normal atau tidaknya sebaran, jika p 0,05 maka sebaran dinyatakan normal se- dangkan p 0,05 maka sebaran dinyatakan tidak normal.
Pada uji normalitas terhadap skala inferiority feeling, diperoleh koefisien K-S Z sebesar 0,998 dengan nilai signifikansi sebesar 0,272 p 0,05 signifikan.
Hasil tersebut menunjukkan sebaran data berdistribusi normal. Uji normalitas ter- hadap skala agresivitas diperoleh koefisien K-S Z sebesar 0,727 dengan nilai sig-
nifikansi sebesar 0,667 p 0,05 signifikan. Hasil tersebut juga menunjukkan sebaran data berdistribusi normal.
b. Uji Linieritas
Uji linieritas dilakukan untuk menguji apakah pola sebaran variabel X dan Y membentuk garis linier. Untuk menguji linieritas tersebut, digunakan program
SPSS 17.0. Kaidah yang digunakan untuk mengetahui linier atau tidaknya sebaran adalah jika p 0,05 maka sebaran dinyatakan linier, sedangkan p 0,05 maka
sebaran dinyatakan tidak linier. Hasil tersebut berdasarkan perhitungan uji linier- itas yang disajikan pada tabel berikut ini:
Tabel 4.22 Hasil Uji Linieritas
ANOVA Table
Agresivitas inferiority Between Groups
Within Groups
Total Combined Linearity
Deviation from Linearity
Sum of Squares 11024.095 2656.834
8367.261 3959.833 14983.929
Df 42
1 41
13 55
Mean Square 262.478 2656.834
204.080 304.603
F .862
8.722 .670
Sig. .660
.011 .838
Hasil perhitungan diperoleh F sebesar 8,722 dengan p = 0,011. Dikare- nakan nilai p 0,05 maka pola hubungan antara variabel inferiority feeling
dengan agresivitas pada remaja delinkuen adalah linier.
4.3.3 Hasil Uji Hipotesis
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara inferiority feel- ing dengan agresivitas pada remaja delinkuen. Berikut ini hasil perhitungan
dengan menggunakan bantuan SPSS versi 17 for Windows: Tabel 4.23 Analisis Korelasi Antara Inferiority Feeling dengan Agresivitas pada
Remaja Delinkuen
Correlations
inferiority Agresivitas
Inferiority Pearson Correlation
1 .421
Sig. 2-tailed .001
N 56
56 Agresivitas
Pearson Correlation .421
1 Sig. 2-tailed
.001 N
56 56
. Correlation is significant at the 0.01 level 2-tailed.
Berdasarkan penjelasan tabel di atas, maka dapat diketahui koefisien ko- relasi r inferiority feeling dengan agresivitas pada remaja delinkuen sebesar
0,421 dengan taraf signifikan p = 0,001 dimana p 0,05. Hal tersebut menunjuk- kan bahwa hipotesis yang berbunyi “Ada hubungan antara inferiority feeling
dengan agresivitas pada remaja delinkuen ” dinyatakan diterima. Nilai koefisien
yang positif menunjukkan hubungan yang positif, yaitu kenaikan suatu variabel akan menyebabkan kenaikan variabel lain, dan sebaliknya penurunan suatu varia-
bel akan menyebabkan penurunan variabel yang lain. Dengan kata lain semakin
tinggi inferiority feeling yang dimiilki maka semakin tinggi pula agresivitas yang dihasilkan oleh remaja delinkuen. Sebaliknya semakin rendah inferiority feeling
yang dimiliki maka semakin rendah agresivitas yang dihasilkan oleh remaja de- linkuen.
4.4 Pembahasan 4.4.1 Pembahasan Hasil Analisis Deskriptif
Inferiority Feeling dan Agresivi- tas pada Remaja Delinkuen
a. Analisis Deskriptif agresivitas pada remaja delinkuen Agresivitas pada remaja delinkuen yaitu kecenderungan perilaku yang dil-
akukan remaja, diluar kebiasaan orang banyak dan bertentangan dengan hukum, agama, norma norma yang ada di masyarakat dan apabila perilaku tersebut mun-
cul dalam diri orang dewasa maka akan disebut tindakan kriminal secara sengaja dan bertujuan untuk melukai atau menyakiti pihak lain, baik secara verbal, fisik
ataupun keduanya. Agresivitas dalam penelitian ini diukur menggunakan alat ukur bernama
the Aggression Questionnaire karya Buzz Perry. Secara umum agresivitas pada subjek penelitian berada pada pada kriteria rendah. Agresivitas yang rendah ini
menandakan bahwa subjek penelitian memang melakukan sedikit tindak kenaka- lan atau kriminal bertujuan untuk menyakiti orang lain baik itu dilakukan secara
fisik maupun secara verbal ataupun kedua-duanya. Agresivitas disini memiliki empat aspek yaitu aspek anger, aspek verbal
agression, aspek physical agression, dan aspek hostility. Tiap aspek menunjukkan hasil yang rendah. Berikut ini pembahasan mengenai analisis deskriptif pada tiap