1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latarbelakang Masalah
Kajian ilmu sosial pada saat ini menjadi permasalahan yang potensial bagi pengembangan
karakter ilmu dalam dunia pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya permasalahan sosial yang
komplek dan sulit yang memerlukan pemecahan dalam kehidupan sehari-hari. Relasi antara kompleksi-
tas kehidupan manusia dan nilai-nilai yang dimiliki dideskripsikan sebagai manusia yang membangun hu-
bungan harmonis dengan lingkungan masyarakat dan budaya.
Dalam konteks sosialnya, disiplin ilmu sosial lebih banyak mengkaji perilaku manusia dalam bera-
gam bentuknya. Disiplin ilmu ini dapat berupa sejumlah cabang disiplin ilmu seperti psikologis, geo-
grafi, ekonomi, politik, sosiologi, dan antropologi Depdiknas, 2006;575. Lalu bagaimana dengan posisi
ilmu pendidikan? Ilmu pendidikan sebagai disiplin ilmu yang mengambil keunggulan pre-execelence dari
enam ilmu sosial tadi ada yang menganggap bagian dari disiplin lmu sosial, ada pula yang memisahkan-
nya. Akan tetapi karena sifat keilmuannya yang lebih lunak soft science apabila dibandingkan dengan sifat
ilmu pengetahuan alam nilai-nilai yang terdapat dalam Ilmu Pengetahuan Sosial IPS lebih dinamis dan
mengandung unsur probabilitas yang relative banyak.
2
Penyadaran nilai melalui pembelajaran IPS sering dihadapkan pada persoalan dinamika dan probabilitas
nilai yang berubah-ubah sebagai akibat mundurnya akses informasi.
Hubungan nilai dengan pendidikan sangat erat. Nilai dilibatkan dalam setiap tindakan pendidikan baik
dalam memilih maupun dalam memutuskan setiap persoalan untuk kebutuhan belajar dan melalui per-
sepsi gurudosen mereka dapat mengevaluasi siswa mahasiswanya. Demikian pula sebaliknya, siswa
mahasiswa dapat mengukur kadar nilai yang disajikan oleh gurudosen dalam proses pembelajaran. Masya-
rakat juga dapat merujuk sejumlah nilai seperti benar- salah, baik-buruk, indah-tidak, ketika mereka
mempertimbangkan kelayakan pendidikan yang di- alami anaknya.
Lembaga pendidikan khususnya pendidikan dasar seperti SDMI mempunyai tugas memper-
siapkan terbentuknya individu yang cerdas dan berakhlak mulia. Terpenuhinya kedua kriteria ini
memiliki semangat kebersamaan, menghindari konflik sosial, mengembangkan potensi diri serta memanfa-
atkannya guna mencapai kebahagiaan lahir batin dan keselamatan umat manusia pada umumnya. Hal ter-
sebut menunjukkan bahwa peran pendidikan sangat menentukan kehidupan mereka. Tanpa melalui pen-
didikan nilai sangat sulit untuk diperoleh. Oleh karena itu fungsi pendidikan adalah untuk menanamkan nilai
yang baik kepada peserta didik bukan hanya men-
3
transfer pengetahuan sebagaimana yang lazim didengar selama ini. Sebab pengetahuan tanpa mema-
hami nilai cenderung akan melahirkan konflik baik antar kelompok agama, budaya, wilayah maupun
antar institusi. Akhir-akhir ini persoalan yang muncul dalam
dunia pendidikan sangat terkait dengan aspek sosial, budaya, dan agama. Hal ini disebabkan lemahnya
peran pendidikan yang menanamkan nilai kebaikan bersama. Peristiwa seperti konflik antar ras, suku,
agama, golongan, dan kekuasaan yang timbul diber- bagai daerah merupakan bukti bahwa pemahaman
terhadap nilai kebersamaan masih sangat lemah. Konflik merupakan cermin kehidupan manusia yang
tidak konsisten dalam memperjuangkan kebenaran, kebaikan, keadilan, serta sebagai cermin dari ketidak
mampuan manusia dalam membangun hubungan yang harmonis dengan sesama, alam lingkungan, dan
utamanya Tuhan. Posisi seperti ini pada akhirnya dapat membuat bangsa Indonesia terpecah belah dan
tidak merasa bahwa dirinya berbuat sesuatu yang salah meskipun dia berada di posisi yang keliru.
Karena pentingnya pendidikan sebagai instru- ment penanaman nilai-nilai moral siswa untuk
mengembangkan masyarakat, bangsa dan Negara, maka pendidikan tidak dapat dilepaskan dari kehi-
dupan masyarakat. Masyarakat dan Negara akan sulit eksis apabila pendidikan melemah dan tidak
memperoleh dukungan dari warga negara. OLeh kare-
4
na itu khususnya pendidikan di SDMI mesti diran- cang sedemikian rupa yang memungkinkan para pe-
serta didik dapat mengembangkan potensi yang dimiliki secara alamiah dan kreatif dalam suasana
penuh kebebasan, kebersamaan, dan tanggung jawab, dan dapat menghasilkan lulusan yang mampu
memahami masyarakatnya dengan semua potensi yang dapat mendukung tercapainya kesuksesan pada
diri siswa dalam kehidupan di masyarakat. Pendidikan dan pembelajaran IPS di SDMI
diharapkan dapat membentuk sikap, nilai dan respon siswa terhadap realitas keagamaan, karena proses
pendidikan dan pembelajaran merupakan wahana bagi kehidupan masyarakat dalam mentransformasikan
nilai transfer of values dan mengalihkan pengetahuan transfer of knowledge, sehingga pendidikan dan
pembelajaran bukan hanya transformasi pembelajaran saja akan tetapi yang utama adalah transformasi nilai
yang menyangkut kehidupan beragama, bermasya- rakat seperti kejujuran, toleransi, persamaan, kebe-
basan dan menghargai orang lain. Karena itu pendidikan sebagai instrument sosial kemasyarakatan
harus dapat menciptakan system pembelajaran yang menghargai keanekaragaman agama, budaya, gender,
suku, bahasa, dan pendapat. SDMI sebagai salah satu lembaga pendidikan
yang mengajarkan nilai dan pengetahuan memiliki fungsi sosial dan berperan menentukan kehidupan
yang damai, harmonis bagi masyarakat umumnya.
5
Peran untuk memberikan pemahaman kepada siswa mengenai pentingnya nilai-nilai kebebasan, persa-
man, toleransi, kesetiakawanan, keadilan, kejujuran, serta kesabaran baik dalam lingkup lembaga pen-
didikan, masyarakat, maupun negara. Adapun berbagai bentuk kelemahan sistem pendidikan di atas
khususnya yang berkaitan pembinaan akhlak, etika, moral, dan perilaku sosial anak, masih banyak
dijumpai dalam dunia pendidikan kita di tanah air khususnya di jenjang pendidikan sekolah dasar seperti
: a siswa belum menunjukkan sikap positif terhadap perbedaan yang ada, b belum adanya pembinaan
khusus yang mengkaji nilai-nilai moral dari berbagai aspek kehidupan, c belum dikedepankannya nilai-
nilai kebebasan, persaman, keadilan dan toleransi sebagai nilai moral yang bersifat universal yang
mestinya menjadi barometer kehidupan bersama baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan
masyarakat. Seperti di Sekolah Dasar Negeri Sidomukti 3
Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang, masalah yang masih saja timbul adalah : a belum ter-
wujudnya arah pembelajaran IPS yang optimal, b masih rancunya standart penilaian yang diberlakukan
meskipun dari dinas pendidikan Kabupaten Semarang telah mengeluarkan petunjuk pelaksanaan juklak
dan petunjuk teknis juknis dalam mewujudkan dinamika pendidikan yang potensial bagi peserta didik
khususnya mata pelajaran IPS.
6
SD Sidomukti 03 terletak di daerah pengu- nungan Ungaran dengan nuansa kehidupan yang
agamis khususnya Islam. Kondisi seperti ini tentu mempengaruhi Kegiatan Belajar Mengajar KBM
secara keseluruhan khususnya pada mata pelajaran IPS, karena IPS mempelajari berbagai macam
kehidupan termasuk salah satu diantaranya budaya dan agama. Bagi masyarakat Islam yang masih
memegang kuat budaya-budaya serta ajaran keislaman memang sangat peka apabila guru mela-
kukan pembelajaran tentang keagamaan dan nilai- nilai kehidupan pada mata pelajaran IPS. Hal ini
dikarenakan mereka sangat patuh apa ajaran yang disampaiakan oleh para alim ulama atau para kiyai
tentang ajaran-ajaran Islam. Pengetahuan yang siswa peroleh di sekolah sudah tentu akan disampaikan
kepada para ustad pada saat mereka mengaji di sore atau di malam hari. Apabila terdapat kekeliruan
menurut para ustad tidak menutup kemungkinan para pengajar di sekolah akan memperoleh teguran
atau bahkan demo dari masyarakat daerah setempat. Dan akibatnya apabila hal tersebut terjadi tidak
menutup kemungkinan proses pembelajaran di sekolah akan berjalan kurang baik atau tidak sesuai
dengan harapan dan tujuan. Apabila menurut masya- rakat terjadi penyimpangan dalam KBM utamanya
yang berkaitan dengan pembelajaran moral tidak menutup kemungkinan sekolah akan dijauhi oleh
masyarakat.
7
Kenyataan yang sering terjadi siswa yang pulang dari sekolah tentu cerita kepada orangtuanya tentang
pelajaran yang telah diberikan guru. Dalam cerita tersebut bisa terjadi kesalah pahaman dalam
memaknai pelajaran, sehingga apabila orangtua siswa berpendapat adanya penyimpangan kebiasaan di
Sidomukti selang beberapa hari kemudian orangtua datang dan meminta klarifikasi ke sekolah. Di samping
itu siswa lebih patuh kepada para ustad ketimbang kepada guru yang setiap kali melaksanakan KBM
Kegiatan Belajar Mengajar. Hal seperti ini telah diketahui juga oleh pamong desa dan saran dari
mereka agar guru tidak henti-hentinya menanamkan nilai-nilai moral utamanya kepada generasi muda
termasuk anak-anak sekolah dasar. Penanaman nilai moral bukan saja pada pendidikan IPS akan tetapi
juga pendidikan agama dan PKn. Namun dari dua mata pelajaran itu masih dirasa kurang karena
perilaku siswa belum mencerminkan berhasil atau tidaknya pendidikan moral. Hal ini tercermin antara
lain dari perilaku siswa yang masih suka corat-coret di tembok sekolah, seringnya siswa masih berantem
dengan siswa lain Dari latar belakang di atas persoalan penelitian
yang diangkat adalah peningkatan nilai moralitas siswa melalui pembelajaran IPS kelas V di SD Negeri
Sidomukti 03 Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang.
8
1.2 Rumusan Masalah