Pengelolaan Airbumi untuk Irigasi

27 Selanjutnya Arifin dan Fauzi 2007, solver dapat digunakan untuk melakukan berbagai skenario optimasi atas suatu masalah. Solver dapat menangani masalah yang melibatkan banyak sel variabel dan membantu mencari kombinasi variabel untuk meminimalkan dan memaksimalkan nilai suatu sel target. Solver memungkinkan untuk mendefinisikan sendiri suatu batasan atau kendala yang harus dipenuhi agar pemecahan masalah dianggap benar. Menurut Yulianto dan Sutapa 2005, sebelum memasuki Solver, langkah pertama yang harus dilakukan adalah mendefinisikan dan memilih variabel keputusan, kendala dan fungsi tujuan dari suatu masalah. Setelah langkah pertama, yang harus dilakukan adalah memasukkan data fungsi tujuan, kendala dan variabel keputusan dalam Excel. Selanjutnya Yulianto dan Sutapa 2005, mendefinisikan variabel keputusan, fungsi tujuan dan kendala sebagai berikut: 1 Variabel keputusan adalah variabel yang menggambarkan keputusan yang akan dibuat. 2 Fungsi tujuan adalah fungsi dari harapan atau kriteria yang ingin dicapai, yang selanjutnya akan dimaksimalkan atau diminimalkan. 3 Kendala atau batasan adalah kondisi atau syarat yang membatasi nilai-nilai dari variabel keputusan yang mungkin.

2.9. Pengelolaan Airbumi untuk Irigasi

Irigasi berarti mengalirkan air dari sumbernya agar dapat digunakan untuk memenuhi keperluan pertanian. Dengan demikian tujuan irigasi adalah mengalirkan air untuk memenuhi kebutuhan air bagi tanaman dengan cara membagi-bagikan di antara sawah secara teratur dan kemudian membuang kelebihannya setelah dimanfaatkan sebaik-baiknya. Kebutuhan air irigasi merupakan jumlah air yang dibutuhkan sebagai tambahan terhadap hujan agar dapat memenuhi kebutuhan tanaman yang sedang tumbuh Hansen et al., 1979. Menurut Kalsim 2002, dalam perancangan irigasi, keperluan air sering dinyatakan dengan aliran khayal Imaginary flow yang secara kontinyu 24 jam per hari masuk dan keluar dalam 1 ha lahan. Satuan yang digunakan dinyatakan dalam 1 ltdt.ha = 8,64 mmhari. Pengaliran air irigasi dapat dilakukan dari beberapa sumber, salah-satu di antaranya adalah airbumi. 28 Baik airbumi bebas maupun airbumi tertekan umumnya dapat dimanfaatkan sebagai sumber air pengairan, terutama di daerah-daerah dataran dan daerah berteras, karena lapisan-lapisan yang mengandung air terbentuk secara teratur, demikian pula distribusinya dan pengisian airnya kembali. Pemanfaatan airbumi, terutama untuk pemenuhan kebutuhan air bagi keberhasilan usaha budidaya tanaman perlu didahului dengan penyidikan-penyidikan agar di kemudian hari tidak terjadi hal-hal yang merugikan dan dapat berlangsung secara berkelanjutan Kartasapoetra et al., 1994. Menurut Pusposutardjo 2001, bahwa konsep pengembangan irigasi berkelanjutan dapat dijelaskan dengan mengadopsi rumusan pembangunan berkelanjutan seperti pada Gambar 6. Konsep pembanguan berkelanjutan tersebut dikenal sebagai konsep Burger. Konsep Burger dalam pembangunan berkelanjutan menganut asas-asas : 1 efisensi 2 kecukupan 3 konsistensi keserasian dari elemen-elemen pembangunan dan 4 kewaspadaan. Gambar 6 Konsep pembangunan irigasi berkelanjutan dalam cakupan pembangunan berkelanjutan. Menurut Kartasapoetra et al. 1994, bahwa dalam rangka memenuhi kebetuhan air irigasi untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang dibudidayakan dapat berlangsung secara berkelanjutan, maka perlu dilakukan Keberlanjutan ekologi biosfer : - Keberlanjutan Sumber daya - Keberlanjutan lingkungan Bentuk dari pembangunan masyarakat : - Keberlanjutan cultural - Keberlanjutan social - Keberlanjutan politis - Keberlanjutan institusi Modus dari produksi sebagai pembangunan ekonomi : - Keberlanjutan ekonomis - Keberlanjutan fisik. Pengembangan Irigasi Berkelanjutan 29 penyelidikan tentang kondisi sumber airbumi. Penyelidikan dilakukan terhadap banyaknya airbumi yang dapat dipompa ke luar dan kapasitas pemulihan kembali permukaan airbumi pada kedalaman semula setelah pemompaan dihentikan. Komponen penyelidikan pada umumnya dilakukan terhadap : 1 Banyakbesarnya airbumi yang keluar dari akifer, 2 Bayaknya airbumi yang keluar dengan memperhatikan uji penurunan permukaan airbumi secara bertahap step drawdown, agar perencanaan tentang banyaknya pemompaan air dapat ditentukan secara seimbang, sebab kenyataannya apabila banyaknya pemompaan menjadi lebih besar dari nilai tertentu, kapasitas spesifik akan berkurang secara drastis dan pada akhirnya mengakibatkan ketidakmampuan suatu akifer. Selanjutnya Kartasapoetra et al. 1994, menjelaskan bahwa untuk mencegah mengeringnya sumber airbumi, tindakan yang perlu dilakukan adalah : 1 Pemompaan airbumi dalam usaha mencukupi kebutuhan air hendaknya dilakukan secara seimbang antara banyaknya pemompaan dengan pengisiannya kembali, 2 Pada lapisan dangkal yang diketahui sirkulasi airbuminya rendah, maka besarnya pemompaan hendaknya dibatasi, 3 Pada lapisan yang dangkal dengan kemampuan pengisian kembali yang besar dan kecepatan sirkulasi airbuminya tinggi pemompaan memang dapat dilakukan secara besar, namun demikian pemompaan airbumi tersebut hendaknya dilakukan sampai batas maksimal tertentu debit optimal saja, demi pengawetan airbumi di daerah itu. Kondisi suatu lapisan pengandung airbumi atau lapisan yang jenuh dengan airbumi akifer ditentukan oleh struktur geologi dan bentuk topografi, dengan demikian maka tahap dasar dalam rangka penyelidikan airbumi harus meliputi Kartasapoetra et al., 1994: 1 Penyelidikan awal terhadap topografi dan geologi di tempat di mana airbumi itu sangat diperlukan bagi pengairan; 2 pendugaan fisik dan pemboran uji adalah untuk menduga, apakah di tempatdaerah itu memang terdapat sumber airbumi; 30 3 pengukuran airbumi dan pengujian akifer yaitu untuk memperkiran apakah sumber airbumi tadi potensial jika dimanfaatkan bagi pengairan. Selain kemampuan sumber airbumi, kebutuhan air irigasi bagi tanaman perlu diketahui agar terjadi keseimbangan sehingga keberlanjutan irigasi dapat tercapai. Di samping itu, keberlanjutan perlu dukungan ekonomi yang merupakan faktor produksi tanaman. Dengan demikian, diperlukan pengetahuan tentang kedua hal tersebut hubungannya dengan irigasi.

2.10. Hubungan irigasi dan produksi