STRATEGI PEMASARAN KERIPIK BELUT DI KECAMATAN BAKI KABUPATEN SUKOHARJO

STRATEGI PEMASARAN KERIPIK BELUT DI KECAMATAN BAKI KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI

Oleh :

DIDIT HANDOYO SAPUTRO

H 0305060

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

STRATEGI PEMASARAN KERIPIK BELUT DI KECAMATAN BAKI KABUPATEN SUKOHARJO

yang dipersiapkan dan disusun oleh DIDIT HANDOYO SAPUTRO

H 0305060

telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 26 Januari 2010 Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Dewan Penguji

Ketua

Anggota I

Anggota II

Dr.Ir.Hj. Suprapti S.,M.P NIP. 19650626 199003 2 001

Ir. Sugiharti Mulya H., M.P

R .Kunto Adi. S.P, M.P

NIP. 19731017 2003121 002

I NIP.19480808 1976122 001

Surakarta, Januari 2010

Mengetahui, Universitas Sebelas Maret Fakultas Pertanian Dekan

Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, M.S. NIP. 19551217 198203 1 003

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga Penulis dapat melaksanakan penelitian dan menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik dan lancar. Skripsi yang berjudul “Strategi Pemasaran Keripik Belut Di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo” ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Pelaksanaan penelitian serta proses penyelesaian skripsi ini dapat terlaksana dengan lancar berkat dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Suntoro, M.S. selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Ir. Agustono, M.Si selaku Ketua Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis.

3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya H.,M.P. selaku Dosen Pembimbing Utama, Pembimbing Akademik dan Komisi Sarjana yang telah begitu sabar memberikan nasehat, bimbingan, arahan dan masukan yang sangat berharga bagi Penulis.

4. Bapak R. Kunto Adi S.P., M.P . selaku Dosen Pembimbing Pendamping yang telah memberikan bimbingan dan masukan dalam penulisan skripsi ini.

5. Ibu Dr. Ir. Hj. Suprapti S,, M.P. yang sudah banyak memberikan masukan yang bermanfaat untuk perbaikan skripsi ini.

6. Kesbanglinmas, BAPPEDA, Dinas Perikanan Kabupaten Sukoharjo, Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Sukoharjo, dan semua pengusaha keripik belut di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo yang telah memberikan ijin kepada Penulis untuk melakukan penelitian dan membantu dalam menyediakan data yang dibutuhkan bagi Penulis.

7. Seluruh Dosen Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan yang bermanfaat bagi Penulis.

8. Mbak Iriawati, S. Sos. dan Bapak Syamsuri yang dengan sabar membantu menyelesaikan segala urusan administrasi berkenaan dengan studi dan skripsi Penulis.

iii

9. Bapak dan Ibu tercinta, Bapak Sukadi dan Ibu Sri Suyati, atas segenap cinta, dukungan, dan doa yang tiada pernah berakhir. I Love U So Much Mom & Dad.

10. Adikku Imas A.K., terima kasih atas doa, dukungan, kasih sayang, dan keceriaannya.

11. My “Sweet Honey” Nur Chasanah terima kasih atas cinta kasih sayang, perhatian, omelan, ocehan yang telah diberikan selama ini..Love u so much.

12. Sahabat-sahabatku Anwar, Pandan, Eka, Simbah, Kokom, Anis, Ayink, Ayu, Nazir, Jack terimakasih atas persahabatan, perhatian, bantuan, kebersamaan dan semangat yang tak ternilai.

13. Teman-teman kos Lazuardi, terima kasih atas keceriaan, motivasi dan bantuannya selama kos di Lazuardi.

14. Seluruh pengurus dan anggota HIMASETA FP UNS, terimakasih atas kesempatan dan pengalaman yang telah diberikan.

15. Teman-temanku Agrobisnis angkatan 2003, 2004, 2006, 2007 dan 2008, dan seluruh teman-teman Fakultas Pertanian UNS terimakasih atas kebersamaannya

16. Teman-teman mahasiswa Agrobisnis angkatan 2005 yang siap tambah kaya (Ama, Andry, Anwar, Ayu, Bentar, Dewi, Dwi, Erry, Hafidh, Hendy, Iva, Joko, Luthfi, Mega, Mila, Nico, Niken, Willie, Panji, Pitri, Putri, Devi, Rahar, Pandan, Wind, Jajux, Triana, Wahyu, Wheni, Nina, Abdul, Ansav, Andre, Soma, Annis, Apriani, Cecep, Denny, Diana, Rika, Eka, Wiwit, Eye, Martha, Gulan, Hamdan, Herlina, Isti, MTA, Naily, Nazir, Nurul, Hayuk, Rima, Rini, Septo, Siti, Tria, Viarka, Yaning) terimakasih atas kebersamaan dan kekeluargaan yang akan selalu jadi kenangan terindah.

17. Semua pihak yang tidak dapat Penulis sebutkan satu persatu, terimakasih.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun di kesempatan yang akan datang. Akhirnya Penulis berharap semoga skripsi ini berguna bagi para pembaca.

Surakarta, Januari 2010 Penulis

iv

Tabel 17. Identitas Responden Pengusaha Keripik Belut..........................

48 Tabel 18. Identitas Responden Pemasok Keripik Belut............................. 49

Tabel 19. Identitas Responden Pedagang Pengumpul Keripik Belut........ 49

Tabel 20. Identitas Responden Pengecer Keripik Belut............................. 49

Tabel 21. Identitas Responden Konsumen Keripik Belut.......................... 50

Tabel 22. Identitas Responden Pesaing Keripik Belut............................... 50

Tabel 23. Identifikasi Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman

dalam Pemasaran Keripik Belut di Kecamatan Baki

Kabupaten Sukoharjo................................................................. 62 Tabel 24. Matriks SWOT Pemasaran Keripik Belut di Kecamatan Baki

Kabupaten Sukoharjo................................................................. 74 Tabel 25. Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM) Pemasaran

Keripik

Baki Kabupaten Sukoharjo................................................................................... 78

Belut

di

Kecamatan

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Lima Kekuatan Persaingan.....................................................

17 Gambar 2. Kerangka Pemikiran Pendekatan Masalah.............................

23 Gambar 3. Pembuatan Keripik Belut......................................................

58

ix

RINGKASAN

Didit Handoyo Saputro, H0305060. 2009. “Strategi Pemasaran Keripik Belut Di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo”. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. Dibawah bimbingan Ir. Sugiharti Mulya H., M.P dan R. Kunto Adi, S.P., M.P.

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang serta ancaman dalam pemasaran keripik belut di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo, merumuskan alternatif strategi yang dapat diterapkan dalam pemasaran keripik belut di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo dan menentukan prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam pemasaran keripik belut di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo

Metode dasar penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitis. Metode penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purposive (sengaja), yaitu di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo yang merupakan satu-satunya sentra industri keripik belut di Kabupaten Sukoharjo. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Metode analisis data yang digunakan adalah (1) analisis SWOT untuk mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam strategi pemasaran keripik belut, (2) matriks SWOT digunakan untuk merumuskan alternatif strategi pemasaran keripik belut, dan (3) matriks QSP untuk menentukan prioritas strategi pemasaran keripik belut.

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor internal yang menjadi kekuatan pemasaran keripik belut di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo adalah pengalaman produksi, kontinyuitas produksi, kualitas keripik belut, saluran distribusi yang lancar, dan kemitraan/kerjasama antar produsen. Faktor-faktor yang menjadi kelemahan pemasaran keripik belut di Kabupaten Sukoharjo adalah promosi terbatas, kemasan yang kurang menarik, harga fluktuatif, harga keripik belut mahal, dan manajemen keuangan/pembukuan belum tersusun secara rapi. Faktor-faktor yang menjadi peluang pemasaran keripik belut di Kabupaten Sukoharjo adalah perluasan akses pasar, meningkatnya kesadaran masyarakat akan gizi, perhatian pemerintah(pemberian ijin usaha dan modal), kebijakan promosi, adanya teknologi internet, persaingan di dalam Kabupaten Sukoharjo relatif kecil. Faktor-faktor yang menjadi ancaman pemasaran keripik belut di Kabupaten Sukoharjo adalah perbedaan musim, produsen keripik belut di luar Kabupaten Sukoharjo, pemerintah yang kurang berperan optimal dalam pemberian modal/kredit, adanya pemasaran keripik lain, daya beli konsumen terhadap keripik belut rendah. Alternatif strategi yang dapat diterapkan dalam pemasaran keripik belut di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo yaitu: mempertahankan kualitas, promosi perikanan, menjaga loyalitas konsumen, jaringan distribusi keripik belut, kemitraan, dan penanaman modal swasta untuk menembus pasar ekspor; peningkatan pemasaran hasil produk keripik belut melalui promosi produk unggulan spesifik lokasi disertai dengan membentuk wadah kerjasama antar pengusaha keripik belut dengan dukungan dari pemerintah. Prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam pemasaran keripik belut di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo adalah meningkatkan kualitas, promosi perikanan, menjaga loyalitas konsumen, jaringan distribusi keripik belut, kemitraan, dan penanaman modal swasta untuk menembus pasar ekspor.

Kata Kunci: Belut, Keripik Belut, Strategi Pemasaran, Analisis SWOT

xi

SUMMARY

Didit Handoyo Saputro, H0305060. 2009. "Marketing Strategies of Eel Chips in Baki district Sukoharjo Regency". Agriculture Faculty of Sebelas Maret University Surakarta. Under tuition of Ir. Sugiharti Mulya H., M.P And R. Kunto Adi, S.P., M.P.

This research aims to identify the internal and external factors becoming strengths, weaknesses, opportunities and also threats in eel chips marketing in Sukoharjo Regency, formulating alternative strategies which can be applied in marketing of eel chips in Sukoharjo Regency and determine the strategy priority which can be applied in eel chips marketing in Sukoharjo Regency.

The basic method used for this research is the analytical descriptive method. Determination of research location conducted by purposive method, that is in Baki sub district representing the single industrial centre of eel chips in Sukoharjo Regency. Type of data used in this research are primary and secondary data. Methods used for data analysis (1) analysis SWOT to identify the internal and external factors becoming strengths, weaknesses, opportunities and threats in eel chips marketing strategies, (2) matrix SWOT to formulate the alternatives of eel chips marketing strategies, and (3) matrix QSP to determine the priority of eel chips marketing strategies.

The result indicates that the internal factors becoming strengths of eel chips marketing in Regency Sukoharjo are the experience in production, the continuity of production, the quality of eel chips, the fluent distribution channel, and the partnership/cooperation among the producers. Factors becoming weaknesses of eel chips marketing in Baki district Regency Sukoharjo are the limited promotion, the losing-look tidiness, the fluctuative price, the inability to self fulfil of raw materials and the lack of financal management ability. Factors becoming opportunities of eel chips marketing in Baki district Sukoharjo Regency are the extension of market access, the increasing of society nutrition awareness, the governmental attention (by giving work permit and financial capital), the promotion policy, the internet technology, the less competition of eel chips marketing in Baki district Regency Sukoharjo itself. Factors becoming threats of eel chips marketing in Baki district Regency Sukoharjo are the season differences, the eel chips producer outside Sukoharjo Regency, the less optimal effort by the government in credit giving, the marketing of dissimilar chips, the low purchasing power of eel chips consumers. Alternative strategies which can be applied in eel chips marketing in Baki district Sukoharjo Regency: to maintain quality, to promote fishery, to take care of consumers loyalty, network of eel chips distribution, partnership and to cultivate private sector capital to penetrate the export market; to increase eel chips product marketing through location specific pre-eminent product promotion accompanied with developing cooperation among the eel chips producers with the support from the government. The priority of strategies which can be applied in eel chips marketing in Baki district Regency Sukoharjo are to maintain quality, to promote fishery, to take care of consumers loyalty, network of eel chips distribution, partnership and to cultivate private sector capital to penetrate the export market.

Keyword: Eel, Eel Chips, Marketing Strategies, SWOT Analysis

xii

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada hakekatnya kebutuhan akan pangan merupakan kebutuhan utama bagi setiap orang. Seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap hubungan pola makan dengan kesehatan, menyebabkan permintaan akan bahan pangan menjadi semakin meningkat. Sektor pertanian merupakan sektor penyedia bagi kebutuhan bahan pangan penduduk Indonesia. Pemenuhan kebutuhan akan makanan dan gizi dapat diperoleh dari hasil-hasil pertanian, yang berasal dari sub sektor tanaman bahan pangan, peternakan, perkebunan dan perikanan. Hal ini tidak terlepas dari peranan industri pengolahan di bidang pangan. Industri pengolahan pangan umumnya mengolah bahan menjadi produk-produk yang dibutuhkan manusia dalam kehidupannya untuk memenuhi kebutuhan energi dan gizi.

Menurut Wirakartakusumah (1997), industri pangan merupakan salah satu sektor industri yang sangat penting peranannya dalam perekonomian Indonesia. Disamping mampu memenuhi kebutuhan pangan Indonesia, industri pangan juga dapat menghasilkan devisa untuk negara. Keberadaan industri pangan di Indonesia dapat menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang cukup banyak serta mampu mendorong berdirinya industri penunjang seperti industri kemasan, industri mesin dan peralatan pengolahan pangan maupun industri agribisnis.

Salah satu sub sektor pertanian yang memerlukan peranan sektor industri adalah perikanan karena sangat berperan dalam menyediakan pemenuhan gizi nasional, khususnya dalam pemenuhan gizi protein hewani. Salah satu produk perikanan adalah belut. Belut merupakan salah satu sumber lauk-pauk yang memiliki kandungan protein tinggi. Daging belut sendiri mempunyai nilai kandungan gizi yang baik untuk tubuh. Dalam 100 gram daging belut terkandung protein 14 g, lemak 27 g, zat besi 2,0 mg, kalsium 20 mg, vitamin A 1.600 SI (satuan Internasional), vitamin B 0,1 mg, vitamin C 2,0 mg (Agromedia, 2008).

1 xiii

Berikut ini adalah tabel perbandingan antara kandungan gizi belut, bandeng dan lele untuk setiap 100 gram. Tabel 1. Kandungan Gizi Belut, Bandeng, dan Lele Per 100 Gram

Lele Kalori

Zat Gizi

17,0 g Lemak

14,0 g

20 g

8g Karbohidrat

27,0 g

4,8 g

0,3 g Fosfor

0,0 g

0,7 g

170,0 mg Kalsium

200 mg

150 mg

11,0 mg Zat Besi

20,0 mg

20,0 mg

0,1 mg Vitamin A

2,0 mg

2,0 mg

30 SI Vitamin B1

1600 SI

150 SI

0,08 mg Vitamin C

75,1 g Sumber: Agromedia, 2008

58,0 mg

Tabel 1 menunjukkan bahwa belut mengandung banyak zat yang dibutuhkan oleh tubuh. Kandungan gizi belut tidak kalah bila dibandingkan dengan bandeng dan lele. Selain mengandung protein, belut mengandung kalori, lemak, fosfor, vitamin A dan vitamin C yang tinggi. Kandungan lemak pada belut cukup tinggi, yaitu mencapai 27 g per100g. Lemak memegang peran penting sebagai sumber kelezatan, sumber energi, penyedia asam lemak esensial, dan tentu saja sebagai pembawa vitamin larut lemak (A, D, E dan K). Belut juga kaya akan fosfor. Fungsi utama fosfor adalah sebagai pemberi energi dan kekuatan pada metabolisme lemak dan karbohidrat, sebagai penunjang kesehatan gigi dan gusi. Belut kaya akan zat besi yang sangat diperlukan tubuh untuk mencegah anemia gizi, yang ditandai oleh tubuh yang mudah lemah, letih, dan lesu. Kandungan vitamin A yang mencapai 1.600 SI per 100 g membuat belut sangat baik untuk digunakan sebagai pemelihara sel epitel. Selain itu, vitamin A juga sangat diperlukan tubuh untuk pertumbuhan, penglihatan, dan proses reproduksi. Peningkatan konsumsi belut diharap dapat membantu upaya peningkatan konsumsi protein sehingga permasalahan Kurang Kalori Protein (KKP) dapat teratasi.

Belut selain dijual dalam bentuk segar juga diolah menjadi produk olahan yang dapat memberikan nilai tambah yang lebih tinggi. Salah satu

xiv xiv

Kabupaten Sukoharjo merupakan daerah yang telah mengembangkan usaha industri keripik belut. Usaha industri ini telah berkembang cukup lama mengingat permintaan keripik belut yang cukup besar yang dikarenakan keripik belut merupakan makanan yang dibuat untuk oleh-oleh ataupun sebagai makanan ringan. Adapun jumlah produksi keripik belut/jumlah tenaga kerja dan pemasaran keripik belut di Kabupaten Sukoharjo dapat dilihat pada Tabel 2 seperti berikut:

Tabel 2. Jumlah Produksi, Tenaga Kerja dan Pemasaran Keripik Belut di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo Tahun 2008

No. Nama Perusahaan/

Jumlah Tenaga Pemasaran Pemilik

JumlahProduksi

Kerja (orang) 1. Bambang Santoso

(Ton/Bulan)

14 Lokal, Luar kota, Luar negeri

2. Hadi Warsito

15 Lokal, Luar kota

3. Sudilam

10 Lokal, Luar kota

4. Samino

6 Lokal, Luar kota

5. Sutikno

3 Lokal, Luar kota

6. Sutrisno

4 Lokal, Luar kota

8,67 Sumber: Data Primer Tabel 2 menunjukkan bahwa jumlah usaha keripik belut di Kabupaten

Jumlah Rata-rata

Sukoharjo terdapat enam unit usaha keripik belut dengan produksi rata-rata 4,23 ton per bulan. Selain jumlah produksi yang besar, usaha ini juga mampu menampung tenaga kerja yang banyak kurang lebih 9 orang/unit usaha. Usaha keripik belut di Kabupaten Sukoharjo mempunyai cakupan pemasaran sampai ke luar kota, yaitu Solo, Bandung Yogyakarta, Klaten, Jakarta serta

xv

Kalimantan. Untuk pasar ekspor pemasarannya mencakup negara Singapura dan Malaysia.

Usaha keripik belut di Kabupaten Sukoharjo sudah berjalan cukup lama kurang lebih sekitar 28 tahun. Untuk dapat bertahan hingga saat ini usaha keripik belut int tidak terlepas dari banyaknya masalah yang dihadapi. Dari segi produk masalah yang dihadapi adalah keripik belut yang dihasilkan tidak seragam, kemudian untuk memenuhi bahan baku masih sangat kesulitan. Harga yang dihasilkan masih tergolong relatif mahal jika dibandingkan dari produk keripik belut yang berasal dari Godean Yogyakarta. Untuk 1 kg keripik belut yang berasal dari Sukoharjo dijual dengan harga Rp 45.000,00- Rp 48.000,00/kg sedangkan untuk keripik belut yang berasal dari Yogyakarta dijual dengan harga Rp 30.000,00 - Rp 45.000,00/kg. Masalah lain yang juga mempengaruhi pemasaran keripik belut di Kabupaten Sukoharjo adalah masalah promosi dimana promosi yang dilakukan hanya sebatas dari mulut ke mulut saja. Untuk cakupan distribusi masih sangat terbatas karena keripik belut di Kabupaten Sukoharjo dijual dan dinikmati hanya dari kalangan menengah ke atas saja Melihat dari permasalahan yang ada maka diperlukan strategi pemasaran yang tepat supaya pemasaran keripik belut di Kabupaten Sukoharjo dapat terus berjalan dengan baik.

Pemasaran adalah pekerjaan yang paling menentukan dalam setiap aktivitas usaha. Tanpa pemasaran yang tepat dan benar, hasil budidaya yang telah dilakukan akan sia-sia. Oleh karena kegiatan pemasaran menyangkut masalah mengalirnya produk dari produsen ke konsumen maka pemasaran menciptakan lapangan kerja yang penting bagi masyarakat (Assauri,1987).

Ada banyak faktor yang mempengaruhi pemasaran keripik belut, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Oleh karena itu, sangat penting melakukan analisis faktor internal dan eksternal untuk mendapatkan strategi yang tepat dalam pemasaran keripik belut. Diharapkan strategi pemasaran ini dapat memberi arahan dalam pemasaran keripik belut sehingga kepuasan konsumen tercapai dan produsen mendapatkan keuntungan serta dapat meningkatkan taraf hidupnya.

xvi

B. Perumusan Masalah

Belut (Monopterus albus) merupakan ikan darat dari keluarga Synbranchidae dan tergolong ordo Synbranchiodae, yaitu ikan yang tidak mempunyai sirip atau anggota lain untuk bergerak. Belut mempunyai ciri-ciri badan bulat panjang seperti ular tetapi tidak bersisik dan kulitnya licin mengeluarkan lendir. Matanya kecil hampir tertutup oleh kulit. Giginya juga kecil runcing berbentuk kerucut dan bibir berupa lipatan kulit yang lebar di sekeliling mulutnya. Belut mempunyai sirip punggung, sirip dubur, dan sirip ekor yang sangat kecil sehingga hampir tidak terlihat oleh mata (Astawan, 2009).

Banyak cara untuk meningkatkan nilai tambah belut salah satunya adalah dengan mengolah belut menjadi makanan camilan seperti keripik belut. Di Kabupaten Sukoharjo, belut hasil olahan seperti keripik belut menjadi prioritas utama. Keripik belut dapat dijual dengan harga yang lebih tinggi dibandingkan dengan belut segar. Harga belut segar berkisar antara Rp 20.000,00-Rp25.000,00/kg sedangkan harga keripik belut Rp 45.000,00–Rp 100.000,00/kg. Harga tersebut tergolong cukup mahal jika dibandingkan dengan produk camilan yang lain.

Masalah utama yang dihadapi oleh industri keripik belut di Kabupaten Sukoharjo adalah masalah dalam bidang pemasaran. Masalah pemasaran ini mencakup produk, promosi, distribusi, harga dan persaingan. Produk keripik belut yang dihasilkan tidak seragam, yaitu besar kecilnya tidak sama. Hal ini menyebabkan permasalahan pendistribusian dan penetapan harganya berbeda. Keripik belut di Kabupaten Sukoharjo dibagi menjadi tiga kelas, yaitu kelas I, kelas II dan kelas III. Keripik belut kelas I merupakan keripik belut dengan ukuran kecil, diolah tanpa tepung dengan rasa yang sangat renyah, jika digoreng tidak kempis, berwarna kehitaman, biasanya diekspor dan mutunya bagus harga jualnya sekitar Rp 70.000,00-Rp 100.000,00/kg. Keripik kelas II adalah keripik belut jenis super memiliki ciri khas belut yang berukuran sedang, tidak mudah patah, tahan hingga waktu beberapa bulan keripik belut jenis ini menggunakan sedikit tepung yaitu rosebrand sehingga rasanya

xvii

renyah biasanya dipasarkan hanya untuk daerah lokal saja dengan harga sekitar Rp 60.000,00–Rp 70.000,00/kg. Keripik belut kelas III jenis keripik belut biasa memiliki ciri khas belut dengan bentuk agak besar, menggunakan banyak tepung, agak keras, biasanya menggunakan tepung campuran rosebrand dengan jenis tepung lain dan hanya dipasarkan untuk lokal saja. Biasanya dijual dengan harga berkisar Rp 45.000,00–Rp 48.000,00/kg dan hanya untuk mencukupi kebutuhan lokal saja yaitu hanya untuk daerah Surakarta dan sekitarnya saja. Untuk keripik belut kelas III harga jualnya tergolong cukup mahal jika dibandingkan dengan keripik belut yang berasal dari daerah Godean Yogyakarta. Masalah lain yang dihadapi adalah ketidakmampuan pengusaha dalam memenuhi bahan baku. Pengusaha harus mendapatkan stok belut sampai ke daerah Jawa Timur. Promosi yang telah dilakukan selama ini belum optimal karena informasi mengenai keripik belut di Kabupaten Sukoharjo hanya dapat diketahui dari mulut ke mulut saja. Hal ini akan sangat berpengaruh terhadap hasil penjualan dan keuntungan yang akan diperoleh. Masalah lain yang dihadapi adalah pendistribusiannya dalam hal segmentasi pasar, mengakibatkan produk ini tidak dapat dinikmati oleh kalangan menengah ke bawah karena terkait dengan harga yang telah ditetapkan.

Persaingan industri keripik belut di Kabupaten Sukoharjo adalah dengan industri keripik belut diluar Kabupaten Sukoharjo. Adanya persaingan yang semakin ketat baik karena pesaing yang semakin bertambah, produksi yang banyak dan harga yang relatif masih mahal bagi masyarakat menengah kebawah, pengusaha keripik belut perlu menerapkan strategi pemasaran yang lebih tepat agar bisa memenangkan persaingan dan mendukung pemasaran keripik belut sampai ke luar daerah Kabupaten Sukoharjo. Strategi pemasaran merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan keberhasilan jalannya proses pemasaran suatu usaha. Apabila strategi pemasaran tidak direncanakan maka efisiensi dan efektivitas pemasaran produk suatu usaha tidak dapat tercapai.

xviii

Oleh karena itu, perlu adanya suatu strategi pemasaran keripik belut bagi para pengusaha di Kabupaten Sukoharjo agar dapat mengetahui tindakan yang tepat yang harus dilakukan oleh pengusaha keripik belut. Penentuan strategi pemasaran dimulai dari pemahaman terhadap faktor-faktor strategi (faktor internal dan faktor eksternal) yang berpengaruh dalam pemasaran keripik belut. Berdasarkan uraian tersebut, permasalahan yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apa saja faktor-faktor strategis dalam pemasaran keripik belut di Kabupaten Sukoharjo?

2. Alternatif strategi apa saja yang dapat diterapkan dalam pemasaran keripik belut di Kabupaten Sukoharjo?

3. Prioritas strategi apa yang dapat diterapkan dalam pemasaran keripik belut di Kabupaten Sukoharjo?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang serta ancaman dalam pemasaran keripik belut di Kabupaten Sukoharjo.

2. Merumuskan alternatif strategi yang dapat diterapkan dalam pemasaran keripik belut di Kabupaten Sukoharjo.

3. Menentukan prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam pemasaran keripik belut di Kabupaten Sukoharjo.

D. Kegunaan Penelitian

1. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengalaman dan pengetahuan dalam hal pemasaran keripik belut, di samping untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bagi pengusaha, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan acuan dalam rangka peningkatan usaha dan mampu memperbaiki

xix xix

3. Bagi pemerintah daerah, hasil penelitian diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran dan bahan pertimbangan dalam menyusun suatu kebijakan yang lebih baik di masa yang akan datang terutama dalam pemasaran usaha keripik belut di Kabupaten Sukoharjo.

4. Bagi pihak lain, semoga penelitian ini dapat menjadi salah satu sumber informasi, wawasan dan pengetahuan serta sebagai referensi untuk

penelitian yang sejenis.

II. LANDASAN TEORI

A. Penelitian Terdahulu

Fatima (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Strategi Pemasaran Kopi Bubuk Flores Nusa Tenggara Trading co. ltd. (ntc) di Ruteng Kabupaten Manggarai, Provinsi Nusa Tenggara Timur menyimpulkan bahwa tujuan dalam penelitiannya yaitu: (1) kekuatan internal NV. NTC adalah manajer berpengalaman, persepsi publik terhadap produk baik, citarasa dan aroma kas, kualitas produk baik, tata letak pabrik strategis, dan saluran distribusi lancar. Kelemahannya adalah profesionalisme karyawan masih rendah, harga produk tidak kompetitif, promosi produk kurang, kemasan berlogo ganda, jaringan pemasaran terbatas, dan pangsa pasar domestik belum optimal. Sedangkan peluang eksternalnya adalah preferensi dan pendapatan konsumen, kebijakan pemerintah, perubahan teknologi, pertumbuhan ekonomi baik, jumlah penduduk bertambah, dan budaya masyarakat setempat. Ancamannya adalah persaingan, hambatan perdagangan, kenaikan BBM dan tarif listrik, nilai tukar berubah-ubah, biaya produksi meningkat, dan dampak negatif kopi terhadap kesehatan. (2) Alternatif strategi yang memiliki ketertarikan

xx xx

Penelitian Adi (2008), dengan judul Strategi Pengembangan Usahatani Lele Dumbo di Kabupaten Boyolali bertujuan untuk mengidentifikasi keragaan usahatani lele dumbo di Kabupaten Boyolali, merumuskan alternatif strategi dan menentukan prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam mengembangkan usahatani lele dumbo di Kabupaten Boyolali. Alternatif strategi yang dapat diterapkan dalam mengembangkan usahatani lele dumbo di Kabupaten Boyolali yaitu mempertahankan kualitas, promosi perikanan, jaringan distribusi lele dumbo, kemitraan, dan penanaman modal swasta untuk menembus pasar ekspor; optimalisasi pemberdayaan, peningkatan jumlah unit-unit pembenihan (Unit Pembenihan Rakyat) dan perbaikan sarana dan prasarana lokasi budidaya 9 serta meningkatkan kualitas sumber daya petani secara teknis, moral dan spiritual melalui kegiatan pembinaan untuk memaksimalkan produksi dan daya saing ikan lele dumbo. Prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam mengembangkan usahatani lele dumbo di Kabupaten Boyolali adalah meningkatkan kualitas sumber daya petani secara teknis, moral dan spiritual melalui kegiatan pembinaan untuk memaksimalkan produksi dan daya saing ikan lele dumbo.

Penelitian di atas dijadikan sebagai landasan atau referensi dalam penelitian ini dengan alasan adanya kesamaan dalam metode pendekatan analisis yaitu menggunakan analisis pendekatan analisis SWOT dan memberikan alternatif strategi dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi. Adapun penelitian-penelitian di atas untuk ke depannya dapat dijadikan sebagai sumber informasi dan gambaran secara komprehensif

sehingga akan mempermudah peneliti untuk menentukan strategi pemasaran selanjutnya.

B. Tinjauan Pustaka

1. Be lut Belut merupakan salah satu jenis ikan yang memiliki bentuk tubuh

xxi xxi

Belut sawah memiliki ciri bentuk badan memanjang seperti ular tidak bersirip dada dan perut, tidak bersisik, sirip dubur dan sirip punggung berubah menjadi sembulan kulit yang tidak berjari-jari. Duburnya jauh ke arah belakang. Tubuhnya licin sehingga susah dipegang. Belut dewasa rata-rata hanya sepanjang 50 cm. Lingkar tubuhnya 5-7 cm (Ahmad, 2007).

Belut merupakan komoditas perikanan darat yang bergerak dengan jalan melenggak-lenggokkan tubuhnya ke kiri dan ke kanan. Habitatnya di tempat berlumpur, genangan air tawar, atau aliran air yang kurang deras. Bentuknya yang seperti ular membuat sebagian orang enggan untuk melihatnya. Padahal, dagingnya sangat lezat dan dapat diolah menjadi berbagai makanan yang bergizi tinggi. Selain itu, belut juga memiliki berbagai khasiat untuk kesehatan (Astawan, 2009). 2. Ke rip ik Be lut

Menurut Azahari (2007) selain di konsumsi sebagai menu makanan, belut juga kerap diolah menjadi berbagai jenis makanan ringan yang lezat seperti keripik belut. Keripik belut merupakan sejenis makanan camilan yang dibuat untuk oleh-oleh dibuat dari belut berukuran kecil dengan menggunakan campuran bumbu dan tepung ataupun tanpa tepung. Kunci untuk menghasilkan keripik yang enak, harus dipilih belut tangkapan disawah, bukan menggunakan belut hasil budidaya yang menggunakan pakan yang mengandung bahan kimia. 3. Ind ustri Ke rip ik Be lut

xi

Suatu kegiatan industri yang mengolah bahan baku (belut) menjadi produk olahan makanan seperti keripik belut. Keripik belut merupakan produk olahan industri rumah tangga. Dari segi rasa dan kualitas tak kalah dengan produk lainnya, terbukti makanan ini digemari banyak orang. Permintaan keripik belut berasal dari segala golongan masyarakat mulai rumah tangga sampai usaha rumah makan. Alasan yang mendasari keripik belut dinikmati adalah karena belut termasuk kelompok ikan air tawar yang banyak mengandung protein, setelah diolah menjadi menu makanan rasanya menjadi gurih selain itu belut juga memiliki manfaat untuk meningkatkan daya tahan tubuh (Bisnisbali, 2005)

4. Stra te g i Strategi adalah bakal tindakan yang menuntut keputusan manajemen puncak dan sumber daya perusahaan yang banyak untuk merealisasikannya. Disamping itu, strategi juga mempengaruhi kehidupan organisasi dalam jangka panjang, paling tidak selama lima tahun. Oleh karena itu, sifat strategi adalah berorientasi ke masa depan. Strategi mempunyai fungsi multifungsional atau multidimensional dan dalam perumusannya perlu mempertimbangkan faktor-faktor internal maupun eksternal yang dihadapi perusahaan (David, 2004).

Strategi adalah sebuah rencana dasar yang luas dari suatu tindakan organisasi untuk mencapai suatu tujuan. Sebuah strategi adalah rencana yang digunakan sebagai langkah untuk mencapai sasaran yaitu memenangkan suatu persaingan (Stanton, 1993).

Strategi dapat didefinisikan sebagai alat untuk mencapai tujuan, karena suatu strategi pada dasarnya merupakan suatu skema untuk mencapai sasaran yang dituju (Umar, 2003).

Ja uc h dan G lue c k (1991) me mb ua t stra te g i mo d e l ma na je me n me nja d i b e b e ra p a ta ha p , ya itu:

a. Mempertimbangkan unsur-unsur manajemen strategi

1) Tujuan perusahaan

xxiii

2) Perencanaan perusahaan

b. Meneliti lingkungan eksternal

c. Meneliti lingkungan internal

d. Memilih alternatif strategi

e. Mengalokasikan sumber daya yang ada dan mengorganisasikan sesuai dengan strategi

f. Membuat kebijakan fungsional dan administrasi

g. Mengevaluasi untuk pembuatan pertimbangan strategi berikutnya 5. Pe ma sa ra n Pemasaran adalah fungsi bisnis yang mengidentifikasikan keinginan dan kebutuhan yang belum terpenuhi sekarang dan mengatur seberapa besarnya, menentukan pasar-pasar target mana yang paling baik dilayani oleh organisasi, dan menentukan berbagai produk, jasa dan program yang tepat untuk melayani pasar tersebut. Jadi pemasaran berperan sebagai penghubung antara kebutuhan-kebutuhan masyarakat dengan pola jawaban industri (dalam hal ini termasuk industri di bidang pertanian) yang bersangkutan (Kotler, 1992).

Pengertian tentang pemasaran lazim disebut oleh para usahawan sebagai penghubung antara produsen dengan para konsumen dengan mana kedua kepentingan dapat dipertemukan, kepentingan produsen untuk penjual produk-produk yang telah dihasilkannya dan kepentingan konsumen untuk memiliki produk-produk tersebut guna memuaskan atau memenuhi kebutuhannya (Kartasapoetra, 1992).

Konsep pemasaran menyatakan bahwa alasan keberadaan sosial dan ekonomi bagi suatu organisasi adalah memuaskan kebutuhan konsumen dan keinginan tersebut sesuai dengan sasaran perusahaan. Hal tersebut didasarkan pada pengertian bahwa suatu penjualan tidak tergantung pada agresifnya tenaga penjual, tetapi lebih pada kepentingan konsumen untuk membeli suatu produk. Menurut Lamb et al (2001), konsep pemasaran terdiri dari:

xxiv xxiv

b. Mengintegrasikan seluruh aktivitas organisasi, termasuk di dalamnya produk untuk memuaskan kebutuhan ini.

c. Pencapaian tujuan jangka panjang bagi organisasi dengan memuaskan kebutuhan ini. Menurut Stanton (1991), dalam melakukan pemasaran perlu diperhatikan strategi pemasaran yang dijalankan perusahaan berkaitan dengan produk, harga, promosi, dan distribusi. Strategi pemasaran adalah kombinasi dari empat variabel atau kegiatan yang merupakan inti dari sistem pemasaran. Empat variabel tersebut menunjukan pandangan- pandangan penjual tentang kiat pemasaran yang tersedia untuk mempengaruhi pembeli, setiap kiat pemasaran dirancang untuk memberikan manfaat-manfaat bagi pelanggan. Adapun empat variabel tersebut adalah:

a. Produk Mengelola unsur produk termasuk perencanaan dan pengembangan yang tepat dipasarkan oleh perusahaan merupakan hal yang sangat penting. Strategi dibutuhkan untuk mengubah produk yang ada, merambat yang baru dan mengambil tindakan-tindakan lain yang mempengaruhi bermacam-macam produk. Keputusan strategi dibutuhkan untuk pengemasan, penentuan cap dan berbagai segi produk lainnya.

b. Harga Dalam menentukan harga, manajemen harus menentukan harga dasar

yang tepat bagi produknya. Manajemen harus menentukan strategi yang menyangkut pada harga, pembayaran ongkos angkut dan berbagai variabel yang berhubungan dengan harga.

c. Promosi

xxv

Promosi adalah unsur yang didayagunakan untuk memberitahukan dan membujuk pasar tentang produk baru perusahaan.

d. Distribusi Perantara pemasaran pada dasarnya merupakan faktor lingkungan yang berada di luar jangkauan perusahaan, seseorang eksekutif pemasaran tetap mempunyai ruang gerak yang luas pada saat ia berhubungan dengan perantara. Tanggung jawab pemasaran adalah memilih dan mengelola saluran perdagangan yang dipakai dalam menyalurkan produk serta mengembangkan sistem distribusi untuk pengiriman dan penanganan produk secara fisik.

6. Stra te g i Pe ma sa ra n Strategi pemasaran pada dasarnya adalah rencana yang menyeluruh, terpadu, dan menyatu di bidang pemasaran, yang memberikan panduan tentang kegiatan yang akan dijalankan untuk dapat tercapainya tujuan pemasaran. Dengan perkataan lain, strategi pemasaran adalah serangkaian tercapainya tujuan dan sasaran, kebijakan dan aturan yang memberi arah kepada usaha-usaha pemasaran dari waktu ke waktu pada masing-masing tingkatan dan acuan serta alokasinya terutama sebagai tanggapan dalam menghadapi lingkungan dan keadaan persaingan yang selalu berubah (Assauri, 1987).

Pada dasarnya dalam suatu strategi pemasaran tercakup juga adanya strategi produk dan strategi pasar dimana kesemuanya ini merupakan usaha yang dilakukan untuk membiasakan diri secara teratur dalam memilih pasar beserta produk apa yang akan dipasarkan berdasarkan pertimbangan pada situasi lingkungan (Afif, 1994).

Menurut Asri (1991), strategi pemasaran adalah wujud rencana yang terarah dibidang pemasaran untuk memperoleh suatu hasil yang optimal. Strategi pemasaran terdiri dari unsur-unsur pemasaran terpadu (4P dari marketing mix yaitu product, price, promotion, dan place) yang selalu berkembang sejalan dengan gerak dan perubahan lingkungan pemasarannya serta perubahan perilaku konsumen. Bila tujuan pemasaran

xxvi xxvi

Lingkungan pemasaran adalah pelaku-pelaku dan kekuatan-kekuatan yang berada di luar fungsi manajemen. Dengan demikian, akan mempengaruhi

pemasaran untuk mengembangkan dan membina transaksi yang berhasil dengan para pelanggan sasarannya (Kotler, 1991). Lingkungan pemasaran meliputi faktor-faktor eksternal yaitu:

kemampuan

manajemen

a. Faktor Eksternal

1. Konsumen Konsumen mempengaruhi industri melalui kemampuan mereka untuk menekan turunnya harga, permintaan terhadap kualitas atau jasa yang lebih baik, dan memainkan peran untuk melawan satu pesaing dengan pesaing yang lainnya (Hunger dan Wheelen, 2003).

2. Pemasok Pemasok dapat mempengaruhi industri dengan kemapuan mereka untuk menaikkan harga atau menurunkan kualitas barang atau jasa yang dibeli (Hunger dan Wheelen, 2003).

3. Teknologi Setiap perusahaan melibatkan sejumlah besar teknologi. Setiap hal yang dilakukan sebuah perusahaan sudah pasti melibatkan teknologi jenis tertentu, walaupun ada kenyataan bahwa satu atau lebih teknologi mungkin tampak mendominasi produk atau proses produksi (Porter, 1994).

4. Pesaing Suatu perusahaan dalam jangka panjang akan mampu bertahan jika berhasil mengembangkan strategi untuk menghadapi suatu struktur persaingan diantara perusahaan dalam industri, ancaman dari masuknya pendatang baru, ancaman dari produk

xxvi i xxvi i

Pendatang Baru

Ancaman Pendatang Baru

Kekuatan Penawar Kekuatan Penawar Pesaing Industri Pemasok Pembeli

Pemasok Pembeli

Persaingan diantara perusahaan yang ada

Ancaman Produk atau Jasa Pengganti

Produk Pengganti

Gambar 1. Lima Kekuatan Persaingan

Sumber: Porter, 1994

b. Faktor Internal

xxvi ii

Pemasaran merupakan proses mengalirnya barang dari produsen ke konsumen. Faktor-faktor internal dapat diidentifikasi dari pihak- pihak yang terlibat di lembaga pemasaran. Selain itu, juga melibatkan pihak-pihak yang mempunyai kepentingan dalam pemasaran misalnya pemerintah. Faktor-faktor internal yang diidentifikasi meliputi sumber daya manusia, keuangan, produksi, pemerintah, dan pemasaran yang meliputi bauran pemasaran. Bauran pemasaran mengacu pada paduan strategi produk, distribusi, promosi ,dan harga yang dirancang untuk menghasilkan pertukaran yang saling memuaskan dengan pasar yang dituju.

1. Sumber Daya Manusia Faktor sumber daya merupakan faktor yang penting karena manusia berperan dalam setiap proses pengambilan keputusan. Sumber daya manusia merupakan salah satu sumber daya yang terdapat dalam organisasi, meliputi semua orang yang melakukan aktivitas.

2. Pemasaran

a) Strategi produk (product strategic) Mengelola unsur produk termasuk perencanaan dan pengembangan produk atau jasa yang tepat untuk dipasarkan oleh perusahaan. Strategi dibutuhkan untuk mengubah poduk yang ada, menambah yang baru, dan mengambil tindakan- tindakan lain yang mempengaruhi bermacam-macam produk (Stanton, 1993).

b) Strategi distribusi (place strategic) Strategi distribusi berkaitan dengan upaya membuat produk dimana konsumen membutuhkannya. Tujuan dari distribusi adalah untuk memastikan bahwa produk tiba dalam kondisi layak pakai pada tempat yang dituju pada saat diperlukan (Stanton, 1993).

c) Strategi promosi (promotion strategic)

xxix

Promosi adalah unsur yang didayagunakan untuk memberitahukan dan membujuk pasar tentang produk baru. Iklan, penjualan perorangan, promosi penjualan merupakan kegiatan utama promosi (Stanton, 1993).

d) Strategi harga (price strategic) Dalam menentukan harga, manajemen harus menentukan harga dasar yang tepat bagi produknya. Manajemen harus menentukan strategi yang menyangkut potongan harga, pembayaran ongkos angkut, dan berbagai variabel yang bersangkutan harga (Stanton, 1993).

3. Keuangan Kondisi keuangan sering dianggap satu-satunya barometer terbaik dalam melihat dalam posisi bersaing. Termasuk didalamnya adalah modal kerja, pemanfaatan harta, dan keuntungan (David, 2004).

4. Produksi Faktor produksi terdiri dari semua aktivitas yang mengubah input menjadi output. Kegiatan produksi meliputi prinsip efisiensi, efektifitas dan produktivitas (Umar, 2003).

5. Pemerintah Pemerintah mempengaruhi tingkat aktivitas persaingan sehingga pemerintah layak diperhitungkan karena kekuatan pemerintah dapat mempengaruhi semua industri.

(Hunger dan Wheelen, 2003). 8. Ana lisis SWO T Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan suatu strategi. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (oportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats). Dalam pengambilan keputusan strategis harus terlebih dahulu menganalisis faktor-faktor strategisnya (kekuatan,

xxx xxx

Matriks SWOT adalah alat yang dipakai untuk menyusun faktor- faktor strategis perusahaan. Matriks ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matriks SWOT merupakan perangkat pencocokan yang penting yang mengembangkan empat tipe strategi. strategi SO (Strengths- Opportunities) , strategi WO (Weakness-Opportunities), strategi ST (Strenghts-Threats) dan strategi WT (Weakness-Threats). Mencocokkan faktor-faktor eksternal dan internal kunci merupakan bagian yang paling sulit dalam mengembangkan matriks SWOT dan memerlukan penilaian yang baik dan tidak ada sekumpulan kecocokan yang paling baik (Rangkuti, 2001).

10. Q SPM ( Qua ntita tive Stra te g ic Pla nning Ma trix ) QSPM menentukan daya tarik relatif dari berbagai strategi yang didasarkan sampai seberapa jauh faktor-faktor keberhasilan kritis eksternal dan internal kunci dimanfaatkan atau ditingkatkan. Daya tarik relatif dari masing-masing strategi dihitung dengan menentukan dampak kumulatif dari masing-masing faktor keberhasilan kritis internal dan eksternal (David, 2004).

QSPM adalah alat yang direkomendasikan bagi para ahli strategi untuk melakukan evaluasi pilihan strategi alternatif secara objektif, berdasarkan key success factors internal-eksternal yang telah diidentifikasikan sebelumnya. Jadi secara konseptual, tujuan QSPM adalah untuk menetapkan ketertarikan relatif (relative attractiveness) dari strategi-strategi yang bervariasi yang telah dipilih, untuk menentukan strategi mana yang dianggap paling baik untuk diimplementasikan. Seperti

xxxi xxxi

C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah

Kabupaten Sukoharjo merupakan salah satu Daerah Tingkat II di Provinsi Jawa Tengah yang telah mengalami kemajuan dalam perekonomian. Meskipun kegiatan perekonomian di masing-masing sektor telah mengalami peningkatan, tetapi hanya beberapa sektor saja yang menonjol dalam kegiatan perekonomian.

Salah satu kegiatan industri pengolahan bahan pangan di Kabupaten Sukoharjo adalah pengolahan belut. Keripik belut merupakan hasil olahan dari belut segar dengan penambahan bumbu-bumbu serta tepung beras maupun tanpa tambahan tepung beras dalam penggorengannya sehingga lebih lezat. Keripik belut banyak dijumpai di pusat-pusat perbelanjaan baik di pasar tradisional maupun modern. Rasa khas dan nilai gizi belut telah membuat banyak konsumen menggemarinya, hal ini menjadi pendorong tingginya permintaan belut hidup maupun dalam bentuk olahan seperti keripik belut.

Pemasaran keripik belut di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo memiliki kekuatan dan kelemahan, tetapi juga peluang maupun ancaman. Faktor-faktor tersebut sangat penting diidentifikasikan sebagai pertimbangan alternatif strategi dalam pemasaran keripik belut di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo.

Pada tahap awal sebelum merumuskan strategi perlu dilakukan:

1. Analisis Identifikasi Faktor-Faktor Internal dan Eksternal Proses perumusan strategi dirancang untuk mengarahkan pemasar dalam mencapai tujuan. Penentuan strategi yang cocok atau tepat harus dimulai dengan mengidentifikasi, menganalisa, dan mendiagnosa faktor eksternal dan faktor internal. Ini penting agar pemasar mampu menghadapi situasi dan kondisi lingkungan yang selalu berubah-ubah. Suatu perubahan lingkungan dapat merupakan suatu peluang bagi peningkatan pemasaran maupun ancaman apabila pemasar tidak mampu menyesuaikan kegiatan pemasaran. Oleh sebab itu pemasar dituntut untuk selalu bersikap

xxxi i xxxi i

Faktor eksternal ini meliputi pemerintah, pelanggan pemasok, dan pesaing. Dalam bukunya Freud menekankan bahwa faktor-faktor eksternal tersebut harus: (1) penting bagi pencapaian tujuan jangka panjang dan sasaran tahunan, (2) dapat diukur, (3) berlaku bagi semua perusahaan yang bersaing, (4) hirarkis dalam arti beberapa faktor akan berkaitan dengan keseluruhan perusahaan dan beberapa yang lain akan terpusatkan pada bidang-bidang fungsional atau divisional. Sedangkan untuk faktor internal yaitu pemasaran (produk, harga, promosi, dan distribusi), sumber daya manusia, produksi, dan keuangan.