32
diampu oleh Drs. Tritjahjo Danny Soesilo, M.Si. Inventori yang telah diisi oleh para mahasiswa Bimbingan dan Konseling angkatan 2012 ini langsung
dikembalikan kepada penulis. Pada penyebaran inventori ini, penulis dibantu oleh Dosen mata kuliah yang bersangkutan. Karena pada saat menyebarkan inventori,
penulis menggunakan jam mata kuliah.
4.3 Deskripsi Hasil Penelitian
4.3.1 Analisis Deskriptif Emotional Quotient Dalam deskripsi kecerdasan emosional dikategorikan dalam lima
kelompok yaitu kecerdasan emosional sangat rendah, kecerdasan emosional rendah, kecerdasan emosional sedang, kecerdasan emosional tinggi dan
kecerdasan emosional sangat tinggi. Hasil penghitungan distribusi frekuensi untuk inventori emotional quotient pada mahasiswa Bimbingan dan Konseling
angkatan 2012 dapat dilihat pada tabel distribusi sebagai berikut:
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Emotional Quotient
Interval Kategori
Frekuensi Persentase
102 – 111 Sangat Rendah
14 24,1
112 – 122 Rendah
20 34,4
123 – 133 Sedang
16 27,6
134 – 144 Tinggi
7 12,1
145 – 155 Sangat Tinggi
1 1,8
Total 58
100 Mean
120,59
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa ada 14 mahasiswa 24,1 yang kecerdasan emosionalnya tergolong sangat rendah. Terdapat 20
mahasiswa 34,4 yang kecerdasan emosionalnya tergolong rendah. Ada 16
33
mahasiswa 27,6 yang kecerdasan emosionalnya tergolong sedang. Terdapat 7 mahasiswa 12,1 dengan kecerdasan emosional tergolong tinggi, dan 1
mahasiswa 1,8 kecerdasan emosionalnya tergolong kategori sangat tinggi pada hasil analisis inventori emotional quotient. Jadi dapat dilihat bahwa tingkat
kecerdasan emosional mahasiswa BK angkatan 2012 tergolong rendah. Adapun untuk penghitungan distribusi frekuensi untuk inventori emotional
quotient pada masing-masing indikator adalah sebagai berikut:
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Emotional Quotient per Ranah
Indikator Interval
Kategori Frekuensi
Intrapersonal 27 – 30
Sangat Rendah 13
31 – 34 Rendah
27 35 – 38
Sedang 10
39 – 42 Tinggi
4 43 – 46
Sangat Tinggi 4
Interpersonal 24 – 28
Sangat Rendah 4
29 – 33 Rendah
16 34 – 38
Sedang 17
39 – 43 Tinggi
15 44 – 49
Sangat Tinggi 6
Adaptabilitas 16 – 19
Sangat Rendah 7
20 – 23 Rendah
15 24 – 27
Sedang 17
28 – 31 Tinggi
18 32 – 35
Sangat Tinggi 1
Pengelolaan Stres 12 – 17
Sangat Rendah 6
18 – 23 Rendah
14 24 – 29
Sedang 21
30 – 34 Tinggi
13 35 – 40
Sangat Tinggi 4
4.3.2 Analisis Deskriptif Kebutuhan Berprestasi Dalam deskripsi kebutuhan berprestasi dikategorikan dalam lima kelompok
yaitu kebutuhan berprestasi sangat rendah, kebutuhan berprestasi rendah, kebutuhan berprestasi sedang, kebutuhan berprestasi tinggi dan kebutuhan
34
berprestasi sangat tinggi. Adapun untuk hasil penghitungan distribusi frekuensi untuk inventori kebutuhan berprestasi pada mahasiswa Bimbingan dan Konseling
angkatan 2012 dapat dilihat pada tabel distribusi sebagai berikut:
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Kebutuhan Berprestasi
Interval Kategori
Frekuensi Persentase
77 – 84 Sangat Rendah
4 6,7
85 – 92 Rendah
6 10,3
93 – 100 Sedang
21 36,2
101 – 108 Tinggi
22 37,9
109 – 116 Sangat Tinggi
5 8,9
Total 58
100 Mean
99,03 Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa ada 4 mahasiswa 6,7
yang kebutuhan berprestasinya tergolong sangat rendah. Terdapat 6 mahasiswa 10,3 yang kebutuhan berprestasinya tergolong rendah. Ada 21 mahasiswa
36,2 yang kebutuhan berprestasinya tergolong sedang. Terdapat 22 mahasiswa 37,9 dengan kebutuhan berprestasinya tergolong tinggi, dan 5 mahasiswa
8,9 yang mempunyai kebutuhan berprestasi tergolong kategori sangat tinggi pada hasil analisis inventori kebutuhan berprestasi. Maka dapat diketahui bahwa
kebutuhan berprestasi mahasiswa Bimbingan dan Konseling angkatan 2012 tergolong tinggi.
35
4.3.3 Analisis Hubungan Kecerdasan Emosional dengan Kebutuhan Berprestasi Dalam analisis korelasi terdapat suatu angka yang disebut dengan
Koefisien Korelasi r. adapun pedoman untuk memberikan interpretasi terhadap koefesien korelasi Sugiyono, 2007 adalah sebagai berikut :
Tabel 4.5 Interpretasi Koefisien Korelasi
Interval Koefisen Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199 Sangat rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1,000 Sangat kuat
Hasil perhitungan analisis dengan menggunakan teknik analisis korelasi Spearman-rho untuk mengetahui hubungan antara kecerdasan emosional dengan
kebutuhan berprestasi dapat dilihat pada tabel di bawah :
Tabel 4.6 Analisis Korelasi Kecerdasan Emosional dengan Kebutuhan Berprestasi
Correlations
Kecerdasan emotional
Kebutuhan Berprestasi
Spearmans rho Kecerdasan emotional
Correlation Coefficient
1.000 .419
Sig. 2-tailed .
.001 N
58 58
Kebutuhan Berprestasi
Correlation Coefficient
.419 1.000
Sig. 2-tailed .001
. N
58 58
. Correlation is significant at the 0.01 level 2-tailed.
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa dari hasil analisis dengan menggunakan SPSS diperoleh hasil penelitian yaitu nilai koefisien korelasi antara
kecerdasan emosional dengan kebutuhan berprestasi pada mahasiswa BK
36
Angkatan 2012 UKSW yaitu r = 0,419 dengan tingkat hubungan sedang Sugiyono, 2007 dan Sig.2-tailed sebesar p = 0,001 p 0,01 yang artinya
bahwa ada hubungan yang sangat signifikan dan memiliki arah hubungan yang positif antara kecerdasan emosional dengan kebutuhan berprestasi mahasiswa
Bimbingan dan Konseling angkatan 2012 UKSW. Dikatakan bahwa jika kecerdasan emosional tinggi maka kebutuhan berprestasi juga tinggi dan
sebaliknya jika kecerdasan emosional rendah maka kebutuhan berprestasi rendah.
37
4.4 Uji Hipotesis