Siti Fat imah Azzahra , 2014 PENINGKATAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN SIKAP ILMIAH SISWA PADA MATERI
TERMOKIMIA MELALUI PEMBELAJARAN GROUP DAN INDIVIDUAL PROBLEM SOLVING Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan secara umum diartikan sebagai suatu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar agar siswa secara aktif
mengembangkan potensi
dirinya untuk
memiliki kekuatan
spiritual, pengembangan diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak serta ketrampilan yang
diperlukan bagi dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang tertuang dalam No. 20 tahun 2003, tentang
Pendidikan NasionalUndang-Undang Sisdiknas, bahwa pendidikan Nasional bertujuan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Salah satu kunci utama yang berperan dalam memajukan pendidikan
adalah guru.Sudjana dan Rivai 2010 mengemukakan bahwa guru menempati kedudukan sentral, sebab peranannya sangat menentukan. Guru harus mampu
menerjemahkan dan menjabarkan nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum, kemudian mentransformasikan nilai-nilai tersebut kepada siswa melalui proses
pembelajaran di sekolah. Masih banyak guru yang mengajar kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi aktif serta mengembangkan
keterampilan dan pengetahuan.Kegiatan pembelajaran masih berpusat pada guru, sehingga kurang mendukung pengembangan pengetahuan, sikap dan keterampilan
siswa terutama dalam hal pemecahan masalah.Hal ini dapat berpengaruh pada prestasi belajar siswa.
Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan Indonesia adalah masih lemahnya proses pembelajaran di sekolah-sekolah yang mengakibatkan
rendahnya kualitas pendidikan Sanjaya, 2011. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa secara umum hasil belajar siswa pada mata pelajaran kimia
di salah satu SMAN Kota Tangerang memiliki hasil yang rendah, hal ini dapat
Siti Fat imah Azzahra, 2014 PENINGKATAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN SIKAP ILMIAH SISWA PADA MATERI
TERMOKIMIA MELALUI PEMBELAJARAN GROUP DAN INDIVIDUAL PROBLEM SOLVING Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
diketahui dari hasil nilai rata-rata mata pelajaran kimia siswa kelas XI yang diperoleh pada Tahun Ajaran 20102011 yaitu sebesar 42,67 sedangkan nilai
ketuntasan minimal untuk mata pelajaran kimia tersebut adalah 65 Rahayu, 2013. Menurut Dasna dan Sutrisno dalam Eka, 2010, hal ini disebabkan antara
lain rendahnya keterampilan berpikir kritis peserta didik. Dalam pembelajaran, peserta
didik kurang
didorong untuk
mengembangkan kamampuan
berpikirnya.Proses pembelajaran di dalam kelas diarahkan kepada kemampuan siswa untuk menghafal informasi. Akibatnya keterampilan berpikir kritis menjadi
beku, bahkan menjadi susah untuk dikembangkan. Senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Sadia 2008 yang menunjukkan bahwa keterampilan berpikir
kritis siswa SMPN dan SMAN di provinsi Bali masih rendah. Penelitian yang dilakukan oleh Sadia 2008 di kabupaten Buleleng
provinsi Bali menunjukkan bahwa keterampilan berpikir kritis siswa SMAN rendah dengan skor rerata mean 49,38 dan simpangan baku 16,92 skor standar
100; dan keterampilan berpikir kritis siswa SMPN rendah dengan skor rerata mean 42,15 dan simpangan baku 14,34 skor standar 100. Oleh karena itu, pada
proses pembelajaran peserta didik harus didorong secara aktif untuk mengembangkan pengetahuannya sendiri serta bertanggung jawab terhadap hasil
belajarnya Gasong dalam Eka, 2010 dengan demikian diharapkan dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa. Keterampilan berpikir kritis
melatih peserta didik untuk membuat keputusan dari berbagai sudut pandang secara cermat, teliti, dan logis. Dengan keterampilan berpikir kritis peserta didik
dapat mempertimbangkan pendapat orang lain serta mampu mengungkapkan pendapatnya sendiri Filsaime, 2008.
Keterampilan berpikir kritis siswa merupakan keterampilan berpikir tingkat tinggi yang penting untuk dimiliki siswa karena keterampilan berpikir
kritis dapat membekali siswa dalam menghadapi persoalan di masa depan bukan hanya dalam pembelajaran di kelas BSNP, 2007. Dengan keterampilan berpikir
kritis, seseorang akan mudah untuk mengolah informasi yang ditemukannya dan digunakan untuk memecahkan permasalahan. Begitu juga dengan sikap ilmiah
siswa perlu dikembangkan pada siswa di tingkat sekolah menengah karena di
Siti Fat imah Azzahra, 2014 PENINGKATAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN SIKAP ILMIAH SISWA PADA MATERI
TERMOKIMIA MELALUI PEMBELAJARAN GROUP DAN INDIVIDUAL PROBLEM SOLVING Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
dalam belajar sains tidak hanya sekedar aspek kognitif, aspek afektif juga merupakan bagian yang sangat penting dalam perencanaan, penyampaian, dan
evaluasi suatu pembelajaran. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Carin dan Sund 1997 bahwa pendidikan sains harus melahirkan suatu sikap dan nilai-
nilai ilmiah. Azwar 2007 menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap ilmiah antara lain yaitu pengalaman pribadi, kebudayaan,
orang lain yang dianggap penting, media massa, lembaga pendidikan atau lembaga agama, dan faktor emosi dalam diri individu.Menurut Slameto 2010
bahwa sikap ilmiah sangat mendukung kegiatan belajar siswa ke arah yang positif. Penelitian Sukaesih 2010 menyebutkan bahwa hasil observasi di
lapangan menunjukkan bahwa sikap ilmiah siswa masih rendah sehingga perlu dioptimalkan dan diberdayakan.Sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, mau
menerima perbedaan, dapat bekerjasama, bersikap positif terhadap kegagalan menjadi hal penting untuk dimiliki setiap siswa. Penelitian yang telah dilakukan
tetang sikap ilmiah oleh Iswani 2008 meyatakan bahwa sikap ilmiah adalah salah satu faktor yang perlu dipertimbangkan dalam proses pembelajaran untuk
meningkatkan prestasi belajar siswa. Rendahnya sikap ilmiah siswa dikarenakan proses pembelajaran yang diterapkan selama ini masih menggunakan metode
ceramah yang divariasi dengan diskusi informasi. Guru kurang membimbing siswa agar mampu merumuskan dan mendiskusikan suatu pertanyaan yang
mampu mendorong munculnya rasa keingintahuan siswa Astika, 2013. Pembelajaran yang diaplikasikan seharusnya dapat memfasilitasi siswa
untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan sikap ilmiah.Arifin 1995 bahwa tujuan akhir dari suatu pendidikan pada dasarnya adalah berpikir. Tidak
mungkin terjadi proses belajar tanpa melibatkan keterampilan berpikir tertentu. Liliasari 2002 mengungkapkan bahwa dalam pendidikan, keterampilan berpikir
kritis terbukti dapat mempersiapkan peserta didik berpikir pada berbagai disiplin ilmu menuju pemenuhan sendiri akan kebutuhan intelektual dan mengembangkan
peserta didik sebagai individu berpotensi. Dengan keterampilan berpikir kritis, mereka dapat mengidentifikasi, mengevaluasi, dan mengkonstruksi argument
Siti Fat imah Azzahra, 2014 PENINGKATAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN SIKAP ILMIAH SISWA PADA MATERI
TERMOKIMIA MELALUI PEMBELAJARAN GROUP DAN INDIVIDUAL PROBLEM SOLVING Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
serta menghadapi tantangan, memecahkan masalah dan mengambil keputusan dengan tepat sehingga menolong dirinya dan orang lain dalam kehidupan.
Meningkatan keterampilan berpikir kritis dan sikap ilmiah siswa dapat dilakukan dengan mengkondisikan pembelajaran sedemikian rupa di dalam
kelas.Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sadia 2008 pembelajaran yang paling dominan digunakan oleh para guru dalam proses pembelajaran adalah
ekspositori ceramah, diskusi, tanya jawab 45,6, pembelajaran berbasis masalah problem based learning 2,5, pembelajaran kontekstual contextual
teaching and learning CTL 26,5, siklus belajar learning cycle model 2,5, pembelajaran berbasis portofolio 0,0, model pembelajaran sains teknologi
masyarakat STM 0,0, pembelajaran pemecahan masalah problem solving 10,2, dan pembelajaran kooperatif cooperative learning 12,6. Menurut
pendapat guru-guru, pembelajaran yang diperkirakan berkonstribusi secara signifikan dalam mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswa adalah
pembelajaran berbasis masalah PBL, pembelajaran kontekstual, dan pembelajaran pemecahan masalah problem solving.
Rahayu 2013 menyatakan bahwa salah satupembelajaran yang menyediakan
banyak kesempatan
bagi siswa
dalam mengembangkan
keterampilan berpikir kritis adalah pembelajaran problem solving.Pada pembelajaran problem solving siswa dihadapkan pada masalah yang harus
dipecahkan melalui bimbingan guru sehingga mengarah pada langkah-langkah penyelesaian yang terstruktur dengan baik.Dengan pembelajaran problem solving
sangat memungkinkan siswa menjadi aktif dan membuka pemahaman terhadap konsep-konsep secara fleksibel. Apabila siswa melakukan pembelajaran problem
solving, maka akan memberikan banyak kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritisnya.Selain dapat mengembangkan
keterampilan berpikir kritis siswa, pembelajaran problem solving juga dapat meningkatkan sikap ilmiah siswa. Good dalam Wiryoatmodjo, 1986 menyatakan
bahwa sikap ilmiah berkaitan degan kualitas mental seperti kesungguhan dalam kegiatan keilmuan, berusaha mencari dan menjunjung tinggi kebenaran, dan
Siti Fat imah Azzahra, 2014 PENINGKATAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN SIKAP ILMIAH SISWA PADA MATERI
TERMOKIMIA MELALUI PEMBELAJARAN GROUP DAN INDIVIDUAL PROBLEM SOLVING Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
menghargai kebebasan berkomunikasi mengenai hak yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan.
Farwati 2013 menyatakan bahwa pembelajaran problem solving merupakan kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih siswa menghadapi
berbagai masalah untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama.Dengan demikian penerapan pembelajaran problem solvingdapat melatih keterampilan
mereka dalam memecahkan masalah dan tidak hanya keterampilan pemecahan masalah yang dilatih, keterampilan mereka dalam memahami suatu konsep secara
tidak langsung juga dapat terlatih. Pembelajaran dengan menggunakan problem solvingdapat diartikan
sebagai aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. Pembelajaran problem solving tidak
mengharapkan siswa hanya sekedar mendengar, mencatat kemungkinan, menghafal materi pelajaran, akan tetapi siswa aktif berpikir, berkomunikasi,
mencari dan mengolah data dan akhirnya menyimpulkan Sanjaya, 2011.Guru perlu melakukan suatu alternatif dalam melaksanakan pengajarannya yang
berorientasi pada keterampilan pemecahan masalah Subratha, 2007. Pembelajaran problem solvingsecara group maupun secara individual
dapat digunakan oleh guru sebagai salah satu alternatif dalam melaksanakan pengajaran
yang berorientasi pada keterampilan pemecahan
masalah. Pembelajaran group problem solvingdapat memberikan banyak keuntungan
seperti petukaran ide-ide sehat dalam kelompok kecil group, tidak hanya meningkatkan minat siswa tetapi juga dapat meningkatkan berpikir kritis siswa.
Siswa bekerja dalam kelompok group dapat menyimpan informasi lebih lama serta berpikir tingkat tinggi, pembelajaran bersama banyak memberikan siswa
kesempatan untuk terlibat diskusi dan mengambil tanggung jawab untuk pembelajaran mereka sendiri Mahalingam,dkk., 2008. Mahalingam, dkk.,
2008 melakukan penelitian mengenai pengaruh pembelajaran group problem solving dalam perkuliahan kimia umum terhadap hasil belajar siswa.Dari
penelitian ini diperoleh bahwa penggunaan kelompok-kelompok kecil untuk memecahkan masalah pada perkulihan kimia umum merupakan alat yang efektif
Siti Fat imah Azzahra, 2014 PENINGKATAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN SIKAP ILMIAH SISWA PADA MATERI
TERMOKIMIA MELALUI PEMBELAJARAN GROUP DAN INDIVIDUAL PROBLEM SOLVING Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
untuk meningkatkan kemampuan memecahkan masalah dalam kimia.Selanjutnya, hasil penelitian Intan 2009 juga menunjukkan bahwa pembelajaran problem
solving dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa SMA. Huda 2013 mengatakan bahwa pembelajaran group tidak efektif untuk
semua siswa. Tidak semua siswa memilih untuk bekerja dalam kelompok kecil. Ketika siswa merasa dalam kelompok kecil yang terbentuk mengambil
pendekatan yang sama untuk memecahkan masalah yang diberikan atau mungkin memiliki kesalahpahaman yang sama, hal ini yang membuat sebagian siswa tidak
menyenangi pembelajaran dengan group.Selain itu, apabila kelompok kecil yang terbentuk adalah kelompok yang homogen maka mengandung berbagai perspektif
yang diperlukan untuk memahami materi baru dan mungkin tidak mengatasi kesalahpahaman dalam memahami materi Mahalingam,dkk., 2008. Hal ini yang
menyebabkan pembelajaran secaraindividual lebih disenangi oleh sebagian siswa.Rusda Utiya 2012 menyatakan bahwa melalui pembelajaran problem
solving secara klasikal atau secara individual problem solving dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa.
Cooper, dkk 2008 setelah pembelajaran dengan kelompok kecil siswa memiliki strategi pemecahan masalah yang baik yang telah mereka kembangkan
dalam kelompok mereka masing-masing.Menurut Mahaligam, dkk 2008 pembelajaranproblem solving dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam
pemecahan masalah dan umumnya siswa ingin bekerja secara berkelompok group dalam memecahkan masalah, dengan pembelajaran secara kelompok kecil
dapat meningkatkan pemahaman siswa serta meningkatkan motivasi siswa. Sedangkan menurut Cooper, dkk 2009 pembelajaran problem solving dapat
meningkatkan penalaran siswa dalam memecahkan masalah-masalah yang diberikan dan siswa tidak lagi bergantung pada pemecahan masalah cara hafalan.
Liliasari 2008 menyatakan bahwa pembelajaran kimia di Indonesia pada umumnya menuntut siswa lebih banyak untuk mempelajari konsep dan prinsip
kimia, menyebabkan siswa hanya mengenal banyak peristilahan kimia secara hafalan tanpa makna. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan Ansar 2009
pada 82 siswa kelas XII IPA SMA Negeri 1 Gangking, Kabupaten Bulukumba,
Siti Fat imah Azzahra, 2014 PENINGKATAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN SIKAP ILMIAH SISWA PADA MATERI
TERMOKIMIA MELALUI PEMBELAJARAN GROUP DAN INDIVIDUAL PROBLEM SOLVING Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
diperoleh bahwa 73 diantaranya tidak menyukai materi kimia yang membutuhkan perhitungan matematis, seperti sifat koligatif larutan, termokimia
dan stokiometri, 17 menyatakan hanya senang dengan praktikum kimia dan hanya 10 diantaranya menyatakan senang mempelajari keseluruhan materi
pelajaran kimia. Implikasi dari kenyataan di atas, diharapkan dengan menggunakan
pembelajaran problem solving siswa dapat memahami dan memecahkan masalah pada materi termokimia serta meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan sikap
ilmiah siswa.Nuryanti 2009 menyatakan bahwa pembelajaran problem solving merupakan kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih siswa menghadapi
berbagai masalah untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama.Suparno 2007 juga menyatakan bahwa pembelajaran problem solving adalah pemecahan
masalah dalam pembelajaran, guru memberikan masalah yang sesuai topik yang mau diajarkan dan siswa diminta untuk memecahkan masalah tersebut.Hal ini
dapat dilakukan baik dalam kelompok ataupun pribadi.Dengan demikian pembelajaran
problem solving
dapat dilakukan
secaragroupproblem solvingmaupun individual problem solving, dan pembelajaran problem
solvingdapat memudahkan
siswa dalam
memecahkan masalah
pada materitermokimia dan membantu siswa untuk memahami secara mendalam materi
tersebut. Sehingga diharapkan pembelajaran group maupun individual problem solvingdapat meningkatkanketerampilan berpikir kritis, sikap ilmiah siswa
maupun hasil belajar kimia siswa pada materi termokimia. Berdasarkan latar belakang di atas, maka perlu dilakukan pembelajaran
problem solving secara kelompok group problem solving dan pembelajaran problem solving secara individual individual problem solving pada materi
termokimia untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa dan sikap ilmiah siswa.
B. Rumusan Masalah