Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Nilai Moralitas Siswa Melalui Pembelajaran IPS di SD Negeri Sidomukti 3 Kecamatan Bandungan T2 942008142 BAB IV

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian tindakan kelas mengacu pada dua hal yaitu tindakan dan penelitian. Penelitian dan pelaksanaan rencana merupakan bagian dari tindakan. Sedangkan penelitian meliputi dua hal, monitoring dan refleksi. Setiap komponen tersebut merupakan satu kesatuan dalam pelaksanaan.

4.1

Hasil Penelitian

Pada bagian ini disajikan hasil penelitian dan tindakan secara keseluruhan, mulai siklus pertama sampai siklus terakhir. Bentuk laporan ini mengikuti rancangan Kemmis dan Taggart yang meliputi perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting) seperti dike-mukakan pada bab sebelumnya. Keempat tahapan tersebut kemudian dianalisis dalam beberapa bentuk tahapan, yang meliputi; pratindakan, bentuk tinda-kan, dan peningkatan yang diharapkan. Pada tahap berikutnya dilaporkan secara keseluruhan hasil tin-dakan dan diakhiri dangan pembahasan antar siklus.

4.1.1 Laporan Pra Tindakan

a. Perencanaan Penelitian

Untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang keadaan pelaksanaan pembelajaran IPS di kelas V SDN Sidomukti 03 Kecamatan Bandungan


(2)

Semarang terlebih dahulu disajikan gambaran observasi awal yang dilakukan bersama kolaborator tentang kondisi riil sekolah tersebut. Data ini penulis dapatkan melalui prasubjek dalam penelitian ini yaitu kelas V berjumlah 35 siswa yang terdiri dari 15 siswa laki – laki dan 20 siswa perempuan.

Untuk mengetahui tingkat moralitas siswa kelas V, maka sebelum dilakukan tindakan, terlebih dahulu dilakukan uji dengan membagikan angket untuk mengetahui tingkat moralitas siswa berdasarkan metode peningkatan moralitas yang telah disampaikan di depan. Adapun hasilnya adalah sebagai berikut:

Berdasarkan 20 item soal yang dinyatakan valid dan reliabel untuk dilakukan ujicoba, dan setelah dibagikan angket peningkatan moralitas siswa, dipaparkan sebagai berikut: patokan untuk mengukur moralitas siswa adalah nilai (skala) tertinggi yaitu 4 dikalikan dengan jumlah soal yaitu 20, dikalikan dengan jumlah siswa yang mengikuti pembelajaran yaitu 35. Uraiannya adalah sebagai berikut:

Untuk skor perolehan, diperoleh sebagai berikut: 4 x 20 x 35 = 2800 Jumlah skor yang diperoleh adalah 1400 dengan penghitungan yaitu 2 x 20 x 35 = 1400. Dengan berpatokan pada rumus


(3)

untuk menghitung skor motiva peningkatan moralitas yaitu:

1400/2800x100% = 50%.

Dengan kriteria nilai sebagai berikut: >86% = baik sekali

70 – 85% = baik

55 – 69% = cukup baik <54% = kurang

Dari ketentuan di atas, maka moralitas siswa kelas V SDN Sidomukti 03 Kecamatan Bandungan Semarang berada pada kategori kurang.

Selain menguji tingkat moralitas siswa berdasarkan pendekatan penanaman nilai yang dilakukan, dilakukan juga tes kepada siswa untuk mengetahui tingkat penyerapan siswa terhadap materi pelajaran IPS yang diajarkan. Acuan yang digunakan sebagai ukuran untuk tingkat penyerapan siswa pada mata pelajaran IPS adalah siswa berhasil lulus Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM= 65) Adapun hasilnya adalah sebagai berikut:


(4)

Tabel 4. 1

Rekapitulasi Ketuntasan Belajar IPS Sebelum Tindakan

No Nilai Sebelum Tindakan Keterangan Jumlah

Siswa

Prosentase (%)

1 < 50 15 50 Belum tuntas

2 50 – 54 10 - Belum tuntas

3 55 – 59 - - Belum tuntas

4 60 – 64 5 16.67 Belum tuntas

5 65 – 69 2 8.33 Tuntas

6 70 – 74 - - Tuntas

7 75 – 79 1 8.33 Tuntas

8 80 – 84 - - Tuntas

9 85 – 89 2 16.67 Tuntas

10 90 – 94 - - Tuntas

11 95 – 100 - - Tuntas

Jumlah 12 100

Rata-rata 57.08

Nilai tertinggi 85

Nilai terendah 40

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa dari total siswa yaitu 35 siswa ada 30 siswa atau 85.71% yang dinyatakan belum tuntas belajar IPS berdasarkan kriteria KKM dan hanya 5 siswa atau 14.29% yang berhasil tuntas berdasarkan KKM. Rinciannya berdasarkan perolehan nilai baik siswa yang tuntas maupun yang belum tuntas berdasarkan KKM adalah sebagai berikut: ada 15 siswa yang memperoleh nilai < 50 atau dengan prosentase sebesar 42.86%, ada 10 siswa yang mendapatkan nilai pada rentang 50 – 54 dengan prosentase sebesar 28.57%; tidak ada siswa yang mendapatkan nilai pada rentang nilai antara 55 –


(5)

59, rentang nilai 70 – 74, rentang nilai antara 80 – 84 dan rentang nilai antara 90 – 100. Ada dua siswa yang mendapatkan nilai pada rentang 65 – 69 atau berada pada 5. 71% demikian juga ada 2 siswa yang memperoleh nilai pada rentang nilai antara 85 – 89 dengan prosentase yang sama; dan 1 siswa mendapatkan nilai pada rentang nilai 75 – 79 dengan prosentase 2.86%. Perolehan nilai terendah pada mata pelajaran IPS sebelum diberikan tindakan yaitu 40 dan nilai tertinggi yaitu 85 dengan nilai rata-rata yaitu 57.08.

Adapun hasil perolehan siswa pada mata pelajaran IPS sebelum diberikan tindakan disajikan pada grafik berikut ini:

Gambar 1. Rekapitulasi Belajar Siswa Sebelum Tindakan

Mengacu pada KKM = 65, maka prosentase


(6)

ketuntasan mapun belum tuntas belajar, disajikan pada tabel berikut ini:

Tabel 4. 2

Prosentase Ketuntasan Sebelum Tindakan No Nilai Sebelum Tindakan Keterangan

Jumlah Siswa

Prosentase (%)

1 < 65 30 85.71% Belum tuntas 2 ≥ 65 5 14.29% Tuntas Jumlah 12 100

Rata-rata 57.08 Nilai

tertinggi

85

Nilai terendah

40

Prosentase ketuntasan hasil belajar siswa kelas kelas V SDN Sidomukti 03 Kecamatan Bandungan Semarang sebelum dilakukan tindakan, diketahui bahwa siswa yang memperoleh nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM = 65) sebanyak 30 siswa atau 85.71% dari total keseluruhan siswa; sedangkan siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal sebanyak 5 siswa atau 14.29% dari total seluruh siswa.

b. Kegiatan Penelitian Tindakan

Langkah penelitian tindakan keals ini dilakukan melalui serangkaian kegiatan yang terdiri dari


(7)

mengidentifikasi masalah, merumuskan permasa-lahan, analisis awal, menetapkan penyebab perma-salahan, mengupayakan pemecahan masalah, pe-laksanaan tindakan, pembahasan hasil penelitian, melakukan refleksi. Adapun jadwal kegiatan pene-litian ini, sebagai berikut :

Tabel 4. 3

Jadwal Kegiatan Penelitian

No Siklus/Tindakan Tanggal Jam Materi

1. Pra Tindakan 23 Februari 2010 Ke 1 - 2 Berbicara(memahami informasi/ pesan) 2. Siklus I

4.2 Tindakan ke-1 4.3 Tindakan k-2 (Refleksi) 12 Maret 2010 17 Maret 2010 Ke 4 Ke 4-5 Informasi/ pesan Komunikasi pesan

3. Siklus II

a. Tindakan ke-1 b. Tindakan k-2

(Refleksi) 24 Maret 2010 3 April 2010 Ke 1-2 Ke 4-5 Informasi/ pesan Komunikasi pesan

4. Siklus III a. Tindakan ke-1 b. Tindakan k-2

(Refleksi) 10 April 2010 19 April 2010 Ke 1-2 Ke 4-5 Informasi/ pesan Komunikasi pesan

1) Dialog Awal tentang Nilai – nilai dalam IPS

Sebelum proses penelitian ini dilaksanakan, peneliti melakukan konsultasi kepada kepala sekolah SD Negeri Sidomukti 03 Kecamatan Bandungan Semarang untuk menjelaskan maksud dan tujuan penelitian tindakan kelas pada lembaga ini. Peneliti bersama kolaborator kemudian melakukan observasi kelas awal untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi dan akan dipecahkan dalam penelitian ini.


(8)

Observasi awal dilaksanakan pada tanggal 23 Februari 2010.

Peneliti bersama kolaborator yaitu guru IPS kelas V (Yenti Erlinda,A.Ma) dan dibantu guru IPS kelas V, selanjutnya mengadakan dialog untuk mengetahui keadaan yang dihadapi guru dan siswa dalam pembelajaran IPS. Guru diberi kesempatan untuk mengungkapkan secara terbuka permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran IPS di kelas dan pengalaman yang dirasakan langsung di lapangan. Dari hasil dialog antara peneliti dan guru IPS dapat diketahui permasalahan yang ada dalam pembelajaran selama ini yang dibedakan menajdi dua yaitu permasalahan yang berasal dari guru dan siswa.

Permasalahan yang berasal dari guru antara lain :

a) Guru belum mempunyai perangkat pembelajaran yang sesuai Kurikulum Tingkat Satuan Pelajaran (KTSP)

b) Guru seringkali kurang percaya diri dalam mengajar

c) Nilai – nilai yang diajarkan dalam kelas secara teori banyak yang tidak relevan dengan kenyataan kehidupan di masyarakat.

d) Dominasi guru masih tinggi dalam proses belajar mengajar

e) Metode pembelajaran cenderung bersifat klasikal sehingga tidak menarik bagi siswa


(9)

f) Materi yang diajarkan cenderung bersifat teksbook bukan kontekstual

g) Materi yang diajarkan cenderung bersifat hafalan (aspek kognitif) bukan afektif

Permasalahan yang berasal dari siswa antara lain :

a) Motivasi siswa dalam mengikuti pelajaran IPS rendah

b) Siswa bersifat pasif dalam proses pembelajaran sehingga enggan bertanya atau berpendapat

c) Sulitnya siswa mencari buku pegangan yang secara khusus membahas keterkaitan antara pendidikan sosial dengan pendidikan budi pekerti

d) Siswa takut kepada guru sehingga terasa ada jarak antara siswa dengan guru

2). Penentuan Permasalahan Nilai – nilai Moral Dalam Pembelajaran IPS

Dari dialog antara peneliti dengan guru IPS baik kelas V ternyata ditemukan banyak kendala yang dihadapi siswa dalam proses pembelajaran termasuk di dalamnya sikap dan moralitas siswa sehingga guru merasakan belum efektifnya proses pembelajaran yang berlangsung selama ini. Peneliti dengan guru IPS kemudian membahas permasalahan tersebut untuk dianalisis guna mengetahui layak tidaknya untuk ditindaklanjuti melalui penelitian tindakan kelas dengan menggunakan metode penanaman nilai.


(10)

Tabel 4. 4

Penentuan Permasalahan dalam Pembelajaran IPS

No Masalah Hasil Analisis Keterangan

1. Guru belum mempunyai perangkat pembelajaran yang sesuai kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)

Tidak terpilih

2. Guru seringkali kurang percaya diri dalam mengajar

Tidak terpilih

3. Nilai yang diajarkan dalam kelas secara teori banyak yang tidak relevan dengan kehidupan di masyarakat

Tidak terpilih

4. Dominasi guru masih tinggi dalam proses belajar mengajar

Terpilih Dengan metode penanaman

nilai 5. Metode pembelajaran

cenderung bersifat klasikal sehingga tidak menarik bagi siswa

Terpilih Dengan metode penanaman

nilai

6. Materi yang diajarkan cenderung bersifat teksbook bukan kontekstual

Terpilih Dengan metode penanaman

nilai

7. Materi yang diajarkan cenderung bersifat hafalan (aspek kognitif) bukan afektif

Terpilih Dengan metode penanaman

nilai

8. Motivasi siswa dalam mengikuti pelajaran IPS rendah

Terpilih Dengan metode penanaman

nilai 9. Siswa bersifat apsif

dalam pembelajaran sehingga enggan bertanya dan berpendapat

Terpilih Dengan metode penanaman

nilai

10. Sulitnya siswa mencari buku pegangan yang secara khusus

membahas pendidikan nilai – nilai moral

Terpilih Dengan metode penanaman

nilai

11. Siswa takut kepada guru sehingga terasa ada jarak antara siswa

Terpilih Dengan metode penanaman


(11)

dengan guru 12. Belum efektifnya

penanaman nilai – nilai moral dalam

pembelajaran IPS

Terpilih Dengan metode penanaman

nilai

Permasalahan yang dihadapi dalam pembe-lajaran IPS begitu kompleks untuk itu perlu segera diatasi. Permasalahan yang dimaksud yaitu: dominasi guru yang masih tinggi dalam pembelajaran, metode pembelajaran bersifat klasikal sehingga tidak menarik bagi siswa, guru sulit mengaktifkan siswa dalam pembelajaran, hal ini tergambar dari minimnya antusias siswa untuk bertanya ataupun berpendapat, metode yang diajarkan guru cenderung bersifat teksbook, dan bersifat hafalan, motivasi siswa dalam mengikuti pelajaran rendah, siswa bersifat pasif di kelas, sulitnya siswa mencari buku pegangan yang membahas pendidikan budi pekerti (nilai moral), siswa takut kepada gurunya, serta belum efektifnya pembelajaran etika sosial seperti penanaman nilai – nilai moral. Tidak semua permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran IPS ini diatasi, sesuai dengan hasil dialog antara peneliti dengan guru IPS memilih permasalahan yang dapat digunakan dalam penelitian tindakan kelas dengan metode klarifikasi nilai. Dalam penelitian tindakan ini permasalahan dibatasi pada:1) metode pembelajaran yang digunakan guru bersifat klasikal sehingga kurang menarik perhatian siswa, 2) materi yang diajarkan guru cenderung bersifat teksbook bukan kontekstual dan komprehensif, 3)


(12)

materi yang disampaikan guru lebih banyak hafalan sehingga kurang melatih aspek afektif siswa, 4) belum efektifnya pembelajaran etika sosial dalam kaitannya dengan penanaman nilai – nilai moral siswa, 5) siswa bersifat pasif dalam pembelajaran di kelas sehingga enggan bertanya atau berpendapat.

Bentuk aspek penanaman nilai di atas dirumus-kan dalam bentuk penanaman nilai – nilai moralitas siswa yang mengacu pada aspek etika sosial dalam pembelajaran IPS, aspek tersebut berupa :

a) Aspek moral siswa dalam aktivitas individu

Aspek ini terjadi pada beberapa aktivitas siswa di kelas, yang meliputi beberapa aspek, yaitu : 1) Siswa menghargai orang lain yang sedang berbicara, 2) Siswa tidak selalu mempertahankan pendapat 3) Siswa memberikan kepercayaan kepada orang lain atas dasar kemampuan, 4) Siswa menghargai keberadaan teman sebaya baik dari segi fisik, 5) siswa menghargai keberadaan teman sebaya dari segi jenis kelamin, 6) Siswa terbuka menerima perbedaan pendapat, 7) Siswa santun dalam mengemukakan pendapatnya.

b) Aspek moral siswa dalam aktivitas kelompok

Aspek ini meliputi beberapa aktivitas, diantaranya: 1) Siswa berperan dalam pengambilan keputusan bersama, 2) Siswa menghargai perbedaan pendapat dalam kelompok, 3) Siswa mendengarkan penjelasan antar kelompok, 4) Siswa menyadari kemampuan dirinya dalam kelompok, 5) Siswa


(13)

bekerjasama dalam menyelesaikan tugas, 6) Siswa menjunjung tinggi hasil kerja kelompok, 7) Siswa menghargai keberadaan anggota kelompok.

c) Aspek moral siswa dalam aktivitas kelas

Aktivitas ini meliputi : 1) Siswa menghargai perbedaan pendapat di forum kelas, 2) Siswa tidak kaku dalam mengemukakan pendapatnya di kelas, 3) Siswa menghargai keberadaan guru di kelas, 4) Siswa menghormati keberadaan pihak lain di kelas, 5) Siswa menjunjung tinggi hasil keputusan kelas, 6) Siswa menyadari akan kemampuan dirinya dalam kelas, 7) Siswa terbuka menerima perbedaan pendapat di kelas.

3). Penyebab Permasalahan

Setelah permasalahan dalam penelitian tindakan ini ditetapkan, kemudian penenliti bersama guru IPS mengidentifikasi faktor penyebab munculnya permasa-lahan moralitas anak khususnya pada pembelajaran IPS di SD Negeri Sidomukti 03 Kecamatan bandungan Semarang, meliputi :

a). Munculnya anggapan negatif siswa bahwa IPS itu mudah

b). Siswa beranggapan nilai – nilai yang diterapkan dalam pembelajaran IPS tidak begitu sulit untuk didapatkannya.

c). Siswa merasa kurang adanya relevansi yang positif antara teori pembelajran IPS dengan kondisi masyarakat di sekitarnya


(14)

d). Materi pembelajaran yang diberikan belum mengungkapkan nilai – nilai saling ketergantungan antara masing – masing siswa, baik dengan lingkungan sekolah masyarakat maupun teman sejawatnya.

Penyebab permasalahan yang paling dominan terletak pada dominasi guru dalam pembelajaran yang berakibat guru kurang menggunakan media dan metode pembalajaran yang variatif. Guru kurang melatih siswa untuk berempati, berpikir kritis dan pro-blematik. Akibatnya memunculkan gejala negatif pada diri anak yang ebrtentangan aspek etika sosial dalam aspek nilai moralitas yang baik, seperti perhatian siswa pada pembelajaran rendah, siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran, sisiwa kurang peka terhadap masalah sosial yang melingkupinya.

4). Penentuan Upaya Pemecahan Permasalahan

Berdasarkan uraian permasalahan yang diha-dapi siswa SD Negeri Sidomukti 03 Kecamatan Ban-dungan Semarang dalam proses pembelajaran IPS tersebut, ditentukan solusi untuk pemecahan masalah segala upaya peningkatan pembelajaran nilai – nilai moral kaitannya dengan etika sosial yang merupakan bagian integral dari pendidikan IPS, maka proses pembelajaran yang ditetapkan harus dapat menum-buhkan dan mengembangkan jiwa sosial (nilai kesalingtergantungan), jiwa empati siswa, rasa kerja


(15)

sama dan tanggung jawab siswa dalam menyelesaikan tugas belajar.

Guru diharapkan dapat merancang dan mengorganisir proses pembelajaran nilai moral melalui pembelajaran IPS secara baik, sehingga tujuan pembe-lajaran dapat berhasil secara efektif. Oleh karena itu pembelajaran harus didesain dan disajikan lebih menarik yang bersifat komprehensif untuk mengem-bangkan minat dan motivasi belajar siswa.

c. Perencanaan Peningkatan Pembelajaran IPS melalui Metode Klarifikasi Nilai – nilai Moral

Upaya untuk meningkatkan pendidikan nilai moral, peneliti dan guru IPS membuat rencana pro-ses pembelajaran ynag dilaksanakan dengan meng-gunakan metode klarifikasi nilai. Untuk itu perlu ditetapkan alat kerja terhadap alternatif yang dimaksud.

1) Menetapkan upaya Peningkatan Pembelajaran Pendidikan Nilai Moral

Solusi yang dapat dilaksanakan dalam meningkatkan pembelajaran nilai moral dite-tapkan rancangan proses pembelajaran yang tidak membosankan belajar siswa dengan menerapkan metode pembelajaran klarifikasi nilai. Dari penjelasan peneliti tentang metode klarifikasi nilai, guru IPS menanggapinya secara positif dan mendukung untuk dilakukan


(16)

pene-litian tindakan demi peningkatan proses pem-belajaran IPS.

Setelah melakukan dialog, peneliti dan kolaborator sepakat untuk mencoba meng-gunakan metode tersebut di kelas V dengan pertimbangan kelas yang bersangkutan banyak memperoleh materi pelajran berbasis sosial serta moral dan juga kebiasaan belajar siswa dapat berpola pada tingkat selanjutnya. Proses pembelajaran dengan klarifikasi nilai mengu-payakan peran aktif siswa dalam belajar dan membekali sikap siswa atas nilai kesaling-tergantungan positif (toleransi terhadap orang lain, tolong menolong, memiliki keterbukaan, tanggung jawab individu, disiplin dan kerjasama dengan orang lain)

3) Penyamaan Persepsi antara Peneliti dengan Guru tentang Metode pembelajaran Klarifikasi Nilai Moral dalam IPS

Dalam penyamaan persepsi guru dan peneliti mendiskusikan materi atas pokok baha-san yang dikaji dalam penelitian tindakan kelas. Guru mencatat hal – hal yang harus dilakukan sebelum melaksanakan metode klarifikasi nilai – nilai moral tersebut. Setelah itu guru membagi siswa dalam kelompok dan anggota kelompok diusahakan merata kemampuan akademiknya. Penentuan anggota kelompok ini supaya tidak terjadi dominasi pembicaraan oleh kelompok


(17)

tertentu, sehingga dalam menentukan anggota kelompok dapat berdasar kesepakatan dengan siswa tetapi guru tetap selektif. Tugas guru selama proses pembelajaran berlangsung menjelaskan tujuan dan mekanisme pembelajar-an, membagi tugas masing–masing kelompok, menentukan tata cara siswa bekerjasama, menentukan tata cara dalam diskusi, memantau efektivitas kerja kelompok, mengevaluasi kerja siswa dan bertindak sebagai fasilitator sekaligus nara sumber siswa. Setelah guru memahami penjelasan dari peneliti tentang aplikasi metode klarifikasi nilai, peneliti bersama guru IPS membuat desain pembelajaran untuk segera diadakan penelitian tindakan kelas.

4.1.2 Tindakan Siklus 1

a. Penyusunan Rancangan Tindakan I

Metode penanaman nilai moralitas merupakan rancangan tindakan dalam penelitian ini sebagai upaya untuk meningkatkan proses pembelajaran IPS supaya tujuan belajar siswa dapat tercapai secara optimal. Rancangan tindakan ini diperlukan sebagai pedoman dalam proses penanaman nilai – nilai moral dalam pembelajaran IPS. Dalam desain pembelajaran ini guru berperan sebagai fasilitator dan nara sumber serta observer dalam proses belajar mengajar. Sebagai observer guru mengamati aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung


(18)

menganai motivasi siswa mengikuti pelajaran, diskusi dengan siswa lain, keaktifan melakukan pertanyaan kepada kelompok lain ketertiban pelajaran, kepemilikan buku pelajaran, kesediaan mendengarkan orang yang sedang berbicara, kesediaan menghargai perbedaan pendapat, men-cari pemecahan masalah apabila ada perbedaan pendapat, keikhlasan menjalankan tugas kelom-pok, kerjasama dalam kelomkelom-pok, kesediaan me-laksanakan keputusan, mempertahankan pendapat dengan argumen yang dapat dipertanggungjawab-kan, serta kesiapan menanggapi kritik secara ber-moral dan beretika.

Dalam penelitian ini, peneliti bersama kolabora-tor lainnya melakukan koordinasi dan pembagian tugas yang jelas dalam melakukan pengamatan terhadap siswa di kelas V. Hal ini dilakukan supaya pengamatan peneliti dan guru IPS terhadap proses pembelajaran lebih bersifat teliti dan efektif. Berhubung kelas V, dalam pembelajaran IPS terbagi menjadi lima kelompok, maka untuk proses pengamatan peneliti dan kolaborator mendasarkan pada acuan pedoman pengamatan yang telah ada dan disepakati sebelumnya.

Rancangan tindakan dilaksanakan sebanyak tiga siklus dan setiap siklus ada dua pertemuan dalam pokok materi pelajaran yang berbeda. Setiap akhir pelaksanaan tindakan terhadap rancangan pembelajaran yang telah dibuat, guru dan peneliti


(19)

melakukan diskusi sebagai langkah refleksi. Hasil dari diskusi dan refleksi terhadap pelaksanaan tindakan sebagai masukan dalam melakukan revisi rancangan untuk pelaksanaan tindakan berikutnya sesuai dengan permasalahan yang ada. Berikut ini contoh rancangan tindakan pembelajaran pendi-dikan moral dengan menggunakan metode kla-rifikasi nilai.

Tabel 4. 5

Rancangan Pembelajaran IPS melalui Metode Penanaman Nilai Moral pada Siklus I

Tindakan I

Rancangan Siklus I Tindakan I Mata Pelajaran : IPS

Materi Pokok : Masalah Sosial Pokok Bahasan : Kenakalan Remaja Kelas/ Semester : V/ Genap

Waktu : 2 x 35 menit Pertemuan ke : 1

Kegiatan Aktifitas Pembelajaran Waktu

1. Pendahuluan Persiapan

3. Guru membuka pelajaran dengan salam

4. Guru menyiapkan tugas yang akan diberikan kepada siswa

5. Guru memberikan deskripsi tugas yang dikerjakan siswa

6. Guru menjelaskan tata cara kerja sama dalam kelompok

5 menit

2. Kegiatan Inti 1. Guru membagi siswa dalam kelompok


(20)

2. Siswa bekerja sesuai dengan tugas yang diberikan guru siswa dalam mengerjakan tugas kelompok mengikuti langkah

g. Siswa memahami masalah yang akan dipecahkan

h. Siswa mengemukakan data/ fakta yang dijadikan solusi terhadap pemecahan masalah i. Siswa memberikan

pertimbangan positif dan negatif dalam pemecahan masalah j. Siswa mengambil kesimpulan

berdasar diskusi kelompok k. Siswa menyebutkan pemecahan

yang diambil oleh kelompok l. Siswa memberikan penjelasan

lain jika diperlukan

60 menit

3. Penutup Penutup

e. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya f. Guru mengkoordinir

pengumpulan tugas siswa g. Guru menutup pelajaran dengan

doa dan h. diakhiri salam

5 menit

Tabel 4. 6

Rancangan Pembelajaran IPS melalui Metode Penanaman Nilai Moral pada Siklus I

Tindakan 2

Rancangan Siklus I Tindakan I Mata Pelajaran : IPS


(21)

Pokok Bahasan : Kenakalan Remaja Kelas/ Semester : V/ Genap

Waktu : 2 x 35 menit Pertemuan ke : 2

Kegiatan Aktifitas Pembelajaran Waktu

1. Pendahuluan Persiapan

1. Guru membuka pelajaran dengan salam 2. Guru melakukan apersepsi

3. Guru menyiapkan tugas yang akan diberikan kepada siswa

4. Guru memberikan deskripsi tugas yang dikerjakan siswa

5 menit

2. Kegiatan Inti 1. Guru membagi siswa dalam kelompok

2. Siswa bekerja sesuai dengan tugas yang diberikan guru

3. Guru menjelaskan tata cara kerjasama

4. Guru menjelaskan tata cara diskusi 5. Guru mengamati jalannya diskusi

secara seksama untuk mengetahui tingkat partisipasi siswa

60 menit

3. Penutup

1. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya 2. Guru mengevaluasi jalannya diskusi

yang dilaksanakan siswa

3. Guru menjelaskan permasalahan yang tidak terselesaikan

4. Guru menutup pelajaran dengan doa dan diakhiri salam

5 menit

b. Pelaksanaan Tindakan Pada Siklus I

Siklus I dilaksanakan sebanyak dua kali pertemuan, pada pertemuan pertama dengan alokasi waktu 2 kali 35 menit (2 jam pelajaran) atau selama 70 menit. Pertemuan I dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 12 Maret 2010, dan pertemuan II dilaksanakan pada hari Selasa, 17


(22)

maret 2010. dalam setiap pertemuan kegiatan pembelajaran berorientasi pada motivasi peran aktif siswa. Pelaksanaan tindakan pada siklus I merupakan penerapan rancangan tindakan yang telah ditetapkan sebelumnya dengan menggunakan metode penanaman nilai. Pembelajaran tindakan I pada pertemuan pertama dan kedua dilaksanakan pada kompetensi dasar, kemampuan mengenal permasalahan sosial di masyarakat.

Selama pelaksanaan tindakan berlang-sung guru bersama peneliti mengamati serta men-catat kejadian yang terjadi selama pembelajaran sesuai dengan hal – hal yang termuat dalam lembar obeservasi.

1) Pelaksanaan Siklus Pertama Pertemuan I

Pada pertemuan pertama, pelaksanaan pembelajaran dengan aspek moralitas siswa dalam pembelajaran IPS menitikberatkan pada aspek penanaman nilai. Sesuai dengan rancangan tindakan guru memulai pelajaran dengan berdoa tetapi guru belum mengawali dengan mengucap salam. Selanjtunya, utnuk menarik perhatian siswa guru melakukan apersepsi yang berhubungan dengan materi kenakalan remaja. Dalam hal ini siswa diminta untuk memecahkan permasalahan yang beru-pa dilema moral dengan mengikuti langkah – langkah :


(23)

a) Siswa memahami masalah yang akan dipecahkan

b) Siswa menunjukkan data/ fakta yang dijadikan sumber terhadap pemecahan masalah

c) Siswa menunjukkan pertimbangan positif dan negatif dalam pemecahan masalah d) Siswa mengambil kesimpulan

berdasar-kan diskusi kelompok

e) Siswa mneyebutkan pemecahan yang diambil oleh kelompok

f) Siswa memberikan penjelasan lain jika diperlukan

Masalah yang dipecahkan siswa dalam siklus I berupa dilema moral yang terjadi di masyarakat. Materi pada pertemuan I siklus I difokuskan pada materi pokok yaitu masalah sosial. Untuk menunjukkan perilaku positif terhadap upaya peningkatan dan kesadaran dalam menanamkan sikap dan perilaku yang baik, guru memulai pelajaran dengan melakukan apersepsi sebagai upaya menarik minat siswa dalam mengikuti pelajaran dnegan cara memberikan pertanyaan – pertanyaan singkat yang pernah dibicarakan pada pertemuan sebelumnya. Selanjutnya guru meminta siswa untuk menempatkan diri sesuai dengan pembagian kelompok yang ada kemudian mendiskusikan materi pelajaran.


(24)

Pada kegiatan inti, guru menyampaikan indikator pembelajaran dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami siswa. Siswa memperhatikan dan menyimak penjelasan guru dengan seksama. Kemudian siswa di-minta untuk membentuk kelompok. Jumlah kelompok yang dibentuk ada lima kelompok dengan masing – masing kelompok berang-gotakan delapan orang. Setelah siswa bentuk kelompok, selanjutnya guru mem-bagikan tugas kepada kelompok untuk didis-kusikan dengan tugas yang berbeda antara kelompok satu dengan lainnya.

Selama siswa menyelesaikan tugas kelompok, guru mengamati dan membimbing kerjasama secara bergiliran. Pada bagian penutup guru mengkoordinir pengumpulan hasil diskusi siswa dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya terhadap hal yang belum dimengerti dan memberikan penjelasan sejelas – jelasnya kepada murid. Setelah memeriksa tugas siswa dan tidak ada lagi pertanyaan yang di-ajukannya, guru kemudian menutup materi pelajaran dengan berdoa dan diakhiri dengan salam.

Tabel 4. 7

Aspek Penanaman Nilai Moralitas dalam Pembelajaran IPS Siklus Pertama Tindakan I


(25)

No Kategori

Penilaian Ketuntasan Kelas

Skor Kelas

Rata - rata

Jml Siswa

% 1 Aspek moral siswa

dalam aktivitas individu

347 17,35 18 50

2 Aspek moral siswa dalam aktivitas kelompok

344 17,2 15 35

3 Aspek moral siswa dalam aktivitas kelas

342 17,1 14 30

Berdasarkan data observasi siklus pertama tindakan I didapatkan bahwa masih rendahnya tingkat ketuntasan belajar siswa dalam memahami konsep nilai moralitas, kondisi ini dapat dilihat dari skor yang dicapai siswa berdasarkan lembar observasi yang dilakukan. Pada aspek moral siswa dalam aktivitas individu diperoleh bahwa dari 35 jumlah siswa kelas V hanya 18 siswa atau 50% yang telah menerapkan aspek ini, sedangkan rata – rata pencapaian kelas sebesar 17,35 dari 347 skor yang diperoleh siswa. Untuk kategori kedua, yaitu pada aspek moral siswa dalam aktivitas kelompok, didapatkan bahwa skor yang diperoleh seluruh siswa sebesar 344 dengan rata – rata pencapaian sebesar 17,2, dan hanya 15 siswa atau 35% yang telah menerapkan konsep ini secara baik.


(26)

Sedangkan untuk aspek moral siswa dalam aktivitas kelas, didapatkan skor pencapaian kelas sebesar 342 dengan rata – rata kelas sebesar 17,1 dari data tersebut didapatkan bahwa tingkat ketuntasan kelas dalam menerapkan konsep ini secara baik berjumlah 14 siswa atau baru mencapai taraf 30%.

2) Pelaksanaan Tindakan Siklus Pertama Pertemuan ke 2

Pertemuan ke dua ini merupakan kelan-jutan dari pertemuan pertama dengan materi pokok “masalah sosial”. Seperti pada per-temuan pertama, guru memulai pelajaran dengan melakukan apersepsi yaitu menga-jukan beberapa pertanyaan singkat untuk dijawab siswa, hal ini dilakukan untuk memfokuskan perhatian siswa. Pertanyaan tersebut menyangkut materi yang sudah diajarkan.

Sebelum dilaksanakan kegiatan inti guru menyampaikan tata cara siswa dalam melaku-kan diskusi supaya lebih terarah. Di samping itu guru juga memotivasi siswa agar berperan aktif dalam setiap kegiatan dengan mengajukan pertanyaan kepada kelompok lain yang sedang mempresentasikan tugas kelompok atau menjawab pertanyaan yang diajukan dari siswa yang lain. Selanjutnya


(27)

siswa bergabung dalam kelompok sesuai dengan pembagian kelompoknya untuk mela-kukan diskusi dengan aturan main yang sudah dijelaskan oleh guru. Guru mengamati secara seksama aktivitas siswa selama berlangsungnya diskusi dan mencatat hal – hal yang berlum terjawab.

Pada bagian penutup, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal yang belum jelas. Kemudian menanggapi setiap pertanyaan yang diajukan oleh siswa dan memberikan penjelasan atas persoalan yang tidak terselesaikan pada waktu diskusi. Setelah tanya jawab selesai, guru memotivasi siswa agar kerjasama kelompok terus ditingkatkan dan kepada anggota yang masih pasif untuk giat berperan dalam pertemuan berikutnya. Selanjutnya guru menutup pelajaran dengan berdoa dan mengucapkan salam.

Tabel 4. 8

Aspek Penanaman Nilai Moralitas dalam Pembelajaran IPS Siklus Pertama Pertemuan 2

No Kategori

Penilaian Ketuntasan Kelas

Skor Kelas

Rata - rata

Jml Siswa


(28)

1 Aspek moral siswa dalam aktivitas individu

356 17,8 21 60

2 Aspek moral siswa dalam aktivitas kelompok

351 17,55 15 45

3 Aspek moral siswa dalam aktivitas kelas

343 17,15 14 40

Berdasarkan data observasi siklus pertama tindakan II juga didapatkan bahwa masih rendahnya tingkat ketuntasan belajar siswa dalam memahami konsep nilai moralitas, walaupun secara argumentatif telah mengalami peningkatan dibanding pada tindakan I, kondisi ini dapat dilihat dari skor yang diacapai siswa berdasarkan lembar observasi yang dilakukan. Pada aspek moral siswa dalam aktivitas individu diperoleh bahwa dari 35 jumlah siswa kelas V hanya 21 siswa atau 60% yang telah menerapkan aspek ini, sedangkan rata – rata pencapaian kelas sebesar 17,8 dari 356 skor yang diperoleh siswa. Untuk kategori kedua, yaitu pada aspek moral siswa dalam aktivitas kelompok., didapatkan bahwa skor yang diperoleh seluruh siswa sebesar 351 dengan rata – rata pencapaian sebesar 17,55 dan hanya 15 siswa atau 45% yang telah menerapkan konsep ini secara baik. Sedangkan untuk aspek moral siswa dalam aktivitas kelas didapatkan skor


(29)

pencapaian kelas sebesar 343 dengan rata – rata kelas sebesar 17,15 dari data tersebut didapatkan bahwa tingkat ketuntasan kelas dalam menerapkan konsep ini secara baik berjumlah 14 siswa atau baru mencapai taraf 40%.

c. Hasil Tindakan Siklus I

Dari hasil pengamatan yang dilakukan peneliti bersama kolaborator diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1) Pengamatan terhadap guru

Guru telah melaksanakan pembelajaran pada siklus I pertemuan pertama dan kedua sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Guru telah berusaha untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan berpendapat selama pembelajaran berlangsung. Di samping itu guru telah melakukan apresiasi guan menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif sehingga siswa lebih tertarik untuk mengikuti pelajaran. Dominasi guru di kelas juga sudah berkurang sehingga guru tidak lagi bersifat indoktrinasi. Guru juga telah membagi siswa dalam kelompok dan menyampaikan dilema moral untuk dipecahkan siswa secara berkelompok untuk kemudian dipresentasikan.

Pada siklus I baik pertemuan pertama tanggal 12 Maret 2010 dan kedua tanggal 17


(30)

Maret 2010 guru belum dapat mengontrol kerja siswa, hal ini dikarenakan siswa belum mempunyai pengalaman yang cukup terhadap penerapan metode klarifikasi nilai. Guru kelihatan tegang, dalam memberi penjelasan terhadap pertanyaan yang diajukan siswa, maka ketika ada pertanyaan yang berkaitan dengan langkah – langkah metode penanaman nilai, guru tersebut meminta bantuan peneliti untuk menjawabnya.

Guru telah mengawali pelajaran dengan berdoa tetapi belum mengucapkan salam. Dilihat dari kelengkapan perangkat pem-belajaran ternyata guru yang bersangkutan belum memilikinya. Demikian juga guru belum nampak memberikan motivasi belajar siswa supaya aktif mengambil peran dalam setiap kegiatan, hal ini dapat dilihat pada waktu pertemuan pertama dan kedua berlangsung masih banyak siswa ngobrol dan bertanya asyik bermain dengan teman sebelahnya. Di samping itu guru belum aktif memantau dan mengawasi kerja siswa dalam kelompok.

Pada bagian penutup proses pembelajar-an, guru menjelaskan setiap permasalahan yang tidak terselesaikan waktu diskusi berlangsung dan selanjutnya, memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan. Setelah tanya jawab dirasa cukup, guru


(31)

menutup pelajaran dengan berdoa tetapi belum diakhiri dengan mengucap salam.

2) Pengamatan terhadap Siswa

Pada tindakan ini kerjasama kelompok untuk menyelesaikan tugas cukup baik, hal ini terbukti siswa dapat mengumpulkan tuags kelompok sesuai dengan langkah – langkah kerja dalam metode klarifikasi nilai. Demikian juga siswa telah memberikan kepercayaan kepada orang lain atas dasar kemampuan untuk mempresenatsikan tugas kelompok. Hal positif yang dapat diamati berkaitan dengan nilai moral dari siswa yaitu kesediaan untuk melaksanakan hasil keputusan bersama dan keikhlasan untuk menjunjung tinggi keputusan bersama.

d. Refleksi

Setelah siklus I berakhir, peneliti mendiskusikan dnegan guru mengenai aktivitas belajar siswa dengan menggunakan metode klarifikasi nilai. Penetapan metode ini pada siklus I belum dapat dilaksanakan secara optimal indikasinya siswa belum banyak berperan dalam kelompok, di samping itu juga karena guru baru pertama kali menerapkan metode tersebut.

1) Pengamatan terhadap guru

Hasil observasi terhadap guru IPS terhadap penerapan metode penanaman nilai moral menunjukkan respon yang baik,


(32)

meskipun pelaksanaan tindakan pada siklus I guru masih canggung dan bingung mengajar dengan model pembelajaran ini karena belum biasa menggunakan. Dari pemantauan peneliti banyak hal yang sudah dilaksanakan guru seperti guru sudah mengawali pelajaran dengan berdoa, memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya, tidak lagi mendominasi pelajaran, menggunakan metode klarifikasi nilai dalam pembelajaran IPS, membagi sisiwa dalam kelompok, serta mengakhiri pelajaran dengan doa.

2) Pengamatan terhadap siswa

Suasana pertemuan pertama dalam siklus I siswa masih kelihatan cemas dan kaku karena belum biasa menggunakan metode penanaman nilai. Pada siklus I pertemuan pertama dan kedua motivasi siswa mengikuti pelajaran tergolong rendah, hal ini terlihat ketika guru sudah berkali – kali meminta siswa utnuk segera menampatkan diri sesuai dengan kelom-poknya tidak segera beranjak dari tempat duduknya sehingga siswa belum dapat mengi-kuti pelajaran dengan tertib. Jalannya diskusi juga sangat monoton karena didominasi oleh orang – orang tertentu saja. Pada waktu ada kesempatan bagi kelompok untuk mengajukan pertanyaan atau pendapat terhadap kelompok yang mempresentasikan tugas kelompok


(33)

ter-nyata dari lima kelompok yang ada hanya tiga kelompok yang menggunakannya. Jumlah anak yang angkat bicara selama pertemuan kedua hanya ada 15 anak dari siswa sebanyak 35 yang berarti baru 45% dan itu pun cenderung debat kusir karena tidak ditunjuk seorang moderator dan pemandu jalannya diskusi langsung dilakukan oleh guru.

Rendahnya kemampuan siswa dalam menanamkan nilai – nilai moralitas dalam pem-belajaran juga disebabkan oleh beberapa hal, seperti masih rendahnya kesadaran siswa untuk menghargai perbedaan pendapat bahkan ada beberapa siswa memotong pembicaraan teman yang sedang berlangsung, dari lima kelompok yang ada tiga kelompok cenderung mem-pertahankan pendapat tanpa argumentasi yang dapat dipertanggungjawabkan sehingga siswa cenderung emosi apabila ada kritik yang ditujukan kepada keolompoknya yang dilanjut-kan dengan apersepsi berupa pertanyaan singkat kepada siswa. Pada kegiatan inti pem-belajaran guru memberikan tugas yang dikerja-kan secara kelompok untuk kemudian dipresentasikan pada pertemuan berikutnya. Pada akhir pembelajaran guru selalu mem-berikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal – hal yang belum dimengerti


(34)

dan mengakhiri dengan berdoa dan mengucap-kan salam.

Analisis dan refleksi terhadap aktivitas siswa dalam pelaksanaan tindakan pembelajar-an dengpembelajar-an menggunakpembelajar-an metode penpembelajar-anampembelajar-an nilai menunjukkan keberhasilasn yang masih rendah atas rancangan tindakan yang telah dibuat.

Tabel 4. 9

Tingkat Ketuntasan Nilai Moralitas dalam Pembelajaran IPS Siklus II

No Kategori

Ketuntasan Kelas

Pertemuan I Pertemuan 2

Jml

Siswa %

Jml

Siswa %

1 Aspek moral siswa dalam aktivitas individu

18 50 21 60

2 Aspek moral siswa dalam aktivitas kelompok

12 35 15 45

3 Aspek moral siswa dalam aktivitas kelas

10 30 14 40

Namun demikian ada aktivitas positif yang dilakukan oleh siswa antara lain, siswa telah melakukan aktivitas moral secara individu di mana 18 siswa atau 50% dari 35 siswa pada tindakan I telah mengalami peningkatan sebesar


(35)

60% atau meningkat menjadi 21 siswa pada tindakan II. Aktivitas positif juga terjadi pada aspek moral siswa dalam aktivitas kelompok, di mana siswa yang telah melakukan aktivitas ini sebanyak 12 siswa atau 35%, dan kemudian meningkat sebanyak 15 siswa atau 45% pada tindakan II. Aktivitas positif juga terlihat pada aspek moral siswa dalam aktivitas kelas, di mana telah terjadi peningkatan sebesar 10% dari tindakan I ke tindakan II, kondisi ini terlihat pada tindakan I hanya 10 siswa atau 30% yang telah menerapkan konsep ini secara baik, kemudian meningkat pada tindakan II menjadi 14 siswa atau 40%.

Masih rendahnya penerapan konsep ini disebabkan oleh belum ditingkatkan aktivitas belajar siswa antara lain motivasi siswa dalam mengikuti pelajaran, di mana hanya 45% siswa yang sudah siap melakukan diskusi saat guru memintanya. Dilihat dari keberanian siswa mengajukan pertanyaan kepada kelompok lain baru, menghargai perbedaan pendapat dalam kelas yang masih rendah sehingga beberapa siswa masih sering memotong pembicaraan teman saat diskusi ada tiga kelompok, jalannya diskusi masih didominasi oleh kelompok tertentu yang cenderung mempertahankan pendapat yang kurang dapat dipertanggungja-wabkan dan bahkan cara menanggapi kritik dari


(36)

kelompok lain masih bersifat emosional seba-gaimana ditampilkan oleh kelompok I dan 3.

Berdasarkan hasil kesepakatan yang dilakukan bersama kolaborator dapat disim-pulkan bahwa tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan pembelajaran belum tercapai. Dengan demikian kegiatan dilanjutkan pada siklus berikutnya dengan melakukan revisi terhadap rencangan pembelajaran IPS yang telah dibuat sebelumnya.

4.1.3 Tindakan Siklus II

a. Rancangan pembelajaran Siklus II

Pelaksanaan tindakan pada Siklus II merupakan kelanjutan dari siklus I berhubung proses pembelajaran pada siklus I belum mencapai hasil sesuai denngan rancangan yang ditetapkan maka perlu dilanjutkan pada siklus II. Pembelajaran pada siklus II dilaksanakan sebanyak dua kali pertemuan dengan materi pokok keterbukaan dan jaminan keadilan dengan menggunakan metode klarifikasi nilai. Metode klarifikasi nilai merupakan rancangan tindakan dalam penelitian ini sebagai upaya untuk meningkatkan penanaman nilai – nilai moralitas siswa sehingga tujuan belajar siswa dapat tercapai secara optimal. Untuk mewujudkan nilai – nilai moralitas pada siswa, dalam desain pembelajaran ini guru berperan sebagai fasilitator dan nara


(37)

sumber serta observer selama proses pembelajaran. Sebagai observer guru mengawali aktivitas siswa mengenai motivasi siswa dalam mengikuti pelajaran, diskusi dengan siswa lain, keaktifan mengajukan pertanyaan kepada kelompok lain, ketertiban mengikuti pelajaran, kepemilikan buku pelajaran, ketersediaan mendengarkan orang yang sedang berbicara, kesediaan menghargai perbedaan pendapat, mencari pemecahan masalah apabila ada perbedaan pendapat, keikhlasan menjalankan tugas kelompok, kerjasama dalam kelompok, kesediaan melaksanakan keputusan, memperta-hankan pendapat dengan argumen yang dapat dipertanggungjawabkan serta kemampuan mena-nggapi kritik.

Hasil refleksi dari siklus I diketahui bahwa belum berhasilnya pelaksanaan tindakan secara optimal sesuai dengan rancangan yang telah ditetapkan karena pertama kali mengenal dan menerapkan metode klarifikasi nilai. Di samping itu disebabkan siswa sulit memahami permasalahan yang ada dalam permasalahan moral yang diberikan guru. Penyebab lainnya yaitu belum ditunjuknya moderator untuk memimpin pelak-sanaan diskusi.

Untuk mencapai hasil yang optimal, pada siklus II perlu dibuat rancangan pembelajaran yang memfokuskan pada penanaman nilai – nilai moralitas seperti pada siklus I. Rancangan


(38)

pembelajaran dibuat antara guru dan peneliti kemudian dikonsultasikan untuk ditindaklanjuti dan direvisi pada tindakan berikutnya. Berdasarkan pengamatan peneliti tentang pelaksanaan dan hasil refleksi pada siklus I maka untuk mencapai keberhasilan pada siklus II guru harus bersungguh – sungguh dan lebih cermat melaksanakan pembelajaran dengan metode klarifikasi nilai. Berikut ini contoh rancangan tindakan pembelajaran pendidikan yang mene-kankan pada aspek moralitas siswa dengan meng-gunakan metode penanaman nilai pada siklus II.

Tabel 4. 10

Rancangan Pembelajaran IPS melalui Metode Penanaman Nilai Moral pada Siklus II Tindakan I

Rancangan Siklus II Tindakan I Mata Pelajaran : IPS

Materi Pokok : Masalah Sosial Pokok Bahasan : Pengangguran Kelas/ Semester : V/ Genap Waktu : 2 x 35 menit Pertemuan ke : 1

Kegiatan Aktivitas Pembelajaran Waktu

1. Pendahuluan Persiapan

1. Guru membuka pelajaran dengan salam

2. Guru melakukan apersepsi

3. Guru menyiapkan tugas yang akan


(39)

diberikan kepada siswa

4. Guru memberikan deskripsi tugas yang dikerjakan

5. Guru menjelaskan tata cara kerja lama dalam kelompok

2. Kegiatan Inti Guru membagi siswa dalam kelompok 1. Siswa bekerja sesuai dengan tugas

yang diberikan guru

2. Siswa dalam mengerjakan tugas kelompok mengikuti langkah : a. Siswa menaliarni masalah yang

akan dipecahkan

b. Siswa menemukan data/ fakta yang dijadikan sumber terhadap pemecahan masalah

c. Siswa menunjukkan

pertimbangan positif dan negatif dalam pemecahan masalah

d. Siswa mengambil kesimpulan berdasar diskusi kelompok

e. Siswa menyebutkan penjelasan lain jika diperlukan

60 menit

3. Penutup 1. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya

2. Guru mengkoordinir pengumpulan tugas siswa

3. Guru menutup pelajaran dengan doa dan diakhiri salam

5 menit

Tabel 4. 11

Rancangan Pembelajaran IPS melalui Metode Penanaman Nilai Moral pada Siklus II

Tindakan 2


(40)

Mata Pelajaran : IPS

Materi Pokok : Masalah Sosial Pokok Bahasan : Pengangguran Kelas/ Semester : V/ Genap Waktu : 2 x 35 menit Pertemuan ke : 2

Kegiatan Aktivitas Pembelajaran Waktu

1. Pendahuluan Persiapan

1. Guru membuka pelajaran dengan salam

2. Guru melakukan apersepsi 3. Guru menyiapkan tugas yang

akan diberikan kepada siswa 4. Guru memberikan deskripsi tugas

yasng dikerjakan

5 menit

2. Kegiatan Inti 1. Guru membagi siswa dalam kelompok

2. Siswa bekerja sesuai dengan tugas yang diberikan guru

3. Guru menjelaskan tata cara kerja sama

4. Guru menjelaskasn tata cara diskusi 5. Guru mengamati jalannya diskusi

secara seksama untuk mengetahui tingkat partisipasi siswa

60 menit

3. Penutup 1. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya 2. Guru mengevaluasi jalannya diskusi yang dilaksanakan oleh siswa 2. Guru menjelaskasn permasalahan yang tidak terselesaikan

3. Guru menutup pelajaran dengan doa dan diakhiri salam

5 menit

Dengan dipilih seorang moderator oleh siswa sendiri, pembelajaran yang fokusnya pada moral siswa dalam pembelajaran IPS dengan menggunakan metode penanaman nilai akan bertambah baik.


(41)

Siklus II dilaksanakan sebanyak dua kali pertemuan, dengan alokasi waktu 70 menit untuk pertemuan pertama dan 70 menit untuk pertemuan kedua dalam setiap pertemuan kegiatan pembelajaran berorientasi pada memotivasi peran aktif siswa. Pelaksanaan tindakan pada siklus II merupakan penerapan rancangan yang telah ditetapkan sebelumnya dengan menggunakan tindakan yang telah ditetapkan sebelumnya dengan menggunakan metode penanaman nilai. Pembelajaran tindakan II pada pertemuan pertama dan kedua dilaksanakasn pada materi pokok “masalah sosial”. Selama pelaksanaan tindakan berlangsung guru bersama peneliti mengamati serta mencatat kejadian yang ada sesuai dengan hal – hal yang termuat dalam lembar observasi.

1) Pelaksanaan siklus II pertemuan I

Pertemuan pertama siklus II dilaksanakan pada tanggal 12 Maret 2010 pertemuan pertama pelaksanaan pembelajaran dengan penanaman nilai – nilai moral anak dalam IPS menggunakan metode klarifikasi nilai. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, siswa harus mengikuti langkah – langkah :

a) Siswa memahami masalah yang akan dipe-cahkan

b) Siswa menunjukkan data/fakta yang dija-dikan sumber terhadap pemecahan masalah


(42)

c) Siswa menunjukkan pertimbangan positif dan negatif dalam pemecahan masalah

d) Siswa mengambil kesimpulan berdasar dis-kusi kelompok

e) Siswa menyebutkan pemecahan masalah yang diambil oleh kelompok

f) Siswa memberikan penjalasan lain jika diperlukan

Masalah yang dipecahkan siswa dalam siklus II berupa materi kontekstual yang erat hubungannya dengan masalah sosial. Sesuai dengan rancangan tindakan yang telah ditetapkan, guru memulai pelajaran dengan berdoa dan mengucapkan salam. Untuk menarik minat siswa dalam mengikuti pelajaran, guru memulai pelajaran dengan melakukan apersepsi yaitu dengan cara memberikan pertanyaan–pertanyaan singkat yang pernah dibicarakan pertemuan sebe-lumnya. Selanjutnya guru meminta siswa menempatkan diri sesuai dengan pembagian kelompok yang ada kemudian mendis-kusikan materi pelajaran.

Pada kegiatan inti, guru menyampaikan indikator pembelajaran dengan mengguna-kan bahasa yang mudah dipahami siswa. Siswa memperhatikan dan menyimak penjelasan guru dengan seksama. Kemudian siswa diminta untuk membentuk kelompok.


(43)

Jumlah kelompok yang dibentuk ada lima kelompok dengan masing – masing kelompok beranggotakan delapan orang. Karena jumlah siswa kelas V ada 35 anak, maka untuk satu kelompok beranggotakan tujuh anak. Setelah siswa membentuk kelompok, selanjutnya guru membagikan tugas kepada kelompok untuk didiskusikan dengan tugas yang berbeda antara kelompok satu dengan lainnya.

Selama siswa menyelesaikan tugas kelompok, guru mengamati dan membimbing kerja sama secara bergiliran. Pada bagian penutup guru mengkoordinir pengumpulan hasil diskusi siswa dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya terhadap hal yang belum dimengerti dan memberikan penjelasan sejelas mungkin kepada murid. Setelah memeriksa tugas siswa dan tidak ada lagi pertanyaan yang diajukannya, guru kemudian menutup materi pelajaran dengan berdoa dan diakhiri dengan salam.

2) Pelaksanaan Siklus II Pertemuan ke 2

Pertemuan kedua ini merupakan kelanjutan dari pertemuan pertama dengan materi pokok keterbukaan dan jaminan keadilan. Seperti pada pertemuan pertama, guru memulai pelajaran dengan berdoa dan


(44)

mengu-capkan salam dilanjutkan dengan melakukan apersepsi yaitu mengajukan beberapa per-tanyaan singkat untuk dijawab siswa, hal ini dilakukan untuk memfokuskan perhatian siswa. Pertanyaan tersebut menyangkut materi yang sudah diajarkan.

Sebelum dilaksanakan kegiatan inti guru menyampaikan tata cara siswa dalam melakukan diskusi supaya lebih terarah. Di samping itu guru juga memotivasi siswa agar berperan aktif dalam setiap kegiatan dengan mengajukan pertanyaan kepada kelompok lain yang sedang mempresentasikan tugas kelompok atau menjawab pertanyaan yang diajukan dari kelompok lain. Selanjutnya siswa bergabung dalam kelompok sesuai dengan pembagian kelompoknya untuk melakukan diskusi dengan aturan main yang sudah dijelaskan oleh guru. Guru mengamati secara seksama aktivitas siswa selama berlangsungnya diskusi dan mencatat hal – hal yang belum terjasab.

Pada bagain penutup, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal yang belum jelas dan menanggapi setiap pertanyaan yang dilakukan siswa serta memberikan penjelasan atas persoalan yang tidak terselesaikan pada waktu diskusi. Setelah tanya jawab selesai, guru memotivasi siswa agar kerja sama kelompok terus ditingkatkan dan


(45)

kepada anggota yang masih pasif untuk giat berperan dalam pertemuan berikutnya. Selanjutnya guru menutup pelajaran dengan berdoa dan mengucapkan salam.

c. Hasil Tindakan Siklus II

Dari hasil pengamatan yang dilakukan peneliti bersama kolaborator, diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1) Pengamatan terhadap Guru

Guru telah melaksanakan pembelajaran pada siklus II pertemuan pertama dan kedua sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Tidak seperti pada siklus sebelumnya, pada siklus II ini guru sudah tidak canggung dan langsung sehingga hampir semua pertanyaan yang dilakukan oleh siswa berkaitan dengan penerapan metode klarifikasi nilai dapat dijawab dengan baik. Guru telah berusaha untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan berpendapat selama pembelajaran berlangsung. Di samping itu guru tetap melakukan apersepsi guna menciptakan susasana pembelajaran yang kondusif untuk menarik perhatian siswa mengikuti pelajaran. Dominasi guru di kelas juga sudah berkurang sehingga guru tidak lagi bersifat indoktrinasi. Guru juga telah membagi siswa dalam kelompok dan menyamppaikan tugas untuk dipecahkan


(46)

siswa secara berkelompok dengan topik :”Pengangguran” untuk kemudian dipresentasi-kan.

Pada siklus II pertemuan pertama tanggal 12 Maret 2010 dan kedua tanggal 27 maret 2010 sudah banyak peningkatan dalam pembelajaran dibanding pada siklus I. guru mulai mengontrol kegiatan siswa, hal ini dikarenakan guru sudah mempunyai penga-laman dari siklus I terhadap penerapan metode klarifikasi nilai. Guru sudah tidak begitu kaku dalam menyampaikan penjelasan terhadap pertanyaan yang diajukan siswa, maka ketika ada pertanyaan dari siswa mengenai langkah – langkah metode klarifikasi nilai guru tidak lagi meminta bantuan peneliti utnuk menjawabnya. Hanya dalam pertemuan pertama dan kedua siklus II guru belum menguasai materi secara baik terbukti ketika ada beberapa pertanyaan yang diajukan siswa guru belum menjalas-kannya secara fokus dan bahkan ada beberapa penjelasan guru yang tidak benar.

Guru telah mengawali pelajaran dengan berdoa dan mengucapkan salam. Dilihat dari kelengkapan perangkat pembelajaran ternyata guru yang bersangkutan masih belum memilikinya. Guru sudah nampak memberikan motivasi belajar siswa supaya aktif mengambil peran dalam setiap kegiatan, hal ini dapat


(47)

dilihat pada waktu pertemuan pertama dan kedua berlangsung begitu guru meminta siswa untuk melakukan diskusi sebagian siswa sudah bergabung dalam kelompoknya meskipun ada satu kelompok yang asyik ngobrol dan bermain dengan teman sebelahnya. Namun demikian guru sudah aktif memantau dan mengawasi kerja siswa dalam kelompok sesuai dengan lembar observasi dan rancangan yang telah ditetapkan.

Psda bagian penutup proses pembela-jaran, guru menjelaskan setiap permasalahan yang tidak terselesaikan dalam diskusi dan selanjutnya memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan. Setelah tanya jawab dirasa cukup, guru menutup pelajaran dengan berdoa dan diakhiri dengan mengucap salam.

2) Pengamatan terhadap Guru

Suasana pertemuan pertama dalam siklus II siswa sudah tidak kelihatan cemas dan kaku karena sudah mempunyai pengalaman meng-gunakan metode klarifikasi nilai pada siklus II. Pada siklus II pertemuan pertama dan kedua motivasi siswa mengikuti pelajaran tergolong tinggi, hal ini terlihat ketika guru meminta siswa untuk menempatkan diri sesuai dengan kelompoknya hampir semua duduk bergabung dalam kelompoknya masing – masing, hanya


(48)

ada satu kelompok yang masih asyik ngobrol dan gaduh karena revisi terhadap bahan yang akan dipresentasikan belum selesai. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa sudah menyiapkan diri dan dapat mengikuti pelajaran dengan tertib. Jalannya diskusi sudah dipimpin oleh moderator yang disepakati oleh teman – temannya yaitu siswa yang bernama Rusdi dan dapat memimpin pelaksanaan presentasi dengan baik sehingga pembicaraan tidak lagi didominasi oleh orang – orang tertentu. Pada waktu ada kesempatan siswa untuk mengajukan pertanyaan atau pendapat terhadap kelompok yang mempresentasikan tuagsnya, semua kelompok sudah mengguna-kan kesempatan dengan baik. Jumlah anak yang angkat bicara selama pertemuan kedua berlangsung ada 21 anak dari siswa sebanyak 35 yang berarti baru 60% meskipun cenderung didorong oleh teman dalam kelompoknya. Demikian juga kesediaan siswa untuk menghargai perbedaan pendapat sudah baik ketika ada siswa yang mempresentasikan tugas kelompok dan menjawab pertanyaan dari kelompok lain hampir semua siswa menyimak dan tidak asyik ngobrol. Dari lima kelompok yang ada satu kelompok cenderung memperta-hankan pendapat tanpa argumentasi yang dapat dipertanggungjawabkan. Secara ilmiah,


(49)

cende-rung emosi sedangkan untuk empat kelompok lainnya dapat menanggapinya dengan santun apabila ada kritik yang ditujukan kepada kelompoknya.

Sebagaimana yang terjadi pada siklus I kerjasama kelompok untuk menyelesaikasn tugas cukup baik, hal ini terbukti siswa dapat mengumpulkan tugasnyas sesuai dengan langkah–langkah kerja dalam metode klarifikasi nilai. Demikian juga siswa telah memberikan kepercayaan kepada orang lain atas dasar kemampuan untuk mempresentasikan tugas kelompok. Di samping itu hal positif yang dapat diamati dari siswa yaitu kesediaan untuk melaksanakan hasil keputusan bersama dan keikhlasan untuk menjunjung tinggi keputusan bersama.

Tabel 4. 12

Aspek Penanaman Nilai Moralitas dalam Pembelajaran IPS Siklus Kedua Pertemuan 1

No Kategori

Penilaian Ketuntasan Kelas

Skor Kelas

Rata - rata

Jml Siswa


(50)

1 Aspek moral siswa dalam aktivitas individu

357 17,85 21 60

2 Aspek moral siswa dalam aktivitas kelompok

356 17,8 18 50

3 Aspek moral siswa dalam aktivitas kelas

359 17,95 25 70

Berdasarkan data observasi siklus kedua tindakan I didapatkan bahwa masih rendahnya tingkat ketuntasan belajar siswa dalam memahami konsep nilai moralitas, kondisi ini dapat dilihat dari skor yang dicapai siswa berdasarkan lembar observasi yang dilakukan. Pada aspek moral siswa dalam aktivitas individu diperoleh bahwa dari 35 jumlah siswa kelas V hanya 21 siswa atau 60% yang telah menerapkan aspek ini, sedangkan rata – rata pencapaian kelas sebesar 17,85 dari 357 skor yang diperoleh siswa. Untuk kategori kedua, yaitu pada aspek moral siswa dalam aktivitas kelompok, didapatkan bahwa skor yang diperoleh seluruh siswa sebesar 356 dengan rata – rata pencapaian sebesar 17,8 dan hanya 18 siswa atau 50% yang telah menerapkan konsep ini secara baik. Sedangkan untuk aspek moral siswa dalam aktivitas kelompok, didapatkan bahwa skor yang diperoleh seluruh siswa sebesar 356 dengan rata – rata pencapaian sebesar 17,8 dan hanya 18 siswa atau 50% yang telah menerapkan konsep ini secara baik. Sedangkan untuk aspek moral


(51)

siswa dalam aktivitas kelas, didapatkan skor pencapaian kelas sebesar 359 dengan rata – rata kelas sebesar 17,95 dari data tersebut didapatkan bahwa tingkat ketuntasan kelas dalam menerapkan konsep ini secara baik berjumlah 25 siswa atau baru mencapai taraf 70%.

Tabel 4. 13

Aspek Penanaman Nilai Moralitas dalam Pembelajaran IPS Siklus Kedua Pertemuan 1

No Kategori

Penilaian Ketuntasan Kelas

Skor Kelas

Rata - rata

Jml Siswa

%

1 Aspek moral siswa dalam aktivitas individu

359 17,95 25 70

2 Aspek moral siswa dalam aktivitas kelompok

359 17,95 21 60

3 Aspek moral siswa dalam aktivitas kelas

358 17,9 23 65

Berdasarkan data observasi siklus kedua tindakan II juga didapatkan bahwa masih rendahnya tingkat ketuntasan belajar siswa dalam memahami konsep nilai moralitas, walaupun secara argumentatif telah mengalami peningkatan dibanding pada tindakan I, kondisi ini dapat dilihat dari skor yang dicapai siswa berdasarkan lembar observasi yang dilakukan. Pada aspek moral siswa dalam aktivitas individu


(52)

diperoleh bahwa dari 35 jumlah siswa kelas V hanya 14 siswa atau 25% yang telah menerapkan aspek ini, sedangkan rata – rata pencapaian kelas sebesar 17,95 dari 359 skor yang diperoleh siswa. Untuk kategori kedua, yaitu pada aspek moral siswa dalam aktivitas kelompok, didapatkan bahwa skor yang diperoleh seluruh siswa sebesar 359 dengan rata – rata pencapaian sebesar 17,95 dan hanya 21 siswa atau 60% yang telah menerapkan konsep ini secara baik. Sedangkan untuk aspek moral siswa dalam aktivitas kelas, didapatkan skor pencapaian kelas sebesar 358 dengan rata – rata kelas sebesar 17,9 dari data tersebut didapatkan bahwa tingkat ketuntasan kelas dalam menerapkan konsep ini escara baik berjumlah 23 siswa atau baru mencapai taraf 65%.

d. Refleksi Siklus II

Setelah siklus II berakhir, peneliti mendiskusikan dengan guru mengenai aktivitas belajar siswa dengan menggunakan metode klarifikasi nilai. Penerapan metode ini pada siklus II sudah banyak mengalami peningkatan baik dilihat dari persiapan mengajar guru maupun proses pembelajaran di kelas. Hal ini dikarenakan guru sudah mengalami metode penanaman nilai dengan baik, indikasinya siswa sudah banyak berperan dalam


(53)

kelompok. Berdasarkan hasil diskusi disimpulkan bahwa tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan pembelajaran sudah banyak mengalami peningkatan. Dengan demikian, hal – hal positif yang telah dicapai perlu untuk ditentukan sedangkan untuk beberapa item yang belum mencapai hasil yasng optimal perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya dnegan melakukan revisi terhadap rancangan pembelajaran yang telah dibuat sebelumnya.

e. Pembahasan Siklus II

Dari hasil observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode klarifikasi nilai pada siklus II pertanyaan pertama dan kedua guru sudah memulai pembelajaran dengan doa dan mengucapkan salam yang dilanjutkan dengan menyampaikan apersepsi berupa pertanyaan singkat kepada siswa. Pada kegiatan inti pembelajaran guru memberikan tugas yang dikerjakan secara kelompok untuk kemudian dipresentasikan pada pertemuan berikutnya. Hasilnya semua kelompok dapat menyelesaikan tugas sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Pada akhir pembelajaran guru selalu memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal – hal yang belum dimengerti dan mengakhiri dengan berdoa dan mengucapkan salam.

Hasil observasi terhadap guru IPS atas diterapkan metode penanaman nilai menunjukkan


(54)

respon yang baik, tindakan pada siklus II tidak canggung dan bingung mengajar dengan model pembelajaran ini. Dari pemantauan peneliti banyak hal yang sudah dilaksanakan guru seperti guru sudah mengawali pelajaran dengan berdoa dan salam, memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya, guru tidak lagi mendominasi pelajaran, guru menggunakan metode penanaman nilai dalam pembelajaran IPS, guru membagi siswa dalam kelompok, serta mengakhiri pelajaran dengan doa.

Analisis dan refleksi terhadap aktivitas siswa dalam pelaksanaan tindakan pembelajaran dengan menggunakan metode penanaman nilai menunjukkan peningkatan pembelajaran yang berorientasi pada aspek moralitas anak sesuai dengan rancangan tindakan yang telah dibuat.

Tabel 4. 14

Tingkat Ketuntasan Nilai Moralitas dalam Pembelajaran IPS Siklus Kedua

No Kategori Ketuntasan Kelas


(55)

Jml

Siswa %

Jml

Siswa %

1 Aspek moral siswa dalam aktivitas individu

21 60 25 70

2 Aspek moral siswa dalam aktivitas kelompok

18 50 21 60

3 Aspek moral siswa dalam aktivitas kelas

25 70 23 65

Aktivitas positif yang dilakukan oleh siswa antara lain siswa melakukan diskusi dengan sesama teman dan ada 2 dari 35 siswa (kurang dari 10%) yang tidak sportif dalam kelompoknya, mendengarkan orang lain yang sedang berbicara ada 32 dari 35 siswa (90%), memberikan kepercayaan kepada orang lain atas dasar kemampuan tergolong tinggi terbukti semua kelompok menunjuk wakil untuk mempre-sentasikan hasil kerja kelompok dengan kemam-puannya, bekerjasama menyelesaikan tugas ke-lompok, melaksanakan keputusan bersama, serta menjunjung tinggi hasil keputusan bersama. Kesediaan menghargai perbedaan pendapat cukup baik, siswa mendengarkan atas penjelasan dari kelompok lain dengan seksama sehingga tidak memotong pembicaraan teman saat diskusi. Dalam mempertahankan pendapat sudah bersifat ilmiah dan apabila ada perbedaan pendapat dapat dicari penyelesaian yang baik.

Sedangkan aktivitas siswa yang perlu ditingkatkan antara lain : motivasi siswa dalam


(56)

mengikuti pelajaran secara optimal yang ditetap-kan siswa lebih tertib dalam mengikuti pelajaran. Dilihat dari keberanian siswa mengajukan pertanyaan kepada kelompok lain. Di samping itu, semangat siswanya untuk berprestasi belum begitu menggembirakan karena setelah dicermati dari tugas yang dikumpulkan sebagian besar masih bersifat asal mengumpulkan. Di samping itu saat mempresentasikan hasil kelompok, hanya ada 2 kelompok yang secara sungguh – sungguh melaksanakan diskusi misalnya menggunakan media pembelajaran.

4.1.4 Tindakan Siklus Ketiga

a. Rancangan pembelajaran siklus III

Pelaksanaan tindakan pada siklus III merupakan kelanjutan dari siklus II untuk lebih memantapkan dan meyakinkan pencapaian peningkatan pembelajaran yang berorientasi pada penanaman nilai moral anak pada siklus III bukan karena kebetulan tetapi memang sudah dirancang sebelumnya. Pembelajaran pada siklus III dilaksanakan sebanyak dua kali pertemuan pada materi pokok “Masalah Sosial” sudah bergabung dalam kelompok, siap dan tertib dalam mengikuti pelajaran. Dilihat dari keberanian siswa mengajukan pertanyaan kepada kelompok lain termasuk tinggi dilakukan oleh 32 dari 35 siswa (90%). Di samping itu,


(57)

semangat siswa untuk berprestasi sudah menggembirakan, hal ini dilihat ketika siswa mempresentasikan tugasnya semua kelompok menggunakan media yang mudah dipahami kelompok lain untuk lebih memperjelas jawaban. Demikian juga anggota kelompok aktif menjelaskan atas pertanyaan yang diajukan dari kelompok lain.

Dalam pertemuan pertama dan kedua pada siklus II guru menguasai materi secara baik terbukti ketika ada beberapa pertanyaan yang diajukan siswa yang berhubungan dengan isi pelajaran guru dapat menjelaskan dengan tenang dan benar. Namun sampai dengan pelaksanaan siklus II satu hal yang dirasakan belum sesuai dengan yang diharapkan yaitu guru belum mempunyai pernagkat pembelajaran sebagaimana yang dipersyaratkan dalam KTSP.

Pelaksanaan tindakan pada siklus III merupakan kelanjutan dari siklus II untuk lebih memantapkan dan meyakinkan pencapaian peningkatan pembelajaran yang berorientasi pada penanaman nilai moral anak. Pembelajaran pada siklus III dilasknaakan sebanyak dua kali pertemuan pada materi pokok “Masalah Sosial” dengan kompetensi dasar kemampuan menganalisis dan merespon permasalahan yang terjadi di masyarakat dengan metode penanaman nilai, metode penanaman nilai


(58)

merupakan rencana tindakan dalam penelitian ini sebagai upaya untuk menigkatkan proses pembelajaran IPS yang berorientasi pada nilai – nilai moral anak. Supaya tujuan belajar siswa dapat tercapai secara optimal, pelaksanaan siklus III ini, didasarkan hasil refleksi pada siklus II yang menunjukkan adanya peningkatan pembelajaran yang positif, untuk lebih meyakinkan apa yang telah dicapai maka perlu diadakan pembelajaran dengan metode yang sama.

Hasil refleksi dari siklus II diketahui bahwa tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan pembelajaran sudah berhasil meskipun dapat ditingkatkan lagi. Dengan demikian, secara umum pelaksanaan pembelajaran pada siklus II sudah berhasil sesuai dengan yang diharapkan. Motivasi siswa dalam mengikuti pelajaran meningkat cukup berarti. Dilihat dari keberanian siswa mengajukan pertanyaan kepada kelompok lain termasuk tinggi dilakukan oleh 27 dari 35 siswa (75%). Di samping itu, semangat siswa untuk berprestasi sudah menggembirakan, ketika siswa mempresen-tasikan tugasnya kelompok menggunakan siswa yang mudah dipahami kelompok lain untuk lebih memperjelas jawaban. Demikian juga anggota kelompok aktif menjelaskan dan menjawab pertanyaan yang diajukan dari


(59)

ke-lompok lain. Pada siklus II, guru menguasai ma-teri secara baik, ketika ada beberapa per-tanyaan siswa yang berhubungan dengan isi pe-lajaran guru dapat menjelaskan dengan tenang dan benar. Untuk mendapatkan gambar-an yang telah memuaskan hasil yang dicapai pada siklus II maka perlu dilaksanakan siklus III.

Tabel 4. 15

Rancangan Pembelajaran IPS melalui Metode Penanaman Nilai Moral pada Siklus III

Tindakan 1

Rancangan Siklus I Tindakan 1 Mata Pelajaran : IPS

Materi Pokok : Masalah Sosial Pokok Bahasan : Kejahatan Kelas/ Semester : V/ Genap Waktu : 2 x 35 menit Pertemuan ke : 1

Kegiatan Aktivitas Pembelajaran Waktu

1. Pendahuluan Persiapan

1. Guru membuka pelajaran dengan salam. 1 guru melakukan apersepsi

2. Guru menyiapkan tugas yang akan diberikan kepada siswa 3. Guru memberikan deskripsi

tugas yasng dikerjakan 4. Guru menjelaskan tata cara


(60)

kerja lama dalam kelompok 2. Kegiatan Inti 1. Guru membagi siswa dalam

kelompok

2. Siswa bekerja sesuai dengan tugas yang diberikan guru

3. Siswa dalam mengerjakan tugas kelompok mengikuti langkah :

a. Siswa memahami masalah yang akan dipecahkan b. Siswa menemukan data/fakta

yang dijadikan sumber terhadap pemecahan masalah

c.Siswa menunjukkan

pertimbangan positif dan negatif dalam pemecahan masalah d.Siswa mengambil kesimpulan

berdasar diskusi kelompok e.Siswa menyebutkan pemecahan

yang diambil oleh kelompok f.Siswa menyebutkan penjelasan

lain jika diperlukan

60 menit

3. Penutup 1. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya 2. Guru mengkoordinir pengumpulan tugas siswa

3. Guru menutup pelajaran dengan doa dan diakhiri salam

5 menit

Tabel 4. 16

Rancangan Pembelajaran IPS melalui Metode Penanaman Nilai Moral pada Siklus II


(61)

Rancangan Siklus III Tindakan 2 Mata Pelajaran : IPS

Materi Pokok : Masalah Sosial Pokok Bahasan : Kejahatan Kelas/ Semester : IV/ Genap

Waktu : 35 menit

Pertemuan ke : 2

Kegiatan Aktivitas Pembelajaran Waktu

1. Pendahuluan Persiapan

1. Guru membuka pelajaran dengan salam

2. Guru melakukan apersepsi 3. Guru menyiapkan tugas yang

akan diberikan kepada siswa 4. Guru memberikan deskripsi tugas

yang dikerjakan siswa

5 menit

2. Kegiatan Inti 1. Guru membagi siswa dalam kelompok

2. Siswa bekerja sesuai dengan tugas yang diberikan guru

3. Guru menjelaskan tata cara kerja sama

4. Guru menjelaskan tata cara diskusi 5. Guru mengamati jalannya diskusi

secara seksama untuk mengetahui tingkat partisipasi siswa

60 menit

3. Penutup 1. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya 2. Guru mengevaluasi jalannya diskusi yang dilaksanakan oleh siswa 2. Guru menjelaskan permasalahan yang tidak terselesaikan

3. Guru menutup pelajaran dengan doa dan diakhiri salam


(62)

b. Pelaksanaan Tindakan Pada Siklus III

Siklus III dilaksanakan sebanyak dua kali pertemuan, dengan alokasi waktu 70 menit untuk pertemuan pertama dan 70 menit untuk pertemuan kedua. Dalam setiap pertemuan kegiatan pembe-lajaran berorientasi pada memotivasi peran aktif dan semangat berprestasi siswa. Pelaksanaan tindakan pada siklus III merupakan penerapan rancangan tindakan yang telah ditetapkan sebelumnya dengan menggunakan metode penanaman nilai. Pembelajaran tindakan III pada pertemuan pertama dan kedua dilaksanakan pada materi pokok “Masalah Sosial”.

1) Pelaksanaan Tindakan III Pertemuan I

Pertemuan pertama Siklus III dilaksa-nakan pada tanggal 12 Februari 2010 pertemuan pertama pelaksanaan pembelajaran yang berorientasi pada aspek moral anak dalam IPS dengan menggunakan metode penanaman nilai. Dalam menyelesaikan tugas kelompok siswa harus menggunakan langkah – langkah :

a) Siswa memahami masalah yang akan dipecahkan

b) Siswa menunjukkan data/ fakta yang dijadikan sumber terhadap pemecahan masalah

c) Siswa menunjukkan pertimbangan positif dan negatif dalam pemecahan masalah


(63)

d) Siswa mengambil kesimpulan berdasar diskusi kelompok

e) Siswa menyebutkan pemecahan yang diambil oleh kelompok

f) Siswa memberikan penjelasan lain jika diperlukan

Masalah yang dipecahkan siswa dalam siklus III berupa materi kontekstual yang erat hubungan dengan masalah sosial yaitu wacana yang bertema :”Mengenal Kejahatan “.

Sesuai dengan rancangan tindakan yang telah ditetapkan, guru memulai pelajaran dengan berdoa dan mengucapkan salam. Untuk menarik minat siswa dalam mengikuti pelajaran, guru memulai pelajaran dengan melakukan apersepsi yaitu dengan cara memberikan pertanyaan – pertanyaan singkat yang pernah dibicarakan pada pertemuan sebelumnya. Selanjutnya guru meminta siswa untuk menempatkan diri sesuai dengan pembagian kelompok yang ada kemudian mendiskusikan materi pelajaran.

Pada kegiatan inti, guru menyampaikan indikator pembelajaran dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami siswa. Siswa memperhatikan dan menyimak penjelasan guru dengan seksama. Kemudian siswa diminta untuk membentuk kelompok. Jumlah kelompok yang dibentuk ada lima kelompok yang masing – masing


(64)

kelompok beranggotakan empat orang. Karena jumlah siswa kelas V ada 35 anak maka untuk satu kelompok dengan anggota empat anak. Setelah siswa membentuk kelompok, selanjutnya guru membagikan tugas kepada kelompok untuk didiskusikan dengan tugas yang berbeda antara kelompok satu dnegan lainnya.

Selama siswa menyelesaikan tugas kelompok, guru mengamati dan membimbing kerjasama siswa secara bergiliran. Pada bagian penutup guru mengkoordinir pengumpulan hasil diskusi siswa dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya terhadap hal yang belum dimengerti dan memberikan penjelasan sejelas mungkin kepada murid. Setelah memeriksa tugas siswa dan tidak ada lagi pertanyaan yang diajukannya, guru kemudian menutup materi pelajaran dengan berdoa dan diakhiri dengan salam.

2) Pelaksanaan Tindakan III Pertemuan I

Pertemuan kedua ini merupakan kelanjutan dari pertemuan pertama dengan materi pokok “masalah sosial”. Seperti pada pertemuan pertama, guru memulai pelajaran dengan berdoa dan mengucapkan salam dilanjutkan dengan melakukan apersepsi yaitu mengajukan beberapa pertanyaan singkat untuk dijawab siswa, hal ini dilakukan untuk memfokuskan perhatian siswa.


(65)

Pertanyaan tersebut menyangkut materi yang sudah diajarkan.

Sebelum dilaksanakan kegiatan inti guru menyampaikan tata cara siswa dalam melakukan diskusi supaya lebih terarah. Di samping itu, guru juga memotivasi siswa agar berperan aktif dalam setiap kegiatan dan menunjukkan semangat berprestasi. Selanjutnya siswa bergabung dalam kelompok sesuai dengan pembagian kelompok utnuk melakukan diskusi dengan aturan main yang sudah dijelaskan oleh guru. Guru mengamati secara seksama aktivitas siswa selama berlang-sungnya diskusi dan menacatat hal – hal yang belum terjawab.

Pada bagian penutup, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal yang belum jelas dan menanggapi setiap pertanyaan yang diajukan siswa serta memberikan penjelasan atas persoalan yang tidak terselesaikan pada waktu diskusi. Setelah tanya jawab selesai, guru memotivasi siswa agar kerja sama kelompok terus ditingkatkan dan kepada anggota yang masih pasif untuk giat berperan dalam pertemuan berikutnya. Di akhir kegiatan guru menutup pelajaran dengan berdoa dan mengucapkan salam.

c. Hasil Tindakan Siklus III

Dari hasil pengamatan yang dilakukan peneliti dengan guru IPS diperoleh kesimpulan sebagai berikut :


(66)

1) Pengamatan terhadap guru

Guru telah melaksanakan pembelajaran pa-da siklus III pertemuan pertama pa-dan kedua sesuai rancangan yang telah ditetapkan. Pada siklus III ini guru selalu memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan berpendapat selama pembelajaran berlangsung, suasana pembelajaran bersifat demo-kratis, terbuka bahkan ada beberapa canda yang menambah hangatnya keadaan. Kesan guru galak, angker dan mendominasi kelas tidak terlihat dalam proses belajar mengajar. Di samping itu guru juga melakukan apersepsi guna menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif untuk menarik perhatian siswa mengikuti pelajaran. Selanjutnya guru membagi siswa dalam kelompok yang anggota – anggota berbeda dari siklus II, kemudian guru menyampaikan tugas untuk dipecahkan siswa secara berkelompok dengan judul :”Tindak Kejahatan di Masyarakat”.

Pada siklus III pertemuan pertama tanggal 12 Februari 2010 dan kedua tanggal 14 Februari 2010 semakin menguatkan hasil yang dicapai pada siklus II. Guru benar – benar dapat mengontrol kerja siswa karena guru sudah mempunyai pengalaman dari siklus I dan II. Guru mempunyai percaya diri yang tinggi, tidak kaku dalam menyampaikan penjelasan terhadap pertanyaan yang diajukan siswa. Dalam pertemuan pertama dan kedua siklus III guru menguasai materi dan mempersiapkan diri secara mantap atas materi yang dipecahkan siswa terbukti


(67)

ketika ada beberapa pertanyaan yang diajukan siswa, guru dapat menjelaskan dengan tenang dan benar. Sebagaimana yang ada dalam rancangan pembelajaran, guru mengawali pelajaran dengan berdoa dan mengucapkan salam dan siswa juga menjawab salam dengan kompak. Untuk kesekian kalinya guru memberikan motivasi belajar siswa supaya aktif dalam mengerjakan tugas kelompok dan presentasi hasil kelompok. Sebaliknya siswa sangat respek dalam pembelajaran ini, pada pertemuan pertama dan kedua berlangsung begitu guru dan peneliti memasuki ruangan kelas, siswa sudah bergabung dalam kelompok siap dan tertib mengikuti pelajaran. Kendala yang masih nampak pada pelakanaan siklus III, seperti pada pertemuan sebelumnya yaitu guru belum mempunyai keleng-kapan perangkat pembelajaran.

Pada bagian penutup proses pembelajaran, banyak sekali siswa yang bertanya dibanding siklus II sehingga guru kekurangan waktu untuk menjelas-kannya. Setelah tanya jawab dirasa cukup, guru me-nutup pelajaran dengan berdoa dan diakhiri dengan mengucap salam.

2) Pengamatan terhadap siswa

Suasana pertemuan pertama dalam siklus III terasa menyenangkan berbeda dengan siklus sebelumnya, begitu guru dan peneliti masuk kelas siswa sudah bergabung dalam kelompok siap menerima tugas dari guru. Pada siklus III pertemuan


(68)

e\pertama dan kedua motivasi siswa mengikuti pelajaran tergolong tinggi, tanpa diminta oleh guru siswa sudah menempatkan diri sesuai dengan kelompok. Hal ini menunjukkan bahwa siswa sudah siap dan tertib mengikuti pelajaran. Bertindak selaku moderator adalah siswa yang bernama Ambang Setiawan yang memimpin dengan tegas tetapi humoris. Pada waktu ada kesempatan bagi siswa untuk mengajukan pertanyaan atau pendapat terhadap kelompok yang mempresentasikan tugasnya semua kelompok juga berebut mengacungkan jari untuk bertanya. Jumlah anak yang ikut berbicara selama pertemuan kedua berlangsung ada 25 anak dari siswa sebanyak 35 yang berarti ada 70%. Demkian juga kesediaan siswa untuk menghargai perbedaan pendapat sudah baik. Ada beberapa siswa yang mempertahankan pendapat tetapi disertai argumentasi yang dapat dipertanggungjawabkan dan jika belum ada titik temu mereka sepakat untuk menanyakan kepada guru/ nara sumber.

Sebagaimana yang terjadi pada siklus I dan II kerjsama kelompok untuk menyelesaikan tugas cukup baik, hal ini terbukti semua kelompok mengumpulkan tugas sesuai dengan langkah – langkah yang ditentukan dan tepat waktu. Demikian juga siswa telah memberikan kepercayaan kepada siswa yang dipandang mampu untuk mewakili kelompok mempresentasikan tugas kelompok. Karena anggota kelompok, pada siklus III tidak sama dengan siklus II


(69)

maka secara otomatis personil yang mewakili kelompok juga berbeda. Berdasar pengamatan peneliti dan guru IPS menyimpulkan bahawa kesediaan siswa untuk melaksanakakan hasil keputusan bersama dan keikhlasan untuk menjunjung tinggi keputusan bersama tergolong tinggi.

Tabel 4. 17

Aspek Penanaman Nilai Moralitas dalam Pembelajaran IPS Siklus Ketiga Pertemuan 1

No Kategori

Penilaian Ketuntasan Kelas

Skor Kelas

Rata - rata

Jml Siswa

%

1 Aspek moral siswa dalam aktivitas individu

359 17,95 25 70

2 Aspek moral siswa dalam aktivitas kelompok

358 17,9 25 70

3 Aspek moral siswa dalam aktivitas kelas

356 17,8 21 60

Berdasarkan data observasi siklus ketiga tindakan I didapatkan bahwa masih rendahnya tingkat ketuntasan belajar siswa dalam memahami konsep nilai moralitas, kondisi ini dapat dilihat dari skor yang dicapai siswa berdasarkan lembar observasi yang dilakukan. Pada aspek moral siswa dalam aktivitas individu diperoleh bahwa dari 35 jumlah siswa kelas V hanya 25 siswa atau 70% yang telah menerapkan


(1)

siswa dapat mengumpulkan tugas kelompok sesuai dengan langkah – langkah kerja dalam metode klarifikasi nilai. Demikian juga siswa telah mem-berikan kepercayaan kepada orang lain atas dasar kemampuan untuk mempresentasikan tugas kelompok. Hal positif yang dapat diamati berkaitan dnegan nilai moral dari siswa yaitu kesediaan untuk melaksanakan hasil keputusan bersama dan keikhlasan untuk menjunjung tinggi keputusans bersama.

Dari hasil observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode pena-naman nilai pada siklus II pertanyaan pertama dan kedua guru sudah memulai pembelajaran dengan doa dan mengucapkan salam yang dilanjutkan dengan menyampaikan apersepsi berupa pertanyaan singkat kepada siswa. Pada kegiatan inti pembelajaran guru memberikan tugas yang dikerjakan secara kelompok untuk kemudian dipresentasikan pada pertemuan berikutnya. Hasilnya semua kelompok dapat menyelesaikan tuags sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Pada akhir pembelajaran guru selalu memberikan kesempatan kepada siswa untuk me-nanyakan hal – hal yang belum dimengerti dan meng-akhiri dengan berdoa dan mengucapkan salam.

Hasil observasi terhadap guru IPS atas diterapkan metode penanaman nilai menunjukkan respon yang baik, tindakan pada siklus II tidak canggung dan bingung mengajar dengan model


(2)

pembelajaran ini. Dari pemantauan peneliti banyak hal yang sudah dilaksanakan guru seperti guru sudah mengawali pelajaran dengan berdoa dan salam, memberikan kesempatan siswa untuk bertanya, guru tidak lagi mendominasi pelajaran, guru menggunakan metode penanaman nilai dalam pembelajaran IPS, guru membagi siswa dalam kelompok, serta mengakhiri pelajaran dengan doa.

Analisis dan refleksi terhadap aktivitas siswa dalam pelaksanaan tindakan pembelajaran dengan menggunakan metode penanaman nilai menunjukkan peningkatan pembelajaran yang berorientasi pada aspek moralitas anak sesuai dengan rancangan tindakan yang telah dibuat. Aktivitas positif yang dilakukan oleh siswa antara lain siswa melakukan diskusi dengan sesama teman dan ada 2 dari 35 siswa (kurang dari 10%) yang tidak sportif dalam kelompoknya, mendengarkan orang lain yang sedang berbicara ada 32 dari 35 siswa (90%), memberikan kepercayaan kepada orang lain atas dasar kemampuan tergolong tinggi terbukti semua kelompok menunjuk wakil untuk mempresenatsikan hasil kerja kelompok dengan kemampuannya, bekerja sama menyelesaikan tugas kelompok, melaksanakan keputusan bersama, serta menjunjung tinggi hasil keputusan bersama. Kesediaan menghargai perbedaan pendapat cukup baik, siswa mendengarkan atas penjelasan dari kelompok lain dengan seksama sehingga tidak memotong pembicaraan teman saat


(3)

diskusi. Dalam mempertahankan pendapat sudah bersifat ilmiah dan apabila ada perbedaan pendapat dapat dicari penyelesaian yang baik.

Sedangkan aktivitas siswa yang perlu ditingkatkan antara lain : motivasi siswa dalam mengi-kuti pelajaran secara optimal yang ditetapkan siswa lebih tertib dalam mengikuti pelajaran. Dilihat dari keberanian siswa mengajukan pertanyaan kepada kelompok lain baru dilakukan oleh 19 dari 35 siswa (55%). Di samping itu, semangat siswanya untuk berprestasi belum begitu menggembirakan karena setelah dicermati dari tugas yang dikumpulkan sebagian besar masih bersifat asal mengumpulkan. Di samping itu saat mempresentasi hasil diskusi kelompok, hanya ada 2 kelompok yang secara sungguh – sungguh melaksanakan diskusi misalnya menggunakan media pembelajaran.

c. Pengamatan terhadap guru

Guru telah melaksanakan pembelajaran pada siklus III pertemuan pertama dan kedua sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Guru telah berusaha untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan berpendapat selama pembelajaran berlangsung. Di samping itu guru telah melakukan apersepsi guna menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif sehingga siswa lebih tertarik untuk mengikuti pelajaran. Dominasi guru di kelas juga sudah berkurang sehingga guru tidak lagi bersifat


(4)

indoktrinasi. Guru juga telah membagi siswa dalam kelompok dan menyampaikan dilema moral untuk dipecahkan siswa secara berkelompok untuk kemudian dipresentasikan.

Pada siklus III baik pertemuan pertama tanggal 12 Maret 2010 dan kedua tanggal 17 maret 2010 guru telah dapat mengontrol kerja siswa, hal ini dikarenakan siswa telah mempunyai pengalaman yang cukup terhadap penerapan metode penanaman nilai. Guru tidak kelihatan tegang dalam memberi penjelasan terhadap pertanyaan yang diajukan siswa, ketika ada pertanyaan yang berkaitan dengan langkah – langkah metode penanaman nilai, guru tidak lagi meminta bantuan peneliti untuk menjawabnya.

Guru telah menagawali pelajaran dengan berdoa dan mengucapkan salam. Dilihat dari kelengkapan perangkat pembelajaran ternyata guru yang bersangkutan telah menyiapkan terlebih dahulu. Demikian juga guru selalu memberikan motivasi belajar siswa supaya aktif mengambil peran dalam setiap kegiatan, hal ini dapat dilihat pada waktu pertemuan pertama dan kedua berlangsung tidak terdapat lagi siswa ngobrol dan asyik bermain dengan teman sebelahnya. Di samping itu guru telah aktif memantau dan mengawasi kerja siswa dalam kelompok.

Pada bagian penutup proses pembelajaran, guru menjelaskan setiap permasalahan yang tidak terselesaikan waktu diskusi berlangsung dan


(5)

selanjutnya memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan. Setelah tanya jawab dirasa cukup, guru menutup pelajaran dengan berdoa dan diakhiri dengan mengucap salam.

d. Pengamatan terhadap Siswa

Pada tindakan ini kerjasama kelompok untuk menyelesaikan tugas cukup baik, hal ini terbukti siswa dapat mengumpulkan tuags kelompok sesuai dengan langkah – langkah kerja dalam metode klarifikasi nilai. Demikian juga siswa telah memberi-kan kepercayaan kepada orang lain atas dasar kemampuan untuk mempresentasikan tugas kelompok. Hal positif yang dapat diamati berkaitan dengan nilai moral dari siswa yaitu kesediaan untuk melaksanakan hasil keputusan bersama dan keikhlasan untuk menjunjung keputusan bersama.

Kerjasama kelompok untuk menyelesaikan tugas telah begitu baik, hal ini terbukti siswa belum dapat melaksanakan keputusan bersama, serta telah mampu mnjunjung tinggi hasil keputusan bersama secara baik. Ini dapat dilihat dari rata – rata penerapan konsep nilai toleransi siswa, di mana telah tingginya tingkat kesadaran siswa dalam menerapkan konsep ini, baik dalam hal kesediaan mendengarkan orang lain yangs edang berbicara, memberikan kepercayaan kepada orang lain atas dasar kemampuan, bekerjsama menyelesaikan tugas kelompok, kesediaan menghargai perbedaan pendapat seperti mendengarkan penjelasan kelompok lain dengan tidak memotong pembicaraan


(6)

teman saat diskusi. Tidak selalu mempertahankan pendapat dan menerima perbedaan pendapat. Menghormati keberadaan guru di kelas, keberadaan peneliti dan keberadaan teman sebaya.


Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah dan Motivasi Berprestasi dengan Kinerja Guru SD di Kecamatan Bandungan T2 942008125 Bab IV

0 0 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengelolaan Pembelajaran Ips Berbasis Multimedia di SD Negeri Batursari 6 UPTD Dikpora Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak T2 942012072 BAB IV

0 0 38

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Nilai Moralitas Siswa Melalui Pembelajaran IPS di SD Negeri Sidomukti 3 Kecamatan Bandungan

0 0 12

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Nilai Moralitas Siswa Melalui Pembelajaran IPS di SD Negeri Sidomukti 3 Kecamatan Bandungan T2 942008142 BAB I

0 0 10

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Nilai Moralitas Siswa Melalui Pembelajaran IPS di SD Negeri Sidomukti 3 Kecamatan Bandungan T2 942008142 BAB II

0 0 36

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Nilai Moralitas Siswa Melalui Pembelajaran IPS di SD Negeri Sidomukti 3 Kecamatan Bandungan T2 942008142 BAB V

0 0 3

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Model Manajemen Pembelajaran Berbasistik di SD Kristen Satya Wacana Salatiga T2 942014014 BAB IV

0 0 33

T2__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Kinerja Mengajar Guru Melalui Supervisi Akademik Kepala Sekolah Di SD Negeri Sumurboto Banyumanik Semarang T2 BAB IV

0 0 20

T2__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Manajemen Kelas Berbasis Untuk Peningkatan Kualitas Pembelajaran Tematik Di SD Negeri Kebongung 3 Demak T2 BAB IV

0 0 33

T2__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Pembelajaran Melalui Manajemen Biaya Operasional Sekolah Di Sekolah Dasar Negeri Mijen ebonagung Demak T2 BAB IV

0 1 30