Kesiapan Memasuki Dunia Kerja

11

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Kesiapan Memasuki Dunia Kerja

Simanjuntak dalam Wena 1996:121 proses penyiapan tenaga kerja pada dasarnya dapat dilakukan melalui jalur pendidikan formal, jalur latihan kerja, dan jalur pemantapan dalam pengalaman lapangan kerja, sehingga jelas terlihat bahwa perencanaan tenaga kerja merupakan bagian integral dari perencanaan pembangunan dan sekaligus mencakup perencanaan pendidikan. Tenaga kerja yang dibutuhkan oleh dunia industri menurut Wena 1996: 48 adalah tenaga kerja dengan karateristik sebagai berikut: 1. Terampil, berarti tenaga kerja yang betul-betul menguasai keterampilan, baik segi kognitif, afektif maupun psikomotoriknya. 2. Profesional, berarti tenaga kerja yang betul-betul menguasai bidang keahliannya. 3. Produktif, berarti tenaga kerja yang betul-betul mampu menghasilkan karya atau menunjukkan unjuk kerja yang maksimal. 4. Beretos kerja tinggi, berarti tenaga kerja yang betul-betul memiliki etika kerja yang tinggi dalam melakukan tugasnya. 5. Sikap kerja wirausaha, berarti tenaga kerja yang mampu mengembangkan usahanya secara mandiri, tanpa selalu bergantung pada pihak lain. Hukum kesiapan law of readness menurut Mustaqim 2008: 49 yaitu sebagai berikut : 1. Bila sudah ada “kecenderungan bertindak” lalu bertindak akan membawa kepuasan dan tidak akan ada tindakan-tindakan lain untuk mengubah kondisi itu. 2. Bila sudah ada “kecenderungan bertindak” tetapi tidak bertindak akan menimbulkan ketidakpuasan. Hal ini akan menimbulkan respon-respon lain untuk mengurangimeniadakan ketidakpuasan. 3. Apabila belum ada “kecenderungan bertindak” dipaksa bertindak maka akan menimbulkan ketidakpuasan untuk menghilangkan mengurangi ketidakpuasan tersebut akan muncul tindakan lain. Kesiapan menurut Soemanto sebagaimana dikutip oleh Fatchurrochman 2011, kesiapan merupakan ketersediaan seseorang untuk berbuat sesuatu. Senada dengan pendapat tersebut, Slameto 2003:113 mengungkapkan, kesiapan adalah keseluruhan kondisi seseorang yang membuatnya siap untuk memberi responjawaban di dalam cara tertentu terhadap suatu situasi. Penyesuaian kondisi pada suatu saat akan berpengaruh pada atau kecenderungan untuk memberi respon. Kondisi ini mencakup setidak-tidaknya 3 aspek yaitu: 1. Kondisi fisik, mental dan emosional Dalam kondisi fisik, mental dan emosional yang stabil, seseorang akan lebih mudah memberikan respon terhadap suatu situasi. Jika dikaitkan dengan penelitian ini, dalam kondisi fisik, mental dan emosional yang stabil dalam artian tidak ada gangguan yang berarti seseorang akan lebih konsentrasi dan mudah untuk menerima ilmu dan pengetahuan selama pembelajaran berlangsung dan siap menerapkannya ketika praktik kerja industri 2. Kebutuhan- kebutuhan, motif dan tujuan Dalam memenuhi kebutuhan seseorang akan terdorong dan termotivasi untuk segera memenuhi kebutuhan tersebut serta mencapai tujuannya tersebut. Hubungan antara kebutuhan, motif, tujuan dan kesiapan adalah sebagai berikut: a Kebutuhan ada yang disadari dan ada yang tidak disadari. b Kebutuhan yang tidak disadari akan mengakibatkan tidak adanya dorongan untuk berusaha. c Kebutuhan mendorong usaha, dengan kata lain akan timbul motif. d Motif tersebut diarahkan ke pencapaian tujuan. 3. Keterampilan, pengetahuan dan pengertian lain yang telah dipelajari Dalam pekerjaan sehari-hari keterampilan itu tidak cukup pada hal-hal yang berhubungan dengan pendidikan saja yang didapat di bangku sekolah, tetapi harus ditunjang dengan keterampilan lainnya seperti keterampilan menganalisis, keterampilan perencanaan, keterampilan berkomunikasi serta keterampilan bersosialiasi. Seorang profesional harus memiliki pengetahuan, baik yang spesifik maupun yang umum. Pengetahuan tidak cukup diperoleh dari hasil pembelajaran di sekolah, tetapi hasrus ditambah secara terus menerus. Semakin banyak pengetahuan yang diketahuinya, maka semakin luas wawasan yang dimilikinya. Kesiapan yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah tingkat kesiapan siswa untuk bekerja sesuai dengan kompetensi keahlian di bidang Akuntansi setelah melakasanakan program praktik kerja industri serta penyerapan teori dan praktik akuntansi melalui pembelajaran mata diklat produktif sehingga mampu dan siap untuk memasuki dunia kerja terutama di bidang Akuntansi.

2.1.1 Prinsip-prinsip Kesiapan Kerja

Thorndike dalam Slameto 2003:114 kesiapan adalah prasyarat untuk belajar berikutnya, ini menurut belajar asosiatif. Prinsip-prinsip Readiness kesiapan: 1. Semua aspek perkembangan berinteraksi saling pengaruh mempengaruhi. 2. Kematangan jasmani dan rohani adalah perlu untuk memperoleh manfaat dari pengalaman. 3. Pengalaman-pengalaman mempunyai pengaruh yang positif terhadap kesiapan. 4. kesiapan dasar untuk kegiatan tertentu selama masa pembentukan dalam masa perkembangan Slameto, 2003:115.

2.1.2 Aspek-aspek Kesiapan

Menurut Slameto 2003:115 aspek-aspek kesiapan terdiri dari: 1. Kematangan maturation Kematangan adalah proses yang menimbulkan perubahan tingkah laku sebagai akibat dari pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan mendasari perkembangan, sedangkan perkembangan ini berhubungan dengan fungsi-fungsi tubuh + jiwa sehingga terjadi diferensiasi. Latihan-latihan yang diberikan pada waktu sebelum anak matang tidak akan memberi hasil. 2. Kecerdasan Menurut J. Piaget dalam Slameto 2003:115 perkembangan kecerdasan adalah sebagai berikut: a. Sensori motor period 0 – 2 tahun Anak banyak bereaksi reflek, reflek tersebut belum terkoordinasikan. Terjadi perkembangan perbuatan sensori motor dari yang sederhana ke yang relatif lebih kompleks. b. Preoperational period 2 – 7 tahun Anak mulai mempelajari nama-nama dari objek yang sama dengan apa yang dipelajari orang dewasa. c. Concrete operation 7 – 11 tahun Pikiran anak sudah mulai stabil dalam arti aktivitas batiniah internal action, dan skema pengamatan mulai diorganisasikan menjadi sistem pengerjaan yang logis logical operational system. d. Formal operation lebih dari 11 tahun Kecakapan anak tidak lagi terbatas pada objek-objek yang konkret serta ia dapat memandang kemungkinan-kemungkinan yang ada melalui pemikirannya dapat memikirkan kemungkinan-kemungkinan, dapat mengorganisasikan situasimasalah, dapat berpikir dengan betul dapat berpikir yang logis, mengerti hubungan sebab akibat, memecahkan masalahberpikir secara ilmiah. Menurut Syamsul 1994:54, kesiapan terhadap sesuatu akan terbentuk jika tercapai perpaduan antara tiga faktor yaitu: 1. Tingkat Kematangan Tingkat kematangan adalah suatu saat dalam perkembangan yang berfungsi fisik atau mental telah mencapai perkembangan sempurna dalam arti siap digunakan. Kematangan tidak dapat dipengaruhi bila saatnya belum tiba, tetapi dengan latihan, tingkat kematangan dapat tercapai. Pada saat inilah kematangan dapat memberikan hasil yang maksimal karena pada saat inilah seseorang individu dapat memiliki kesiapan sehingga mempunyai kemungkinan yang terbaik untuk melaksanakan kemampuan tertentu. 2. Pengalaman-Pengalaman yang diperlukan Pengalaman merupakan salah satu penentuan kesiapan kerja. Untuk menciptakan kesiapan seseorang terhadap suatu pekerjaan dapat direncanakan melalui pengalaman yang diberikan pada orang tersebut. Piaget membedakan ada dua macam pengalaman: 1 Pengalaman fisis, terdiri tindakan atau aksi seseorang terhadap objek yang dihadapi untuk mengabstraksikan sifat-sifat. 2 Pengalaman matematis-logis, terdiri dari tindakan terhadap objek untuk mempelajari akibat tindakan-tindakan terhadap objek itu. Pengalaman merupakan pengetahuan atau keterampilan yang sudah dikuasai seseorang sebagai akibat dari perbuatan atau pekerjaan yang telah dilakukan sebelumnya selama jangka waktu tertentu. Jadi seseorang baru dapat dikatakan berpengalaman apabila telah memiliki tingkat penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang banyak sesuai dengan bidang pekerjaannya. Dari definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa pengalaman adalah tingkat penguasaan serta pemahaman seseorang dalam bidang yang diminatinya yang dapat diukur dari lama kegiatan belajar serta tingkat pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya. Pengalaman dapat diperoleh melalui pendidikan dan latihan. Pada dasarnya pendidikan dimaksudkan guna mempersiapkan tenaga kerja sebelum memasuki lapangan pekerjaan, agar pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh sesuai dengan syarat yang dikehendaki oleh suatu jenis pekerjaan. 3. Keadaan Mental dan Emosi yang Serasi Sikap kerja perlu dimiliki seseorang dalam bekerja. Dengan sikap kerja yang baik seseorang akan bekerja penuh tanggung jawab, jujur, percaya diri dan mampu menghadapi kesulitan yang dihadapi serta menentukan keberhasilan bekerja. Bila sikap kerja dikaitkan dengan kesiapan mental dari seseorang atau individu untuk memasuki dunia kerja maka diperlukan adanya kematangan emosional seseorang yang akan bekerja dan minat untuk bekerja. Selain itu, seseorang dalam bekerja harus memiliki keahlian atau kemampuan tertentu berupa tenaga, waktu dan pikiran yang dijual kepada pihak lain atau orang lain untuk mendapat imbalan yang terukur, biasanya dalam bentuk uang, untuk memenuhi nafkah hidupnya dengan segala resiko yang diperhitungkan. Dalam bekerja seseorang, seseorang perlu membekali dirinya dan terus menerus selalu berusaha memperbaiki diri agar kompetensidapat diakui serta mampu berkompetisi dengan pihak-pihak lain, terutama dalam bidang profesi sejenis. Adapun bekal yang diperlukan oleh seorang dalam bekerja adalah ilmu pengetahuan dalam bidang profesinya, keterampilan, mental, sikap, serta integritas diri. Selain itu diperlukan juga pengetahuan lain, sikap diri yang positif, kesehatan dan kebugaran fisik yang prima, agar dapat menjalankan tugas-tugas profesinya dengan baik. Menurut Gunawan 1999:29 faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan kerja adalah: 1 Ilmu dan Pengetahuan Seorang profesional harus mempunyai ilmu dan pengetahuan, baik yang spesifik maupun yang umum. Pengetahuan dan ilmu ini tidak cukup diperoleh dari hasil pelajaran semalam disekolah, tetapi harus ditambah secara terus menerus. Semakin banyak pengetahuan yang diketahuinya, maka semakin luas wawasan yang dimilikinya. 2 Keterampilan Pengetahuan saja tidak cukup karena hal tersebut berupa pengetahuan yang teoritis untuk itu perlu dipraktikkan dalam segala kesempatan terutama pada waktu menjalankan tugas kerja, yang akan menjadi pengalaman. Ilmu dan pengetahuan ditambah dengan pengalaman akan menjadi keterampilan untuk mempraktikan pengetahuan. 3 Mental dan sikap Dalam menerapkan ilmu dan pengetahuan, tidak cukup keterampilan saja yang dikembangkan, tetapi harus dibarengi dengan pengembangan dalam menerapkan mental dan sikap seorang profesional. Mental adalah suatu perwujudan dari sikap batin seseorang yang akan mendorong tingkah lakunya dalam menghadapi kenyataan, misalnya sikap berani, tahan uji, ulet, dan lain-lain. Sedangkan sikap adalah bagaimana cara kita menghadapi kenyataan. Bentuk dari sikap diantaranya berupa: a Berpikir positif b Selalu optimis c Mampu menghadapi resiko apapun d Selalu ingin mengembangkan diri e Mempunyai motivasi yang tinggi terhadap pencapaian prestasi f Percaya diri g Kreatif h Ulet, gigih, tekun, sabar, cerdik dan tahan banting i Mudah beradaptasi dengan lingkungan dan tuntutan baru j Kepemimpinan k Mampu menemukan dan mengembangkan sesuatu yang bermanfaat atau berinovasi l Mampu menghadapi dan mengelola resiko Faktor-Faktor yang mempengaruhi kinerja prestasi kerja menurut Mangkunegara 2008: 67 yaitu: 1. Faktor Kemampuan Terdiri dari kemampuan potensi IQ dan kemapuan reality knowledge + skill. Seseorang yang memiliki IQ di atas rata-rata dan memiliki kemampuan dengan pendidikan yang memadai maka ia akan mudah mencapai kinerja yang diharapkan. Oleh karena itu, penempatan pekerjaan harus disesuaikan dengan keahlian yang dimiliki seseorang. 2. Faktor Motivasi Motivasi terbentuk dari sikap seseorang dalam menghadapi situasi kerja. Motivasi merupakan kondisi yang menggerakkan diri yang terarah untuk mencapai tujuan organisasi. Sikap mental merupakan kondisi mental yang mendorong diri seseorang untuk berusaha mencapai prestasi kerja secara maksimal. Anoraga 2006:35 motivasi adalah pemberian atau penimbulan motif. Atau dapat pula diartikan hal atau keadaan menjadi motif. Sedangkan menurut Prof. PF. Drucker dalam Anoraga 2006:38 motivasi berperan sebagai pendorong kemauan dan keinginan seseorang. Dan inilah motivasi dasar yang mereka usahakan sendiri untuk menggabungkan dirinya dengan organisasi untuk turut berperan dengan baik. Motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia. Dalam motivasi terkandung adanya keinginan yang mengaktifkan, menggerakan, menyalurkan, dan mengarahkan sikap dan perilaku individu Dimyati dan Mudjiono, 2002:80. Herzberg dalam Anoraga 2006:39-40 menyatakan sistem kebutuhan- kebutuhan orang yang mendasari motivasinya, dapat dibagi menjadi dua golongan: 1. Hygience Factors a. Status b. Hubungan antar manusia c. Supervisi d. Peraturan-peraturan perusahaan dan administrasi e. Jaminan dalam pekerjaan f. Kondisi kerja g. Gaji h. Kehidupan pribadi 2. Motivational Factors Motivators a. Pekerjaannya sendiri b. Achievment c. Kemungkinan untuk berkembang d. Tanggung jawab e. Kemajuan dalam jabatan f. Pengakuan Orang-orang yang motivasi berkarirnya baik ditandai dengan: 1. Menyukai situasi kerja yang menuntut tanggung jawab pribadi, sebagai tantangan untuk maju. 2. Memilih tujuan yang realistis sebagai upaya untuk mengembangkan karir. 3. Cekatan dalam menyelesaikan pekerjaan dengan mengharapkan cepat memperoleh umpan balik. 4. Senang bekerja sendiri dan bersaing untuk menunjukkan kemajuan prestasinya. 5. Mampu menangguhkan pemuasan sesaat, demi kemajuan karir yang lebih baik. Anoraga 2006:35 motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan semangat atau dorongan kerja. Oleh sebab itu, motivasi kerja dalam psikologi karya biasa disebut pendorong semangat kerja. Kuat dan lemahnya motivasi kerja seorang tenaga kerja ikut menentukan besar kecilnya prestasinya. Kondisi fisiologis dan psikologis yang terdapat didalam diri pribadi seseorang yang mendorongnya untuk melakukan aktifitas tertentu guna mencapai suatu tujuan, orang yang motivasi kerjanya tinggi dimulai dengan: 1. Menyukai tugas kantor yang menuntut tanggung jawab pribadi. 2. Mencari situasi dimana bekerja memperoleh umpan balik dengan segera baik dari pimpinan maupun teman sejawat. 3. Senang bekerja sendiri, sehingga kemampuan diri dapat dikedepankan. 4. Senang bersaing mengungguli prestasi bekerja orang lain. 5. Memiliki kemapuan menagguhkan pemuasan keinginan demi pekerjaan. 6. Tidak hanya sekedar mendapatkan uang, status atau keuntungan lainnya. Anoraga 2006:17-19 menyatakan faktor-faktor yang akan meningkatkan produktivitas kerja seorang karyawan adalah: 1. Faktor kepribadian dan kehidupan emosionil karyawan sendiri. 2. Faktor kemungkinan atau kesempatan untuk mendapatkan kemajuan opportunities for advancement. 3. Kondisi kerja yang menyenangkan. 4. Good working companion rekan sekerja yang baik. 5. Kompensasi, gaji atau imbalan. Maslow dalam Slameto 2003:171 menyatakan bahwa tingkah laku manusia dibangkitkan dan diarahkan oleh kebutuhan-kebutuhan tertentu. Kebutuhan-kebutuhan ini yang memotivasi tingkah laku seseorang dibagi oleh Maslow kedalam tujuh kategori, yaitu fisiologis, rasa aman, rasa cinta, penghargaan, aktualisasi diri, mengetahui dan mengerti, dan kebutuhan estetik. Anoraga 2006:19-21 mengemukakan bahwa diantara kebutuhan hidup manusia terdapat tiga macam kebutuhan, yaitu: 1. Kebutuhan Fisiologis Dasar Kebutuhan ini menyangkut kebutuhan fisik atau biologis, seperti makan, minum, tempat tinggal dan kebutuhan lain yang sejenis. 2. Kebutuhan-kebutuhan Sosial Kebutuhan sosial diperoleh dari hubungan antara atasan dan bawahan. 3. Kebutuhan-kebutuhan Egoistik a. Prestasi b. Otonomi c. Pengetahuan Anoraga 2006:26 mengemukakan keberhasilan dalam pekerjaan sangat bergantung pada motivasi, kesungguhan, disiplin dan keterampilan kerja. Motivasi, disiplin dan keterampilan kerja merupakan hasil usaha dan pengembangan diri yang terus-menerus, naik dilingkungan pendidikan maupun dilingkungan pekerjaan.

2.2 Program Praktik Kerja Industri

Dokumen yang terkait

PENGARUH PENGALAMAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI (PRAKERIN), EFIKASI DIRI, DAN KOMPETENSI AKUNTANSI TERHADAP KESIAPAN KERJA SISWA KELAS XII PROGRAM KEAHLIAN AKUNTANSI DI SMK PGRI 2 KOTA SALATIGA TAHUN

28 222 200

PENGARUH PRESTASI AKADEMIK MATA DIKLAT PRODUKTIF AKUNTANSI, PRAKTIK KERJA INDUSTRI, DAN LINGKUNGAN KELUARGA TERHADAP KESIAPAN KERJA SISWA KELAS XII SMK NEGERI 1 KEBUMEN PROGRAM KEAHLIAN AKUNTANSI

4 32 172

PENGARUH KOMPETENSI AKUNTANSI DAN PENGALAMAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI TERHADAP KESIAPAN Pengaruh Kompetensi Akuntansi Dan Pengalaman Praktik Kerja Industri Terhadap Kesiapan Kerja Siswa Kelas XI Program Keahlian Akuntansi SMK Batik 2 Surakarta.

0 4 11

PENGARUH KOMPETENSI AKUNTANSI DAN PENGALAMAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI TERHADAP KESIAPAN Pengaruh Kompetensi Akuntansi Dan Pengalaman Praktik Kerja Industri Terhadap Kesiapan Kerja Siswa Kelas XI Program Keahlian Akuntansi SMK Batik 2 Surakarta.

1 5 16

PENDAHULUAN Pengaruh Kompetensi Akuntansi Dan Pengalaman Praktik Kerja Industri Terhadap Kesiapan Kerja Siswa Kelas XI Program Keahlian Akuntansi SMK Batik 2 Surakarta.

0 2 7

KONTRIBUSI KOMPETENSI SISWA PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF TEKNIK KENDARAAN RINGAN TERHADAP KESIAPAN SISWA MEMASUKI DUNIA KERJA.

0 1 39

Hubungan antara Prestasi Mata Diklat Produktif dan Pengalaman Praktik Kerja Industri dengan Tingkat Kesiapan Kerja Siswa Program Keahlian Akuntansi SMK Negeri 1 Banyudono Tahun 2016.

0 0 18

PENGARUH PRESTASI MATA PELAJARAN PRODUKTIF, PRAKTIK KERJA INDUSTRI TERHADAP KESIAPAN KERJA SISWA KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK KOMPUTER DAN JARINGAN SMK NEGERI 1 BANTUL.

0 0 168

PENGARUH PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI, PRAKTIK KERJA INDUSTRI, BIMBINGAN KARIR TERHADAP KESIAPAN KERJA.

1 1 244

Pengaruh Pengalaman Praktik Kerja Industri dan Prestasi Uji Kompetensi Produktif terhadap Kesiapan Memasuki Dunia Kerja Siswa SMK Negeri 1 Malang

0 0 5