PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INVESTIGASI KELOMPOK TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INVESTIGASI KELOMPOK TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF

MATEMATIS SISWA

(Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Bandarlampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014)

(Skripsi)

Oleh

RIKA MEILIANA TOHAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDARLAMPUNG 2014


(2)

ABSTRAK

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INVESTIGASI KELOMPOK TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF

MATEMATIS SISWA

(Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Bandarlampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014)

Oleh

RIKA MEILIANA TOHAR

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran investigasi kelompok terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis siswa. Desain penelitian ini adalah pretest-posttest control group design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Bandarlampung tahun pelajaran 2013/2014 yang terdistribusi dalam delapan kelas. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII-B dan VIII-D yang diambil dengan teknik purposive random sampling. Data penelitian diperoleh dari tes kemampuan berpikir kreatif matematis siswa. Penelitian ini menyimpulkan bahwa model pembelajaran investigasi kelompok berpengaruh tidak positif terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis siswa.


(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandarlampung pada tanggal 20 Mei 1991. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara pasangan Bapak Anton Hartono dan Ibu Tjhang, Yenti Tohar.

Penulis menyelesaikan pendidikan taman kanak-kanak di TK Immanuel Bandarlampung pada tahun 1997, pendidikan dasar di SD Immanuel Bandarlampung pada tahun 2003, pendidikan menengah pertama di SMP Immanuel Bandarlampung pada tahun 2006, dan pendidikan menengah atas di SMA Negeri 3 Bandarlampung pada tahun 2009. Penulis melanjutkan pendidikan di Universitas Lampung pada tahun 2009 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dengan mengambil program studi Pendidikan Matematika.

Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di desa Tri Dharmayoga dan menjalani Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP Negeri 2 Ketapang, Lampung Selatan.


(8)

MOTO

Jujur, bisa dipercaya, dan bertanggung

jawab adalah modal awal mencapai


(9)

Persembahan

Dengan mengucap syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, ku

persembahkan karya ini sebagai tanda bakti dan cinta kasihku

kepada:

Papa (Anton Hartono) dan Mama (Tjhang, Yenti Tohar) tercinta

yang membesarkan, mendidik, dan menjagaku dengan penuh

cinta. Karya ini merupakan salah satu bukti perjuangan papa

mama dalam membesarkanku.

Koko-ku tersayang

Ricky Tohar

dan

Ricoh Tohar

serta seluruh

keluarga besarku yang telah memberikan semangat kepadaku.

Para pendidik TK, SD, SMP Immanuel Bandarlampung, dan SMA

Negeri 3 Bandarlampung yang telah mendidik dan menambah

wawasanku.

Sahabat-sahabat Pemuda Remaja dan guru-guru Sekolah

Minggu GSK-L yang tulus menyayangiku dan menyemangatiku

dalam berbagai hal.


(10)

ii SANWACANA

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus karena kasih karunia dan pertolongan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini sebagai syarat untuk mencapai gelar sarjana pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa terselesaikannya penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang tulus ikhlas kepada:

1. Ibu Dr. Sri Hastuti Noer, M.Pd., selaku Pembimbing I atas kesediannya memberikan bimbingan, saran, dan kritik selama penyusunan skripsi ini. 2. Bapak Drs. Pentatito Gunowibowo, M.Pd., selaku Pembimbing II yang telah

bersedia meluangkan waktu untuk membimbing penulis demi terselesaikannya skripsi ini.

3. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Pembahas dan Ketua Jurusan Pendidikan MIPA yang telah memberikan masukan dan saran-saran kepada penulis. 4. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung,

beserta staf dan jajarannya yang telah memberikan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.


(11)

iii 5. Bapak Dr. Haninda Bharata, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika yang telah memberikan kemudahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Bapak dan Ibu dosen pendidikan matematika di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis. 7. Ibu Dra. Hj. Arnelis Djalil, M.Pd., selaku Pembimbing Akademik yang telah

bersedia memberikan saran dan masukan selama perkuliahan.

8. Ibu Hj. Aida, selaku guru mitra yang telah membantu dalam penelitian.

9. Mama dan papa tersayang, yang telah berjerih lelah agar anaknya mendapat pendidikan yang terbaik.

10.Koko Ricky Tohar dan Ricoh Tohar yang selalu menyayangi, mendoakan, dan selalu menjadi penyemangat dalam hidupku.

11.Kakak rohani: Kak Kiel dan Kak Ester yang selalu memperhatikan, menye-mangati, dan mendoakanku.

12.Teman-teman Pemuda GSK-L: Defi, Beth, Vinna, Sung-Sung, Yanto, Dexter, dan adik-adik Alay: Chinanta, Wichita, dan Chila atas kebersamaan selama ini yang senantiasa memberikan motivasi serta keceriaannya.

13.Kak Ririn yang membantu dalam proses penge-print-an skripsi.

14.Teman-temanku: Agustina, Novia, Erlis, Wiwin, dan Sri. Terima kasih untuk persahabatan dan kebersamaannya selama ini.

15.Rekan- rekan KKN Tematik Unila dan PPL SMP N 2 Ketapang tahun 2012: Mustaina, Dea, Yoga, Eli, Gusti, Puja, Debo, Dodo, Agatha, Putu Mariyanto, Putu Brama, Anis, Anas, dan Tia. Terima kasih atas kebersamaannya.


(12)

iv Perjuangan kita selama ini menjadi kenangan indah yang tiada pernah bosan untuk diceritakan.

16.Ibu Siti dan keluarga yang telah menyediakan tempat dan makanan terbaik selama KKN dan PPL di Desa Tri Dharmayoga.

17.Siswa-siswa SMP Negeri 2 Ketapang dan SMP Negeri 1 Bandarlampung.

Tuhan Yesus memberkati kalian. Penulis pun berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi dunia pendidikan.

Bandarlampung, Desember 2014 Penulis


(13)

v DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Ruang Lingkup ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori ... 7

1. Kemampuan Berpikir Kreatif ... 7

2. Pengertian Pembelajaran ... 10

3. Pengertian Model Pembelajaran Investigasi Kelompok ... 12

4. Pembelajaran Konvensional ... 14

B. Kerangka Pikir ... 16

C. Anggapan Dasar ... 17

D. Hipotesis Penelitian ... 17

III. METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel ... 18


(14)

vi C. Prosedur Penelitian ... 20 D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data ... 21 E. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 24 IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ... 31 B. Pembahasan ... 35 V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 40 B. Saran ... 40 DAFTAR PUSTAKA


(15)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Nilai UAS Kelas VIII SMP Negeri 1 Bandarlampung ... 18 3.2 Desain Pelaksanaan Penelitian ... 20 3.3 Pedoman Penskoran Soal Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis .. 22 3.4 Uji Normalitas Skor Awal Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis . 26 3.5 Uji Normalitas Indeks Gain Berpikir Kreatif Matematis ... 26 3.6 Uji Homogenitas Populasi Indeks Gain Kemampuan Berpikir Kreatif

Matematis ... 28 4.1 Data Skor Awal Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis ... 31 4.2 Hasil Uji Mann-Whitney U Skor Awal Berpikir Kreatif Matematis .. 32 4.3 Data Skor Akhir Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis ... 33 4.4 Data Indeks Gain Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis ... 34 4.5 Hasil Uji Kesamaan Dua Rata-rata Indeks Gain Berpikir Kreatif


(16)

viii DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

A. Perangkat Pembelajaran

A.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen . 47

A.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol ... 114

B. Perangkat Tes B.1 Kisi-Kisi Soal Pretest dan Posttest ... 139

B.2 Pretest ... 140

B.3 Posttest ... 141

B.4 Penyelesaian Pretest dan Posttest ... 142

B.4 Form Penilaian Validitas Pretest dan Posttest ... 145

C. Analisis Data C.1 Analisis Reliabilitas Hasil Tes Uji Coba ... 148

C.2 Data Skor Awal Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Kelas Investigasi Kelompok ... 149

C.3 Data Skor Awal Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Kelas Konvensional ... 150

C.4 Analisis Deskriptif Statistik dan Uji Normalitas Kemampuan Awal Berpikir Kreatif Matematis Siswa ... 151

C.5 Uji Non Paremetrik Data Kemampuan Awal Berpikir Kreatif Matematis ... 153

C.6 Data Skor Akhir Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Kelas Investigasi Kelompok ... 155


(17)

ix C.7 Data Skor Akhir Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Kelas

Konvensional ... 156 C.8 Data Perhitungan Gain Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

Kelas Investigasi Kelompok ... 157 C.9 Data Perhitungan Gain Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

Kelas Konvensional ... 158 C.10 Analisis Deskriptif Statistik dan Uji Normalitas Indeks Gain

Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa ... 159 C.11 Uji Homogenitas Varians Indeks Gain Antara Kelas Investigasi

Kelompok dan Kelas Konvensional ... 161 C.12 Uji Kesamaan Dua Rata-rata Indeks Gain Kemampuan Berpikir

Kreatif Matematis Antara Kelas Investigasi Kelompok

dan Konvensional ... 162 D. Lain-lain


(18)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi pembangunan bangsa dan negara karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia suatu bangsa. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Hasibuan (1994) bahwa “Pendidikan sebagai upaya atau kegiatan untuk meningkatkan kemampuan seseorang dalam segala bidang meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap”.

Pendidikan matematika memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia karena setiap orang dalam kehidupannya tidak terlepas dari matematika. Peran penting matematika diakui Cockcroft (1982), yang menulis “It would be very difficult – perhaps impossible – to live a normal live in very many parts of the world in the twentieth century without making use of mathematics of the same kind”. Oleh sebab itu, pelajaran matematika perlu ditempuh mulai dari jenjang pendidikan terendah sampai dengan tinggi. Hal ini dapat menjadi bekal siswa dalam menjalankan kehidupannya sehari-hari dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerja sama (Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang standar isi).


(19)

2 Berdasarkan Permendiknas Nomor 22 tahun 2006, salah satu tujuan pembelajaran matematika pada pendidikan menengah adalah siswa memiliki kemampuan berpikir kreatif. Pengembangan kemampuan berpikir kreatif perlu dilakukan karena salah satu kemampuan yang dikehandaki di dunia kerja adalah kemampuan berpikir kreatif (Career Center Maine Department of Labor USA, 2004).

Berbagai studi terkait kemampuan berpikir kreatif telah banyak dilakukan, salah satunya Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS). TIMSS merupakan studi internasional tentang prestasi matematika dan ilmu pengetahuan alam di kelas empat dan delapan yang dilakukan setiap empat tahun sejak tahun 1995. Mullis et al. (2012) menjelaskan bahwa pengukuran yang dilakukan TIMSS mencakup domain konten dan kognitif. Domain kognitif terbagi menjadi tiga, yaitu knowing (mengetahui), applying (mengaplikasikan), dan reasoning (penalaran). Domain pertama, knowing, mencakup fakta, konsep, dan prosedur yang perlu diketahui oleh siswa. Domain kedua, applying yang berfokus pada kemampuan siswa dalam memecahkan masalah. Domain ketiga, reasoning, yaitu kemampuan siswa dalam menggunakan penalarannya untuk menyelesaikan masalah yang lebih kompleks.

Menurut hasil studi TIMSS 2011 (Mullis et al, 2012), rata-rata persentase jawaban benar siswa Indonesia pada domain knowing 31%, domain applying 23%, dan domain reasoning 17%. Rata-rata persentase jawaban benar siswa Indonesia berada di bawah rata-rata jawaban benar internasional, yaitu 49% untuk knowning, 39% untuk applying, dan 30% untuk reasoning. Rendahnya persentase


(20)

3 applying dan reasoning yang didominasi oleh soal-soal non rutin mengindikasikan bahwa kemampuan berpikir kreatif matematis siswa di Indonesia masih rendah.

Menurut Herman (2010) salah satu penyebab rendahnya penguasaan matematika siswa adalah guru tidak memberikan kesempatan yang cukup kepada siswa untuk membangun sendiri pengetahuannya. Guru lebih berperan sebagai pemberi in-formasi sehingga siswa cenderung pasif, bersikap individual (egois), tidak semua siswa dapat bekerja sama dengan baik, selalu menunggu perintah dari guru untuk mengerjakan soal-soal rutin. Anthony dalam Dahlan (2012) mengemukakan bah-wa pemberian tugas matematika rutin terfokus pada prosedur dan keakuratan sehingga ketika siswa dihadapkan pada tugas yang sulit dan memerlukan kemampuan berpikir tingkat tinggi, maka siswa cenderung malas mengerja-kannya.

Menurut Munandar (2004) perkembangan kemampuan berpikir kreatif secara optimal berkaitan erat dengan cara mengajar guru. Kemampuan berpikir kreatif akan tumbuh dengan baik jika siswa belajar dengan menyenangkan, dihargai sebagai pribadi yang unik, menjadi pelajar yang aktif, merasa bebas untuk mendiskusikan masalah secara terbuka baik dengan guru maupun teman sebaya, dan memiliki kerja sama dengan orang lain. Hal ini menunjukkan bahwa guru memiliki peran penting dalam mengembangkan kemampuan berpikir kreatif siswa.

Di sekolah, pengembangan kreativitas dan kemampuan berpikir kreatif siswa dilakukan melalui aktivitas-aktivitas kreatif dalam pembelajaran matematika. Kreativitas dipandang sebagai produk dari berpikir kreatif, sedangkan aktivitas


(21)

4 kreatif merupakan kegiatan dalam pembelajaran yang diarahkan untuk mendorong atau memunculkan kreativitas siswa.

Dalam pembelajaran investigasi kelompok, siswa-siswa berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain dengan berbagai informasi dan melakukan pekerjaan secara kolaboratif untuk menyelidiki suatu masalah. Prinsip model investigasi kelompok ini menempatkan guru sebagai fasilitator, sehingga siswa tidak hanya mendengarkan guru memberikan teori, tetapi bisa belajar mandiri, bukan berarti guru diam saja, tetapi membimbing siswa yang kurang mengerti. Dengan model investigasi kelompok, siswa memiliki kesempatan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif karena siswa dapat mengembangkan ide-ide yang diperoleh dari penyelidikan.

Berdasarkan penjelasan di atas penerapan model pembelajaran investigasi kelom-pok diasumsikan dapat memengaruhi kemampuan berpikir kreatif matematis siswa, karena model pembelajaran investigasi kelompok dapat menciptakan situasi dan kondisi belajar yang dapat melatih siswa mengembangkan kemampuan berpikir kreatif.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam peneliatian ini adalah ”Apakah model pembelajaran investigasi kelompok berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Bandarlampung tahun pelajaran 2013/2014?”.


(22)

5 C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran investigasi kelompok terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Bandarlampung tahun pelajaran 2013/2014.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi dalam pendidikan matematika berkaitan dengan model pembelajaran investigasi kelompok serta hubungannya dengan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitan ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada praktisi pendidikan dan peneliti lainnya terkait model pembelajaran investigasi kelompok dalam pembelajaran matematika dan hubungannya dengan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa.

E. Ruang Lingkup

1. Pengaruh

Pengaruh yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perubahan terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa yang diakibatkan oleh penerapan model pembelajaran investigasi kelompok dalam pembelajaran matematika. Pembelajaran investigasi kelompok tersebut dikatakan berpengaruh jika


(23)

6 peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang diajar dengan model pembelajaran investigasi kelompok lebih tinggi dari peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang diajar dengan model pembelajaran konvensional.

2. Pembelajaran Investigasi Kelompok

Investigasi kelompok adalah model pembelajaran yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa dalam menyelidiki permasalahan dari materi yang akan dipelajari melalui bahan-bahan yang tersedia.

3. Pembelajaran Konvensional

Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang masih berpusat pada guru sebagai pemberi informasi. Guru memberikan penjelasan dengan cera-mah atau demonstrasi, contoh soal, latihan, pembahasan latihan, dan diakhiri dengan memberikan pekerjaan rumah.

4. Kemampuan Berpikir Kreatif

Kemampuan berpikir kreatif adalah kemampuan seseorang untuk mengembangkan ide-ide secara fasih dan fleksibel. Dalam penelitian ini, aspek-aspek kemampuan berpikir kreatif yang diukur meliputi kepekaan (sensitivy), kelancaran (fluency), keluwesan (flexibility), keaslian (originality), dan keterincian (elaboration) dalam kegiatan bermatematika pada suatu topik matematika.


(24)

7

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Kemampuan Berpikir Kreatif

Munandar (1987) menyatakan bahwa berpikir kreatif (juga disebut berpikir divergen) ialah memberikan macam-macam kemungkinan jawaban berdasarkan informasi yang diberikan dengan penekanan pada keragaman jumlah dan kesesuaian. Selain itu, menurut McGregor (2007), berpikir kreatif adalah berpikir yang mengarah pada pemerolehan wawasan baru, pendekatan baru, perspektif baru, atau cara baru dalam memahami sesuatu. Sementara Martin dalam Mahmudi (2010) mengemukakan kemampuan berpikir kreatif adalah kemampuan untuk menghasilkan ide atau cara baru dalam menghasilkan suatu produk. Lebih lanjut, Harvey dalam Santoso (2007) mengemukakan berpikir kreatif merupakan kemampuan menggali dan mengumpulkan gagasan-gagasan baru yang asing bagi kebanyakan orang atau kemampuan merancang kembali gagasan-gagasan lama dan menempatkannya ke dalam ide-ide yang baru.

Menurut Ghufron dan Risnawita (2010):

Kreativitas adalah prestasi yang istimewa dalam menciptakan sesuatu yang baru berdasarkan bahan, informasi, data, atau elemen-elemen yang sudah ada sebelumnya menjadi hal-hal yang bermakna dan bermanfaat, menemukan cara-cara pemecahan masalah yang tidak dapat ditemukan oleh kebanyakan orang, ide-ide baru, dan melihat adanya berbagai kemungkinan.


(25)

8 Dapat disimpulkan kemampuan berpikir kreatif adalah kemampuan berpikir dalam memahami sesuatu, menghasilkan ide dalam cara yang baru, dan menemukan cara-cara pemecahan masalah yang tidak dapat ditemukan oleh kebanyakan orang, serta memberikan macam-macam kemungkinan jawaban berdasarkan informasi yang diberikan.

Ciri-ciri berpikir kreatif ada 2 (dua), yaitu ciri-ciri kognitif kreatif dan ciri-ciri afektif. Menurut Williams dalam Munandar (1987), ciri-ciri kognitif berpikir kreatif adalah:

a. Keterampilan berpikir lancar (fluency), definisi: mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian atau pertanyaan, memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan berbagai hal, selalu memikirkan lebih dari satu jawaban; b. Keterampilan berpikir luwes (fleksibility), definisi: menghasilkan gagasan,

jawaban atau pertanyaan yang bervariasi, dapat melihat masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda, mencari banyak alternatif atau arah yang berbeda-beda, mampu mengubah cara pendekatan atau cara pemikiran;

c. Keterampilan berpikir original (kebaharuan), definisi: mampu melahirkan ungkapan yang baru dan unik, memikirkan cara yang tidak lazim untuk mengungkapkan diri, mampu membuat kombinasi-kombinasi yang tidak lazim dari bagian-bagian atau unsur-unsur;

d. Keterampilan memperinci (mengelaborasi), definisi: mampu memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan atau produk, menambahkan atau memperinci detil-detil dari suatu obyek, gagasan, atau situasi sehingga lebih menarik; e. Keterampilan menilai (mengevaluasi): menentukan patokan penilaian sendiri


(26)

9 suatu tindakan bijaksana, mampu mengambil keputusan terhadap situasi yang terbuka, tidak hanya mencetuskan gagasan, tetapi juga melaksanakannya.

Beberapa ahli telah mengembangkan instrumen untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif matematis, seperti Balka dan Torrance (Silver, 1997). Balka mengembangkan instrumen Creative Ability Mathematical Test (CAMT) dan Torrence mengembangkan instrumen Torrance Test of Creative Thinking (TTCT). Kedua instrumen ini berupa tugas membuat soal matematika berdasarkan informasi yang terdapat pada soal terkait situasi sehari-hari yang diberikan. Tes ini mengukur kemampuan berpikir kreatif matematis, yaitu kelancaran, keluwesan, dan kebaruan. Aspek kelancaran berkaitan dengan banyaknya per-tanyaan relevan. Aspek keluwesan berkaitan dengan banyaknya ragam atau jenis pertanyaan. Sedangkan aspek kebaruan berkaitan dengan keunikan atau seberapa jarang suatu jenis pertanyaan.

Dapat disimpulkan bahwa indikator yang digunakan untuk melihat kemampuan berpikir kreatif matematis siswa adalah:

a. Sensitivy (kepekaan), yaitu kemampuan siswa mendeteksi pernyataan atau pertanyaan serta memberikan jawaban dengan benar dan lengkap dalam memecahkan masalah. Kemampuan sensitivy dalam memecahkan masalah terlihat dari siswa dapat membuat apa yang diketahui, ditanya dari pertanyaan yang diberikan dan siswa dapat menyelesaikan masalah yang diberikan dengan benar dan lengkap.

b. Kelancaran merupakan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah dengan lancar dan benar.


(27)

10 c. Elaborasi (memperinci) merupakan kemampuan siswa dalam memberikan jawaban benar dan rinci dalam memecahkan masalah. Kemampuan elaborasi dalam memecahkan masalah terlihat dari siswa memberikan jawaban yang disertai perincian yang jelas atau terlihat dari siswa dapat mengembangkan (memperkaya) gagasan suatu jawaban soal.

d. Fleksibilitas merupakan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah dalam berbagai cara yang berbeda dan benar.

e. Kebaharuan merupakan kemampuan siswa dalam membuat berbagai jawaban yang lain dari yang sudah biasa dan jawabannya benar dalam memecahkan masalah.

2. Pengertian Pembelajaran

Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, pembelajaran merupakan aktivi-tas yang paling utama. Ini berarti bahwa keberhasilan pencapaian tujuan pen-didikan banyak bergantung pada bagaimana proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif.

Dalam dunia pendidikan, pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Menurut Hamalik (2005), ”belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu,

yakni mengalami”. Pembelajaran menjadi bermakna jika peserta didik belajar dari pengalamannya. Pendapat ini sesuai pendapat Tim Pengembang Ilmu Pen-didikan FIP – UPI (2007) bahwa ”pembelajaran adalah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru


(28)

11 secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam

interaksi dengan lingkungannya”.

Menurut Komalasari (2010) pembelajaran merupakan suatu sistem atau proses membelajarkan siswa yang direncanakan atau didesain, dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis agar siswa dapat mencapai tujuan-tujuan pem-belajaran secara efektif dan efisien.

Selain itu, Gora dan Sunarto (2010) mengemukakan pembelajaran adalah proses membuat orang belajar. Guru bertugas membantu orang belajar dengan cara memanipulasi lingkungan sehingga siswa dapat belajar dengan mudah. Sementara siswa harus aktif mencari informasi, memecahkan masalah, mengemukakan gagasan, dan berlatih agar mempunyai kemampuan baru yang bersifat permanen.

Sedangkan menurut Chatib (2009) pembelajaran adalah proses transfer ilmu dua arah, antara guru sebagai pemberi informasi dan siswa sebagai penerima informasi. Ada dua pihak yang harus bekerja sama apabila proses pembelajaran ingin berhasil. Proses transfer pengetahuan dalam pembelajaran akan berhasil apabila waktu terlama difokuskan pada kondisi siswa beraktivitas, bukan pada kondisi guru mengajar.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan proses yang sudah direncanakan untuk membelajarkan siswa dengan cara guru melaksanakan pembelajaran dan siswa beraktivitas sehingga mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.


(29)

12 3. Pengertian Model Pembelajaran Investigasi Kelompok

Investigasi kelompok dikembangkan oleh Sholomo dan Sharon di Universitas Tel Aviv (Slavin, 1995). Investigasi Kelompok adalah strategi belajar kooperatif yang menempatkan siswa ke dalam kelompok secara heterogen dilihat dari kemampuan dan latar belakang, baik dari segi jenis kelamin, suku, dan agama, untuk melakukan investigasi terhadap suatu topik (Eggen & Kauchak, 1998). Sedangkan menurut Sharan dan Sharan dalam Slavin (1995), investigasi kelompok merupakan suatu perencanaan pengorganisasian kelas secara umum dimana siswa bekerja dalam kelompok kecil menggunakan inkuiri kooperatif, diskusi kelompok, dan perencanaan kooperatif dan proyek. Dalam metode ini, guru membentuk kelompok siswa yang terdiri dari dua sampai enam anak. Langkah selanjutnya adalah membagi tugas-tugas menjadi tugas individu yang berbeda, dan melakukan kegiatan yang diperlukan untuk mempersiapkan laporan kelompok. Masing-masing kelompok kemudian mempresentasikan penemuannya di depan kelas. Walaupun agak sulit dilakukan, cooperative learning model investigasi kelompok ini perlu diterapkan. Winataputra (2001) menjelaskan bahwa model investigasi kelompok memiliki konsep pengalaman belajar siswa dalam memberikan respon terhadap masalah dan memecahkan masalah secara berkelompok dengan bertukar ide atau pendapat melalui proses saling berargumentasi.

Menurut Slavin (2008) dalam investigasi kelompok, para siswa bekerja melalui enam tahap. Enam tahapan dalam investigasi kelompok, yaitu: (1) meng-identifikasi topik dan mengatur siswa ke dalam kelompok, (2) merencanakan


(30)

13 tugas yang akan dipelajari. Siswa merencanakan cara mempelajarinya dan melakukan pembagian tugas, (3) melaksanakan investigasi. Siswa mengum-pulkan informasi, menganalisis data, dan membuat kesimpulan, (4) menyiapkan laporan akhir. Siswa mencatat poin-poin penting untuk dipresentasikan, (5) mempresentasikan laporan akhir, (6) evaluasi.

Setiawan (2006) mendeskripsikan peranan guru dalam pembelajaran GI sebagai berikut: (1) memberikan informasi dan instruksi yang jelas, (2) memberikan bimbingan seperlunya dengan menggali pengetahuan siswa yang menunjang pada pemecahan masalah, (3) memberikan dorongan sehingga siswa lebih termotivasi, (4) menyiapkan fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan oleh siswa, dan (5) memimpin diskusi pada pengambilan kesimpulan akhir.

Menurut Setiawan (2006), kelebihan dari pembelajaran investigasi kelompok diantaranya: (1) dapat bekerja secara bebas selama proses pembelajaran, (2) memberi semangat untuk berinisiatif, kreatif, dan aktif, (3) meningkatkan rasa percaya diri, (4) melatih siswa untuk belajar memecahkan suatu masalah, (5) memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi, dan (6) belajar menghargai pendapat orang lain. Sedangkan kelemahannya adalah (1) sedikitnya materi yang tersampaikan pada satu kali pertemuan, (2) sulit memberikan penilaian secara personal, (3) tidak semua topik cocok dengan model pembelajaran ini, dan (4) siswa yang malas menjadi pasif dan akan memengaruhi kelompoknya sehingga usaha kelompokya gagal.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa model investigasi kelompok adalah model yang memberikan kesempatan kepada siswa secara


(31)

14 berkelompok menentukan topik, merencanakan cara mempelajari topik tersebut, melakukan investigasi, menyiapkan laporan akhir, dan mempresentasikan laporan akhir, serta melakukan evaluasi.

4. Pembelajaran Konvensional

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang dilakukan oleh guru seperti metode ceramah, tanya jawab, dan latihan soal.

Menurut Djamarah (2002) metode pembelajaran konvensional adalah metode pembelajaran tradisional atau disebut juga dengan metode ceramah, karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan anak didik dalam proses belajar dan pembelajaran. Dalam pembelajaran sejarah metode konvensional ditandai dengan ceramah yang diiringi dengan penjelasan, serta pembagian tugas dan latihan.

Pembelajaran konvensional dengan metode ekspositori adalah kegiatan belajar yang bersifat menerima, guru berperan lebih aktif dan siswa berperan lebih pasif tanpa banyak melakukan kegiatan pengolahan bahan, karena hanya menerima bahan ajaran yang disampaikan oleh guru (Ibrahim, 1991).

Sanjaya (2007) menjelaskan beberapa kelebihan dan kelemahan pembelajaran konvensional. Adapun kelebihan model pembelajaran konvensional adalah (1) guru dapat mengontrol urutan dan keluasan materi pembelajaran, (2) dianggap sangat efektif apabila materi yang harus dikuasai siswa cukup luas, sementara waktu untuk belajar terbatas, (3) dapat digunakan untuk jumlah siswa yang besar,


(32)

15 (4) selain melatih pendengaran, dapat melatih penglihatan (melalui pelaksanaan demonstrasi). Sedangkan kelemahan metode ceramah antara lain: (1) dapat berlangsung dengan baik apabila siswa memiliki kemampuan mendengar dan menyimak yang baik, (2) tidak dapat melayani perbedaan kemampuan, pengetahuan, minat, bakat, serta gaya belajar, (3) komunikasi lebih banyak terjadi satu arah.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran konvensional adalah metode pembelajaran sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan peserta didik yang bersifat menerima, guru berperan lebih aktif dan siswa lebih pasif.

B. Kerangka Pikir

Pembelajaran merupakan proses yang sudah direncanakan untuk membelajarkan siswa dengan cara guru mengajar dan siswa beraktivitas sehingga mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien. Pemilihan model pembela-jaran yang tepat sesuai dengan tujuan dan materi ajar akan membantu siswa dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis. Salah satu model pembela-jaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa adalah model pembelajaran investigasi kelompok.

Pembelajaran matematika dengan model pembelajaran investigasi kelompok diawali dengan pembentukan kelompok dan mengidentifikasi topik. Pembentuk-an kelompok bersifat heterogen agar siswa yPembentuk-ang pPembentuk-andai dapat membPembentuk-antu siswa yang lemah dalam matematika untuk memahami materi yang dipelajari. Siswa dalam kelompok memilih topik berdasarkan ketertarikan siswa terhadap topik


(33)

16 yang dipelajari sehingga menimbulkan motivasi untuk mempelajarinya lebih mendalam. Setiap siswa menyelidiki topik dengan mengumpulkan informasi dan menganalisisnya sampai menghasilkan suatu kesimpulan. Pengembangan ke-mampuan berpikir kreatif matematis terjadi ketika siswa berpikir secara mandiri dalam mengolah informasi yang didapat untuk menghasilkan kesimpulan.

Setelah siswa mendapatkan kesimpulan dari materi yang diselidiki, perlu dilakukan latihan soal. Jenis soal-soal latihan yang diberikan haruslah jenis soal non rutin. Soal-soal non rutin mengharuskan siswa untuk berpikir kreatif dalam mengumpulkan informasi dan menganalisisnya. Sebagai hasilnya, kemampuan berpikir kreatif matematis siswa berkembang.

Pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang berpusat pada guru dan siswa sebagai penerima informasi. Pembelajaran ini mempunyai beberapa tahapan. Pada awal pembelajaran, guru menyampaikan materi pelajaran dengan ceramah dan siswa memperhatikan dan mencatat penjelasan guru. Dalam hal ini, siswa kurang berperan aktif dalam mengembangkan kemampuan berpikir kreatif. Kemudian guru memberikan contoh soal dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila ada materi yang kurang jelas. Setelah itu, guru memberikan latihan soal-soal rutin, membahasnya, dan memberikan pekerjaan rumah. Pada pembelajaran ini, siswa bersifat pasif. Guru tidak memberikan fasilitas agar siswa dapat mengembangkan kemampuan berpikir kreatif.

Berdasarkan uraian di atas, model pembelajaran investigasi kelompok menuntut siswa untuk berpikir secara mandiri, analitis, kritis, dan kreatif sehingga


(34)

17 kemampuan berpikir kreatif siswa lebih baik dibandingkan dengan kemampuan berpikir kreatif siswa yang diajar dengan model konvensional.

C. Anggapan Dasar

Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah:

a. Seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Bandarlampung memperoleh materi pelajaran matematika yang sama dan sesuai dengan kurikulum yang berlaku. b. Faktor lain yang mempengaruhi kemampuan berpikir kreatif siswa selain

model pembelajaran investigasi kelompok dan pembelajaran konvensional dianggap memberi kontribusi yang sama.

D. Hipotesis Penelitian

1. Hipotesis Umum

Penerapan model pembelajaran investigasi kelompok berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Bandarlampung. 2. Hipotesis Kerja

Peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa yang menggunakan model pembelajaran investigasi kelompok lebih tinggi daripada peningkatan ke-mampuan berpikir kreatif siswa yang menggunakan model pembelajaran konvensional.


(35)

18

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Bandarlampung. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Bandarlampung tahun pelajaran 2013/2014 sebanyak 202 siswa yang terdistribusi dalam delapan kelas, dengan rata-rata nilai ujian akhir semester ganjil sebagai berikut:

Tabel 3.1 Nilai Ujian Akhir Semester Ganjil Kelas VIII SMP Negeri 1 Bandarlampung

No Kelas Jumlah Siswa Rata-Rata

1 VIII-A 26 7,23

2 VIII-B 25 7,16

3 VIII-C 25 5,91

4 VIII-D 25 6,48

5 VIII-E 26 6,70

6 VIII-F 25 7,08

7 VIII-G 25 6,41

8 VIII-H 25 5,75

Nilai rata-rata populasi 6,59

(Sumber: dokumentasi guru matematika SMP Negeri 1 Bandarlampung)

Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik purposive random sampling. Siswa kelas VIII diajar oleh dua guru yang masing-masing bertanggung jawab atas empat kelas. Guru pertama bertanggung jawab terhadap kelas VIII-A, VIII-B, VIII-C, dan VIII-D, sedangkan guru kedua bertanggung jawab terhadap kelas VIII-E, VIII-F, VIII-G, dan VIII-H. Untuk meminimalisasi perbedaan kemampuan awal akibat pembelajaran yang berbeda dari kedua guru,


(36)

19 dipilih kelas yang diajar oleh guru yang sama. Dari pihak sekolah telah memilih guru pertama untuk bekerja sama dengan peneliti sehingga sampel yang dipilih adalah dua dari empat kelas yang diajar oleh guru tersebut. Berdasarkan data rata-rata nilai ujian akhir semester ganjil siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Bandarlampung, diperoleh bahwa rata-rata nilai ujian akhir semester ganjil kelas VIII adalah 6,59. Dari rata-rata nilai kelas tersebut diperoleh bahwa rata-rata nilai kelas VIII-B dan VIII-D mendekati rata-rata nilai populasi. Secara acak terpilih kelas VIII-B sebagai kelas yang menggunakan pembelajaran investigasi kelompok, kelas VIII-D sebagai kelas yang menggunakan pembelajaran konvensional.

B. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pretest-posttest control group design yang merupakan bentuk desain penelitian eksperimen semu. Random dalam penelitian ini adalah pemilihan kelas eksperimen secara acak dari dua sampel yang telah ditetapkan. Kemudian, siswa kelas eksperimen dan kontrol diberi pretest untuk mengetahui kemampuan awal berpikir kreatif matematis. Selanjutnya, pada kelas eksperimen diberi perlakuan, yaitu menerapkan model pembelajaran investigasi kelompok, sedangkan pada kelas kontrol, menerapkan model pembelajaran konvensional. Setelah diberi perlakuan, masing-masing kelas diberi posttest untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa.


(37)

20 Tabel 3.2 Desain Pelaksanaan Penelitian

Treatment group R O X1 O

Control group R O X2 O

Fraenkel dan Wallen (1993) Keterangan:

R = pemilihan kelas percobaan secara acak

O = tes yang diberikan sebelum dan setelah perlakuan (pretest dan posttest) X1 = perlakuan (model pembelajaran investigasi kelompok)

X2 = perlakuan (model pembelajaran konvensional)

C. Prosedur Penelitian

Prosedur yang dilakukan pada penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan, berikut ini adalah proses tahapan yang dilakukan:

1. Melakukan penelitian pendahuluan.

2. Menentukan sampel penelitian dengan teknik purposive random sampling. 3. Merencanaan penelitian:

a. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

b. Menyusun Lembar Kerja Kelompok (LKK) yang akan diberikan kepada siswa pada saat diskusi kelompok.

c. Menyiapkan instrumen penelitian dengan terlebih dahulu membuat kisi-kisi pretest-posttest sesuai dengan indikator pembelajaran dan indikator kemampuan berpikir kreatif, kemudian membuat soal esai beserta penyelesaian dan aturan penskorannya.

4. Mengujicobakan instrumen pada kelas uji coba (20 Januari 2014).

5. Menganalisis data hasil uji coba untuk mengetahui validitas dan reliabilitas. 6. Mengadakan pretest pada kelas eksperimen (24 Januari 2014) dan kelas


(38)

21 7. Melaksanakan penelitian menggunakan model pembelajaran investigasi

kelompok dan pembelajaran konvensional.

8. Mengadakan posttest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol (26 Februari 2014).

9. Menganalisis dan menyusun hasil penelitian.

D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

1. Data Penelitian

Data dalam penelitian ini adalah data kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang berupa data kuantitatif yang diperoleh dari tes kemampuan berpikir kreatif matematis terhadap kelas yang diberi perlakuan dengan model pembelajaran investigasi kelompok maupun model pembelajaran konvensional. Pengumpulan data ini dilakukan sebelum diberi materi (pretest) dan setelah materi selesai (posttest).

2. Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini adalah tes kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dengan butir soal berbentuk uraian. Penyusunan soal tes ini diawali dengan menentukan kompetensi dasar dan indikator yang akan diukur sesuai dengan materi dan tujuan kurikulum yang berlaku pada populasi, menyusun kisi-kisi tes berdasarkan kompetensi dasar dan indikator yang dipilih, menyusun butir tes berdasarkan kisi-kisi yang dibuat. Pemberian skor jawaban siswa disusun berdasarkan indikator kemampuan berpikir kreatif matematis yang disajikan dalam Tabel 3.3.


(39)

22 Tabel 3.3 Pedoman Penskoran Soal Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

Indikator Reaksi terhadap Soal Skor

Fluency (Kelancaran)

Tidak memberi jawaban 0

Memberi ide yang tidak relevan 1 Memberi ide yang relevan tapi tidak selesai 2 Memberi ide yang relevan, selesai namun hasil

akhir salah 3

Memberi ide yang relevan, selesai dan hasil akhir

benar 4

Elaboration (Elaborasi)

Tidak memberi jawaban 0

Mengembangkan gagasan dan memberi jawaban yang tidak rinci dan salah 1 Mengembangkan gagasan dan memberi jawaban yang tidak rinci tetapi hasil benar 2 Mengembangkan gagasan dan memberi jawaban yang rinci tetapi hasil salah 3 Mengembangkan gagasan dan memberi jawaban yang rinci dan hasil benar 4

Sensitivy (Kepekaan) Tidak memberi jawaban 0

Tidak menggambarkan kepekaan dalam memberi jawaban dan mengarah pada jawaban salah 1 Menggambarkan kepekaan dalam memberikan jawaban tetapi mengarah pada jawaban salah 2 Menggambarkan kepekaan dalam memberikan jawaban dan mengarah pada jawaban benar 3 Menggambarkan kepekaan dalam memberikan

jawaban dan jawaban benar 4

Flexibility (Keluwesan)

Tidak memberi jawaban 0

Memberikan jawaban yang tidak beragam dan

salah 1

Memberikan jawaban yang tidak beragam dan

benar 2

Memberikan jawaban yang beragam tetapi salah 3 Memberikan jawaban yang beragam dan benar 4 Originality

(keaslian)

Tidak mengemukakan pendapat 0 Mengemukakan pendapat sendiri tetapi tidak dapat

dipahami 1

Mengemukakan pendapat tetapi hanya memodifikasi proses pengerjaan sudah terarah tapi tidak selesai

2 Mengemukakan pendapat sendiri tetapi hasilnya

salah 3

Mengemukakan pendapat sendiri dan hasilnya

benar 4


(40)

23 a. Validitas Isi

Validitas isi dari tes kemampuan berpikir kreatif matematis ini dapat diketahui dengan cara membandingkan isi yang terkandung dalam tes kemampuan berpikir kreatif matematis dengan indikator pembelajaran yang telah ditentukan. Tes yang dikategorikan valid adalah yang telah dinyatakan sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator yang diukur berdasarkan penilaian guru mitra. Penilaian terhadap kesesuaian isi tes dengan isi kisi-kisi tes yang diukur dan kesesuaian bahasa yang digunakan dalam tes dengan kemampuan bahasa siswa dilakukan dengan menggunakan daftar check list ( ) oleh guru. Hasil penilaian terhadap tes untuk mengambil data penelitian telah memenuhi validitas isi (Lampiran B.5).

Selanjutnya instrumen tes diujicobakan pada siswa yang berada di luar sampel penelitian. Uji coba dilakukan pada siswa kelas IX-G. Data yang diperoleh dari hasil uji coba kemudian diolah dengan menggunakan bantuan Software Microsoft Excel untuk mengetahui reliabilitas tes.

b. Reliabilitas

Untuk menentukan tingkat reliabilitas tes digunakan model satu kali tes dengan teknik Alpha. Rumus Alpha dalam Sudijono (2011) dengan kriteria suatu tes dikatakan baik bila memiliki koefisien reliabilitas lebih dari 0,70.


(41)

24 Keterangan:

= koefisien reliabilitas tes n = banyaknya butir soal

∑ = jumlah varian skor tiap-tiap item = varian total

dengan:

∑ ∑

Keterangan :

= varian total = banyaknya data

∑ = jumlah semua data

= jumlah kuadrat semua data

Berdasarkan hasil perhitungan uji coba instrumen tes, diperoleh bahwa koefisien reliabilitas tes adalah 0,80. Hal ini menunjukkan bahwa instrumen tes yang diujicobakan memiliki reliabilitas yang baik. Hasil perhitungan reliabilitas uji coba soal secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran C.1

E. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

Data yang dianalisis dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, yaitu skor tes kemampuan berpikir kreatif matematis yang diperoleh dari pretest dan posttest. Data yang diperoleh dari hasil pretest dan posttest dianalisis untuk mengetahui besarnya peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol. Menurut Hake (1999), besarnya peningkatan dihitung dengan rumus gain ternormalisasi (normalized gain) = g, yaitu:

g =


(42)

25 Pengolahan dan analisis data kemampuan berpikir kreatif matematis dilakukan dengan menggunakan uji statistik terhadap skor awal dan peningkatan kemampuan siswa (indeks gain) dari kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan bantuan software SPPS versi 17.0. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk menentukan apakah data yang didapat berdistribusi normal atau tidak. Menurut Sudjana (2005) statistik yang diguna-kan untuk uji normalitas sebagai berikut.

Keterangan:

= harga Chi-Kuadrat = frekuensi pengamatan = frekuensi yang diharapkan

= banyaknya pengamat

Adapun hipotesis uji adalah sebagai berikut: Ho : sampel data gain skor berdistribusi normal H1 : sampel data gain skor tidak berdistribusi normal

Pada penelitian ini, uji normalitas dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov Z (K-S Z) menggunakan software SPPS versi 17.0 dengan kriteria pengujian, yaitu jika nilai probabilitas (Sig) dari Z lebih besar dari , maka hipotesis nol diterima (Trihendradi, 2005).


(43)

26 Uji normalitas dilakukan terhadap masing-masing kelompok, yaitu kelompok model pembelajaran investigasi kelompok dan model pembelajaran konvensional. Hasil perhitungan uji normalitas disajikan pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4 Uji Normalitas Skor Awal Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

Kelompok Penelitian Banyaknya Siswa

K-S (Z) Probabilitas (Sig)

Investigasi Kelompok 24 0,391 0,000

Konvensional 24 0,464 0,000

.

Pada Tabel 3.4 terlihat bahwa probabilitas (Sig) untuk kelas investigasi kelompok

maupun kelas konvensional lebih kecil dari 0,05, sehingga hipotesis nol ditolak.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa data skor awal kemampuan berpikir

kreatif matematis siswa yang mengikuti model pembelajaran investigasi ke-lompok dan kelas yang mengikuti pembelajaran konvensional tidak berdistribusi normal. Perhitungan uji normalitas data nilai awal dapat dilihat pada Lampiran C.4 dan C.5.

Uji normalitas juga dilakukan terhadap data indeks gain kemampuan berpikir kreatif matematis siswa. Setelah dilakukan perhitungan didapatkan hasil yang disajikan pada Tabel 3.5.

Tabel 3.5 Uji Normalitas Indeks Gain Berpikir Kreatif Matematis

Kelompok Penelitian Banyaknya Siswa

K-S (Z) Probabilitas (Sig)

Investigasi Kelompok 24 0,136 0,200


(44)

27

Pada Tabel 3.5 terlihat bahwa probabilitas (Sig) untuk kelas investigasi kelompok

dan kelas konvensional lebih dari 0,05, sehingga hipotesis nol diterima. Hal ini

berarti bahwa data kedua kelas tersebut berdistribusi normal. Perhitungan uji normalitas data indeks gain dapat dilihat pada Lampiran C.10.

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas variansi dilakukan untuk mengetahui apakah data kedua kelompok memiliki variansi yang homogen atau tidak. Menurut Sudjana (2005) rumus uji homogenitas varians adalah sebagai berikut.

Adapun hipotesis untuk uji ini adalah:

H0: σ12= σ22 (varians sampel data gain skor sama) H1 : σ12≠σ22 (varians sampel data gain skor tidak sama)

Dalam penelitian ini, uji homogenitas menggunakan uji Levene dengan software SPSS versi 17.0 dengan kriteria pengujian adalah jika nilai probabilitas (Sig) lebih besar dari , maka hipotesis nol diterima (Trihendradi, 2005).

Berdasarkan hasil uji normalitas pada data indeks gain kemampuan berpikir kreatif matematis siswa diketahui bahwa kedua kelas berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Sehingga selanjutnya dilakukan uji homogenitas terhadap indeks gain kemampuan berpikir kreatif matematis siswa. Setelah dilakukan perhitungan diperoleh hasil uji homogenitas yang disajikan pada Tabel 3.6.


(45)

28 Tabel 3.6 Uji Homogenitas Populasi Indeks Gain Kemampuan Berpikir

Kreatif Matematis Kelompok Penelitian

Statistik Levene Probabilitas(Sig)

Investigasi Kelompok

5,483 0,024

Konvensional

Pada Tabel 3.6 terlihat bahwa nilai probabilitas (Sig) kurang dari 0,05 sehingga

hipotesis nol ditolak. Jadi, dapat disimpulkan bahwa data indeks gain kemampuan

berpikir kreatif matematis siswa dari kedua kelompok memiliki varians yang

tidak sama. Perhitungan uji homogenitas dapat dilihat pada Lampiran C.11.

Sedangkan untuk data skor awal kemampuan berpikir kreatif matematis tidak

dilakukan uji homogenitas karena kedua data sampel tidak berdistribusi normal.

3. Uji Hipotesis

1) Uji Hipotesis Skor Awal

Setelah melakukan uji normalitas dan homogenitas data, diperoleh bahwa data skor awal dari kedua sampel tidak berdistribusi normal. Menurut Ruseffendi (1998) apabila data tidak berdistribusi normal, maka uji hipotesis menggunakan uji non parametrik. Uji non parametrik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Mann-Whitney U dengan hipotesis sebagai berikut.

H0: (kemampuan awal berpikir kreatif matematis siswa yang mengikuti pembelajaran investigasi kelompok sama dengan kemampuan awal berpikir kreatif matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional)


(46)

29 H1: (kemampuan awal berpikir kreatif matematis siswa yang

mengikuti pembelajaran investigasi kelompok tidak sama dengan kemampuan awal berpikir kreatif matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional)

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan SPSS versi 17.0. untuk melakukan uji Mann-Whitney U dengan kriteria uji adalah jika nilai probabilitas (Sig) lebih dari

, maka hipotesis nol diterima (Trihendradi, 2005). 2) Uji Hipotesis Indeks Gain

Setelah melakukan uji normalitas dan homogenitas data, diperoleh bahwa data indeks gain dari kedua sampel berdistribusi normal dan memiliki varians yang tidak sama. Menurut Sudjana (2005), apabila data dari kedua sampel berdistribusi normal dan memiliki varians yang tidak sama, maka analisis data dilakukan dengan menggunakan uji kesamaan dua rata-rata, yaitu uji t’ dengan rumus sebagai berikut.

̅̅̅ ̅̅̅ √( ) ( )

̅̅̅ = rata-rata skor kelas investigasi kelompok

̅̅̅ = rata-rata skor kelas konvensional

= banyaknya subyek kelas investigasi kelompok = banyaknya subyek kelas konvensional

= varians kelompok investigasi kelompok = varians kelompok konvensional

Adapun hipotesis uji adalah sebagai berikut:

Ho: (Peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang mengikuti pembelajaran investigasi kelompok lebih rendah atau


(47)

30 sama dengan peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional)

H1: (Peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang mengikuti pembelajaran investigasi kelompok lebih tinggi dari peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional)

Dalam penelitian ini, uji-t menggunakan software SPPS versi 17.0. dengan kriteria pengujian (Soekirno, 2008):

1) Jika Sig (2-tailed) / 2 0,05 (taraf nyata) dan , maka hipotesis nol ditolak.

2) Jika Sig (2-tailed) / 2 0,05 (taraf nyata) dan , maka hipotesis nol diterima.


(48)

40

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh kesimpulan bahwa peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran investigasi kelompok lebih rendah daripada peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran konvensional, sehingga model pembelajaran investigasi kelompok berpengaruh tidak positif terhadap peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa.

B. Saran

Berdasarkan hasil dalam penelitian ini, saran-saran yang dapat dikemukakan sebagai berikut:

1. Kepada guru disarankan melatih siswa mengerjakan soal-soal non rutin sehingga dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa. 2. Kepada peneliti lain yang ingin mengembangkan penelitian lanjutan

disarankan untuk:

a. Melakukan penelitian dalam jangka waktu yang lebih lama sehingga siswa dapat beradaptasi dengan model pembelajaran yang diterapkan.


(49)

41 b. Memerhatikan aspek psikologis siswa.

c. Memerhatikan proses pengambilan sampel yang representatif. d. Menggunakan lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran.


(50)

42

DAFTAR PUSTAKA

Career Center Maine Departmeny of Labor . 2004. Today’s Work Competencies in Maine. [Online]. Tersedia di http://www.maine.gov/labor/lmis/pdf/ EssentialWorkCompetencies.pdf, diakses pada tanggal 13 Juli 2013.

Chatib, M. 2009. Sekolahnya Manusia: Sekolah Berbasis Multiple Intelligences di Indonesia. Bandung: Kaifa.

Cockroft, W. H. 1982. Mathematics Counts. [Online]. Tersedia di www. educationengland.org.uk/documents/cockroft/cockroft 1982.html, diakses pada tanggal 13 Juli 2013.

Dahlan, J. A. 2012. Pendekatan Open-Ended dalam Pembelajaran Matematika. [Online]. Tersedia di http://file.upi.edu/browse.php?dir=Direktori/FPMIPA/ JUR._PEND._MATEMATIKA/196805111991011-JARNAWI_AFGANI_ DAHLAN/Perencanaan_Pembelajaran_Matematika/, diakses pada tanggal 16 Januari 2014.

Depdiknas. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas.

Djamarah, S. B. dan Aswan Z. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Eggen, P.D. dan Kauchak, P.P. 1998. Strategies for Teacher: Teaching Content and Thinking Skill. Boston: Alyn & Bacon.

Fauziyah, I. N. L. 2013. Proses Berpikir Kreatif Siswa Kelas X Dalam Memecahkan Masalah Geometri Berdasarkan Tahapan Wallas Ditinjau Dari Adversity Quotient (AQ) Siswa. Jurnal Pendidikan Matematika Solusi Vol. 1 No. 1. [Online]. Tersedia di eprints.uns.ac.id/3407/1/676-3308-1-PB.pdf, diakses pada tanggal 5 Agustus 2014.

Fraenkel, J. R. dan Norman E. W. 1993. How to Design and Evaluate Research in Education. Singapura: McGraw-Hill.


(51)

43 Furchan, H. Arief. 2007. Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Ghufron, M. N. dan R. Risnawita. 2010. Teori-Teori Psikologi. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Gora, W. dan Sunarto. 2008. PAKEMATIK (Stragegi Pembelajaran Inovatif Berbasis TIK). Jakarta: Elex Media Komputindo.

Hake, R. 1999. Analizing Change/Gain Scores. [Online]. Tersedia di http:// www. Physics.Indiana.edu/-Sdi/AnalizingChange-Gain.Pdf, diakses pada tanggal 14 Januari 2014)

Hamalik, O. 2005. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Hasibuan, A.B. 1994. Teori Pendidikan. Jakarta: P3G.

Herman, T. 2010. Membangun Pengetahuan Siswa Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah. [Online]. Tersedia di http://file.upi.edu, diakses pada tanggal 21 November 2013.

Ibrahim, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: UNESA Press. Komalasari, K. 2010. Pembelajaran Kontekstual. Bandung: Reflika Aditama. Mahmudi, A. 2010. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis. Makalah disajikan

Pada Konferensi Nasional Matematika XV UNIMA Manado, 30 Juni - 3 Juli 2010. [Online]. (error! Hyperlink reference not valid), diakses pada tanggal 30 Mei 2013.

McGregor, D. 2007. Developing Thinking Developing Learning. Poland: Open University Press.

Mullis, Ina V.S. et al. 2012. TIMSS 2011 International Results in Mathematics. [Online]. Tersedia: http://timssandpirls.bc.edu/timss2011/downloads/T11_ IR_Mathematics_FullBook.pdf, diakses pada tanggal 13 Juli 2013.

Munandar, U. 1987. Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah. Penuntun Bagi Guru dan Orang Tua. Jakarta: Grasindo.

. 2004. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Grasindo.

Noer, S. H. 2010. Evaluasi Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa SMP. Jurnal Pendidikan MIPA. Bandarlampung: Universitas Lampung.


(52)

44 . 2011. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan MIPA. Lampung: Lembaga Penelitian Universitas Lampung.

Prajatami, A. T. 2012. Pengaruh Pembelajaran Presentasi Power Point Terhadap Pemahaman Siswa Kelas XI. [Online]. Tersedia di http://www.academia.edu/6756513/ diakses pada tanggal 3 September 2014. Ruseffendi. 1998. Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Bandung: IKIP

Bandung Press.

Sanjaya, W. 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Santoso, E. J. 2007. The Art of Life Revolution. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Setiawan. 2006. Model Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Investigasi. Yogyakarta: PPPG Matematika.

Silver, E. A. 1997. Fostering Creativity through Instruction Rich in Mathematical Problem Solving and Problem Possing. Zentralblatt fur Didaktif der Mathematik (ZDM) – The International Journal on Mathematics Education. [Online]. Tersedia di http://link.springer.com/article/10.1007%2Fs11858-997-0003-x, diakses pada tanggal 30 Mei 2013.

Slavin, R. E. 1995. Cooperative Learning, second edition. Massachusets: Allyn & Bacon.

. 2008. Cooperative Learning Teori, Riset, dan Praktik. Bandung: Nusa Media.

Soekirno. 2008. Modul Analisis Data dengan SPSS. [Online]. Tersedia di blog.uny.ac.id/sukirno, diakses pada tanggal 6 Agustus 2014.

Sudijono, A. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: PT Tasito.

Sukiasti, K, I. W. Sadia, dan I. W. Suastra. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Cooperative Integral Reading and Composition Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah dan Berpikir Kreatif. E-Journal Program Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi IPA Volume 3. [Online]. Tersedia di pasca.undiksha.ac.id/e-journal/index.php/jurnal_ipa/

article/…/760/545, diakses pada tanggal 2 Oktober 2014.


(53)

45

Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP – UPI. 2007. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Jakarta: IMTIA

Trihendradi, Cornelius. 2005. Step by Step SPSS 17.0 Analisis Data Statistik. Yogyakarta: Andi Offset.

Winataputra, U. S. 2001. Model Pembelajaran Inovatif. Jakarta: Universitas Terbuka


(1)

40

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh kesimpulan bahwa peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran investigasi kelompok lebih rendah daripada peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran konvensional, sehingga model pembelajaran investigasi kelompok berpengaruh tidak positif terhadap peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa.

B. Saran

Berdasarkan hasil dalam penelitian ini, saran-saran yang dapat dikemukakan sebagai berikut:

1. Kepada guru disarankan melatih siswa mengerjakan soal-soal non rutin sehingga dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa. 2. Kepada peneliti lain yang ingin mengembangkan penelitian lanjutan

disarankan untuk:

a. Melakukan penelitian dalam jangka waktu yang lebih lama sehingga siswa dapat beradaptasi dengan model pembelajaran yang diterapkan.


(2)

41 b. Memerhatikan aspek psikologis siswa.

c. Memerhatikan proses pengambilan sampel yang representatif. d. Menggunakan lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran.


(3)

42

DAFTAR PUSTAKA

Career Center Maine Departmeny of Labor . 2004. Today’s Work Competencies in Maine. [Online]. Tersedia di http://www.maine.gov/labor/lmis/pdf/ EssentialWorkCompetencies.pdf, diakses pada tanggal 13 Juli 2013.

Chatib, M. 2009. Sekolahnya Manusia: Sekolah Berbasis Multiple Intelligences di Indonesia. Bandung: Kaifa.

Cockroft, W. H. 1982. Mathematics Counts. [Online]. Tersedia di www. educationengland.org.uk/documents/cockroft/cockroft 1982.html, diakses pada tanggal 13 Juli 2013.

Dahlan, J. A. 2012. Pendekatan Open-Ended dalam Pembelajaran Matematika. [Online]. Tersedia di http://file.upi.edu/browse.php?dir=Direktori/FPMIPA/ JUR._PEND._MATEMATIKA/196805111991011-JARNAWI_AFGANI_ DAHLAN/Perencanaan_Pembelajaran_Matematika/, diakses pada tanggal 16 Januari 2014.

Depdiknas. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas.

Djamarah, S. B. dan Aswan Z. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Eggen, P.D. dan Kauchak, P.P. 1998. Strategies for Teacher: Teaching Content and Thinking Skill. Boston: Alyn & Bacon.

Fauziyah, I. N. L. 2013. Proses Berpikir Kreatif Siswa Kelas X Dalam Memecahkan Masalah Geometri Berdasarkan Tahapan Wallas Ditinjau Dari Adversity Quotient (AQ) Siswa. Jurnal Pendidikan Matematika Solusi Vol. 1 No. 1. [Online]. Tersedia di eprints.uns.ac.id/3407/1/676-3308-1-PB.pdf, diakses pada tanggal 5 Agustus 2014.

Fraenkel, J. R. dan Norman E. W. 1993. How to Design and Evaluate Research in Education. Singapura: McGraw-Hill.


(4)

43 Furchan, H. Arief. 2007. Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Ghufron, M. N. dan R. Risnawita. 2010. Teori-Teori Psikologi. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Gora, W. dan Sunarto. 2008. PAKEMATIK (Stragegi Pembelajaran Inovatif Berbasis TIK). Jakarta: Elex Media Komputindo.

Hake, R. 1999. Analizing Change/Gain Scores. [Online]. Tersedia di http:// www. Physics.Indiana.edu/-Sdi/AnalizingChange-Gain.Pdf, diakses pada tanggal 14 Januari 2014)

Hamalik, O. 2005. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Hasibuan, A.B. 1994. Teori Pendidikan. Jakarta: P3G.

Herman, T. 2010. Membangun Pengetahuan Siswa Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah. [Online]. Tersedia di http://file.upi.edu, diakses pada tanggal 21 November 2013.

Ibrahim, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: UNESA Press. Komalasari, K. 2010. Pembelajaran Kontekstual. Bandung: Reflika Aditama. Mahmudi, A. 2010. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis. Makalah disajikan

Pada Konferensi Nasional Matematika XV UNIMA Manado, 30 Juni - 3 Juli 2010. [Online]. (error! Hyperlink reference not valid), diakses pada tanggal 30 Mei 2013.

McGregor, D. 2007. Developing Thinking Developing Learning. Poland: Open University Press.

Mullis, Ina V.S. et al. 2012. TIMSS 2011 International Results in Mathematics. [Online]. Tersedia: http://timssandpirls.bc.edu/timss2011/downloads/T11_ IR_Mathematics_FullBook.pdf, diakses pada tanggal 13 Juli 2013.

Munandar, U. 1987. Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah. Penuntun Bagi Guru dan Orang Tua. Jakarta: Grasindo.

. 2004. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Grasindo.

Noer, S. H. 2010. Evaluasi Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa SMP. Jurnal Pendidikan MIPA. Bandarlampung: Universitas Lampung.


(5)

44 . 2011. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan MIPA. Lampung: Lembaga Penelitian Universitas Lampung.

Prajatami, A. T. 2012. Pengaruh Pembelajaran Presentasi Power Point Terhadap Pemahaman Siswa Kelas XI. [Online]. Tersedia di http://www.academia.edu/6756513/ diakses pada tanggal 3 September 2014. Ruseffendi. 1998. Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Bandung: IKIP

Bandung Press.

Sanjaya, W. 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Santoso, E. J. 2007. The Art of Life Revolution. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Setiawan. 2006. Model Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Investigasi. Yogyakarta: PPPG Matematika.

Silver, E. A. 1997. Fostering Creativity through Instruction Rich in Mathematical Problem Solving and Problem Possing. Zentralblatt fur Didaktif der Mathematik (ZDM) – The International Journal on Mathematics Education. [Online]. Tersedia di http://link.springer.com/article/10.1007%2Fs11858-997-0003-x, diakses pada tanggal 30 Mei 2013.

Slavin, R. E. 1995. Cooperative Learning, second edition. Massachusets: Allyn & Bacon.

. 2008. Cooperative Learning Teori, Riset, dan Praktik. Bandung: Nusa Media.

Soekirno. 2008. Modul Analisis Data dengan SPSS. [Online]. Tersedia di blog.uny.ac.id/sukirno, diakses pada tanggal 6 Agustus 2014.

Sudijono, A. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: PT Tasito.

Sukiasti, K, I. W. Sadia, dan I. W. Suastra. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Cooperative Integral Reading and Composition Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah dan Berpikir Kreatif. E-Journal Program Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi IPA Volume 3. [Online]. Tersedia di pasca.undiksha.ac.id/e-journal/index.php/jurnal_ipa/ article/…/760/545, diakses pada tanggal 2 Oktober 2014.


(6)

45

Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP – UPI. 2007. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Jakarta: IMTIA

Trihendradi, Cornelius. 2005. Step by Step SPSS 17.0 Analisis Data Statistik. Yogyakarta: Andi Offset.

Winataputra, U. S. 2001. Model Pembelajaran Inovatif. Jakarta: Universitas Terbuka