ANALISIS PENDAPATAN, NILAI TAMBAH, DAN KESEMPATAN KERJA PADA KLASTER INDUSTRI PENGOLAHAN IKAN TERI KERING DI PULAU PASARAN KOTA BANDAR LAMPUNG

(1)

ANALISIS PENDAPATAN, NILAI TAMBAH, DAN KESEMPATAN KERJA PADA KLASTER INDUSTRI PENGOLAHAN IKAN TERI

KERING

DI PULAU PASARAN KOTA BANDAR LAMPUNG

Oleh

Bunga Woro Ayu

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PERTANIAN

pada Jurusan Agribisnis

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(2)

ABSTRAK

ANALISIS PENDAPATAN, NILAI TAMBAH, DAN KESEMPATAN KERJA PADA KLASTER INDUSTRI PENGOLAHAN IKAN TERI

KERING DI PULAU PASARAN KOTA BANDAR LAMPUNG Oleh

BungaWoroAyu

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pendapatan, nilai tambah, dan kesempatan kerja pada klaster industry pengolahan ikan teri kering. Pulau Pasaran Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung dipilih secara sengaja sebagai lokasi penelitian karena daerah ini merupakan sentra terbesar pengolahan ikan teri kering di Kota Bandar Lampung. Jumlah responden pada penelitian ini sebanyak 38 pengolah ikan teri. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dan metode Hayami. Hasil penelitian menunjukan bahwa rata-rata total pendapatan pengolah ikan teri keringdi Pulau Pasaran berdasarkan biaya tunai dan biaya total yakni sebesar Rp9.642.452,74 dan Rp9.084.706,27 dan R/Ctunai dan total usaha pengolahan ikan teri kering sebesar 1,21 dan 1,19. Nilai tambah tertinggi berada pada musim angin barat pada komoditi ikan teri nasi kering yakni sebesar Rp7.253,02 dan rasio nilai tambah terhadap nilai produk adalah 29,73 persen. Kesempatan kerja yang diciptakan pada industri ikan teri kering sebanyak 1.650 orang tenaga kerja. Kata kunci : pendapatan, nilai tambah, kesempatan kerja, klaster industri, ikan teri kering


(3)

(4)

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... v

I. PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang dan Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 8

C.Tujuan Penelitian ... 11

D.Kegunaan Penelitian ... 12

II.TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 13

A.Tinjuan Pustaka ... 13

1. Ikan ... 13

2. Klasifikasi Ikan Teri ... 14

3. Penangkapan dan Pengolahan Ikan Teri ... 16

4. Ikan Olah ... 17

5. Proses Pembuatan Ikan Asin ... 19

6. Konsep Agribisnis dan Agroindustri ... 21

7. Klaster Industri ... 22

8. Konsep Nilai Tambah ... 23

9. Teori Pendapatan ... 25

B. Teori Biaya ... 27

C.Kerangka Pemikiran ... 29

III. METODE PENELITIAN ... 32

A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional ... 32

B. Lokasi Penelitian, Responden, dan Waktu Penelitian ... 35


(6)

3. Kesempatan Kerja ... 40

4. Manfaat dan Keuntungan ... 41

5. Faktor Penghambat ... 42

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN ... 43

A. Keadaan Umum Kota Bandar Lampung ... 43

1. Keadaan Umum ……… ... 43

B. Keadaan umum Kecamatan Teluk Betung Barat ... 42

1. Sejarah Singkat ... 42

2. Keadaan Geografi/Luas Kecamatan ... 44

3. Topografi ... 44

C. Keadaan Umum Kelurahan Kota Karang . ... 45

1. Sejarah Singkat ... 45

2. Keadaan Geografi dan Luas Kelurahan ... 45

3. Topografi ... 45

D. Keadaan Umum Pulau Pasaran ... 46

1. Letak Daerah Penelitian ... 46

2. Luas Daerah dan Keadaan Alam ... 46

3. Keadaan Sosial Ekonomi ... 47

4. Sarana dan Prasarana ... 49

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . ... 50

A. Keadaan Umum Pengolah Ikan Teri Kering ... 50

1. Umur ... 50

2. Pendidikan . ... 51

3. Pekerjaan Sampingan . ... 52

4. Jumlah dan Status Kepemilikan Modal Awal . ... 53

5. Pengalaman Usaha ... 54

B. Keragaan Produksi Klaster Industri Ikan Teri Kering ... 55

1. Proses Pembuatan Ikan Teri Kering ... 55

2. Penggunaan Faktor Produksi Klaster Industri Ikan Teri Kering ... 58

a. Bahan Baku ... 58

b. Bahan Pendukung ... 59

c. Bahan Bakar ... 61

d. Penggunaan Tenaga Kerja ... 62

e. Pengemasan dan Transportasi ... 64

f. Penggunaan Peralatan ... 66

g. Biaya Perawatan Kapal ... 67

C. Penerimaan Pengolah Klaster Industri Ikan Teri Kering ... 68

D. Analisis Pendapatan Klaster Industri Ikan Teri Kering ... 69


(7)

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 92

A. Kesimpulan ... 92

B. Saran ... 94

DAFTAR PUSTAKA ... 96

LAMPIRAN ... 99

Tabel 28-47 ... 100


(8)

1. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang dan Masalah

Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam perekonomian nasional melalui pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), perolehan devisa, penyediaan bahan baku industri, pengentasan kemiskinan, penyediaan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan masyarakat. Selain kontribusi langsung, sektor pertanian juga mempunyai kontribusi yang tidak langsung, berupa efek pengganda, yaitu keterkaitan input dan output antar industri, konsumsi dan investasi. Dampak pengganda tersebut cukup besar, sehingga sektor pertanian cukup layak dijadikan sebagai sektor andalan dalam pembangunan ekonomi nasional.

Pertanian menjadi kegiatan ekonomi yang berkelanjutan dan merupakan strategi pembangunan jangka panjang yang bertujuan untuk menjadikan pertanian yang maju, efisien dan tangguh, yaitu pertanian yang peka terhadap teknologi dan inovasi baru, pertanian yang kompetitif dan mandiri, serta dapat memberdayakan ekonomi pertanian. Pertanian berperan dalam menunjang perekonomian di Provinsi Lampung yaitu memberikan kontribusi terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sebesar 14.679.914 juta rupiah pada tahun 2009. Dalam hal ini kontribusi sektor pertanian mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya.


(9)

Perkembangan PDRB di Provinsi Lampung menurut lapangan usaha atas dasar harga konstan 2000 (Juta Rupiah) dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Produk domestik regional bruto Provinsi Lampung menurut lapangan usaha atas dasar harga konstan 2000 (Juta Rupiah)

No. Lapangan Usaha 2007

(juta rupiah)

2008 (juta rupiah)

2009 (juta rupiah) 1. Pertanian, peternakan,

kehutanan, dan perikanan

13.912.097 14.327.563 14.679.914

2. Pertambangan dan penggalian

825.045 812.854 737.977 3. Industri pengolahan 4.327.899 4.574.833 4.843.788 4. Listrik dan air bersih 118.734 120.924 123.091

5. Bangunan 1.610.121 1.685.423 1.767.563

6. Perdagangan, restoran, dan hotel

5.068.004 5.422.903 5.799.952 7. Angkutan dan

komunikasi

2.002.446 2.178.898 2.424.038 8. Keuangan, persewaan,

dan jasa perusahaan

2.364.338 2.691.785 3.039.338 9. Jasa-jasa 2.466.205 2.599.470 2.744.839

PDRB 32.694.890 34.414.653 36.160.500

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung, 2010

Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan mendominasi dalam kontribusi PDRB Propinsi Lampung.

Dibandingkan dengan delapan lapangan usaha lainnya, PDRB dari lapangan usaha sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan menduduki peringkat teratas. Selama tiga tahun terakhir sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan kontribusinya terhadap PDRB Provinsi Lampung mengalami

peningkatan. Hal ini berarti sektor perikanan juga memberikan kontribusi

terhadap PDRB dan merupakan sumber penghasil devisa. Peningkatan kontribusi sektor perikanan menunjukkan bahwa sektor ini berpotensi untuk dikembangkan (Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung, 2010).


(10)

Peluang usaha sektor perikanan memiliki prospek yang baik karena ditunjang oleh sifat iklim tropis yang memungkinkan budidaya perikanan diusahakan sepanjang tahun dan juga lautan yang cukup luas.

Salah satu usaha di sektor perikanan adalah memproduksi ikan olah baik yang bernilai ekonomis tinggi ataupun yang hanya berupa ikan asalan. Salah satu contoh produk olahan ikan adalah ikan teri. Produksi ikan teri di Provinsi Lampung menurut kabupaten/kota tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Produksi ikan teri per kabupaten/kota di Provinsi Lampung tahun 2010

No Kabupaten/kota Volume (kg/bln) (%)

1. Bandar Lampung 124.685 10,70

2. Lampung Selatan 454.420 39,01

3. Tanggamus 135.003 11,59

4. Metro 660 0,06

5. Tulang Bawang 45.100 3,87

6. Lampung Utara 16.500 1,42

7. Lampung Timur 344.452 29,57

8. Lampung Tengah 21.945 1,88

9. Lampung Barat 17.508 1,50

10. Way Kanan 4.675 0,40

Jumlah 1.164.948 100,00

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Lampung, 2010

Tabel 2 menunjukkan produksi ikan teri di Provinsi Lampung sebesar 1.164.948 kg per bulannya dan produksi ikan teri di Bandar Lampung cukup tinggi yaitu sebesar 124.685 kg perbulannya. Volume produksi yang besar disertai juga dengan jumlah unit pengolahan ikan yang tersebar di seluruh kabupaten/kota di Provinsi Lampung. Jumlah unit pengolahan hasil perikanan menurut


(11)

Tabel 3. Unit pengolahan hasil perikanan menurut kabupaten/kota di Provinsi Lampung pada tahun 2010

No Kabupaten/kota Jumlah unit pengolahan hasil perikanan %

1. Lampung Barat 61 4.48

2. Tanggamus 52 3.82

3. Lampung Selatan 134 9.85

4. Lampung Timur 352 25.86

5. Lampung Tengah 280 20.57

6. Lampung Utara 12 0.88

7. Way Kanan 2 0.15

8. Tulang Bawang 120 8.82

9. Bandar lampung 333 24.47

10. Metro 15 1.10

Jumlah 1.361 100

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Lampung, 2010

Tabel 3 menunjukkan jumlah unit pengolah menurut kabupaten/kota yang ada di Provinsi Lampung. Jumlah unit pengolah di Kota Bandar Lampung menempati posisi terbesar kedua setelah Lampung Timur yaitu dengan jumlah unit pengolah sebesar 333 unit pengolah. Besarnya unit pengolahan ikan teri kering ini

diharapkan dapat meningkatkan pendapatan daerah.

Pengembangan sektor industri pengolahan (termasuk di dalamnya agroindustri) merupakan salah satu opsi yang perlu dipertimbangkan. Pengembangan sektor agroindustri memiliki beberapa sasaran, yaitu : (1) sebagai penggerak

pembangunan sektor pertanian dengan menciptakan pasar permintaan input untuk produk olahannya, (2) menciptakan lapangan kerja, (3) meningkatkan nilai tambah, (4) meningkatkan penerimaan devisa, dan (5) meningkatkan pemerataan pembagian pendapatan. Agroindustri berperan pula dalam peningkatan

pendapatan rumah tangga petani. Pendapatan petani terkait dengan keberlanjutan perannya sebagai pemasok bahan baku industri. Peningkatan pendapatan


(12)

pengusaha agroindustri terkait dengan keberlanjutan produksi dan jaringan pemasaran. Peningkatan pendapatan baik individu maupun terkait kelompok usaha tersebut akan mengurangi kemiskinan (Affandi, 2010).

Bandar Lampung merupakan pusat pemasaran ikan basah dan ikan teri serta mempunyai daerah penangkapan ikan di laut yaitu Teluk Lampung dan

sekitarnya. Salah satu daerah penangkapan ikan dan pengolahan ikan di Bandar Lampung adalah Pulau Pasaran. Sentra pengolahan ikan di Kota Bandar

Lampung dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Sentra pengolahan ikan di Kota Bandar Lampung Lokasi Jenis Olahan Produksi

(Kg/bln)

∑ Pengolah ∑ Tenaga kerja

Bandar Lampung 124.685 40 155

- Lempasing Ikan asin & teri 25.685 19 43 - P. Pasaran Ikan asin & teri 99.000 21 112 Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Lampung, 2010

Tabel 4 menunjukkan sentra pengolahan ikan di Bandar Lampung yaitu

Lempasing dan Pulau Pasaran. Pulau Pasaran menempati posisi pertama sebagai penghasil terbanyak yaitu 99.000 kg/bulan. Secara umum pengolah ikan

memproduksi lima jenis ikan teri yaitu ikan teri nasi, teri nilon, teri jengki, ikan tanjan, tembang, bengseng dan cumi kering. Produk andalan Pulau Pasaran adalah teri nasi, sehingga total produksinya relatif lebih besar dibandingkan dengan jenis ikan lainnya meskipun frekuensi perolehan teri nasi terbatas pada bulan tertentu yaitu bulan April sampai September. Sedangkan untuk ikan jenis


(13)

jengki, tanjan, tembang dan bengseng tidak tergantung musim dan pasokannya selalu ada tiap hari kecuali pada saat bulan terang.

Pulau Pasaran merupakan sentra ikan olah di Bandar Lampung yang mempunyai keunikan tersendiri karena letaknya yang sangat dekat dengan daratan tepatnya di Kecamatan Teluk Betung Barat dengan jarak sekitar 500 m dari tepi pantai Kota Bandar Lampung yang dapat ditempuh dengan perahu kurang lebih selama 5 menit. Luas pulau ini mencapai sekitar 8 Ha dengan jumlah penghuni sebanyak 240 KK. Hampir seluruh penghuninya bermata pencaharian sebagai

pekerja/pengolah ikan dari hulu sampai hilir yang telah dilakukan secara turun-temurun.

Adanya industri pengolahan ikan teri kering yang terintegrasi dalam satu kawasan tersebut maka terbentuklah klaster pengolahan ikan. Klaster adalah sekelompok perusahaan yang berdekatan secara geografis dengan institusi-institusi yang terkait dan memiliki kemiripan dalam satu bidang khusus karena kebersamaan dan saling melengkapi.

1. Pendekatan klaster dinilai strategis mengingat: a. Bersifat terintegrasi.

b. Meningkatan daya tawar. c. Efisiensi biaya.

d. Berdampak bagi pengembangan ekonomi wilayah.

2. Pendekatan klaster juga mampu menstimulasi inovasi melalui pertukaran pengalaman dan pengetahuan antar pelaku dalam hubungan hulu – hilir serta


(14)

mendorong peningkatan keterkaitan sosial dan peningkatan keahlian masing -masing anggota klaster yang akhirnya dapat meningkatkan daya saing. 3. Lebih mudah untuk memperoleh akses pembiayaan.

Ada berbagai kendala yang dihadapi dalam usaha pengolahan ikan teri kering. Contohnya adalah pengadaan bahan bakar untuk kapal dan untuk merebus ikan tidak dibeli secara langsung, tetapi melalui agen yang datang ke Pulau Pasaran dengan harga yang jauh lebih tinggi. Permasalahan lain terletak pada

ketersediaan bahan baku, yaitu ikan teri basah. Banyak tidaknya hasil tangkapan ikan teri yang diperoleh nelayan juga bergantung pada musim. Kondisi alam yang sukar diprediksi ini mengharuskan nelayan untuk tetap melaut sedangkan biaya operasional yang dikeluarkan besar dan menyebabkan harga jual ikan menjadi tinggi.

Pengolah di Pulau Pasaran dalam mendapatkan bahan baku ikan teri secara langsung membeli di tengah laut dari nelayan yang memiliki tempat

penangkapan ikan teri atau bagan. Untuk mendapatkan ikan tersebut, pengolah menggunakan perahu motor dengan bahan bakar solar dan dibantu oleh

beberapa tenaga kerja. Jarak dari Pulau Pasaran ke bagan nelayan dapat

mencapai beberapa mil dan untuk menghindari kebusukan pada ikan teri ketika sampai di daratan, pengolah langsung merebus ikan di tempat pembelian. Ikan teri yang sedang direbus langsung dicampur dengan bahan tambahan. Dalam proses pengolahan ini bahan tambahan yang digunakan berupa garam murni, garam digunakan untuk menjaga keawetan. Adanya penambahan bahan pada pengolahan ikan teri kering akan menambah biaya operasional pengolah.


(15)

Dalam menjual ikan teri, permasalahan yang dialami oleh pengolah adalah dalam penjualan ikan teri ke Jakarta yang dilakukan melalui ekspedisi tidak melalui negosiasi harga yang dilakukan secara langsung antara produsen dan konsumen melainkan melalui telepon dan pengolah hanya mengetahui kondisi pasar dari penjelasan pedagang tersebut sehingga posisi tawar menjadi rendah. Rendahnya posisi tawar pada produk ini yang menyebabkan pendapatan nelayan pengolah tidak stabil, selalu berubah-ubah sesuai dengan keadaan pasar di Jakarta. Nelayan pengolah tidak mempunyai daya dan upaya untuk mengatasi masalah ini mereka hanya bisa pasrah menerima harga yang ditentukan pedagang di Jakarta.

Permasalahan lain yang terjadi di Pulau Pasaran adalah ketika ketersediaan bahan baku ikan teri tergantung dengan kondisi alam (musim). Produksi ikan teri yang melimpah umumnya terjadi secara musiman, ikan laut terjadi over produksi pada saat musim timur yaitu terjadi pada bulan November, Desember, Januari,

Februari, Maret, dan April. Sebaliknya penurunan produksi terjadi pada musim barat yaitu bulan Aguatus, September, dan Oktober (low produksi) sehingga harga ikan tinggi. Kondisi yang dihadapi pengolah adalah pada saat ketersediaan bahan baku kurang dan harga belinya mahal pengolah akan tetap berproduksi atau tidak, dengan pilihan apakah mereka memperoleh keuntungan karena harga ikan teri cenderung konstan meskipun harga ikan basah berfluktuasi.

B. Identifikasi Masalah

Harga jual ikan teri telah lama tidak mengalami peningkatan yang signifikan, harga jual ikan teri tidak sering melonjak. Pengolah ikan teri tidak dapat meningkatkan harga jual ikan teri karena kondisi pasar dan konsumen tidak


(16)

memungkinkan untuk menaikkan harga jual, meskipun dengan biaya produksi yang terus melonjak. Permasalahan lainnya adalah apakah usaha pengolahan ikan teri kering tersebut menguntungkan dengan harga jual yang berlaku saat ini dan memberikan nilai tambah dalam proses pengolahannya serta mampu memberikan kontribusi terhadap pendapatan usaha pengolahan ikan teri kering.

Ikan teri memiliki nilai ekonomis, budaya dan gizi yang cukup strategis, maka permasalahan harga bahan baku ikan teri yang semakin tidak terjangkau, akan menjadi permasalahan jangka panjang yang cukup serius dan harus segera diatasi, karena banyaknya personal yang terlibat dalam industri ini. Disamping itu, ikan teri dikelola secara tradisional, tanpa disadari sedang mengalami kondisi monoton pada sisi olahan. Hal tersebut terjadi karena seluruh pengolahikan teri mengelola produk secara tradisional tanpa mengikuti perkembangan zaman. Selain itu, rasa ikan teri juga tidak jauh beda dengan ikan teri lainnya sehingga produk ini tidak punya nilai tawar, dengan demikian persaingan produk makanan tradisional tersebut bukan dari sisi kualitas tetapi murni karena harga. Untuk itu produsen ikan teri harus bersaing dan kualitas ikan teri yang diproduksi harus memiliki nilai lebih.

Agroindustri, sebagai komponen dari sistem agribisnis merupakan industri yang mengolah bahan baku dari hasil pertanian menjadi bahan setengah jadi atau barang jadi (Affandi, 2010). Oleh karena itu, agroindustri mempunyai peranan yang sangat penting karena pada umumnya agroindustri mampu menghasilkan nilai tambah dari produk segar hasil pertanian. Kemajuan teknologi agroindustri dewasa ini bahkan mampu mendorong ke arah diversifikasi produk untuk


(17)

memenuhi kebutuhan manusia maupun pengguna lainnya atau untuk meningkatkan pangsa pasar hasil olahan.

Jumlah penduduk yang terus meningkat memerlukan adanya usaha-usaha

pemenuhan pangan demi menjaga kelangsungan hidup. Usaha-usaha pemenuhan pangan tersebut dilakukan dengan cara pengolahan produk-produk pertanian menjadi barang setengah jadi atau barang jadi. Pengolahan tersebut akan memberikan nilai tambah terhadap produk yang dihasilkan sehingga akan menambah pendapatan rumah tangga yang mengusahakan industri pengolahan tersebut. Kenaikan harga bahan baku ikan teri sangat berdampak pada kestabilan ekonomi dan kestabilan proses pengolahan oleh para pengolah ikan teri kering. Dampak secara tidak langsung bagi konsumen adalah semakin rendahnya kualitas ikan teri kering yang dihasilkan yang diikuti dengan semakin rendahnya kualitas dan kuantitas zat gizi yang diasup.

Pulau Pasaran merupakan salah satu daerah di Provinsi Lampung yang banyak mengusahakan agroindustri berbasis komoditi ikan yaitu industri ikan teri, dan terbentuk klaster industri pengolahan ikan. Terbentuknya klaster di Pulau Pasaran dapat dikarenakan kedekatan lokasi pengolahan dengan sumber bahan baku, dan hubungan kekerabatan. Adanya klaster industri pengolahan ikan teri kering kering di Pulau Pasaran tentu akan memberikan kesempatan kerja yang menyerap tenaga kerja di dalam daerah ataupun luar daerah pulau. Pulau Pasaran memiliki pengolah ikan teri terbanyak di Bandar Lampung memiliki potensi dalam hal memberi nilai tambah dan meningkatkan pendapatan.


(18)

Berdasarkan pemaparan di atas dapat diperoleh permasalahan penelitian sebagai berikut :

1. Berapakah besar pendapatan yang diperoleh pengolah klaster industri ikan teri kering?

2. Berapakah nilai tambah yang diciptakam pada klaster industri pengolahan ikan teri kering?

3. Bagaimana kempatan kerja yang diciptakan dari klaster industri pengolahan ikan teri kering?

4. Bagaimana manfaat dan keuntungan yang dapat diperoleh dari klaster industri pengolahan ikan teri kering?

5. Bagaimana faktor penghambat pada pengembangan klaster industri ikan teri kering?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian yang akan dicapai :

1. Menganalisis pendapatan pengolah klaster industri ikan teri kering.

2. Menganalisis nilai tambah pada klaster industri pengolahan ikan teri kering. 3. Mengetahui kesempatan kerja yang diciptakan dari kegitan klaster industri

pengolahan ikan teri kering.

4. Mengetahui manfaat dan keuntungan yang dapat diperoleh dari klaster industri pengolahan ikan teri kering.

5. Mengetahui faktor penghambat pada pengembangan klaster industri ikan teri kering.


(19)

D. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan :

1. Sebagai salah satu sumber informasi bagi pengolah, individu-individu ataupun lembaga-lembaga yang ingin melakukan usaha pengolahan ikan sejenis.

2. Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah guna membantu, mengembangkan dan meningkatkan produksi ikan teri kering guna meningkatkan pendapatan pengolah.

3. Sebagai bahan referensi bagi penelitian lain yang melakukan penelitian sejenis.


(20)

II. METODE PENELITIAN

A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional

Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian.

Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan mengubah suatu barang dasar secara mekanis, kimia, atau dengan tangan sehingga menjadi barang jadi / setengah jadi, dan atau barang yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih tinggi nilainya, dan sifatnya lebih dekat kepada pemakai akhir.

Klaster adalah konsentrasi spasial dari industri – industri yang sama atau sejenis.

Agroindustri ikan teri adalah suatu sistem yang terdiri dari subsistem pengadaan bahan baku ikan teri teri, pengolahan, dan pemasaran hasil produksi ikan teri.

Produksi merupakan proses mengubah masukan atau faktor – faktor produksi dan sumber daya lainnya menjadi output atau produk.


(21)

Proses produksi ikan teri adalah usaha memproses bahan baku ikan teri segar menjadi ikan teri(ikan teri) atau jumlah ikan teri yang dihasilkan setiap satu kali periode produksi yang diukur dalam satuan kilogram (Kg).

Bahan baku adalah bahan–bahan yang digunakan untuk proses produksi dalam membentuk suatu barang produksi, yaitu ikan teri basah.

Bahan pendukung adalah bahan produksi selain dari bahan baku yang

digunakan dalam kegiatan proses produksi untuk membantu agar bahan baku (ikan) dapat diproses lebih lanjut, diukur dalam satuan rupiah (Rp). Bahan pendukung yang digunakan dalam agroindustri ikan teri adalah garam.

Jumlah bahan baku ikan teri adalah banyaknya ikan yang digunakan dalam satu kali produksi ikan teri, diukur dalam satuan kilogram (Kg).

Hasil produksi ikan teri adalah produksi total ikan teri yang diperoleh selama satu kali proses produksi, yang diukur dalam satuan kilogram (Kg).

Ketersediaan bahan baku adalah banyaknya ikan untuk proses produksi, diukur dengan satuan kilogram perperiode produksi.

Tenaga kerja adalah banyaknya tenaga kerja yang digunakan dalam satu kali produksi pengolahan ikan teri kering, diukur dalam satuan HOK.

Input adalah sumberdaya yang digunakan untuk menghasilkan sutu satuan output/produk.


(22)

Produk adalah nilai keluaran yang dihasilkan dari proses kegiatan industri yang berupa barang yang dihasilkan.

Nilai tambah adalah besarnya output dikurangi dengan besarnya nilai input.

Pendapatan adalah penerimaan dikurangi biaya yang dikeluarkan selama proses produksi dalam satu kali periode produksi diukur dalam satuan rupiah (Rp).

Penerimaan adalah penerimaan yang diperoleh pengolah ikan teri yaitu jumlah ikan teri yang dihasilkan dikalikan dengan harga yang berlaku, diukur dalam satuan rupiah (Rp).

Biaya produksi adalah seluruh biaya pemakaian faktor-faktor produksi yang dikeluarkan dalam agroindustri ikan teri diukur dalam satuan rupiah (Rp).

Biaya total adalah seluruh biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi, terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel, diukur dalam satuan rupiah (Rp).

Biaya tetap adalah biaya yang besar kecilnya tidak bergantung pada besar kecilnya produksi dan dapat digunakan lebih dari satu kali proses produksi diukur dalam satuan rupiah (Rp).

Biaya variabel adalah biaya yang besar kecilnya berhubungan dengan besar kecilnya produksi dan habis dalam satu kali proses produksi, yang termasuk dalam biaya variabel adalah pengeluaran membeli ikan dan garam (Rp).


(23)

B. Lokasi Penelitian, Responden, dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Pulau Pasaran Kelurahan Kota Karang Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung Provinsi Lampung. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa kegiatan klaster industri pengolahan ikan teri kering di Pulau Pasaran memiliki kelengkapan subsistem dibandingkan dengan desa lain di Kecamatan Teluk Betung Barat, Pulau Pasaran merupakan daerah sentra pengolahan ikan terbesar di Kota Bandar Lampung. Waktu pengambilan data dilakukan pada bulan Februari sampai April. Responden untuk penelitian ini adalah pengolah ikan teri kering di Pulau Pasaran yang berjumlah 38 pengolah.

Pengambilan sampel dilakukan dengan cara sensus yaitu semua populasi dijadikan responden dalam penelitian. Menurut Arikunto (2002), apabila subjek penelitian kurang dari 100 lebih baik diambil semua sehingga penelitianya merupakan penelitian populasi. Pulau Pasaran memiliki 38 pengolah ikan teri kering dengan demikian dalam penelitian ini responden adalah pengolah ikan teri kering.

Responden dalam penelitian ini adalah pengolah ikan teri kering skala rumah tangga. Pengambilan data menggunakan kuisioner dengan tujuan agar pertanyaan yang diajukan terstruktur dan lengkap.

C. Metode Pengumpulan Data

Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode sensus. Data yang

dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder (Bungin, 2005). Data primer adalah data yang didapat secara langsung oleh pengumpul data dan


(24)

diperoleh melalui wawancara langsung dengan para pelaku industri rumah tangga ikan teri. Teknik pengumpulan data primer yang juga dilakukan adalah dengan membuat kuesioner (daftar pertanyaan) sekaligus melakukan

pengamatan (observasi) langsung di lapangan. Data sekunder adalah data yang didapat secara tidak langsung oleh pengumpul data, melainkan melalui perantara baik lembaga maupun pustaka. Data sekunder diperoleh dari instansi terkait dan literatur yang berkaitan dengan penelitian ini.

D. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif (deskriptif) dan analisis kuantitatif (statistik).Metode pengolahan data dilakukan dengan metode tabulasi dan komputerisasi (Microsoft Excell).

1. Analisis Pendapatan

Tujuan akhir suatu usaha adalah mendapatkan laba (sisa usaha).

Pendapatan dalam klaster industri diperoleh dari hasil penjualan ikan teri kering. Dalam hal ini perhitungan didapat dari masing-masing musim angin yaitu angin barat, angin normal, dan angin timur. Pendapatan diperoleh dengan menghitung selisih antara penerimaan yang diterima dari hasil usaha dengan biaya produksi yang dikeluarkan dalam satu musim angin. Dalam melihat analisis pendapatan pengolah ikan teri kering di Pulau Pasaran, dilakukan dengan menganalisis dan melihat hasil perhitungan yang besumber dari skripsi yang berjudul Pendapatan dan Kesejahteraan Rumah Tangga Pengolahan Ikan Teri Asin di Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung, oleh Mahasari, tahun 2013. Penerimaan


(25)

merupakan jumlah uang yang diterima dari hasil penjualan produk yang dihasilkan. Biaya merupakan jumlah uang yang dikeluarkan selama proses pengolahan ikan teri kering. Secara matematis untuk menghitung besarnya pendapatan dari klaster industri ikan teri dapat ditulis sebagai berikut :

π = Y.Py - ∑XiPxi.BTT Keterangan:

π : Pendapatan (Rp) Y : Produksi (Kg)

Py : Harga Produk (Rp/Kg) Xi : Faktor Produksi (1,2,3,…,n) Pxi : Harga Faktor Produksi ke i (Rp) BTT : Biaya Tetap Total(Rp)

2. Analisis Nilai Tambah

Pengolahan ikan teri basah menjadi ikan teri kering mengakibatkan bertambahnya nilai komoditi tersebut. Untuk mengetahui peningkatan nilai tambah pengolahan bahan baku ikan teri basah menjadi ikan teri kering digunakan metode nilai tambah Hayami, yang ditunjukkan pada Tabel 5. Semua nilai pada indikator yang terdapat dalam Tabel 5 dinilai berdasarkan harga masing–masing produk atau input klaster industri pengolahan ikan teri kering.


(26)

Tabel 5. Prosedur perhitungan nilai tambah metode Hayami

No Variabel Nilai

Output, Input dan Harga 1 2 3 4 5 6 7 Output (Kg/Bulan) Bahan Baku (Kg/Bulan) Tenaga Kerja (HOK/Bulan) Faktor Konversi

Koefisien Tenaga Kerja Harga Output (Rp/Kg)

Upah Rata – Rata Tenaga Kerja (Rp/HOK)

a b c d = a/b e = c/b

f g Pendapatan dan Keuntungan (Rp/Kg)

8 9 10 11.a b 12.a b 13.a b.

Harga Bahan Baku Sumbangan input Lain Nilai Output

Nilai Tambah Rasio Nilai Tambah Imbalan Tenaga Kerja Bagian Tenaga Kerja Keuntungan

Tingkat Keuntungan

h i j = d x f k = j – i – h l = (k/j)x100%

m = e x g n% = (m/k)x100%

o = k – m p% = (o/k)x100% Balas jasa pemilik faktor – faktor produksi

14. a. b. c. Margin Keuntungan Keuntungan Tenaga Kerja Input Lain

q = j – h r = o/q x 100% s = m/q x 100%

t=i/q x 100 % Sumber (Hayami dalam Aniek Iriany. 2010)

Keterangan :

a = Output / Total produksi ikan teri yang dihasilkan oleh industri rumah tangga

b = Input / Bahan baku yang digunakan untuk memproduksi ikan teri kering

c = Tenaga Kerja yang digunakan dalam memproduksi ikan teri dihitung dalam bentuk HOK ( Hari Orang Kerja ) dalam satu periode analisis f = Harga Produk yang berlaku pada satu periode analisis


(27)

g = Jumlah upah rata – rata yang diterima oleh pekerja dalam setiap satu periode produksi yang di hitung berdasarkan per HOK (Hari Orang Kerja)

h = Harga input bahan baku utama yaitu ikan per kilogram pada saat periode analisis

i = Sumbangan / Biaya input lainnya yang terdiri dari biaya bahan baku penolong, biaya penyusutan dan biaya pengemasan.

Kriteria nilai tambah adalah :

a. Jika NT > 0, berarti pengembangan agroindustri ikan teri memberikan nilai tambah (positif)

b. Jika NT < 0, berarti pengembangan agroindustri ikan teri tidak memberikan nilai tambah (negatif).

Dalam analisis nilai tambah ikan teri kering di Pulau Pasaran

diberlakuakan penentuan bobot dan harga produk tertimbang untuk tiap-tiap jenis produk ikan teri kering, karena bahan baku ikan teri basah yang didapat pengolah bercampur dengan bahan baku jenis ikan teri basah lainya. Bahan baku ikan teri basah didapat langsung oleh para pengolah ikan teri kering di bagan. Bahan baku ikan teri basah dihitung per bakul yang tiap bakulnya berisi 3 kilogram ikan teri basah. Tiap bakul ikan teri basah yang didapatkan oleh para pengolah memiliki persentase berbeda-beda sesuai dengan jenis ikan teri basah yang akan diolah. Apabila bahan baku ikan teri nasi yang dibeli pengolah, maka dalam bakul jenis ikan teri nasi yang memiliki persentase tertinggi dibandingkan jenis ikan teri


(28)

lainya.Secara matematis untuk menentukan harga produk tertimbang tiap jenis ikan teri kering dalam analisis nilai tambah pada klaster industri ikan teri kering di Pulau Pasaran dapat ditulis sebagai berikut:

Keterangan :

WR = Weight Revenue(pendapatan tertimbang) = bobot ikan

Xj = harga ikan = 1,2,3... = 1.ikan teri nasi 2.ikan teri nylon 3.ikan teri jengki

3. Kesempatan Kerja

Penyerapan tenaga kerja adalah jumlah tenaga kerja dalam dan luar keluarga yang digunakan secara produktif dalam usaha klaster industri pengolahan ikan teri kering kering. Kesempatan kerja yang diciptakan pada proses pengolahan ikan teri kering kering di Pulau Pasaran dari hulu ke hilir dapat dibagi menjadi empat kelompok utama, yaitu:

1. Tenaga kerja di laut.yaitu tenaga kerja yang mencari ikan di bagan yang meliputi nahkoda kapal, tenaga perebus ikan di kapal dan anak buah kapal (ABK).

2. Tenaga kerja di darat yaitu tenaga kerja yang tugasnya


(29)

sampai pada proses packing untuk dikirim ke pengumpul di Jakarta atau dijual di pasar lokal Lampung.

3. Tenaga kerja persortiran ikan yaitu tenaga kerja yang tugasnya memisahkan ikan kering berdasarkan jenis ikan sehingga ikan dapat seragam sebelum dipasarkan.

4. Tenaga kerja pengolah produk turunan, yaitu produsen produk turunan yang memanfaatkan ikan teri untuk dijadikan berbagai macam olahan makanan.

Kesempatan kerja dalam kegiatan klaster industri ikan teri ini dapat dilihat dengan melakukan analisis kualitatif (deskriptif).

4. Manfaat dan Keuntungan

Penerapan klaser industri pada suatu atau beberapa subsistem di dalam sistem komoditas di suatu wilayah tertentu diharapkan dapat

mengembangakan dan berpeluang besar untuk meningkatkan potensi-potensi yang dimiliki pada suatu wilayah.

Dalam pelaksanaannya program pengembangan klaster pengolahan ikan teri kering diharapkan dapat memberikan manfaat dan keuntungan untuk para pengolah ikan teri kering di Pulau Pasaran. Untuk melihat manfaat dan keuntungan yang tercipta dalam kegiatan klaster industri ikan teri kering ini dapat dilihat dengan melakukan analisis kualitatif (deskriptif).


(30)

5. Faktor Penghambat

Dalam pelaksanaan kegiatan klaster industri ikan teri kering di Pulau Pasaran tentu akan ditemui beberapa permasalahan baik itu permasalahan fisik dan permaslahan non fisik. Permasalahan fisik biasanya timbul dari keadaan lingkungan daerah Pulau Pasaran, sedangkan masalah non fisik biasa timbul dari para pengolah dan masyarakat.

Faktor penghambat dalam kegiatan klaster industri pengolahan ikan teri kering di Pulau Pasaran dapat dilihat dengan melakukan analisis kualitatif (deskriptif).


(31)

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

A. Tinjauan Pustaka 1. Ikan

Ikan adalah anggota vertebrata poikilotermik (berdarah dingin) yang hidup di air dan bernapas dengan insang. Ikan merupakan kelompok vertebrata yang paling beraneka ragam dengan jumlah spesies lebih dari 27,000 di seluruh dunia. Secara taksonomi, ikan tergolong kelompok paraphyletic yang hubungan kekerabatannya masih diperdebatkan; biasanya ikan dibagi menjadi ikan tanpa rahang (kelas Agnatha, 75 spesies termasuk lamprey dan ikan hag), ikan bertulang rawan (kelas Chondrichthyes, 800 spesies termasuk hiu dan pari), dan sisanya tergolong ikan bertulang keras (kelas Osteichthyes).

Ikan dapat ditemukan di hampir semua "genangan" air yang berukuran besar baik air tawar, air payau maupun air asin pada kedalaman bervariasi, dari dekat permukaan air hingga beberapa ribu meter di bawah permukaan air. Namun, danau yang terlalu asin seperti Great Salt Lake tidak bisa menghidupi ikan. Ada beberapa spesies ikan dibudidayakan dan dipelihara untuk hiasan dalam akuarium, kita kenal sebagai ikan hias.


(32)

Ikan adalah sumber makanan yang penting. Hewan air lain, seperti moluska dan krustasea kadang dianggap pula sebagai ikan ketika digunakan sebagai sumber makanan. Menangkap ikan untuk keperluan makan dalam jumlah kecil atau olah raga pancing sering disebut sebagai memancing. Hasil penangkapan ikan seluruh dunia setiap tahunnya berjumlah sekitar 100 jutaton pertahun. Overfishing adalah sebuah istilah dalam bahasa Inggris untuk menjelaskan penangkapan ikan secara

berlebihan. Fenomena ini merupakan ancaman bagi berbagai spesies ikan.

Tubuh ikan dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu kepala, badan dan ekor. Batas kepala adalah dari mulai moncong sampai bagian belakang tutup insang, batas badan dari mulai belakang tutup insang sampai dubur, sedangkan batas ekor dari mulai dubur sampai ujung sirip. Untuk

bergerak, ikan mempunyai anggota gerak yang disebut sirip. Pada garis besarnya, Ikan mempunyai dua macam sirip yaitu sirip berpasangan dan sirip tunggal. Sirip berpasangan terdiri dari sirip dada dan sepasang sirip perut, sedangkan sirip tunggal terdiri dari sirip punggung, sirip ekor dan sirip dubur (Djuahanda, 1980).

2. Klasifikasi Ikan Teri

Ikan Teri berdasarkan ikan yang termasuk cartilaginous (bertulang rawan) atau bony (bertulang keras), menurut (Burhanuddin, 2008) adalah sebagai berikut:


(33)

Filum : Chordata Sub-Filum : Vertebrae Class : Actinopterygii Ordo : Clupeiformes Famili : Engraulididae Genus : Stolephorus Species : Stolephorus spp.

Ikan teri yang termasuk dalam famili Engraulididae ini mempunyai banyak spesies. Spesies umum yang teridentifikasi adalah Stolephorus

heterobolus, S. devisii, S. buccaneeri, S. indicus, dan S. commersonii (Burhanuddin, 2008).

Ikan teri yang termasuk dalam kelompok ikan pelagik kecil merupakan sumberdaya yang poorly behaved karena makanan utamanya plankton sehingga kelimpahannya sangat tergantung kepada faktor-faktor

lingkungan. Apabila lingkungan tempat tumbuh ikan baik maka produksi ikan teri melimpah begitu pula sebaliknya. Ikan teri mulutnya lebar sampai melewati belakang mata, tubuhnya ramping, mempunyai panjang sekitar 7-16 cm, seperti umumnya kelompok ikan pelagis kecil,

mempunyai karakteristik sebagai berikut.

1) Membentuk gerombolan yang terpencar-pencar (patchness).

2) Variasi kelimpahan cukup tinggi yang erat kaitannya dengan kondisi lingkungan yang berfluktuatif.


(34)

4) Aktivitas gerak yang cukup tinggi yang ditunjukkan oleh bentuk badan menyerupai cerutu atau torpedo.

3. Penangkapan dan Pengolahan Ikan

Alat yang digunakan untuk menangkap ikan teri adalah paying dan bagan, tapi alat tangkap dengan ikan teri yang menduduki urutan hasil tangkapan pertama adalah bagan. Alat tangkap bagan dikenal dengan nama jaring angkat (lift net), yang berdasarkan bentuk dan cara pengoperasiannya dibagi menjadi tiga macam, yaitu bagan tancap (stationary lift net), bagan rakit (raft lift net) dan bagan perahu (boat lift net). Opersional bagan dilakukan pada malam hari dengan bantuan lampu.

Setelah ikan teri ditangkap, maka proses selanjutnya mengolah ikan teri agar menjadi ikan olahan yang memiliki nilai eknomis tinggi. Ikan merupakan komoditas yang sangat mudah busuk (highly perishable) dibandingkan dengan produk daging sapi, buah ataupun sayuran. Pembusukan pada ikan terjadi karena beberapa kelemahan dari ikan (Adawyah, 2008), yaitu:

1) Tubuh ikan mengandung kadar air tinggi (80%) dan pH tubuh mendekati netral, sehingga memudahkan tumbuhnya bakteri pembusuk.

2) Ikan mudah mengalami pembusukan, maka perlu diolah untuk menghentikan aktivitas zat-zat dan mikroorganisme yang dapat menyebabkan ikan membusuk.


(35)

3) Daging ikan mengundang asam lemak tak jenuh berkadar tinggi, yang sifatnya mudah mengalami proses oksidasi sehingga sering kali menimbulkan bau tengik.

4) Jaringan ikat pada daging ikan sangat sedikit sehingga cepat menjadi lunak dan mikroorganisme cepat berkembang.

Proses pembusukan pada ikan tidak mungkin dihindari, tetapi hanya bisa

dihambat. Salah satu caranya adalah dengan menghambat pertumbuhan mikroba-mikroba dan organisme pembusuk yang dapat membuat kondisi lingkungan yang tidak sesuai untuk pertumbuhan ikan. Salah satu cara adalah dengan penambahan garam atau penggaraman (Adawyah, 2008).

4. Ikan Olah

Dasar pengolahan dan pengawetan ikan adalah untuk mempertahankan ikan selama mungkin dengan menghambat atau menghentikan aktivitas mikroorganisme pembusuk. Pengolahan dan pengawetan bertujuan untuk mempertahankan mutu dan kesegaran ikan dengan cara menghambat atau menghentikan mikroba-mikroba pembusuk ikan.

Menurut Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Lampung (2010), pengolahan ikan secara umum dapat dibagi atas dua kategori, yaitu

kategori pengolahan secara moderen dan tradisonal. Pengolahan moderen yang hasilnya dalam bentuk ikan kaleng, ikan beku, dan berbagai jenis, dan pengolahan secara tradisional dengan cara pengeringan, pengasapan, penggaraman, dan fermentasi. Hasil dari pengolahan tradisional berupa ikan asin, ikan asap, ikan kering, terasi ataupun kerupuk ikan.


(36)

Cara tradisional umunya dilakukan oleh para nelayan atau pengusaha dengan memakai alat dan bahan sangat sederhana. Cara yang biasa digunakan antara lain pengeringan, pengasapan, penggaraman, dan fermentasi. Pengeringan dilakukan untuk mengurangi kadar air daging ikan dan menghambat miroba-mikroba serta mikroorganisme pembusuk pada enzim. Selanjutnya proses pengasapan dilakukan dengan tujuan untuk mengawetkan dan memberi warna serta rasa keasap-asapan pada ikan. Tahap ke tiga yaitu penggaraman yang memiliki tujuan untuk menyerap air dari dalam daging ikan.

Menurut Adawyah (2008), cara pengawetan ikan yang praktis, efektif, dan efesien adalah pembuatan ikan asin, karena dapat dibuat oleh masyarakat dengan peralatan sederhana. Proses pembuatan ikan asin melalui beberapa tahap yaitu persiapan, penggaraman, pengeringan dan penyimpanan. Persiapan meliputi pemisahan ikan, pencucian dan penirisan ikan selanjutnya proses penggaraman yng dapat dilakukan dengan metode kering (dry salting) atau metode basah (wet salting). Penggaraman dengan metode kering, garam ditaburkan di dasar bak setebal 1-5 cm tergantung jumlah ikan yang akan diolah, lalu letakkan ikan yang ingi diolah sampai seluruh ikan tertutupi garam, sedangkan metode basah garam dilarutkan dengan air dan masukkan ikan yang akan diolah ke dalam larutan tesebut sampai tingkat keasinan yang diinginkan. Selanjutnya tahap pengeringan ikan atau penjemuran ikan yang diletakkan menghadap matahari, setelah ikan kering disusun teratur lalu disimpan ke dalam keranjang.


(37)

Tahapan ke empat dalam pengolahan ikan asin secara tradisional adalah fermentasi yaitu proses penguraian senyawa kompeks yang terdapat dalam tubuh ikan menjadi senyawa yang lebih sederhana. Selain pengolahan secara tradisonal, ada juga pengolahan ikan asin secara modern. Pengolahan cara ini menggunakan alat-alat yang sudah canggih dan membutuhkan biaya yang tidak sedikit dan mutu yang dihasilkan semakin baik.

Pengawetan dengan cara moderen adalah dengan cara pendinginan dan pembekuan (pengawetan dengan suhu rendah), pengalengan ikan (canning), serta tepung ikan (fish meal).Pendinginan dan pembekuan merupakan proses pengawetan ikan dengan suhu rendah(-1-50C) yang bertujuan untuk menghambat kegiatan mikroorganisme yang dapat mempengaruhi kesegaran mutu. Selanjutnya tahap pengalengan ikan (canning) yaitu ikan dikemas dalam kaleng agar semua mikroorganisme mati sehingga tidak akan menimbulkan pembusukan pada ikan. Tahap terakhir adalah tepung ikan (fish meal) yang dilakukan dengan cara mengeluarkan sebagian besar cairan dan lemak yang terkandung di dalam ikan.

5. Proses Pembuatan Ikan Asin

Ikan cepat mengalami pembusukan dibandingkan dengan bahan makanan lain. Mutu olahan ikan sangat tergantung pada bahan mentahnya.Ikan merupakan salah satu sumber protein hewani yang banyak dikonsumsi masyarakat dan mudah didapat, karena kandungan protein, air, lemak,


(38)

mineral dan vitamin yang terkandung di dalam ikan baik untuk kita

konsumsi. Komposisi ikan segar per 100 gr mengandung air sebesar 76%, protein 17%, lemak 4,5%, mineral dan vitamin sebanyak 2,52-4,5%. Ikan mempunyai nilai protein tinggi, dan kandungan lemaknya rendah sehingga banyak memberikan manfaat kesehatan bagi tubuh manusia (Adawyah, 2008).

Salah satu produk hasil pengolahan dengan cara penggaraman dan

pengeringan adalah ikan asin (Adawyah, 2008). Adapun proses pembuatan ikan asin, menurut (Santoso dalam Halimatussa’kdiah, 2005), digambarkan pada bagan alir sebagai berikut:

Gambar 1. Bagan alir pembuatan ikan asin

Pemilihan Pembersihan

Penggaraman

Pencucian

Penjemuran

Ikan Asin Ikan


(39)

Proses pembuatan ikan asin sangat sederhana karena pembuatannya tidak melalui proses yang begitu sulit, jadi nelayan saat ini melakukan

pengolahan ikan asin secara sederhana dan tradisional. Diawali dari proses pemilihan ikan kemudian dilakukan proses pembersihan dan dilanjutkan dengan proses pengolahan yaitu penggaraman dan penjemuran. Dalam proses penggaraman menggunakan garam dan pada proses penjemuran sangat tergantung pada cahaya matahari.

6. Konsep Agribisnis dan Agroindustri

Agribisnis merupakan suatu kegiatan yang utuh dan tidak dapat terpisah antara suatu kegiatan dan kegiatan lainnya, mulai dari pengadaan, pengolahan hasil, pemasaran, dan aktifitas lain yang berkaitan dengan kegiatan pertanian

(Soekartawi, 1991). Agribisnis juga merupakan suatu kesatuan kegiatan yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan hasil, dan pemasaran yang ada hubungannya dengan pertanian. Dalam arti luas agribisnis adalah kegiatan usaha yang menunjang kegiatan pertanian dan kegiatan usaha yang ditunjang oleh kegiatan pertanian.

Menurut Downey dan Erickson (1988), agribisnis dapat dibagi menjadi tiga sektor yang saling tergantung secara ekonomis, yaitu sektor masukan (input), produksi (farm), dan sektor keluaran (output). Sektor masukan menyediakan perbekalan kepada para pengusaha tani untuk dapat memproduksi hasil tanaman dan ternak. Termasuk dalam masukan ini adalah bibit, makanan ternak, pupuk, bahan kimia, mesin pertanian, bahan bakar, dan banyak perbekalan lainnya. Sektor usahatani memproduksi hasil tanaman dan hasil


(40)

ternak yang diproses dan disebarkan pada konsumen akhir oleh sektor keluaran.

Agroindustri mampu meningkatkan pendapatan para pelaku agribisnis, mampu menyerap tenaga kerja, mampu meningkatkan perolehan devisa dan mampu mendorong munculnya industri lain. Ciri penting dari agroindustri adalah kegiatannya tidak tergantung pada mesin, memiliki manajemen usaha yang modern. Skala usaha yang optimal dan efisien serta mampu

menciptakan nilai tambah yang tinggi (Soekartawi, 2000).

7. Klaster Industri

Proses pembentukan klaster pertama kali diamati oleh Alfred Marshall pada tahun 1919. Marshall mengidentifikasikan manfaat dari berkumpulnya perusahaan dalam sebuah ruang geografis tertentu. Karakteristik manfaat ini tidak dinikmati secara pribadi dan mikro oleh sebuah perusahaan serta dapat dinikmati bersama oleh perusahaan lain. Manfaat seperti ini sering juga disebut sebagai economies of localization.

Menurut Porter dalam Hestiningsih (2011), klaster adalah sekelompok perusahaan dan lembaga terkait yang berdekatan secara geografis, memiliki kemiripan yang mendorong kompetisi serta juga bersifat komplementer. Kedekatan produk pada tahap awal akan memacu kompetisi dan kemudian mendorong adanya spesialisai dan peningkatan kualitas serta mendorong inovasi dalam diferensiasi pasar.

Porter berpendapat bahwa klaster disebabkan oleh keunggulan daya saing, sejarah dan institusi.Keunggulan daya saing berkaitan dengan faktor yang


(41)

berhubungan dengan kondisi penawaran dan permintaan, hubungan industri dan persaingan lokal yang memberikan keuntungan bagi perusahaan lokal. Sejarah, berkaitan dengan faktor yang mendasari industri atau penggunaan teknologi yang menyebabkan keunggulan kompetitif.Institusi adalah

kelembagaan formal dan informal yang mempengaruhi pengembangan klaster guna mendukung kreasi, difusi, dan impor pengetahuan.

Kebijakan pengembangan klaster di Indonesia secara formal tercantum dalam Program Pembangunan Nasional 1999 – 2004. Dalam Program

Pembangunan Nasional (Propernas) tersebut dijelaskan bahwa dalam rangka mengkonsolidasikan pembangunan sektor–sektor primer, sekunder dan tersier, termasuk keseimbangan persebaran pembangunannya ditempuh pendekatan klaster industri. Melalui pendekatan ini diharapkan pola keterkaitan antar kegiatan baik di dalam sektor industri sendiri (keterkaitan horisontal) maupun antar sektor industri dengan seluruh jaringan produksi dan distribusi terkait (keterkaitan vertikal) akan dapat secara responsif menjawab tantangan persaingan global yang semakin ketat (Affandi, 2010).

8. Konsep Nilai Tambah

Pengertian nilai tambah (added value) adalah penambahan nilai suatu komoditi karena komoditi tersebut telah mengalami proses pengolahan, pengangkutan, atau penyimpanan dalam suatu proses produksi. Menurut Hardjanto dalam Tiasarie (2010), nilai tambah didefinisikan sebagai pertambahan nilai suatu komoditi karena adanya input fungsional yang diberlakukan pada komoditi yang bersangkutan. Input fungsional tersebut


(42)

dapat berupa proses perubahan bentuk (form utility), pemindahan tempat (place utility), maupun proses penyimpanan (time utility).

Faktor yang mempengaruhi nilai tambah pada sistem pengolahan adalah faktor teknis dan non teknis. Faktor teknis meliputi unsur kualitas (mutu) produk, penerapan teknologi, kapasitas produksi, penggunaan unsur tenaga kerja, jumlah bahan baku, dan input penyerta. Faktor ini mempengaruhi harga jual produk, sedangkan faktor non teknis (faktor pasar) meliputi harga jual output, upah tenaga kerja, harga bahan baku, informasi pasar, modal infestasi

teknologi, dan nilai input lainnya. Faktor non teknik ini dapat mempengaruhi faktor konversi (banyaknya produk yang dapat dihasilkan dari satu satuan bahan baku) dan biaya produksi.

Analisis nilai tambah berfungsi sebagai salah satu indikator dalam

keberhasilan sektor agribisnis. Menurut Hardjanto dalam Tiasarie (2010), kegunaan dari menganalisis nilai tambah adalah untuk mengetahui:

a. Besar nilai tambah yang terjadi akibat perlakuan tertentu yang diberikan pada komoditas pertanian.

b. Distribusi imbalan yang diterima pemilik dan tenaga kerja.

c. Besarnya kesempatan kerja yang diciptakan dari kegiatan pengolahan bahan baku menjadi produk jadi.

d. Besar peluang serta potensi yang dapat diperoleh dari suatu sistem komoditas di suatu wilayah tertentu dari penerapan teknologi pada suatu atau beberapa subsistem di dalam sistem komoditas.


(43)

9. Teori Pendapatan

Menurut Soekartawi (1995), penerimaan dalam usahatani merupakan perkalian antara produksi fisik dengan harga jual atau harga produksi. Penerimaan tunai usahatani didefinisikan sebagai nilai uang yang diterima dari penjualan produk usahatani. Pengeluaran usahatani didefinisikan sebagai jumlah uang yang dibayarkan untuk pembelian barang dan jasa bagi

usahatani. Penerimaan tunai usahatani tidak mencakup pinjaman uang untuk keperluan usahatani. Demikian pula pengeluaran tunai usahatani tidak mencakup bunga pinjaman pokok. Penerimaan tunai dan pengeluaran tunai usahatani tidak mencakup yang berbentuk benda. Jadi, nilai produk usahatani yang dikonsumsi tidak dihitung sebagai penerimaan tunai usahatani dan nilai kerja yang dibayar dengan benda tidak dihitung sebagai penngeluaran tunai usahatani.

Menurut Soekartawi (1995), selisih antara penerimaan tunai usahatani dan pengeluaran tunai usahatani disebut pendapatan, dan merupakan ukuran kemampuan usahatani untuk menghasilkan uang tunai. Untuk menganalisis pendapatan diperlukan dua keterangan pokok keadaan pengeluaran dan penerimaan dalam jangka waktu tertentu. Tujuan analisis pendapatan adalah untuk mengggambarkan tingkat keberhasilan suatu kegiatan usaha dan keadaan yang akan datang melalui perencanaan yang dibuat.

Tingkat pendapatan rumah tangga merupakan indikator yang penting untuk mengetahui tingkat hidup rumah tangga. Umumnya pendapatan rumah tangga di pedesaan tidak berasal dari satu sumber, tetapi berasal dari dua atau lebih sumber pendapatan. Tingkat pendapatan tersebut diduga dipengaruhi


(44)

oleh pemenuhan kebutuhan dasar rumah tangga pengrajin. Tingkat

pendapatan yang rendah mengharuskan anggota rumah tangga untuk bekerja atau berusaha lebih giat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pendapatan keluarga diharapkan mencerminkan tingkat kekayaan dan besarnya modal yang dimiliki pengrajin. Semakin besar pendapatan keluarga pengrajin cenderung lebih berani menanggung resiko. Pendapatan besar mencerminkan tersedianya dana yang cukup untuk usahatani selanjutnya dan pendapatan yang rendah menyebabkan menurunnya investasi dan upaya pemupukan modal.

Sumber pendapatan rumah tangga digolongkan kedalam dua sektor, yaitu sektor pertanian dan bukan pertanian. Sumber pendapatan dari sektor pertanian dapat dirincikan lagi menjadi pendapatan dari usahatani, ternak, buruh pengrajin, menyewakan lahan dan bagi hasil. Sumber pendapatan dari sektor bukan pertanian dibedakan menjadi pendapatan dari industri rumah tangga, perdagangan, pegawai, jasa, buruh bukan pertanian serta buruh subsektor pertanian lainnya (Sayogyo, 1990).

Biaya adalah nilai semua dari korbanan ekonomis yang diperlukan akan menghasilkan suatu produksi. Nilainya dinyatakan dengan uang, semua yang telah dikeluarkan dalam pengelolaan. Biaya tetap adalah biaya yang

dikeluarkan dalam usahatani dan besarnya tidak dipengaruhi oleh besar kecilnya produksi yang dihasilkan, sedangkan biaya tidak tetap adalah biaya yang dikeluarkan yang besarnya sangat dipengaruhi oleh produksi yang dihasilkan (Soekartawi, 1995). Pendapatan atau keuntungan usahatani adalah


(45)

selisih penerimaan dengan semua biaya produksi, dirumuskan sebagai berikut:

π = TR – TC = Y. PY – (X . Px ) – BTT Keterangan:

π : Keuntungan (pendapatan) TR : Total penerimaan

TC : Total biaya Y : Produksi

Py : Harga satuan produksi X : Faktor produksi Px : Harga faktor produksi BTT : Biaya tetap total

Kriteria pengambilan keputusan :

1. Jika R/C < 1 , maka usahatani yang dilakukan belum menguntungkan 2. Jika R/C > 1 , maka usahatani yang dilakukan menguntungkan

3. Jika R/C = 1 , maka usahatani yang dilakukan berada pada titik impas

B. Teori Biaya

Dalam suatu anggaran kegiatan usahatani unsur biaya adalah komponen yang termasuk didalamnya. Biaya-biaya dalam proyek pertanian adalah barang-barang fisik, tenaga kerja, cadangan tidak terduga, pajak, jasa pinjaman dan biaya-biaya tidak diperhitungkan. Soekartawi (1991), membagi biaya usahatani berdasarkan sifatnya menjadi 2, yaitu:

1. Biaya tetap yaitu biaya yang besar kecilnya tidak bergantung pada besar kecilnya produksi dan dapat digunakan lebih dari satu kali proses produksi. Sewa atau bunga tanah berupa uang adalah contoh dari biaya tetap.


(46)

2. Biaya variabel yaitu biaya yang besar kecilnya berhubungan dengan besar kecilnya produksi dan habis dalam satu kali proses produksi, yang

termasuk dalam biaya variabel misalnya pengeluaran membeli bibit, obat-obatan, biaya persiapan dan biaya pembuatan kandang. Kurva biaya total dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Kurva Biaya Total

Keterangan:

TC : Total Cost (Total Biaya)

TVC :Total Variabel Cost (Biaya Variabel Total) TFC :Total Fixed Cost (Biaya Tetap Total)

Gambar 2 menunjukkan sumbu x adalah output dan sumbu y adalah biaya total. TFC adalah biaya tetap total merupakan keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk pengadaan faktor produksi yang tidak dapat diubah

jumlahnya. TVC atau biaya variabel total merupakan keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk pengadaan faktor produksi yang dapat diubah jumlahnya. TC atau biaya total merupakan keseluruhan jumlah biaya produksi yang dikeluarkan.

TC TC

TVC

TFC C

0 P

Output

Bia

ya T

o


(47)

Biaya total variabel dan biaya total kesemuanya (TC = TVC + TFC) akan meningkat dengan meningkatnya output. Biaya total merupakan biaya keseluruhan jumlah biaya produksi yang dikeluarkan. Biaya ini didapat dari penjumlahan biaya tetap total (TFC) dan biaya variabel total (TVC), rumusnya menjadi TC = TVC + TFC.

C. Kerangka Pemikiran

Produk pertanian yang bersifat bulky (mudah rusak) merupakan salah satu alasan bagi para pelaku pertanian untuk melakukan penangan terhadap produk pertanian tersebut agar dapat langsung dikonsumsi atau diolah agar menjadi lebih tahan lama. Industri pengolahan merupakan salah satu caranya dalam mempertahankan produk pertanian agar dapat tahan lebih lama. Industri pengolahan merupakan bagian hilir dari sektor usahatani yang didalamnya termasuk agroindustri. Agroindustri lebih bersifat padat karya dan

membutuhkan banyak sumberdaya alam lokal. Hal itu berarti disamping dapat memanfaatkan sumberdaya alam lokal secara optimal, agroindustri juga

membutuhkan banyak tenaga kerja yang tidak harus memiliki keterampilan khusus.

Bagi Provinsi Lampung, peran industri non migas cukup dominan. Beberapa Agroindustri yang memberikan nilai tambah tinggi kepada para pengusaha adalah agroindustri ikan teri. Agroindustri tersebut banyak diusahakan oleh masyarakat karena produknya digunakan untuk konsumsi pangan penduduk. Industri pengolahan ikan teri kering juga merupakan salah satu industri pengolahan yang penting dan potensial dalam hal meningkatkan pendapatan


(48)

rumah tangga dan memberikan kesempatan kerja bagi penduduk. Hal tersebut dikerenakan ikan merupakan bahan pangan yang banyak dikonsumsi

masyarakat, sehingga setiap hari akan ada permintaan akan ikan. Permintaan yang terus menerus tersebut mengakibatkan usaha pengolahan ikan teri kering akan terus berproduksi dan berusaha meningkatkan pendapatan usahanya.

Fenomena yang dihadapi pengolah ikan adalah berfluktuasinya harga bahan baku industri tersebut, yaitu ikan teri basah. Kenaikan bahan baku ikan teri sangat berdampak pada kestabilan ekonomi dan kestabilan proses pengolahan yang dilakukan oleh para pengolah ikan. Produsen ikan tidak dapat

meningkatkan harga jual ikan karena kondisi pasar dan konsumen tidak memungkinkan untuk menaikkan harga jual, meskipun dengan biaya produksi yang terus melonjak. Untuk mendukung keberlangsungan agroindustri

tersebut, produsen ikan teri harus menggunakan ikan dengan jumlah dan mutu yang tepat, sehingga dapat mengolah dan menjual pada waktu yang tepat. Semua usaha tersebut harus dilakukan agar tercipanya pendapatan para pengolah ikan teri kering dan nilai tambah yang dapat meningkatkan pendapatan agroindustri tersebut. Oleh karena itu alur pemikiran tersebut dapat dilihat pada paradigma kerangka pemikiran Gambar 3.


(49)

Gambar 3. Bagan alir analisis pendapatan dan nilai tambah pada klaster industri ikan teri kering di Pulau Pasaran.

Proses Produksi Klaster industri ikan teri

kering

Harga Output

Manfaat ekonomi: -Pendapatan pengolah -Analisis nilai tambah Manfaat teknis: - Kesempatan kerja

- Manfaat dan keuntungan klaster industri iksn teri kering

- Faktor penghambat klaster industri ikan teri kering

SaranaProduksi: - Bahan baku - Peralatan - Tenaga kerja Bahan Pendukung

Ikan Teri Kering

Penerimaan Biaya Produksi

Subsistem

Pengadaan Subsistem pengolahan

Subsistem Pemasaran

- Jumlah - Mutu - Waktu - Organisasi

Harga Input


(50)

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

A. Keadaan Umum Kota Bandar Lampung 1. Keadaan umum

Kota Bandar Lampung merupakan ibu kota Provinsi Lampung. Kota Bandar Lampung terletak di wilayah yang strategis karena merupakan daerah transit kegiatan perekonomian antara Pulau Sumatera dan Jawa, sehingga menguntungkan bagi pertumbuhan dan pengembangan Kota Bandar Lampung sebagai pusat perdagangan, industri, dan pariwisata.

B. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Barat 1. Sejarah Singkat

Kecamatan Teluk Betung Barat merupakan salah satu dari 13 Kecamatan di Kota Bandar Lampung, terletak di bagian barat dari wilayah Kota Bandar Lampung dengan jarak sekitar 2 km dari Ibu Kota Provinsi Lampung, dengan Ibu kota kecamatan adalah Kelurahan Bakung. Sejak berdirinya tahun 1982 berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 3 tahun 1982, tentang perubahan batas wilayah Tanjung Karang Teluk Betung, sebelumnya adalah bagian wilayah Kecamatan Panjang Kabupaten Dati II Lampung Selatan.


(51)

Selanjutnya secara administrasi Kecamatan Teluk Betung Barat dibagi menjadi 8 kelurahan dengan rincian sebagai berikut :

a) Kelurahan Suka Maju b) Kelurahan Keteguhan c) Kelurahan Kota Karang d) Kelurahan Perwata e) Kelurahan Bakung f) Kelurahan Kutipan

g) Kelurahan Negeri Otok Gading h) Kelurahan Sukarame II

2. Keadaan Geografi/Luas Kecamatan

Kecamatan Teluk Betung Barat adalah merupakan sebagian wilayah Kota Bandar Lampung, dengan luas wilayah 2.099 ha, dengan jumlah penduduk 56.509 jiwa, yang berbatasan dengan :

a) Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Teluk Betung Utara b) Sebelah selatan berbatasan dengan Teluk Lampung

c) Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Teluk Betung Selatan d) Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Padang Cermin,

Kabupaten Lampung Selatan.

3. Topografi

Secara topografi wilayah Kecamatan Teluk Betung Barat terdiri atas wilayah perbukitan, dataran rendah, dan pantai. Kecamatan Teluk Betung


(52)

Barat terdapat satu pulau yang merupakan satu-satunya pulau yang dimiliki Kota Bandar Lampung yaitu Pulau Pasaran.

Keadaan Umum Kelurahan Kota Karang 1. Sejarah Singkat

Pada Tahun 1980, Kelurahan Kota Karang dibuka oleh Pangeran Tanun Dewangsa dan Pangeran Tanun Jaya beserta keluarga. Kota karang berasal dari nama aslinya yaitu “Kuta Kakhang” yang berartikan“Pagar Karang”, karena kelurahan ini berada di pinggir pantai Teluk Lampung dengan dipagari dengan batu karang, maka Kelurahan ini dinamakan Kota Karang.

2. Keadaan Geografi dan Luas Kelurahan Kelurahan Kota Karang berbatasan dengan :

a) Sebelah Utara berbtasan dengan Kelurahan Permata b) Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut/Teluk Lampung c) Sebelah Barat berbatasn dengan Keteguhan

d) Sebelah Timur berbatasan dengan Way Belau

3. Topografi

Kelurahan Kota Karang merupakan bagian dari Kecamatan Teluk Betung Barat. Jarak Kelurahan Kota Karang ke Ibukota Kecamatan Teluk Betung Barat kurang lebih 0,75 km dan jarak Kelurahan Kota Karang ke Ibukota Bandar Lampung kurang lebih 3,50 km. Pada Kelurahan Kota Karang terdapat Pulau yang bernama Pulau Pasaran, potensi yang dimiliki oleh


(53)

pulau adalah pengolahan ikan asin terutama ikan teri. Pulau ini memisah dengan daratan, seingga untuk menuju ke Pulau Pasaran ini dapat

menggunakan alat transportasi perahu motor dengan biaya sekitar Rp 2.000 per orang.

C. Keadaan Umum Pulau Pasaran 1. Letak Daerah Penelitian

Pulau Pasaran adalah sebuah pulau di Kelurahan Kota Karang RT. 09 Lingkungan 2, Kecamatan Teluk Betung Barat, Kota Bandar Lampung. Jarak dari Pulau Pasaran ke Kecamatan Kota Karang sekitar 1 km dengan waktu tempuh sekitar 25 menit.

2. Luas Daerah dan Keadaan Alam

Luas Pulau Pasaran saat ini sekitar sekitar 12 ha. Menurut sejarah luas awal pulau ini hanya 2 ha. Luas pulau semakin bertambah karena populasi penduduk yang meningkat. Keseluruhan lahan di Pulau pasaran digunakan untuk berbagai kegiatan, 60 persen lahan digunakan untuk tempat

penjemuran ikan teri sedangkan sisanya 40 persen digunakan untuk pemukiman, bangunan, jalan, tempat pemakaman, sarana pendidikan, ibadah dan lapangan. Untuk menjangkau Pulau Pasaran ini satu-satunya akses yang dapat digunakan yaitu perahu, dengan waktu tempuh sekitar 15 menit sekitar 200 meter.

Pulau Pasaran terletak di dataran dengan suhu rata-rata 370C, dengan ketinggian 2 meter di atas permukaan laut. Jenis tanah di Pulau Pasaran


(54)

adalah jenis tanah berpasir dengan ciri lapisan tanah berwarna putih kemerah-merahan.

3. Keadaan Sosial Ekonomi

Jumlah penduduk di Pulau Pasaran terdiri dari 247 Kepala Keluarga dengan jumlah penduduk 1.123 jiwa yang terdiri dari 571 laki-laki dan 552 perempuan. Keadaan penduduk menurut kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Jumlah penduduk menurut kelompok umur di Pulau Pasaran Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung, tahun 2012

Kelompok Umur (tahun) Jumlah (jiwa) Persentase

0-4 90 8,01

5-6 34 3,03

7-13 184 16,38

14-16 76 6,77

17-24 181 16,12

25-54 473 42,12

55 keatas 85 7,57

Jumlah 1123 100,00

Sumber : Monografi Pulau Pasaran, 2012

Pada Tabel 6 menunjukkan bahwa jumlah penduduk di Pulau Pasaran menurut kelompok umur didominasi oleh penduduk yang berusia 25-54 tahun sebesar 42,12 persen. Penduduk di Pulau Pasaran tidak hanya bekerja sebagai pengolah saja, tetapi penduduk di pulau ini juga ada bekerja sebagai buruh, wiraswasta, pedagang, dan lain-lain. Keadaan penduduk berdasarkan jenis mata pencarian dapat dilihat pada Tabel 7.


(55)

Tabel 7. Jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian di Pulau Pasaran Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung, tahun 2012

Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) Persentase

Nelayan 57 10,07

Pengolah 48 8,48

Wiraswasta 27 4,77

Buruh 316 55,83

Pedagang 118 20,85

Jumlah 566 100,00

Sumber : Monografi Pulau Pasaran, 2012

Tabel 7 menunjukkan mata pencaharian terbesar penduduk di Pulau Pasaran adalah sebagai buruh. Jenis mata pencaharian dapat ditentukan dari jenjang pendidikan yang ditempuh selama hidup. Tabel 8

menunjukkan kualitas angkatan kerja menurut tingkat pendidikan di Pulau Pasaran.

Tabel 8. Kualitas angkatan kerja tingkat pendidikan di Pulau Pasaran Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung, tahun 2012

Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase

TK 25 2,66

SD 589 62,66

SLTP 183 19,47

SMU 128 13,62

Sarjana 15 1,60

Jumlah 940 100,00


(56)

Pada Tabel 8 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan penduduk Pulau Pasaran paling tinggi pada pendidikan formal yaitu pendidikan tamatan sekolah dasar (SD) sebesar 62,66 persen.

4. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana yang tersedia di Pulau Pasaran antara lain sarana transportasi, jalan umum, rumah ibadah, gedung sekolah, dan gedung pertemuan. Sarana transportasi berupa perahu motor dan perahu dayung tersedia untuk menghubungkan Pulau Pasaran dengan daerah sekitarnya. Selain itu, Pulau Pasaran memiliki alun pantai yang dijadikan tempat bersandarnya kapal-kapal nelayan setelah mencari ikan di laut.


(57)

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan : 1. Berdasarkan penerimaan dan biaya pengolahan ikan teri kering, maka

diketahui rata-rata total pendapatan pengolah ikan teri kering di Pulau Pasaran berdasarkan biaya tunai dan biaya total yakni sebesar Rp 9.642.452,74 dan Rp 9.084.706,27 . Nilai (R/C rasio) tunai dan total usaha pengolahan ikan teri kering sebesar 1,21 dan 1,19. Artinya setiap Rp 1,00 biaya yang dikeluarkan dalam pengolahan ikan teri kering akan diperoleh penerimaan sebesar 1,21 rupiah dan 1,19 rupiah. Dengan demikian usaha pengolahan ikan kering di Pulau Pasaran menguntungkan karena R/C rasio lebih besar dari 1.

2. Nilai tambah tertinggi yang diperoleh dari pengolahan satu kilogram ikan teri basah menjadi ikan teri kering pada pengolahan ikan teri kering di Pulau Pasaran berada pada musim angin barat. Nilai tambah ikan teri kering tertinggi berada pada jenis ikan teri nasi kering yakni sebesar 7.253,02 rupiah . Rasio nilai tambah terhadap nilai produk adalah 29,73 persen, artinya untuk setiap 100,00 rupiah nilai produk akan diperoleh nilai tambah sebesar 29,73 rupiah. Berdasarkan kriteria penilaian nilai tambah, yaitu jika NT > 0, berarti pengembangan usaha pengolahan ikan teri kering


(58)

di Pulau Pasaran Kota Bandar Lampung, tahun 2013 memberikan nilai tambah (positif).

3. Kesempatan kerja yang diciptakan dari kegiatan klaster industri pengolahan ikan teri kering di Pulau Pasaran dibagi menjadi empat kelompok utama, yaitu tenaga kerja di laut, tenaga kerja di darat, tenaga kerja pensortir, dan tenaga kerja pengolah produk turunan. Kesempatan kerja yang tercipta pada klaster industri ikan teri kering di Pulau Pasaran Kota Bandar Lampung, tahun 2013 sebanyak 1.650 orang tenaga kerja.

4. Dalam pelaksanaanya program pengembangan klaster industri ikan teri kering di Pulau Pasaran memberikan manfaat dan keuntungan dalam : a. Mendorong penyerapan tenaga kerja.

b. Meningkatkan promosi dan pemasaran produk unggulan lokal, hal ini didukung dengan akan dibuatnya merk produk ikan teri kering hasil pengolahan di Pulau Pasaran dengan nama “Teri Siger”.

c. Terbentuknya kelompok pengolahan ikan teri kering kering yang solid dan mandiri, telah terbentuk lima kelompok pengolah ikan teri kering di Pulau Pasaran. Kelompok pengolah tersebut antara lain : Putra Pidada, Putra Permana, Welas Asih, Waluya, dan Usaha Bahari. d. Mengembangkan produk turunan

e. Meningkatkan akses pembiayaan pengolahan ikan teri kering kering di Pulau Pasaran kepada perbankan.

f. Terbentuknya lembaga lokal, yaitu Koperasi Perikanan Mitra Karya Bahari.


(59)

g. Pendampingan secara intensif oleh pemerintah, dinas, dan instansi terkait.

h. Pemberian bantuan oleh Pemerintah, Dinas, dan Instansi terkait, antara lain.

5. Permasalahan yang ada di dalam klaster pengolahan ikan teri kering di Pulau Pasaran dapat digolongkan menjadi dua kelompok utama yaitu permasalahan fisik klaster biasanya timbul dari keadaan lingkungan Pulau Pasarab dan permasalahan non fisik klaster biasa timbul dari para

pengolah dan masyarakat.

B. Saran

Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka saran yang dapat diajukan dalam penelitian ini adalah :

1. Bagi pengolah ikan teri kering Pulau Pasaran, sebaiknya para pengolah memiliki pembukuan untuk mengetahui biaya-biaya dan pendapatan yang diterima. Pengolah sebaiknya mampu membuat produk turunan ikan teri kering sehingga dapat menambah pendapatan.

2. Bagi pemerintah, dinas ataupun instansi terkait, dibutuhkan pendampingan secara intensif untuk merubah pola pikir masyarakat sehingga

pembangunan di Pulau Pasaran lebih cepat berjalan, sosialisasi mengenai gizi ikan teri kering sehingga mengubah paradigma masyarakat terhadap gizi ikan teri kering, dan pemberian bantuan yang tepat guna


(60)

Bandar Lampung. Sehingga produk yang dihasilakan menjadi produk yang memiliki nilai tambah yang lebih tinggi dan mampu menjadi motor penggerak ekonomi wilayah pesisir di Kota Bandar Lampung.

3. Bagi peneliti lain, disarankan agar meneliti lebih lanjut mengenai aspek kelayakan (finansial) dan pemasaran pengolahan ikan teri kering agar pengolahan ikan teri kering di Pulau Pasaran Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung lebih baik lagi.


(61)

DAFTAR PUSTAKA

Adawyah, R. 2008. Pengolahan dan Pengawetan Ikan. Bumi Aksara. Jakarta. Affandi, M.I. 2010. Konsentrasi Spasial, Kekuatan Aglomerasi, dan Klaster

Sektor Agroindustri di Propinsi Lampung. Prosiding Seminar Sehari Hasil – Hasil Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Lampung. Universitas Lampung. Bandar Lampung. Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka

Cipta. Jakarta.

Badan Pusat Statistik. 2012. Lampung dalam Angka 2010. Bandar Lampung : Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung. Bandar lampung.

Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung. 2012. Gambaran umum Kota Bandar Lampung. Bandar Lampung. BPS Provinsi Lampung.

Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung. 2012. Gambaran umum Kecamatan Teluk Betung Barat. Bandar Lampung. BPS Provinsi Lampung. Badan Pusat Statistik Kota Bandar Lampung. 2012. Gambaran umum

Kelurahan Kota Karang. Bandar Lampung. BPS Provinsi Lampung. Bank Indonesia. 2010. Profil Pengolahan Ikan Kering Pulau Pasaran. Bandar

Lampung.

Bungin, B. 2005. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Kencana Prenada Media Group. Jakarta.

Burhanuddin, dan A. Iqbal. 2008. Ikhtiologi Ikan dan Aspek Kehidupannya. Yayasan Citra Emulsi. Makassar.

Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Lampung. 2011. Produksi Ikan Olahan di Provinsi Lampung 2009. Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Lampung. Bandar Lampung.

Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Lampung. 2011. Sentra Pengolahan Ikan di Kota Bandar Lampung 2009. Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Lampung. Bandar Lampung.


(62)

Djuhanda, T. 1980. Dunia Ikan. Armico. Bandung. 191 hlm.

Downey, W.D dan Erickson, S.P. 1998. Manajemen Agribisisnis. Erlangga. Jakarta.

Fadliilah. 2012. Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kecil. Studi Kasus di Sentra Industri Kecil Ikan Asin di Kota Tegal. Skripsi. Fakultas Ekonomika dan Bisnis. Jurusan Ekonomi dan Studi Pembangunan. Universitas Diponogoro. Semarang.

Halimatussa’kdiah. 2005. Keragaan Agribisnisnis Ikan di Pulau Pasaran

Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung. Skripsi. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Hestiningsih. 2011. Landasan Teori Klaster dan Managemen Klaster. Kencana Prenada Media Group. Jakarta.

Irawan, B. 2011. Analisis Pendapatan dan Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga Petani Pada Agroekosistem Marjinal Tipe Sawah Tadah Hujan dan Lahan Kering di Kabupaten Lampung Selatan. Skripsi. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Iriany, A. 2010. Nilai Tambah dan Penerimaan Keripik Singkong di Malang. Jurnal Penelitian Pertanian Tropika. Vol. 18 No. 2 Hlm. 184-191. Fakultas Pertanian. Universitas Muhammadyah Malang. Malang. Mahasari,K. 2013. Pendapatan dan Kesejahteraan Rumah Tangga Pengolahan

Teri Asin di Pulau Pasaran Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung. Skripsi. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas

Pertanian. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Sayogyo. 1990. Tersedia pada http://skpm.fema.ipb.ac.id/profil/tokoh/sajogyo/ Diakses pada tanggal 2 Desember 2012.

Soekartawi. 1991. Agribisnis Teori dan Aplikasinya. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Soekartawi. 1995. Analisis Usahatani. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Soekartawi. 2000. Pengantar Agroindustri. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.


(63)

Lampung. Bandar Lampung.

Tim Penyusun. 2009. Format Penulisan Karya Ilmiah. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Yatono. 2004. Analisis Nilai Tambah, Pendapatan, Kesejahteraan Rumah Tangga Agroindustri Berbahan Baku Kedelai (Tempe dan Tahu) di Desa Candiretno Kecamatan Pagelaran Kabupaten Tanggamus. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. Bandar Lampung.


(1)

93

di Pulau Pasaran Kota Bandar Lampung, tahun 2013 memberikan nilai tambah (positif).

3. Kesempatan kerja yang diciptakan dari kegiatan klaster industri pengolahan ikan teri kering di Pulau Pasaran dibagi menjadi empat kelompok utama, yaitu tenaga kerja di laut, tenaga kerja di darat, tenaga kerja pensortir, dan tenaga kerja pengolah produk turunan. Kesempatan kerja yang tercipta pada klaster industri ikan teri kering di Pulau Pasaran Kota Bandar Lampung, tahun 2013 sebanyak 1.650 orang tenaga kerja. 4. Dalam pelaksanaanya program pengembangan klaster industri ikan teri kering di Pulau Pasaran memberikan manfaat dan keuntungan dalam : a. Mendorong penyerapan tenaga kerja.

b. Meningkatkan promosi dan pemasaran produk unggulan lokal, hal ini didukung dengan akan dibuatnya merk produk ikan teri kering hasil pengolahan di Pulau Pasaran dengan nama “Teri Siger”.

c. Terbentuknya kelompok pengolahan ikan teri kering kering yang solid dan mandiri, telah terbentuk lima kelompok pengolah ikan teri kering di Pulau Pasaran. Kelompok pengolah tersebut antara lain : Putra Pidada, Putra Permana, Welas Asih, Waluya, dan Usaha Bahari. d. Mengembangkan produk turunan

e. Meningkatkan akses pembiayaan pengolahan ikan teri kering kering di Pulau Pasaran kepada perbankan.

f. Terbentuknya lembaga lokal, yaitu Koperasi Perikanan Mitra Karya Bahari.


(2)

94

g. Pendampingan secara intensif oleh pemerintah, dinas, dan instansi terkait.

h. Pemberian bantuan oleh Pemerintah, Dinas, dan Instansi terkait, antara lain.

5. Permasalahan yang ada di dalam klaster pengolahan ikan teri kering di Pulau Pasaran dapat digolongkan menjadi dua kelompok utama yaitu permasalahan fisik klaster biasanya timbul dari keadaan lingkungan Pulau Pasarab dan permasalahan non fisik klaster biasa timbul dari para

pengolah dan masyarakat.

B. Saran

Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka saran yang dapat diajukan dalam penelitian ini adalah :

1. Bagi pengolah ikan teri kering Pulau Pasaran, sebaiknya para pengolah memiliki pembukuan untuk mengetahui biaya-biaya dan pendapatan yang diterima. Pengolah sebaiknya mampu membuat produk turunan ikan teri kering sehingga dapat menambah pendapatan.

2. Bagi pemerintah, dinas ataupun instansi terkait, dibutuhkan pendampingan secara intensif untuk merubah pola pikir masyarakat sehingga

pembangunan di Pulau Pasaran lebih cepat berjalan, sosialisasi mengenai gizi ikan teri kering sehingga mengubah paradigma masyarakat terhadap gizi ikan teri kering, dan pemberian bantuan yang tepat guna


(3)

95

Bandar Lampung. Sehingga produk yang dihasilakan menjadi produk yang memiliki nilai tambah yang lebih tinggi dan mampu menjadi motor penggerak ekonomi wilayah pesisir di Kota Bandar Lampung.

3. Bagi peneliti lain, disarankan agar meneliti lebih lanjut mengenai aspek kelayakan (finansial) dan pemasaran pengolahan ikan teri kering agar pengolahan ikan teri kering di Pulau Pasaran Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung lebih baik lagi.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Adawyah, R. 2008. Pengolahan dan Pengawetan Ikan. Bumi Aksara. Jakarta. Affandi, M.I. 2010. Konsentrasi Spasial, Kekuatan Aglomerasi, dan Klaster

Sektor Agroindustri di Propinsi Lampung. Prosiding Seminar Sehari Hasil – Hasil Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Lampung. Universitas Lampung. Bandar Lampung. Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka

Cipta. Jakarta.

Badan Pusat Statistik. 2012. Lampung dalam Angka 2010. Bandar Lampung : Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung. Bandar lampung.

Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung. 2012. Gambaran umum Kota Bandar Lampung. Bandar Lampung. BPS Provinsi Lampung.

Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung. 2012. Gambaran umum Kecamatan Teluk Betung Barat. Bandar Lampung. BPS Provinsi Lampung. Badan Pusat Statistik Kota Bandar Lampung. 2012. Gambaran umum

Kelurahan Kota Karang. Bandar Lampung. BPS Provinsi Lampung. Bank Indonesia. 2010. Profil Pengolahan Ikan Kering Pulau Pasaran. Bandar

Lampung.

Bungin, B. 2005. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Kencana Prenada Media Group. Jakarta.

Burhanuddin, dan A. Iqbal. 2008. Ikhtiologi Ikan dan Aspek Kehidupannya. Yayasan Citra Emulsi. Makassar.

Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Lampung. 2011. Produksi Ikan Olahan di Provinsi Lampung 2009. Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Lampung. Bandar Lampung.

Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Lampung. 2011. Sentra Pengolahan Ikan di Kota Bandar Lampung 2009. Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Lampung. Bandar Lampung.


(5)

Djamal Rachman, dkk. 2012. Pengembangan Industri Makanan Olahan Berbahan Baku Ikan Laut di Jawa Tengah. Badan Peneliti dan Pengembangan Kementrian Dalam Negeri. Jakarta.

Djuhanda, T. 1980. Dunia Ikan. Armico. Bandung. 191 hlm.

Downey, W.D dan Erickson, S.P. 1998. Manajemen Agribisisnis. Erlangga. Jakarta.

Fadliilah. 2012. Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kecil. Studi Kasus di Sentra Industri Kecil Ikan Asin di Kota Tegal. Skripsi. Fakultas Ekonomika dan Bisnis. Jurusan Ekonomi dan Studi Pembangunan. Universitas Diponogoro. Semarang.

Halimatussa’kdiah. 2005. Keragaan Agribisnisnis Ikan di Pulau Pasaran

Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung. Skripsi. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Hestiningsih. 2011. Landasan Teori Klaster dan Managemen Klaster. Kencana Prenada Media Group. Jakarta.

Irawan, B. 2011. Analisis Pendapatan dan Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga Petani Pada Agroekosistem Marjinal Tipe Sawah Tadah Hujan dan Lahan Kering di Kabupaten Lampung Selatan. Skripsi. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Iriany, A. 2010. Nilai Tambah dan Penerimaan Keripik Singkong di Malang. Jurnal Penelitian Pertanian Tropika. Vol. 18 No. 2 Hlm. 184-191. Fakultas Pertanian. Universitas Muhammadyah Malang. Malang. Mahasari,K. 2013. Pendapatan dan Kesejahteraan Rumah Tangga Pengolahan

Teri Asin di Pulau Pasaran Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung. Skripsi. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas

Pertanian. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Sayogyo. 1990. Tersedia pada http://skpm.fema.ipb.ac.id/profil/tokoh/sajogyo/ Diakses pada tanggal 2 Desember 2012.

Soekartawi. 1991. Agribisnis Teori dan Aplikasinya. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Soekartawi. 1995. Analisis Usahatani. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Soekartawi. 2000. Pengantar Agroindustri. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.


(6)

Tiasarie. 2010. Analisis Nilai Tambah, Pendapatan dan Harga Pokok Produksi (HPP) Pada Klaster Agroindustri Berbasis Kedelai ( Tahu Dan Tempe) di Kecamatan Metro Barat. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas

Lampung. Bandar Lampung.

Tim Penyusun. 2009. Format Penulisan Karya Ilmiah. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Yatono. 2004. Analisis Nilai Tambah, Pendapatan, Kesejahteraan Rumah Tangga Agroindustri Berbahan Baku Kedelai (Tempe dan Tahu) di Desa Candiretno Kecamatan Pagelaran Kabupaten Tanggamus. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. Bandar Lampung.