variabel bebas k = 6. Koutsoyiannis, 1981 menjelaskan bahwa besarnya k adalah variabel bebas termasuk konstanta, dengan demikian k = 7, maka Degree
of Freedom df = 82 – 7 = 75; pada df = 75 dijumpai t-tabel pada pengujian
α = 0.05 sebesar 1.666. Kriteria Uji : t-
hitung t α2n-k , maka tolak H t-
hitung t α2n-k , maka terima H Jika H
ditolak dalam kriteria uji-t berarti variabel bebas berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebas dan sebaliknya jika H
Tabel 4.11. Uji Parsial Variabel
diterima berarti variabel bebas tidak berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebas. Semakin besar nilai
t-hit maka akan semakin kuat bukti bahwa variabel tersebut signifikan secara statistik. Berdasarkan hasil estimasi diperoleh hasil uji parsial pada setiap
variabel, sebagai berikut :
Variabel t-statistic
Probability t-tabel
Keterangan
Modal Usaha X
1
0.711774 0.4788
t
0.05; 75
1.666 t
stat
0.711 t
tabel
1.666, H diterima
Modal Kerja X
2
10.33184 0.0000
t
stat
10.33 t
tabel
1.666, H ditolak
Jumlah Jam Kerja X
3
-0.150895 0.8805
t
stat
-0.15 t
tabel
1.666, H diterima
Lama usaha X
4
9.634609 0.0000
t
stat
9.634 t
tabel
1.666, H ditolak
Tingkat Pendidikan X
5
-0.019182 0.9847
t
stat
-0.019 t
tabel
1.666, H diterima
Daerah Pemasaran D
-1.687938 0.0956 t
stat
-1.687 t
tabel
1.666, H diterima
Sumber : Output Eviews 5.0
4.3.3. Pembahasan Hasil Setelah melakukan uji statistik terhadap data variabel dan memperoleh hasil
pada Tabel 4.11. Uji Parsial Variabel, maka dapat dilakukan pembahasan masing-
masing variabel sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
a. Modal usaha Hasil uji statistik menunjukkan bahwa t
hitung
variabel modal usaha berpengaruh terhadap pendapatan Usaha Kecil Menengah UKM sebesar 0.711,
sedangkan t
tabel
pada tingkat kepercayaan 95 adalah 1.666 0.7111.66. Karena t
hitung
t
tabel
maka H
o
diterima. Dengan demikian H
a
b. Modal kerja ditolak. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa modal usaha tidak berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan pendapatan Usaha Kecil Menengah UKM. Koefisien regresi modal
usaha diperoleh 0.0012 artinya apabila modal usaha meningkat sebesar Rp. 1.000.000,-bulan, maka pendapatan dapat meningkat
sebesar Rp. 1.200,-bulan, ceteris paribus.
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa t
hitung
variabel modal kerja berpengaruh terhadap pendapatan Usaha Kecil Menengah UKM sebesar 10.33,
sedangkan t
tabel
pada tingkat kepercayaan 95 adalah 1.666 10.331.66. Karena t
hitung
t
tabel
maka H
o
ditolak. Dengan demikian H
a
c. Jumlah jam kerja diterima. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa modal kerja berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan pendapatan Usaha Kecil Menengah UKM. Koefisien regresi modal
usaha diperoleh 0.149 artinya apabila modal usaha meningkat sebesar Rp. 1.000.000,-bulan, maka pendapatan dapat meningkat sebesar
Rp. 149.000,-bulan, ceteris paribus.
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa t
hitung
variabel jumlah jam kerja berpengaruh terhadap pendapatan Usaha Kecil Menengah UKM sebesar -0.15,
Universitas Sumatera Utara
sedangkan t
tabel
pada tingkat kepercayaan 95 adalah 1.666 -0.151.66. Karena t
hitung
t
tabel
maka H
o
diterima. Dengan demikian H
a
d. Lama usaha ditolak. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa jumlah jam kerja tidak berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan pendapatan Usaha Kecil Menengah UKM. Koefisien regresi jumlah
jam kerja diperoleh -0.00067 artinya apabila jumlah jam kerja meningkat sebanyak 1 jam per minggu, maka dapat menurunkan pendapatan sebesar
Rp. 670,-bulan, ceteris paribus. Hasil koefisien regresi tidak sesuai dengan hipotesis yang menyatakan bahwa Jumlah jam kerja bepengaruh positif terhadap
pendapatan Usaha Kecil Menengah di Kabupaten Batu Bara. Berdasarkan pengamatan penulis di lapangan, kebanyakan pengusaha mendirikan usaha
berdampingan dengan tempat tinggal mereka, dan merekrut saudara, anak atau tetangga terdekat sebagai pekerja. Usaha ataupun proses produksi yang dijalankan
ditempat tinggal pengusaha dan pekerja yang masih kerabat pengusaha, mengakibatkan tidak dapat diukurnya jam kerja efektif suatu usaha. Karena
umumnya pengusaha menjalankan usaha bersamaan dengan melakukan pekerjaan rumah, selain itu ada beberapa usaha yang bersifat produksi meperkerjakan
pekerjanya dirumah dengan sistem upah, sehingga penulis tidak dapat menghitung jumlah jam kerja yang aktual.
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa t
hitung
variabel lama usaha berpengaruh terhadap pendapatan Usaha Kecil Menengah UKM sebesar 9.634,
sedangkan t
tabel
pada tingkat kepercayaan 95 adalah 1.666 9.6341.66. Karena t
hitung
t
tabel
maka H
o
ditolak. Dengan demikian H
a
diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa lama usaha berpengaruh secara signifikan terhadap
Universitas Sumatera Utara
peningkatan pendapatan Usaha Kecil Menengah UKM. Koefisien regresi lama usaha diperoleh 0.171 artinya apabila lama usaha bertambah sebanyak 1 tahun,
maka pendapatan dapat meningkat sebesar Rp. 171.000,-bulan, ceteris paribus. e. Tingkat pendidikan
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa t
hitung
variabel tingkat pendidikan berpengaruh terhadap pendapatan Usaha Kecil Menengah UKM sebesar -0.019,
sedangkan t
tabel
pada tingkat kepercayaan 95 adalah 1.666 -0.0191.66. Karena t
hitung
t
tabel
maka H
o
diterima. Dengan demikian H
a
ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap peningkatan pendapatan Usaha Kecil Menengah UKM. Koefisien regresi tingkat pendidikan diperoleh -0.000325 artinya apabila tingkat pendidikan
formal pengusaha meningkat satu tingkatan jenjang pendidikan, maka akan menurunkan pendapatan sebesar Rp. 325,-bulan, ceteris paribus. Hasil koefisien
regresi tidak sesuai dengan hipotesis yang menyatakan bahwa tingkat pendidikan berpengaruh positif terhadap peningkatan pendapatan Usaha Kecil Menengah
UKM di Kabupaten Batu Bara. Berdasarkan pengamatan langsung di Kabupaten Batu bara yang dilakukan oleh penulis diketahui bahwa rata-rata pengusaha Usaha
Kecil Menengah UKM di Kabupaten Batu Bara, mengenyam tingkat pendidikan yang cukup rendah, kebanyakan hanya tamatan SD, SMP dan SMU. Pengusaha-
pengusaha tersebut belajar untuk mendirikan dan menjalankan usaha secara otodidak atau berdasarkan keahlian secara turun-temurun selama puluhan tahun.
Sedangkan pengusaha yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi yaitu tamatan diploma atau sarjana umumnya menjalankan Usaha Kecil Menengah
UKM sebagai usaha sampingan, dikarenakan mereka telah memiliki pekerjaan
Universitas Sumatera Utara
tetap sebagai guru sekolah PNS ataupun pensiunan PNS. Dari fakta di lapangan ini dapat ditarik kesimpulan bahwa tingkat pendidikan pengusaha tidak
mempengaruhi keahlian skill pengusaha dan juga pendapatan Usaha Kecil Menengah UKM, umumnya pengusaha dengan tingkat pendidikan yang rendah
lebih terampil dan lebih bersungguh-sungguh dalam menjalankan usaha, dikarenakan lamanya berusaha, keahlian yang diwariskan secara turun temurun
dan juga kebutuhan hidup yang bergantung pada pendapatan usaha. f.
Daerah Pemasaran Hasil uji statistik menunjukkan bahwa t
hitung
variabel daerah pemasaran berpengaruh terhadap pendapatan Usaha Kecil Menengah UKM sebesar -1.687,
sedangkan t
tabel
pada tingkat kepercayaan 95 adalah 1.666 -1.6871.66. Karena t
hitung
t
tabel
maka H
o
diterima. Dengan demikian H
a
ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa daerah pemasaran tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap peningkatan pendapatan Usaha Kecil Menengah UKM. Koefisien regresi daerah pemasaran diperoleh -0.217. Hasil koefisien regresi tidak sesuai
dengan hipotesis yang menyatakan bahwa daerah pemasaran yang lebih jauhluas berpengaruh positif terhadap peningkatan pendapatan Usaha Kecil Menengah
UKM di Kabupaten Batu Bara. Wilayah Kabupaten batu Bara yang terdiri dari 7 kecamatan dan 100 desa memiliki jarak tempuh yang saling berjauan antar
kecamatan dan antar desa. Jarak tempuh yang saling berjauhan tersebut juga tidak didukung dengan pembangunan infrastruktur jalan – jalan desa dan kecamatan
yang belum memadai. Hal ini sangat berpengaruh terhadap pemasaran produk Usaha Kecil Menengah UKM semakin jauh jarak pemasaran suatu produk maka
semakin banyak biaya pengangkutan yang harus dikeluarkan, sehingga biaya
Universitas Sumatera Utara
transportasi yang juga merupakan salah satu komponen total biaya produksi sangat tinggi hal ini dapat mempengaruhi harga jual produk yang meningkat
sesuai dengan jauhnya jarak pengangkutan untuk pemasaran, akibatnya produk tersebut tidak banyak diminati oleh konsumen terutama untuk produk yang hanya
dipasarkan dalam daerah Kabupaten Batu Bara, dimana pada umumnya masyarakat memiliki daya beli yang rendah dikarenakan tingkat pendapatan yang
rendah, tingginya harga jual suatu produk yang salah satunya diakibatkan jarak tempuh dan biaya pengangkutan mengurangi minat konsumen untuk membeli dan
pada akhirnya berpengaruh pada tingkat pendapatan produsen.
4.3.4. Uji Asumsi Klasik