Dalam keluarga orang tua mempunyai cara sendiri dalam menjadikan anak sebagai pribadi yang berguna dan tidak menyimpang dari norma yang berlaku
dimasyarakat. Bagaimana anak bertindak dan berperilaku tidak lepas dari bagaimana orang tua menanamkan nilai dan membentuk pribadi anak sejak kecil.
Oleh karena cara pengasuhan yang dilakukan orang tua tidak lepas dalam membentukan karakter seorang anak.
Menurut Gunarsa 2000 peranan yang ditunjukkan oleh orang tua terhadap anak adalah memenuhi kebutuhan biologis dan fisik, merawat dan
mengurus keluarga dengan sabar, mendidik, mengatur dan mengendalikan anak, menjadi contoh dan teladan bagi anak. Oleh karena itu cara pengasuhan yang
dilakukan oleh orang tua tidak lepas dalam pembentukan kepribadian anak. Hurlock 1999 menyatakan bahwa pola asuh orang tua adalah metode
yang digunakan orang tua dalam menjalin hubungan dengan anak. Dari berbagai pengertian pola asuh orang tua adalah metode yang mendidik, mengajar,
membimbing untuk mengarahkan perilaku anak serta cara orang tua untuk berkomunikasi dengan anak.
2.2.2. Jenis-Jenis Pola Asuh Orang Tua
Pola asuh orang tua ada bermacam-macam antara lain pola asuh orang tua otoriter, otoritatif demokratis dann pola asuh permissive. Adapun jenis pola asuh
orang tua menurut Rice; Santrock; Turner Helms dalam Gunarsa, 2004 dan Hurlock 1999 dikategorikan menjadi tiga yaitu:
a. Pola Asuh Otoriter
Pola asuh otoriter orang tua menerapkan pola pengasuhan otoriter pada anak, orang tua memutuskan segala sesuatu yang berkenaan dengan anak
tanpa mempedulikan pendapat dari anak. Orang tua menerapkan gaya hukuman kepada setiap tindakan anak yang tidak sesuai dengan keinginan
orang tua. Anak diajarkan mengikuti tuntutan orang tua dan keputusan orang tua tanpa bertanya dan berdiskusi terlebih dahulu dengan anak. Anak tidak
diperbolehkan mengambil keputusan sendiri.
Orang tua tidak melakukan komunikasi yang baik dengan anak. Biasanya, komunikasi yang terjadi hanyalah komunikasi satu arah, yaitu dari
orang tua ke anak, dengan orang tua memberikan perilaku kepada anak. Kurangnya komunikasi antara orang tua dan anak menyebabkan keterampilan
berkomunikasi anak menjadi berkurang.
b. Pola Asuh Permisif
Pola asuh yang permisif dibedakan menjadi pola pengasuhan yang mengabaikan dan pola pengasuhan yang memanjakan. Pada pengasuhan yang
mengabaikan, orang tua, dengan tidak mempedulikan anak, memberi izin bagi anak bertindak semaunya sendiri. Anak-anak yang dibesarkan dengan pola
pengasuhan ini akan menunjukkan kurangnya kontrol diri yang dapat menjadi salah satu penyebab kenakalan pada anak.
Pola pengasuhan yang memanjakan, orang tua sangat menunjukkan dukungan emosional kepada anak tetapi kurang memberikan kontrol kepada
anak. Orang tua mengizinkan anak untuk melakukan apa yang anak mau, bahkan tampak bahwa anak lebih berkuasa daripada orang tua dalam
pengambilan berbagai keputusan. Hal ini ternyata menyebabkan remaja tidak memiliki kontrol diri yang baik, mereka menjadi egois, selalu memaksakan
kehendak sendiri tanpa mempedulikan perasaan orang lain. Dapat dikatakan bahwa pola asuh permisif, baik yang mengabaikan atau yang memanjakan,
menyebabkan anak tidak memiliki kontrol diri yang baik.
c. Pola Asuh Otoritatif Demokratis
Orang tua dengan pola pengasuhan otoritatif demokratis selalu melibatkan anak dalam segala hal yang berkenaan dengan anak itu sendiri dan
dengan keluarga. Orang tua mempercayai pertimbangan dan penilaian dari anak serta mau berdiskusi dalam mengambil segala keputusan yang berkaitan
dengan anak. Anak pun belajar untuk membuat keputusan bagi dirinya sendiri dan juga belajar mendengarkan dan berdiskusi dengan orang tua. Orang tua
yang otoritatif demokratis menekankan pentingnya peraturan, norma, dan nilai-nilai, tetapi orang tua juga bersedia untuk mendengarkan, menjelaskan,
dan bernegosiasi dengan anak. Disiplin yang orang tua lakukan lebih bersifat verbal yang ternyata merupakan sesuatu yang efektif. Orang tua yang
menunjukkan atau menyatakan kekecewaan atas tindakan anak yang mengecewakan akan lebih memotivasi anak untuk bertindak lebih hati-hati di
kemudian hari daripada orang tua yang menghukum dengan keras Papalia, Wendkos Feldman,, dalam Gunarsa, 2004.
Ketiga bentuk jenis pola asuh ini dalam kehidupan sehari-hari yang diterapkan orang tua dalam mendidik atau mengasuh anak baik secara terpisah
maupun secara bersama yang artinya ada orang tua yang melaksanakan pola asuh demokratis tetapi juga kadang-kadang menerapkan pola asuh otoriter dan
permisif. Untuk menentukan bentuk pola asuh orang tua yang diterapkan dalam mengembangkan atau mendidik anak-anaknya sangat sulit karena orang
tua cenderung menggunakan perpaduan ketiga jenis pola asuh tersebut untuk mendidik anak-anaknya.
Sementara Baumrind mengatakan bahwa ada 4 pola asuh, yang kemudian dikembangkan oleh Maccoby Martin; Lamborn, dalam Tiga,
2010 menjadi empat macam pola asuh, yaitu pola asuh authoritative, pola asuh authoritarian, pola asuh indulgent, dan neglectful.
a. Pola Asuh Authoritative
Orang tua tipe ini menerapkan tingkat pengawasan yang tinggi terhadap anak. Orang tua juga mempunyai tingkat penerimaan dan keterlibatan yang
tinggi dalam kehidupan anak. Orang tua menerapkan aturan-aturan dalam keluarga tetapi juga terbuka secara demokratis kepada anak tentang aturan-
aturan yang orang tua terapkan. b.
Pola Asuh Authoritarian Orang tua dengan tipe pola asuh ini mempunyai tingkat pengawasan yang
tinggi terhadap anak tanpa adanya kehangatan dari orang tua dan keterlibatan orang tua yang rendah dalam kehidupan anak.
c. Pola Asuh Indulgent
Orang tua mempunyai penerimaan terhadap anak dan memiliki tingkat keterlibatan yang tinggi terhadap kehidupan anak. Orang tua menerima dan
mencintai anak, tetapi menerapkan aturan-aturan yang kuat dalam keluarga. d.
Pola Asuh Neglectful Orang tua mempunyai pengawasan yang rendah terhadap anak dan
mempunyai tingkat penerimaan dan keterlibatan yang rendah terhadap kehidupan anak serta tidak menetapkan aturan dan pengawasan yang kuat
dalam kehidupan anak.
2.2.3. Aspek- Aspek Pengukuran Pola Asuh Orang Tua