commit to user
II. LANDASAN TEORI
A. Penelitian Terdahulu
Menurut hasil penelitian Abadi 2008 dengan judul Analisis Pemasaran Keripik Tempe di Kecamatan Sambungmacan Kabupaten Sragen, di dalam
pemasaran keripik tempe di Kecamatan Sambungmacan Kabupaten Sragen terdapat tiga saluran pemasaran yaitu saluran pemasaran I, produsen langsung
konsumen. Saluran pemasaran II yaitu produsen ke pedagang pengecer, dalam penelitian ini adalah pemasar, kemudian konsumen. Saluran terakhir yaitu saluran
III yaitu produsen ke pedagang pengumpul, pedagang pengecer, baru konsumen. Dalam pemasaran keripik tempe di Kecamatan Sambungmacan Kabupaten Sragen
ketiga saluran pemasaran yang ada sudah termasuk kedalam pemasaran yang efisien, karena bagian yang diterima produsen lebih dari 50.
Dalam jurnal yang diterbitkan Balitbangjatim 2007 tentang pemasaran keripik tempe di Malang Jawa Timur, memperoleh hasil struktur pasar yang
terjadi pada produk industri keripik tempe termasuk dalam pasar persaingan monopolistik. Diferensiasi dari produk keripik tempe meliputi merk, rasa,
kemasan, dan kualitas. Secara keseluruhan dapat diketahui bahwa pemasaran keripik tempe belum efisien, karena distribusi marjin, distribusi share dan RC
antar lembaga pemasaran di tiap-tiap saluran pemasaran masih bervariasi dan belum terdistribusi secara adil. Usaha industri keripik tempe memberikan peluang
besar dimasa mendatang, akan tetapi masih diperlukan penataan dalam aspek pemasaran. Peran ini harus diambil oleh pihak pemerintah daerah khususnya
dalam mewujudkan agroindustri wilayah. Penelitian
Analisis Pemasaran
Keripik Tempe
di Kecamataan
Sambungmacan Kabupaten Sragen dan jurnal pemasaran keripik tempe di Kota Malang Jawa Timur ini memberikan pertimbangan tentang komoditas dan cara
pemasaran keripik tempe yang dilakukan dalam penelitian yang dilakukan. Model analisis yang sama dengan penelitian strategi pemasaran keripik
tempe ini juga dipakai pada penelitian terdahulu, walaupun komoditasnya lain. Komoditas penelitian Astuti 2007 adalah jahe, dengan judul Strategi Pemasaran
Jahe di Kabupaten Karanganyar. Hasil penelitiannya adalah kekuatan dalam usaha pemasaran jahe adalah organisme pengganggu tanaman yang terkendali, adanya
1
commit to user bantuan dari pemerintah berupa benih dan sarana produksi, adanya keragaman
produk jahe yaitu jahe segar basah dan jahe kering, saluran distribusi yang lancar, dan adanya kemitraan dengan perusahaan jamu. Kelemahan dalam usaha
pemasaran jahe adalah harga yang berfluktuatif, permodalan terbatas, keuntungan yang cenderung menurun, belum adanya promosi yang memadai, dan sumber daya
manusia masih rendah. Peluang dalam usaha pemasaran jahe adalah kebijakan pemerintah dalam mendukung pengembangan jahe, tingkat kesuburan tanah yang
mendukung budidaya jahe, adanya teknologi budidaya dan pengolahan hasil, maraknya budaya back to nature, peningkatan daya beli masyarakat, dan
pertumbuhan penduduk yang besar. Ancaman dalam usaha pemasaran jahe adalah harga tawar pembeli yang rendah, tuntutan kualitas dari konsumen, dan konsumen
atau langganan tersebar di daerah yang luas. Alternatif strategi pemasaran yang dapat diterapkan adalah meningkatkan kualitas produk dengan penggunaan
teknologi dan bantuan dari pemerintah, memperluas jaringan distribusi dan menjalin kerjasama di bidang pemasaran, meningkatkan promosi dan
merencanakan program promosi, dan stabilitas harga dengan pemanfaatan teknologi. Berdasarkan QSPM, prioritas strategi pemasaran yang dapat diterapkan
di Kabupaten Karanganyar adalah stabilitas harga dengan pemanfaatan teknologi dengan nilai TAS Total Attractiveness Score Total Nilai Daya Tarik 4,893.
Penelitian Strategi Pemasaran Jahe di Kabupaten Karanganyar ini dipakai sebagai acuan dalam penetapan alternatif strategi dan pemilihan prioritas strategi dengan
menggunakan QSPM.
B. Tinjauan Pustaka