ANALISIS PENGARUH KEBIJAKAN UPAH MINIMUM TERHADAP KESEMPATAN KERJA DI KABUPATEN/KOTA PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2009-2013

ABSTRAK

ANALISIS PENGARUH KEBIJAKAN UPAH MINIMUM TERHADAP
KESEMPATAN KERJA DI KABUPATEN/KOTA PROVINSI LAMPUNG
TAHUN 2009-2013

Oleh
ERIKA MARSELLA SINURAYA

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah kebijakan upah minimum
mempunyai pengaruh dan kontribusi yang signifikan terhadap kesempatan kerja
di Kabupaten/Kota Provinsi Lampung tahun 2009-2013. Alat analisis yang
digunakan adalah analisis regresi linier dan model dinamis kompleks. Penelitian
ini menggunakan data panel, yaitu gabungan antara data time series (runtut waktu)
dan cross section (data tahunan). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
kebijakan upah minimum berpengaruh signifikan dan positif terhadap kesempatan
kerja di Kabupaten/Kota Provinsi Lampung pada tahun 2009-2013. Berdasarkan
hasil regresi data panel bahwa metode fixed effect (FEM) lebih sesuai untuk
menganalisis model penelitian ini.

Kata Kunci : Upah, Kesempatan Kerja


ABSTRACT

ANALYSIS OF THE POLICY'S MINIMUM WAGES ON EMPLOYMENT
IN REGENCY/CITY OF LAMPUNG PROVINCE DURING THE
PERIODE 2009-2013

By
ERIKA MARSELLA SINURAYA

This research was conducted to find out whether the minimum wage policies have
an influence and significant contributions to the employment opportunities in the
regency/city of lampung province during the periode 2009-2013. The analysis
used is linear regression analysis and models dynamic complex. This study using
data panel, a joint between the time data series (in order of time) and cross
section ( data annual ). The results of this research show that the minimum wage
policy contributing significantly to employment opportunities in the regency/city
of lampung province during the periode 2009-2013. Based on the results panel
data regression that fixed effect method (FEM) is more appropriate for analyzing
this research model.

Keywords: wages, employment

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Sukababo, Kecamatan Juhar, Kabupaten Karo,
Sumatera Utara pada tanggal 16 Juni 1992 sebagai anak kedua dari empat
bersaudara dari pasangan Bapak Jasman Sinuraya dan Ibu Ingan Malem Br
Ginting.

Penulis mulai mengenyam pendidikan formal di Sekolah Dasar (SD) Negeri
105331 Punden Rejo, Tanjung Morawa yang diselesaikan pada tahun 2004.
Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama (SMP)
Negeri 1 Juhar yang diselesaikan pada tahun 2007. Penulis menyelesaikan
pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Kabanjahe pada tahun
2010.

Tahun 2010, penulis terdaftar sebagai mahasiswa di Jurusan Ekonomi
Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung melalui jalur
Penelusuran Kemampuan Akademik dan Bakat (PKAB). Pada tahun 2011,
penulis mengikuti Kuliah Kunjungan Lapangan (KKL) di Museum Bank

Indonesia, Badan Kebijakan Fiskal (BKF), dan Badan Perencana Pembangunan
Nasional (BAPPENAS) di Jakarta. Pada tahun 2013 Mengikuti Kuliah Kerja
Nyata (KKN) di Desa Bhakti Negara, Kec. Baradatu, Waykanan.

MOTO

“Janganlah Kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal
keinginanmu kepada Allah dalam Doa dan permohonan dengan ucapan syukur”.
(Filipi 4:6)
“Bukanlah hidup jika tidak ada masalah, bukanlah sukses jika tidak melalui
rintangan, bukanlah menang jika tidak dengan pertarungan, bukanlah lulus jika
tidak ada ujian, dan bukanlah berhasil jika tidak berusaha”.
(Albert)
“Jika anda ingin menjadi orang yang Sukses, maka Anda harus memiliki
Kebiasaan dan Perilaku Sukses”.
(Erika Marsella Sinuraya)

PERSEMBAHAN

Dengan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, kupersembahkan karya

yang sangat berarti ini kepada :

Bapakku dan Mamakku tercinta yang tak pernah henti-hentinya memberikan
dukungan dan motivasi kepadaku untuk tetap semangat di setiap hari-hariku.
Terimakasih untuk Doa yang tiada henti dan kasih sayang yang begitu sangat
besar yang Kalian berikan kepadaku.

Kakakku, Vitaria Sonata Sinuraya yang telah mendukung dan mendoakanku serta
motivasi bagiku untuk tetap semangat dan berjuang menjadi seseorang yang
lebih baik

Adikku tersayang, Ema Vavayosa dan Nestor Idamanta Sinuraya yang selalu
memberiku semangat, dukungan dan Doa.

Almamaterku Tercinta

SANWACANA

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkat dan
karunia yang melimpah, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “ Analisis Pengaruh Kebijakan Upah Minimum Terhadap
Kesempatan Kerja di Kabupaten Kota Provinsi Lampung tahun 2009-2013”.
Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

Keberhasilan penulis skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan motivasi dari
berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan
ucapan terimakasih kepada:
1.

Bapak Prof. Dr. Hi. Satria Bangsawan, S.E., M.Si, selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

2.

Bapak Muhammad Husaini, S.E, M.Si, selaku Ketua Jurusan Fakultas
Ekonomi Pembangunan Universitas Lampung.

3.


Ibu Asih Murwiati, S.E, M.E., selaku Sekretaris Jurusan Fakultas Ekonomi
Pembangunan Universitas Lampung.

4.

Bapak Dr. Hi. Toto Gunarto, S.E., M.Si selaku Pembimbing Utama selama
masa penyusunan skripsi, terimakasih buat bimbingan, arahan dan segala
saran dan masukan dalam proses penulisan skripsi.

5.

Bapak Dedy Yuliawan, S.E.,M.Si., selaku Pembimbing Pendamping selama
masa penyusunan skripsi, terimakasih buat bimbingan, arahan dan segala
saran dan masukan dalam proses penulisan skripsi.

6.

Bapak Muhiddin Sirat, S.E., M.P, selaku penguji utama dalam penulisan
skripsi ini. Terimakasih untuk saran dan masukan bagi keberhasilan skripsi
ini.


7.

Ibu Lies Maria Hamzah, S.E, M.E, selaku dosen Pembimbing Akademik.

8.

Bapak Imam Awaluddin dan Kakak Yudha yang sudah banyak memberikan
masukan dalam pengolahan data skripsi ini.

9.

Seluruh dosen jurusan Ekonomi Pembangunan, Staf Administrasi dan seluruh
karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

10. Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Lampung dan Badan Pusat
Statistik (BPS) Provinsi Lampung yang telah menyediakan data yang
dibutuhkan dalam penulisan skripsi ini.
11. Orang tuaku yang sangat kukasihi, Bapak dan Mamak Tercinta, Kakak dan
adik-adikku Vitaria, Ema Vavayosa dan Nestor Idamanta yang tak pernah

henti-hentinya memberikan dukungan dan Doa untuk tetap semangat dalam
menjalani hari-hariku. Terimakasih buat kasih sayang yang telah Kalian
berikan kepadaku.
12. Teman-teman kostan, Asrama Iwari 2: Kakak Tika, Tiara, Aisyah,
Rumondang, Friska Luam, Okta Ginting, Gagari, Ina G, Berlian, Nisa, Yusan,
Rica W, Terimakasih untuk setiap canda dan persaudaraan serta persahabatan
kita selama ini.

13. Sahabat-sahabatku yang selalu menemani hari-hariku selama perkuliahan,
Hana Eka Shandy, Lathifa O, Enni Sumarni, Fischa Annisa, Diah Asri,
Susanti, Eindah, Desitarani, Devi Meilina. Terimakasih untuk persahabatan
yang sangat indah selama ini.
14. Teman-teman ekonomi pembangunan 2010: Tut Wuri, Dina, Tamy, Ika, Yuli,
Devi Novita, Via, Ajeng, Dania, Citra, Depy Septy, Army, Sonia, Nova, Desi
ecy, Desi, Monic, Desta, Danny, Agus, Febry, Dimas, Dede, Dicky, Zulmy,
Nurmala, Tetik, Mustika, Renny, dll yang tidak dapat saya sebutkan satu per
satu.
15. Teman-teman IMKA: Abang Alfin, Abang Una, Bryan, Daniel, Rio hukum,
Eko Sinulingga, Bayu, Wira, Rio Kehutanan, Abram, Yessy T,Vera G, Cindy
T, Lova S, Vitia, adik-adik Amanda semuanya, Anak-anak Permata yang

tidak dapat disebutkan satu persatu.
16. Keluarga Persekutuan Keluarga Mahasiswa Kristen (PKMK) FEB Unila

Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan Rahmat dan KaruniaNya
kepada kita semua dan semoga karya ini dapat bermanfaat bagi penulis dan
pembaca lain pada umumnya. Tuhan Memberkati.

Bandarlampung, 23 Juli 2014
Penulis

Erika Marsella Sinuraya

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL ....................................................................................
DAFTAR GAMBAR ................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................

I.


i
ii
iii

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................
B. Perumusan Masalah .....................................................................
C. Tujuan Penelitian ........................................................................
D. Kerangka Pemikiran ...................................................................
E. Hipotesis .....................................................................................

1
11
12
12
15

TINJAUAN PUSTAKA
A. Kebijakan Upah Minimum ........................................................

1. Pengertian kebijakan upah ....................................................
2. Formulasi Kebijakan Upah Minimum .................................
B. Upah ..........................................................................................
1. Upah Rill................................................................................
2. Teori Upah Efisiensi ..............................................................
3. Upah Minimum .....................................................................
C. Kebutuhan Hidup Layak (KHL) .................................................
D. Tenaga Kerja ...............................................................................
1. Pengertian Tenaga Kerja .......................................................
2. Permintaan Tenaga Kerja ......................................................
E. Intersep Kabupaten/Kota ............................................................
F. Model Dinamis ...........................................................................
G. Hubungan Upah Minimum dengan Kesempatan Kerja .............
H. Penelitian Terdahulu ..................................................................

16
16
19
21
23
27
29
34
35
35
38
43
44
46
48

III. METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Sumber data .................................................................
1. Jenis Data ...............................................................................
2. Sumber Data ...........................................................................
B. Batasan Variabel ..........................................................................

50
50
51
51

II.

C. Alat Analisis ................................................................................
D. Regresi Dengan Data Panel .........................................................
E. Pengujian Hipotesis ....................................................................
1. Uji Hausman Test ...................................................................
2. Pengujian Kriteria Statistik ....................................................
2.1. Uji t ................................................................................. .
2.2. Uji f ..................................................................................
2.3. R-Square...........................................................................
F. Gambaran Umum Tempat Penelitian ...........................................
1. Sejarah Kabupaten Kota Provinsi Lampung ..........................
2. Letak Geografis .......................................................................

52
54
57
57
58
58
58
59
59
59
61

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Deskriptif Variabel Penelitian...........................................
1. Kesempatan Kerja......................................................................
2. Upah Minimum...........................................................................
B. Analisis Regresi ..............................................................................
1. Hasil Pemilihan Model Estimasi regresi data panel ..................
2. Uji Hausman...............................................................................
3. Uji Fixed Effect (FEM) dan Random Effect (REM)................
C. Pengujian Kriteria Statistik..............................................................
1. Uji T statistik................................................................................
2. Uji F statistik................................................................................
3. Uji R-Square.................................................................................
D. Pembahasan Hasil Penelitian.............................................................

63
63
66
68
68
68
70
76
76
77
78
79

V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ...........................................................................................
B. Saran ..................................................................................................

82
83

DAFTAR PUSTAKA

i

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

1.

Keadaan Kesempatan Kerja di Kabupaten/Kota Provinsi Lampung
tahun 2009-2013 ..................................................................................
2. Perkembangan Upah Minimum Regional di Kabupaten/Kota Provinsi
Lampung tahun 2009-2013 ..................................................................
3. Perkembangan Kebutuhan Hidup Layak (KHL) di Kabupaten/Kota
Provinsi Lampung tahun 2009-2013 ...................................................
4. Pertumbuhan Investasi Provinsi Lampung tahun 2009-2013 ..............
5. Cara perhitungan upah rill pekerja .......................................................
6. Hausman Test .......................................................................................
7. Hasil Estimasi Data Panel dengan Metode Fixed Effect ......................
8. Nilai Koefisien Fixed Effect pada Intersep Tiap Kabupaten/Kota .......
9. Hasil Uji T-Statistik .............................................................................
10. Hasil Uji F-Statistik .............................................................................

4
6
8
9
26
69
71
72
77
78

ii

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

1. Bagan kerangka pemikiran ....................................................................
2. Kurva Permintaan Tenaga Kerja ...........................................................
3. Perkembangan Kesempatan Kerja di Kabupaten/Kota Provinsi
Lampung Tahun 2009-2013 ..................................................................
4. Perkembangan Upah Minimum di Kabupaten/Kota Provinsi
Lampung Tahun 2009-2013 ..................................................................

15
42
65
67

1

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu bentuk keterlibatan pemerintah dalam hubungan industrial adalah
dalam penetapan tingkat upah. Kebijakan ini disebut dengan kebijakan upah
minimum. Upah minimum diartikan sebagai ketetapan yang dikeluarkan oleh
pemerintah mengenai keharusan perusahaan untuk membayar upah sekurangkurangnya sama dengan Kebutuhan Hidup Layak (KHL) kepada pekerja yang
paling rendah tingkatannya. Dengan kata lain, bahwa upah minimum dapat
dikatakan sebagai salah satu instrumen kebijakan pemerintah untuk melindungi
kelompok pekerja lapisan paling bawah di setiap perusahaan agar memperoleh
upah serendah-rendahnya sesuai dengan nilai atau harga kebutuhan hidup layak.
Pembangunan ekonomi suatu daerah atau suatu negara pada dasarnya merupakan
interaksi dari berbagai kelompok variabel antara lain sumber daya manusia, sumber
daya alam, modal, teknologi dan lain-lain. Oleh karena itu, pembangunan ekonomi
tidak lepas dari peran manusia dalam mengelolanya. Dimana manusia merupakan
tenaga kerja, input pembangunan, juga merupakan konsumen hasil pembangunan itu
sendiri. (Arsyad dalam Romas, 2003:1).

Ketenagakerjaan merupakan aspek yang amat mendasar dalam kehidupan manusia
karena mencakup dimensi sosial dan ekonomi. Salah satu tujuan penting dalam

2

pembangunan ekonomi adalah penyediaan lapangan kerja yang cukup untuk
mengejar pertumbuhan angkatan kerja, yang pertumbuhannya lebih cepat dari
pertumbuhan kesempatan kerja (Propenas dalam Romas, 2005:1).

Masalah pengupahan berkembang di masyarakat sebagai bentuk ketidakpuasan
buruh akan kebijakan upah selama ini. Tuntutan-tuntutan buruh dan aspirasi buruh
untuk mendapatkan upah yang layak tidak pernah terpenuhi. Tingkat upah yang
diterima buruh masih sangat rendah, padahal tingkat kebutuhan semakin
meningkat. Oleh karena itu masalah pengupahan adalah masalah yang sangat
penting dalam ketenagakerjaan.

Pengaturan pengupahan utamanya harus mempertimbangkan kebutuhan tenaga
kerja agar dapat terpenuhi karena dari waktu ke waktu senantiasa meningkat, serta
memperhatikan kelangsungan hidup perusahaan. Untuk itu, penetapan upah
minimum dan kenaikan upah minimum perlu dilakukan dan dikaji secara cermat
sehingga semua pihak dapat menarik manfaatnya. Upah merupakan komponen
penting dalam ketenagakerjaan, yaitu sebagai salah satu unsur dalam pelaksanaan
hubungan kerja, yang mempunyai peranan strategis dalam pelaksanaan hubungan
industrial. Upah diterima pekerja atas imbalan jasa kerja yang dilakukannya bagi
pihak lain, sehingga upah pada dasarnya harus sebanding dengan kontribusi yang
diberikan pekerja untuk memproduksi barang atau jasa tertentu. Dalam
menentukan tingkat upah pihak-pihak sebagai pelaku penerima pekerjaan (buruh)
dan pemberi pekerjaan memiliki pandangan yang berbeda. Bagi pengusaha upah
merupakan bentuk biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan, yang berdampak pada
keuntungan perusahaan. Oleh karena itu dalam penetapan tingkat upah mereka

3

sangat berhati-hati. Sedangkan bagi buruh, upah merupakan sumber pendapatan,
sehingga mereka sangat mengharapkan peningkatan tingkat upah (Devy L.
2007:8).

Pengertian upah minimum dalam pasal 1 ayat 1 dari Peraturan Menteri Tenaga
Kerja No. 1 tahun 1999, upah minimum didefinisikan sebagai upah bulanan
terendah yang meliputi gaji pokok dan tunjangan tetap.Kebijakan penetapan upah
minimum sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003
diarahkan untuk mencapai Kebutuhan Hidup Layak (KHL) selain memberi
jaminan pekerja/buruh penerima upah untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Program pencapaian upah minimum terhadap Kebutuhan Hidup Layak (KHL)
menunjukan perbaikan nyata. Hal ini dimaksudkan bahwa pemenuhan kebutuhan
hidup akan dicapai secara bertahap.

Kebijakan publik yang dimplementasikan oleh pemerintah sehubungan dengan
masalah pengangguran dan rendahnya pendapatan pada hakikatnya berorentasi
pada upaya peningkatan pendapatan dan perluasan kesempatan kerja. Kebijakan
berupa penetapan Upah Minimum jelas merupakan intervensi politis terhadap
mekanisme pasar kerja yang bertujuan meperbaiki tingat penghasilan kaum buruh.
Sedangkan upaya menarik investor lebih banyak dari pemodal domestik maupun
asing merupakan ikhtiar pengambil kebijakan dalam memperluas kesempatan
kerja dan menurunkan angka penganggur (Sumarsono,Sonny 2009:59). Dengan
adanya tingkat upah yang sudah ditetapkan oleh pemerintah maka tenaga kerja
yang dibutuhkan akan semakin meningkat dan kesempatan kerja yang tersedia

4

akan semakin luas. Jika upah minimum suatu kabupaten kota tinggi maka tingkat
kesejahteraan para pekerjanya juga akan meningkat. (Winarno Budi, 2002:34)

Tabel 1.

Perkembangan Kesempatan Kerja Kabupaten/Kota di Provinsi
Lampung Tahun 2009-2013

No Kab/kota

2009

2010

2011

2012

2013

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

213.236
399.687
419.673
448.736
546.876
232.717
165.339
354.402
176.123

201.673
203.884
438.055
455.217
549.106
260.793
171.697
153.321
186.069

207.662
208.119
441.262
461.281
554.852
268.560
187.864
156.990
191.580

211.722
212.197
449.936
470.344
565.737
273.817
191.543
160.105
195.321

214.920
215.402
456.739
477.455
574.428
277.954
194.436
162.531
198.270

177.325

181.652

185.202

187.998

82.931

85.403

87.076

88.391

89.291

93.833

95.652

97.093

427.661
65.275

440.714
67.257

449.338
68.585

456.125
69.623

L. Barat
Tanggamus
L. Selatan
L. Timur
L. Tengah
L.Utara
W. Kanan
T. Bawang
Pesawaran

10. Pringsewu

-

11. Mesuji

-

12. Tuba Barat
13.B.Lampung
14. Metro

374.261
56.125

Sumber: Disnakertrans Provinsi Lampung

Pada Tabel 1 menunjukkan Perkembangan kesempatan kerja di Kabupaten Kota
di Provinsi Lampung dari tahun 2009-2013. Pada tabel diatas jumlah kesempatan
kerja terendah terdapat pada Kota Metro, dimana pada tahun 2009 jumlah
kesempatan kerja berjumlah 56.125 jiwa, sampai pada tahun 2013 yaitu 69.623
jiwa. Jumlah kesempatan kerja yang ada di kota Metro yang terdiri dari kelompok
angkatan kerja berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin tersebut termasuk
orang yang bekerja pada kelompok tertentu. Kota Metro merupakan salah satu

5

Kota baru hasil pemekaran di Provinsi Lampung dimana tingkat kesempatan kerja
yang dimiliki masih rendah jika dibandingkan dengan Kabupaten/Kota yang ada
di Provinsi Lampung. Sedangkan tingkat kesempatan kerja tertinggi terdapat di
Kabupaten Lampung Tengah yaitu pada tahun 2009 sebanyak 546.876 jiwa, tahun
2010 yaitu 549.106 jiwa, tahun 2011 yaitu 554.852 jiwa, dan tahun 2013
sebanyak 574.428 Jiwa. Salah satu penyebab tingginya kesempatan kerja tersebut
dikarenakan bahwa tidak tersedianya lapangan kerja yang mampu menampung
sebagian besar jumlah angkatan kerja yang ada di Kabupaten Lampung Tengah
sehingga menyebabkan ketidakseimbangan antara ketersediaan lapangan kerja
dengan angkatan kerja yang ada. Jika peluang kerja yang disediakan kepada para
tenaga kerja terbuka lebar bagi masyarakat umum maka tingkat pengangguran
akan menurun dan kesempatan kerja yang tercipta akan semakin tinggi bagi para
tenaga kerja. Salah satu alasan rendahnya tingkat kesempatan kerja adalah tingkat
skill atau tingkat kemampuan tenaga kerja yang masih digolongkan rendah karena
rata-rata tingkat pendidikan tenaga kerja berada pada jenjang pendidikan sekolah
dasar. Menurut BPS, tenaga kerja di Provinsi Lampung yang memiliki tingkat
pendidikan paling rendah adalah sekolah dasar yaitu jumlahnya pada tahun 2010
sebanyak 968.265 jiwa, pada tahun 2011 sebanyak 984.132 jiwa, tahun 2012
sebanyak 1.003.965 jiwa dan pada tahun 2013 sebanyak 1.020.683 jiwa. Dari data
tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat tenaga kerja yag ada di provinsi
lampung masih sangat rendah jika dilihat dari tingkat pendidikan para tenaga
kerja.

6

Tabel 2. Perkembangan Upah Minimum di Kabupaten/Kota Provinsi
Lampung Tahun 2009-2013
No Kab/kota

2009

2010

2011

2012

2013

1. L. Barat

691.000

767.500

855.000

975.000

1.150.000

2. Tanggamus

691.000

767.500

855.000

975.000

1.150.000

3. L. Selatan

691.000

767.500

855.000

975.000

1.150.000

4. L. Timur

691.000

767.500

855.000

975.000

1.150.000

5. L. Tengah

700.000

776.500

862.500

982.000

1.154.000

6. L. Utara

691.000

767.500

855.000

975.000

1.150.000

7. W. Kanan

691.000

776.500

866.000

983.500

1.160.000

8. T. Bawang

700.000

767.500

855.000

983.500

1.155.000

9. Pesawaran

691.000

767.500

855.000

975.000

1.150.000

10. Pringsewu

691.000

767.500

855.000

975.000

1.150.000

11. Mesuji

691.000

767.500

855.000

975.000

1.150.000

12. Tuba Barat

691.000

767.500

855.000

975.000

1.150.000

13.B.Lampung

700.000

776.500

865.000

981.000

1.165.000

14. Metro

691.000

767.500

855.000

975.000

1.150.000

Sumber: Disnakertrans Provinsi Lampung dan BPS Provinsi Lampung, (Lampung
dalam Angka)

Dari Tabel 2 menunjukkan perkembangan Upah Mninimum kabupaten kota di
provinsi Lampung tahun 2009-2013. Pada tahun 2009 sampai dengan tahun 2013
tingkat upah minimum dari masing-masing Kabupaten/ Kota di Provinsi Lampung
mengalami peningkatan jumlah upah dan mengalami perubahan secara bersamaan
dari rentan tiga tahun. Pada tahun 2009 sampai tahun 2010, UMK Lampung
tengah dan Kota Bandarlampung memiliki upah tertinggi dibandingkan dengan
Kabupaten/Kota lain yaitu sebesar Rp 700.000. selanjutnya pada tahun 2011
tingkat Upah Kabupaten Kota yang paling tinggi yaitu kabupaten Way Kanan
yaitu sebesar Rp.866.00, yang selanjutnya diikuti oleh Kota Bandarlampung

7

sebesar Rp.865.000, Tulang Bawang sebesar Rp.863.500 dan Lampung tengah
Rp.862.500. Pada tahun 2012 sampai 2013 tingkat upah selalu mengalami
peningkatan dan tingkat upah yang ditetapkan tidak jauh berbeda dengan upah di
Kabupaten/Kota lainnya di Provinsi Lampung. Perbedaan Upah Minimum di
masing-masing Kabupaten/Kota merupakan kebijakan dari masing-masing
pemerintahan daerah terkait karena masing-masing sudah memiliki pedoman yang
jelas khususnya dalam penetapan besaran Upah Minimum tersebut, sehingga
perbedaan tersebut menjadi suatu hal yang wajar bagi setiap tenaga kerja.

Salah satu dampak dari kenaikan upah minimum sesui dengan Tabel 2 diatas yang
paling dirasakan oleh pengusaha karena akan berpengaruh terhadap biaya
produksi dan laba perusahaan. Dengan adanya kenaikan upah minimum ini
pengusaha akan dihadapkan pada dua pilihan yaitu berhenti berproduksi atau tetap
berproduksi. Suatu Kemajuan perekonomian 2 sebuah negara dapat dilihat
dengan tingginya pekerja di sektor formal dibandingkan pekerja di sektor
informal. Walaupun sektor informal sangat tinggi dalam penyerapan tenaga kerja
namun nilai tambah yang diberikan oleh sektor informal tidak sebesar nilai
tambah yang diberikan oleh sektor formal. Ini dikarenakan sektor formal terdiri
dari tenaga kerja yang professional, dengan kualifikasi pendidikan dan
keterampilan yang memadaimemerlukan tingkat keahlian dan keterampilan yang
rendah.

8

Tabel 3. Perkembangan Kebutuhan Hidup Layak (KHL) di Kabupaten/
Kota Provinsi Lampung tahun 2009-2013
No Kab/kota

2009

2010

2011

2012

2013

1. L. Barat

805.308

861.340

897.600

1.008.109

1.060.082

2. Tanggamus

805.308

861.340

897.600

1.008.109

1.060.082

3. L. Selatan

805.308

861.340

897.600

1.008.109

1.060.082

4. L. Timur

805.308

861.340

897.600

1.008.109

1.060.082

5. L. Tengah

838.000

869.500

897.600

1.031.747

1.060.082

6. L. Utara

805.308

861.340

897.600

1.008.109

1.060.082

7. W. Kanan

805.308

861.340

1.072.380

1.114.064

1.160.000

8. T. Bawang

805.308

861.340

897.600

1.008.109

1.320.547

9. Pesawaran

805.308

861.340

897.600

1.008.109

1.060.082

10. Pringsewu

805.308

861.340

897.600

1.008.109

1.060.082

11. Mesuji

805.308

861.340

897.600

1.008.109

1.060.082

12. Tuba Barat

805.308

861.340

897.600

1.008.109

1.060.082

13.B.Lampung

914.966

915.500

976.000

1.139.014

1.116.569

14. Metro

805.308

861.340

897.600

1.008.109

1.060.082

Sumber: Disnakertrans Provinsi Lampung

Pada Tabel 3 menunjukkan bahwa Kebutuhan Hidup Layak (KHL) dari dari tahun
ke tahun selalu mengalami perubahan. Cara melihat persentase KHL dari tahun ke
tahun dapat dilihat melalui rumus yaitu besaran UMK tahun sekarang dikurangi
dengan tahun sebelumnya, dibagi tahun sebelumnyadan dikalikan dengan 100 %.
Dengan menggunakan cara tersebut maka dapat diketahui besaran persentasi dari
KHL dari masing-masing Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung.

Besarnya upah minimum ditetapkan satu tahun sekali setelah didahului dengan
survei tentang Kebutuhan Hidup Layak (KHL). Dinas Tenaga Kerja bersama
Dewan Pengupahan menghitung nilai KHL menurut hasil survei. Komponen yang
disurvei dapat digolongkan kedalam 5 kelompok yaitu: Kelompok Makanan dan

9

Minuman, Kelompok Bahan Bakar dan Penerangan, Kelompok Perumahan dan
Peralatan, Kelompok pakaian, Kelompok lain-lain. Dalam memperhitungkan nilai
akhir KHL juga telah memperhatikan faktor lain yang mempengaruhinya seperti
tingkat inflasi, pertumbuhan ekonomi, kebutuhan fisik minimum, kemampuan
perusahaan serta perbandingan tingkat pengupahan di daerah lain.

KHL tersebut merupakan standar kebutuhan yang harus dipenuhi seorang buruh
lajang untuk dapat hidup layak, baik secara fisik maupun non fisik dalam kurun
waktu satu bulan. Setiap pekerja berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan
pengembangan diri secara utuh sebagai manusia yang bermartabat. Besaran
Kebutuhan Hidup Layak (KHL) merupakan suatu ketetapan dari masing-masing
pemerintah terkait dan salah satu tujuan diberlakukannya KHL tersebut adalah
untuk dapat memenuhi kebutuhan pekerja terhadap pendidikan, kesehatan,
transportasi, dan rekreasi. Bahkan, bila dimungkinkan dapat disisihkan untuk
menabung.

Tabel 4. Pertumbuhan Investasi di Provinsi Lampung tahun 2004-2013
No

Tahun

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013

Sumber: BPS Provinsi Lampung

Jumlah (dalam Triliun Rupiah)
5.996
4.986
7.963
8.341
6.252
7.126
6.392
9.768
10.371
12.230

10

Pada Tabel 4 menunjukkan pertumbuhan Investasi di Provinsi Lampung tahun
2004-2013. Salah satu alasan memasukkan data pertumbuhan investasi pada
penelitian ini adalah sebagai bentuk gambaran dalam mengetahui perkembangan
jumlah tenaga kerja, karena jika tingkat pertumbuhan investasi dalam maupun
investasi luar negeri di Provinsi Lampung mengalami peningkatan maka secara
langsung akan mempengaruhi peningkatan penyerapan terhadap tenaga kerja di
Provinsi Lampung. Dengan demikian data pada Tabel 4 ini hanya sebagai
gambaran dalam mendukung data-data sebelumnya.

Sebagaimana pada Tabel 4 menunjukkan bahwa tahun 2004 investasi di Provinsi
Lampung sebesar Rp. 5.996 Triliun, pada tahun 2005 sebesar Rp. 4.986 triliun,
sampai pada tahun 2007 mengalami peningkatan sebesar Rp. 8.341 triliun.
Namun, pada tahun 2008 tingkat investasi menurun menjadi Rp. 6.252 triliun.
Selanjutnya berfluktuasi dari tahun 2009 sampai tahun 2010. Pertumbuhan
investasi kembali meningkat pada tahun 2011 sampai tahun 2013 yaitu sebesar
Rp. 9.768triliun, 10.371 triliun, 12.230 triliun. Dengan adanya data pertumbuhan
investasi tersebut menjadi gambaran dalam mengetahui adanya pengaruh tingkat
investasi dengan tenaga kerja Kabupaten Kota di Provinsi Lampung. Jika tingkat
investasi meningkat maka penyerapan terhadap tenaga kerja juga akan meningkat,
dengan demikian semakin banyak investasi yang dilakukan maka akan
mengurangi tingkat pengangguran di Provinsi Lampung.

11

B. Rumusan Masalah

Peningkatan upah di Kabupaten/Kota Provinsi Lampung dari tahun ke tahun juga
dapat menyebabkan penyerapan terhadap kesempatan kerja berkurang. Disisi lain,
produktivitas yang meningkat tiap tahunnya justru menyebabkan peningkatan
jumlah penyerapan tenaga kerja. Namun, pada kenyataannya bahwa tingkat upah
yang semakin tinggi tetapi produktivitas dari buruh masih sangat rendah sehingga
tidak menyebabkan efisiensi dalam peyerapan tenaga kerja.
Selain itu juga jumlah penduduk juga terus bertambah yang menumpuk pada usia
produktif, peningkatan jumlah angkatan kerja tanpa diikuti dengan penyediaan
lapangan kerja dan kesempatan kerja akan mengakibatkan jumlah pengangguran
semakin bertambah.

Dimensi masalah ketenagakerjaan bukan hanya sekedar keterbatasan lapangan
atau peluang kerja serta rendahnya produktivitas namun jauh lebih serius dengan
penyebab yang berbeda-beda. Pada dasawarsa yang lalu, masalah pokoknya
tertumpu pada kegagalan penciptaan lapangan kerja yang baru pada tingkat yang
sebanding dengan laju pertumbuhan output industri.

Kebijakan UMK ini bertujuan untuk melindungi pekerja, memberikan informasi
kepada tenaga kerja yang mencari pekerjaan dan meningkatkan kesejahteraan
pekerja. Penerapan upah minimum telah menguntungkan sebagian tenaga kerja
tetapi merugikan sebagian lainnya, yaitu tenaga kerja yang rentan terhadap
perubahan kondisi pasar tenaga kerja, seperti pekerja perempuan, usia muda dan
yang berpendidikan rendah. Kebijakan upah minimum tersebut diharapkan
mampu untuk menyerap tenaga kerja yang lebih tinggi, menciptakan lapangan

12

kerja/kesempatan kerja kepada setiap tenaga kerja yang membutuhkan serta
mengurangi tingkat pengangguran di Kabupaten/Kota Provinsi Lampung.

Berdasarkan latar belakang di atas maka permasalahan yang akan di bahas dalam
penelitian ini adalah “Bagaimana pengaruh kebijakan upah minimum terhadap
kesempatan kerja di Kabupaten/Kota Provinsi Lampung tahun 2009-2013?”.

C. Tujuan

Berdasarkan perumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini adalah:
“Untuk mengetahui pengaruh kebijakan upah minimum terhadap kesempatan
kerja di Kabupaten/Kota Provinsi Lampung tahun 2009-2013?”.

D. Kerangka Pemikiran

Menurut efficiency wage theory dalam Sumarsono (2009:201), bahwa penetapan
upah minimum memungkinkan tenaga kerja meningkatkan dalam jangka panjang.
Sistem pengupahan yang dibangun pemerintah bertujuan untuk memperbaiki
kondisi tenaga kerja.

Hubungan upah minimum dengan kesempatan kerja dapat lihat pada Model dual
sektor, dimana dikembangkan oleh Welch dalam Devy L (1974:6) adalah
perluasan dari model kompetitif. Model ini mengasumsikan bahwa terdapat dua
sektor di dalam ekonomi (segmentasi ekonomi) yaitu sektor formal (yang
tercakup oleh kebijakan upah minimum) dan sektor informal (sektor yang tidak
tercakup oleh kebijakan upah minimum) dengan mobilitas yang sempurna antar

13

dua sektor tersebut. Hal ini akan menyebabkan sektor formal menjadi lebih dipilih
oleh pekerja dibandingkan sektor informal. Dengan kata lain kebijakan upah
minimum ini menyebabkan kelebihan penawaran tenaga kerja (excess supply of
labour) pada sektor formal.

Kebijakan upah minimum tersebut kemudian berkaitan dengan permintaan tenaga
kerja. Permintaan tenaga kerja berhubungan dengan teori permintaan input
(masukan) dan permintaan output (keluaran). Permintaan tenaga kerja dipengaruhi
oleh tingkat upah, harga barang lain, investasi, harga output. Selanjutnya harga
mempengaruhi realita upah yaitu biaya, upah minimum dan kualitas tenaga kerja.
Namun dalam hal ini sisi penawaran tenaga kerja lebih berpengaruh terhadap
tingkat upah.

Kebijakan publik dalam bidang pengupahan yang ditetapkan oleh pemerintah
terkait jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan saling mempengaruhi satu sama lain.
Dengan adanya kebijakan publik dari tingkat Provinsi juga berpengaruh dengan
besarnya upah minimum yang akan ditetapkan oleh Kabupaten Kota di Provinsi
Lampung. Kebijakan Upah Minimum Provinsi kemudian diturunkan kedalam
Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK), Namun besaran upah minimum dari
masing-masing kota juga berbeda-beda karena masing-masing pemerintahan
kabupaten Kota. Dengan adanya kebijakan tentang besaran upah minimum dari
masing-masing daerah diharapkan setiap usaha dan perusahaan akan mematuhi
peraturan yang telah ditetapkan sehingga tenaga kerja dapat bekerja secara
maksimal di dinas maupun perusahaan tempat tenaga kerja bekerja.

14

Upah yang diterima tenaga kerja akan berdampak terhadap tingkat produktivitas
tenaga kerja karena dengan tingkat upah yang tinggi dapat meningkatkan produksi
perusahaan, sehingga terjadi kesinambungan antar tingkat upah yang ditawarkan
dengan tenaga kerja yang bekerja. Selanjutnya perusahaan akan mendapatkan
keuntungan yang tinggi. Dari keuntungan tersebut perusahaan akan meningkatkan
pengupahan tenaga kerja karena dengan upah yang tinggi akan menjamin
kesejahteraan tenaga kerja. Tingkat upah yang diberikan oleh perusahaan harus
sesuai dengan Kebutuhan Hidup Layak (KHL) dan besaran upah minimum yang
ditetapkan oleh pemerintah harus dipatuhi dan ditaati oleh perusahaan yang terkait
khususnya dalam pemberian tingkat upah kepada tenaga kerja. Upah minimum
akan berpengaruh terhadap produktivitas dan kesejahteraan tenaga kerja,
keuntungan perusahaan dan jumlah tenaga kerja yang melamar pekerjaan akan
meningkat.

Berdasarkan uraian diatas, kerangka pemikiran ini dapat digambarkan sebagai
berikut:

15

Kebijakan Upah
Minimum

Upah
Kabupaten/Kota

Kesempatan
Kerja

Tenaga Kerja

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

E. Hipotesis

Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini
adalah: Diduga bahwa kebijakan upah minimum berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kesempatan kerja di Kabupaten/KotaProvinsi Lampung pada
tahun 2009-2013.

16

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kebijakan Upah Minimum

1.

Pengertian Kebijakan Upah Minimum

Secara umum, istilah “kebijakan” atau “policy” dipergunakan untuk menunjukkan
perilaku seorang aktor (pejabat, kelompok, lembaga pemerintah) dalam suatu
bidang kegiatan tertentu. Kebijakan pemerintah untuk mengatasi masalah
pengangguran didorong oleh tujuan bersifat ekonomi dan tujuan bersifat sosial
dan politik. Kebijakan adalah suatu arah kegiatan yang tertuju kepada tercapainya
beberapa tujuan. Suatu kebijakan akan lebih cocok dilihatnya sebagai suatu arah
tindakan atau tidak dilakukannya tindakan daripada sebagai sekedar suatu
keputusan atau tindakan belaka. (Heclo dalam Jones, 1994:45).

Penetapan kebijakan upah minimum adalah sebagai jaring pengaman (sosial
safety net) dimaksudkan agar upah tidak terus merosot sebagai akibat dari
ketidakseimbangan pasar kerja (disequilibrium labour market). Juga untuk
menjaga agar tingkat upah pekerja pada level bawah tidak jatuh ke tingkat yang
sangat rendah karena rendahnya posisi tawar tenaga kerja di pasar kerja. Agar
pekerja pada level bawah tersebut masih dapat hidup wajar dan terpenuhi
kebutuhan gizinya, maka dalam penetapan upah minimum mempertimbangkan
standar kehidupan pekerja.

17

Kebijakan penetapan upah minimum sebagaimana diatur dalam Undang-Undang
Nomor 13 tahun 2003 diarahkan untuk mencapai Kebutuhan Hidup Layak (KHL)
selain memberi jaminan pekerja/buruh penerima upah untuk memenuhi kebutuhan
hidup. Program pencapaian upah minimum terhadap Kebutuhan Hidup Layak
(KHL) menunjukan perbaikan nyata. Hal ini dimaksudkan bahwa pemenuhan
kebutuhan hidup akan dicapai secara bertahap.

Penetapan upah minumum dipandang perlu sebagai salah satu bentuk
perlindungan upah, dengan tujuan :
1. Menghindari atau mengurangi persaingan yang tidak sehat sesama pekerja
dalam kondisi pasar kerja yang surplus, yang menyebabkan pekerja menerima
upah di bawah tingkat kelayakan.
2. Menghindari atau mengurangi kemungkinan eksploitasi pekerja yang
memanfaatkan kondisi pasar untuk akumulasi keuntungannya.
3. Sebagai jaring pengaman untuk menjaga tingkat upah
4. Menghindari terjadinya kemiskinan absolut pekerja melalui pemenuhan
kebutuhan dasar pekerja.

Kebijakan penetapan upah minimum dalam kerangka perlindungan upah saat
ini masih banyak kendala sebagai akibat belum terwujudnya satu keseragaman
upah, baik secara regional/wilayah (propinsi atau kabupaten/kota) dan secara
nasional. Kebijakan tersebut perlu diupayakau secara sistematis, baik ditinjau dari
segi makro maupun dari segi mikro seiring dengan upaya pembangunan
ketenagakerjaan terutama perluasan kesempatan kerja. Peningkatan produksi,
peningkatan taraf hidup pekerja sesuai dengan kebutuhan hidup minimalnya.

18

Pemberlakuan Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah telah
memberikan kesempatan setiap daerah di Indonesia untuk mengembangkan
sendiri potensi daerah yang dimilikinya serta mencukupi kebutuhan
masyarakatnya.
Perbedaan kondisi setiap daerah akan membawa implikasi pada kebijakan dan
pembangunan yang diterapkan berbeda pula. Kebijakan pembangunan suatu
daerah akan disesuaikan dengan kondisi daerah yang bersangkutan. Undangundang tersebut maka menyebabkan penetapan upah yang berbeda-beda.
Idealnya, pembentukan upah dapat diselesaikan sendiri oleh mekanisme
pasar. Interaksi antara kekuatan permintaan dan penawaran tenaga kerja akan
menentukan tingkat upah keseimbangan dan sebaliknya peningkatan penawaran
akan menurunkan tingkat upah. Pada tingkat upah tersebut kesepadanan antara
kuantitas yang diminta dengan yang ditawarkan, oleh karenanya akan selalu
terjadi. (Haryo Kuncoto, 2002:54)

Dalam perekonomian tertutup dan dalam jangka pendek, pengangguran
merupakan masalah ekonomi yang perlu dihadapi dan diatasi. Dalam sistem pasar
bebas, masalah pengangguran dan pengupahan tidak dapat dengan sendirinya
diatasi. Kebijakan pemerintah perlu dijalankan jika masalah tersebut timbul.
Sifat kebijakan upah minimum sebagai arah tindakan dapat dipahami secara lebih
baik bila konsep ini dirinci menjadi beberapa kategori, seperti tuntutan-tuntutan
kebijakan (policy demands), keputusan- keputusan kebijakan (policy decisions),
pernyataan-pernyataan kebijakan ( policy statements), hasil-hasil kebijakan
(policy output), dan dampak-dampak kebijakan (outcomes).

19

2.

Formulasi Kebijakan Pengupahan

Perumusan kebijakan adalah kegiatan menyusun dan mengembangkan
serangkaian tindakan yang perlu untuk memecahkan masalah. Yang termasuk
dalam kegiatan tersebut adalah: bagaimana mengembangkan pilihan-pilihan atau
alternatif-alternatif untuk memecahkan masalah tersebut serta siapa saja yang
berpartisipasi dalam formulasi kebijakan.
Perumusan kebijaksanaan adalah merupakan kegiatan perencanaan (policy
planning) dengan meletakkan keputusan-keputusan hasil analisa masalah dalam
rancangan kebijaksanaan pemerintah. Sejauh mana kebijakan berhasil dalam
masyarakat, sangat ditentukan oleh perumusan kebijakan itu. Banyak kebijakan
yang secara umum dipandang para ahli cukup baik, tetapi tidak berhasil
diterapkan dalam masyarakat sehingga tidak berhasil mencapai tujuan yang
diharapkan. Sebaliknya ada kebijakan yang kelihatannya kurang bermutu dilihat
dari substansinya, namun diterima masyarakat karena mewakili aspirasinya,
sekalipun dalam pencapaian tujuan terdapat banyak kekurangan. (Soekarno,
2003:123).

Formulasi merupakan turunan dari formula yang berarti untuk pengembangan
metode, rencana untuk tindakan dalam suatu masalah. Ini merupakan permulaan
dari kebijakan pengembangan tahap dalam kebijakan publik. Dan yang paling
khas dalam tahap ini adalah bagaimana menyatukan persepsi seseorang tentang
kebutuhan dan kepentingan masyarakat tentang kebutuhan yang muncul di
masyarakat, bagaimana dilaksanakan, siapa yang terlibat, dan siapa yang dapat
manfaat atau keuntungan dari issue tersebut. Formulasi merupakan proses yang

20

lebih menyeluruh, termasuk perencanaan dan usaha yang kurang sistemik untuk
menentukan apa yang harus dilakukan terhadap masalah-masalah publik. (Heclo
dalam Jones, 1994:52).

Formulasi adalah suatu aktifitas yang mengandung unsur politik, walau ini
tidaklah dilakukan seorang anggota parpol dengan menggunakan perencanaan
yang lebih netral pun tidak dapat menghindari dan mengubah hal yang demikian.
Formulasi kebijakan pengupahan adalah kegiatan menyusun dan mengembangkan
serangkaian alternatif-alternatif tindakan dalam menentukan tingkat upah yang
dilakukan lembaga tripartit yang terdiri dari unsur pengusaha, serikat
pekerja/serikat buruh dan pemerintah daerah.

Dalam pengembangan alternatif kebijakan pengupahan pemerintah daerah,serikat
pekerja/serikat buruh, dan dunia usaha memiliki pandangan dan persepsi masingmasing. Masing-masing lembaga mengusulkan atau merekomendasikan tingkat
upah yang berbeda-beda karena mereka melihat dari sudut pandang dan
kepentingan yang berbeda-beda juga. Serikat pekerja/serikat buruh selalu
menghendaki tingkat upah yang lebih tinggi dari perwakilan pengusaha,
sedangkan untuk perwakilan pemerintah berperan sebagai stabilisator.
Permasalahan yang sering muncul dalam penentuan upah minimum adalah
perbedaan persepsi tentang nilai kebutuhan hidup layak (KHL) hasil survei yang
akan dijadikan dasar pertimbangan dalam merumuskan usulan penetapan upah
minimum.

Dalam merumuskan usulan upah minimum pemerintah tidak hanya mengacu pada
hasil survei KHL saja, tetapi faktor-faktor lain yang mempengaruhi formulasi

21

upah minimum kota juga yaitu inflasi pertumbuhan ekonomi daerah, UMP, dan
tingkat upah daerah sekitar. Pemerintah daerah mengusulkan tingkat upah yang
memang menjadi penengah dari tingkat upah yang diusulkan oleh dunia usaha dan
serikat pekerja/serikat burruh. Dengan hadirnya campur tangan pemerintah
diharapkan maka kemungkinan terjadinya perselisihan dan ketimpangan yang
terjadi antara buruh dan pengusaha dapat ditangani dan dihindari.

B. Upah

Upah diartikan sebagai pembayaran atas jasa-jasa fisik maupun mental yang
disediakan oleh tenaga kerja kepada para pengusaha. upah dibedakan menjadi dua
pengertian yaitu: upah uang dan upah rill. Upah uang adalah jumlah uang yang
diterima pekerja dari pengusaha sebagai pembayaran atas tenaga mental maupun
fisik para pekerja yang digunakan dalam proses produksi. Upah rill adalah tingkat
upah pekerja yang diukur dari sudut kemampuan upah tersebut membeli barang
dan jasa yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan para pekerja (Sadono
Sukirno, 1985:297-298).

Upah merupakan salah satu unsur untutk menentukan harga pokok dalam
perusahaan, karena ketidakpastian dalam menentukan besarnya upah akan sangat
merugikan perusahaan. Oleh karenanya ada beberapa faktor yang mempegaruhi
tinggi rendahnya tingkat upah yaitu sebagai berikut:
1.

Penawaran dan Permintaan Tenaga Kerja
Untuk pekerjaan yang membutuhkan keterampilan tinggi dan jumlah tenaga
kerjanya langka, maka upah cenderung tinggi, sedangkan untuk jabatan-

22

jabatan yang mempunyai penawaran yang melimpah, upahnya cenderung
turun.
2.

Organisasi Buruh
Ada tidaknya organisasi buruh serta kuat lemahnya organisasi buruh akan
mempengaruhi tingkat upah. Adanya serikat buruh yang kuat akan
meningkatkan tingkat upah demikian pula sebaliknya.

3.

Kemampuan Untuk Membayar
Pemberian upah tergantung pada kemampuan membayar dari perusahaan.
Bagi perusahaan, upah merupakan salah satu komponen biaya produksi,
tingginya upah akan mengakibatkan tingginya biaya produksi dan pada
akhirnya akan mengurangi keuntungan.

4.

Produktivitas Pekerja
Upah sebenarnya merupakan imbalan atas prestasi kerja karyawan. Semakin
tinggi prestasi kerja karyawan, maka semakin besar upah yang mereka terima.
Prestasi pekerja ini dinyatakan sebagai produktivitas pekerja.

5.

Biaya Hidup
Biaya hidup yang besar seperti halnya kota besar, upah kerja cenderung
tinggi. Biaya hidup juga merupakan batas penerimaan upah dari karyawan

6.

Pemerintah
Pemerintah dengan peraturan-peraturannya mempengaruhi tinggi rendahnya
upah. Peraturan tentang upah umumnya merupakan batas bawah dari tingkat
upah yang harus dibayarkan.

Upah yang diterima pekerja merupakan pendapatan bagi pekerja dan keluarganya
sebagai balas jasa atau imbalan atas pekerjaan yang dilakukan dalam proses

23

produksi. Bagi perusahaan upah merupakan biaya dari penggunaan faktor
produksi sebagai input dari proses produksi, dengan demikian besar kecilnya upah
akan berpengaruh terhadap biaya produksi perusahaan. Ada beberapa alasan
dinamiknya upah menurut Arfida BR (2003:159-161) adalah sebagai berikut:
1. Produktivitas
2. Besarnya Penjualan
3. Laju inflasi
4. Sikap Pengusaha
5. Institusional

Sistem pengupahan di Indonesia pada umumnya didasarkan pada tiga fungsi upah
yaitu :
1. Menjamin kehidupan layak bagi pekerja dan keluarga
2. Mencerminkan imbalan atas hasil kerja seseorang
3. Menyediakan insentif untuk mendorong peningkatan produktivitas kerja

1.

Upah Riil

1.1 Pengertian Upah Rill
Upah riil adalah tingkat upah pekerja yang diukur dari sudut kemampuan upah
tersebut membeli barang-barang dan jasa yang diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan para pekerja. (Sadono Sukirno, 2006:351).
Upah riil (real wage) adalah menunjukkan daya beli dari pembayaran berupa
uang. (Moekijat, 2007:7) Berdasarkan pengertian tersebut, dapat ditarik
kesimpulan bahwa upah riil (real wage) merupakan jumlah imbalan berupa uang
dari pemberi kerja yang dianggap layak bagi seorang pekerja untuk memenuhi

24

kebutuhan hidupnya yang diukur dari kemampuan upah tersebut dan menunjukkan
daya beli tenaga kerjanya.

Di dalam jangka panjang sejumlah tertentu upah pekerja akan mempunyai
kemampuan yang semakin sedikit di dalam membeli barang-barang dan jasa-jasa
yang dibutuhkan. Keadaan seperti itu timbul akibat dari kenaikan harga-harga
barang dan jasa tersebut, yang selalu berlaku dari waktu ke waktu. Adanya
kenaikan harga-harga akan menurunkan daya beli dari sejumlah tertentu
pendapatan. Di dalam jangka panjang kecenderungan yang selalu berlaku adalah
keadaan dimana harga-harga barang maupun upah terus menerus mengalami
kenaikan. Tetapi kenaikan tersebut tidaklah serentak dan juga tingkat kenaikannya
berbeda. Walau bagaimanapun hal ini tidak menimbulkan kesulitan untuk
mengetahui sampai dimana kenaikan pendapatan merupakan suatu gambaran dari
kenaikan kesejahteraan yang dinikmati oleh para pekerja.

Menurut Sonny Sumarsono (2003:38), perubahan tingkat upah akan
mempengaruhi tinggi rendahnya biaya produksi perusahaan. Apabila digunakan
asumsi bahwa tingkat upah naik, maka akan terjadi hal-hal sebagai berikut:
a. Naiknya tingkat upah akan meningkatkan biaya produksi perusahaan, yang
selanjutnya akan meningkatkan harga per unit barang yang diproduksi.
Konsumen akan memberikan respon apabila terjadi kenaikan harga barang,
yaitu mengurangi konsumsi atau bahkan tidak lagi mau membeli barang yang
bersangkutan. Akibatnya banyak barang yang tidak terjual, dan terpaksa
produsen menurunkan jumlah produksinya. Turunnya target produksi,
mengakibatkan berkurangnya tenaga kerja yang dibutuhkan. Penurunan

25

jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan karena pengaruh turunnya skala
produksi disebut dengan efek skala produksi atau scale effect.
b.

Apabila upah naik (asumsi harga dari barang-barang modal lainnya tidak
berubah), maka pengusaha ada yang lebih suka menggunakan teknologi padat
modal untuk proses produksinya dan menggantikan kebutuhan akan tenaga
kerja dengan kebutuhan akan barang-barang modal seperti mesin dan lainnya.
Penurunan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan karena adanya penggantian
atau penambahan penggunaan mesin-mesin disebut dengan efek substitusi
tenaga kerja (substitution effect).

1.2 Cara Menghitung Upah Riil
Dalam prakteknya menghitung upah riil tidaklah sederhana. Dalam ekonomi
terdapat berbagai jenis barang dan jasa. Dari tahun ke tahun mereka mengalami
kenaikan atau perubahan harga yang tidak seragam. Ada yang tidak mengalami
kenaikan, ada yang mengalami kenaikan harga yang tinggi dan ada yang kenaikan
harganya relatif lambat. Di samping itu berbagai jenis barang tersebut sangat
berbeda kepentingannya dalam hidup manusia. Ada yang sering dibeli konsumen,
seperti makanan, pakaian, dan sewa rumah. Ada pula yang pembelian ke atasnya
tidak terlalu sering dilakukan seperti misalnya membeli rumah dan mobil, atau
melancong ke luar negeri. Perbedaan ini menimbulkan efek yang berbeda kepada
kesejaht