PENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 5 MARGOTOTO LAMPUNG TIMUR

(1)

ABSTRAK

PE N I N G K A T K A N A K T I V I T A S D A N H A S I L B E L A J A R I P A MELALUI PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING

TIPE GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 5 MARGOTOTO LAMPUNG TIMUR

Oleh Novi Amrita

Penelitian ini dilatarbelakangi dari kerisauan penulis terhadap rendahnya aktivitas belajar dan nilai rata-rata hasil belajar siswa yang masih di bawah standar KKM. Dari 20 orang siswa yang memperoleh nilai 65 ke atas sebesar 40%. Tujuan dari penelitian untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA siswa dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe Group Investigation.

Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dua siklus, dimana tiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Materi dalam penelitian ini tentang gaya dapat merubah gerak dan bentuk benda. Analisis data yang digunakan adalah kuantitatif dan kualitatif. Data kualitatif diperoleh dari lembar observasi aktivitas siswa dan guru dalam proses belajar mengajar dan untuk data kuantitatif melalui hasil tes formatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan model pembelajaran cooperative learning tipe Group Investigation sangat efektif meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Peningkatan aktivitas siswa siklus I dengan nilai aktivitas siswa 1,71 kategori cukup, meningkat pada siklus II menjadi 3,21 kategori sangat baik, dengan peningkatan nilai sebesar 1,50. Peningkatan hasil belajar pada siklus I dengan nilai 64 menjadi 76,5 pada akhir siklus serta pencapaian KKM yang semula hanya 50% pada siklus I menjadi 100% pada akhir siklus II. Dilihat dari hasil observer maka penerapan pendekatan pembelajaran dan penggunaan model pembelajaran cooperative learning tipe Group Investigation yang digunakan merupakan faktor pendukungnya.

Berdasarkan hasil penelitian, penulis merekomendasikan penggunaan model pembelajaran cooperative learning tipe Group Investigation dalam pembelajaran IPA guna meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

Kata Kunci : Aktivitas dan Hasil belajar, model pembelajaran cooperative learning tipe Group Investigation


(2)

(3)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman 1. Siklus Penelitian Tindakan dari Kemmis dan Taggart ... 21


(4)

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Rumusan Masalah ... 5

D. Batasan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Hasil Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Pustaka ... 8

1. Belajar ... 8

a. Aktivitas Belajar ... 9

b. Hasil Belajar ... 11

c. Kinerja Guru ... 13

2. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar ... 15

3. Pembelajaran Cooperative ... 16

4. Model Cooperative Learning Tipe Group Investigation ... 18

B. Hipotesis ... 22

BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 23

B. Subjek Penelitian ... 23


(6)

F. Tehnik Pengumpulan Data ... 29

G. Analisa Data ... 29

H. Indikator Keberhasilan ... 31

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Hasil Penelitian ... 32

1. Siklus I ... 32

2. Siklus II ... 33

B. Pembahasan ... 43

BAB V KESMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 45

B. Saran ... 45

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(7)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Surat izin Penelitian ... 53

2. Surat Keterangan Penelitian ... 54

3. Jadwal Penelitian ... 55

4. Pemetaan Standar Kompetensi ... 56

5. Silabus Pembelajaran ... 57

6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 59

7. Lembar Kerja Siswa Siklus I ... 64

8. Soal Evaluasi Siklus I ... 65

9. Kunci Jawaban Soal Evaluasi Siklus I... 66

10. Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa Siklus I... 67

11. Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I ... 68

12. Instrumen Penilaian Kinerja Guru Siklus I ... 69

13. Rencana Perbaikan Pembelajaran ... 73

14. Lembar Kerja Siswa Siklus II ... 77

15. Soal Evaluasi Siklus II ... 78

16. Kunci Jawaban Soal Evaluasi Siklus II ... 80

17. Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa Siklus II ... 81

18. Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II ... 82

19. Instrumen Penilaian Kinerja Guru Siklus II ... 83

20. Hasil Belajar Siklus I dan II ... 87


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 1. Perbandingan Pendekatan Kelompok Penyelidikan dan Pendekatan

Struktural ... 19

2. Penilaian Aktivitas Belajar Siswa ... 30

3. Penilaian Aktivitas Guru ... 30

4. Hasil Observasi aktivitas siswa Siklus I ... 35

5. Hasil Observasi aktivitas guru Siklus I ... 37

6. Hasil Observasi Hasil Belajar Siswa Siklus I ... 38

7. Hasil Observasi aktivitas siswa Siklus II ... 42

8. Hasil Observasi aktivitas guru Siklus II ... 43

9. Hasil Belajar siswa Siklus II ... 45

10.Perbandingan Hasil Aktivitas Belajar Siklus I dan II ... 46

11.Perbandingan Aktivitas Belajar Siklus I dan II ... 47

12.Perbandingan Aktivitas Guru Siklus I dan II ... 48


(9)

(10)

(11)

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas karunia-Nya Penelitian Tindakan Kelas ini dapat terselesaikan. Penelitian Tindakan Kelas dengan judul “Peningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar IPA Melalui Penggunaan Model Cooperative Learning Tipe Group Investigation Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 5 Margototo Lampung Timur” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Lampung.

Pada Kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Sugeng P. Haryanto, M.Sc., selaku rektor Universitas Lampung yang telah memberikan kesempatan pada penulis untuk menuntu ilmu di Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung yang telah memberikan kesempatan pada penulis untuk menuntu ilmu di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

3. Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP Universitas Lampung yang telah memberikan kesempatan pada penulis untuk menuntu ilmu di Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP Universitas Lampung. 4. Bapak Dr. Hi. Darsono, M. Pd., selaku Ketua Program Studi PGSD FKIP

Universitas Lampung yang telah memberikan kesempatan pada penulis untuk menuntu ilmu di Program Studi PGSD FKIP Universitas Lampung.

5. Ibu Dr. Hj. Sowiyah, M.Pd., selaku Pembimbing Akademik dan Pembimbing dalam proses penyelesaian penelitian tindakan kelas ini.


(12)

7. Ibu Yasmilah, S.Pd., selaku Kepala Sekolah SD Negeri 5 Margototo yang telah memberikan dukungan dan kesempatan pada penulis untuk melakukan penelitian.

8. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa penelitian tindakan kelas ini masih kurang sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan dan penulisan ilmiah selanjutnya.

Metro, Juni 2013 Penulis

Novi Amrita NPM. 1113137020


(13)

RIWAYAT HIDUP

Novi Amrita lahir di Sekampung tanggal 18 November 1986 yang merupakan anak keenam dari enam bersaudara pasangan Bapak Masryn dan Ibu Madariah.

Pendidikan formal yang telah ditempuh:

1. Taman Kanak-kanak Pertiwi Batanghari, lulus tahun 1992 2. SD Mita Balekoncono Kecamatan Batanghari, lulus tahun 1999 3. SMP PGRI 3 Batanghari Kecamatan Batanghari, lulu stahun 2002. 4. SMA Utama Wacana Metro, lulus tahun 2005


(14)

(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan usaha manusia agar dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran dan atau cara lain yang dikenal dan diakui oleh masyarakat. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Untuk itu seluruh komponen bangsa wajib mencerdaskan kehidupan bangsa yang merupakan salah satu tujuan negara Indonesia.

Proses mengajar merupakan suatu sistem pembelajaran yang mengandung sejumlah komponen yang saling bergantung satu sama lain untuk mencapai tujuan. Dalam mengembangkan kegiatan belajar mengajar, guru tidak hanya memperhatikan materi, metode dan evaluasi saja. Tetapi harus memperhatikan terciptanya proses pembelajaran yang membelajarkan siswa (pembelajaran aktif).

Proses pembelajaran yang membelajarkan siswa menekankan keaktifan siswa sangat penting, namun dalam pelaksanaanya banyak interaksi dalam pembelajaran hanya satu arah yakni dari guru ke siswa (teaching centre). Fungsi dan peran guru menjadi amat dominan, dilain pihak siswa hanya menyimak dan mendengarkan informasi atau pengetahuan yang diberikan gurunya.


(16)

Perkembangan ilmu pengetahuan saat ini tidak mungkin lagi bagi guru mengajarkan semua fakta dan konsep kepada siswa. Wawasan siswa harus dikembangkan agar dapat menemukan sendiri fakta dan konsep yang sedang dipelajari, bahkan guru harus berusaha untuk mencari media yang sesuai sehingga pembelajaran yang dilaksanakan akan efektif. Guru yang hanya mengajarkan semua fakta dan konsep artinya guru akan bertindak sebagai satu-satunya sumber informasi yang terpenting karena terdesak waktu dan pencapaian kurikulum, maka guru akan memilih jalan yang termudah yakni menginformasikan fakta dan konsep melalui metode caramah. Akibatnya para siswa cenderung pasif, tidak bersemangat, bosan karena tidak ada aktivitas yang dilakukan, bahkan siswa apatis terhadap mata pelajaran terutama IPA.

Tujuan pembelajaran IPA di SD dimaksudkan guna menumbuhkan sikap ilmiah dalam diri siswa, melalui beberapa aspek yaitu faktual, keseimbangan antara proses dan produk, keaktifan dalam proses penemuan, berfikir induktif dan deduktif, serta pengembangan sikap ilmiah (Nasution, 2005: 97).

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini sejalan dengan kurikulum KTSP (Depdiknas, 2006: 38) bahwa “IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan”. Hal ini menunjukkan bahwa, hakikat IPA sebagai proses diperlukan untuk menciptakan pembelajaran IPA yang empirik dan faktual. Hakikat IPA sebagai proses diwujudkan dengan melaksanakan pembelajaran yang melatih ketrampilan proses bagaimana cara produk sains ditemukan.


(17)

Salah satu kelemahan pembelajaran IPA di SD umumnya pembelajaran lebih menekankan pada penguasaan sejumlah fakta dan konsep, dan kurang memfasilitasi siswa agar memiliki hasil belajar yang comprehensive. Tidak jarang pembelajaran IPA dilaksanakan dalam bentuk latihan-latihan penyelesaian soal-soal tes, semata-mata dalam rangka mencapai target nilai tes tertulis evaluasi hasil belajar sebagai ukuran prestasi siswa dan kesuksesan guru dalam mengelola pembelajaran. Mengatasi kelehaman dapat dilakukan dengan upaya meningkatan kemamampuan siswa dalam memahami fenomena-fenomena yang ada dalam pembelajaran IPA dengan mendorong kemandirian siswa dalam memecahkan masalah yang ada.

Bruner (dalam Trianto 2011: 96), menyatakan bahwa berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna. Suatu konsekuensi logis, karena dengan berusaha mencari pemecahan masalah secara mandiri akan memberikan pengalaman konkret, dengan pengalaman tersebut dapat digunakan pula memecahkan masalah - masalah

serupa, karena pengalaman itu memberikan makna tersendiri bagi peserta didik. Berdasarkan pengalaman dan pengamatan terhadap pembelajaran IPA pada semester ganjil khususnya di kelas IV SD Negeri 5 Margototo diperoleh gambaran bahwa selama ini guru banyak menggunakan metode ceramah dalam menyampaikan materi dan hanya mengerjakan tugas-tugas yang ada pada buku pegangan siswa. Guru dalam mengajar menuntut siswa untuk belajar dan jarang memberikan pelajaran tentang bagaimana siswa untuk belajar, guru juga menuntut siswa untuk menyelesaikan masalah, tapi jarang mengajarkan bagaimana siswa seharusnya menyelesaikan masalah.


(18)

Hasil belajar IPA siswa kelas IV pada semester ganjil SD Negeri 5 Margototo diperoleh nilai rata-rata kelas masih di bawah standar KKM. Dari 26 orang siswa yang memperoleh nilai 65 ke atas baru 8 orang siswa atau 30,76%. Hasil belajar tersebut, masih rendah jika dibandingkan dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) belajar yang ditetapkan oleh pihak sekolah yaitu 65.

Berdasarkan pemaparan tersebut terlihat bahwa guru belum menggunakan metode belajar cooperative untuk mendorong siswa untuk belajar lebih aktif dan lebih bermakna, salah satunya yaitu dengan menerapkan model pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam belajar adalah model pembelajaran cooperative learning tipe Group Investigation. Group investigation dilakukan secara berkelompok atau siswa secara berkelompok mengalami dan melakukan percobaan dengan aktif yang memungkinkannya menemukan prinsip dalam pembelajaran. Pembelajaran dengan kooperatif model Group Investigation memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa yaitu dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, melatih siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi dan mengemukakan pendapatnya, serta memotivasi dan mendorong siswa agar aktif dalam proses belajar mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran. Hasil penelitian Sugiarti dan Murtiningsih (2011: 1) menunjukkan model pembelajaran cooperative learning Tipe Group Investigation terbukti dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.


(19)

Berdasarkan hal tersebut di atas maka untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA, penulis ingin mengembangkan penggunaan model pembelajaran cooperative learning Tipe Group Investigation dalam pembelajaran IPA pada kelas IV SD Negeri 5 Margototo.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah antara lain:

1. Guru lebih banyak menggunakan metode ceramah dalam menyampaikan materi pada mata pelajaran IPA.

2. Guru kurang membimbing dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih berperan aktif dalam memecahkan masalah secara mandiri.

3. Kurangnya kemandirian siswa dalam memecahkan masalah yang ada dalam pembelajaran IPA

4. Kurangnya aktivitas siswa dalam ketrampilan proses pembelajaran dan hanya terfokus kepada perintah guru.

5. Hasil belajar siswa kelas IV pada semester ganjil hanya 30,76% siswa yang mencapai KKM.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penulis merumuskan masalah:

1. Bagaimanakah penggunaan model pembelajaran cooperative learning Tipe Group Investigation pada mata pelajaran IPA dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa Kelas IV SD Negeri 5 Margototo?.


(20)

2. Bagaimanakah penggunaan model pembelajaran cooperative learning Tipe Group Investigation pada mata pelajaran IPA dapat meningkatkan hasil belajar siswa Kelas IV SD Negeri 5 Margototo?

D. Batasan Masalah

Untuk membatasi ruang lingkup pembahasan dalam penelitian ini penulis membatasi masalah pada meningkatkan aktivitas dan hasil belajar pada mata pelajaran IPA dengan penggunaan model pembelajaran cooperative learning Tipe Group Investigation pada kelas IV SD Negeri 5 Margototo.

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, tujuan penelitian tindakan kelas yang ingin dicapai adalah untuk:

1. Meningkatkan aktivitas belajar pada mata pelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning Tipe Group Investigation pada siswa kelas IV SD Negeri 5 Margototo.

2. Meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning Tipe Group Investigation pada siswa kelas IV SD Negeri 5 Margototo.

F. Manfaat Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, yaitu :

1. Siswa, hasil belajar siswa dapat meningkat khususnya pada kelas IV SD Negeri 5 Margototo pada pelajaran IPA dengan penggunaan model pembelajaran cooperative learning Tipe Group Investigation yang akan dapat melatih siswa


(21)

untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa. Keterlibatan siswa secara aktif dapat terlihat mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran.

2. Guru, dapat lebih profesional dan memahami akan manfaat digunakannya metode pembelajaran yang bervariasi sehingga diharapkan menjadi guru yang lebih kreatif dalam melakukan proses pembelajaran dan lebih jauh lagi diharapkan metode ini dapat diterapkan pada mata pelajaran yang lain.

3. Sekolah, dapat lebih meningkatnya kualitas pendidikan dan memberikan sumbangan yang berguna dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran di SD Negeri 5 Margototo.

4. Bagi peneliti, dapat menambah wawasan dan pengetahuan, sehingga dapat memberikan informasi penting terhadap dunia pendidikan berkaitan dengan penggunaan model pembelajaran cooperative learning Tipe Group Investigation.


(22)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Pustaka 1. Belajar

Menurut Winkel (1983: 36) belajar merupakan suatu proses psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif subjek dengan lingkungan dan menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman ketrampilan nilai sikap yang bersifat konstan atau menetap. Belajar sering disebut juga sebagai model perseptual dan tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahaman tentang situasi berhubungan dengan tujuan belajar. Menurut Rahadi (2004: 7) menyatakan bahwa belajar merupakan usaha yang dilakukan seseorang melalui interaksi dengan lingkungannya untuk merubah perilaku.

Menurut teori konstruktivisme oleh Piaget dalam Rahadi (2004: 45), satu prinsip yang paling penting dalam psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya. Guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar.


(23)

Berdasarkan pengertian di atas, penulis menyimpulkan bahwa belajar itu adalah usaha yang dilakukan seseorang melalui interaksi dengan lingkungannya dan menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman ketrampilan nilai sikap yang bersifat konstan atau menetap.

a. Aktivitas Belajar

Aktivitas merupakan bagian yang sangat penting dalam proses belajar mengajar. Sardiman (2001: 93) mengemukakan bahwa: pada prinsipnya belajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku. Jadi tidak ada kegiatan belajar kalau tidak ada aktivitas. Aktivitas belajar merupakan faktor yang sangat menentukan keberhasilan belajar mengajar siswa karena pada prinsipnya belajar adalah berbuat, “learning by doing”.

Menurut pendapat Winkel (1983: 48) menyatakan bahwa aktivitas belajar atau kegiatan belajar adalah segala bentuk kegiatan siswa yang menghasilkan suatu perubahan yaitu hasil belajar yang dicapai. Semakin banyak aktivitas yang dilakukan oleh siswa, diharapkan siswa akan semakin memahami dan menguasai pelajaran yang disampaikan guru. Aktivitas siswa tidak hanya cukup mendengarkan dan mencatat seperti lazimnya terdapat di sekolah-sekolah tradisional.

Menurut Slameto (2004: 36) menyatakan bahwa penerimaan pelajaran jika dengan aktivitas siswa sendiri, kesan itu tidak akan berlalu begitu saja, tetapi dipikirkan, diolah kemudian dikeluarkan lagi dalam bentuk yang berbeda seperti: mengajukan pertanyaan, menyatakan pendapat, dan membuat kesimpulan bersama guru.


(24)

Paul B. Diedrich dalam Nasution (2000:91) menyusun daftar yang berisi 8 macam kegiatan yang dilakukan peserta didik pada saat pembelajaran. Kegiatan tersebut meliputi aktivitas jasmani dan aktivitas jiwa. Aktivitas-aktivitas tersebut adalah:

1) Aktivitas visual (Visual activities), seperti membaca,memperhatikan gambar, demonstrasi, percobaan, memperhatikan pekerjaan orang lain dan lain-lain. 2) Aktivitas lisan (Oral activities), seperti menyatakan, merumuskan, bertanya,

memberi saran, mengeluarkan pendapat, diskusi dan lain-lain.

3) Aktivitas mendengarkan (Listening activities), seperti mendengarkan uraian,percakapan, diskusi dan lain-lain.

4) Aktivitas menulis (Writing activities), seperti menulis laporan, test, menyalin dan sebagainya.

5) Aktivitas menggambar (Drawing activities), seperti menggambar, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan dan sebagainya.

6) Aktivitas berfikir (Mental activities), seperti menanggapi, mengingat, membuat grafik, diagram,pola dan sebagainya.

7) Aktivitas gerak (Motion activities), seperti melakukan percobaan, demonstrasi dan sebagainya.

8) Aktivitas emosi (Emotional activities), seperti penuh perhatian, merasa bosan, gembira, berani, tenang, gugup dan sebagainya.

Hamalik (1994: 48) berpendapat: kegiatan atau aktivitas siswa dalam pembelajaran bermanfaat bagi dirinya yaitu siswa memperoleh pengalaman


(25)

langsung, memupuk kerja sama, disiplin belajar, kemampuan berfikir kritis, dan suasana pembelajaran di kelas menjadi hidup dan dinamis.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka penulis menyimpulkan bahwa aktivitas belajar adalah segala bentuk kegiatan belajar siswa baik kegiatan jasmani maupun rohani yang mendukung keberhasilan belajar yang baik sehingga menghasilkan suatu perubahan yang positif sebagai hasil belajar yang dicapai. Siswa dikatakan aktif belajar jika dalam belajarnya mengerjakan sesuatu yang sesuai dengan tujuan belajarnya, memberikan tanggapan terhadap suatu peristiwa dan mengalami atau turut merasakan sesuatu dalam proses belajarnya. Untuk itu aktivitas siswa dalam pembelajaran perlu diperhatikan.

b. Hasil Belajar

Menurut Winkel dalam Sudjana (1990: 22) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar, belajar itu sendiri merupakan perubahan yang terjadi dalam tingkah laku manusia dan proses tersebut tidak akan terjadi apabila tidak ada suatu yang mendorong pribadi yang bersangkutan. Gagne dalam Dimyati dan Mujiono (2002: 36), bahwa hasil belajar yang diperoleh seseorang setelah belajar, berupa keterampilan, pengetahuan, sikap dan nilai. Hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar.

Suatu proses belajar mengajar tentang suatu bahan pengajaran dinyatakan berhasil apabila indikator pencapaian dalam pembelajaran dapat tercapai. Untuk mengetahui tercapai tidaknya indicator pencapaian hasil belajar guru perlu


(26)

mengadakan tes formatif setiap selesai menyajikan suatu bahasan kepada siswa. Penilaian formatif ini untuk mengetahui sejauh mana siswa telah menguasai indicator pencapaian hasil belajar yang ingin dicapai.

Menurut Nawawi (1998:20) “hasil belajar merupakan tingkat keberhasilan seseorang dalam mencapai mata pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah mata pelajaran”. Menurut Slameto (1992 : 22) “dikatakan bahwa hasil belajar adalah “suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.

Dalam penelitian ini hasil belajar didefinisikan sebagai suatu keberhasilan dan kompetensi yang diperjuangkan dan atau dimiliki oleh siswa melalui suatu proses ketrampilan, ketekunan, pengerahan segala sesuatu yang ada pada diri siswa tersebut.

Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran.

Berdasarkan teori Taksonomi Bloom dalam Sardiman (2001: 93) hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Perinciannya adalah sebagai berikut:

1) Ranah Kognitif

Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan penilaian.


(27)

2) Ranah Afektif

Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi, dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai.

3) Ranah Psikomotor

Meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda, koordinasi neuromuscular (menghubungkan, mengamati).

Tipe hasil belajar kognitif lebih dominan daripada afektif dan psikomotor karena lebih menonjol, namun hasil belajar psikomotor dan afektif juga harus menjadi bagian dari hasil penilaian dalam proses pembelajaran di sekolah. Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabila siswa sudah memahami belajar dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi.

Berdasarkan pengertian di atas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu penilaian akhir dari proses pembelajaran yang telah dilakukan berulang-ulang, akan tersimpan dalam jangka waktu lama atau bahkan tidak akan hilang, karena hasil belajar membentuk pribadi individu yang selalu ingin mencapai hasil yang lebih baik lagi sehingga akan merubah cara berpikir serta menghasilkan perilaku kerja yang lebih baik.

c. Kinerja Guru

Kinerja merupakan terjemahan dari kata performance (Job Performance), secara etimologis performance berasal dari kata to perform yang berarti menampilkan atau melaksanakan. Menurut Mangkunegara dalam Saputra (2012), kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang


(28)

dicapai oleh seorang dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kinerja atau performance berarti kinerja merupakan suatu kemampuan kerja atau prestasi kerja yang diperlihatkan oleh seorang guru untuk memperoleh hasil kerja yang optimal. Dengan demikian istilah kinerja mempunyai pengertian akan adanya suatu tindakan atau kegiatan yang ditampilkan oleh guru dalam melaksanakan aktivitas mengajar. Kinerja guru akan nampak pada situasi dan kondisi kelas yang diajarnya. Aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh guru dalam melaksanakan pekerjaannya menggambarkan bagaimana ia berusaha mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Kinerja guru mempunyai spesifikasi tertentu. Kinerja guru dapat dilihat dan diukur berdasarkan spesifikasi atau kriteria kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap guru. Berkaitan dengan kinerja guru, wujud perilaku yang dimaksud adalah kegiatan guru dalam proses pembelajaran. Kinerja yang dimaksudkan diharapkan memiliki atau menghasilkan mutu yang baik dan tetap melihat jumlah yang akan diraihnya. Suatu pekerjaan harus dapat dilihat secara mutu terpenuhi maupun dari segi jumlah yang akan diraih dapat sesuai dengan yang direncanakan.

Kinerja guru dapat dilihat saat dia melaksanakan interaksi belajar mengajar di kelas termasuk persiapannya baik dalam bentuk program semester maupun persiapan mengajar. Berkenaan dengan kepentingan penilaian terhadap kinerja guru. Georgia Departemen of Education telah mengembangkan teacher performance assessment instrument yang kemudian dimodifikasi oleh Depdiknas menjadi Instrumen Penilaian Kinerja Guru (IPKG).


(29)

Menilai kinerja guru adalah suatu proses menentukan tingkat keberhasilan guru dalam melaksanakan tugas-tugas pokok mengajar dengan menggunakan patokan-patokan tertentu. Bagi para guru, penilaian kinerja berperan sebagai umpan balik tentang berbagai hal seperti kemampuan, kelebihan, kekurangan dan potensinya. Bagi sekolah hasil penilaian para guru sangat penting arti dan perannya dalam pengambilan keputusan.

2. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar

Kurikulum pendidikan dasar terdahulu (1994: 17) dijelaskan pengertian IPA (sains) sebagai hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan, dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar, yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan, dan pengujian gagasan-gagasan. Sedangkan dalam kurikulum 2006: “IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.

Untuk membahas hakikat IPA, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sehingga memungkinkan para guru memahami IPA dalam perspektif yang lebih luas. Dalam kurikulum 2006, sekurang-kurangnya ada 7 ruang lingkup pemahaman IPA sebagaimana berikut:

1. IPA sebagai kumpulan pengetahuan

Mengacu pada kumpulan berbagai konsep IPA yang sangat luas. Pengetahuan tersebut berupa fakta, teori, dan generalisasi yang menjelaskan alam.

2. IPA sebagai suatu proses penelusuran (investigation)

Umumnya merupakan suatu pandangan yang menghubungkan gambaran IPA yang berhubungan erat dengan kegiatan laboratorium beserta perangkatnya.


(30)

3. IPA sebagai kumpulan nilai

Berhubungan erat dengan penekanan IPA sebagai proses, pandangan ini menekankan pada aspek nilai ilmiah yang melekat pada IPA. Ini termasuk di dalamnya nilai kejujuran, rasa ingin tahu, dan keterbukaan.

4. IPA sebagai cara untuk mengenal dunia Proses

IPA dipertimbangkan sebagai suatu cara di mana manusia mengerti dan memberi makna pada dunia di sekeliling mereka, selain juga merupakan salah satu cara untuk mengetahui dunia beserta isinya dengan segala keterbatasannya.

5. IPA sebagai institusi sosial

IPA seharusnya dipandang dalam penegrtian sebagai kumpulan para profesional, yang didanai, dilatih dan diberi penghargaan akan hasil karya. 6. IPA sebagai hasil konstruksi manusia

Pandangan ini menunjuk pada pengertian bahwa IPA sebenarnya merupakan penemuan dari suatu kebenaran ilmiah mengenai hakikat semesta alam. Hal pokok dalam pandangan ini adalah IPA merupakan konstruksi pemikiran manusia. Oleh karenanya, dapat saja apa yang dihasilkan IPA memiliki sifat bias dan sementara.

7. IPA sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari

Apa yang dipakai dan digunakan untuk pemenuhan kebutuhan hidup sangat dipengaruhi oleh IPA. Bukan saja pemakaian berbagai jenis produk teknologi sebagai hasil investigasi dan pengetahuan, melainkan pula cara bagaimana orang berpikir mengenai situasi sehari-hari sangat kuat dipengaruhi oleh pendekatan ilmiah (scientific approach).

3. Pembelajaran Cooperative

Pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran yang menekankan pada proses kerjasama dalam suatu kelompok siswa untuk mempelajari suatu materi yang spesifik sampai tuntas. Kerjasama disini dimaksudkan setiap anggota kelompok harus saling bantu satu sama lain. Oleh karena itu setiap anggota kelompok harus memiliki tanggung jawab penuh terhadap kelompoknya.

Melalui pembelajaran kooperatif siswa didorong untuk kerjasama secara maksimal dengan kelompoknya. Setiap anggota kelompok harus saling membantu. Kegagalan individu adalah kegagalan kelompok dan keberhasilan individu adalah keberhasilan kelompoknya.


(31)

Menurut Nur (2005:2) bahwa ”dalam model pembelajaran kooperatif, siswa bekerja dalam kelompok-kelompok tersebut beranggotakan heterogen”. Keuntungan kelompok heterogen dijelaskan Lie (2004:43) sebagai berikut : ”Kelompok heterogen memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling mengajar dan mendukung, menigkatkan interaksi di antara siswa,memberikan kemudahan dalam pengelolaan kelas”. Pelaksanaan pembelajaran kooperatif dalam pembelajaran dapat dilakukan dengan menerapkan salah satu tipenya. Beberapa variasi model pembelajaran kooperatif menurut Lufri (2006:2) adalah : 1) student teams achievement divisions (STAD), 2) jigsaw, 3) group investigation, 4) think-pair-shere, 5) numbered-head-together, dan 6) teams-games-tournaments (TGT).

Menurut Lie (2005:111) proses pembelajaran kooperatif mempunyai beberapa manfaat yaitu :

a) Dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk bekerja sama.

b) Siswa mempunyai lebih banyak kesempatan untuk menghargai perbedaan.

c) Meningkatkan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran. d) Mengurangi kecemasan siswa dalam proses pembelajaran. e) Meningkatkan motivasi, harga diri dan sikap positif. f) Meningkatkan prestasi belajar siswa.

Terdapat enam langkah utama atau tahapan dalam pembelajaran kooperatif. Pembelajaran dimulai dengan guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan motivasi siswa belajar. Fase ini diikuti dengan penyajian informasi, seringkali dengan bahan bacaan dari pada secara verbal. Selanjutnya siswa dikelompokkan kedalam tim-tim belajar. Tahap ini diikuti bimbingan guru pada saat siswa bekerja sama untuk menyelesaikan tugas mereka. Fase terakhir pembelajaran kooperatif meliputi prestasi hasil akhir kerja kelompok atau evaluasi tentang apa yang


(32)

mereka pelajari dan memberi penghargaan terhadap usaha-usaha kelompok maupun individu.

2. Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Group Investigation

a. Pengertian Group Investigation

Menurut Trianto (2009: 78) Investigasi kelompok merupakan model pembelajaran kooperatif yang paling kompleks. Model ini dikembangkan pertama kali oleh Thelan. Siswa terlibat dalam perencanaan baik topik yang dipelajari dan bagaimana jalannya penyeidikan mereka. Pendekatan ini memerlukan mengajar siswa keterampilan komunikasi dan proses kelompok yang baik. Dalam implementasi tipe investigasi kelompok guru membagi kelas menjadi kelompk-kelompok dengan anggota 5-6 siswa yang heterogen. Kelompok di sini dapat dibentuk dengan mempertimbangkan keakraban persahabatan atau minat yang sama dalam topik tertentu. Selanjutnya siswa memilih topik untuk diselidiki, dan melakukan penyelidikan yang mendalam atas topik yang dipilih. Selanjutnya siswa menyiapkan dan mempresentasikan laporannya kepada seluruh kelas.


(33)

Tabel 1. Perbandingan Pendekatan Kelompok Penyelidikan dan Pendekatan Struktural

Pendekatan

Unsur Kelompok Penyelidikan Pendekatan Struktural Tujuan Kognitif Informasi akademik tingkat

tinggi dan keterampilan inkuiri

Informasi akademik sederhana

Tujuan Sosial Kerja sama dalam kompleks Keterampilan kelompok dan sosial

Struktur Kelompok

Kelompok belajar homogen dengan 5-6 orang anggota

Bervariasi berdua, bertiga, kelompok

dengan 4 - 6 orang anggota Pemilihan

Topik Biasanya siswa Biasanya guru

Tugas Utama Siswa menyelesaikan inkuiri kelompok

Siswa mengerjakan tugas-tugas yang diberikan baik sosial maupun kognitif Penilaian

Menyelesaikan proyek dan membuat laporan, dapat menggunakan tes esai

Bervariasi

Pengakuan Lembar pengakuan dan

publikasi lain Bervariasi Sumber: Trianto (2011: 79)

b. Langkah-langkah Pengajaran model investigasi kelompok

Sharan dalam Trianto (2011) membagi langkah-langkah pelaksanaan model investigasi kelompok meliputi 6 (enam) fase:

1) Memilih topik

Siswa memilih subtopik khusus di dalam suatu daerah masalah umum yang biasanya ditetapkan oleh guru. Selanjutnya siswa diorganisasikan menjadi dua sampai enam anggota tiap kelompok menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi tugas. Komposisi kelompok hendaknya heterogen secara akademis maupun etnis.


(34)

2) Perencanaan kooperatif

Siswa dan guru merencanakan prosedur pembelajaran, tugas dan tujuan khusus yang konsisten dengan subtopik yang telah dipilih pada tahap pertama.

3) Implementasi

Siswa menerapkan rencana yang telah mereka kembangkan di dalam tahap kedua. Kegiatan pembelajaran hendaknya melibatkan ragam aktivitas dan keterampilan yang luas dan hendaknya mengarahkan siswa kepada jenis-jenis sumber belajar yang berbeda baik di dalam atau di luar sekolah. Guru secara ketat mengikuti kemajuan tiap kelompok dan menawarkan bantuan bila diperlukan.

4) Analisis dan sintesis

Siswa menganalisis dan menyintesis informasi yang diperoleh pada tahap ketiga dan merencanakan bagaimana informasi tersebut diringkas dan disajikan dengan cara yang menarik sebagai bahan untuk dipresentasikan kepada seluruh kelas.

5) Presentasi hasil final

Beberapa atau semua kelompok menyajikan hasil penyelidikannya dengan cara yang menarik kepada seluruh kelas, dengan tujuan agar siswa yang lain saling terlibat satu sama lain dalam pekerjaan mereka dan memperoleh perspektif luas pada topik itu. Presentasikan dikoordinasi oleh guru.


(35)

6) Evaluasi

Dalam hal kelompok-kelompok menangani aspek yang berbeda dari topik yang sama, siswa dan guru mengevaluasi tiap kontribusi kelompok terhadap kerja kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi yang dilakukan dapat berupa penilaian individual atau kelompok.

c. Kebaikan dan kelemahan Pengajaran Berdasarkan Masalah

Di dalam pemanfaatannya atau penggunaannya model pembelajaran investigasi kelompok juga mempunyai kelemahan dan kelebihan Maesaroh (2005:29-30), yakni sebagai berikut:

Kelebihan pembelajaran model group investigation:

1. Pembelajaran dengan kooperatif model Group Investigation memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa.

2. Penerapan metode pembelajaran kooperatif model Group Investigation mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.

3. Pembelajaran yang dilakukan membuat suasana saling bekerjasama dan berinteraksi antar siswa dalam kelompok tanpa memandang latar belakang. 4. Model pembelajaran group investigation melatih siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi dan mengemukakan pendapatnya.

5. Memotivasi dan mendorong siswa agar aktif dalam proses belajar mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran.

Kelemahan pembelajaran dengan model investigasi kelompok:

Model pembelajaran group investigation merupakan model pembelajaran yang kompleks dan sulit untuk dilaksanakan dalam pembelajaran kooperatif. Kemudian pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran group investigation juga membutuhkan waktu yang lama.


(36)

B. Hipotesis

Berdasarkan uraian di atas maka penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut: ”Jika pembelajaran IPA menggunakan model pembelajaran cooperative learning Tipe Group Investigation dengan memperhatikan langkah-langkah secara tepat maka dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri 5 Margototo”.


(37)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan setelah proposal penelitian tindakan kelas ini disetujui pada bulan Mei 2013 dan mengambil lokasi penelitian di SD Negeri 5 Margototo dengan pertimbangan masih rendahnya tingkat ketuntasan yang diperoleh siswa.

B. Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas IV yang terdiri dari 20 orang siswa yang terdiri dari 11 orang perempuan 9 orang laki-laki dan dengan materi yang menjadi objek penelitian adalah hubungan pengaruh gaya terhadap bentuk dan gerak benda.

C. Metode dan Prosedur Penelitian

Metode penelitian ini berupa penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). Prosedur penelitian yang digunakan berbentuk siklus, dilakukan dalam 2 siklus dan setiap siklus terdiri atas empat kegiatan pokok yaitu: 1) perencanaan (plan), 2) pelaksanaan (action), 3) pengamatan (observation), dan 4) refleksi (reflection).


(38)

Gambar 1. Siklus PTK

Sumber : Diadaptasi dari Kemmis dan McTaggart dalam Arikunto (2010)

D. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Prosedur penelitian tindakan yang akan dilaksanakan terdiri dari dua siklus. Tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai. Untuk setiap siklus dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Siklus Pertama

Siklus pertama dilakukan melalui tahap-tahap. a. Tahap Perencanaan

Secara rinci pelaksanaan siklus ini meliputi langkah-langkah : Siklus 1

Siklus 2


(39)

1) Menetapkan materi pelajaran, meliputi standar kompetensi.

2) Menyusun silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). 3) Menyusun LKS dan soal tes formatif

4) Menetapkan cara pengamatan terhadap pelaksanaan kegiatan model pembelajaran cooperative learning tipe Group Investigation dengan mempersiapkan lembar kegiatan yang akan dipelajari siswa dalam kelompok--kelompok kooperatif

5) Menyusun panduan observasi untuk siswa dan guru

6) Menetapkan jenis data yang dikumpulkan yang sesuai dengan respon terhadap tindakan

7) Menetapkan cara refleksi.

b. Tahap Pelaksanaan 1) Pendahuluan

Guru melakukan apersepsi guna membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran serta menginformasikan hal yang penting untuk memotivasi rasa ingin tahu siswa tentang konsep-konsep yang akan mereka pelajari. 2) Inti

a) Membagi siswa dalam kelompok heterogen dengan jumlah 4 orang.

b) Guru membagikan topik yang harus dibahas oleh tiap kelompok. c) Menyajikan materi sesuai dengan topik yang telah ditetapkan,

kemudian menugaskan siswa membahas masalah topik yang telah dibagikan.


(40)

d) Membagikan LKS kepada setiap kelompok sebagai bahan yang akan dipelajari siswa dengan melakukan aktivitas kerja kelompok menggunakan peralatan yang telah dibawa siswa yang telah dibagi sebelumnya.

e) Guru memberi bantuan dengan memperjelas perintah, mengulang konsep dan menjawab pertanyaan.

f) Siswa membuat kesimpulan berdasarkan hasil yang mereka peroleh dari hasil kerja kelompok dengan memanggil setiap wakil kelompok untuk menyajikan hasilnya di depan kelas.

3) Penutup

Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri aktivitas pembelajaran dengan kegiatan menyimpulkan materi pembelajaran dan melakukan evaluasi untuk mengumpulkan hasil dari pembelajaran atau apa yang telah siswa pelajari selama belajar dan bekerja dalam kelompok, dilanjutkan dengan evaluasi dengan mengerjakan soal secara individu. Hasil evaluasi digunakan sebagai nilai perkembangan individu.

b. Observasi

Observasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi, yang bertujuan untuk mengumpulkan data selama proses pembelajaran dan prosedur berdasarkan masalah dan tujuan pembelajaran.

c. Refleksi

1) Mengkaji proses pembelajaran yang dilakukan dan aktivitas siswa selama pembelajaran.

2) Mengkaji kelemahan-kelemahan yang terjadi pada pembelajaran siklus yang telah dilaksanakan.


(41)

3) Hasil pengkajian tersebut digunakan sebagai acuan untuk melaksanakan pembelajaran pada siklus selanjutnya.

2. Siklus Kedua a. Perencanaan

Pelaksanaan siklus ini dimulai dengan membuat Rencana Perbaikan Pembelajaran dan menyiapkan bahan pembelajaran yang dibahas bersama observer dengan dasar perbaikan pada siklus kesatu.

1) Pendahuluan

Guru melakukan apersepsi guna membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian peserta didik serta menginformasikan kembali hal-hal penting untuk memotivasi rasa ingin tahu siswa tentang konsep-konsep yang akan mereka pelajari.

2) Inti

a) Membagi siswa dalam kelompok heterogen dengan jumlah maksimal 4 orang.

b) Menyajikan materi dengan cara memerintahkan siswa mengerjakan soal, memanggil siswa secara acak untuk menjawab atau menyelesaikan masalah agar siswa selalu siap mengerjakan tugas. c) Membagikan LKS kepada setiap kelompok sebagai bahan yang

akan dipelajari siswa.

d) Guru memberi bantuan dengan memperjelas perintah, mengulang konsep dan menjawab pertanyaan.


(42)

3) Penutup

Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri aktivitas pembelajaran dengan kegiatan menyimpulkan materi yang telah dipelajari dan melakukan evaluasi guna mengetahuai sejauh mana penguasaan materi yang telah siswa pelajari selama bekerja secara mandiri dan kelompok. Kemudian melakukan tes formatif secara individu guna mendapatkan nilai hasil belajar siswa dan refleksi, umpan balik, dan tindak lanjut. Hasil evaluasi digunakan sebagai nilai perkembangan individu dan hasil kerja kelompok sebagai nilai perkembangan kelompok.

b. Observasi

Observasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi, dan pengumpulan data untuk dilakukan analisis data dengan menggunakan format pengolahan data data.

c. Refleksi

Setelah dilakukan analisis data dan keberhasilan belajar siswa, peneliti membandingkan analisis data siklus kesatu dan analisis data siklus kedua dan kemudian mengambil kesimpulan.

Pada akhir siklus akan dilakukan evaluasi secara keseluruhan atas pelaksanaan tindakan kelas yang telah dilakukan dengan melakukan analisa terhadap data yang terkumpul yang kemudian ditarik suatu kesimpulan atas pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan secara keseluruhan.


(43)

E. Instrumen penelitian

Untuk mempermudah penelitian, peneliti menggunakan alat bantu pengumpul data. Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data mengenai hasil belajar siswa berupa lembar tes formatif, lembar observasi aktivitas siswa dan guru.

F. Tehnik Pengumpulan Data

Tehnik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen penelitian. Untuk memperoleh data hasil belajar, guru akan melakukan tes formatif dengan cara memberikan soal-soal tertulis kepada siswa sedangkan untuk mengamati aktivitas siswa serta kinerja guru dalam pembelajaran digunakan lembar observasi yang akan diisi oleh observer yang akan mengamati aktivitas guru pada saat memberikan pembelajaran mulai dari pra pembelajaran, kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir pembelajaran. Hasil observasi tersebut akan dijadikan bahan refleksi untuk pelaksanaan siklus selanjutnya.

G. Analisis Data

Analisa data yang digunakan adalah kuantitatif dan kualitatif. Data yang telah diperoleh dalam penelitian ini akan dianalisis dengan tahapan-tahapan: 1. Data Kualitatif

Untuk mengumpulkan data ini digunakan lembar observasi aktivitas belajar siswa, dengan tujuan mengetahui respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran serta aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung, dan lembar instrumen penelitian kinerja guru untuk menilai kinerja guru pada saat


(44)

pembelajaran berlangsung. Data ini kemudian akan dianalisis dengan tehnik deskriptif kualitatif yaitu suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh.

Tabel 2. Penilaian Aktivitas Belajar Siswa

No Skala Kategori

1 3,01 – 4,00 Sangat baik

2 2,01 – 3,00 Baik

3 1, 01 – 2, 00 Cukup

4 0,00 – 1,00 Kurang

(Dimodifikasi dari Poerwanti, 2008: 7.8)

Data tersebut dianalisis secara deskriptif dengan menampilkan hasil data yang digambarkan dalam tabel, dan dari analisis yang telah dideskripsikan kemudian dibuat refleksinya dan disimpulkan.

Tabel 3 Penilaian Kinerja Guru

No Skala Kategori

1 3,01 – 4,00 Sangat baik

2 2,01 – 3,00 Baik

3 1, 01 – 2, 00 Cukup

4 0,00 – 1,00 Kurang

(Dimodifikasi dari Poerwanti, 2008: 7.8)

Data tersebut dianalisis secara deskriptif dengan menampilkan hasil data yang digambarkan dalam tabel, dan dari analisis yang telah dideskripsikan kemudian dibuat refleksinya dan disimpulkan.


(45)

2. Data Kuantitatif

Data kualitatif diperoleh dari lembar observasi terhadap siswa dalam proses belajar mengajar dan untuk data kuantitatif diperoleh dari tes formatif (Arikunto, 2010) . Hasil tes formatif nantinya akan dihitung menggunakan rumus:

Penilaian Ketuntasan Belajar

NS = x100

maksimal Skor

perolehan Skor

NS : Nilai Siswa

Selanjutnya dihitung persentase ketuntasan belajar siswa dengan rumus:

Ketuntasan = x100%

siswa seluruh Σ

tuntas siswa Σ

H. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan dalam pelaksanaan tindakan kelas ini dilihat dari meningkatnya hasil belajar siswa dengan melakukan penilaian hasil evaluasi dan persentase jumlah siswa yang mencapai nilai KKM atau tuntas belajar sebesar 80% serta meningkatkan aktivitas belajar berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa dalam kegiatan belajar.


(46)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Hasil penelitian diperoleh berdasarkan hasil pelaksanaan dua siklus tindakan kelas dengan dua jenis data yaitu data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif diperoleh berdasarkan proses pembelajaran yang dilakukan siswa dalam kelompoknya, sedangkan data kuantitatif berdasarkan hasil tes siswa pada setiap siklus. Tes pada setiap siklus bertujuan untuk mengukur kemampuan siswa dalam menguasai materi yang telah disampaikan selama mengikuti pembelajaran IPA dengan materi pada siklus 1 yaitu gaya dapat mengubah gerak suatu benda dan materi pada siklus 2 tentang gaya dapat mengubah bentuk suatu benda.

1. Siklus I

Setelah melakukan persiapan dan hasil kesepakatan antara peneliti dan observer mengenai rancangan pembelajaran menggunakan Model Pembelajaran cooperative learning tipe Group Investigation, maka pelaksanaan siklus I dilaksanakan pada tanggal 20 Mei 2013, berdasarkan prosedur penelitian tindakan kelas mulai dari perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Adapun pelaksanaan dari siklus 1 tersebut adalah sebagai berikut :

a. Perencanaan

Pada tahap perencanaan ini tindakan yang dilakukan antara lain: 1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

2) Membuat Lembar Kerja Siswa (LKS) 3) Membuat soal evaluasi


(47)

4) Mempersiapkan lembar observasi aktivitas siswa dan guru

5) Menyiapkan peralatan yang digunakan dalam proses pembelajaran seperti KIT IPA berupa balok beroda dan mobil-mobilan.

b. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan kelas dilakukan pada Senin tanggal 20 Mei 2013 dengan materi gaya dapat mengubah gerak suatu benda dilaksanakan berdasarkan skenario pembelajaran sesuai dengan RPP yang meliputi:

a) Kegiatan awal

Pada kegiatan ini dilakukan motivasi dan apersepsi dengan mengajukan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan peristiwa alam dan penyampaian tujuan dari pelaksanaan pembelajaran.

b) Kegiatan Inti

Pada kegiatan inti, peneliti memberi penjelasan seperlunya tentang materi pelajaran, dengan menggunakan alat percobaan yang telah disiapkan, kemudian siswa dibagi menjadi 5 kelompok yang setiap kelompok terdiri dan 4 orang siswa yang bersifat heterogen. Selanjutnya siswa memilih subtopik khusus atau ditetapkan oleh guru. Siswa dan guru merencanakan prosedur pembelajaran yang telah dipilih, kemudian peneliti membagikan LKS, selama siswa melakukan percobaan dengan menggunakan balok KIT IPA, bangku dan meja dalam kelompok peneliti berkeliling, mendampingi, dan memberikan pengarahan pada siswa tentang proses dari pelaksanaan percobaan, dan setelah itu para siswa mengerjakan LKS yang telah dibagikan. Setelah selesai mengerjakan LKS kemudian setiap kelompok menunjuk wakilnya yang terdiri dari ketua kelompok I: Riyn Dwi Saputra, Kelompok II: Nanda Putri Adelia,


(48)

Kelompok III: Rinta Revitsari Kelompok IV: Fina Septiana dan Kelompok V: Rama Aben Sujarwo untuk menyajikan hasil kerja kelompoknya di depan kelas.

Guru mengikuti kemajuan tiap kelompok dan membantu siswa dalam menemukan kesipulan kesimpulan dengan menganalisis dan menyintesis informasi yang diperoleh dan bagaimana informasi tersebut diringkas dan disajikan berupa kesimpulan dari hasil kerja kelompok untuk dipresentasikan di depan kelas.

c) Kegiatan Akhir

Pada kegiatan akhir peneliti menyampaikan kesimpulan dari hasil kerja tiap kelompok, memberikan masukan beberap kesimpulan tamabhan dan memberikan penghargaan kepada kelompok yang memperoleh hasil yang baik. Pada akhir siklus ini peneliti memberikan soal evaluasi untuk mengukur sejauh mana tingkat keberhasilan dari hasil belajar siswa pada siklus pertama.

c. Observasi

Hasil dari pengamatan peneliti dan observer atas pelaksanaan siklus pertama ini berupa hasil belajar melalui tes formatif yang diberikan pada siswa dan hasil penilaian lembar observasi aktivitas siswa, dengan hasil sebagai berikut: 1) Observasi Aktivitas Siswa


(49)

Tabel 4. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I

No Aspek Indikator Nilai

1 Afektif a. Mendengarkan dan memperhatikan penjelasan guru

b. Tidak mengganggu teman atau membuat keributan

3 3 a. Mengerjakan tugas yang diberikan 3

b. Mengajukan pertanyaan 1

c. Memberikan jawaban/tanggapan dari guru atau teman

1 a. Menunjukkan rasa hormat pada guru 3 b. Terbuka saat bekerjasama dengan teman lainnya

dalam diskusi kerja kelompok

2 c. Menunjukkan kesadaran untuk dapat

merumuskan masalah yang mengandung teka-teki yang jawabannya pasti

1 a. Menyusun laporan hasil diskusi

b. Mencari pola dan makna hubungan yang logis untuk menarik suatu kesimpulan

2 1 2 Psikomotor

Gerak Jiwa

a. Keterampilan meneliti tentang objek (sifat benda, peristiwa, dsb.)

b. Mencari dan mengumpulkan data

1 1 Kesesuaian hipotesis yang dibuat dengan rumusan

masalah

1 Pemilihan data atau informasi yang terkumpul

dalam menguji hipotesis

1

Jumlah Skor 24

Nilai 1,71

Kategori Cukup

Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui bahwa sebagian siswa berinteraksi secara positif dengan media pembelajaran yang dibagikan guru, namun belum berani mengajukan pendapat atau pertanyaan saat diberikan kesempatan oleh guru, dan kurang aktif dalam turut serta memberikan kesimpulan atas materi yang telah dipelajari. Untuk pelaksanaan lainnya seperti kesiapan mengikuti pelajaran, menjawab pertanyaan apersepsi, ketertarikan terhadap alat peraga serta menggunakannya, menanggapi pertanyaan yang diajukan dan kesiapan menerima tugas yang diberikan terlihat sudah cukup baik.


(50)

Berdasarkan data dari observer maka diperoleh hasil bahwa aktivitas siswa seperti mendengarkan dan memperhatikan penjelasan guru sudah baik, mengerjakan tugas yang diberikan, menunjukkan rasa hormat kepada guru, tidak mengganggu teman dan membuat keributan lain sudah termasuk dalam kategori baik, sedangkan untuk aktivitas seperti mengajukan pertanyaan/menanggapi pertanyaan dari guru, kesadaran untuk merumuskan masalah, mencari pola dan makna hubungan yang logis untuk menarik kesimpulan, ketrampilan meneliti objek, mencari dan mengumpulkan data, kesesuian hipotesis dengan rumusan masalah masih sangat kurang yang ditunjukkan dari nilai yang masih sangat kecil yaitu sebesar 1,71.

Dari paparan tersebut dapat digambarkan keberhasilan antara lain, pertama pendekatan belajar diterapkan guru sudah tepat, kedua siswa sudah mulai aktif berpartisipasi dalam mengerjakan tugas kerja kelompok. Tetapi masih terdapat kelemahan seperti, siswa belum berani mengemukakan pendapat atau pertanyaan kepada guru, menanggapi pertanyaan dari guru, kesadaran untuk merumuskan masalah, mencari pola dan makna hubungan yang logis untuk menarik kesimpulan, ketrampilan meneliti objek mencari dan mengumpulkan data, serta kesesuian hipotesis dengan rumusan masalah dan pengujian hipotesis.

Gambar 2. Siswa sedang percobaan mendorong meja

Gambar 3. Siswa sedang mengerjakan LKS


(51)

2) Observasi Aktivitas Guru

Berdasarkan hasil observasi kinerja guru pada saat pelaksanaan proses pembelajaran dengan menggunakan model cooperative learning tipe group investigation, diperoleh hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I adalah sebagai berikut:

Tabel 5. Aktivitas Guru dalam Kegiatan Pembelajaran Siklus I

No. Aspek yang Diamati Skor Item

Aspek Nilai Kategori

1 Pra pembelajaran 6 2 3,0 Baik

2 Kegiatan Awal 3 1 3,0 Baik

3 Kegiatan Inti Pembelajaran 34 13 2,6 Baik

4 Kegiatan Akhir 3 1 3,0 Baik

JUMLAH 46

ASPEK PENILAIAN 17

NILAI 2,63

KATEGORI Baik

Berdasarkan hasil observasi seperti pada tabel 5 dengan menggunakan rumus NS =

Penilaian Item

perolehan Skor

dapat diketahui bahwa pada aspek pra

pembelajaran diperoleh hasil perhitungan: 3,0 2

6 dengan kategori baik, aspek

kegiatan awal: 3,0 1

3 dengan kategori baik, aspek kegiatan inti pelajaran:

2,6 13 34

dengan kategori baik, aspek kegiatan akhir: 3,0 1 3

dengan kategori

baik, sedangkan secara keseluruhan kategori kinerja guru adalah : 2,63 17

46

dengan kategori baik.

Berdasarkan hasil observasi penilaian kinerja guru tersebut diperoleh hasil bahwa kinerja guru sebagian besar sudah baik seperti mengelola ruang, memulai pelajaran menggunakan strategi pembelajaran, mengelola interaksi kelas, namun masih terdapat beberapa kinerja yang dinilai masih kurang yaitu dalam aspek


(52)

kegiatan inti pembelajaran dalam mengelola interaksi kelas yaitu pada indikator menggunakan ekspresi lisan, tulisan, isyarat, dan gerakan badan, Meningkatkan keterlibatan siswa melalui pengalaman belajar dengan berbagai kegiatan, membimbing siswa menemukan konsep IPA melalui pengalaman langsung terhadap objek yang dipelajari, menampilkan penguasaan IPA dan mendemonstrasikan ketrampilan-ketrampilan khusus dalam mata pelajaran yaitu upaya meningkatkan keterlibatan siswa, membimbing siswa menemukan konsep IPA melalui pengalaman langsung terhadap objek yang dipelajari dan menampilkan penguasaan IPA.

3) Hasil Belajar Siswa

a) Hasil Belajar Mandiri Siswa

Hasil dari observasi hasil belajar siswa dapat disajikan melalui tabel berikut:

Tabel 6. Hasil Observasi Hasil Belajar Siswa Siklus I

No. Skor (s) Frekuensi (f) Persentase (%) Kategori

1 100 - - -

2 95 - -

3 90 - - -

4 85 1 5% Tuntas

5 80 1 5% Tuntas

6 75 2 10% Tuntas

7 70 3 15% Tuntas

8 65 3 15% Tuntas

9 60 5 25% Belum tuntas

10 55 2 10% Belum tuntas

11 50 3 15% Belum tuntas

JUMLAH 20 100


(53)

Dari tabel 6 terlihat bahwa nilai terbanyak yang diperoleh dari 20 siswa adalah 60, sebanyak 5 siswa: x100 25%

20

5

, nilai terendah adalah 50

sebanyak 3 siswa: x100 15% 20

3 , nilai tertinggi adalah 85 sebanyak 1

siswa: x100 5% 20

1 , sedangkan jumlah siswa yang belum mencapai KKM

berjumlah 10 siswa: x100 50% 20

10

. b) Hasil Belajar Kelompok Siswa Siswa

Tabel 7. Hasil Observasi Hasil Belajar Kelompok Siklus I

No Kelompok Nilai

1 I 75

2 II 60

3 III 85

4 IV 70

Dari tabel 7 terlihat bahwa nilai terbesar diperoleh oleh kelompok IV dengan nilai 85 dan nilai terkecil diperoleh oleh kelompok III dengan nilai nilai 60.

d. Refleksi

Berdasarkan hasil dari observasi aktivitas dan hasil belajar siswa maka diperoleh gambaran bahwa untuk aktivitas siswa masih terdapat beberapa indikator yang perlu ditingkatkan dan dilakukan perbaikan antara lain yaitu mengupayakan untuk mendorong siswa mengemukakan pendapat atau pertanyaan kepada guru dengan memberikan umpan balik agar siswa terpancing untuk mengajukan pertanyaan, dan memotivasi siswa untuk berani mempresentasikan


(54)

hasil kerjanya di depan kelas, sedangkan untuk hasil belajar siswa masih terdapat 10 orang siswa (50%) yang belum mencapai KKM. Dari hasil yang diperoleh mengenai aktivitas dan hasil belajar siswa baik mandiri maupun kelompok tersebut menunjukkan bahwa masih perlu dilakukan siklus kedua guna mencapai tujuan dari penelitian.

2. Siklus II

Berdasarkan refleksi pada siklus I peneliti memutuskan untuk melanjutkan penelitian ke siklus II, karena aktivitas belajar siswa yang masih kurang baik karena dalam proses pembelajaran masih terdapat siswa yang tidak terlibat aktif dengan nilai observasi 1,71 atau dalam kategori cukup dan terdapat 10 orang siswa (45,45%) yang belum tuntas. Tujuan perbaikan pada siklus II difokuskan pada peningkatan keaktifan siswa dalam proses belajar kelompok dan memperbaiki hasil belajar siswa, sehingga mencapai ketuntasan yang maksimal. Dalam siklus II tersebut materi yang akan dibahas adalah mengenai gaya dapat merubah bentuk suatu benda.

Perencanaan pada penelitian siklus II ini berdasarkan skenario pembelajaran yang telah dirancang dalam langkah-langkah kegiatan pembelajaran dan menggunakan penerapan model cooperative learning tipe Group Investigation, yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi sebagai berikut :

a. Perencanaan

Pada tahap perencanaan ini tindakan yang dilakukan antara lain: 1) Menyusun Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP)


(55)

2) Membuat Lembar Kerja Siswa (LKS) 3) Membuat soal evaluasi

4) Mempersiapkan lembar observasi aktivitas siswa dan guru

5) Menyiapkan peralatan yang digunakan dalam proses pembelajaran seprti lembar kerja siswa, KIT IPA berupa plastisin dan kaleng minuman ringan.

b. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan kelas dilaksanakan berdasarkan skenario pembelajaran sesuai dengan RPP yang meliputi:

1. Kegiatan awal

Pada kegiatan ini juga dilakukan dengan kegiatan motivasi dan apersepsi dengan mengajukan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan kegiatan sehari-hari seperti pembuatan batu bata dan pandai besi dan penyampaian tujuan dari pembelajaran.

2. Kegiatan Inti

Dalam kegiatan inti, peneliti memberi penjelasan tentang materi pelajaran, dan memperlihatkan gambar bencana alam seperti banjir, kemudian siswa dibagi menjadi 4 kelompok yang setiap kelompok terdiri dan 4 orang siswa yang bersifat heterogen, kemudian peneliti membagikan LKS, selama siswa melakukan percobaan dengan menggunakan kaleng dan plastisin dalam kelompok mengenai gaya dapat merubah bentuk suatu benda dengan urutan pelaksanaan sesuai dengan LKS. Selama kegiatan kerja kelompok guru berkeliling, mendampingi, dan memberikan pengarahan tentang proses pengerjaan LKS, dan setelah itu para siswa mengerjakan LKS yang telah dibagikan. Setelah selesai mengerjakan LKS kemudian setiap kelompok menunjuk wakilnya yang terdiri dari ketua kelompok I: Riyan Dwi Saputra, Kelompok II: Nanda Putri Adelia,


(56)

Kelompok III: Rinta Revitsari Kelompok IV: Fina Septiana dan Kelompok V: Rama Aben Sujarwo untuk menyajikan hasil kerja kelompoknya di depan kelas sementara sisa lain menyimak dan memberikan pertanyaan apabila terdapat penyajian yang belum jelas dan peneliti melakukan penilaian atas hasil kerja kelompok.

3. Kegiatan Akhir

Pada kegiatan akhir peneliti menyampaikan kesimpulan dari hasil kerja tiap kelompok, memberikan masukan beberap kesimpulan tamabhan dan memberikan penghargaan kepada kelompok yang memperoleh hasil yang baik. Pada akhir siklus ini peneliti memberikan soal evaluasi untuk mengukur peningkatan hasil belajar siswa.

c. Observasi

Hasil dari pengamatan peneliti dan observer atas pelaksanaan siklus pertama ini berupa hasil belajar melalui tes formatif yang diberikan kepada siswa dan hasil penilaian lembar observasi aktivitas siswa, dengan hasil sebagai berikut: 1) Observasi Aktivitas Siswa

Hasil dari observasi aktivitas siswa dapat disajikan melalui tabel berikut:

Tabel 8. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II

No Aspek Indikator Nilai

1 Afektif a. Mendengarkan dan memperhatikan penjelasan guru

b. Tidak mengganggu teman atau membuat keributan

4 4 a. Mengerjakan tugas yang diberikan 4

b. Mengajukan pertanyaan 3

c. Memberikan jawaban/tanggapan dari guru atau teman

2 a. Menunjukkan rasa hormat pada guru 4 b. Terbuka saat bekerjasama dengan teman lainnya

dalam diskusi kerja kelompok


(57)

c. Menunjukkan kesadaran untuk dapat

merumuskan masalah yang mengandung teka-teki yang jawabannya pasti

3 a. Menyusun laporan hasil diskusi

b. Mencari pola dan makna hubungan yang logis untuk menarik suatu kesimpulan

3 3 2 Psikomotor

Gerak Jiwa

a. Keterampilan meneliti tentang objek (sifat benda, peristiwa, dsb.)

b. Mencari dan mengumpulkan data

2 3 Kesesuaian hipotesis yang dibuat dengan rumusan

masalah

3 Pemilihan data atau informasi yang terkumpul

dalam menguji hipotesis

3

Jumlah Skor 45

Nilai 3.21

Kategori Baik

Pada tabel 8 di atas diketahui bahwa hampir seluruh aktivitas siswa seperti mendengarkan dan memperhatikan penjelasan guru sudah baik, tidak menggangu teman, mengerjakan tugas yang diberikan terbuka dan bekerjasama dengan teman dalam berdiskusi, kesadaran untuk merumuskan masalah, mencari pola dan makna hubungan yang logis untuk menarik kesimpulan, ketrampilan meneliti objek mencari dan mengumpulkan data, serta kesesuian hipotesis dengan rumusan masalah dan pengujian hipotesis mengalami peningkatan dibandingkan dengan siklus I, sedangkan untuk aktivitas seperti mengajukan pertanyaan/ menanggapi pertanyaan dari guru dan ketrampilan meneliti objek meskipun mengalami peningkatan namun masih perlu ditingkatkan kembali.

Dari paparan tersebut dapat digambarkan bahwa penerapan metode group investigation dalam penelitian tindakan kelas ini memberikan hasil yang baik, terlihat dari peningkatan seluruh aktivitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar.


(58)

2)

Observasi Aktivitas Guru

Tabel 9. Kinerja Guru dalam Kegiatan Pembelajaran Siklus II

No. Aspek yang Diamati Skor Item Nilai Kategori

1 Pra pembelajaran 8 2 100 Sangat Baik

2 Kegiatan Awal 4 1 100 Sangat Baik

3 Kegiatan Inti Pembelajaran 48 13 92,30 Sangat Baik

4 Kegiatan Akhir 4 1 100 Sangat Baik

JUMLAH 64

ASPEK YANG DINILAI 17

NILAI 3,76

KATEGORI Sangat Baik

Berdasarkan hasil observasi seperti pada tabel 9 dengan menggunakan rumus N =

Penilaian Item

perolehan

Skor dapat diketahui bahwa pada aspek pra

pembelajaran diperoleh hasil perhitungan: 4,0 2

8 dengan kategori sangat

baik, aspek kegiatan awal: 4,0 1 4

dengan kategori sangat baik, aspek

kegiatan inti pelajaran: 3,69 13

48 dengan kategori sangat baik, aspek kegiatan

akhir: 4 1

4 dengan kategori sangat baik, sedangkan secara keseluruhan

kategori kinerja guru rata-rata adalah : 3,76 17

64

dengan kategori sangat baik. Gambar 4. Guru sedang menjelaskan cara

kerja kelompok dengan plastisin

Gambar 5. Wakil kelompok sedang membacakan hasil kerja kelompoknya


(59)

Berdasarkan hasil observasi penilaian kinerja guru tersebut diperoleh hasil bahwa kinerja guru sebagian besar sangat baik pada semua aspek dari pra pembelajran, kegiatan awal, inti pembelajaran dan kegiatan akhir. Beberapa indikator yang mengalami peningkatan diantaranya: mengelola ruang, memulai pelajaran menggunakan strategi pembelajaran, mengelola interaksi kelas, namun masih terdapat beberapa kinerja yang dinilai masih kurang yaitu dalam aspek kegiatan inti pembelajaran dalam mengelola interaksi kelas yaitu pada indikator menggunakan ekspresi lisan, tulisan, isyarat, dan gerakan badan, meningkatkan keterlibatan siswa dalam berbagai kegiatan, membimbing siswa menemukan konsep IPA melalui pengalaman langsung, menampilkan penguasaan IPA dan mendemonstrasikan ketrampilan-ketrampilan khusus yaitu upaya meningkatkan keterlibatan siswa, membimbing siswa menemukan konsep IPA melalui pengalaman langsung terhadap objek yang dipelajari dan menampilkan penguasaan IPA.

3) Hasil Belajar Siswa Siklus II a) Hasil belajar Mandiri Siswa


(60)

Tabel 10. Hasil Belajar siswa Siklus II

No. Skor (s) Frekuensi (f) Persentase (%) Kategori

1 100 - - -

2 95 1 5% Tuntas

3 90 2 10% Tuntas

4 85 2 10% Tuntas

5 80 3 15% Tuntas

6 75 5 25% Tuntas

7 70 3 15% Tuntas

8 65 4 20% Tuntas

9 60 - - -

10 55 - - -

11 50 - - -

JUMLAH 20 100

RATA-RATA 76,5

Dari tabel 10 terlihat bahwa nilai terbanyak yang diperoleh siswa adalah 75 sebanyak 5 siswa: x100 25%

20

5

, nilai terendah adalah 65 sebanyak 4 siswa:

20% x100

20

4

, nilai tertinggi adalah 95 sebanyak 1 siswa: x100 5% 20

1

,

untuk siklus II ini sudah seluruh siswa dalam kategori tuntas. Hasil ini telah menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan nilai siswa pada siklus I. Peningkatan hasil belajar tersebut dapat disajikan pada tabel berikut ini :


(61)

Tabel 11. Peningkatan Hasil Belajar Siklus I dan II

Siklus KKM Terendah Tertinggi Rata-Rata

Siklus I 65 50 85 64

Siklus II 65 65 95 76,5

Peningkatan 0 15 10 3.5

1. KKM = Kriteria Ketuntasan Minimal. 2. Nilai lengkap lihat pada lampiran hal 87.

b) Hasil Belajar Kelompok Siswa Siswa

Tabel 12. Hasil Observasi Hasil Belajar Kelompok Siklus I

No Kelompok Nilai

1 I 85

2 II 75

3 III 95

4 IV 80

Dari tabel 12 terlihat bahwa nilai terbesar diperoleh oleh kelompok IV dengan nilai 95 dan nilai terkecil diperoleh oleh kelompok III dengan nilai nilai 75.

d. Refleksi

Berdasarkan hasil dari observasi, diketahui bahwa keseluruhan aspek mulai dari pra pembelajaran, inti pembelajaran sudah terlaksana dengan baik, sehingga penerapan penggunaan model cooperative learning tipe Group Investigation di kelas IV SD Negeri 5 Margototo Lampung Timur dapat direkomendasikan untuk dilaksanakan pada setiap proses pembelajaran dengan khususnya pada mata pelajaran IPA.


(62)

B. Pembahasan

Berdasarkan data di atas terdapat peningkatan dari aktivitas siswa, aktivitas guru dan hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II, dapat dibahas sebagai berikut:

1. Aktivtas Belajar Siswa

Berdasarkan hasil analisa datadiketahui bahwa aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran mengalami peningkatan disetiap siklusnya. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 13. Rekapitulasi Nilai Aktivitas Belajar Siswa Siklus I dan II

Aktivitas Belajar Siswa Siklus

I II

Nilai Rata-rata 1,71 3,21

Kategori Cukup Sangat Baik

Peningkatan 1,50

Untuk aktivitas siswa mengalami peningkatan yaitu dalam siklus I dengan nilai aktivitas siswa 1,71 kategori cukup dan meningkat pada siklus II menjadi 3,21 kategori sangat baik, dengan peningkatan nilai sebesar 1,50. Peningkatan aktivitas belajar tersebut menunjukkan bahwa aktivitas siswa yang semula pada siklus I dalam kategori cukup meningkat menjadi sangat baik. Ppenggunaan model pembelajaran group investigaton membuat siswa lebih termotivasi untuk mengajukan pertanyaan kepada guru, menanggapi pertanyaan dari teman dan guru, terbuka saat bekerjasama dalam kegiatan diskusi dan menarik kesimpulan. Berdasarkan peningkatan tersebut menunjukkan bahwa aktivitas belajar siswa mengalami peningkatan berdasarkan penerapan penggunaan model group investigation.


(63)

2. Kinerja Guru dalam Proses Pembelajaran

Berdasarkan hasil analisis data, diketahui bahwa kinerja guru dalam proses pembelajaran mengalami peningkatan disetiap siklusnya. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 14. Peningkatan Kinerja Guru Siklus I dan II

Kinerja Guru Siklus

I II

Nilai 2,63 3,76

Kategori Baik Sangat Baik

Peningkatan 1,13

Berdasarkan tabel 14 diketahui bahwa terjadi peningkatan kinerja guru yang semula pada siklus I dengan nilai 2,63 atau dengan kategori baik meningkat menjadi 3,76 dengan kategori sangat baik pada siklus II atau terjadi peningkatan nilai sebesar 1,13, sehingga pada siklus II ini kinerja guru sudah dianggap dapat melaksanakan proses pembelajaran dengan baik. Hasil ini menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran group investigation dapat mendorong guru lebih aktif dalam membantu siswa menemukan konsep dari hasil diskusi kelompok. Berdasarkan peningkatan tersebut menunjukkan bahwa aktivitas guru mengalami peningkatan berdasarkan penerapan penggunaan model group investigation

3. Hasil Belajar Siswa dalam Proses Pembelajaran


(64)

Tabel 15. Peningkatan Hasil Belajar Siklus I dan II

Keterangan Siklus

I II

Nilai terendah 50 65

Peningkatan 15

Nilai tertinggi 85 95

Peningkatan 10

Rata-rata 64,00 75,50

Peningkatan 11,50

Tuntas KKM 50% 100%

Peningkatan 50%

Jika dilihat dari hasil belajar mengalami peningkatan dari siklus I dengan nilai terendah nilai 50 meningkat menjadi 65 pada siklus II, untuk nilai rata-rata pada siklus I yaitu 64,00 menjadi 75,50 pada siklus II, dan peningkatan KKM siswa dimana pada siklus I terdapat 10 orang siswa (50%) yang tuntas menjadi 20 orang siswa (100%) yang mencapai kriteria ketuntusan minimal. Pada hasil kerja kelompok juga terdapat peningkatan hasil belajar yang semula ada siklus I dengan nilai tertinggi sebesar 85 meningkat menjadi 95 serta semua kelompok mengalami peningkatan hasil belajar. Melihat hal tersebut maka peneliti merekomendasikan bahwa penggunaan model group investigation dalam pelajaran IPA khususnya pokok bahasan gaya dapat digunakan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.


(65)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh dari kegiatan perbaikan pembelajaran ini adalah :

1. Penggunaan model cooperative learning tipe Group Investigation dalam pembelajaran IPA dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan setiap siklusnya. Pada siklus I dengan nilai aktivitas siswa 1,70 kategori cukup dan meningkat pada siklus II menjadi 3,21 kategori sangat baik.

2. Penggunaan model cooperative learning tipe Group Investigation dalam pembelajaran IPA dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan dari siklus I ke siklus II dengan nilai rata-rata pada siklus I yaitu 64,00 menjadi 75,50 pada siklus II, dan peningkatan KKM pada siklus I terdapat 10 orang siswa (50%) yang tuntas menjadi 20 orang siswa (100%) yang mencapai kriteria ketuntusan minimal.


(66)

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka dapat disarankan:

1. Kepada guru, untuk dapat menggunakan model cooperative learning tipe Group Investigation dalam proses pembelajaran IPA berdasarkan hasil dari penerapan metode terhadap aktivtas dan hasil belajar siswa serta diharapkan model ini juga dapat diterapkan oleh guru mata pelajaran lain. 2. Kepada pihak sekolah, diharapkan dapat memberikan dukungan berupa

penyediaan sarana dan prasarana pendidikan yang menunjang para guru dalam menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi seperti model cooperative learning tipe Group Investigation guna meningkatkan mutu pembelajaran di SD Negeri 5 Margototo Lampung Timur.


(1)

2.

PEMANFAATA

N MEDIA

PEMBELAJAR

AN

C.

MENGGUNAKAN

ALAT BANTU

PEMBELAJARAN

D.

KESESUAIAN MEDIA

YANG DIGUNAKAN

DENGAN MATERI

YANG DIAJAR

E.

MENUNJUKKAN

KETERAMPILAN DALAM

1 2 3 4

3.MENGELOLA WAKTU

PEMBELAJARAN SECARA EFISIEN

E. PEMBELAJARAN DIMULAI TEPAT WAKTU

F.PEMBELAJARAN DILAKSANAKAN SAMPAI HABIS WAKTU YANG TELAH

DIALOKASIKAN G. TIDAK TERJADI

PENUNDAAN SELAMA PEMBELAJARAN H. TIDAK TERJADI

PENYIMPANGAN YANG

1 2 3 4

B. MENGELOLA INTERAKSI KELAS ' 4. MENANGANI PERTANYAAN DAN RESPON SISWA E. MENGGUNAKAN KALIMAT YANG MENAMBAH SISWA UNTUK BERANI BERTANYA ATAU MENGAJUKAN PENDAPAT

F. TIDAK MENGABAIKAN SISWAYANG INGIN

MENGAJUKAN PENDAPAT G. MENANGGAPI

KONTRIBUSI SISWA SECARA POSITIF H. MENAMPUNG RESPON

1 2 3 4

5.MENGGUNAKAN

EKSPRESI LISAN, TULISAN, ISYARAT, DAN GERAKAN BADAN

D. SUARA JELAS DAN LANCAR E. ISI PEMBICARAAN

DAPAT DIMENGERTI SISWA

F. MATERI YANG TERTULIS DI PAPAN TULIS DAN LEMBAR KERJA DAPAT DIBACA DENGAN JELAS

D. ISYARAT DAN GERAKAN

1 2 3 4

6. MEMICU DAN MEMELIHAR A KETERLIBAT AN SISWA

E. MEMBANTU SISWA MENGINGAT KEMBALI PENGALAMAN ATAU PENGETAHUAN YANG SUDAH DIPEROLEHNYA F. MENDORONG SISWA

YANG PASIF UNTUK BERPARTISIPASI G. MENGAJUKAN

PERTANYAAN-PERTANYAAN YANG BERSIFAT TERBUKA YANG MAMPU MENGGALI REAKSI SISWA


(2)

88

C. BERSIKAP

TERBUKA,

LUWES,

SERTA

MEMBANTU

MENGEMBA

NGKAN

SIKAP

POSITIF

SISWA

TERHADAP BELAJAR

1.

MENUNJU

KKAN SIKAP

RAMAH,

LUWES,

TERBUKA,

PENUH

PENGERTIAN,

DAN

SABAR KEPADA SISWA

C.

MENAMPILKAN SIKAP

BERSAHABAT

KEPADA SISWA

D.

MENGENDALIKAN

DIRI PADA WAKTU

MENGHADAPI SISWA

YANG BERPERILAKU

KURANG

SOPAN E. MENGGUNAKAN

KATA-KATA SOPAN DALAM MENEGUR SISWA F. MENGHARGAI SETIAP

1 2 3 4

2. MEMBANTU SISWA

MENUMBUHKAN KEPERCAYAAN DIRI

E. MENDORONG SISWA

AGAR BERANI

MENGEMUKAKAN PENDAPATNYA SENDIRI F.MEMBERI KESEMPATAN KEPADA SISWA UNTUK MEMBERI ALASAN TENTANG PENDAPATNYA G. MEMBERI KESEMPATAN KEPADA SISWA UNTUK MEMIMPIN

H. MEMBERI PUJIAN KEPADA SISWA YANG BERHASIL DAN MEMBERI

1 2 3 4

D. MENDEMONSTRA SIKAN KETERAMPILAN KHUSUS DALAM MATA PELAJARAN TERTENTU IPA 1. MENINGKATKAN KETERLIBATAN SISWA MELALUI PENGALAMAN BELAJAR DENGAN BERBAGAI KEGIATAN

E. MENGAJAK SISWA MELAKUKAN

PERCOBAAN/PENGAMATAN SECARA

PERORANGAN/KELOMPOK F. MEMBIMBING SISWA

MENGINFORMASIKAN HASIL PENGAMATANNYA

G. MENDORONG SISWA

MEMBERIKAN CONTOH LAIN DALAM KEHIDUPANNYA H. MENYIMPULKAN KONSEP

1 2 3 4

2. MEMBIMBING SISWA MENEMUKAN KONSEP IPA MELALUI PENGALAMAN LANGSUNG TERHADAP OBJEK YANG DIPELAJARI

C. MEMBERIKAN KEBEBASAN PADA SISWA UNTUK DAPAT MENEMUKAN KONSEP IPA

D. SISWA DAPAT

MEMBUAT KESIMPULAN SENDIRI DENGAN BIMBINGAN GURU E. PEMBELAJARAN BERLANGSUNG DENGAN KEGIATAN PENEMUAN YANG

1 2 3 4

3. MENERAPKAN KONSEP IPA DALAM KEHIDUPAN SEHARI- HARI

D. MEMBERIKAN CONTOH PENERAPAN KONSEP PADA SISWA

E. KONSEP YANG DIBERIKAN SESUAI DENGAN KEHIDUPAN SEHARI-HARI

F. SISWA DAPAT MEMBERIKAN


(3)

4. MENAMPILKAN PENGUASAAN IPA

E. MENYAMPAIKAN MATERI SESUAI DENGAN INDIKATOR F. MENGGUNAKAN BERBAGAI

SUMBER BUKU DALAM MENGAJAR

G. MENANGGAPI DAN

MENJAWAB PERTANYAAN SISWA DENGAN BAIK H. MATERI YANG DIAJARKAN

1 2 3 4

E. PENILAIAN MELAKSANAKA N PENILAIAN PROSES DAN HASIL BELAJAR

E. MEMPEROLEH BALIKAN DARI SISWA PADA WAKTU

PEMBELAJARAN DILAKSANAKAN

F. MEMBERI TUGAS SESUAI DENGAN TUJUAN

PEMBELAJARAN

G. MENILAI AKTIVITAS SISWA MELALUI LEMBAR

OBSERVASI YANG TERSEDIA

1 2 3 4

IV

KEGIATAN AKHIR MENUTUP

PELAJARAN E. MEMBUAT KESIMPULANDAN KEGIATAN PEMBELAJARAN YANG TELAH DILAKUKAN F. MELAKSANAKAN TINDAK

LANJUT

G. MEMBERIKAN NASEHAT H. MENGUCAPKAN SALAM

1 2 3 4

JUMLAH SKOR

46

NILAI

2,64

KATEGORI

BAIK

(SUMBER: ADAPTASI ANDAYANI DKK, 2009:73)

METRO, MEI 2013

TEMAN SEJAWAT

SANTOSO, S.PD

NIP. 196011101982031021


(4)

90

Siklus I Siklus 2

1 Muhammad Ali Khoirudin 55 70

2 Rafi Yusuf Wijaya 75 85

3 Riyan Dwi Saputra 85 95

4 Bagus Firnanda 55 65

5 Fran Sapta Luhibda 65 75

6 Nanda Putri Adelia 70 80

7 Prima Anto Firmansyah 65 75

8 Rahmad Dwi Triana 70 85

9 Rista Septia Ningrum 50 65

10 Depi Ariyanto 60 75

11 Rintan Refitasari 70 80

12 Elinda Zainiagustin 60 75

13 Rehan Nurhidayat 50 65

14 Fina Septiana 80 90

15 Khoirul Anam 75 90

16 Yuliana Dwi Puspitasari 65 80

17 Eka Fitriani 60 70

18 Riski Andriansyah 50 65

19 Arneta Setiyaningrum 60 75

20 Rama Aben Sujarwo 60 70

1280 1530

60 75

50 65

85 95

64.00 76.50

Rata-rata Nilai Terendah

Nilai Tertinggi Nama

No. Nilai

DAFTAR NILAI SISWA KELAS IV

SD NEGERI 5 MARGOTOTO

Jumlah Modus


(5)

Guru sedang menjelaskan materi pembelajaran

Siswa sedang melakukan percobaan tentang gaya

berupa tarikan dan dorongan


(6)

FOTO KEGIATAN

SIKLUS II

Guru sedang menjelaskan materi pembelajaran


Dokumen yang terkait

Perbandingan hasil belajar biologi dengan menggunakan metode pembelajaran cooperative learning tipe group investigation (GI) dan think pair share (TPS)

1 5 152

PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS IVA SD NEGERI 10 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 5 61

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS VC SD NEGERI 06 METRO BARAT

0 6 65

KEEFEKTIFAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION TERHADAP HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS IV SD KELURAHAN PATI LOR

0 8 220

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE COURSE REVIEW HORAY UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 METRO TIMUR

1 4 79

Upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw pada pelajaran IPS kelas IV dalam materi sumber daya alam di MI Annuriyah Depok

0 21 128

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PEMBELAJARAN MODEL GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS V Meningkatkan Hasil Belajar Ipa Melalui Pembelajaran Model Group Investigation Pada Siswa Kelas V SD Negeri Kadokan 01 Pelajaran 2011/2012.

0 2 10

PENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIF TIPE Peningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Cooperatif Tipe Team Games Tournament ( TGT) Pada Siswa Kelas IV Di SD N I Prambanan Klaten T

0 6 14

PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION TERHADAP HASIL BELAJAR PKn SISWA KELAS V SD

0 0 10

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar IPA dan Keaktifan Siswa Melalui Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Group Investigation di SD Negeri 1 Wates

0 1 16