3. Menjelaskan manfaat dan tjuan LIRP kepada orang tua peerta
didik. 4.
Mempersiapkan anak agar berani berinteraksi dengan masyarakat
sebagai bagian
dari kurikulum,
seperti mengunjungi
museum, memperingati
hari-hari besar
keagamaan dan nasional. 5.
Mengajak orang tua dan angota masyarakat terlibat dalam kelas.
6. Mengkomunikasikan LIRP kepada orang tua wali peserta
didik, komite sekolah serta pemimpin dan anggota mayarakat. 7.
Bekerjasama dengan para orang tua untuk menjadi penyuluh LIRP di lingkungan sekolah dan masyarakat.
2.1.1.8 Peran dan Tanggung Jawab Orang Tua dalam Pelaksanaan LIRP
Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah 2009: 4 menyatakan bahwa peran dan tanggung jawab orang tua dalam mendukung
pelaksanaan LIRP, antara Lain: 1.
Mendukung pelaksanaan LIRP. 2.
Berpartisipasi akif dalam mensosialisasikan LIRP di berbagai komunitas.
3. Bersedia menjadi narasumber sesuai keahlian dan profesi yang
dimiliki. 4.
Menginformasikan nilai-nilai positif dari pelaksanaan LIRP kepada masyarakat scara luas.
5. Bekerjasama dengan anggota komite sekolah atau pihak lain
dalam pengadaan sumber belajar. 6.
Aktif bekerjasama dengan guru dalam proses pembelajaran anak beekebutuhan khusus.
7. Aktif dalam memberikan idegagasan dalam rangka
peningkatan kulitas pembelajaran.
2.1.2 Anak Berkebutuhan Khusus
2.1.2.1 Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus
Hidayat 2009 Anak Berkebutuhan Khusus ABK adalah mereka yang mempunyai kebutuhan, baik permanen maupun sementara, yang disebabkan oleh
kondisi sosial-emosi, danatau, kondisi ekonomi danatau, kondisi politik danatau, kelainan bawaan maupun yang didapat kemudian
Suparno dkk 2007: 1-1 Anak-anak berkebutuhan khusus adalah anak- anak yang memiliki keunikan tersendiri dalam jenis dan karakteristiknya, yang
membedakan mereka dari anak-anak normal pada umumnya. Di lain pihak, Delphie 2009: 2 menyatakan bahwa Anak dengan Kebutuhan Khusus ABK
merupakan istilah lain untuk menggantikan kata Anak Luar Biasa ALB yang menandakan adanya kelainan khusus. ABK mempunyai karakteristik yang
berbeda antara satu dengan yang lainnya. Anak berkebutuhan khusus Direktorat Pendidikan Luar Biasa: 2004
adalah anak yang dalam proses pertumbuhan atau perkembangannya secara signifikan bermakna mengalami kelainan fisik, mental intelektual, social,
emosional dibandingkan dengan anak-anak lain, sehingga mereka memerlukan pelayanan khusus. Sedangkan Puri 2004: 9 mendefinisikan bahwa Anak
berkebutuhan khusus adalah anak dengan kondisi kemampuan fisik dan atau mental di bawah kemampuan rata-rata anak-anak normal, sehingga dibutuhkan
metode pendekatan atau metode penyampaian tersendiri untuk anak-anak tersebut. Berdasarkan batasan di atas, penulis menyimpulkan bahwa anak
berkebutuhan khusus adalah anak-anak yang memiliki keunikan tersendiri dalam kondisi fisik atau mental sehingga membutuhkan pelayanan khusus untuk metode
penyampian. Dalam penelitian ini anak berkebutuhan khusus dititik beratkan pada anak-anak dengan kondisi kemampuan fisisk atau mental di bawah kemampuan
rata-rata anak normal.
2.1.2.2 Faktor Penyebab Anak Berkebutuhan Khusus
Menurut Suparno dkk 2007 beberapa faktor penyebab anak berkebutuhan khusus antara lain:
1. Faktor heriditer
Faktor herediter sering terjadi karena kelebihan kromosom yang diakibatkan oleh kesamaan gen pada
pasangan suami istri. Selain itu, usia ibu sewaktu hamil juga sangat berpengaruh terhadap kelahiran anak. Usia ibu saat
hamil di atas 35 tahun memiliki resiko yang cukup tinggi untuk melahirkan anak berkebutuhan khusus.
2. Faktor infeksi
Merupakan suatu penyebab dikarenakan adanya berbagai serangan penyakit infeksi yang dapat menyebabkan baik
langsung maupun tidak langsung terjadinya kelainan seperti TORCH toksoplasma, rubella, cytomegalo virus, herpes,
polio, meningitis dan sebagainya.
3. Faktor keracunan
Keracunan dapat secara langsung pada anak, maupun melalui ibu hamil. Munculnya FAS fetal alcohol syndrome
adalah keracunan janin yang disebabkan ibu mengkonsumsi alcohol yang berlebihan, kebiasaan kaum ibu mengkonsumsi
obat bebas tanpa pengawasan dokter merupakan potensi keracunan pada janin. Jenis makanan yang dikonsumsi bayi
yang banyak mengandung zat-zat berbahaya merupakan salah satu penyebab. Adanya polusi pada berbagai sarana kehidupan
terutama pencemaran udara dan air.
4. Trauma
Kejadian tak terduga yang langsung pada anak seperti proses kelahiran yang sulit sehingga memerlukan pertolongan
yang mengandung resiko tinggi mengakibatkan kekurangan oksigen pada otak. Benacana alam juga bisa menyebabkan
anak memiliki kebutuhan khusus, seperti cacat fisik dan gangguan mental.
5. Kekurangan gizi
Masa tumbuh kembang sangat berpengaruh terhadap tingkat kecerdasan anak terutama pada 2 tahun pertama
kehidupan. Kekurangan gizi dapat terjadi karena adanya kelainan metabolism maupun penyakit parasit pada anak,
seperti cacingan.
Jika dipandang dari sudut waktu terjadinya kelainan dapat dibagi menjadi:
a. Pre-natal
Terjadinya kelainan anak semasa dalam kandungan atau sebelum proses kelahiran. Misalnya seorang ibu yang tengah
hamil muda keracunan alcohol. b.
Peri-natal Peri-nattal sering juga disebut natal waktu terjadinya
kelainan pada saat proses kelahiran dan menjelang serta sesaat setelah proses kelahiran.
c. Pasca-natal
Terjadinya kelainan setelah anak dilahirkan sampai dengan sebelum usia perkembangan selesai kurang lebih usia
18 tahun.
2.1.2.3 Klasifikasi Anak Berkebutuhan Khusus