU yang dilakukan dengan memiliki latar belakang bahwa korupsi merupakan kejahatan yang dilakukan dengan modus canggih dan tidak jarang dilakuka di wilayah yurisdiksi berbeda.

Sebagaimana dalam UU No 30 tahun 2002 pasal 28 yang berbunyi: “Komisi Pemberantasan Korupsi dapat melakukan kerja sama dengan pihak lain dalam rangka pengembangan dan pembinaan organisasi Komisi Pemberantasan Korupsi”. Sehingga berdasarkan kutipan pasal tersebut, keputusan untuk melakukan Mou dengan 26 negara lainnya telah dibenarkan menurut UU Republik Indonesia.

2. Implementasi Kerjasama

Mou yang dilakukan dengan 26 negara luar, mencakup beberapa hal diantaranya: penyelenggaraan kegiatan pendidikan, pelatihan dan penelitian. Selain itu juga bertukar kepakaran dalam organisasi serta penanganan hukum dalam upaya pencegahan korupsi termasuk penyesaian tindak pidana korupsi.


(20)

Tugas Ujian Akhir Semester Auditing Lanjutan By Rita Sri Erviani Page 20

Daftar Pustaka

Al Haryono Jusup. 2014. Auditing Edisi 2. Yogyakarta: STIE YKPN

Dada Samuel O, dkk. 2013. Journal Forensic Accounting a Panacea To Alleviation Of Fraudulent Practices In Nigeria. Nigeria: International Journal Bussines Management Economic Res

https://www.kpk.go.id

Mark F. Zimbelman,dkk. 2014. Akuntansi Forensik Edisi 4. Jakarta: Salemba Empat

Presiden Republik Indonesia. 2002. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Jakarta

Randal J. Elder, dkk. 2011. Jasa Audit dan Assurance Pendekatan Terpadu Adaptasi Indonesia Buku 1. Jakarta: Salemba Empat

Theodorus M. Tuanakotta. 2014. Akuntansi Forensik Dan Audit Investigatif. Jakarta: Salemba Empat


(1)

Tugas Ujian Akhir Semester Auditing Lanjutan By Rita Sri Erviani Page 15 BAB III

Analisis Kasus

Pendekatan Teori Audit Investigatif

A. Kasus

B. Analisis Kasus

Berdasarkan kasus 3 di atas, penulis menemukan beberapa hal penting yang akan dilakukan analisis selanjutnya dalam menanggapi kasus ini yaitu:

Audit Investigatif BPK Belum Selesai

Komisi Pemberantasan Korupsi(KPK) menyatakan, audit investigatif dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) mengenai proyek Pusat Pendidikan, Pelatihan, dan Sekolah Olahraga Nasional (P3SON) di Bukit Hambalang, Bogor, Jawa Barat, masih belum selesai.

"Minggu lalu sudah dilakukan pertemuan antara tim KPK dan BPK. Hasil pertemuan itu adalah hasil perhitungan kerugian negara belum selesai," kata Juru Bicara KPK Johan Budi di Jakarta, Rabu.

Sebelumnya pada Jumat (10/5), Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto mengatakan bahwa penyelesaian berkas tersangka mantan Kabiro Perencanaan Kementerian Pemuda dan Olahraga Deddy Kusdinar tinggal menunggu hasil audit BPK.

"Untuk penyelesaian berkas Deddy tinggal menunggu audit BPK, kami belum bisa sampaikan mengenai tersangka lain karena pertemuan dengan BPK juga belum dilakukan dan kalau sudah ada bukti dari BPK maka akan jelas posisi KPK, mudah-mudahan minggu depan sudah ada perhitungan berapa ganti kerugiannya," kata Bambang. Johan berharap BPK dapat segera menyelesaikan audit investigatif tersebut. "Audit harus cepat supaya dapat ada kejelasan kerugian negara, tapi saya tidak tahu Batas waktu auditnya hingga kapan," tambah Johan.

Dalam kasus ini, KPK sudah menetapkan tiga orang tersangka yaitu mantan Menpora Andi Alfian Mallarangeng, mantan Kabiro Perencanaan Kemenpora Deddy Kusdinar selaku Pejabat Pembuat Komitmen saat proyek Hambalang dilaksanakan dan mantan Direktur Operasional PT Adhi Karya (persero) Teuku Bagus Mukhamad Noor yang disangkakan pasal Pasal 2 ayat 1, pasal 3 Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana diubah dengan UU Nomor 20 Tahun 2001 jo Pasal 55 ayat ke (1) ke-1 KUHP. Proyek Hambalang pada 2009 diusulkan sebesar Rp 1,25 triliun, sedangkan pada 2010 kembali diminta penambahan kebutuhan anggaran menjadi Rp 1,175 triliun melalui surat kontrak tahun jamak dari Kemenkeu.

Dari kebutuhan anggaran sebesar Rp 1,175 triliun, hanya Rp 275 miliar yang mendapat pengesahan. Jumlah itu berasal dari APBN 2010 sebesar Rp 125 miliar dan tambahan Rp 150 miliar melalui APBN-Perubahan 2010. Anggaran tersebut bahkan bertambah menjadi Rp 2,5 triliun karena ada pengadaan barang dan jasa.

Dalam hasil audit investigatif tahap satu Badan Pemeriksa Keuangan mengungkapkan bahwa nilai kerugian negara karena proyek Hambalang adalah Rp 243,6 miliar.


(2)

Tugas Ujian Akhir Semester Auditing Lanjutan By Rita Sri Erviani Page 16

1. Temuan Kasus

Temuan dalam kasus ini ialah bahwa BPK telah melakukan sebagian audit investigasi (belum terselesaikannya proses audit investigasi) dan ditemukan bahwa terdapat indikasi kerugian negara dalam pelaksanaan proyek Pusat Pendidikan, Pelatihan dan Sekolah Olahraga Nasional (P3SON) di Bukit Hambalang Bogor, jawa Barat.

Dari keterangan BPK tersebut berkaitan dengan hasil perhitungan dan dinyatakan bahwa hasil tersebut telah masuk sebagai kategori kerugian negara, maka proyek P3SON ini menjadi dalam lingkup audit investigative. Dikatakan masuk ke dalam ranah investigative sebagaimana menurut Mark, dkk (2014) investigasi ialah usaha yang dibuat untuk mengidentifikasi siapa, apa, bagaimana, kapan dan seberapa banyak kecurangan yang terjadi; investigasi dilakukan setelah ditemukan adanya indikasi kecurangan yang terjadi; proses untuk meminta keterangan atau melakukan pengujian terhadap aktivitas yang patut dipertanyakan.

2. Hambatan Penyelesaian Audit Investigasi Oleh BPK

Berikut hal- hal yang menghambat penyelesaian audit investigasi oleh BPK:

a. Perhitungan atas kerugian negara belum selesai dihitung seberapa besar nominal yang menjadi kerugian bagi negara atas proyek P3SON

Pada bagian ini sebagaimana telah penulis nyatakan bahwa telah terjadi kerugian negara atas proyek yang dijalankan tersebut, merupakan indikasi atas kecurangan terhadap anggaran dana proyek yang seharusnya diperuntukan kepada pelaksanaan proyek. Oleh karena itu sudah seharusnya audit investigasi yang dilakukan memerlukan timing yang “ekstra” untuk menuntasakan perhitungan secara tepat besar nominal yang menjadi kerugian.

Proses audit investigasi yang dilakukan BPK dengan tujuan memperoleh angka kerugian sesungguhnya. Setelah ditemukan besar kerugian tersebut, hasil perhitungan dapat dikategorikan sebagai bukti dokumentasi. Sebagaimana ini sejalan dengan pendapat Mark, dkk (2014) bukti dokumentasi yang dikumpulkan dari dokumentasi tertulis, program komputer dan sumber tertulis atau tercetak lainnya. Beberapa teknik investigasi yang umumnya digunakan untuk mengumpulkan bukti ini antara lain pengujian dokumen, pengumpulan data,


(3)

Tugas Ujian Akhir Semester Auditing Lanjutan By Rita Sri Erviani Page 17

pencarian catatan publik, audit, pencarian menggunakan computer, perhitungan kekayaan bersih dan analsis laporan keuangan.

b. Penyelesaian berkas tersangka belum selesai diaudit BPK

Berkas- berkas terkait pelaku fraud yang sedang dilakukan audit investigasi oleh BPK, merupakan berkas yang dapat ditelusuri lebih jauh guna memperoleh hal- hal lain yang semakin mendukung kasus yang sedang diselesaikan. Sehingga keberadaan berkas- berkas tersangka masuk ke dalam bukti testimonial. Bukti testimonial yakni yang dikumpulkan dari individu. Teknik investigasi secara khusus digunakan untuk mengumpulkan bukti testimonial adalah wawancara, interogasi dan uji kebenaran (Mark, dkk, 2014: 409).

c. Terhambatnya mengusut tersangka yang lain berkaitan dengan poin b

Dikarenakan terkait proses menelusuri lebih dalam berkas- berkas tersangka, BPK belum dapat memastikan pelaku- pelaku kecurangan lainnya pada proyek P3SON. Pastinya kecurangan yang dilakukan dalam kasus ini melibatkan banyak pihak baik individu bahkan kelompok- kelompok tertentu. Sebagaimana yang diketahui bahwa kecurangan dilakukan terdapat unsur kesengajaan.

Dalam sebagian kasus kecurangan dalam laporan keuangan melibatkan sebuah usaha untuk melebihsajikan pendapatan apakah dengan cara melebihsajikan asset dan pendapatan atau pun dengan menghapus liabilitas dan beban- beban, perusahaan juga dengan sengaja mengurangsajikan laba. Pada perusahaan- perusahaan non publik. Hal tersebut mungkin dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi pajak penghasilan. Perusahaan- perusahaan juga dapat dngan sengaja mengurangsajikan pendapatan ketika labanya tinggi untuk menciptakan cadangan laba atau sebagai “celengan” yang dapat digunakan untuk menaikkan laba di kemudian hari. Yang mana kejadian seperti ini melibatkan tindakan- tindakan manajemen yang sengaja dilakukan untuk memenuhi target laba (Randal, dkk, 2011: 372).


(4)

Tugas Ujian Akhir Semester Auditing Lanjutan By Rita Sri Erviani Page 18 BAB IV

Analisis Kasus

Pendekatan Teori Mitigasi Audit

A. Kasus

“KPK Tingkatkan Kerjasama Berantas Rasuah”

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terus meningkatkan kerja sama internasional dengan berbagai pihak. Sebab, KPK yakin bahwa korupsi merupakan kejahatan yang dilakukan dengan modus canggih dan tak jarang dilakukan di wilayah yurisdiksi berbeda. Karenanya, kerja sama dengan berbagai pihak di dunia akan membantu dalam upaya pemberantasan korupsi.

Salah satu yang dilakukan dengan menggandeng The Attorney-General’s Department (AGD) of Australia, dimana penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) dilakukan pada Kamis (2/2) di Jakarta. Sebetulnya, kerja sama ini merupakan pembaruan dari masa kerja sama sebelumnya yang telah berakhir pada 2015.

Menurut Ketua KPK Agus Rahardjo, pemberantasan tindak pidana korupsi menuntut penanganan dan pencegahan yang luar biasa. Kerja sama internasional mutlak diperlukan agar pemberantasan korupsi berjalan lebih efektif dan efisien.

“Di era ini para koruptor tidak lagi mengenal batas negara. Tidak hanya saat melakukan kejahatannya namun juga dalam menyembunyikan hasil kejahatannya,” katanya. Australia, lanjutnya, sebagai tetangga dekat Indonesia, telah menjadi teman dekat dalam kerjasama penegakan hukum. Kerjasama yang terjalin erat selama ini telah memupuk asa saling percaya agar kedua pihak semakin lebih baik dalam menjalankan tugas.

MoU yang disepakati kedua pihak mencakup, antara lain, kerjasama dalam penyelenggaraan kegiatan pendidikan, pelatihan dan penelitian. Selain itu juga bertukar kepakaran dalam keorganisasian. Serta penegakan hukum dalam upaya pencegahan korupsi, termasuk penyelesaian tindak pidana korupsi.

Selain menjalin kerja sama dengan The Attorney-General’s Department (AGD) of Australia, KPK setidaknya telah menjalin kerja sama dengan 26 lembaga antikorupsi di negara lain, di antaranya MACC Malaysia, SFO Inggris, AGD Australia, ACB Brunei Darussalam, CPIB Singapura, NACC Thailand dan MOS Tiongkok, Timor Leste Comissão Anti-Corrupção (CAC) dan ACC Bangladesh.

Sementara itu, Minister for Justice, Minister Assisting the Prime Minister for Counter Terrorism Michael Keenan menganalogikan korupsi sebagai sebuah penyakit kanker yang dapat membunuh. Karena itu, Australia tidak berhenti membasmi korupsi. Pihaknya juga melaksanakan upaya itu di kawasan ASEAN untuk membantu negara lain dalam upaya pemberantasan korupsi.

Selain Keenan, turut hadir pula Secretary of Australia’s Attorney-General’s Department, Chris Moraitis dan

para pejabat terkait. (Humas).


(5)

Tugas Ujian Akhir Semester Auditing Lanjutan By Rita Sri Erviani Page 19 B. Analisis Kasus

Untuk kasus 4 ini, penulis mencoba melakukan analisis kasus dengan melakukan pendekatan kasus dengan teori mitigasi risiko audit.

Dalamhttps://www.kamusbesar.comrisk mitigation adalahupaya untuk mengurangi kemungkinan terjadinya dan dampak risiko. Dari definisi ini, penulis memahami untuk menganalisa kasus 4, yaitu bentuk pengupayaan yang dilakukan oleh KPK dalam menangani kasus korupsi yang terjadi. Berikut adalah beberapa hal yang penulis jadikan sebagai “The Key” untuk menganalisa kasus:

1. Asumsi Normatif

Asumsi normatif ialah apa yang penulis pahami dari sisi KPK yakni untuk menangani kasus korupsi terutama di Indonesia, KPK melakukan penindakan berupa adanya kerjasama skala internasional. MoU yang dilakukan dengan memiliki latar belakang bahwa korupsi merupakan kejahatan yang dilakukan dengan modus canggih dan tidak jarang dilakuka di wilayah yurisdiksi berbeda.

Sebagaimana dalam UU No 30 tahun 2002 pasal 28 yang berbunyi: “Komisi Pemberantasan Korupsi dapat melakukan kerja sama dengan pihak lain dalam rangka pengembangan dan pembinaan organisasi Komisi Pemberantasan Korupsi”. Sehingga berdasarkan kutipan pasal tersebut, keputusan untuk melakukan Mou dengan 26 negara lainnya telah dibenarkan menurut UU Republik Indonesia.

2. Implementasi Kerjasama

Mou yang dilakukan dengan 26 negara luar, mencakup beberapa hal diantaranya: penyelenggaraan kegiatan pendidikan, pelatihan dan penelitian. Selain itu juga bertukar kepakaran dalam organisasi serta penanganan hukum dalam upaya pencegahan korupsi termasuk penyesaian tindak pidana korupsi.


(6)

Tugas Ujian Akhir Semester Auditing Lanjutan By Rita Sri Erviani Page 20 Daftar Pustaka

Al Haryono Jusup. 2014. Auditing Edisi 2. Yogyakarta: STIE YKPN

Dada Samuel O, dkk. 2013. Journal Forensic Accounting a Panacea To Alleviation Of Fraudulent Practices In Nigeria. Nigeria: International Journal Bussines Management Economic Res

https://www.kpk.go.id

Mark F. Zimbelman,dkk. 2014. Akuntansi Forensik Edisi 4. Jakarta: Salemba Empat

Presiden Republik Indonesia. 2002. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Jakarta

Randal J. Elder, dkk. 2011. Jasa Audit dan Assurance Pendekatan Terpadu Adaptasi Indonesia Buku 1. Jakarta: Salemba Empat

Theodorus M. Tuanakotta. 2014. Akuntansi Forensik Dan Audit Investigatif. Jakarta: Salemba Empat