Tujuan Penelitian Kerangka Pikir

6 tanaman akan mengalami defisit air sehingga produktivitas lahan menurun dan pada akhirnya keuntungan tidak optimal. Demikian halnya dengan jarak antara sumur, sangat penting kaitannya dengan keberlangsungan usahatani dengan pompanisasi menggunakan airbumi. Jika jarak antar sumur terlalu dekat, maka saling pengaruh antar sumur sangat besar sehingga sebuah sumur tidak dapat mencapai debit maksimal. Di samping itu, kerusakan lingkungan berupa pemampatan akifer dapat terjadi. Akifer yang mampat tidak dapat menyediakan air yang maksimal, sehingga produktivitas sumur akan menurun. Akibatnya yaitu penggunaan airbumi untuk irigasi selanjutnya tidak dapat memberikan keuntungan karena luasan yang dapat diairi sudah pasti menyusut. Berdasarkan kenyataan di lapangan, penggunaan airbumi untuk irigasi di Kabupaten Wajo belum mempertimbangkan hal-hal tersebut, sehingga penggunaan airbumi tidak optimal dan berpeluang terjadinya kerusakan lingkungan dan usahatani yang tidak menguntungkan. Dengan dasar tersebut, maka dilakukan penelitian model dua dimensi aliran airbumi dengan operasi pompa tunggal dan ganda. Model ini dipilih sebagai suatu cara untuk mempelajari karakteristik airbumi, karena di samping biaya yang relatif murah, pelaksanaannya mudah dan memiliki tingkat akurasi yang tinggi. Dengan demikian, maka pemanfaatan airbumi untuk irigasi sesuai dengan karakteristik akifer dan kebutuhan tanaman sehingga usahatani menguntungkan dan lingkungan tidak mengalami degradasi sehingga usahatani berkelanjutan.

1.2. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada latar belakang, maka penelitian yang dilakukan bertujuan untuk: 1. Mengetahui karakteristik akifer dan potensi airbumi pada daerah penelitian. 2. Memperoleh suatu model yang dapat digunakan untuk mengestimasi muka airbumi secara spasial melalui operasi pompa tunggal dan ganda. 3. Menentukan luas minimum layak agar usahatani irigasi airbumi dapat menguntungkan melalui simulasi model. 4. Menentukan besarnya debit optimal dalam kegiatan irigasi airbumi berdasarkan daya dukung akifer dan kebutuhan air tanaman sehingga usahatani dapat berkelanjutan. 7

1.3. Kerangka Pikir

Di antara beberapa jenis penggunaan air, irigasi merupakan jenis penggunaan air yang paling besar. Sehingga dalam usaha budidaya pertanian, sumber air merupakan pertimbangan utama, terutama budidaya tanaman padi. Beberapa sumber air untuk tanaman diantaranya air hujan, air permukaan dan airbumi. Kabupaten Wajo sebagai salah satu sentra produksi beras di Indonesia Timur sebagian besar sawah berupa tadah hujan, sebagian petani memanfaatkan airbumi sebagai sumber air irigasi. Hal ini disebabkan karena sumber air permukaan untuk irigasi sulit diperoleh dan curah hujan tidak dapat memenuhi kebutuhan air tanamn akibat distribusi hujan yang tidak merata. Penggunaan airbumi untuk irigasi di Kabupaten Wajo cukup berkembang, terlihat dengan banyaknya sumur pengambilan untuk irigasi. Hal ini dimungkinkan karena potensi airbumi cukup besar dan tinggi muka airbumi yang dangkal, sehingga pengambilannya cukup mudah, yaitu hanya dengan pompa yang digerakkan oleh motor diesel. Hal ini diusahakan oleh petani secara perorangan. Namun dalam pengoperasiannya memerlukan biaya yang tinggi. Di samping itu, kemungkinan terjadinya kerusakan lingkungan akibat pengambilan yang berlebih dapat terjadi, mengingat sistem pengambilan yang belum mempetimbangkan karakteristik akifer dan kapasitas resapan serta aspek kelayakan berdasarkan tinjauan ekonomi. Atas dasar tersebut, maka penelitian ini dilakukan dengan kerangka pikir seperti pada Gambar 1. Mengingat peranan airbumi dalam siklus hidrologi cukup penting, maka dalam pengkajian pengelolaan airbumi untuk irigasi dilakukan pendekatan hidrologi dengan akifer sebagai suatu sistem. Air yang diperoleh melalui pemompaan akan mengurangi volume air dalam akifer, di samping pengurangan akibat air kapiler dan rembesan discharge ke tempat lain dan dalam waktu bersamaan pengisian airbumi terus berlangsung. Sumber pengisian airbumi seperti perkolasi dari sawah atau resapan dari tempat lain. Secara skematis, siklus air dalam sistem ini seperti pada Gambar 2. Karakteristik akifer, volume air dalam akifer dan sumber air resapan sulit diprediksi secara langsung, maka dilakukan prediksi melalui model matematika. Model tersebut disusun berdasarkan kondisi fisik sistem dengan deskripsi sistem 8 berdasarkan pada data sekunder. Beberapa model optimasi penggunaan airbumi yang telah dikembangkan disajikan pada Tabel 1. Model yang sudah ada belum mempertimbangkan aspek biaya dan keuntungan penggunaan airbumi untuk irigasi maupun karakteristik hadraulik akifer secara terpadu. Gambar 1 Skema kerangka pikir. Berikut adalah skema untuk menganalisis aliran airbumi yang digunakan untuk irigasi menggunakan pompa dengan metode beda hingga finite difference. Penggunaan Airbumi untuk Irigasi : Biaya relatif tinggi Sistem pengambilan belum efisien. Ketersediaan airbumi sulit diprediksi Penggunaan Airbumi semakin meningkat : Jumlahnya besar Pengambilan lebih leluasa dan mudah Ketersediaan lebih lama Kualitas lebih baik Dampak penggunaan airbumi : v Penurunan muka airbumi v Penurunan permukaan tanah v intrusi air laut Menuju Pengelolaan Airbumi untuk Irigasi dengan Pompa yang berkelanjutan Menyusun Model Pengelolaan Airbumi untuk irigasi yang: - Dapat menjelaskan karakteristik akifer - Penggunaan airbumi efisien dan efektif - Tidak terjadi kerusakan lingkungan - Pendapatan petani meningkat Penggunaan Airbumi untuk Irigasi yang Berkelanjutan 9 Gambar 2 Skema analisis aliran airbumi yang digunakan untuk irigasi dengan metode beda hingga. Akifer dangkal Hujan Evapotranspirasi Air kapiler Sumur Debit ke air permukaan Sawah Perkolasi dari sawah Resapan dari air permukaan Po m pa ke lahan s aw ah Resapan dari tempat lain Legenda: Perpindahan air Akifer 10 Tabel 1 Beberapa model optimasi penggunaan airbumi dan tanaman Parameter No Model optimasi Q h A C U T R S y r f he p hj e sr Airbumi 1 Gorelick 1983 X X - - - X X X - - - - - - - 2 Willis dan Liu 1984 X X - - - X X X - - - - - - - 3 Kinzelbach 1986 X X - - - X - - X - - - - - - 4 Heckele 1988 X X - - - X - X - - - - - - - 5 Mays dan Tung 1986 X - - - - X - X - - - - - - - 6 Finney et al. 1992 X X - - - X X X - - - - - - - 7 Herlina et al. 1997 X X - - - X - X - - - - - - - 8 Nishikawa 1998 X X - - - X X X - - - - - - - Tanaman 9 IRRI 1990 X - - - X - - - - X X X X X - 10 Waspodo 1993 X - - - X - - - - X X X X X - 11 Ardani 1997 X - - - X - - - - X X X X X - 12 Waspodo et al. 2001 X X X - - X X X - X X X X X - Sumber : Waspodo, 2001 13 Yang dikembangkan X X X X X X X X X X X X X X X Keterangan : X = parameter yang digunakan - = parameter yang tidak digunakan Q = debit sumur bor ltdt h = tinggi muka airbumi m A = luas lahan ha C = biaya harga airbumi Rpm 3 U = keuntungan Rpha T = transmisivitas m 2 dt R = resapan m 3 thn Sy = hasil spesifik r = jari-jari pengaruh sumur m f = keperluan air tanaman padi m he = curah hujan efektif mmhari p = kebutuhan air untuk pengolahan tanah mmhari hj = curah hujan mmhari e = efisiensi total sr = sumber resapan.

1.4. Manfaat Penelitian