JUDUL INDONESIA: IMPLEMENTASI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (Studi Kasus di SMPN 3 Kotabumi Kecamatan Kotabumi Selatan Kabupaten Lampung Utara) JUDUL INGGRIS: THE IMPLEMENTATION OF SCHOOL BASED MANAGEMENT (Case Study on SMPN 3 Kotabumi in South Kotabumi Dist

(1)

ABSTRAK

IMPLEMENTASI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH

(Studi Kasus di SMPN 3 Kotabumi Kecamatan Kotabumi Selatan Kabupaten Lampung Utara)

Oleh LIZA YULISNA

Tujuan dari penelitian adalah untuk mendeskripsikan dan menganalisis: Pengelolaan kurikulum dan pembelajaran dalam implementasi MBS, Pengelolaan kesiswaan; Pengelolaan tenaga pendidik dan kependidikan; Pengelolaan sarana prasarana; Pengelolaan pembiayaan; Pengelolaan Humas; Pengelolaan lingkungan dan budaya. Jenis penelitian adalah kualitatif dengan rancangan studi kasus, dengan teknik pengumpulan data melalui observasi, dokumentasi dan wawancara. Sumber data adalah kepala sekolah SMPN 3 Kotabumi Kecamatan Kotabumi Selatan Kabupaten Lampung Utara, guru, tata usaha, ketua komite dan siswa. Pengecekan keabsahan data dilakukan dengan triangulasi, yaitu membandingkan observasi dengan dokumen dan hasil wawancara.

Hasil penelitian adalah: Pengelolaan kurikulum dan pembelajaran proses pembelajaran sudah berjalan meskipun terdapat kendala seperti sarana prasarana pendidikan, dan waktu pelaksanaan proses pembelajaran yang tidak sesuai jadwal; Pengelolaan kesiswaan sudah berjalan dengan cara siswa diberikan kesempatan menyalurkan bakat dan minat pada kegiatan ekstrakurikuler; Kendalanya terdapat siswa yang diterima melalui jalur bina lingkungan dan jumlahnya ditentukan serta untuk yang tidak menggunakan jalur tersebut melalui nilai STTB dan tes yang sudah disepakati; Pengelolaan tenaga pendidik dan kependidikan seperti Pembagian tugas berdasarkan SK. Kendalanya yaitu masih ada guru yang mengajar tidak linier dengan kualifikasi dengan ijazah yang dimiliki; Pengelolaan sarana prasarana sesuai dengan kebutuhan, namun terdapat kendala yaitu siswa belum seutuhnya sadar untuk menjaga dan merawat fasilitas seperti menjaga dan sungkan membersihkan atau merawat jika tidak dikomando oleh guru; Pengelolaan pembiayaan masih menemukan kendala, mengingat biaya tak terduga yang alokasi dana tidak masuk dalam anggaran.; Pengelolaan Humas esensi hubungan sekolah-masyarakat adalah untuk meningkatkan keterlibatan, kepedulian, kepemilikan, dan dukungan dari masyarakat, terutama dukungan moral dan finansial. Kendalanya yaitu masih ada guru dan murid yang tidak datang saat rapat; Pengelolaan lingkungan dan budaya menciptakan suasana kondusif dalam lingkungan sekolah berupa norma-norma seperti solat duha bersama, awal bulan pada hari jumat diadakan bersih-bersih kelas dan lingkungan sekolah bersama dan lomba kebersihan kelas dipandu oleh wali kelas masing-masing. Kendalanya masih ada warga sekolah yang tidak mendukung program sekolah terkait pembinaan lingkungan dan budaya seperti pembuangan sampah organik dan an organik ke dalam kotak sampah yang telah disediakan.


(2)

THE IMPLEMENTATION OF SCHOOL BASED MANAGEMENT (Case Study on SMPN 3 Kotabumi in South Kotabumi District

in North Lampung Regency) By

LIZA YULISNA

The purpose of this research is to describe and analyze: Curriculum and learning SBM, management of students, management educators and educational, facilities management, finance management, management of public relations, enverontmental managemrnent and culture. This research kind qualitative with case study plan, with data collecting technique passes observation, documentation and interview. data source headmaster smpn 3 Kotabumi district Kotabumi south regency floats north, teacher, administration, committee chairman and student. data validity verification is done with triangulating, that is compare observation with document and interview result.

Result of research are Management of curriculum and study of study process have walked though there are constraint like medium of prasarana education, and time execution of inappropriate study process of schedule; Management of student have walked by student given by opportunity channel enthusiasm and talent at extracurricular activity; Its constraint there are accepted student throug] band construct environment and amount is determined and also for the things donot use the the band through value of STTB and of tes which have been agreed on; Management of educator energy and of kependidikan like Division of duty pursuant to SK. Its Constraint that is there is still learn which teaching is not linear with kualifikasi with diploma had; Management of medium of prasarana as according to requirement, but there are constraint that is student not yet as intact as conciousness to take care of and take care of facility like taking care of and sungkan clean or take care of otherwise commanded by teacher; Management of defrayal still find constraint, considering contingency which fund allocation] not enter in budget.; Management of Liaison of esensi relation of sekolah-masyarakat is to improve involvement, caring, ownership of, and support of society, especially moral support and of finansial. Its constraint that is there is still learn and pupil which do not come meeting moment; Management of culture and environment create atmosphere of kondusif in environment go to school in the form of norms like duha solat with, early month;moon on jumat performed by class cleannesss and environment go to school with and race hygiene of class guided by each class sponsor. Its constraint of school citizen which there is still do not support relevan school program of construction of culture and environment like dismissal of organic garbage and organic an into garbage box which have been provided.


(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kotabumi 22 Juli 1971, anak kelima dari lima bersaudara pasangan Bapak Muzakkir Hak da Ibu Radja Asli. Pendidikan Sekolah Dasar di SDN 16 Kotabumi tahun 1984, Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Kotabumi tahun 1987, Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Kotabumi tahun 1990. Pada tahun 1991 melanjutkan pendidikan di Universitas Lampung Progran Studi Fisika Jurusan Pendidikan MIPA. Pada Tahun 2012 penulis terdaftar sebagai mahasiswa program studi Magister Manajemen Pendidkan FKIP Universitas Lampung.

Pekerjaan :

Tahun 1998 diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil di SMP Negeri 2 Pagar Alam Sumatera Selatan sampai tahun 2006, pada tahun 2007 penulis mutasi ke SMP Negeri 3 Kotabumi Lampung Utara hingga sekarang.


(8)

“Pendidikan adalah perlengkapan paling baik untuk hari tua, optimis karena kehidupan terus berputar”


(9)

PERSEMBAHAN

Segala puji syukur bagi Allah SWT yang telah memberi rahmat dan hidayahnya serta kesempatan kepada penulis sehingga selesai tesis yang sederhana ini kupersembahkan kepada :

1. Suamiku Sunarto, S.Pd dan kedua Anakku Zahara Youlanda Usman, Linar Aura Balqis serta Mertuaku Tuminah Tobin, Kakanda Ir. Mukifli Novem, Fitrianita, M.Pd, Zaklina Septi, SE, Dra. Masnuni Septa, Dra. Maria Yunita.

2. Dosenku di Program Studi Magister Manajemen Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung yang telah banyak memberikan ilmu yang berguna.

3. Almamater tercinta Universitas Lampung.


(10)

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat dan hidayahNya, sehingga penelitian ini dapat diselesaikan sebagai syarat untuk mendapatkan gelar Magister Manajemen Pendidikan pada Program Pasca Sarjana Magister Manajemen Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Pada kesempatan ini penulis ingin memberikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Ir. Sugeng Harianto, M.S. selaku Rektor Universitas Lampung yang telah memfasilitasi dalam penulisan sehingga selesainya tesis ini. 2. Prof. Dr. Sudjarwo, M.S. selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas

Lampung dan selaku Penguji Utama yang telah memfasilitasi dalam penulisan sehingga selesainya tesis ini.

3. Dr. Bujang Rahman, M.Si. selaku Dekan FKIP Universitas Lampung yang telah memfasilitasi dalam penulisan sehingga selesainya tesis ini.

4. Dr. Irawan Suntoro,M.S selaku Ketua Program Pascasarjana Manajemen Pendidikan FKIP Universitas Lampung dan selaku Pembimbing II.

5. Dr. Sowiyah, M.Pd. selaku Sekretaris Program Pascasarjana Manajemen Pendidikan FKIP Universitas Lampung dan selaku Pembimbing I yang telah memberi masukan, saran dan motivasi secara moril dan materiil sehingga penelitian ini dapat diselesaikan.

6. Dr. Alben Ambarita, M.Pd. selaku dosen Penguji II yang telah memberikan masukan, saran dan motivasi secara moril dan materiil sehingga penelitian ini dapat diselesaikan.

7. Bapak/Ibu dosen pengampu mata kuliah di Program Pasca Sarjana Manajemen Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung, yang telah memberikan motivasi demi kelancaran penulisan tesis.


(11)

8. Sri Masyitoh, S.Pd. selaku Kepala Sekolah SMPN 3 Kotabumi di Kecamatan Kotabumi Selatan Kabupaten Lampung Utara selaku informan yang telah memberi banyak informasi dan data yang penulis butuhkan dalam penelitian.

9. Guru dan warga sekolah SMPN 3 Kotabumi di Kecamatan Kotabumi Selatan Kabupaten Lampung Utara selaku informan yang turut berpartisipasi dalam penelitian ini.

10. Seluruh rekan-rekan mahasiswa Program Pasca Sarjana Manajemen Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung yang telah banyak memberikan masukan dan sumbang saran kepada penulis serta pihak-pihak lain yang telah membantu dalam penulisan tesis ini.

Akhirnya penulis berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi kita semua yang membaca demi kemajuan dunia pendidikan kita, amin.

Lampung Utara, 20 Juni 2014 Penulis


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ………. v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Fokus Penelitian ... 7

1.3 Pertanyaan Penelitian ... 8

1.4 Tujuan Penelitian ... 8

1.5 Kegunaan Penelitian ... 8

1.6 Definisi Istilah ... 9

II. KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR ... 12

2.1Mutu Pendidikan ... 12

2.2Manajemen Pendidikan ... 16

2.3Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah ... 19

2.3.1 Pengelolaan Kurikulum dan Pembelajaran... 23

2.3.2 Pengelolaan Kesiswaan... 25

2.3.3 Pengelolaan Tenaga Pendidik dan Kependidikan... 26

2.3.4 Pengelolaan Sarana dan Prasarana... 27

2.3.5 Pengelolaan Pembiayaan...………... 29

2.3.6 Pengelolaan Humas... ... 30


(13)

2.4Pemberdayaan Warga Sekolah dalam Implementasi MBS ... 42

2.7 Kerangka Pikir ... 49

III. METODE PENELITIAN ... 51

3.1 Latar Penelitian ... 51

3.2 Pendekatan dan Rancangan Penelitian ... 52

3.3 Kehadiran Peneliti ... 53

3.4 Sumber Data Penelitian ... 55

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 57

3.6 Analisis Data ... 62

3.7 Pengecekan Keabsahan Data ... 66 3.8 Tahapan Penelitian ... 68

IV. PAPARAN DATA, TEMUAN DAN PEMBAHASAN ... 72

4.1 Profil Tempat Penelitian ... 72

4.2 Paparan Data ... 78

4.3 Temuan Penelitian ... 98

4.4 Pembahasan ... 107

V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... 116

5.1 Kesimpulan ... 116

5.2 Implikasi ... 117

5.3 Saran ... 118

DAFTAR PUSTAKA ... 121


(14)

Tabel Halaman

1.1 Tenaga Pendidik dan Kependidikan SMPN 3 Kotabumi ... 5

1.2 Prestasi Siswa SMPN 3 Kotabumi ……... 2

2.1 Dimensi-dimensi Perubahan Pola Manajemen Pendidikan Dari Berbasis Pusat Menuju Berbasis Sekolah... 20

3.1 Informan Dalam Penelitian………56

3.2 Pengkodean Teknik Pengumpulan Data... 56

3.3 Setting dan Peristiwa yang diamati ………..57

3.4 Daftar Pertanyaan Wawancara………... 60

3.5 Daftar Dokumentasi... 62

4.1 Matriks Pengelolaan Kurikulum dalam Implementasi PBM .……. 84

4.2 Matrik Pengelolaan Siswa dalam Implementasi MBS ... 87

4.3 Matrik Pengelolaan Tenaga Pendidik dan Kependidikan dalam Implementasi MBS... 90

4.4 Matriks Pengelolaan Sarana Prasarana dalam Implementasi PBM... 91

4.5 Pengelolaan Pembiayaan dalam Implementasi MBS …………... 94

4.6 Matrik Pengelolaan Humas SMP N 3 Kotabumi... 96


(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Kerangka Pikir Penelitian….……….... 50 3.1 Pola Interaktif Data Penelitian Miles dan Hubberman………... 55 4.1 Diagram Konteks Pengelolaan Kurikulum dalam Implementasi MBS....99 4.2 Diagram Konteks Pengelolaan Kesiswaan dalam Implementasi MBS...100 4.3 Diagram Konteks Pengelolaan Tenaga Pendidik dan Kependidikan dalam

Implementasi MBS...102 4.4 Diagram Konteks Pengelolaan Sarana Prasarana dalam

Implementasi MBS...103 4.5 Diagram Konteks Pengelolaan Pembiayaan dalam Implementasi MBS..104 4.6 Diagram Konteks Pengelolaan Humas dalam Implementasi MBS...105 4.7 Diagram Konteks Pengelolaan Lingkungan dan Budaya dalam


(16)

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Secara konseptual desentralisasi pendidikan adalah suatu proses dimana suatu lembaga yang lebih rendah kedudukannya menerima pelimpahan kewenangan untuk melaksanakan segala tugas pelaksanaan pendidikan termasuk pemanfaatan segala sarana dan prasarana yang ada serta penyusunan kebijakan dan pembiayaan. Isu terpenting dari desentralisasi pendidikan adalah otoritas yang diserahkan. Penyerahan wewenang dan tanggung jawab pendidikan dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah, dari pemerintah daerah tingkat I kepada pemerintah daerah tingkat II dan dari pemerintah daerah tingkat II kepada sekolah dan bahkan dari sekolah kepada guru, tetapi harus tetap dalam kerangka pendidikan nasional.

Manajemen pendidikan berbasis pusat yang selama ini telah dilakukan memiliki banyak kelemahan, antara lain keputusan pusat yang sering kurang sesuai dengan kebutuhan sekolah, administrasi yang berlebihan yang dikarenakan berlapis-lapis birokrasi yang terlalu banyak telah menyebabkan kelambatan dalam menangani setiap permasalahan sehingga kurang optimalnya kinerja sekolah. Manajemen berbasis pusat juga telah menghambat daya kreativitas sekolah dan mengikis habis rasa kepemilikan warga sekolah terhadap sekolahnya.


(17)

2

Pengelolaan khusus di bidang pendidikan yang dikenal dengan otonomi pendidikan melatar belakangi penerapan manajemen berbasis sekolah pada setiap lembaga pendidikan. Dengan penerapan demokrasi pendidikan ini dalam kerangka manajemen berbasis sekolah, masing-masing lembaga dihadapkan dengan berbagai masalah dan tuntutan seiring perkembangan di segala bidang. Sekolah diberikan otonomi yang lebih besar dalam kewenangan dan pengelolaan dengan menerapkan keputusan partisipasif, dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan berdasarkan kebijakan pendidikan nasional.

Diberlakukannya paradigma baru ini memungkinkan sekolah memiliki otonomi yang seluas-luasnya, yang menuntut peran masyarakat secara optimal, dan menjamin kebijakan nasional yang terabaikan. Selama ini masyarakat sebagai bagian tak terpisahkan dari pengelolaan pendidikan seringkali hanya bersifat “pelengkap”. Sekolah yang merupakan “kepanjangan tangan” pemerintah seringkali meletakkan dan memposisikan masyarakat sebagai pendukung kebijakan sekolah. Karena itu peran masyarakat yang mestinya sejajar dengan sekolah tidak tampak. Bahkan masyarakat dimarjinalkan karena dianggap sebagai pelengkap belaka.

Akan tetapi dengan paradigma baru ini, sekolah sebagai lembaga pendidikan terdepan memiliki wewenang yang besar dalam mengelola dan menentukan arah pertumbuhan dan perkembagan lembaganya. Selain itu, dengan MBS peran serta masyarakat menduduki tempat yang urgent karena disini sekolah dituntut untuk mandiri walaupun masih harus mengacu pada kebijakan atau acuan yang telah ditetapkan oleh pemerintah (tujuan pendidikan nasional). Masyarakatlah yang


(18)

tahu persis apa yang menjadi kebutuhannya dan apa yang diharapkannya dari generasi muda di masa mendatang. Di samping itu, setiap masyarakat mempunyai budaya dan adat istiadat yang beranekaragam, sehingga antara masyarakat yang satu dengan yang lainnya mempunyai kebutuhan yang berbeda.

Kebijakan dari manajemen berbasis sekolah erat kaitannya dengan UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, UU No. 32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah dan UU No. 33 Tahun 2004. Kebijakan tersebut merupakan paradigma baru yang telah memberikan kewenangan kepada sekolah dan masyarakat setempat untuk mengelola pendidikan. Model ini juga akan menyerahkan fungsi kontrol berada pada pemerintah kepada masyarakat melalui dewan sekolah yang sementara fungsi monitor tetap pada pemerintah. Dengan demikian disimpulkan bahwa latar belakang pemikiran diterapkannya MBS adalah keprihatinan akan rendahnya mutu pendidikan, terutama untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah.

SMPN 3 Kotabumi adalah salah satu lembaga pendidikan di Lampung Utara yang berkomitmen terhadap mutu agar mampu menjadi sekolah terbaik di Lampung Utara. SMPN 3 Kotabumi dituntut untuk memiliki kualitas baik sehingga harus terus mencari sesuatu yang baru dan mampu mengembangkan ide-ide baru dalam pembelajaran dan pola manajemen yang tepat bagi warga sekolah. Menjawab persoalan bagaimana memberikan kualitas yang terbaik, SMPN 3 Kotabumi selalu berusaha untuk meningkatkan kualitas dengan memperbaiki sistem yang ada melalui Manajemen Berbasis Sekolah, dengan program peningkatan/ pengembangan SDM, sarana dan prasarana dan pembiayaan. Program


(19)

4

pengembangan SDM agar profesional adalah program wajib bagi warga sekolah, sedangkan pengembangan sarana dan prasarana disesuaikan dengan biaya yang ada dan program peningkatan biaya sekolah berusaha membuat program yang ditujukan kepada pemerintah, komite dan dunia usaha, hal itu semua untuk meningkatkan kualitas sekolah.

SMPN 3 Kotabumi sangat memperhatikan kualitas para siswa baik di bidang akademik maupun non akademik dan dalam mempertahankan prestasinya diperlukan manajemen yang efektif dan mampu meningkatkan kualitas SMPN 3 Kotabumi. Kualitas disini tidak hanya menyangkut kualitas pembelajaran tapi kualitas menyeluruh, baik untuk siswa, guru, kepala sekolah, staf maupun orang tua siswa, sehingga mampu menjaga dan mempertahankan apa yang telah dilakukan saat ini, agar mampu bersaing dalam bidang pendidikan di Lampung Utara.

Dalam peningkatan mutu pendidikan di SMPN 3 Kotabumi, diperlukan upaya pengelolaan pendidikan yang lebih tertata baik, dan yang dimaksudkan dalam hal ini adalah manajemen berbasis sekolah. Adapun Visi SMP Negeri 3 Kotabumi yaitu mewujudkan siswa smp negeri 3 kotabumi menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada tuhan yang maha esa, berilmu pengetahuan, cerdas, terampil dan mandiri. Berikut Tabel tenaga pendidik dan kependidikan yang mengajar di SMP Negeri 3 Kotabumi.


(20)

Tabel 1.1 Tenaga Pendidik dan Kependidikan SMPN 3 Kotabumi

NO STATUS

PENDIDIKAN TERAKHIR

JML SLTA D1 /

D2 D3 S1 S2

1 Guru PNS - - - 55 - 55

2 Guru Honor - - - -

5 Karyawan / TU 4 1 3 2 - 10

Jumlah Total 4 4 3 57 - 65

Sumber: Dokumentasi SMP Negeri 3 Kotabumi Tahun 2013 Berikut prestasi yang telah diraih siswa-siswi SMPN 3 Kotabumi: Tabel 1.2. Prestasi Siswa SMPN 3 Kotabumi

No. Jenis Lomba/Dalam Rangka Tahun Juara

1. Lomba cerdas cermat tingkat kabupaten

2013 Juara 1

2. Lomba footsall tingkat kabupaten 2013 Juara 2

3. Lomba basket tingkat kabupaten 2013 Juara harapan 3

4. Lomba pidato bahasa inggris tingkat kabupaten

2013 Juara 2

5. Lomba OSN tingkat kabupaten 2013 Juara 2

6. Lomba Tari Kreasi Daerah tingkat propinsi

2013 Juara 3

Sumber: Dokumentasi Prestasi Siswa SMPN 3 Kotabumi Tahun 2013

Tabel di atas menunjukkan prestasi siswa SMPN 3 Kotabumi, selain itu guru SMPN 3 Kotabumi berprestasi di bidang penulisan karya ilmiah Penelitian Tindakan Kelas tingkat propinsi juara II pada tahun 2010 dan mendapatkan juara I tingkat Kabupaten tahun 2011.

Dari informasi yang didapat pada saat survei, diketahui bahwa kekurangan dana adalah masalah yang paling banyak ditemukan dalam pelaksanaan implementasi


(21)

6

MBS, begitupun bantuan yang sudah ada aturannya sehingga pihak sekolah harus menerima apa adanya, dapat disimpulkan bahwa dana masih harus digali agar semua program tidak mengalami kendala dan juga aturan yang datang dari atasan harus dilaksanakan sebagaimana mestinya.

Berdasarkan survei yang dilakukan peneliti di SMPN 3 Kotabumi Kecamatan Kotabumi Selatan Kabupaten Lampung Utara pada 2 Mei 2013, diketahui bahwa Manajemen Basis Sekolah (MBS) telah dilaksanakan sejak tahun 2006. Namun demikian, kenyataan yang ditunjukkan saat ini MBS masih dalam tatanan konseptual yang masih belum sepenuhnya diterapkan, yang sangat dimungkinkan dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor baik internal maupun eksternal. Di samping hal-hal lain seperti perumusan kebijakan arah pendidikan yang direncanakan.

Hasil survei peneliti menunjukkan bahwa MBS di SMPN 3 Kota Bumi belum sepenuhnya berjalan. Hal ini terlihat pada terdistribusi jam mengajar tida sesuai jadwl, selain itu peneliti lihat masih terdapat guru yang mengajar tidak linier, serta sarana prasarana belum semua terpenuhi.

Bertolak dari uraian latar belakang belakang di atas, penulis tertarik untuk mengangkat permasalahan tersebut sehingga dapat ditindaklanjuti dalam bentuk kegiatan penelitian, terutama mengenai implementasi MBS di SMP Negeri 3 Kotabumi. SMPN 3 Kotabumi Kecamatan Kotabumi Selatan Kabupaten Lampung Utara dipilih sebagai lokasi penelitian dengan pertimbangan bahwa sekolah ini termasuk kategori sekolah “unggulan” dan juga letak sekolahnya berada pada lokasi strategis di jantung kota.


(22)

1.2 Fokus Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, karena itu maka fokus utama penelitian ini adalah bagaimanakah implementasi manajemen berbasis sekolah di SMPN 3 Kotabumi Kecamatan Kotabumi Selatan Kabupaten Lampung Utara. Adapun yang menjadi sub fokus penelitian ini sebagai berikut:

1.2.1 Pengelolaan kurikulum dan pembelajaran dalam implementasi MBS. 1.2.2 Pengelolaan kesiswaan dalam implementasi MBS.

1.2.3 Pengelolaan tenaga pendidik dan kependidikan dalam implementasi MBS. 1.2.4 Pengelolaan sarana prasarana dalam implementasi MBS.

1.2.5 Pengelolaan pembiayaan dalam implementasi MBS. 1.2.6 Pengelolaan Humas dalam implementasi MBS

1.2.7 Pengelolaan lingkungan dan budaya dalam implementasi MBS.

1.3 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan fokus penelitian yakni implementasi MBS, maka dapat disusun pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1.3.1 Pengelolaan kurikulum dan pembelajaran dalam implementasi MBS? 1.3.2 Pengelolaan kesiswaan dalam implementasi MBS?

1.3.3 Pengelolaan tenaga pendidik dan kependidikan dalam implementasi MBS? 1.3.4 Pengelolaan sarana prasarana dalam implementasi MBS?

1.3.5 Pengelolaan pembiayaan dalam implementasi MBS? 1.3.6 Pengelolaan Humas dalam implementasi MBS?


(23)

8

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan fokus penelitian serta pertanyaan penelitian di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mendeskripsikan: 1.4.1 Pengelolaan kurikulum dan pembelajaran dalam implementasi MBS. 1.4.2 Pengelolaan kesiswaan dalam implementasi MBS.

1.4.3 Pengelolaan tenaga pendidik dan kependidikan dalam implementasi MBS. 1.4.4 Pengelolaan sarana prasarana dalam implementasi MBS.

1.4.5 Pengelolaan pembiayaan dalam implementasi MBS. 1.4.6 Pengelolaan Humas dalam implementasi MBS

1.4.7 Pengelolaan lingkungan dan budaya dalam implementasi MBS.

1.5 Kegunaan Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kegunaan penelitian ini sebagai berikut:

1.5.1 Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk membuat sebuah pedoman dalam upaya peningkatan mutu pendidikan melalui Manajemen Berbasis Sekolah, agar memperoleh hasil yang maksimal dan dapat memberikan informasi kepada stakeholder dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan.


(24)

1.5.2 Secara Praktis

1.5.2.1 Bagi guru dan karyawan untuk meningkatkan kualitas penyelenggaraan pendidikan lingkup SMP Negeri 3 Kotabumi.

1.5.2.2 Bagi Kepala sekolah dan wakil kepala sekolah SMPN 3 Kotabumi dapat dijadikan sebagai masukan untuk kemajuan dan pengembangan SMPN 3 Kotabumi.

1.5.2.3 Bagi Dinas Pendidikan sebagai bahan masukan dan informasi yang positif terhadap optimalisasi pengelolaan penyelenggaraan pendidikan di SMP Negeri 3 Kotabumi.

1.5.2.4 Bagi Komite Sekolah dapat dijadikan sebagai masukan dalam mencari dana untuk pengembangan sekolah.

1.5.2.5 Bagi peneliti, menambah wawasan peneliti tentang manajemen berbasis sekolah .

1.6 Definisi Istilah

Untuk menghindari salah penafsiran dalam penelitian ini maka perlu adanya penjelasan dari judul Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (Studi Kasus di SMPN 3 Kotabumi Kecamatan Kotabumi Selatan Kabupaten Lampung Utara) adalah sebagai berikut:

1.6.1 Implementasi adalah pelaksanaan atau penerapan, kata implementasi bermuara pada aktivitas, adanya aksi, tindakan atau mekanisme suatu sistem. Mekanisme disini mengandung arti bahwa implementasi bukan sekedar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana dan dilakukan


(25)

10

dengan sungguh-sungguh berdasarkan acuan norma tertentu untuk mencapai tujuan kegiatan.

1.6.2 Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) adalah model manajemen yang memberikan otonomi dalam mengelola sumber daya yang dilakukan secara mandiri oleh sekolah dengan melibatkan semua kelompok kepentingan yang terkait dengan sekolah secara langsung dalam proses pengambilan keputusan untuk memenuhi kebutuhan mutu sekolah atau mencapai tujuan mutu sekolah dalam pendidikan nasional.

1.6.3 SMPN 3 Kotabumi adalah penyelenggara pendidikan formal yang berlokasi di Jalan Wredatama Nomor 56/B Kecamatan Kotabumi Selatan Kabupaten Lampung Utara sebagai tempat penelitian.

1.6.4Pengelolaan kurikulum dan pembelajaran yaitu sekolah dapat mengembangkan namun tidak boleh mengurangi isi kurikulum yang berlaku secara nasional termasuk di dalamnya memilih strategi, metode dan teknik pembelajaran serta pengajaran yang paling efektif.

1.6.5 Pengelolaan kesiswaan suatu bentuk pertanggungjawaban dari penerimaan siswa baru, pengembangan, pembinaan, pembimbingan, penempatan untuk melanjutkan sekolah atau untuk memasuki dunia kerja hingga pengurusan alumni dari dulu telah didesentralisasika.

1.6.6 Pengelolaan tenaga pendidik dan kependidikan bentuk pengelolaan tenaga pendidik dan tenaga kependidikan dalam suatu sekolah dari pembgian tugas sampai pada perekrutann.


(26)

1.6.7 Pengelolaan sarana prasarana merupakan suatu kegiatan untuk mengatur dan mengelola sarana dan prasarana pendidikan secara efektif dan efisien dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.

1.6.8 Pengelolaan pembiayaan bentuk pertanggungjawaban kepada pihak yang berkepentingan atas kegiatan penerimaan, pengelolaan dan penggunaan keuangan dalam periode tertentu.


(27)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

2.1 Mutu Pendidikan

Istilah mutu dalam kehidupan sehari-hari digunakan dalam konteks yang luas, yang pada umumnya mengandung pengertian baik, bernilai dan bermanfaat. Persoalan baru akan muncul ketika kita mempertanyakan bagaimanakah sesuatu itu dianggap baik atau bernilai dan baik menurut siapa dan sebagainya. Untuk menjawab pertanyaan tersebut di atas tidaklah mudah mengingat konsep mutu merupakan suatu ide yang dinamis. Menurut Sallis E (2011: 51) terdapat dua konsep tentang mutu, yaitu sebuah konsep yang absolut sekaligus relatif.

2.1.1 Konsep Absolut

Berdasarkan pengertian absolut, mutu atau kualitas identik dengan kebaikan, keindahan, kebenaran, yakni segala sesuatu yang ideal. Dalam pengertian ini, sesuatu yang berkualitas adalah sesuatu yang memenuhi standar tertinggi yang tidak ada bandingannya.

2.1.2Konsep Relatif

Menurut konsep relatif, mutu bukan sebagai atribut suatu produk atau jasa, tetapi apa saja yang dipersyaratkan terhadap sesuatu. Sesuatu yang dianggap bermutu (produk barang dan jasa) apabila memenuhi spesifikasi/ persyaratan yang ditetapkan.


(28)

Berdasarkan dua konsep mutu di atas, maka dalam mendefinisikan pengertian mutu para ahli berbeda pendapat sesuai dengan sudut pandang masing-masing. Menurut Philips M. Cosby dalam Rahman, (2006: 59) bahwa manusia adalah vital bagi proses peningkatan mutu yang dideskripsikan dalam empat kualitas absolut berikut:

a. Kualitas merupakan kebutuhan mutlak yang harus disepakati; b. Sistem kualitas adalah prevensi;

c. Standar kinerja adalah menghilangkan kehancuran; dan d. Pengukuran kualitas adalah nilai yang harus disepakati.

Menurut Juran, Cosby dalam Rahman, (2006: 60) menggunakan empat belas langkah untuk meningkatkan mutu:

a. Komitmen mutu dalam manajemen harus jelas.

b. Adanya penyusunan tim kualitas dengan wakilnya dalam organisasi (gugus kendali mutu).

c. Menerapkan sosialisasi dan asesmen mutu yang menjadi pegangan setiap pekerja.

d. Adanya peningkatan terhadap pemahaman kualitas diantara setiap pekerja. e. Membuat tindakan korektif apabila ada masalah dalam manajemen.

f. Membentuk tim atau panitia untuk menghilangkan kesalahan. g. Memberi pelatihan kepada karyawan.

h. Menciptakan hari tanpa kesalahan.

i. Meningkatkan kepedulian para karyawan untuk menciptakan sasaran mutu dan pedoman mutu bagi kebutuhan pribadi mereka.


(29)

14

j. Memberikan bimbingan kepada para pekerja untuk selalu berkomunikasi dengan pimpinan mengenai hambatan-hambatan dalam mencapai sasaran mutu.

k. Pimpinan wajib mengenali siapapun yang berpartisipasi dalam meraih sasaran mutu.

l. Menyusun tim kualitas untuk melakukan peningkatan mutu secara terus menerus.

Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat dikemukakan bahwa kualitas atau mutu mempunyai unsur-unsur:

a. Meliputi usaha memenuhi atau melebihi harapan pelanggan. b. Mencakup produk jasa, manusia, proses dan lingkungan.

c. Merupakan kondisi yang selalu berubah (apa yang dianggap berkualitas saat ini mungkin dianggap kurang berkualitas pada saat yang lain).

d. Suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan.

Garvin dalam Umiarso dan Gojali (2010: 130-131) menyatakan bahwa dimensi mutu untuk menganalisa karakteristik kualitas produk adalah:

a. Performance atau kinerja, yaitu karakteristik utama yang menjadi pertimbangan pelanggan untuk membeli suatu produk.

b. Features, aspek kedua dari kinerja yang menambah fungsi dasar yang menyangkut pada pilihan dan pengembangannya yaitu keistimewaan tambahan, pelengkap atau tambahan.


(30)

c. Reliability atau keandalan, yang berkaitan dengan kemungkinan suatu produk yang berfungsi secara hasil dalam periode waktu tertentu di bawah kondisi tertentu. Keandalan merupakan karakteristik yang merefleksikan kemungkinan tingkat keberhasilan dalam penggunaan suatu produk.

d. Conformance, yaitu berkaitan dengan tingkat kesesuaian produk terhadap spesifikasi yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan keinginan pelanggan.

e. Durability, daya tahan produk sehingga dapat terus digunakan.

f. Service ability, adalah merupakan karakteristik yang berkaitan dengan kecepatan, kesopanan, kompetensi, kemudahan, serta penanganan keluhan yang memuaskan.

g. Aesthetic, nilai keindahan yang subyektif sehingga berkaitan dengan pertimbangan pribadi atau pilihan individual.

h. Perceived quality, berkaitan dengan reputasi atau kualitas yang dipersepsikan.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa mutu dapat diraih dengan kerja keras dari semua pihak yang ada di lingkungan kerja. Dari pemimpinnya sendiri yang harus mampu membuat sistem dengan gaya kepemimpinannya, sistem kerja yang ada, sehingga mampu membuat staf dan orang-orang yang terlibat didalamnya mampu bekerja dengan baik sehingga mampu menghasilkan produk yang sesuai dengan harapan dan keinginan masyarakat atau pelanggan. Mutu


(31)

16

adalah hasil kerja sama dari semua pihak yang ada di dalam sebuah lembaga atau organisasi.

Menurut konteks siswa, maka kualitas sekolah ditentukan oleh upaya untuk mewujudkan kemampuan-kemampuan refleksi diri dan inisiatif diri dari mereka. Sekolah mampu mendorong siswa dalam belajar, menguasai kompetensi akademik, sikap dan nilai-nilai yang memungkinkan mereka menjadi independen dan percaya diri dalam masyarakat. Pendidikan yang berkualitas akan memberdayakan siswa untuk bertindak otonom dan berbuat terbaik sesuai dengan yang mereka inginkan. Dalam konteks pendidikan, pengertian mutu dalam hal ini berpedoman pada konteks hasil pendidikan yang mengacu pada prestasi yang dicapai oleh sekolah pada setiap kurun waktu tertentu.

2.2 Manajemen Pendidikan

Berbagai macam teori klasik tentang manajemen, menurut Taylor manajemen adalah suatu percobaan yang sungguh-sungguh untuk menghadapi setiap persoalan yang timbul dalam pimpinan perusahaan (dan organisasi lain) atau setiap system kerjasama manusia dengan sikap dan jiwa seseorang sarjana dan dengan menggunakan alat-alat perumusan. Sedangkan menurut Terry (diakses dari internet, 07 Juli 2014) manajemen adalah suatu proses atau kerangka kerja yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang kea rah tujuan organisasional atau maksud-maksud nyata.

Manajemen yang baik adalah manajemen yang tidak jauh menyimpang dari konsep, dan sangat sesuai dengan obyek yang dilayani serta tempat organisasi itu


(32)

berada. Sebagai bagian dari suatu ilmu, manajemen seharusnya tidak menyimpang dari konsep manajemen yang sudah ada. Namun variasi bisa saja terjadi karena kreasi dan inovasi para manajer. Variasi ini berkaitan dengan objek yang ditangani di tempat dimana organisasi itu berada. Hal ini mengandung pengertian bahwa setiap objek membutuhkan cara tersendiri untuk menanganinya. Begitu pula masing -masing tempat organisasi memiliki situasi dan kondisi yang berbeda yang membutuhkan penyesuaian pula bagi manajemen pada organisasi.

Manajemen adalah suatu proses yang khas yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan dan mencapai tujuan yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya. Dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah suatu proses untuk mencapai tujuan, dimana proses tersebut terdiri dari fungsi-fungsi manajemen yang saling terkait dan tidak bisa dipisahkan, fungsi-fungsi tersebut adalah perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengontrolan. Kata proses mengandung makna keteraturan yang berisi tindakan yang berurutan.

Sementara itu Rue dan Byars (2000: 4) mengatakan,

Management is a form of work activities involves coordinating an organization’s resources-land, labour and capital-toward accomplishing organizational objectives”.

Manajemen adalah bentuk kerjasama dalam melaksanakan suatu aktivitas melalui pengkoordinasian dan pengorganisasian berbagai sumber seperti lahan, tenaga kerja dan modal dalam upaya mencapai tujuan organisasi. Definisi yang dikemukakan oleh Rue dan Byars dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah suatu proses yang hanya mencantumkan salah satu fungsi manajemen yaitu


(33)

18

coordinating dan mencantumkan sumber daya yang dikelola yaitu lahan, tenaga kerja dan modal untuk mencapai tujuan. Berdasarkan dari definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan manajemen adalah suatu proses yang sistematis, terkoordinasi dan kooperatif untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan yaitu dengan melalui proses perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengontrolan sehingga tujuan yang diinginkan tercapai.

Selanjutnya, berbicara tentang manajemen dan pendidikan tidak akan terlepas dari sistem, karena gerakan sistem merupakan sesuatu yang baru dan cocok diterapkan dalam bidang pendidikan pada umumnya dan manajemen khususnya.

Menurut Engkoswara dalam Usman (2007: 27) bahwa manajemen pendidikan dalam arti seluas-luasnya adalah suatu ilmu yang mempelajari penataan sumber daya yaitu sumber daya manusia, kurikulum atau sumber belajar dan sarana dan prasarana untuk mencapai tujuan pendidikan secara optimal dan tujuan pendidikan yang disepakati. Manajemen pendidikan pada dasarnya adalah suatu media belaka untuk mencapai tujuan pendidikan secara produktif yaitu efektif dan efisien.

Manajemen pendidikan suatu ilmu yang mempelajari sumber daya manusia, kurikulum, sarana prasarana untuk mencapai tujuan sekolah yang sudah disepakati secara efektif dan efisien.

Sedangkan menurut pendapat Abidin Nata (2008: 24) bahwa manajemen pendidikan adalah proses keseluruhan kegiatan bersama dalam bidang pendidikan yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pelaporan,


(34)

pengkoordinasian, pengawasan dan evaluasi, dengan menggunakan atau memanfaatkan sarana dan prasarana yang tersedia, baik personil, materil, maupun spiritual untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas bahwa manajemen pendidikan adalah suatu proses pencapaian tujuan pendidikan secara optimal dan efisien dengan menciptakan suasana yang baik bagi manusia dengan menggunakan dan memanfaatkan sarana prasarana yang tersedia.

2.3 Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah

Manajemen Berbasis Sekolah pada dasarnya dimulai dengan desentralisasi yang pada gilirannya dilanjutkan dengan pelimpahan suatu kewenangan dari kantor pusat kepada pihak sekolah yang dapat mencakup berbagai bentuk kewenangan atau kekuasaan dari yang sebagian kecil dan terbatas sampai pada yang hampir semuanya.

Sesuai dengan konsep Depdiknas (2001: 3) menyebutkan bahwa manajemen berbasis sekolah merupakan suatu model manajemen yang memberikan otonomi Iebih besar kepada sekolah dan mendorong pengambilan keputusan partisipatif yang melibatkan secara langsung semua warga sekolah: guru, siswa, kepala sekolah, karyawan, orang tua dan masyarakat untuk meningkatkan mutu sekolah berdasarkan kebijakan pendidikan nasional. Jadi Manajemen Berbasis Sekolah merupakan sebuah strategi untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui pelimpahan kewenangan dalam membuat keputusan dari pemerintah pusat kepada pihak sekolah. Manajemen Berbasis Sekolah memungkinkan kepala sekolah, guru, siswa, dan orang tua untuk dapat memberikan kontrol terhadap


(35)

20

proses pendidikan lebih optimal karena mereka diberikan tanggung jawab membuat keputusan tentang anggaran, ketenagaan, dan kurikulum. Melalui pelibatan semua pihak dalam membuat keputusan-keputusan kunci, diharapkan dapat menciptakan iklim belajar siswa yang lebih efektif.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah (Otonomi Daerah) dan bukti-bukti empirik tentang kurang efektif dan efisiensinya manajemen berbasis pusat, maka Departemen Pendidikan Nasional melakukan pergeseran pendekatan manajemen, yaitu dari pendekatan manajemen berbasis pusat menjadi Manajemen Berbasis Sekolah seperti yang ditunjukkan dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 2.1 Dimensi-dimensi Perubahan Pola Manajemen Pendidikan Dari Berbasis Pusat Menuju Berbasis Sekolah

Pola Lama Menuju Pola baru

Subordinasi Keputusan terpusat Ruang gerak kaku Pendekatan Birokrasi Manajemen sentralistik Kebiasaan diatur Overregulasi Mengontrol Mengarahkan Menghindari resiko

Menggunakan uang semuanya Individu yang cerdas

Informasi pribadi Pendelegasian Organisasi hirarki                Otonomi Keputusan partisipatif Ruang gerak luwes

Pendekatan profesionalisme Manajemen desentralistik Motivasi diri

Deregulasi Mempengaruhi

Memsarana dan prasaranai Mengolah resiko

Menggunakan uang efektif

Team work yang cerdas Informasi terbagi Pemberdayaan Organisasi datar Sumber: Depdiknas (2002: 9)

Pada dasarnya Manajemen Berbasis Sekolah dijiwai oleh pola baru manajemen pendidikan masa depan sebagaimana yang dijelaskan di atas. Manajemen Berbasis Sekolah didefinisikan sebagai model manajemen yang memberikan otonomi lebih


(36)

besar kepada sekolah dan mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan partisipatif untuk memenuhi kebutuhan mutu sekolah atau mencapai tujuan mutu sekolah dalam kerangka pendidikan nasional. Karena itu, esensi Manajemen Berbasis Sekolah adalah otonomi sekolah dan pengambilan keputusan partisipatif untuk mencapai sasaran mutu. Meskipun para ahli memberikan istilah manajemen dengan sebutan yang berbeda-beda, namun esensinya sama, yaitu pelimpahan kewenangan untuk membuat keputusan secara mandiri dan melibatkan pihak-pihak yang berkepentingan.

Otonomi dapat diartikan sebagai kewenangan atau kemandirian yaitu kemandirian dalam mengatur dan mengurus dirinya sendiri, dan merdeka atau tidak tergantung. Istilah otonomi juga sama dengan istilah “swa”, misalnya swasembada, swadana, swakarya, dan swalayan. Jadi otonomi sekolah adalah kewenangan sekolah untuk mengatur dan mengurus kepentingan warga sekolah menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi warga sekolah sesuai dengan peraturan perundang-undangan pendidikan nasional yang berlaku kemandirian yang dimaksud harus didukung oleh sejumlah kemampuan berdemokrasi atau menghargai perbedaan pendapat, kemampuan berkomunikasi, kemampuan memecahkan persoalan-persoalan sekolah, kemampuan adaptif dan antisipatif, kemampuan bersinergi dan kemampuan memenuhi kebutuhan sendiri.

Pengambilan keputusan partisipasi adalah suatu cara untuk mengambil keputusan melalui penciptaan lingkungan yang terbuka demokratif, dimana warga sekolah didorong untuk terlibat secara langsung dalam proses pengambilan keputusan yang dapat berkonstruksi terhadap pencapaian tujuan sekolah. Hal ini dilandasi


(37)

22

oleh keyakinan bahwa jika seseorang dilibatkan dalam pengambilan keputusan, maka yang bersangkutan juga akan bertanggung jawab dan berdedikasi tinggi untuk mencapai tujuan sekolah.

Berdasarkan pengertian di atas, maka sekolah lebih dalam mengelola sekolahnya (menetapkan sasaran peningkatan mutu, menyusun rencana peningkatan mutu, melaksanakan rencana peningkatan mutu, dan mengevaluasi pelaksanaan peningkatan mutu) dan partisipasi kelompok-kelompok yang berkepentingan dengan sekolah merupakan ciri Manajemen Berbasis Sekolah. Jadi, sekolah merupakan unit utama pengelolaan proses pendidikan, sedangkan unit-unit di atasnya (Dinas Pendidikan Kota atau Kabupaten dan Dinas Pendidikan Provinsi) merupakan unit pendukung dan pelayanan sekolah khususnya dalam pengelolaan peningkatan mutu.

Menurut Depdiknas (2001: 8), sekolah yang berdaya atau mandiri memiliki beberapa ciri, yaitu tingkat kemandirian tinggi, bersifat adaptif dan antisipatif, memiliki jiwa kewirausahaan, bertanggungjawab terhadap kinerja sekolah, memiliki kontrol yang kuat terhadap kondisi kerja, komitmen yang tinggi pada dirinya, dan menganggap prestasi sebagai acuan bagi penilaiannya.

Adapun fungsi-fungsi yang semula dikelola oleh pemerintah pusat, Dinas Pendidikan Provinsi dan Dinas Pendidikan Kabupaten atau Kota dapat dikerjakan oleh sekolah secara profesional.

Menurut Depdiknas (2002:176) aspek-aspek yang dapat digarap oleh sekolah dalam rangka melaksanakan Manajemen Berbasis Sekolah meliputi: (1)


(38)

perencanaan program sekolah, (2) proses pembelajaran, (3) pengelolaan kurikulum, (4) pengelolaan ketenagaan, (5) pengelolaan sarana dan prasarana, (6) pengelolaan keuangan, (7) pelayanan siswa, (8) hubungan sekolah masyarakat, (9) pengelolaan iklim sekolah dan (10) evaluasi program sekolah.

2.3.1 Pengelolaan Kurikulum dan Pembelajaran

Proses pembelajaran merupakan kegiatan utama sekolah. Sekolah diberikan kebebasan untuk memilih strategi, metode dan teknik-teknik pembelajaran dan pengajaran yang paling efektif, sesuai dengan karakteristik murid, karakteristik guru dan kondisi sumber nyata yang tersedia di sekolah, menurut Umiarso & Imam Gojali (2010: 100). Proses pembelajaran yang efektif semestinya menumbuhkan daya kreasi, daya nalar, rasa keingintahuan, dan eksperimen-eksperimen untuk menemukan kemungkinan-kemungkinan baru. Secara umum, strategi, metode dan teknik pembelajaran dan pengajaran yang berorientasi pada siswa (student centered) lebih mampu memberdayakan pembelajaran siswa yang menekankan pada keaktifan belajar murid, bukan pada keaktifan mengajar guru. Oleh karena itu, cara-cara belajar murid aktif seperti active learning, cooperative learning dan quantum learning perlu diterapkan.

Pasal 1 ayat 19 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.


(39)

24

Kurikulum yang dibuat oleh pemerintah pusat adalah kurikulum standar yang berlaku secara nasional. Padahal kondisi sekolah pada umumnya sangat beragam, untuk itu diperlukan Kepala Sekolah yang mampu mengelola kurikulum dengan baik seperti yang dinyatakan oleh Rusman (2011: 12):

Kepala sekolah harus mampu memsarana dan prasaranai sekolah untuk membentuk dan memberdayakan tim pengembang kurikulum terutama dengan pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), dimana tiap satuan pendidikan harus mampu mengembangkan kurikulum sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan masing-masing memberdayakan tenaga pendidik dan kependidikan sekolah agar mampu menyediakan dokumen-dokumen kurikulum yang relevan dengan tuntutan dan kebutuhan siswa, orang tua siswa dan masyarakat, memsarana dan prasaranai guru untuk mengembangkan standar kompetensi setiap mata pelajaran yang diampunya, memsarana dan prasaranai guru untuk menyusun silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) setiap mata pelajaran sesuai kaidah yang dipersyaratkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), memsarana dan prasaranai guru untuk memilih sumber dan bahan ajar yang sesuai untuk setiap mata pelajaran, memsarana dan prasaranai guru untuk memilih media dan alat pembelajaran yang sesuai untuk setiap materi dalam mata pelajaran, mengarahkan tenaga pendidik dan kependidikan untuk menyusun rencana dan program pelaksanaan kurikulum, membimbing para guru dalam mengembangkan dan memperbaiki proses belajar mengajar.

Oleh karena itu, dalam implementasinya sekolah dapat melakukan pengembangan, namun tidak boleh mengurangi kurikulum yang berlaku secara nasional, pengembangan dalam menyusun Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Selain itu, sekolah diberi kebebasan untuk mengembangkan kurikulum muatan lokal. Sekolah dibolehkan memperdalam kurikulum, artinya apa yang diajarkan boleh dipertajam dengan aplikasi yang bervariasi. Sekolah juga dibolehkan memperkaya apa yang diajarkan, artinya apa yang diajarkan boleh diperluas dari yang harus, dan seharusnya, dan apa yang dapat diajarkan. Demikian juga, sekolah dibolehkan memodifikasi kurikulum, artinya apa yang


(40)

diajarkan boleh dikembangkan agar lebih kontekstual dan selaras dengan karakteristik peserta didik.

2.3.2 Pengelolaan Kesiswaan

Menurut Ambarita (2013: 28) dalam manajemen keiswaan terdapat empat prinsip dasar yaitu: a) siswa harus diperlakukan sebagai subyek dan bukan obyek sehingga harus didorong untuk perperan serta dalam setiap perencanaan dan pengambilan keputusan yang terkait dengan kegiatan mereka, b) Kondisi siswa sangat beragam, ditinjau dari kondisi fisik, kemempuan intelektual, sosial ekonomi, minat dan seterusnya oleh karena itu diperlukan wahana kegiatan yang beragam, sehingga setiap siswa memiliki wahana untuk berkembang secara optimal, c) siswa hanya termotivasi belajar,jika mereka menyenangi apa yang diajarkan, d) pengembangan potensi siswa tidak hanya menyangkut ranah kognitif tetapi juga ranah afektif dan psikomotor.

Konsekuensi logis dari “peserta didik”adalah keharusan akan adanya tugas

pelayanan dari penyelenggara pendidikan terhadap para peserta didik.Orang-orang yang hendak mengembangkan diri harus dilayani sebaik mungkin agar tercapai tujuannya.

Sekolah sebagai organisasi juga mempunyai tujuan-tujuan. Agar tujuan dari peserta didik dan tujuan sekolah bisa dicapai bersama-sama secara efektif dan efisien, maka kesesuaian tujuan antara keduanya harus ada. Disinilah peran dari ilmu manajemen peserta didik dalam tugasnya agar keduanya mempunyai tujuan yang sama dan bersama pula dalam mencapi tujuan tersebut.


(41)

26

Fokus manajemen peserta didik adalah unsur pelayanan terhadap siswa. Siswa atau peserta didik harus terlayani dengan sebaik-baiknya agar mereka berhasil dalam mengikuti proses pembelajaran. Setiap siswa mempunyai hak dan kewajiban dan antara satu dengan yang lain mempunyai bakat dan minat yang berbeda, latar belakang ekonomi, kesehatan juga berbeda juga pada motivasi dalam memilih sekolah. Hal inilah Manajemen Peserta didik dapat terlayani dengan baik agar mereka dapat mengikuti proses pembelajaran dan sekaligus dapat memberi harapan semua pihak.

2.3.3 Pengelolaan Tenaga Pendidik dan Kependidikan

Pengelolaan ketenagaan, mulai dari analisis kebutuhan, perencanaan, rekrutmen, pengembangan, hadiah dan sangsi, hubungan kerja, sampai evaluasi kinerja tenaga kerja sekolah dapat dilakukan oleh sekolah, kecuali yang menyangkut kepangkatan dan rekrutmen guru pegawai negeri, yang sampai saat ini masih ditangani oleh birokrasi diatasnya.

Keberhasilan manajemen sekolah sangat ditentukan oleh keberhasilan dalam mengelolan tenaga kependidikan yang tersedia di sekolah. Dalam hal ini, peningkatan produktivitas dan prestasi kerja dapat dilakukan dengan meningkatkan perilaku manusia di tempat kerja melalui aplikasi konsep dan teknik manajemen personalia modern. Pengelolaan ketenagaan menurut Umiarso & Gojali (2010: 93) bertujuan untuk mendayagunakan tenaga-tenaga kependidikan secara efektif dan efisien guna mencapai hasil yang optimal, namun tetap dalam kondisi yang menyenangkan.


(42)

Menurut Ambarita (2013: 28) Terdapat empat prinsip dasar manajemen sumber daya manusia yakni 1) Manusia sebagai komponen yang paling berharga. 2) Sumber daya manusia akan berfungsi secara optimal jika dikelola dengan baik, 3) Kultur dan suasana organisasi sekolah sangat berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pengembangan sekolah, 4) Kerjasama tim yang kompak merupakan kunci keberhasilan.

Sumber daya Manusia menurut Nawawi (2001) ada tiga a) Sumber daya manusia adalah manusia yang bekerja dilingkungan suatu organisasi, b) Sumber Daya Manusia adalah potensi manusiawi sebagai penggerak Organisasi dalam mewujudkan eksistensinya, c) Sumber Daya Manusia berfungsi sebagai modal (non material/ non finansial) didalam organisasi bisnis yang dapat diwujudkan menjadi potensi nyata (riil) secara fisik dan non fisik dalam mewujudkan eksistensi organisasi.

Menurut Mathis dan Jakson (2012) manajemen sumberdaya manusia adalah perangcangan sistem manajemen atau sistem pengelolaan untuk menjamin bahwa talenta manusia termanfaatkan dengan baik untuk mencapai tujuan–tujuan organisasi.

2.3.4 Pengelolaan Sarana Prasarana

Pengelolaan sarana dan prasarana sudah seharusnya dilakukan oleh sekolah, mulai dari pengadaan, pemeliharaan dan perbaikan, hingga sampai pengembangan. Hal ini didasari oleh kenyataan bahwa sekolah yang paling mengetahui kebutuhan sarana dan prasarana, baik kecukupan, kesesuaian, maupun kemuktahirannya, terutama sarana dan prasarana yang sangat erat kaitannya dengan proses belajar


(43)

28

mengajar secara langsung. Seperti yang dinyatakan oleh Permadi D (2007: 22) bahwa:

Kepala sekolah berkewajiban memenuhi kebutuhan sekolah. Sebagai fasilitator, kepala sekolah mengetahui betul kebutuhan sekolah yang menunjang keberhasilan pendidikan. Berhubung dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi, tidak mungkin kepala sekolah memenuhi segalanya, oleh karena itu informasi dari setiap bawahan yang memerlukan sarana dan prasarana sangat diperlukan. Yang penting dalam hal ini ialah kepala sekolah harus siap dengan dan yang memadai untuk menyediakan sarana dan prasarana yang diperlukan untuk kepentingan pendidikan. Sarana dan prasarana tersebut bukan hanya berbentuk atau berupa fisik, tetapi juga dapat berupa non-fisik, misalnya kesempatan guru untuk mengikuti latihan.

Pengelolaan sarana dan prasarana di sekolah berdasarkan usulan kebutuhan dari warga sekolah untuk dapat melaksanakan tugasnya tanpa kendala sarana dan prasarana, selain itu perlu adanya pengadministrasian meliputi perabot ruangan kelas, perabot laboratorium dan lain-lain, agar mudah dalam pengolahannya.

Manajemen sarana dan prasarana pendidikan bertugas mengatur dan menjaga sarana dan prasarana pendidikan agar dapat memberikan kontribusi secara optimal dan berarti pada jalannya proses pendidikan. Kegiatan pengelolaan ini meliputi kegiatan perencanaan, pengadaan, pengawasan, penyimpanan inventarisasi dan penghapusan serta penataan.

Manajemen sarana dan prasarana yang baik diharapkan dapat menciptakan sekolah yang bersih, rapi, indah sehingga menciptakan kondisi yang menyenangkan baik bagi guru maupun murid untuk berada di sekolah. Di samping itu juga diharapkan tersedianya alat-alat atau sarana dan prasarana belajar yang memadai secara kuantitatif, kualitatif dan relevan dengan kebutuhan


(44)

serta dapat dimanfaatkan secara optimal untuk kepentingan proses pendidikan dan pengajaran, baik oleh guru sebagai pengajar maupun murid sebagai pelajar.

2.3.5 Pengelolaan Pembiayaan

Keuangan di sekolah merupakan bagian yang amat penting karena setiap kegiatan membutuhkan dana. Pengelolaan keuangan sudah sepantasnya dilakukan sekolah. Hal ini juga disadari bahwa sekolah yang paling mengetahui dan memahami kebutuhannya, sehingga desentralisasi pengelolaan keuangan sudah seharusnya dilimpahkan ke sekolah. Sekolah juga harus diberikan kebebasan untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang mendatangkan penghasilan, sehingga sumber keuangan tidak semata-mata tergantung pada pemerintah. Pengelolaan keuangan menurut Mulyasa (2009: 42) adalah sebagai berikut:

Pertama, pembiayaan pendidikan terdiri atas biaya investasi, biaya operasi, dan biaya personal. Kedua, biaya investasi meliputi biaya pembelian sarana dan prasarana, pengembangan sumber daya manusia, dan modal kerja tetap. Ketiga, biaya personal meliputi biaya pendidikan yang harus dikeluarkan oleh peserta didik untuk bisa mengikuti proses pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan. Keempat, biaya operasi satuan pendidikan meliputi: gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta segala tunjangan yang melekat pada gaji; bahan atau peralatan habis pakai; dan biaya operasi pendidikan tak langsung berupa daya, air, jasa telekomunikasi pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur, transportasi, konsumsi, pajak, dan sebagainya. Kelima, standar biaya operasi satuan pendidikan ditetapkan dengan peraturan Menteri berdasarkan usulan BSNP.

Berdasarkan standar pembiayaan tersebut ada 3 pokok kegiatan yang harus dilakukan sekolah yaitu:

a. Perencanaan dalam pembuatan RKAS

b. Pelaksanaan dalam penerimaan dan pengeluaran


(45)

30

Dalam penyelenggaraan pendidikan, keuangan dan pembiayaan merupakan potensi yang sangat menentukan dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam kajian manajemen pendidikan. Komponen keuangan dan pembiayaan pada suatu sekolah merupakan komponen produksi yang menentukan terlaksananya kegiatan-kegiatan proses belajar mengajar di sekolah bersama komponen-komponen lain. Dengan kata lain, setiap kegiatan yang dilakukan sekolah memerlukan biaya, baik itu disadari maupun tidak disadari. Komponen keuangan dan pembiayaan ini perlu dikelola sebaik-baiknya agar dana-dana yang ada dapat dimanfaatkan secara optimal untuk menunjang tercapainya tujuan pendidikan. Hal ini penting terutama dalam rangka MBS, yang memberikan kewenangan pada sekolah untuk mencari dan memanfaatkan berbagai sumber dana sesuai dengan keperluan masing-masing sekolah karena pada umumnya dunia pendidikan selalu dihadapkan pada masalah keterbatasan dana, apalagi dalam kondisi krisis seperti sekarang ini.

2.3.6 Pengelolaan Humas

Hubungan sekolah dengan masyarakat bertujuan untuk memelihara kelangsungan hidup sekolah, meningkatkan mutu pendidikan sekolah, memperlancar kegiatan pembelajaran, serta memperoleh bantuan dan dukungan dari masyarakat dalam rangka pengembangan dan pelaksanaan program-program sekolah.

Selain itu yang dianalisis yaitu pengelolaan Iklim Sekolah. Iklim sekolah (fisik dan non-fisik) yang kondusif merupakan prasyarat bagi terselenggaranya proses belajar mengajar yang efektif dan produktif. Uhar Suharsaputra (2010: 75) menyatakan bahwa:


(46)

Iklim sekolah akan memberikan pengaruh pada perilaku guru dalam melaksanakan tugasnya di sekolah. Pentingnya kepala sekolah memperhatikan iklim yang ada dalam organisasi sekolah merupakan suatu gambaran bahwa pencapaian tujuan organisasi sekolah juga akan banyak ditentukan oleh bagaimana pengelolaan lingkungan sekolah sebagai pembentuk iklim sekolah, mendorong pada situasi kondusif bagi guru dan tenaga kependidikan lainnya untuk melaksanakan tugasnya dengan produktif.

Begitu juga pendapat Suyanto dan Abbas (2002: 72) menggambarkan kinerja kepala sekolah pada performansi sekolahnya sebagai berikut:

mempengaruhi

mempengaruhi

mempengaruhi

mempengaruhi

Gambar 2.1 Kinerja Kepala Sekolah dalam Performansi Sekolah Sumber: Suyanto dan Abbas, 2002 hal 72

Berikut ini akan diuraikan secara singkat peran beberapa warga sekolah dalam memberikan pelayanan kepada orang tua murid.

Karakteristik Kepala Sekolah

Karakteristik Iklim Sekolah

Karakteristik Guru-Guru

Belajar Mengajar dan Lingk. Sekolah

Karakteristik Lulusan


(47)

32

a. Kepala Sekolah

Kepala sekolah sebagai pemimpin tertinggi (top manager) di sekolah harus memiliki kemampuan memberdayakan semua komponen sekolah baik berupa sumber daya manusia, sarana dan prasarana maupun berupa dana untuk meningkatkan kinerja sekolah yang pada akhirnya meningkatkan mutu pelayanan kepada orang tua. Terry dan Rue (1985) dalam Usman Husaini (2007: 250) mengartikan kepemimpinan adalah hubungan yang ada dalam diri seorang pemimpin, mempengaruhi orang lain untuk bekerjasama secara sadar dalam hubungan tugas yang diinginkan. Memperhatikan pendapat di atas dapat diartikan bahwa seorang kepala sekolah harus mampu mempengaruhi semua komponen yang ada di sekolah untuk bekerja sama. Dengan demikian maka seluruh kebijakan, keputusan dan tindakan selalu didasarkan pada keputusan partisipatif yang menyertakan seluruh warga sekolah. Kepala sekolah berperan untuk mengkondisikan, memsarana dan prasaranai dan menciptakan iklim mendukung terbentuknya pelayanan yang berkualitas kepada semua orang tua murid.

Kepala sekolah sebagai manajer memiliki peran penting dalam mengadakan prediksi, inovasi, kebijakan dan strategi, perencanaan, menemukan sumber-sumber pendidikan, menyediakan sarana dan prasarana dan melaksanakan pengendalian/ pengawasan. Kepala sekolah sebagai pemimpin harus dapat mengantisipasi perubahan, senantiasa melakukan perubahan, memahami dan mengatasi situasi, mengakomodasi serta melakukan reorientasi.


(48)

Kepala sekolah juga harus mampu membuat keputusan bijaksana dengan memperhatikan kebijakan operasional penyelenggaraan pendidikan. Di samping itu, kepala sekolah sebaiknya menyusun perencanaan dan pelaksanaan yang ditindaklanjuti dengan pengawasan. Pengawasan ini dilakukan agar semua program dan kegiatan berjalan secara efektif dan efisien.

Kepala sekolah harus menciptakan iklim yang sehat, kondusif, budaya kerja yang harmonis dan lingkungan yang nyaman untuk bekerja mendukung proses pembelajaran yang efektif dan produktif. Untuk kepala sekolah sebaiknya menempatkan orang pada posisi yang tepat (the right man in the right place).

b. Guru

Ujung tombak keberhasilan dan kemajuan sekolah adalah guru. Dewan guru merupakan suatu forum di lingkungan sekolah. Sebagai tenaga profesional, guru harus selalu meningkatkan diri dan menambah wawasannya dalam mengikuti perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui peningkatan kualifikasi, kompetensi dan sertifikasi sesuai dengan Undang-undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.

Guru sebagai unsur pendidik yang menjunjung prinsip profesionalisme perlu selalu berupaya untuk melakukan inovasi dan improvisasi untuk meningkatkan kualitas pembelajaran guna mencapai hasil belajar yang baik. Ciri yang harus dimiliki oleh seorang guru untuk mendukung dan meningkatkan pelayanan kepada orang tua murid selain sebagai agen pembelajaran, guru harus tetap menjalin hubungan yang kondusif, menciptakan interaksi dan bahkan intensitas pertemuan dengan orang tua perlu ditingkatkan baik melalui pertemuan formal


(49)

34

maupun non-formal. Guru harus mempunyai budaya kerja disiplin, berdedikasi tinggi, bertanggung jawab dan selalu melakukan inovasi dalam pembelajaran.

c. Tata Usaha

Tata usaha sebagai unsur tenaga kependidikan harus mampu memberikan pelayanan yang baik dalam administrasi kepada kepala sekolah, guru, siswa dan orang tua yang membutuhkan pelayanan dari tenaga adminstrasi. Sebagai bagian yang tak terpisahkan dari sekolah, tata usaha harus bisa menjalin kerjasama yang harmonis dengan semua pihak yang membutuhkan pelayanan administrasi dari sekolah. Prinsip pelayanan yang diterapkan oleh seorang tata usaha adalah: (1) Ketepatan waktu pelayanan, (2) Akurasi pelayanan, (3) Kesopanan dan keramahan, (4) Tanggung jawab, (5) Kelengkapan dan kemudahan, (6) Variasi model pelayanan, dan (7) Kenyamanan dalam memberikan pelayanan.

d. Komite Sekolah

Sesuai dengan prinsip Manajemen Berbasis Sekolah, maka peranan komite sekolah dirasakan banyak manfaat dan pengaruhnya terhadap kemajuan sebuah sekolah. Komite sekolah merupakan wadah yang menghubungkan antara pihak sekolah dengan orang tua, mempunyai peran yang sangat penting. Untuk dapat memberdayakan dan meningkatkan peran masyarakat, sekolah harus dapat membina kerja sama dengan orang tua, menyiapkan suasana kondusif dan menyenangkan bagi peserta didik dan warga sekolah. Peran komite sekolah merupakan aplikasi dari prinsip total quality management melalui mekanisme yang menekankan pada peningkatan mutu pendidikan dengan pengembangan masyarakat.


(50)

Menurut Uno (2007: 93) bahwa komite sekolah dapat dilibatkan dalam: (1) Penyusunan rencana dan program sekolah, ( 2 ) Penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS), (3) Pelaksanaan program pendidikan, dan (4) Akuntabilitas pendidikan. Dalam penyusunan rencana dan program, komite sekolah dapat membantu sekolah untuk mengumpulkan fakta-fakta kebutuhan serta potensi sumber daya yang tersedia di dalam masyarakat.

Penyusunan rencana pendapatan dan belanja sekolah selain kepala sekolah, guru, juga harus melibatkan komite sekolah sebagai wakil stakeholder pendidikan, dari sisi belanja sekolah, seluruh jenis pengeluaran untuk kegiatan pendidikan di sekolah harus juga diketahui oleh komite sekolah. Mekanisme ini dilakukan untuk memperkecil penyalahgunaan pendapatan dan pengeluaran sekolah. Komite sekolah sebagai partner kepala sekolah dalam mencari sumber-sumber daya pendidikan, melakukan penelitian tentang permasalahan dalam pembelajaran di sekolah. Komite sekolah dapat menyampaikan ketidakpuasan para orang tua murid akan rendahnya prestasi sekolah dan pelayanan sekolah.

Sehubungan dengan hal itu yang harus dilaksanakan oleh Kepala Sekolah adalah mengembangkan, memotivasi warga sekolah guna mencapai tujuan pendidikan secara optimal, mencapai posisi dan standar perilaku, memaksimalkan perkembangan karir, serta menyelaraskan tujuan individu, kelompok dan organisasi.

Pelayanan siswa, mulai dari penerimaan siswa baru, pengembangan atau pembinaan, penempatan untuk melanjutkan sekolah atau untuk memasuki dunia kerja, hingga sampai pada alumni, sebenarnya dari dahulu memang sudah


(51)

36

didesentralisasikan, karena itu yang diperlukan adalah peningkatan intensitas dan ektensitasnya. Seperti yang dinyatakan oleh Umiarso & Imam Gojali (2010: 98), manajemen kesiswaan bertujuan mengatur berbagai kegiatan dalam bidang kesiswaan agar kegiatan pembelajaran di sekolah dapat berjalan dengan lancar, tertib dan teratur serta mencapai tujuan pendidikan sekolah. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, bidang manajemen kesiswaan sedikitnya memiliki tiga tugas utama yang harus diperhatikan, yaitu penerimaan murid baru, kegiatan kemajuan belajar, serta bimbingan dan pembinaan disiplin. Oleh sebab itu, bukan hanya berbentuk catatan siswa saja tetapi secara operasional dapat membantu upaya pertumbuhan dan perkembangan siswa melalui proses pendidikan di sekolah dari mulai Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) sampai dengan kelulusan.

Sedangkan Hubungan Sekolah dan Masyarakat atau Esensi hubungan sekolah-masyarakat adalah untuk meningkatkan keterlibatan, kepedulian, kepemilikan, dan dukungan dari masyarakat terutama dukungan moral dan finansial. Dalam arti yang sebenarya, hubungan sekolah-masyarakat dari dahulu sudah didesentralisasikan. Oleh karena itu, yang dibutuhkan adalah peningkatan intensitas dan ektensitas hubungan sekolah-masyarakat. Hubungan kerjasama sekolah dengan masyarakat digolongkan menjadi 3 jenis hubungan yaitu hubungan edukatif, hubungan kultur dan hubungan institusional (Umiarso & Imam Gojali, 2010: 107). Hal ini juga dikuatkan dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yaitu pasal 7, 8, 9, 10 dan 11 yang berbunyi Pasal 7 ayat 1 “Orangtua berhak berperan serta dalam memilih satuan pendidikan dan memperoleh informasi tentang pendidikan anaknya”, ayat 2 “Orangtua dari anak usia wajib belajar berkewajiban memberikan pendidikan


(52)

dasar kepada anaknya”. Pasal 8 “Masyarakat berhak berperan serta dalam

perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi program pendidikan”. Pasal

9 “Masyarakat berkewajiban memberikan dukungan sumber daya dalam

penyelenggaraan pendidikan”. Pasal 10 “Pemerintah dan pemerintah daerah

berhak mengarahkan, membimbing, membantu, dan mengawasi penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku”. Pasal 11 ayat 1 “Pemerintah dan pemerintah daerah wajib memberikan layanan dan kemudahan serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga Negara tanpa diskriminasi”, ayat 2 “Pemerintah dan pemerintah daerah wajib menjamin tersedianya dana guna terselenggaranya pendidikan bagi setiap

warga Negara yang berusia 7 sampai dengan 15 tahun”.

Pendapat tersebut menunjukkan bahwa satu hal yang penting diperhatikan adalah bahwa iklim sekolah akan dapat mempengaruhi perilaku dan sikap anggota yang ada dalam sekolah tersebut, karena lingkungan sekolah yang aman dan tertib, optimisme dan harapan yang tinggi dari warga sekolah, kesehatan sekolah, dan kegiatan-kegiatan yang terpusat pada siswa adalah contoh-contoh iklim sekolah yang dapat menumbuhkan semangat belajar. Lingkungan belajar yang aman dan tertib tidak selalu identik dengan keberadaan dan kondisi fisik sekolah beserta sarana dan prasarananya, tetapi lebih mengacu kepada tata hubungan sosial dan psikologis yang harmonis dalam lingkungan sekolah.

2.3.7 Pengelolaan Lingkungan dan Budaya

Dalam manajemen bidang buaya dan lingkungan sekolah pemerintah telah memberikan acuan tentang standar pengelolaan sebagai berikut:


(53)

38

a. Sekolah menciptakan suasana, iklim, dan lingkungan pendidikan yang kondusif untuk pembelajaran yang efisien dalam prosedur pelaksanaan b. Prosedur pelaksanaan penciptaan suasana, iklim, dan lingkungan

pendidikan:

- Berisi prosedur tertulis mengenai informasi kegiatan penting minimum yang dilaksanakan

- Memuat judul, tujuan, lingkup, tanggung jawab, dan wewenang, serta penjelasannya

- Diputuskan oleh kepala sekolah dalam rapat dwan guru pendidik c. Sekolah menetapkan pedoman tata tertib yang berisi:

- tata tertib pendidik, tenaga kependidikan, dan peserta didik, termasuk dalam hal menggunakan dan memelihara sarana dan prasarana pendidikan.

- petunjuk, peringatan, dan larangan dalam berperilaku di sekolah serta pemberian sangsi bagi warga yang melanggar tata tertib.

d. Tata tertib sekolah ditetapkan oleh kepala sekolah melalui rapat dewan pendidik dengan mempertimbangkan masukan komite sekolah dan peserta didik.

e. Sekolah menetapkan kode etik warga sekolah yang memuat norma tentang:

- hubungan sesama warga di dalam lingkungan sekolah dan hubungan antara warga sekolah dengan masyarakat.

- sistem yang dapat memberikan penghargaan bagi yang mematuhi dan sangsi bagi yang melanggar.


(54)

f. Kode etik sekolah ditanamkan kepada seluruh warga sekolah untuk menegakkan etika sekolah.

g. Sekolah perlu memiliki pogram yang jelas untuk meningkatkan kesadaran beretika bagi semua warga sekolah

h. Kode etik sekolah mengatur peserta didik memuat norma untuk: - menjalankan ibadah sesuai dengan agama yang dianutnya - menghormati pendidik dan tenaga kependidikan

- mengikuti proses pembelajaran dengan menjujung tingg ketentuan pembelajaran dan mematuhi semua peraturan yang berlaku

- memelihara kerukunan dan kedamaian untuk mewujudkan harmoni sosial di antara teman.

- mencintai keluarga, masyarakat, dan menyayangi sesama - mencintai lingkungan, bangsa, dan negara.

- Menjaga dan memelihara sarana prasarana, keberhasilan, ketertiban, keamanan, keindahan, dan kenyamanan sekolah

- Peserta didik dalam menjaga norma penrdidikan perlu mendapat bimbingan dengan keteladanan,pembinaan dengan membangun kemauan, serta pengembangan kreativitas dari pendidikan dan tenaga kependidikan.

i. Kode etik sekolah yang mengatur guru dan tenaga kependidikan memasukkan larangan bagi guru dan tenaga kependidikan secara perorangan maupun kolektif, untuk:


(55)

40

- Menjual buku pelajaran, seragam/bahan pakaian sekolah atau perangkat sekolah lain baik secar langsung maupun tidak langsung kepada peserta didik.

- Memungut biaya dalam memberikan bimbingan belajar atau les kepada peseta didik.

- Memungut biaya dari peserta didik baik secara langsung maupun tidak langsung yang bertentangan dengan peraturan dan undang-undang - Melakukan sesuatu baik secara langsung maupun tidak langsung yang

mencederai integritas hasil ujian sekolah dan ujian nasional

j. kode etik sekolah diputuskan oleh rapat dewan pendidik dan ditetapkan oleh kepala sekolah.

(Suparlan, 2013:86-88)

Pemberdayaan warga sekolah merupakan salah satu prinsip Manajemen Berbasis Sekolah. Dalam prinsip ini menekankan pada bagaimana memanfaatkan kemampuan, orang dan segala daya untuk mencapai tujuan bersama. Pelayanan yang baik kepada orang tua tidak mengenal bekerja sendiri, namun memanfaatkan orang dan kemampuan orang untuk mencapai tujuan dengan perencanaan program yang baik dan memberdayakan seluruh komponen sekolah sebagai kekuatan sekolah.

Tujuan MBS diantaranya adalah:

Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam megelola dan memberdayakan sumber daya yang tersedia;


(56)

Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan melalui pengambilan keputusan bersama; Meningkatkan tanggung jawab sekolah kepada orang tua, masyarakat, dan pemerintah tentang mutu sekolahnya; dan

Meningkatkan kompetisi yang sehat antar sekolah tentang mutu pendidikan yang akan dicapai.

Kewenangan yang bertumpu pada sekolah merupakan inti dari MBS yang dipandang memiliki tingkat efektivitas tinggi serta memberikan beberapa keuntungan berikut:

Kebijaksanaan dan kewenangan sekolah membawa pengaruh langsung kepada peserta didik, orang tua, dan guru.

Bertujuan bagaimana memanfaatkan sumber daya lokal.

Efektif dalam melakukan pembinaan peserta didik seperti kehadiran, hasil belajar, tingkat pengulangan, tingkat putus sekolah, moral guru, dan iklim sekolah.

Adanya perhatian bersama untuk mengambil keputusan, memberdayakan guru, manajemen sekolah, rancangan ulang sekolah, dan perubahan perencanaan.

Manfaat MBS diantaranya adalah:

Dengan kondisi setempat, sekolah dapat meningkatkan kesejahteraan guru sehingga dapat lebih berkonsentrasi pada tugasnya;


(57)

42

Keleluasaan dalam mengelola sumberdaya dan dalam menyertakan masyarakat untuk berpartisipasi, mendorong profesionalisme kepala sekolah, dalam peranannya sebagai manajer maupun pemimpin sekolah;

Guru didorong untuk berinovasi;

Rasa tanggap sekolah terhadap kebutuhan setempat meningkat dan menjamin layanan pendidikan sesuai dengan tuntutan masyarakat sekolah dan peserta didik.

2.4Karakteristik Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS)

Kareakteristik merupakan sebuah ciri atau identitas yang melekat pada MBS. Menurut Sofan Amri (2013: 299) bahwa pendekatan sistem input-proses-output digunakan untuk memandunya. Hal ini didasari oleh pengertian bahwa sekolah merupakan sebuah sistem, sehingga menguraikan karakteristik MPMBS yang juga karakteristik sekolah efektif mendasarkan pada input, proses dan output .

2.4.1 Output yang Diharapkan

Sekolah harus memiliki output yang diharapkan. Output sekolah adalah prestasi sekolah yang dihasilkan oleh proses pembelajaran dan manajemen di sekolah. Pada umumnya, output dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu output berupa prestasi akademik (academic achievement) dan output berupa prestasi non akademik (non academic achievement). Output prestasi akademik misalnya NEM, lomba karya ilmiah remaja, lomba bahasa Inggris, matematika, fisika, cara-cara berpikir (kritis, kreatif/ divergen, nalar, rasional, induktif, deduktif dan ilmiah). Output non akademik misalnya, prestasi di bidang olahraga atau kesenian. Jadi


(58)

sekolah yang menerapkan MPMBS, harus memiliki output pendidikan yang diharapkan sekolah.

2.4.2 Proses

Sekolah yang efektif pada umumnya memiliki sejumlah karakteristik proses sebagai berikut:

2.4.2.1Proses Belajar Mengajar yang Efektivitasnya Tinggi

Sekolah yang menerapkan MPMBS memiliki efektivitas proses belajar mengajar (PBM) yang tinggi. Ini ditunjukkan oleh sifat PBM yang menekankan pada belajar mengetahui (learning to know), belajar bekerja (learning to do), belajar hidup bersama (learning to live together) dan belajar menjadi diri sendiri (learning to be).

2.4.2.2Kepemimpinan Sekolah yang Kuat

Kepemimpinan kepala sekolah merupakan salah satu faktor yang dapat mendorong sekolah untuk dapat mewujudkan visi, misi, tujuan dan sasaran sekolahnya melalui program-program yang dilaksanakan secara terencana dan bertahap. Oleh karena itu, kepala sekolah dituntut memiliki kemampuan manajemen dan kepemimpinan yang tangguh agar mampu mengambil keputusan dan inisiatif/ prakarsa untuk meningkatkan mutu sekolah.

2.4.2.3Lingkungan Sekolah yang Aman dan Tertib

Sekolah memiliki lingkungan (iklim) belajar yang aman, tertib dan nyaman sehingga proses belajar mengajar dapat berlangsung dengan nyaman (enjoyable learning). Karena itu, sekolah yang efektif selalu menciptakan iklim sekolah yang aman, nyaman, tertib melalui


(1)

kendala yaitu siswa belum seutuhnya sadar untuk menjaga dan merawat fasilitas seperti menjaga dan sungkan membersihkan atau merawat jika tidak dikomando oleh guru.

1.1.5 Pengelolaan pembiayaan dalam implementasi MBS masih menemukan kendala, mengingat biaya tak terduga yang alokasi dana tidak masuk dalam anggaran.

1.1.6 Pengelolaan Humas dalam implementasi MBS esensi hubungan sekolah-masyarakat adalah untuk meningkatkan keterlibatan, kepedulian, kepemilikan, dan dukungan dari masyarakat, terutama dukungan moral dan finansial. Kendalanya yaitu masih ada guru dan murid yang tidak datang saat rapat.

1.1.7 Pengelolaan lingkungan dan budaya dalam implementasi MBS berupa sekolah telah mengatur tata tertib terkait kode etik dalam menciptakan suasana kondusif dalam lingkungan sekolah berupa norma-norma seperti solat duha bersama diatur giliran kelas tiap harinya dalam rangka meningkatkan iman dan takwa. Setiap awal bulan pada hari jumat diadakan bersih-bersih kelas dan lingkungan sekolah bersama dan lomba kebersihan kelas dipandu oleh wali kelas masing-masing. Masih ada warga sekolah yang tidak mendukung program sekolah terkait pembinaan lingkungan dan budaya seperti pembuangan sampah organik dan an organik ke dalam kotak sampah yang telah disediakan.


(2)

118

5.2 Implikasi

Implikasi dapat dirumuskan berdasarkan temuan- temuan penelitian yang

merupakan konsekuensi untuk mencapai kondisi ideal dalam melaksanakan program implementasi MBS di SMP N 3 Kotabumi supaya program ini dapat terlaksana dengan baik implikasi dari implementasi MBS penelitian ini antara lain fokus dalam MBS sudah cukup baik dengan terlihatnya pendekatan kepala sekolah kepada guru, tata usaha, siswa dan komite dalam rangka melaksanakan prongram sekolah untuk melaksanakan mutu sekolah agar lebih baik lagi. Walaupun implementasi MBS sudah baik masih perlu ada perbaikan atau peningkatan yaitu agar menggurangi pengeluaran untuk tenaga honor kepala sekolah rajin mengajukan kekurangan tenaga baik guru atau karyawan ke Dinas Pendidikan dan Dinas Pendidikan pun perlu adanya pemetaan kekurangan dan kelebihan guru dan tenaga kependidikan lain khususnya untuk tingkat SMP agar penyebaran guru merata. Agar kebutuhan guru dan karyawan di SMP N 3 Kotabumi terpenuhi, pada fokus ini kepala sekolah dengan komite harus lebih giat lagi dalam mengelola dan mencari peluang sumber dana baik ke orang tua yang mampu, donatur ke Dinas Pendidikan untuk memajukan program sekolah agar lancar sehingga mampu menciptakan iklim sekolah yang kondusif.

5.3 Saran

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian dapat disarangkan beberapa hal sebagai berikut:


(3)

5.3.1 Bagi Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Pendidik dan tenaga kependidikan diharapkan mampu memahami visi dan misi dengan baik agar apa yang dilakukan dapat mewakili visi dan misi Sekolah. Pendidik dan tenaga kependidikan diharapkan memiliki komitmen yang kuat terhadap perbaikan kualitas pribadi siswa dan sekolah.

5.3.2 Bagi Kepala Sekolah

Kepala Sekolah diharapkan mampu melaksanakan supervisi yang lebih tersistematis agar mampu melihat kenyataan di lapangan yang asli sehingga dapat memperbaiki sesuai kenyataan, Kepala Sekolah diharapkan segera menyusun analisis SWOT untuk dapat mengetahui peluang-peluang yang ada sesuai dengan kelemahan, kekuatan dan kesempatan serta sesuai dengan fakta yang ada. Kepala Sekolah diharapkan segera mengatasi kendala-kendala yang dihadapi dalam implementasi MBS secara terbuka dan melibatkan berbagai pihak yang terkait, upaya ini dapat dilakukan dengan pertemuan/rapat.

5.3.3 Bagi Dinas Pendidikan

Dinas Pendidikan sebagai penanggungjawab Pendidikan di Kabupaten Lampung Utara hendaknya memiliki pemetaan dalam penempatan guru dan bantuan sekolah agar tidak tumpang tindih dalam perpindahan guru atau memberi bantuan pada sekolah yang membutuhkan jadi diharapkan bantuan atau tambahan guru tepat sasaran sehingga sekolah merasa diperlakukan dengan adil.

5.3.4 Bagi Komite Sekolah

Komite sekolah hendaknya lebih berperan serta secara aktif untuk mendukung peningkatan pelayanan Pendidikan bagi peserta didik dengan melibatkan semua


(4)

120

elemen untuk mencari dana bukan hanya di sekolah saja tetapi perlu ke donatur atau peran orang luar atau alumni sehingga sumber dana bukan hanya dari orang tua murid saja tapi ada dari luar dengan cara mendiskusikan bersama dan minta bantuan pada alumni atau orang yang peduli pada pendidikan.

5.3.5 Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini bisa dijadikan acuan relevansi pada penelitian yang berfokus pada implimintasi manajemen berbasis sekolah


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Nata. 2008. Manajemen Pendidikan Mengatasi Kelemahan Pendidikan di Indonesia. Jakarta: Kencana.

Amri, Sofan. 2013. Peningkatan Mutu Pendidikan Sekolah Dasar dan Menengah. Dalam teori, konsep dan analisis. Surabaya: Prestasi Pustaka Raya.

Bush, Tony & Coleman Marianne. 2011. Leadership and Strategic Management. London: Paul Chapman Publishing.

Bush, Tony. 2012. Manajemen Mutu Kepemimpinan Pendidikan. Yogyakarta: IRCiSoD.

Depdiknas. 2000. Pengolahan Dana Pendidikan. Jakarta. Depdiknas.

Depdiknas. 2001. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Jakarta: Depdiknas.

Husaini, Usman. 2007. Manajemen teori Praktik Dan Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Indrianto, Bambang. 2000. Manajemen berbasis sekolah sebagai upaya peningkatan kualitas pendidikan dalam konteks otonomi daerah. Jogjakarta: Adi Cita.

Mobelos.blogspot.com. 2014. Pengertian Manajemen – Definisi Manajemen Menurut Para Ahli. Diakses dari Internet Juli 07, 2014.

Moleong, Lexy J. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Mukhtar. 2013. Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif. Jakarta: GP Press Group.

Mulyasa. 2006. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.


(6)

122

Permadi D. 2007. Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah dan Komite Sekolah. Bandung: PT Sarana Panca Karya Nusa.

Rahman. 2006. Peran Strategis Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan mutu pendidikan. Bandung: Aloaprint.

Rue, Leslie W & Bayers, Lyod L. 2000. Human Resources Management. Boston: Irwin.

Rusman. 2011. Managemen Kurikulum. Jakarta: PT Raja Grapindo Persada. Sallis, Edward. 2011. Manajemen Mutu Terpadu Pendidikan.Yogyakarta:

IRCiSoD.

Sembiring, Sentosa. 2008. Himpunan Perundang Undangan Republik Indonesia. Bandung: Nuansa Aulia.

Slamet Ph. 2000. Manajemen Berbasis Sekolah. Yogyakarta: Adi Cita.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suharsaputra, Uhar. 2010. Administrasi Pendidikan. Bandung: PT Refika Aditama.

Suharsimi, Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Jakarta: PT Asdi Mahasatya.

Suyanto & Abbas. 2002. Wajah dan dinamika pendidikan anak bangsa. Yogyakarta: Adi Cita.

Tjiptono, Fandy dan Diana, Anastasia 2003. Total Quality Management. Yogyakarta: Andi offset.

Umiarso & Imam Gojali. 2010. Manajemen Mutu Sekolah. Yogyakarta. IRCiSoD. Yin Robert, K. 2005. Studi Kasus Desain dan Metode. Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada.


Dokumen yang terkait

PELAKSANAAN HAK NARAPIDANA ANAK UNTUK MENDAPAT PENDIDIKAN WAJIB BELAJAR 9 TAHUN (Studi di lembaga pemasyarakatan Kelas II A Kotabumi Lampung Utara)

1 22 49

HUBUNGAN KEPEMIMPINAN KEPALA DESA DENGAN EFEKTIVITAS KERJA PERANGKAT DESA (Studi Pada Pemerintah Desa Talang Bojong Kecamatan Kotabumi Kota Kabupaten Lampung Utara)

0 25 90

HUBUNGAN KEPEMIMPINAN KEPALA DESA DENGAN EFEKTIVITAS KERJA PERANGKAT DESA (Studi Pada Pemerintah Desa Talang Bojong Kecamatan Kotabumi Kota Kabupaten Lampung Utara)

0 4 11

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) TINGKAT KECAMATAN (Studi pada Pelaksanaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Kecamatan Kotabumi Selatan, Kabupaten Lampung Utara)

0 8 4

OPTIMALISASI PELAYANAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DALAM SISTEM ADMINISTRASI MANUNGGAL DI BAWAH SATU ATAP (Studi pada Kantor SAMSAT Kotabumi Kabupaten Lampung Utara)

1 7 21

OPTIMALISASI PELAYANAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DALAM SISTEM ADMINISTRASI MANUNGGAL DI BAWAH SATU ATAP (Studi pada Kantor SAMSAT Kotabumi Kabupaten Lampung Utara)

2 45 154

Politik Transaksional Antara Calon Bupati Dengan Masyarakat Pemilih Di Kecamatan Kotabumi Selatan Pada Pemilihan Bupati Lampung Utara Tahun 2013

2 23 99

JUDUL INDONESIA: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA METRO\ JUDUL INGGRIS: IMPLEMENTATION OF INCLUSIVE EDUCATION IN METRO CITY

1 56 92

JUDUL INDONESIA: IMPLEMENTASI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (Studi Kasus di SMPN 3 Kotabumi Kecamatan Kotabumi Selatan Kabupaten Lampung Utara) JUDUL INGGRIS: THE IMPLEMENTATION OF SCHOOL BASED MANAGEMENT (Case Study on SMPN 3 Kotabumi in South Kotabumi Dist

0 13 93

Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (Studi Kasus di SMPN 3 Kotabumi Kecamatan Kotabumi Selatan Kabupaten Lampung Utara)

2 13 92