HUBUNGAN KEPEMIMPINAN KEPALA DESA DENGAN EFEKTIVITAS KERJA PERANGKAT DESA (Studi Pada Pemerintah Desa Talang Bojong Kecamatan Kotabumi Kota Kabupaten Lampung Utara)

(1)

ABSTRACT

THE RELATIONSHIP OF LEADERSHIP OF THE VILLAGE HEAD WITH WORK EFFECTIVENESS OF THE VILLAGE OFFICIALS

(Studies Of The Government In Talang Bojong Village Kotabumi Kota Of The North Lampung District)

By FETHA RIO

Effectiveness of the work is an attempt or a job can be managed properly in accordance with planned or predetermined. Effectiveness of the work is very crucial to the success of an organization because the effectiveness of the work is a state that shows how far the work to be planned or desired can be accomplished or reached, in the meaning that more and more plans that can be done so more effectively is also an activity. Effectiveness of the work of the village is affected by several things one of which is leadership.

Thus the main problem in this research is how strong the relationship of leadership adopted by the Village Head with work effectiveness of the Officials Village In Talang Bojong Village Kotabumi Kota Of The North Lampung District. Methods used in this research is descriptive research method that aims to explain the significant relationship between the leadership village head with work effectiveness of the village officials.


(2)

Gathering techniques of data used in this research is a questionnaire. Respondents in this research were 30 person consist of 8 person of the Village Officials, 14 person of the Neighborhood, and 8 person of the Community Leaders In Talang Bojong Village Kotabumi Kota Of The North Lampung District. To analyze the data using product moment correlation analysis, which was then consulted with the correlation table.

The results showed that the leadership has a significant relationship with work effectiveness of the village officials. Seen from the calculation of product moment correlation r value calculate is 0,843. After that do test hypotheses used t-test and t value calculate is 8,293 while t value table is 2,048 at significant level 5 %. t calculate > t table is 8,293 > 2,048 because of that Ho is ignore and Ha is accept. r value of 0,843 calculate is then consulted with the correlation table and lies between 0,80 to 1,000 which means the relationship of leadership of the Village Head with the work effectiveness of the Village Officials In Talang Bojong Village Kotabumi Kota Of The North Lampung District is very strong.

With the results we can conclude that there is a positive and significant elationship of leadership of the Village Head with work effectiveness of the Village Officials In Talang Bojong Village Kotabumi Kota Of The North Lampung District. In the data analysis, also show that the level of influence given by the relationship of leadership of the Village Head with work effectiveness of the Village Officials In Talang Bojong Village Kotabumi Kota Of The North Lampung District are 71 %.


(3)

ABSTRAK

HUBUNGAN KEPEMIMPINAN KEPALA DESA DENGAN EFEKTIVITAS KERJA PERANGKAT DESA

(Studi Pada Pemerintah Desa Talang Bojong Kecamatan Kotabumi Kota Kabupaten Lampung Utara)

Oleh FETHA RIO

Efektivitas kerja adalah suatu usaha atau suatu pekerjaan dapat berhasil dengan baik sesuai dengan yang direncanakan atau ditentukan sebelumnya. Efektivitas kerja sangat menentukan bagi berhasil tidaknya suatu organisasi karena efektivitas kerja merupakan keadaan yang menunjukkan sejauh mana yang akan direncanakan atau diinginkan dapat terlaksana atau tercapai, dalam arti semakin banyak rencana yang dapat dilaksanakan maka semakin efektif pula suatu kegiatan. Efektivitas kerja perangkat desa dipengaruhi oleh beberapa hal salah satunya adalah kepemimpinan.

Masalah utama dalam penelitian ini adalah seberapa eratkah hubungan kepemimpinan yang diterapkan oleh Kepala Desa dengan efektivitas kerja Perangkat Desa Talang Bojong Kecamatan Kotabumi Kota Kabupaten Lampung Utara. Metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif yang bertujuan untuk menjelaskan hubungan yang signifikan antara kepemimpinan kepala desa dengan efektivitas kerja perangkat desa.


(4)

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan angket/ kuesioner. Responden dalam penelitian ini berjumlah 30 diantaranya 8 orang Perangkat Desa, 14 orang Rukun Tetangga, serta 8 orang Tokoh Masyarakat Desa Talang Bojong Kecamatan Kotabumi Kota Kabupaten Lampung Utara. Untuk menganalisa data dengan menggunakan analisis korelasi product moment yang kemudian dikonsultasikan dengan tabel korelasi hubungan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemimpinan memiliki hubungan signifikan dengan efektifivas kerja perangkat desa, dilihat dari penghitungan

korelasi product moment yang menghasilkan nilai r hitung sebesar 0,843. Setelah itu dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan uji t-test dan diperoleh nilai t hitung sebesar 8,293 sedangkan nilai t tabel sebesar 2,048 pada taraf signifikan 5 %. Hasil pengujian t hitung lebih besar dari t tabel yaitu 8,293 > 2,048 maka dapat disimpulkan Ho ditolak dan Ha diterima. Nilai r hitung sebesar 0,843 yang dihasilkan kemudian dikonsultasikan dengan tabel korelasi hubungan dan terletak antara 0,80 sampai dengan 1,000 yang berarti hubungan kepemimpinan Kepala Desa dengan efektivitas kerja Perangkat Desa Talang Bojong Kecamatan Kotabumi Kota Kabupaten Lampung Utara sangat erat.

Berdasarkan hasil tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara kepemimpinan Kepala Desa dengan efektivitas kerja Perangkat Desa Talang Bojong Kecamatan Kotabumi Kota Kabupaten Lampung Utara. Berdasarkan analisis data, dapat dilihat pula bahwa besarnya pengaruh yang diberikan hubungan kepemimpinan Kepala Desa dengan efektivitas kerja Perangkat Desa Talang Bojong Kecamatan Kotabumi Kota Kabupaten Lampung Utara sebesar 71 %.


(5)

I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Memasuki pembangunan yang sedang berlangsung dewasa ini terlihat jelas tuntutan tugas bagi semua pihak yang turut terlibat dalam pembangunan itu, semakin meningkat dan semakin berat. Dikalangan organisasi pemerintahan baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah semakin terasa perlunya penyelesaian tugas umum pemerintah dan tugas pembangunan dengan cepat, akuntabel dan transparansi.

Dalam rangka penyelesaian tugas dalam organisasi, diperlukan pengawasan pimpinan yang dapat menggerakkan para bawahannya sehingga tujuan organisasi dapat tercapai dengan baik. Pelaksanaan kegiatan atau pekerjaaan, seorang pimpinan selanjutnya harus dapat mengawasi bawahannya dengan cara memberikan pengarahan mengenai pelaksanaan tugas, memberikan teguran kepada bawahan jika bersalah dan memberikan pujian jika bawahan dapat melaksanakan tugas dengan tepat waktu dan memuaskan.

Salah satu alternatif yang harus ditempuh oleh organisasi dalam mengantisipasi terhadap perubahan yang terjadi tersebut adalah meningkatkan kualitas sumberdaya manusia yang dimilikinya, selain itu aspek yang perlu diperhatikan adalah budaya organisasi yang berkaitan dengan budaya kehidupan kerja pegawai. Aspek organisasi yang mempunyai pengaruh yang kuat terhadap kehidupan kerja pegawai/ bawahan adalah faktor pimpinan.

Untuk dapat menggerakkan para pegawai agar dapat berbuat sesuai dengan yang diharapkan, maka diperlukan seorang pemimpin yang mampu menjalankan organisasi dengan baik sehingga dapat mencapai tujuan organisasi. Hal ini karena kepemimpinan memegang peranan


(6)

yang penting dalam kehidupan suatu organisasi. Jadi di dalam organisasi tanpa adanya kebijaksanaan dari pimpinan terhadap bawahan, kerja sama antara sekelompok orang dalam organisasi tersebut tidak akan tercapai. Pentingnya kepemimpinan dalam kehidupan organisasi dikemukan Sudarwan Danim (2004:24) adalah setiap perbuatan yang dilakukan oleh individu atau kelompok yang tergabung di dalam wadah tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

Pimpinan yang berkualitas dalam kepemimpinan dengan bawahan yang memiliki efektivitas kerja perangkat desa yang sangat membantu pencapaian tujuan yang telah ditetapkan kepemimpinan seseorang tidak hanya didasarkan atas kualitas pemimpin melalui kecerdasan atau pendidikannya yang telah ditentukan, tetapi dibutuhkan juga sifat-sifat untuk berkembang menjadi seorang pemimpin yang baik. Sifat ini akhirnya secara psikologis akan berpengaruh terhadap kepemimpinan yang digunakan oleh seorang pemimpin dalam mempengaruhi, dan menggerakkan bawahannya untuk bekerja.

Kepemimpinan menurut Stephen P. Robbins (2002:163) adalah kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok untuk pencapaian tujuan. Proses mempengaruhi ini memang merupakan salah satu unsur yang diperlukan dalam suatu organisasi agar dapat mencapai tujuannya. Disamping itu kepemimpinan akan berpengaruh terhadap komunikasi di dalam suatu organisasi yang ada. Dengan adanya kepemimpinan yang sesuai dengan situasi dan kondisi lingkungan kerja akan berhubungan dengan efektivitas kerja Perangkat Desa


(7)

The Liang Gie (1981:36) efektivitas merupakan ukuran hasil pekerjaan yang telah dicapai oleh seseorang, efektivitas mengandung arti terjadinya suatu efek atau akibat yang dikehendaki, jadi perbuatan seseorang yang efektif ialah suatu perbuatan yang dapat menimbulkan akibat sebagaimana yang diharapkan.

Hendyat Soetopo dan Westy Soemanto, (1984:17) mengatakan bahwa ;

“Efektivitas merupakan ukuran tercapainya sasaran yang telah ditentukan sebelumnya. efektivitas merupakan keadaan yang menunjukkan sejauh mana yang akan direncanakan atau diinginkan dapat terlaksana atau tercapai, dalam arti semakin banyak rencana yang dapat dilaksanakan maka semakin efektif pula suatu kegiatan”.

The Liang Gie (1991:56) mengatakan bahwa kerja adalah keseluruhan pelaksanaan aktivitas-aktivitas jasmani dan rohani yang dilakukan oleh manusia untuk mencapai tujuan tertentu atau mengandung maksud tertentu yang berhubungan dengan kelangsungan hidup.

Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan efektivitas kerja merupakan kegiatan atau aktivitas yang dilakukan oleh seseorang yang terlibat secara langsung di dalam organisasi dengan cara tepat dan cepat sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya.

Masalah efektivitas kerja sangat menentukan bagi berhasil tidaknya suatu organisasi, karena masalah efektivitas kerja berkaitan juga dengan disiplin kerja. Semakin tinggi disiplin kerja, maka semakin besar pula kemungkinan untuk mencapai tujuan organisasi. Efektivitas kerja pegawai yang tinggi dan efisien akan sangat dipengaruhi oleh kepemimpinan yang diterapkan oleh kepala desa kepada perangkat desa, karena bawahan hanya memiliki sifat untuk menunggu informasi yang akan diberikan oleh atasan.

Pemerintah Desa Talang Bojong Kecamatan Kotabumi Kota Kabupaten Lampung Utara merupakan ujung tombak pemerintahan kecamatan di dalam mengkoordinir tugas-tugas perangkat desa memiliki andil yang sangat penting didalam menjalin hubungan yang baik


(8)

antara perangkat desa dengan kepala desa. Kepemimpinan Kepala Desa akan efektif atau tidak dapat dilihat dari disiplin kerja pegawai pada Perangkat Desa di Kecamatan Kotabumi Kota Kabupaten Lampung Utara.

Kemampuan pemimpin memegang peran utama untuk menentukan efektivitas kepemimpinan dalam hal ini kepemimpinan Kepala Desa Talang Bojong, karena untuk mencapai efektivitas kerja yang baik perangkat desa harus dapat menyelesaikan pekerjaan tepat waktu, hasil kerja sesuai dengan standar yang ditetapkan, serta hasil kerja sesuai dengan biaya yang dikeluarkan. Kesemuanya itu dapat dipengaruhi oleh unsur dasar kepemimpinan yaitu kapasitas, kapabilitas serta kepribadian seorang kepala desa.

Adapun masalah yang dihadapi Pemerintah Desa Talang Bojong Kecamatan Kotabumi Kota Kabupaten Lampung Utara terlihat masih kurang efektif kepemimpinan yang diterapkan oleh kepala desa, kurang koordinasi antara kepala desa dengan perangkat desa, kerja sama masih kurang antara kepala desa dengan perangkat desa, serta masih rendahnya swadaya masyarakat dalam pembangunan sehingga menyebabkan tugas-tugas pemerintahan dan tugas-tugas pembangunan tidak berjalan secara optimal, hal ini terlihat dengan adanya program-progam desa baik yang fisik maupun yang non fisik sampai saat ini masih ada yang belum terlaksana, sebagai contoh hanya ada satu dusun yang mampu melaksanakan pembangunan dusun atas swadaya masyarakat sendiri.

Berdasarkan uraian pendapat di atas, maka penulis merasa tertarik untuk melakukan pembahasan dan pengkajian secara lebih mendalam tentang Hubungan Kepemimpinan Kepala


(9)

Desa Dengan Efektivitas Kerja Perangkat Desa (Studi Pada Pemerintah Desa Talang Bojong Kecamatan Kotabumi Kota Kabupaten Lampung Utara).

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat penulis kemukakan masalahnya adalah :

”Seberapa erat hubungan kepemimpinan yang diterapkan oleh Kepala Desa dengan efektivitas

kerja Perangkat Desa Talang Bojong Kecamatan Kotabumi Kota Kabupaten Lampung

Utara?”.

C.Tujuan Penelitian

Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keeratan hubungan kepemimpinan yang diterapkan oleh Kepala Desa dengan efektivitas kerja Perangkat Desa Talang Bojong Kecamatan Kotabumi Kota Kabupaten Lampung Utara. Berdasarkan tujuan tersebut, sasaran

penelitian yang akan dicapai adalah : ”Untuk mengetahui keeratan hubungan kepemimpinan

kepala desa dengan efektivitas kerja Perangkat Desa Talang Bojong Kecamatan Kotabumi

Kota Kabupaten Lampung Utara”.

D.Kegunaan Penelitian

Adapun Kegunaan Penelitian ini adalah : 1. Secara Teoritis


(10)

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi dan pengetahuan dibidang pemerintahan yang berkaitan dengan pemerintahan desa, khususnya yang berkaitaan dengan kepemimpinan dan efektivitas kerja perangkat desa.

2. Secara Praktis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat membantu memberikan alternatif informasi, bahan referensi, serta sebagai sumber informasi awal bagi peneliti-peneliti yang tertarik terhadap kepemimpinan kepala desa.


(11)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A.Pengertian Pemimpin

Pemimpin adalah seorang yang memiliki kemampuan mempengaruhi orang lain untuk mengarahkan ataupun mengkoordinasi untuk mencapai tujuan dalam suatu organisasi. Sebagaimana diungkapkan Kartini Kartono (2003:27) bahwa :

“Pemimpin adalah seorang anggota kelompok yang paling berpengaruh terhadap aktivitas

kelompoknya dan yang memainkan peranan penting dalam merumuskan ataupun mencapai tujuan-tujuan kelompok. Seorang pemimpin merupakan penyalur bagi pikiran, tindakan dan kegiatan yang bersifat mempengaruhi dan melaksanakan pekerjaan-pekerjaan. Hal ini

berarti bahwa pemimpin selalu meliputi sejumlah besar masalah kekuasaan”.

Fiedler seperti dikutip oleh Setiawati (2000:7) mengemukakan bahwa :

“Pemimpin adalah sebagai seorang yang bertugas mengarahkan dan mengkoordinasi aktivitas-aktivitas yang ada dalam tugas-tugas kelompok. Seorang pemimpin ialah seseorang yang karena kecakapan pribadinya dengan atau tanpa pengangkatan resmi dapat mempengaruhi kelompok yang dipimpinnya untuk mengarahkan usaha seorang pemimpin ialah seseorang yang karena kecakapan pribadinya dengan atau tanpa pengangkatan resmi dapat mempengaruhi kelompok yang dipimpinnya untuk mengarahkan usaha kerjasama

kearah pencapaian sasaran tertentu”.

Kekuasaan seorang pemimpin bersumber dari kemampuannya untuk mempengaruhi orang lain karena sifat-sifat dan sikapnya, luas pengetahuan dan pengalamannya, pandai berkomunikasi dalam hubungan-hubungan interpersonal. Pemimpin adalah seorang yang memiliki kecakapan khusus sehingga mempunyai kekuasaan, kewibawaan dalam mengarahkan dan membimbing bawahannya untuk mendapat pengakuan serta dukungan dari bawahan kearah pencapaian tujuan tertentu. Jadi pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kelebihan dalam hal kemampuan untuk mempengaruhi dan menggerakkan bawahannya.


(12)

B. Pengertian Kepemimpinan

Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995:769), istilah “kepemimpinan” berasal dari

kata”pimpin” dengan mendapat awalan ”me” menjadi ”memimpin ” yang berarti

menunjukkan jalan dan membimbing. Perkataan memimpin bermakna sebagai kegiatan,

sedangkan yang melaksnakannya disebut “pemimpin” bertolak dari kata pemimpin itulah berkembang pula istilah atau perkataan” kepemimpinan” yang mempunyai makna

menunjukkan pada semua perihal dalam memimpin termasuk juga kegiatannya itu sendiri. Sebagaimana diungkapkan oleh Achmad Sanusi (2009:19) bahwa :

“Kepemimpinan adalah keseluruhan tindakan guna mempengaruhi serta menggiatkan

orang dalam usaha bersama untuk mencapai tujuan, atau dengan definisi yang lebih lengkap dapat dikatakan bahwa kepemimpinan adalah proses pemberian jalan yang mudah dari pada pekerjaan orang lain yang terorganisir dalam organisasi formal guna mencapai

tujuan yang telah ditetapkan”.

W.J.S. Poerwadarminta (1984:754) secara etimologis kepemimpinan berasal dari kata pemimpin yang artinya menuntun, menunjukkan jalan, mengantarkan. Sedangkan Wahyusumidjo (1994:18-19) mengemukan bahwa kepemimpinan adalah proses dalam mempengaruhi kegiatan-kegiatan seseorang atau kelompok dalam usahanya mencapai tujuan di dalam suatu situasi tertentu.

Kartini Kartono (2003:5-8) berpendapat bahwa kepemimpinan merupakan masalah relasi dan pengaruh antara pemimpin dengan yang dipimpin. Kepemimpinan tersebut muncul dan berkembang sebagai hasil dari interaksi otomatis antara pemimpin dengan orang -orang yang dipimpinnya. Sedangkan Ordway Tead dalam Kartini Kartono (2003:49) mengemukan bahwa


(13)

kepemimpinan ialah kegiatan mempengaruhi orang-orang agar mereka bekerjasama dalam mencapai tujuan yang diinginkan.

Sudarwan Danin (2004-24) kepemimpinan adalah setiap perbuatan yang dilakukan oleh individu atau kelompok untuk mengkoordinasi dan memberi arah kepada individu atau kelompok yang tergabung di dalam wadah tertentu untuk mencapai tujuan yang ditetapkan sebelumnya. Malayu S.P Hasibuan (2003:170) mengemukakan kepemimpinan adalah cara seorang memimpin mempengaruhi perilaku bawahan agar mau bekerjasama secara produktif untuk mencapai tujuan organisasi.

Ambar Teguh Sulistiyani (2008:21) berpendapat bahwa kepemimpinan dapat berjalan dengan lancar dan berhasil dalam melakukan inisiasi terhadap kelompok perlu didukung oleh kemampuan pemimpin. Kemampuan pemimpin memegang peranan utama untuk menentukan efektivitas kepemimpinan seseorang. Sejumlah kemampuan umum sebagai unsur dasar kepemimpinan berupa :

a. kapasitas b. kapabilitas

c. kepribadian pemimpin

Kapasitas (kemampuan) adalah merupakan background yang dimiliki oleh pemimpin mengenai tingkat kemampuan yang dapat meliputi keahlian, pengetahuan, dan keterampilan baik yang diperoleh secara formal, non formal maupun bersumber dari pengalaman pribadi, yang bermanfaat bagi kepemimpinannya.


(14)

Kapabilitas (kesanggupan) merupakan kondisi mental psikologis seseorang pemimpin yang mencerminkan kemantapan dan kesanggupan penuh serta tanggung jawab untuk memikul segala konsekuensi jabatan, dan kepemimpinan.

Personality (kepribadian pemimpin), lebih merupakan pancaran dari karakter pemimpin itu sendiri, yang menyangkut sifat atau watak yang melekat pada dirinya. Pemimpin yang memiliki karakter yang baik akan dapat menjadi teladan bagi anak buah, cenderung disegani dan dihormati.

Sebagaimana diungkapkan Stogdill (1992:99) kepemimpinan adalah proses mempengaruhi kegiatan kelompok dalam perumusan dan pencapaian tujuan. Seperti diungkapkan Glenn (1992:99) kepemimpinan yang berkualitas adalah kemampuan atau seni memimpin orang biasa untuk mencapai hasil yang luar biasa.

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan merupakan kemampuan seseorang untuk mempengaruhi dan mengarahkan orang secara efektif dan efisien dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Berdasarkan definisi diatas, kepemimpinan memiliki beberapa implikasi, antara lain :

Pertama : kepemimpinan berarti melibatkan orang atau pihak lain, yaitu para bawahan. Para bawahan harus memiliki kemauan untuk menerima arahan dari pemimpin. Walaupun demikian, tanpa adanya bawahan, kepemimpinan tidak akan ada juga.

Kedua: seorang pemimpin yang efektif adalah seseorang yang dengan kekuasaannya mampu menggugah pengikutnya untuk mencapai kinerja yang memuaskan.

Ketiga : kepemimpinan harus memiliki kejujuran terhadap diri sendiri, sikap bertanggung jawab yang tulus, pengetahuan, keberanian bertindak sesuai dengan keyakinan, kepercayaan


(15)

pada diri sendiri dan orang lain dan kemampuan untuk meyakinkan orang lain dalam membangun organisasi.

Dengan demikian kepemimpinan hanya dapat dilaksanakan oleh seorang pemimpin dimana seorang pemimpin adalah seorang yang mempunyai keahlian memimpin, mempunyai kemampuan mempengaruhi pendirian/pendapat orang. Seorang pemimpin adalah seorang yang aktif membuat rencana-rencana, mengkoordinasi, melakukan percobaan dan memimpin pekerjaan untuk mencapai tujuan bersama-sama. Suatu ungkapan yang mulia mengatakan bahwa pemimpinlah yang bertanggungjawab atas kegagalan pelaksanaan suatu pekerjaan.

Hal ini menunjukkan bahkan suatu ungkapan yang mendudukkan posisi pemimpin dalam suatu organisasi pada posisi yang terpenting. Demikian juga pemimpin dimanapun letaknya akan selalu mempunyai beban untuk mempertanggungjawabkan kepemimpinannya. Keberhasilan maupun kegagalan dari suatu organisasi seperti halnya lembaga pemerintah ataupun organisasi sosial lainnya, akan selalu dikaitkan dengan pemimpin dari organisasi dimaksud. Dengan kata lain, kepemimpinan merupakan unsur kunci dalam menentukan efektivitas suatu organisasi.

Jadi, seorang pemimpin dalam memimpin bawahannya harus mampu memberikan dorongan, pengarahan, bimbingan, penyuluhan, pengendalian, keteladanan, bersikap jujur dan tegas agar bawahan mau bekerja sama dan bekerja efektif untuk mencapai tujuan organisasi. Oleh karna itu salah satu faktor yang mempengaruhi efektivitas kerja pegawai adalah faktor pimpinan yang dalam hal ini menyangkut gaya kepemimpinan. Berdasarkan realitas itu maka gaya kepemimpinan yaitu pola perilaku seorang pemimpin untuk memimpin bawahannya memiliki peranan yang sangat penting dalam mempengaruhi efektivitas kerja.


(16)

C. Pengertian Gaya Kepemimpinan

Gaya artinya sikap, gerakan, tingkah laku, sikap yang elok, gerak gerik yang bagus, kekuatan, kesanggupan untuk berbuat baik. Menurut (Sedarmayanti 2009:131) gaya kepemimpinan adalah sekumpulan ciri yang digunakan pimpinan untuk mempengaruhi bawahan agar sasaran tercapai atau gaya kepemimpinan adalah pola perilaku dan strategi yang disukai dan sering diterapkan seorang pemimpin.

Agus Dharma (2001:37) berpendapat bahwa gaya kepemimpinan adalah perilaku yang ditunjukkan oleh seseorang pada saat ia mencoba mempengaruhi orang lain.

Setiap pemimpin akan mempunyai gaya atau cara tersendiri dalam memimpin atau mendorong bawahannya untuk mau bekerjasama. Gaya kepemimpinan adalah norma prilaku atau cara yang dipergunakan oleh seseorang dalam memimpin. Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa gaya kepemimpinan merupakan perilaku yang ditunjukkan oleh seseorang pada saat ia mencoba mempengaruhi perilaku orang lain.

Dalam melaksanakan gaya kepemimpinan, seorang pemimpin harus mempertimbangkan situasi lingkungan atau keadaan atau sifat-sifat serta sikap bawahan yang dipimpinnya.

Berdasarkan hal ini, maka gaya kepemimpinan yang dilakukan akan berbeda pada saat tertentu sesuai dengan situasi saat itu (situasi saat pemimpin melaksanakan gaya kepemimpinannya). Ini amat berpengaruh bagi pelaksanaan kepemimpinan dalam mencapai tujuan yang diharapkan dari organisasi.


(17)

Wahjosumidjo (2004:97) mengemukakan bahwa teori yang mengaitkan hubungan antara gaya kepemimpinan dengan situasi telah dimulai sejak tahun 1967 oleh Fred Fieldler dengan teori kepemimpinan kontigensi. Dalam teori ini ada hal yang dijadikan sasaran yaitu :

1. Identifikasi faktor-faktor yang sangat penting dalam situasi.

2. Memperkirakan gaya kepemimpinan yang paling efektif dalam situasi tersebut.

Gaya atau cara memimpin ini ada berbagai ragam yang dapat dipilih untuk mencocokkan dengan situasi atau kondisi dari bawahan yang dihadapi. Menurut Fiedler (dalam Sedarmayanti 2009:128) ada dua macam gaya kepemimpinan, yaitu :

1. Orientasi Tugas (OT), memiliki ciri-ciri sebagai berikut : a) Mengutamakan tercapainya tujuan

b) Mementingkan produksi yang tinggi

c) Mengutamakan penyelesaian tugas menurut jadwal yang telah ditetapkan d) Lebih banyak melakukan pengarahan

e) Melaksanakan tugas dengan melalui prosedur kerja ketat f) Melakukan pengawasan secara ketat

g) Penilaian terhadap pejabat semata-mata berdasarkan hasil kerja. 2. Orientasi Hubungan (OH), memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

a) Memperhatikan kebutuhan bawahan

b) Berusaha menciptakan suasana saling percaya

c) Berusaha menciptakan suasana saling harga menghargai d) Simpati terhadap perasaan bawahan


(18)

f) Menumbuhkan peran serta bawahan dalam pembuatan keputusan dan kegiatan lain g) Lebih mengutamakan pengarahan diri, mendisiplinkan diri, mengontrol diri.

Menurut Sedarmayanti dalam bukunya kepemimpinan masa depan, merumuskan gaya kepemimpinan sebagai suatu kegiatan untuk mempengaruhi orang-orang agar bekerja bersama-sama menuju suatu tujuan tertentu yang mereka inginkan bersama. Gaya kepemimpinan yang paling tepat adalah gaya yang dapat memaksimalkan efektivitas, produktivitas, kepuasan kerja, pertumbuhan, mudah menyesuaikan dengan segala situasi.

Jadi gaya kepemimpinan adalah suatu cara yang digunakan oleh seorang pemimpin dalam mempengaruhi prilaku orang lain. Berdasarkan gaya ini dapat diambil manfaatnya untuk dipergunakan sebagai pedoman bagi pemimpin dalam memimpin bawahan atau para pengikutnya atau gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku yang dipergunakan oleh seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang lain. Berdasarkan paparan perumusan gaya kepemimpinan tersebut, jelaslah maka ada orang yang mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi, mengarahkan, membimbing, dan ada juga sebagian orang yang mempunyai kegiatan untuk mempengaruhi prilaku orang lain agar mengikuti apa yang menjadi kehendak daripada atasan atau pimpinan mereka.

Ada 2 (dua) hal yang dapat dilakukan seorang pemimpin dalam mempengaruhi perilaku bawahan atau pengikutnya yaitu :

1. Perilaku mengarahkan adalah sejauhmana seorang pemimpin melibatkan dalam komunikasi satu arah, antara lain menetapkan peranan yang seharusnya dilakukan


(19)

bawahan, memberitahukan pengikut apa yang seharusnya bisa dikerjakan, kapan, dimana, bagaimana cara menyelesaikannya dan melakukan pengawasan secara ketat.

2. Perilaku mendukung adalah sejauh mana seorang pemimpin melibatkan diri dalam komunikasi dua arah, misalnya mendengar, menyediakan dukungan dan dorongan, memudahkan interaksi serta melibatkan pengikut dalam mengambil keputusan.

Menurut Hersey dan Blanchard (Rivai, 2003:131) variabel penting dalam menentukan gaya kepemimpinan yang efektif dipengaruhi dengan kesiapan bawahan, yang digambarkan sebagai berikut :

Tinggi

Tingkah Laku Hubungan

Rendah

Tingkah Laku Tugas Tinggi

(Memberikan Pedoman)

Gambar 1. Gaya Kepemimpinan Model Situasional Hersey dan Blanchard Keterangan :

1. Tahap pertama, tugas tinggi artinya banyak instruksi-instruksi yang perlu disampaikan mengingat bawahan baru menghadapi pekerjaan dan situasi yang baru. Hubungan rendah artinya pada tahap ini pemimpin belum banyak memberikan motivasi yang bersifat sebagai

Hubungan Tinggi dan Tugas Rendah

(3)

Tugas Tinggi dan Hubungan Tinggi

(2) Hubungan Rendah dan

Tugas Rendah (4)

Tugas Tinggi dan Hubungan Rendah

(1) Tingkah Laku Pemimpin


(20)

dukungan, karena bawahan belum siap karena memerlukan struktur sementara manajer masih mengamati.

2. Tahap kedua, tugas tinggi bawahan mulai belajar mengenai tugasnya, perhatian dan tugas tetap penting karena mereka belum dapat bekerja tanpa struktur, manajer telah terbiasa dan mulai banyak memberikan dorongan lebih jauh untuk keberhasilannya.

3. Tahap ketiga, karyawan mempunyai kemampuan lebih besar dan motivasi untuk berprestasi mulai tampak dan secara aktif mencari tanggung jawab yang lebih besar, pemimpin tidak perlu lagi memberikan arahan dan motivasi.

4. tahap keempat, karyawan sudah lebih percaya diri, bisa mengarahkan sendiri dan berpengalaman, tidak mengharapkan lagi pengarahan dari pimpinan mereka sudah mandiri.

Gaya kepemimpinan situasional dapat dirumuskan sebagai suatu kemampuan dan kemauan dari orang-orang untuk bertanggung jawab dalam mengarahkan perilakunya sendiri. Kematangan hendaknya dapat dipertimbangkan dalam hubungannya dengan tugas-tugas spesifik yang harus dilakukan, semua orang cenderung menjadi lebih atau kurang dewasa dalam hubungannya dengan suatu tugas spesifik, fungsi atau tujuan yang akan dicapai oleh pemimpin lewat usaha-usahanya.

Gaya kepemimpinan kontingensi dikembangkan oleh Fielder. Fielder dalam Achmad Sanusi (2009:66) berpendapat bahwa gaya kepemimpinan yang paling sesuai bagi sebuah organisasi bergantung pada situasi di mana pemimpin bekerja. Menurut model kepemimpinan ini, terdapat tiga variabel utama yang cenderung menentukan apakah situasi menguntungkan bagi pemimpin atau tidak. Ketiga variabel utama tersebut adalah :


(21)

1. Hubungan pribadi pemimpin dengan para anggota kelompok (hubungan pemimpin-anggota).

2. Kadar struktur tugas yang ditugaskan kepada kelompok untuk dilaksanakan ( struktur tugas).

3. Kekuasaan dan kewenangan posisi yang dimiliki (kuasa posisi)

Berdasarkan ketiga variabel utama tersebut, Fiedler menyimpulkan bahwa : (1) para pemimpin yang berorientasi pada tugas cendrung berprestasi terbaik dalam situasi ekstrim, yaitu ketika pemimpin mempunyai penyah yang sangat besar terhadap kelompok yang sangat menguntungkan maupun tidak menguntungkan sekalipun; dan (2) para pemimpin yang berorientasi pada hubungan cendrung berprestasi terbaik dalam situasi-situasi dimana pemimpin mempunyai kekuasaan dan pengaruh yang sedang.

Menurut Fiedler, ada tiga faktor utama yang mempengaruhi kesesuaian situasi dan ketiga faktor ini selanjutnya mempengaruhi keefektifan pemimpin. Ketiga faktor tersebut adalah hubungan antara pemimpin dan bawahan (leader-member relations), struktur tugas (the task structure) dan kekuatan posisi (position power).

Hubungan antara pemimpin dan bawahan (leader-member relations) menjelaskan sampai sejauh mana pemimpin itu dipercaya dan disukai oleh bawahan, dan kemauan bawahan untuk mengikuti petunjuk pemimpin.

Struktur tugas (the task structure) menjelaskan sampai sejauh mana tugas-tugas dalam organisasi didefinisikan secara jelas dan sampai sejauh mana definisi tugas-tugas tersebut dilengkapi dengan petunjuk yang rinci dan prosedur yang baku.


(22)

Kekuatan posisi (position power) menjelaskan sampai sejauh mana kekuatan atau kekuasaan yang dimiliki oleh pemimpin karena posisinya diterapkan dalam organisasi untuk menanamkan rasa memiliki akan arti penting dan nilai dari tugas-tugas mereka masing-masing. Kekuatan posisi juga menjelaskan sampai sejauh mana pemimpin (misalnya) menggunakan otoritasnya dalam memberikan hukuman dan penghargaan, promosi dan penurunan pangkat (demotions).

Dari uraian di atas, maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa tidak ada gaya yang terbaik, semua harus disesuaikan dengan kondisi yang dihadapi. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Agus Dharma (2001:41) bahwa gaya kepemimpinan yang paling efektif adalah gaya yang diterapkan sesuai dengan tuntutan situasi tertentu.

D.Pengertian Efektivitas Kerja.

The Liang Gie (1981:3) bahwa efektivitas mengadung arti terjadi suatu efek atau akibat yang dikehendaki, jadi perbuatan seseorang yang efektif ialah suatu perbuatan yang dapat menimbulkan akibat sebagaimana yang diharapkan Hendyat Soetopo dan Westy Soemanto (1984:17) efektivitas merupakan keadaan yang menunjukkan sejauh mana yang akan direncanakan atau diinginkan dapat terlaksana atau tercapai, dalam arti semakin banyak rencana yang dapat dilaksanakan maka semakin efektif pula suatu kegiatan.

H.Emeron (1995:23) efektivitas adalah penggunaan dalam arti tercapainya sasaran atau tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Sedang kerja menurut The Liang Gie (1991:24) adalah keseluruhan pelaksanaan aktivitas-aktivitas jasmani dan rohani yang dilakukan manusia untuk mencapai tujuan tertentu atau mengandung maksud tertentu yang berhubungan dengan kelangsungan hidup.


(23)

Bertitik tolak dari pengertian tersebut efektifitas kerja adalah merupakan suatu usaha atau suatu pekerjaan dapat berhasil dengan baik, sesuai dengan yang ditentukan sebelumnya. Jadi pada dasarnya efektivitas kerja adalah suatu perwujudan dari pencapaian tujuan yang dikehendaki melalui cara kerja. Untuk mempelajari pengertian dari efektivitas yang diuraikan sebelumnya dalam menentukan keberhasilan organisasi Sondang P. Siagian (2003:23) mengungkapkan ukuran aktivitas itu sendiri yang banyak digunakan adalah :

1. Kemampuan menyelesaikan tugas pada waktunya.

2. Melaksanakan tugas sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku.

3. Mengerti dengan apa yang akan dikerjakan pegawai dalam menerima perintah dan atas hubungan dengan tugas yang akan dikerjakan harus benar-benar memahami sistem dari perintah yang diberikan.

4. Kemampuan dalam merealisasi masalah yang maksimal tumbuh dalam suatu organisasi dapat diselesaikan dengan baik.

Selanjutnya Soewarno Handayaningrat (1986:16) mendefinisikan efektivitas kerja sebagai pengukuran dalam arti tercapainya sasaran atau tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Jadi apabila sasaran atau tujuan itu tidak tercapai sesuai dengan waktu yang telah ditentukan maka pekerjaan itu tidak efektif.

Sehubungan dengan itu, Ero H. Rasyidi, (1984:158) menyatakan bahwa efiktivitas kerja terkandung pengertian sebagai berikut :

a. Berdaya tepat atau berhasil guna untuk menyebutkan bahwa sesuatu itu telah berhasil dilaksanakan secara sempurna, secara tepat dan target telah tercapai.

b. Ekonomi (hemat dan ekonomis) untuk menyatakan di dalam pencapaian efektivitas itu, maka biaya yang telah dikeluarkan sehemat-hematnya sesuai dengan rencana, pemborosan ditengah jalan dapat dikikis dan dihindari.

c. Efisiensi, yaitu berdaya guna untuk menunjukan bila suatu tindakan atau usaha sudah efektif dan ekonomis baru dikatakan efisien.

Berdasarkan uraian beberapa pendapat ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan efektivitas kerja adalah suatu kegiatan yang dilakukan telah menunjukan


(24)

hasil yang diharapkan baik mutu atau jumlahnya yang dalam penyelesaian tepat pada waktu yang telah ditetapkan sebelumnya dengan pengeluaran biaya sehemat-hematnya.

E. Kepala Desa

Tugas dan Kewajiban Kepala Desa sesuai dengan UU No 32 Tahun 2004 tugas dan kewajiban Kepala Desa adalah:

1. Memimpin penyelenggaraan pemerintahan desa. 2. Membina kehidupan masyarakat desa.

3. Membina perekonomian desa.

4. Memelihara ketentraman dan keterlibatan masyarakat desa. 5. Mendamaikan perselisihan masyarakat di desa.

6. Mewakili desanya di dalam atau di luar pengadilan dan dapat menunjuk kuasa hukum. 7. Mengajukan rancangan peraturan desa dan bersama BPD menetapkannya sebagai

peraturan desa.

8. Menjaga kelestarian adat istiadat yang hidup dan berkembang di desa yang bersangkutan.

Hak dan wewenang kepala desa UU No 32 Tahun 2004, tidak mengatur dan menjelaskan secara tegas mengenai hak dan wewenang kepala desa. Namun jika diidentifikasikan, kepala desa paling tidak memiliki hak sebagai berikut :

1. Mengatur penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan desa. 2. Mewakili desanya dalam rangka penyelenggaraan kerjasama.

3. Mendapat penghasilan dan tunjangan lainnya sesuai dengan kemampuan keuangan desa.


(25)

Kewenangan kepala desa sebagai berikut :

1. Menumbuh kembangkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan. 2. Menumbuh kembangkan serta membina jiwa gotong-royong masyarakat. 3. Melaksanakan pembinaan dan pengembangan adat-istiadat.

4. Menetapkan keputusan kepala desa sebagai pelaksanaan dari peraturan desa.

F. Perangkat Desa

Dalam UU No 32 Tahun 2004 menyebutkan bahwa pemerintah desa terdiri dari kepala desa atau yang disebut dengan nama lain perangkat desa. Selanjutnya pengaturan mengenai perangkat desa secara lebih khusus dituang dalam PP No.72 Tahun 2005 Pasal 12 Ayat 3 menegaskan bawa perangkat desa terdiri dari atas :

1. Unsur staf, yaitu unsur pelayanan seperti Sekreatris Desa dan/atau Tata Usaha.

2. Unsur pelaksana, yaitu unsur pelaksana teknis lapangan seperti urusan pamong tani desa, dan urusan kecamatan.

3. Unsur kewilayahan, yaitu unsur pembantu desa diwilayah bagian desa seperti kepala dusun.

Dengan demikian perangkat desa terdiri dari : 1. Sekretaris desa (Sekdes).


(26)

2. Kepala urusan (Kaur). 3. Kepala dusun (Kadus).

Pengangkatan perangkat desa dilakukan sebagai berikut :

1. Sekretaris desa diangkat dan diberhentikan oleh bupati kepala daerah kabupaten setelah mendengar pertimbangan camat atas usul kepala desa sesudah mendengar pertimbangan BPD.

2. Kepala-kepala urusan diangkat dan diberhentikan oleh camat atas nama bupati kepala daerah kabupaten atas usul kepala desa.

3. Kepala dusun diangkat dan diberhentikan oleh camat atas nama bupati kepala daerah kabupaten atas usul kepala desa.

Kedudukan, Tugas dan Fungsi perangkat desa adalah sebagai berikut : Kedudukan sekretaris desa :

1. Unsur staf sebagai orang kedua. 2. Memimpin sekretariat desa.

Tugas sekretaris desa sebagai berikut : 1. Memberikan pelayanan staf. 2. Melaksanakan administrasi desa. Fungsi sekretaris desa sebagai berikut :

1. Kegiatan surat-menyurat, kearsipan dan pelaporan. 2. Kegiatan pemerintahan dan keuangan desa.

3. Administrasi pendudukan. 4. Administrasi umum.


(27)

bertanggung jawab kepada kepala desa. Kedudukan kepala urusan sebagai berikut :

1. Sebagai unsur pembantu sekretaris desa dalam bidang tugasnya. 2. Membantu sekretaris desa dalam bidang tugasnya.

Fungsi Kepala Urusan sebagai berikut :

1. Kegiatan sesuai dengan unsur bidang tugas.

2. Pelayanan administrasi terhadap kepala desa dan kepala urusan bertanggungjawab kepada sekretaris desa.

Kedudukan kepala dusun adalah sebagai pelaksana tugas kepala desa di wilayahnya. Tugasnya kepala dusun adalah melaksanakan tugas-tugas di wilayah kerjanya.

Fungsi kepala dusun adalah sebagai berikut :

1. Melaksanakan kegiatan pemerintahan pembangunan dan kemasyarakatan. 2. Melaksanakan keputusan desa diwilayah kerjanya.

3. Melaksanaan kebijaksanaan kepala desa, kepala dusun bertanggung jawab kepada kepala desa.

G.Hubungan Kepemimpinan Dengan Efektivitas Kerja

Pemimpin harus dapat mempengaruhi dan memotivasi bawahan. Di dalam usaha mempengaruhi dan memotivasi tersebut kemungkinan yang dicapai adalah sukses atau tidak sukses.

Ambar Teguh Sulistiyani (2008:77) mengemukakan bahwa Kepemimpinan yang sukses berarti pemimpin berhasil dalam mempengaruhi bawahan sehingga bawahan mengikuti atau melakukan tindakan sesuai dengan apa yang diperintahkan, dengan demikian efektivitas kerja


(28)

sebagai tujuan organisasi tercapai dengan baik. Oleh karna itu salah satu faktor yang mempengaruhi efektivitas kerja pegawai adalah faktor pimpinan yang dalam hal ini menyangkut gaya kepemimpinan.

Senada dengan itu, (Achmad Sanusi, 2009:65) mengatakan bahwa gaya kepemimpinan merupakan suatu cara yang digunakan untuk dapat mempengaruhi kinerja bawahan, sehingga efektivitas kerja dapat tercapai. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi efektivitas kerja pegawai menurut sedarmayanti (2009) faktor tersebut antara lain: pimpinan, rekan sekerja, sarana fisik, kebijaksanaan, dan peraturan organisasi, kompensasi/imbalan jasa uang dan atau non uang serta jenis pekerjaan dan tantangan.

Menurut Fiedler, ada tiga faktor utama yang mempengaruhi kesesuaian situasi dan ketiga faktor ini selanjutnya mempengaruhi keefektifan pemimpin. Ketiga faktor tersebut adalah hubungan antara pemimpin dan bawahan (leader-member relations), struktur tugas (the task structure) dan kekuatan posisi (position power). Gaya kepemimpinan yang baik dan sesuai dengan situasi dan kondisi diatas akan dapat mempengaruhi efektivitas kerja para bawahannya, karena untuk mencapai efektivitas kerja pegawai yang baik akan sangat dipengaruhi oleh gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh atasan kepada bawahan, karena bawahan hanya memiliki sifat untuk menunggu informasi yang akan diberikan oleh atasan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa gaya kepemimpinan sangat berhubungan dengan efektivitas kerja.


(29)

Kerangka pemikiran penelitian adalah batasan-batasan yang akan diteliti untuk menghindari permasalahan tidak terlalu kompleks sehingga hasil penelitian menjadi jelas dan terarah, dan tidak menyimpang dari jalur pembahasan. Hasir Mujiman dan Purwat (1987:21) mengemukakan kerangka pikir adalah konsep yang terdiri dari hubungan antara sebab akibat atau disebut juga kausal hipotesis antara variabel bebas dengan variabel terikat atau variabel tidak bebas dalam rangka memberikan jawaban sementara terhadap permasalahan yang diselidiki.

Keberhasilan suatu organisasi pada umumnya dipengaruhi oleh kepemimpinan yang diterapkan dalam organisasi tersebut, karena sumber daya manusia dari pimpinan ini merupakan modal utama dalam merencanakan, mengorganisir, mengarahkan serta menggerakkan karyawan/pegawai yang terdapat dalam organisasi. Untuk itu pimpinan organisasi selalu dituntut untuk meningkatkan kualitas maupun keterampilannya dalam mengelola organisasi yang dipimpinnya sehingga ia mampu mengantarkan organisasinya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Untuk mencapai keberhasilan tujuan sebuah organisasi maka dalam tubuh organisasi harus ada pimpinan yang mampu untuk meningkatkan kualitas maupun keterampilannya dalam mengelola organisasi yang dipimpinnya.

Gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh seorang pemimpin dalam suatu organisasi akan mempengaruhi kinerja anggotanya. Gaya kepemimpinan dan situasi yang berlaku mempengaruhi hasil yang akan dicapai oleh para anggotanya. Gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh seorang pemimpin dalam suatu organisasi dapat menciptakan integrasi yang serasi, mendorong gairah kerja anggota untuk mencapai sasaran yang maksimal,


(30)

menumbuhkan kepercayaan dan partisipasi serta loyalitas sehingga efektivitas kerja dapat tercapai.

Achmad Sanusi (2009:65) mengatakan bahwa gaya kepemimpinan merupakan suatu cara yang digunakan untuk dapat mempengaruhi kinerja bawahan, sehingga efektivitas kerja dapat tercapai. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi efektivitas kerja pegawai menurut sedarmayanti (2009) faktor tersebut antara lain: pimpinan, rekan sekerja, sarana fisik, kebijaksanaan, dan peraturan organisasi, kompensasi/imbalan jasa uang dan atau non uang serta jenis pekerjaan dan tantangan. Dengan melihat banyaknya faktor yang mempengaruhi efektivitas kerja pegawai/bawahan sebagaimana tersebut diatas, maka dalam penelitian ini dibatasi hanya pada faktor pimpinan terutama mengenai gaya kepemimpinan. Gaya kepemimpinan merupakan faktor penting yang dapat mempengaruhi efektivitas kerja pegawai/bawahan. Dengan demikian faktor gaya kepemimpinan berhubungan dengan efektivitas kerja pegawai instansi pemerintah.

Dalam penelitian ini yang dimaksud organisasi yang dimaksud adalah Pemerintah Desa Talang Bojong Kecamatan Kotabumi Kota Kabupaten Lampung Utara, sebagai organisasi pemerintah yang menjalankan pemerintahan di desa. Untuk itu diperlukan seorang kepala desa yang mampu mempergunakan wewenang dan kepemimpinannya untuk mengarahkan para perangkat desa serta bertanggungjawab atas pekerjaannya dalam mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Gaya kepemimpinan seorang pemimpin sangat menentukan tercapainya tujuan organisasi, dalam hal ini termasuk efektivitas kerja bawahan. Berdasarkan gaya kepemimpinan situasional, seorang pemimpin dapat memakai gaya kepemimpinannya berdasarkan situasi yang menguntungkan atau tidak menguntungkan bagi pemimpin tersebut.


(31)

Dari uraian tersebut bahwa variabel efektivitas kerja amat penting peranannya untuk mengukur seberapa besar pencapaian tujuan organisasi. Efektivitas kerja dapat diartikan tercapainya sasaran atau tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Jadi apabila sasaran atau tujuan itu tidak tercapai sesuai dengan waktu, standar serta biaya yang ditetapkan maka pekerjaan itu tidak efektif.

Gaya kepemimpinan yang baik adalah gaya kepemimpinan yang diterapkan berdasarkan situasi dan kondisi yang dihadapi dalam lingkungan kerjanya. Adapun indikator gaya kepemimpinan berdasarkan model kepemimpinan yang dikembangkan oleh Fielder adalah : a. Kekuasaan dan kewenangan posisi yang dimiliki oleh pemimpin.

b. Kadar struktur tugas yang ditugaskan kepada pegawai atau bawahan untuk dilaksanakan. c. Hubungan pemimpin dengan para pegawai/bawahan

Dari ketiga hal tersebut di atas, maka secara spesifik gaya kepemimpinan yang efektif dapat dilihat dari :

1. Orientasi Tugas (OT)

a) Mengutamakan tercapainya tujuan b) Mementingkan produksi yang tinggi

c) Mengutamakan penyelesaian tugas menurut jadwal yang telah ditetapkan d) Lebih banyak melakukan pengarahan

e) Melaksanakan tugas dengan melalui prosedur kerja ketat f) Melakukan pengawasan secara ketat


(32)

2. Orientasi Hubungan (OH)

a) Memperhatikan kebutuhan bawahan

b) Berusaha menciptakan suasana saling percaya

c) Berusaha menciptakan suasana saling harga menghargai d) Simpati terhadap perasaan bawahan

e) Memiliki sifat bersahabat

f) Menumbuhkan peran serta bawahan dalam pembuatan keputusan dan kegiatan lain g) Lebih mengutamakan pengarahan diri, mendisiplinkan diri, mengontrol diri

Dari sekian banyak gaya kepemimpinan yang telah diuraikan dalam tinjauan pustaka, dalam penelitian ini penulis mengambil gaya kepemimpinan yang dikemukakan oleh Fiedler, karena gaya kepemimpinan menurut Fiedler lebih sesuai dengan situasi dan kondisi kerja di Pemerintahan Desa Talang Bojong Kecamatan Kotabumi Kota Kabupaten Lampung Utara.

Sehubungan dengan itu, Ero H. Rasyidi, (1984:158) menyatakan bahwa efiktivitas kerja dapat diukur sebagai berikut :

a. Berdaya tepat atau berhasil guna untuk menyebutkan bahwa sesuatu itu telah berhasil dilaksanakan secara sempurna, secara tepat dan target telah tercapai.

b. Ekonomi (hemat dan ekonomis) untuk menyatakan di dalam pencapaian efektivitas itu, maka biaya yang telah dikeluarkan sehemat-hematnya sesuai dengan rencana, pemborosan ditengah jalan dapat dikikis dan dihindari.

c. Efisiensi, yaitu berdaya guna untuk menunjukan bila suatu tindakan atau usaha sudah efektif dan ekonomis baru dikatakan efisien.

Berdasarkan pernyataan beberapa ahli di atas sebelumnya, penulis mengambil kesimpulan yang dianggap penulis dapat mewakili dari seluruh pengertian ataupun tolak ukur dari efektivitas kerja itu sendiri. Sehingga efektivitas kerja dapat di ukur dengan indikator :


(33)

a. Penyelesaaian pekerjaan yang tepat waktu.

b. Perbandingan antara hasil kerja dengan standar yang telah ditetapkan. c. Perbandingan hasil kerja dengan biaya yang dikeluarkan.

Berdasarkan kerangka pikir tersebut maka dapat dibuat kerangka pikir penelitian sebagai berikut :

Gambar 2. Bagan Kerangka Pikir

I. Hipotesis

Sugiyono (2006:39) hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori

Gaya Kepemimpinan (X)

 Orientasi Tugas

 Orientasi Hubungan

Efektivitas Kerja (Y)

 Penyelesaain pekerjaan yang tepat waktu.

 Perbandingan antara hasil kerja dengan standar yang telah ditetapkan.

 Perbandingan antara hasil kerja dengan biaya yang dikeluarkan.


(34)

yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, sebelum jawaban empiris.

Hadari Nawawi (1992:161) Hipotesis adalah generalisasi rumusan kesimpulan yang bersifat tentatif (sementara) yang hanya akan berlaku apabila setelah diuji terbukti kebenarannya. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan hipotesis adalah suatu pendapat atau kesimpulan yang sifatnya sementara, belum benar-benar berstatus sebagai suatu tesis jika suatu dugaan dapat diterima sebagai suatu kebenarannya berarti terbukti dalam penelitian tersebut tidak membuktikan kebenarannya dugaan tersebut, maka hipotesis ditolak.

S. Nasution (1996:36) mengemukan hipotesis mempunyai dua fungsi sebagai berikut : 1. Menguji kebenaran suatu teori.

2. Memberi ide-ide untuk mengembangkan suatu teori.

Penelitian yang merumuskan hipotesis adalah penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif, dan hipotesis itu berupa jawaban sementara terhadap rumusan masalah dan hipotesis yang akan di uji ini dinamakan hipotesis kerja, dan sebagai lawan nya adalah hipotesis nol (nihil) jika tidak ada hubungan antar variabel (X) dan variabel (Y) berarti negatif, sedangkan hipotesis kerja dinyatakan dalam kalimat positif jika terdapat hubungan antara variabel (X) dan variabel (Y) berarti positif jawaban, (Sugiyono, 2006:42).

Berdasarkan pendapat di atas, maka hipotesis di dalam pelaksanaan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut :


(35)

Ha = Ada hubungan yang positif dan signifikan antara kepemimpinan Kepala Desa dengan efektivitas kerja Perangkat Desa di Desa Talang Bojong Kecamatan Kotabumi Kota Kabupaten Lampung Utara.

Ho = Tidak ada hubungan yang positif dan signifikan antara kepemimpinan Kepala Desa dengan efektivitas kerja Perangkat Desa di Desa Talang Bojong Kecamatan Kotabumi Kota Kabupaten Lampung Utara.


(36)

1

III. METODE PENELITIAN

A.Tipe Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan hubungan yang signifikan antara kepemimpinan Kepala Desa dengan efektivitas kerja Perangkat Desa (Studi pada kantor Kepala Desa Talang Bojong Kecamatan Kotabumi Kota Kabupaten Lampung Utara) sehingga tergolong ke dalam tipe penelitian deskriptif.

Moh Nazir, (1988:63) berpendapat tipe penelitian deskriptif adalah suatu penelitian bertujuan untuk membuat deskripsi baru atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang akan diselediki.

Berdasarkan hal tersebut jika dikaitkan dengan penelitian ini adalah suatu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana kepemimpinan yang diterapkan oleh Kepala Desa dengan efektifitas kerja Perangkat Desa Talang Bojong Kecamatan Kotabumi Kota Kabupaten Lampung Utara, dan seberapa besar hubungan kepemimpinan Kepala Desa dengan efektivitas kerja Perangkat Desa Talang Bojong Kecamatan Kotabumi Kota Kabupaten Lampung Utara.

B.Definsi Konseptual

Definsi Konseptual merupakan pemaknaan dari konsep yang digunakan. Adapun definisi konseptual pada penelitian ini adalah :


(37)

2

Menurut (Sedarmayanti 2009:131) gaya kepemimpinan adalah sekumpulan ciri yang digunakan pimpinan untuk mempengaruhi bawahan agar sasaran tercapai atau gaya kepemimpinan adalah pola perilaku dan strategi yang disukai dan sering diterapkan seorang pemimpin.

Kepala desa adalah orang yang telah diberikan amanah oleh masyarakat untuk memimpin organisasi desa dalam rangka untuk mencapai kesejahteraan masyarakat desa. (Pengetahuan Umum, 2003:23 Tentang Desa dan Pemerintah Desa).

Sekretaris desa adalah orang ditunjukan oleh Kepala Desa untuk membantu tugas-tugas desa dan masyarakat didalam organisasi desa dalam rangka untuk mencapai tujuan organisasi desa. (Pengetahuan Umum, 2003:25 Tentang Desa dan Pemerintah Desa).

Selanjutnya Soewarno Handayaningrat (1986:16) mendefinisikan efektivitas kerja sebagai pengukuran dalam arti tercapainya sasaran atau tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Jadi kalau sasaran atau tujuan itu tidak tercapai sesuai dengan waktu yang telah ditentukan maka pekerjaan itu tidak efektif. The Liang Gie (1991:24) mengemukakan kerja adalah keseluruhan pelaksanaan aktivitas-aktivitas jasmani dan rohani yang dilakukan manusia untuk mencapai tujuan tertentu atau mengandung maksud tertentu yang berhubungan dengan kelangsungan hidup.


(38)

3

Dalam penelitian ini variabel yang akan diteliti dibagi menjadi dua kelompok yaitu variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat (dependent variable).

Definisi operasional untuk masing-masing variabel adalah : 1. Variabel Bebas (X)

Variabel bebas (independent) adalah variabel yang mempengaruhi variabel lain. Dalam penelitian yang menjadi variabel bebas (independent) adalah gaya kepemimpinan (X) adalah pola perilaku seorang pemimpin untuk memimpin bawahan, mengatur, merumuskan, menerapkan suatu pekerjaan dan tugas yang dilaksanakan oleh masing-masing bawahan dalam arti kapan dilakukan dan dimana melaksanakannya, dan bagaimana tugas-tugas itu dicapai.

Adapun indikator yang digunakan untuk menentukan gaya kepemimpinan Kepala Desa Talang Bojong, meliputi :

a. Orientasi tugas, meliputi :

1) Bagaimanakah upaya untuk tercapainya tujuan

2) Bagaimanakah meningkatkan produktivitas yang tinggi

3) Bagaimanakah penyelesaian tugas menurut jadwal yang telah ditetapkan.

4) Bagaimanakah melakukan pengarahan secara lebih banyak

5) Bagaimanakah melaksanakan tugas dengan prosedur kerja yang ketat


(39)

4

7) Bagaimanakah melakukan penilaian terhadap pejabat semata-mata berdasarkan hasil kerja

b) Orientasi hubungan, meliputi :

1) Bagaimanakah cara memperhatikan kebutuhan bawahan 2) Bagaimanakah usaha menciptakan suasana saling percaya 3) Bagaimanakah usaha menciptakan suasana saling menghargai 4) Bagaimanakah simpati pimpinan terhadap perasaan bawahan 5) Bagaimanakah sifat pimpinan terhadap bawahan

6) Bagaimanakah menumbuhkan peran serta bawahan dalam pembuatan keputusan dan kegiatan lain

7) Bagaimanakah usaha lebih mengutamakan pengarahan diri, mendisiplinkan diri dan mengontrol diri.

2. Variabel Terikat (dependent)

Variabel terikat (dependent) adalah variabel yang dipengaruhi variabel lain. Dalam penelitian ini variabel terikat adalah efektivitas kerja (Y) adalah tercapainya sasaran atau tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Indikator efektivitas kerja adalah :

a. Penyelesaaian pekerjaan yang tepat waktu.

b. Perbandingan antara hasil kerja dengan standar yang telah ditetapkan. c. Perbandingan hasil kerja dengan biaya yang dikeluarkan

Indikator dari setiap variabel diatas dijadikan dasar untuk menyusun daftar pertanyaan yang disebarkan kepada responden. Data yang terkumpul melalui daftar pertanyaan merupakan data kualitatif kemudian selanjutnya diubah


(40)

5

menjadi data kuantitatif dengan cara pemberian skor pada masing-masing alternatif jawaban.

D.Jenis Data

Jenis data pada pelaksanaan penelitian ini dibedakan menjadi dua yaitu: 1. Data Primer

Merupakan data yang diperoleh langsung dari responden penelitian, baik berupa hasil wawancara atau penyebaran angket. Data wawancara diperoleh dari pihak-pihak yang berkompeten dalam hal ini adalah Perangkat Desa sedangkan data penyebaran angket diperoleh dari seluruh responden penelitian yaitu Perangkat Desa, Pengurus Lembaga Kemasyarakatan Desa, serta Tokoh Masyarakat Desa Talang Bojong Kecamatan Kotabumi Kota Kabupaten Lampung Utara.

2. Data Sekunder

Merupakan data yang diperoleh dari hasil studi dokumentasi, literatur-literatur yang berkaitan dengan hubungan kepemimpinan Kepala Desa dengan efektivitas kerja Perangkat Desa Talang Bojong Kecamatan Kotabumi Kota Kabupaten Lampung Utara.

E. Populasi dan Sampel a. Populasi

Sugiyono (2006:89) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari atas obyek dan subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.


(41)

6

Sudjana (1989:6) populasi adalah semua nilai yang mungkin hasil dari menghitung atau mengukur yang kuantitatif ataupun kualitatif mengenai karakteristik tertentu dari semua anggota kumpulan populasi yang lengkap jelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya.

Sesuai dengan pendapat di atas, maka yang menjadi populasi dalam penelitian adalah Para Perangkat Desa, Pengurus Lembaga Kemasyarakatan Desa serta Tokoh Masyarakat Desa Talang Bojong Kecamatan Kotabumi Kota Kabupaten Lampung Utara berjumlah 30 orang untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 1, 2 dan 3 berikut ini:

Tabel 1. Jumlah Perangkat Desa pada Desa Talang Bojong Kecamatan Kotabumi Kota Kabupaten Lampung Utara yang dijadikan populasi penelitian :

NO Bagian Jumlah

1 2 3 4 5 6 7 8 Sekretaris Kaur Kesra Kaur Pemerintahan Kaur Pembangunan Kadus Talang Bojong Kadus Talang Waras Kadus Suka Manis Kadus Karang Anyar

1 1 1 1 1 1 1 1

Jumlah 8 orang


(42)

7

Tabel 2. Jumlah Pengurus Lembaga Kemasyarakatan Desa Talang Bojong Kecamatan Kotabumi Kota Kabupaten Lampung Utara yang dijadikan Populasi Penelitian :

NO Bagian Jumlah

1 Rukun Tetangga 14

Jumlah 14 orang

Sumber: Monografi Desa Talang Bojong tahun 2008

Tabel 3. Jumlah Tokoh Masyarakat Desa Talang Bojong Kecamatan Kotabumi Kota Kabupaten Lampung Utara yang dijadikan Populasi Penelitian:

NO Bagian Jumlah

1 2 3

Tokoh Agama Tokoh Adat Tokoh Pemuda

3 2 3

Jumlah 8 orang

Sumber: Monografi Desa Talang Bojong tahun 2008

b. Sampel

Sampel menurut Sugiono (2001: 59) adalah suatu contoh atau wakil dari populasi yang cukup besar jumlahnya dan mempunyai sifat yang sama dari populasi. Sedangkan menurut Winarno Surahmad (1987:58) yang dimaksud dengan sampel adalah obyek yang jumlahnya kurang dari populasi.

Berdasarkan pendapat Sugiono, (2001:107) penentuan besarnya sampel dalam penelitian ini menggunakan total sampling karena mengingat subyeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Dan sebaliknya jika jumlah


(43)

8

subyeknya besar dapat diambil antara 10 – 15% atau 20% - 25% atau lebih tergantung setidak-tidaknya dari :

1. Kemampuan peneliti, baik waktu, tenaga dan biaya. 2. Sempit luas lingkup penelitian.

3. Besar kecil resiko yang ditanggung peneliti.

Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 8 orang Perangkat Desa, 14 orang Lembaga Kemasyarakatan yaitu Rukun Tetangga (RT), serta 8 orang Tokoh Masyarakat Desa Talang Bojong Kecamatan Kotabumi Kota Kabupaten Lampung Utara, sehingga sampelnya adalah seluruh populasi.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Kuesioner

Yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun dalam suatu daftar pertanyaan-pertanyaan kepada responden yang akan diteliti.

2. Wawancara

Yaitu teknik pengumpulan data dengan cara melakukan tanya jawab atau percakapan langsung dengan responden yang ada berdasarkan daftar pertanyaan yang diajukan oleh peneliti sebagai panduan sumber data.

3. Dokumentasi

Yaitu penggunaan bahan dokumenter yang diperoleh dari Desa Talang Bojong Kecamatan Kotabumi Kota Kabupaten Lampung Utara dan data-data lain yang berhubungan dengan penelitian.


(44)

9

K NR NT

I  

G. Pengukuran Variabel

Pengukuran variabel-variabel penelitian dengan menggunakan kuesioner dan disediakan 3 (tiga) alternatif jawaban untuk setiap pertanyaan yaitu :

1. Nilai 1 untuk alternatif jawaban (c) yang memiliki kategori rendah 2. Nilai 2 untuk alternatif jawaban (b) yang memiliki kategori sedang 3. Nilai 3 untuk alternatif jawaban (a) yang memiliki kategori tinggi

Untuk analisis variabel dan indikator dilakukan perhitungan dengan menggunakan tendensi sentral, yaitu dengan cara menghitung mean. Hal ini dilakukan untuk mengetahui posisi atau kategori masing-masing variabel dan indikator.

Selanjutnya dapat diketahui kelas interval dengan menggunakan ketentuan :

Keterangan : I : Interval NT : Nilai tertinggi NR : Nilai terendah K : Kategori

(Sutrisno Hadi, 1995: 19)

Pengukuran variabel dalam penelitian ini meliputi : 1). Kepemimpinan Kepala Desa

Kepemimpinan kepala desa di ukur dengan menggunakan angket dengan indikator-indikator, kekuasaan/kekuatan pemimpin, struktur tugas, hubungan atasan-bawahan. Jumlah angket untuk kepemimpinan kepala


(45)

10

K NR NT

I  

3 10 30  I 7  K NR NT

I  

3 10 30  I 7 

desa adalah 10 item, dengan ketentuan skor bergerak dari 1-3 (menjawab a= 3 b= 2 dan c = 1) maka skor tertinggi 30 dan skor terendah 10. Setelah menggunakan rumus interval :

Diperoleh klasifikasi :

1. Kepemimpinan Kepala Desa baik, dengan skor antara : 24 - 30 2. Kepemimpinan Kepala Desa cukup baik, dengan skor antara : 17 - 23 3. Kepemimpinan Kepala Desa kurang baik, dengan skor antara : 10 - 16

2). Variabel Efektivitas Kerja Perangkat Desa

Efektivitas kerja perangkat desa di ukur dengan menggunakan angket dengan indikator-indikator : penyelesaaian pekerjaan yang tepat waktu, perbandingan antara hasil kerja dengan standar yang telah ditetapkan, perbandingan hasil kerja dengan biaya yang dikeluarkan.

Jumlah angket untuk efektivitas kerja perangkat desa adalah 10 item, dengan ketentuan skor bergerak dari 1-3 (menjawab a = 3 b = 2 dan c = 1) maka skor tertinggi 30 dan skor terendah 10. Setelah menggunakan rumus interval:


(46)

11

 

 

                   

n Y Y n X x n Y X XY rXY 2 2 2 2

Diperoleh klasifikasi :

1. Efektivitas kerja Perangkat Desa tinggi, dengan skor antara : 24 - 30 2. Efektivitas kerja Perangkat Desa sedang, dengan skor antara : 17 - 23 3. Efektivitas kerja Perangkat Desa rendah, dengan skor antara : 10 - 16

H. Validitas dan Uji Reliabilitas 1. Validitas

Menurut hasan (2002:79) validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan kesahihan suatu instrumen. Instrumen yang sahih atau valid berarti memiliki validitas yang tinggi, demikian pula sebaliknya. Sebuah instrumen dikatakan sahih apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Dalam hal ini untuk mengetahui validitas instrumen penelitian, peneliti menggunakan rumus Product moment pearson sebagai berikut :

Keterangan :

rXY = Hubungan Variabel X dan Y X = Variabel Bebas

Y = Variabel Terikat n = Jumlah Responden


(47)

12

Dengan kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut : 1. Jika r hitung > r tabel, maka kuisioner valid

2. Jika r hitung < r tabel, maka kuisioner tidak valid.

Pengujian validitas dilakukan sebelum kuesioner digunakan dan disebarkan kepada responden. Perhitungan validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program komputer SPSS 14.0.

Hasil uji validitas item-item penelitian dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4. Validitas Variabel Gaya Kepemimpinan

Item Pertanyaan r hitung r kritis Keputusan

1 0,655 0,444 Valid

2 0,725 0,444 Valid

3 0,708 0,444 Valid

4 0,653 0,444 Valid

5 0,603 0,444 Valid

6 0,772 0,444 Valid

7 0,527 0,444 Valid

8 0,532 0,444 Valid

9 0,465 0,444 Valid

10 0,533 0,444 Valid


(48)

13

Tabel 5. Validitas Variabel Efektivitas Kerja Perangkat Desa

Item Pertanyaan r hitung r kritis Keputusan

1 0.570 0,444 Valid

2 0,743 0,444 Valid

3 0,732 0,444 Valid

4 0,717 0,444 Valid

5 0,590 0,444 Valid

6 0,567 0,444 Valid

7 0,575 0,444 Valid

8 0,703 0,444 Valid

9 0,544 0,444 Valid

10 0,636 0,444 Valid

Sumber : Hasil olah data, 2010

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas merupakan tingkat keandalan alat ukur (kuisioner). Kuisioner yang reliabel adalah kuisioner yang apabila dicobakan berulang-ulang pada kelompok yang sama akan menghasilkan data yang sama, cara mengukurnya dengan menggunakan rumus Alpha Crombat. Menurut Sudjana (2002:171), rumus yang digunakan untuk menguji reliabilitas

adalah :  =  1 k k         

2 2 1 t i   Keterangan:

 : Nilai Reliabilitas


(49)

14

2

i

: Nilai varians masing-masing item

2

t

: Varians total

Kriteria reliabel data adalah sebagai berikut : Tabel 6. Indikator Tingkat Reliabel

Nilai Reliabilitas Tingkat Reliabilitas 0,00 s.d 0,20 Tidak Reliabel

> 0,20 s.d 0,40 Kurang Reliabel > 0,40 s.d 0,60 Cukup Reliabel > 0,60 s.d 0,80 Reliabel > 0,80 s.d 1,00 Sangat Reliabel Sumber : Sembodo (2008:59)

Pengujian reliabilitas instrumen dilakukan sebelum kuesioner digunakan dan disebarkan kepada responden. Hal ini dilakukan agar kuesioner yang akan digunakan dapat reliabel. Perhitungan reliabilitas instrumen dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program komputer SPSS 14.0, dan dihasilkan nilai Reliabilitas instrumen sebagai berikut :

Tabel 7. Reliabilitas Instrumen Penelitian

Variabel Nilai

Reliabilitas

Tingkat Reliabilitas Gaya Kepemimpinan (X) 0,818 Sangat Reliabel

Efektivitas Kerja (Y) 0,833 Sangat Reliabel Sumber : Data Diolah Tahun, 2010

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa instrumen penelitian yang digunakan sangat reliabel (0,80 s.d 1,00). Artinya, instrumen penelitian ini dapat dipercaya atau dapat diandalkan untuk digunakan dalam penelitian ini.


(50)

15

  

 

 

  2 2 2 2 y y n x x n y x xy n rxy

I. Teknik Pengolahan Data

Setelah data yang diperoleh dari lapangan dikumpulkan, maka tahap selanjutnya adalah dengan mengolah data yang ada tersebut. Adapun teknik yang digunakan dalam pengolahan data pada pelaksanaan penelitian ini adalah: 1. Editing, yaitu cara yang digunakan untuk meneliti kembali data yang telah

diperoleh,mengenai kesempurnaan jawaban maupun kejelasan dalam penulisan.

2. Tabulasi, yaitu menyusun data ke dalam bentuk tabel yang telah diproses dan disusun ke dalam suatu pola tertentu.

3. Interpretating, yaitu tahap menginterprestasikan data ke kalimat sehingga mendapat gambaran data yang diolah secara lebih jelas.

J. Teknik Analisis Data.

Sebagai tindak lanjut data adalah menganalisis data. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah dengan mendeskripsikan data kualitatif dan data kuantitatif, setelah data diperoleh dari masing-masing responden ditabulasikan, langkah selanjutnya adalah menggolongkan data tersebut dan disajikan dalam bentuk presentase untuk menarik kesimpulan.

Alat analisis yang dipergunakan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel tersebut akan diukur dengan menggunakan langkah kerja korelasi


(51)

16

Keterangan :

rxy = Besarnya korelasi variabel gaya kepemimpinan dengan efektivitas kerja Perangkat Desa Talang Bojong Kecamatan Kotabumi Kota Kabupaten Lampung Utara.

X = Variabel bebas (Gaya Kepemimpinan) Y = Variabel terikat (Efektivitas kerja) n = Besarnya sample penelitian (Sudjana, 2002:168)

Pedoman untuk memberikan interpretasi terhadap koefisien korelasi Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 Sangat Rendah 0,20 – 0,399 Rendah

0,40 – 0,599 Sedang 0,60 – 0,799 Erat

0,80 – 1,000 Sangat Erat Sumber : Sugiono (2005:211)

Sedangkan untuk mengetahui besarnya hubungan antara kepemimpinan Kepala Desa dengan efektivitas Kerja Perangkat Desa Talang Bojong Kecamatan Kotabumi Kota Kabupaten Lampung Utara menggunakan koefisien determinasi. Oleh karena itu peneliti menggunakan rumus sebagai berikut :

Kp = r2 X 100%

Keterangan :

Kp = Koefisien Penentu r = Jumlah korelasi (Sugiono, 2005:216)


(52)

17

Uji hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji t-test yaitu dengan membandingkan antara t hitung dengan t tabel.

Rumus uji t-test menurut Sugiono (2005:234) yaitu :

t = r 2 1

2

r n

 

Keterangan :

r = Koefisien Korelasi n = Banyaknya Sampel

Dengan pertimbangan sebagai berikut :

Untuk Ho : Tidak ada hubungan yang positif dan signifikan antara X dan Y Ha : Ada hubungan yang positif dan signifikan antara X dan Y Ho diterima (Ha ditolak) apabila t hitung < t tabel

Ho ditolak (Ha diterima) apabila t hitung > t tabel

Selanjutnya untuk mengetahui besarnya pengaruh antara kepemimpinan kepala desa dengan efektivitas kerja perangkat desa penulis menggunakan rumus regresi linear sebagai berikut :

Y = a + bX

Keterangan :

Y : Nilai variabel bebas yang diramalkan a : Konstanta

b : Koefisien regresi dari X X : Nilai variabel bebas


(53)

18

Alat Analisis yang digunakan dalam penulisan ini adalah dengan pendekatan teoritis dan konsep-konsep sumber daya manusia yang ada. Alat analisis kualitatif digunakan untuk menganalisis hubungan kepemimpinan Kepala Desa dengan efektivitas kerja Perangkat Desa Talang Bojong Kecamatan Kotabumi Kota Kabupaten Lampung Utara.


(54)

99

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan hasil penelitian pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Bahwa Kepemimpinan Kepala Desa Talang Bojong Kecamatan Kotabumi Kota Kabupaten Lampung Utara adalah cukup baik.

2. Bahwa Efektivitas Kerja Perangkat Desa Talang Bojong Kecamatan Kotabumi Kota Kabupaten Lampung Utara adalah sedang.

3. Hipotesis yang menyatakan bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara kepemimpinan Kepala Desa dengan efektivitas kerja Perangkat Desa adalah diterima.

4. Bahwa hubungan kepemimpinan Kepala Desa dengan efektivitas kerja Perangkat Desa Talang Bojong Kecamatan Kotabumi Kota Kabupaten Lampung Utara adalah sangat erat dan pengaruh yang diberikan hubungan kepemimpinan Kepala Desa dengan efektivitas kerja Perangkat Desa Talang Bojong sebesar 71 %

5. Bahwa gaya kepemimpinan Kepala Desa Talang Bojong lebih cenderung kepada gaya kepemimpinan demokratik.


(55)

100

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan kepemimpinan Kepala Desa dengan efektivitas kerja Perangkat Desa Talang Bojong Kecamatan Kotabumi Kota Kabupaten Lampung Utara, dan dengan terbuktinya hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini, maka penulis menyarankan :

1. Sebagai upaya untuk meningkatkan kinerja Perangkat Desa Talang Bojong Kecamatan Kotabumi Kota Kabupaten Lampung Utara maka ada beberapa hal yang harus dilakukan, antara lain : pertama, menjalin komunikasi aktif dalam jam kerja di lingkungan Pemerintah Desa Talang Bojong Kecamatan Kotabumi Kota Kabupaten Lampung Utara. Kedua, gunakan waktu kerja untuk bekerja dan ketiga, lebih di intensifkan kembali adanya batas waktu penyelesaian pekerjaan yang dibebankan kepada perangkat desa serta standar minimal hasil akhir pekerjaan.

2. Kepala Desa Talang Bojong Kecamatan Kotabumi Kota Kabupaten Lampung Utara diharapkan meningkatkan efektivitas kepemimpinannya dan efektivitas kerja perangkat desa, seperti mengikutsertakan perangkat desa secara aktif dalam setiap pengambilan keputusan yang dilakukan dalam suatu organisasi, pelatihan dan pendidikan yang berhubungan dengan pelatihan kepemimpinan baik secara teknis maupun fungsional agar pengetahuan dan pengalaman kepala desa serta perangkat desa semakin berkembang.


(56)

64

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Responden

Responden dalam penelitian ini adalah Perangkat Desa Talang Bojong, Pengurus Lembaga Kemasyarakatan Desa Talang Bojong serta Tokoh Masyarakat Desa Talang Bojong Kecamatan Kotabumi Kota Kabupaten Lampung Utara. Jumlah responden dalam penelitian ini sebesar 30 responden. Berdasarkan kuisioner yang disebarkan kepada 30 orang responden ini dapat diketahui identitas responden sebagai informasi untuk mengetahui karakteristik responden yang mengisi kuesioner yang selanjutnya didistribusikan menurut kelompok umur, jenis kelamin, serta pendidikan terakhir. Untuk mengetahui lebih jelas identitas responden dapat dilihat dari tabel dan grafik yang akan disajikan sebagai berikut :

Tabel 16. Distribusi Usia Responden

Usia (F) Jumlah Responden Prosentase (%)

Kurang dari 30 tahun 4 13,13

Lebih dari 30 tahun 26 86,67

30 100,00


(57)

65

0 5 10 15 20 25 30

Kurang dari 30 tahun

Lebih dari 30 tahun

Sumber : Hasil olah data, 2010

Grafik 1. Distribusi Usia Responden

Berdasarkan tabel dan grafik di atas dapat diketahui bahwa jumlah responden dengan usia kurang dari 30 tahun sebanyak 4 orang (13,33%), sedangkan responden yang usianya lebih dari 30 tahun sebanyak 26 orang (86,67%). Dengan demikian berdasarkan tabel dan grafik di atas mayoritas responden berusia lebih dari 30 tahun.

Tabel 17. Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Responden (F) Prosentase (%)

Laki-laki 28 93,33

Perempuan 2 6,67

Jumlah 30 100,00

Sumber : Hasil olah data, 2010

Frekuensi Usia Responden

Frekuensi


(58)

66

0 5 10 15 20 25 30

Laki-laki Perempuan

Sumber : Hasil olah data, 2010

Grafik 2. Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin

Berdasarkan tabel dan grafik di atas dapat diketahui bahwa jumlah responden dengan jenis kelamin laki-laki 28 orang (93,33%), sedangkan responden yang perempuan 2 orang (6,67%). Kondisi responden dilihat dari jenis kelamin ini dimaksudkan untuk melihat sudut pandang responden laki-laki dan perempuan didalam melihat permasalahan tentang hubungan kepemimpinan Kepala Desa dengan efektivitas kerja Perangkat Desa Talang Bojong Kecamatan Kotabumi Kota Kabupaten Lampung Utara.

Tabel 18. Distribusi Responden Menurut Pendidikan Terakhir

No Tingkat pendidikan Jumlah Responden (F) Prosentase (%)

1 SMA 16 53,33

2 SMP 10 33,34

3 SD 4 13,33

Jumlah 30 100,00

Sumber : Hasil olah data, 2010

Frekuensi Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi


(59)

67

0 2 4 6 8 10 12 14 16

SMA SMP SD

Sumber : Hasil olah data, 2010

Grafik 3. Distribusi Responden Menurut Pendidikan Terakhir Berdasarkan tabel dan grafik di atas dapat diketahui bahwa jumlah responden dengan tingkat pendidikan SMA berjumlah 16 orang (53,33%), responden dengan tingkat pendidikan SMP berjumlah 10 orang (33,34%), dan responden dengan tingkat pendidikan SD berjumlah 4 orang (13,33%). Kondisi responden dilihat dari tingkat pendidikan ini dimaksudkan untuk melihat sudut pandang responden dengan tingkat pendidikan masing-masing didalam melihat permasalahan tentang hubungan kepemimpinan Kepala Desa dengan efektivitas kerja Perangkat Desa Talang Bojong Kecamatan Kotabumi Kota Kabupaten Lampung Utara.

Frekuensi Responden Menurut Pendidikan Terakhir

Pendidikan Terakhir Frekuensi


(1)

t = r

2 1

2 r n

 

r = 0,843

n = 30

t = 0,843 2

1 2

r n

 

= 0,843

2 843 , 0 1

2 30 

= 0,843

289351 ,

0 28

= 0,843 . 9,837 = 8,293

Berdasarkan pengujian tersebut diperoleh nilai t hitung sebesar 8,293 dengan taraf signifikansinya sebesar 5% (0,05) dan derajat kebebasan (dk) 28 (n – 2). Setelah itu, hasil t hitung dikonsultasikan dengan nilai t tabel. Nilai yang dihasilkan dari t tabel untuk uji dua pihak sebesar 2,048 pada tingkat kepercayaan 0,05. Hasil pengujian t hitung lebih besar dari t tabel yaitu 8,293 > 2,048 maka dapat disimpulkan Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya, ada hubungan yang positif dan signifikan antara kepemimpinan Kepala Desa dengan efektivitas kerja Perangkat Desa Talang Bojong Kecamatan Kotabumi Kota Kabupaten Lampung Utara.

Berdasarkan hasil perhitungan telah diperoleh r = 0,843 dan apabila dikonsultasikan dengan tabel korelasi hubungan maka r = 0,843 terletak antara 0,80 sampai dengan 1,000 berarti hubungan Kepemimpinan Kepala Desa


(2)

dengan Efektivitas Kerja Perangkat Desa Talang Bojong Kecamatan Kotabumi Kota Kabupaten Lampung Utara sangat erat.

Kemudian untuk mengetahui seberapa besar hubungan antara hubungan kepemimpinan kepala desa (X) dengan efektivitas kerja perangkat desa (Y) dilakukan perhitungan koefisien determinasi sebagai berikut :

Kp = r2 X 100% = (0,843)2 X 100% = 0,71 X 100% = 71 %

Hasil perhitungan koefisien determinasi yaitu sebesar 71 %. Artinya pengaruh yang diberikan Hubungan Kepala Desa terhadap Efektivitas Kerja Perangkat Desa Talang Bojong Kecamatan Kotabumi Kota Kabupaten Lampung Utara sebesar 71 %.

Selanjutnya untuk mengetahui pengaruh antara variabel kepemimpinan dengan efektivitas kerja Perangkat Desa Talang Bojong adalah dengan menggunakan uji regresi linear sederhana dengan rumus sebagai berikut : Y = a + bX

b =

 

 

2

 

2

  X X N Y X XY N =

   

  

2

703 16771 30 706 703 16825 30  

= 0,945

8921 8432 494209

503130

496318

504750

 


(3)

a =

  

N X b

y

=

 

30 703 945 , 0 706

=

30 335 , 664 706

= 1,389

Berdasarkan perhitungan a dan b di atas, maka dapat diketahui bahwa : Y = a + bX

= 1,389 + 0,945X

Dari persamaan di atas maka dapat disimpulkan bahwa apabila variabel kepemimpinan (X) mempunyai nilai 1 (satu) maka efektivitas kerja (Y) yang diramalkan mengalami kenaikan sebesar 0,945. Sehingga makin tinggi nilai (X), makin tinggi nilai (Y) atau kenaikan nilai (X) diikuti kenaikan nilai (Y).

Selanjutnya untuk mengetahui gaya kepemimpinan yang diterapkan Kepala Desa Talang Bojong dapat dilihat dari besarnya total skor masing-masing indikator sebagai berikut :

No Variabel (X) Total Skor Persentase (%)

1 Orientasi Tugas 337 47,94

2 Orientasi Hubungan 366 52,06


(4)

Berdasarkan hasil perhitungan total skor di atas, dapat diketahui bahwa nilai indikator orientasi hubungan (52,06%) lebih besar dari nilai orientasi tugas (47,94%), dengan nilai ini dapat dimengerti bahwa gaya kepemimpinan yang diterapkan Kepala Desa Talang Bojong lebih kepada orientasi hubungan dalam pengertian Kepala Desa Talang Bojong menerapkan gaya kepemimpinan yang demokratis.

Berdasarkan analisis data penelitian ini dapat ditegaskan bahwa kepemimpinan Kepala Desa Talang Bojong memiliki hubungan yang sangat erat dengan efektivitas kerja Perangkat Desa. Hal ini berarti bahwa pimpinan merupakan motivator yang kuat bagi bawahan untuk dapat bekerja dengan lebih baik sehingga efektivitas kerja perangkat desa dapat tercapai. Sebagai salah satu unsur terpenting agar perangkat desa dapat bekerja secara efektif dan efisien adalah kemampuan seorang pemimpin untuk memotivasi serta memiliki kemampuan untuk mengembangkan organisasi berdasarkan perencanaan serta membangun komunikasi yang baik dengan bawahan.

Kepemimpinan Kepala Desa Talang Bojong lebih cenderung kepada gaya kepemimpinan yang demokratik. Hal ini dapat dilihat pada indikator orientasi hubungan yang memiliki persentase lebih besar dari indikator orientasi tugas dimana pemimpin selalu bersedia menerima dan menghargai saran-saran, pendapat, serta berinteraksi secara baik dalam hubungan kerja sehari-hari. Seorang pemimpin yang demokratik menyadari bahwa organisasi harus disusun sedemikian rupa sehingga menggambarkan secara jelas tugas dan kegiatan yang harus dilaksanakan demi tercapainya efektivitas kerja dalam


(5)

suatu organisasi, dengan kata lain seorang pemimpin yang demokratik akan melakukan interaksi yang baik kepada bawahannya dan selalu mengutamakan kerjasama dalam usaha mencapai tujuan. Hal ini sebagaimana dijelaskan Hersey dan Blanchard bahwa :

“Perilaku mendukung adalah sejauh mana seorang pemimpin melibatkan diri dalam komunikasi dua arah, misalnya mendengar, menyediakan dukungan dan dorongan, memudahkan interaksi serta melibatkan pengikut dalam mengambil keputusan”

Berdasarkan teori Hersey dan Blancard tersebut di atas, gaya kepemimpinan yang diterapkan Kepala Desa Talang Bojong merupakan bentuk dari penerapan komunikasi dua arah, dimana dalam komunikasi dua arah ini Kepala Desa Talang Bojong berusaha untuk menciptakan integrasi yang serasi, mendorong gairah kerja anggota untuk mencapai sasaran yang maksimal, menumbuhkan kepercayaan dan partisipasi sehingga efektivitas kerja dapat tercapai. Dengan demikian efektivitas kerja Perangkat Desa Talang Bojong cenderung ditentukan oleh gaya kepemimpinan yang mampu menciptakan kondisi yang harmonis.

Pemerintah Desa Talang Bojong Kecamatan Kotabumi Kota Kabupaten Lampung Utara yang merupakan ujung tombak Pemerintahan Kecamatan di dalam mengkoordinir tugas-tugas perangkat desa memiliki andil yang sangat penting di dalam menjalin hubungan yang baik antara perangkat desa dengan kepala desa hal ini karena kepemimpinan kepala desa akan efektif jika pengaruh dan arahan yang diberikan kepada perangkat desa berjalan dengan


(6)

baik seperti adanya struktur tugas serta orientasi hubungan yang dilaksanakan dengan baik. Pimpinan diharapkan mampu mempengaruhi dan memotivasi kerja perangkat desa untuk meningkatkan efektivitas Kerja Perangkat Desa Talang Bojong yang belum optimal, sehingga dengan menerapkan kepemimpinan yang baik diharapkan efektivitas kerja perangkat desa akan tercapai.

Seperti diketahui kepemimpinan memiliki hubungan yang sangat erat dan signifikan dengan efektivitas kerja perangkat desa maka peranan seorang kepala desa dalam meningkatkan efektivitas kerja perangkat desa sangat penting, karena seorang pemimpin tidak hanya mengharapkan perangkat desa yang mampu, cakap, dan terampil dalam bekerja, tetapi juga pegawai yang mau bekerja giat, disiplin dan berusaha untuk mencapai hasil kerja yang maksimal berdaya tepat dan berhasil guna, hemat dan ekonomis serta efisiensi guna pencapaian efektivitas kerja. Oleh karena itu seorang pemimpin harus mampu mengarahkan, mendorong dan berkomunikasi secara baik sehingga dengan begitu efektivitas kerja perangkat desa pada akhirnya meningkat.


Dokumen yang terkait

Relasi Kekuasaan Kepala Daerah Dengan Kepala Desa (Melihat Good Governance Kepala Desa Nagori Dolok Huluan, Kecamatan Raya Kabupaten Simalungun)

4 83 107

Relasi Antara Kepala Desa Dengan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Mewujudkan Good Governance (Studi Kasus: Desa Pohan Tonga, Kecamatan Siborongborong, Kabupaten Tapanuli Utara)

1 62 186

Peran Kepemimpinan Kepala Desa Dalam Mewujudkan Good Governance&quot;(Suatu Penelitian Deskriptif Kualitatif di Desa Sigalapang Julu Kecamatan Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal)

27 139 108

Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Desa Terhadap Peningkatan Pertisipasi Masyarakat Dalam Perencanaan Pembangunan (Studi Pada Desa Galang Suka Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang)

18 209 128

Eksistensi Kepala Desa Sebagai Mediator Dalam Penyelesaian Sengketa Alternatif (Studi di Kabupaten Nias)

0 39 141

Lembaga Adat Sebagai Mitra Kepala Desa Dalam Penyelesaian Sengketa Si Desa (Studi Di Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir)

0 21 132

Relasi Kekuasaan Antara Kepala Desa Dengan Camat (Studi Kasus : Desa Sirisirisi Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan)

4 80 97

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI KEPALA DESA DENGAN EFEKTIVITAS PELAKSANAAN TUGAS PERANGKAT DESA

0 3 109

HUBUNGAN KEPEMIMPINAN KEPALA DESA DENGAN EFEKTIVITAS KERJA PERANGKAT DESA (Studi Pada Pemerintah Desa Talang Bojong Kecamatan Kotabumi Kota Kabupaten Lampung Utara)

0 4 11

AKUNTABILITAS KEPALA DESA DALAM PEMBANGUNAN FISIK DESA MADUKORO KECAMATAN KOTABUMI UTARA KABUPATEN LAMPUNG UTARA

2 80 88