PROFIL KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA PADA MATERI TERMOKIMIA.

(1)

PROFIL KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA PADA MATERI TERMOKIMIA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Kimia

Oleh

AFRIDA EKAYANTI 0909153

JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG 2014


(2)

Profil Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA pada Materi Termokimia

Oleh Afrida Ekayanti

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Afrida Ekayanti 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

LEMBAR PENGESAHAN AFRIDA EKAYANTI

PROFIL KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA PADA MATERI TERMOKIMIA

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:

Pembimbing I

Prof. Dr. Liliasari, M.Pd.

NIP: 194909271978032001 Pembimbing II

Dr. Nahadi, M.Pd., M.Si.

NIP: 197102041997021002

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Kimia

Dr.rer.nat.H.Ahmad Mudzakir, M.Si.


(4)

v Afrida Ekayanti, 2014

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

E. Penjelasan Istilah ... 4

BAB II KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA TOPIK TERMOKIMIA ... 5

A. Keterampilan Berpikir Kritis ... 5

B. Alat Ukur Berpikir Kritis ... 7

C. Analisis Butir Soal ... 10

D. Analisis Konsep Materi Termokimia ... 12

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 18

A. Metode Penelitian ... 18

B. Alur Penelitian ... 18

C. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 20

D. Instrumen Penelitian ... 20

E. Teknik Analisis Data ... 21

BAB IV TEMUAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 28

A. Temuan Hasil Penelitian ... 29

1. Profil Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA Berdasarkan Sub Indikator Keterampilan Berpikir Kritis ... 29

2. Profil Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA Pada Ketiga Peringkat Sekolah ... 32

3. Analisis Pemahaman Konsep Siswa ... 41

4. Observasi Pembelajaran Termokimia ... 43

5. Analisis Butir Soal Berpikir Kritis pada Topik Termokimia yang Bermasalah ... 44

6. Analisis Butir-Butir Soal yang Bermasalah pada Ketiga Peringkat Sekolah SMA ... 45


(5)

vi Afrida Ekayanti, 2014

B. Pembahasan ... 46

1. Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA untuk Setiap Sub Indikator Berpikir Kritis pada Materi Termokimia ... 46

2. Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA Pada Ketiga Peringkat Sekolah ... 48

3. Penguasaan Konsep Siswa ... 52

4. Hubungan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa dengan Pembelajaran Termokimia di Sekolah ... 53

5. Analisis Butir Soal Bermasalah ... 56

6. Analisis Soal yang Bermasalah ... 56

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 58

A. Kesimpulan ... 58

B. Saran ... 59

DAFTAR PUSTAKA ... 60


(6)

vii Afrida Ekayanti, 2014

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Analisis Konsep Termokimia... 13

3.1 Kriteria Kemampuan Siswa ... 22

3.2 Tafsiran Harga Sebaran Siswa ... 22

3.3 Kategori Validitas Butir Soal ... 24

3.4 Klasifikasi Reliabilitas ... 25

3.5 Klasifikasi Indeks Daya Pembeda ... 26

3.6 Klasifikasi Indeks Tingkat Kesukaran ... 27

4.1 Keterampilan Berpikir Kritis pada Materi Termokimia ... 28

4.2 Persentase Skor untuk Setiap Sub Indikator Keterampilan Berpikir Kritis (KBKr) pada Setiap Kelompok Siswa ... 29

4.3 Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA untuk Setiap Sub Indikator Keterampilan Berpikir Kritis ... 31

4.4 Sebaran Siswa pada KBKr dalam Menganalisis Argumen ... 33

4.5 Sebaran Siswa pada KBKr dalam Mempertimbangkan Kredibilitas Sebuah Sumber ... 35

4.6 Sebaran Siswa pada KBKr dalam Membuat Deduksi dan Menilai Hasil Deduksi ... 37

4.7 Sebaran Siswa pada KBKr dalam Membuat dan Mempertimbangkan Keputusan yang Bernilai ... 39

4.8 Pemahaman Konsep Untuk Setiap Kelompok Siswa ... 42

4.9 Hasil Observasi Pembelajaran Termokimia... 44

4.10 Persentase pola jawaban siswa pada soal nomor Sembilan ... 45

4.11 Persentase pola jawaban siswa pada soal nomor lima belas ... 45

4.12 Persentase pola jawaban siswa pada soal nomor tujuh belas ... 45


(7)

viii Afrida Ekayanti, 2014

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

3.1 Alur Penelitian ... 19 4.1 Persentase Skor Rata-rata KBKr Setiap Kelompok Siswa pada

Setiap Sub Indikator ... 30 4.2 Grafik Persentase Sub Indikator Menganalisis Argumen pada

Setiap Peringkat Sekolah ... 34 4.3 Grafik Persentase Sub Indikator Mempertimbangkan Kredibilitas

Suatu Sumber pada Setiap Kelompok Siswa ... 36 4.4 Grafik Persentase Sub Indikator Membuat Deduksi dan Menilai

Hasil Deduksi pada Setiap Kelompok Siswa ... 38 4.5 Grafik Persentase Sub Indikator Membuat dan Mempertimbangkan

Keputusan yang Bernilai pada Setiap Kelompok Siswa ... 41 4.6 Perbandingan Rata-Rata Pemahaman Konsep Siswa pada Setiap


(8)

ix Afrida Ekayanti, 2014

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman LAMPIRAN A INSTRUMEN PENELITIAN

A.1 Kisi-Kisi Berpikir Kritis ... 63

A.2 Angket ... 78

A.3 Format Observasi Kelas ... 79

LAMPIRAN B PENGOLAHAN DATA B.1 Hasil Tes Tertulis ... 80

B.2 Analisis Data Keterampilan Berpikir Kritis untuk Setiap Sub Indikator 88

B.3 Kemampuan Berpikir Kritis Siswa dalam Menganalisis Argumen ... 95

B.4 Kemampuan Berpikir Kritis Siswa dalam Mempertimbangkan Kredibilitas Suatu Sumber ... 99

B.5 Kemampuan Berpikir Kritis Siswa dalam Membuat Deduksi dan Menilai Hasil Deduksi ... 103

B.6 Kemampuan Berpikir Kritis Siswa dalam Mempertimbangkan Keputusan yang Bernilai ... 107

B.7 Analisis Pemahaman Konsep Siswa ... 113

B.8 Uji Normalitas Berdasarkan Kelompok ... 120

B.9 Hasil Rekapitulasi Angket Siswa ... 125

B.10 Analisis Butir Soal ... 132

LAMPIRAN C DOKUMENTASI PENELITIAN C.1 Surat Izin Penelitian ... 140


(9)

ii Afrida Ekayanti, 2014

ABSTRAK

Penelitian yang berjudul “Profil Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA pada

Materi Termokimia” bertujuan untuk mengetahui gambaran mengenai keterampilan berpikir kritis siswa SMA pada materi termokimia. Keterampilan berpikir kritis siswa SMA diukur dengan menggunakan alat ukur berpikir kritis dalam bentuk pilihan ganda beralasan. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan subyek penelitian siswa SMA sebanyak 162 orang di tiga SMA Negeri dengan cluster tinggi, sedang dan rendah di kota Bandung. Data penelitian diperoleh melalui tes tertulis, angket dan lembar observasi. Profil keterampilan berpikir kritis yang diteliti mencakup keterampilan menganalisis argumen, menilai kredibilitas sebuah sumber, membuat deduksi dan menilai hasil deduksi, serta membuat dan mempertimbangkan keputusan yang bernilai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterampilan berpikir kritis siswa dalam keterampilan menganalisis argumen pada peringkat sekolah tinggi dan sedang tergolong kategori cukup, sedangkan peringkat sekolah rendah tergolong kategori kurang; keterampilan berpikir kritis siswa dalam mempertimbangkan kredibilitas suatu sumber pada peringkat sekolah tinggi dan rendah tergolong kriteria cukup, sedangkan siswa peringkat sekolah sedang tergolong kriteria kurang; keterampilan membuat deduksi dan menilai hasil deduksi pada peringkat sekolah tinggi, sedang, dan rendah tergolong kategori kurang; dan keterampilan membuat dan mempertimbangkan keputusan yang bernilai pada peringkat sekolah tinggi, sedang, dan rendah tergolong kategori kurang. Hasil observasi menunjukkan sub indikator keterampilan berpikir kritis yang diajarkan adalah sub indikator menganalisis argumen di peringkat sekolah tinggi dan sedang, sub indikator mempertimbangkan kredibilitas suatu sumber hanya diajarkan di peringkat sekolah tinggi, sedangkan sub indikator membuat deduksi dan menilai hasil deduksi serta membuat dan mempertimbangkan keputusan yang bernilai tidak diajarkan di sekolah. Secara umum, dapat disimpulkan bahwa rata-rata keterampilan berpikir kritis untuk keseluruhan siswa tergolong kurang. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran secara faktual dan akurat mengenai seberapa jauh keterampilan siswa SMA untuk berpikir kritis pada materi termokimia.


(10)

iii Afrida Ekayanti, 2014

ABSTRACT

This study aims to describe the critical thinking skills of high school students in the thermochemistry. High school students' critical thinking skills were measured using a critical thinking’s two-tier multiple choice test instrument. This study used a descriptive method. Subjects were 162 high school students in three high school cluster of high, medium and low at Bandung. Data were obtained through written tests, questionnaires and observation sheets. The profiles under studied include the skills to analyzing arguments, judging the credibility of a source, deducing and judging deduction, and making and judging value judgments. The result showed

that students from high and middle clusters’ ability in analyzing argument were

identified as sufficient; while the students from low clusters’ ability in the same

indicator were identified as low level. As students’ ability in judging the credibility of a source were identifed as sufficient for students from high and low cluster; while the sudents from middle cluster showed a low level. Students’ ability in deducing and judging deduction for all three clusters were showed a low level. As the last indicator, the ability of making and judging value judgments were identified as low level for all three clusters. Observations indicated sub-indicators of critical thinking skills that are taught in the high and middle clusters is sub-indicators to analyzing arguments, sub-indicators of judging the credibility of a source is only taught in high cluster, while the sub-indicators to deducing and judging deduction and making and judging value judgments is not taught in school. In general, it can be concluded that the average critical thinking skills for students classified as less overall. This research is expected to provide factual and accurate picture of the extent to which the skills of high school students to think critically on thermochemistry.


(11)

1 Afrida Ekayanti, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Era globalisasi memberi dampak yang cukup luas dalam berbagai aspek kehidupan. Pada era ini, individu dituntut memiliki kemampuan berpikir yang baik dalam membaca dan menganalisis permasalahan yang ada agar diperoleh suatu tindakan yang tepat. Kemampuan seseorang untuk dapat berhasil dalam kehidupannya antara lain ditentukan oleh keterampilan berpikirnya, terutama dalam upaya memecahkan permasalahan yang ada. Salah satu kecakapan hidup (life skill) yang perlu dikembangkan melalui proses pendidikan adalah keterampilan berpikir, salah satunya keterampilan berpikir kritis (Depdiknas, 2003).

Berpikir kritis dalam pendidikan dapat digunakan sebagai (i) persiapan untuk berpikir dalam berbagai disiplin ilmu, (ii) persiapan menuju intelektual yang mandiri, dan (iii) persyaratan dari hak-hak siswa untuk diperlakukan dengan hormat (Schelecht, 1991). Keterampilan berpikir kritis dalam pembelajaran diperlukan untuk mempersiapkan siswa agar memiliki pola pikir kritis sehingga mampu mengevaluasi, membedakan, dan menentukan sesuatu hal dalam kehidupan sehari-hari.

Kimia merupakan ilmu yang termasuk rumpun IPA, oleh karenanya kimia mempunyai karakteristik yang sama dengan IPA. Pembelajaran kimia di SMA lebih banyak menekankan pada aspek pengetahuan dan pemahaman. Pembelajaran kimia di sekolah terpaku pada menyampaikan pengetahuan kimia kepada siswa, menyuruh siswa menghapal pengetahuan, mengajarkan pengetahuan kimia, dan mengajar untuk menyelesaikan target kurikulum (Rustaman, 2009). Siswa juga kurang dilatih mengembangkan daya pikirnya dalam memecahkan permasalahan, mengaplikasikan konsep-konsep yang telah dipelajari dalam kehidupan nyata, dan menerapkan ilmu pengetahuan.


(12)

2

Afrida Ekayanti, 2014

Keterampilan berpikir kritis perlu dikuasai oleh semua orang karena dapat digunakan untuk melindungi diri sendiri dan orang lain untuk pengambilan keputusan yang bijaksana dalam kehidupannya sehari-hari (Redhana dan Lilisari, 2008). Berpikir kritis tidak hanya sekedar menerima informasi dari pihak lain, tapi juga melakukan pencarian, dan bila diperlukan akan mengukuhkan keputusan sampai ia yakin bahwa informasi itu sesuai dengan penalarannya dan didukung oleh bukti atau informasi. Orang yang memiliki keterampilan berpikir kritis, akan mampu mengevaluasi, membedakan dan menentukan apakah suatu informasi benar atau salah.

Dalam sebuah survei on-line lebih dari 10.000 siswa SMA di seluruh bangsa menyatakan lebih dari 40% menjawab bahwa sekolah tidak memberikan pengalaman keterampilan hidup dan lebih dari sepertiga dinilai bahwa siswa masih kurang diberikan kemampuan berpikir kritis di sekolah. Siswa sendiri mengakui pentingnya keterampilan berpikir kritis dalam hal kemampuan mereka untuk berhasil sebagai orang dewasa muda. Kebutuhan penting untuk berpikir kritis di dalam dan di luar pembelajaran formal dalam kehidupan sehari-hari, hubungan, pilihan etis, dan dalam pemeliharaan dan pengembangan demokrasi partisipatif tumbuh semakin jelas. Selain itu, perkembangan informasi melalui internet hanya akan dikelola secara efektif oleh individu dengan kemampuan berpikir berkembang dengan baik (Marlin dan Halpern, 2011).

Berdasarkan uraian-uraian yang telah dipaparkan, maka perlu dilakukan penelitian guna mengetahui lebih jauh lagi tentang gambaran secara faktual dan akurat mengenai seberapa jauh keterampilan berpikir kritis siswa SMA. Topik yang dipilih untuk meneliti keterampilan berpikir kritis siswa adalah topik termokimia. Termokimia merupakan salah satu topik kimia yang abstrak tetapi contohnya dapat dilihat. Konsep termokimia membutuhkan kemampuan abstraksi dan visualisasi yang tinggi, sehingga keterampilan berpikir siswa dapat terlatih. Konsep ini dapat menyediakan masalah-masalah kompleks yang dapat menantang siswa menerapkan sejumlah keterampilan, seperti menganalisis dan mengajukan argumen, memberikan klarifikasi, memberi bukti, memberi alasan, menganalisis implikasi dari suatu pendapat, dan menarik kesimpulan berdasarkan data atau


(13)

3

Afrida Ekayanti, 2014

informasi. Keterampilan-keterampilan ini merupakan keterampilan berpikir kritis (Redhana, 2009). Diharapkan topik termokimia dapat bertindak sebagai wahana untuk mengukur keterampilan berpikir kritis siswa SMA.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Kartimi (2013) telah dikembangkan alat ukur berpikir kritis. Alat ukur yang telah dikembangkan dapat mengukur keterampilan berpikir kritis siswa pada indikator berpikir kritis yaitu memberikan penjelasan sederhana (elementary clarification), membangun keterampilan dasar (basic support), menyimpulkan (interference), membuat penjelasan lebih lanjut (advanced clarification), serta strategi dan taktik (strategy and tactics). Alat ukur tersebut menggunakan konsep hidrokarbon, termokimia, dan kesetimbangan kimia, serta telah diujikan di wilayah Jawa Barat yaitu di Kota Cirebon, Kabupaten Kuningan, dan Kabupaten Majelangka. Alat ukur ini mampu membedakan keterampilan berpikir kritis siswa berdasarkan konsep dan karakteristik wilayah. Oleh karena itu, ingin dilakukan penelitian lanjutan tentang keterampilan berpikir kritis siwa SMA di Kota Bandung pada konsep termokimia menggunakan alat ukur yang telah dikembangkan oleh Kartimi (2013).

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka peneliti dapat mengidentifikasi permasalahan pokok dalam penelitian ini, yaitu

bagaimana profil keterampilan berpikir kritis siswa SMA pada materi termokimia? Untuk lebih jelasnya, permasalahan ini dijabarkan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah keterampilan berpikir kritis siswa SMA untuk setiap sub indikator keterampilan berpikir kritis pada materi termokimia?

2. Bagaimanakah keterampilan berpikir kritis siswa untuk setiap kategori SMA pada masing-masing sub indikator keterampilan berpikir kritis pada materi termokimia?

3. Bagaimana penguasaan konsep siswa pada materi termokimia untuk setiap kategori SMA?

4. Bagaimanakah hubungan keterampilan berpikir kritis siswa dengan pembelajaran termokimia di sekolah?


(14)

4

Afrida Ekayanti, 2014

5. Adakah soal-soal yang bermasalah berdasarkan implementasi yang dilakukan?

6. Bagaimana hasil analisis butir-butir soal yang bermasalah pada ketiga kategori SMA?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis profil keterampilan berpikir kritis siswa SMA pada materi termokimia untuk setiap kategori SMA.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Bagi Sekolah, memberikan informasi dan gambaran mengenai keterampilan berpikir kritis siswa SMA pada materi termokimia.

2. Bagi guru, dapat menjadi masukan tentang profil keterampilan berpikir kritis siwa sehingga dapat ditindaklanjuti lebih dalam mengenai keterampilan berpikri kritis siswa pada topik pembelajaran yang lain. 3. Bagi mahasiswa, dapat dijadikan bahan informasi yang memiliki minat

untuk memerlukan penelitian lebih lanjut yang berkenaan dengan keterampilan berpikir kritis.

E. Penjelasan Istilah

Agar tidak terjadi salah penafsiran terhadap istilah yang digunakan dalam penelitian, maka istilah-istilah yang digunakan dijelaskan sebagai berikut:

1. Berpikir kritis adalah cara berpikir reflektif yang berdasarkan nalar yang difokuskan untuk menentukan apa yang harus diyakini dan dilakukan menurut Ennis (1991).

2. Profil adalah grafik atau ikhtisar yang memberikan fakta tentang hal-hal khusus (KBBI, 2003). Profil yang dimaksud pada penelitian ini adalah grafik atau ikhtisar mengenai keterampilan berpikir kritis siswa SMA pada materi termokimia.


(15)

18 Afrida Ekayanti, 2014

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Penelitian ini dirancang untuk membuat deskripsi atau gambaran secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta fenomena pembelajaran. Penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, tetapi hanya mengambarkan apa adanya tentang suatu variabel, gejala atau keadaan (Sukardi, 2007). Penelitian ini juga sering disebut non-eksperimen, karena pada penelitian ini tidak melakukan kontrol dan manipulasi variabel penelitian. Pada penelitian ini yang akan dideskripsikan adalah profil keterampilan berpikir kritis siswa SMA pada materi termokimia.

B. Alur Penelitian

Alur penelitian merupakan alur yang berisi tahap-tahap kegiatan yang akan peneliti lakukan dalam melaksanakan penelitian. Alur penelitian tersebut disajikan dalam bentuk bagan pada Gambar 3.1.

Berdasarkan alur penelitian pada Gambar 3.1 langkah-langkah penelitian yang ditempuh dapat diuraikan sabagai berikut:

1. Tahap persiapan

a. Studi pendahuluan mengenai keterampilan berpikir kritis dan penelitian tentang keterampilan berpikir kritis.

b. Analisis instrumen tes, pengembangan angket dan lembar observasi pembelajaran.

c. Pemilihan sampel berdasarkan passing grade SMA yang dikelompokkan menjadi tiga peringkat sekolah yaitu tinggi, sedang dan rendah.


(16)

19

Afrida Ekayanti, 2014

Gambar 3.1. Alur penelitian

Analisis data

Tahap Penyelesaian

Pembahasan

Kesimpulan

Implementasi instrumen pada 3 SMAperingkat 1,2, dan 3 yang

Instrumen penelitian Studi pendahuluan

PenggandaanInstrumen (test) dan pengembangan angket

Tahap Persiapan

Pemilihan subjek berdasarkan peringkat SMA

Angket

Tahap Pelaksanaan


(17)

20

Afrida Ekayanti, 2014

2. Tahap pelaksanaan

Tahap pelaksanaan meluputi implementasi instrumen penelitian yaitu:

a. Lembar observasi pembelajaran digunakan untuk mengetahui sub indikator berpikir kritis yang digunakan selama pembelajaran termokimia di sekolah.

b. Tes tertulisyang dilakukan adalah instrumen tes berpikir kritis. Intrumen tes berupa tes pilihan ganda beralasan sebanyak 30 soalyang diujikan pada tiga sekolah dengan cluster yang berbeda setelah pembelajaran termokimia.

c. Angket yang diujikan berupa tanggapan siswa terhadap pembelajaran termokimia.

3. Tahap penyelesaian

Tahap penyelesaian adalah pengumpulan data kemudian dianalisis dan menarik kesimpulan dan saran dari penelitian.

C. Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada beberapa SMA Negeri di kota Bandung. Objekpenelitian berupainstrumentesberpikir kritis pada materi termokimia.

Subyek dalam penelitian ini adalah siswa SMA kelas XI yang ada di kota Bandung dengan kategoriperingkat sekolah tinggi, sedang dan rendah. Kategori yang dibuat berdasarkan Passing Grade SMA.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tes tertulis, angket dan lembar observasi.

1. Tes tertulis yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk pilihan ganda beralasan. Adapun jumlah soal yang diberikan adalah 30 soal. Tes digunakan untuk mengetahui keterampilan berpikir kritis siswa SMA untuk setiap peringkat sekolah tinggi, sedang, dan rendah.


(18)

21

Afrida Ekayanti, 2014

2. Angket yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui tanggapan siswa selama pembelajaran termokimia. Angket disusun berdasarkan sub indikator keterampilan berpikir kritis yang diukur pada tes tertulis.

3. Lembar observasi pembelajaran digunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui apakah selama pembelajaran siswa diajarkan berpikir kritis. Format observsi penilaian disusun berdasarkan sub indikator berpikir kritis yang diukur pada tes tertulis.

E. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data maksudnya adalah cara mengolah data hasil penelitian. Data yang diperoleh berupa hasil tes tertulis dan data angket. Berikut ini adalah teknik analisis data terhadap instrumen yang digunakan.

1. Analisis Keterampilan Berpikir Kritis Siswa

a. Memberi skor mentah pada setiap jawaban tertulis berdasarkan kriteria yang dibuat. Kriteria pengskoran sebagai berikut:

1) Skor 2 jika pilihan jawaban benar, pilihan alasan benar

2) Skor 1 jika pilihan jawaban benar, pilihan alasan salah atau pilihan jawaban salah, pilihan alasan benar.

3) Skor 0 jika jawaban maupun alasan salah.

b. Mengubah skor mentah ke dalam bentuk persentase berdasarkan rumus sebagai berikut:

NP = × 100%

Keterangan:

NP : nilai persen

R : skor mentah, yang diperoleh siswa

SM : skor maksimum ideal dari tes yang bersangkutan

c. Menentukan kategori kemampuan untuk masing-masing siswa berdasarkan skala kategori kemampuan menurutKoenjtaraningrat (1997)yang dapat dilihat pada Tabel 3.1.


(19)

22

Afrida Ekayanti, 2014

Tabel 3.1 Kategori Kemampuan Siswa

Nilai (%) Kategori Kemampuan

81 – 100 Sangat baik

61 – 80 Baik

41 – 60 Cukup

21 – 40 Kurang

0 – 20 Sangat kurang

d. Menentukan sebaran jumlah siswa pada setiap kategori kemampuan berdasarkan rumus:

a = × 100%

Keterangan:

a : sebaran jumlah siswa pada setiap kategori kelompok ∑X : jumlah siswa pada setiap kelompok dalam setiap kategori ∑Y : jumlah keseluruhan siswa pada setiap kategori kelompok

e. Menafsirkan kategori harga sebaran berdasarkan tabel tafsiran harga persentasi pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2. Tafsiran Harga Sebaran Siswa

Sebaran Siswa (%) Tafsiran

0 Tidak ada

1 – 25 Sebagian kecil

26 – 49 Hampir separuhnya

50 Separuhnya

51 – 75 Sebagian besar

76 – 99 Hampir seluruhnya

100 Seluruhnya

f. Analisis berikutnya adalah uji beda rata-rata penguasaan konsep siswa dengan menggunakan teknik statistika anova satu faktor. Analisis ini bertujuan untuk menguji apakah ada perbedaan signifikan pada penguasaan konsep termokimia untuk setiap peringkat sekolah (tinggi, sedang, dan rendah).


(20)

23

Afrida Ekayanti, 2014

Uji beda rata-rata menggunakan teknik anova satu faktor pada alfa 0,05 (taraf kepercayaan 95%) unutk menguji hipotesis; H0 = tidak ada

perbedaan yang signifikan dan H1 = ada perbedaan yang signifikan.

Ketentuan untuk menguji hipotesis tersebut adalah jika Fhitung< Ftabel maka

H0 diterima dan jika Fhitung> Ftabel maka H0 ditolak.

Sebelum diuji menggunakan teknik anova satu faktor sampel diuji terlebih dahulu normalitas dan homogenitasnya karena syarat untuk melakukan uji beda rata-rata anova satu faktor adalah sampel terdistribusi normal dan setiap kelompok sampel memiliki homogenitas yang sama. Uji normalitas dilakukan menggunakan Kolmogorof-Smirnov pada alfa 0,05 dengan ketentuan jika nilai sig (signifikansi atau nilai probabilitas) < 0,05 maka data terdistribusi normal dan jika nilai sig > 0,05 maka data sampel tidak terdistribusi normal. Uji homogenitas menggunakan Levene pada alfa 0,05 dengan ketentuan jika nilai signifikansi (probabitas) < 0,05 maka kelompok sampel homogen dan jika nilai signifikansi > 0,05 maka kelompok sampel tidak homogen.

Jika data sampel tidak terdistribusi normal dan setiap kelompok sampel tidak homogen, maka dilakukan analisis menggunakan Kruskal Wallis (statistik non parametrik). Uji beda rata-rata Kruskal Wallis pada alfa 0,05 (taraf kepercayaan 95%) menguji hipotesis; H0 = tidak ada

perbedaan yang signifikan dan H1 = ada perbedaan yang signifikan.

Ketentuan untuk menguji hipotesis tersebut adalah jika signifikansi > 0,05 maka H0 diterima dan signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak.

Uji anova satu faktor hanya dapat melihat ada tidak adanya perbedaan rata-rata. Tidak sampai kepada mengetahui, mana yang berdeda signifikan. Untuk mengetahui pengetahuan konsep siswa mana yang lebih baik diantara ketiga peringkat sekolah dilakukan uji LSD (Ruseffendi, 1998). Perhitungan uji statistik untuk analisis data pada penelitian ini menggunakan perangkat lunak SPSS 16.


(21)

24

Afrida Ekayanti, 2014

2. Analisis Butir Soal

Analisis butir soal bertujuan untuk mengetahui kualitas butir soal yang diimplementasikan. Analisis butir soal dalam penelitian ini meliputi validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran.

a. Validitas

Pada penelitian ini validitas butir soal dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi product moment pearson:

= −

2− 2 2− 2 Keterangan:

= Koefisien korelasi antara variabel dan variabel = Skor siswa pada tiap butir soal

= Skor total tiap responden (siswa) = jumlah peserta tes

Dan selanjutnya untuk menentukan apakah nilai validitas butir soal yang diperoleh di atas termasuk ke dalam kelompok validitas tinggi, sedang atau rendah, digunakan patokan seperti yang dikemukakan oleh Suherman (1990) dalam Tabel 3.3.

Tabel 3.3

Kategori Validitas Butir Soal

Besarnya rxy Interpretasi

0,80 < rxy≤ 1,00 Sangat tinggi

0,60 < rxy≤ 0,80 Tinggi

0,40 < rxy≤ 0,60 Cukup

0,20 < rxy≤ 0,40 Rendah

0,00 < rxy≤ 0,20 Sangat rendah


(22)

25

Afrida Ekayanti, 2014

Pokok uji yang valid memiliki koefisien kolelasi pada rentang 0,14 – 0,48yang nilai lebih besar dai r tabel (0,13). Rata-rata koefisien validitas butir soal yaitu 0,25 yang termasuk kriteria rendah.

b. Reliabilitas

Penentuan reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan rumus Belah Ganjil dan Genap sebagai berikut:

11 = 2� 1 +� Keterangan:

11 = Reliabilitas tes secara keseluruhan � = korelasi tiap item soal ganjil dan genap

Tolak ukur untuk menginterprestasikan derajat reliabilitas soal digunakan kriteria menurut Suherman (1990). Penafsiran harga korelasi reliabilitas dapat dilihat dalam Tabel 3.4.

Tabel 3.4

Klasifikasi Reliabilitas

Besarnya r11 Interpretasi

0,80 <r11≤ 1,00 Sangat tinggi

0,60 <r11≤ 0,80 Tinggi

0,40 <r11≤ 0,60 Sedang

0,20 < r11≤ 0,40 Rendah

r11≤ 0,20 Sangat rendah

Kriteria: r hitung>r tabel, maka butir soal dikatakan reliabel.

Nilai reliabilitas yang diperoleh yaitu 0,51, yang termasuk kategori sedang.

c. Daya Pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu butir soal dapat membedakan antara siswa yang telah menguasai materi yang ditanyakan dan siswa yang belum menguasai materi yang diujikan. Penentuan daya pembeda


(23)

26

Afrida Ekayanti, 2014

butir soal dalam penelitian ini digunakan rumus (Kusaeri & Suprananto, 2012) yaitu:

DP = −

� Keterangan:

DP = indeks daya pembeda soal

= jumlah jawaban benar pada kelompok atas = jumlah jawaban benar pada kelompok bawah � = jumlah siswa kelompok atas

Kriteria penafsian daya pembeda suatu butir soal menurut Suherman (1990) yang dapat dilihat dalam Tabel 3.5.

Tabel 3.5

Klasifikasi Indeks Daya Pembeda

Indeks Daya Pembeda Klasifikasi

DP ≤ 0,00 Sangat jelek

0,00 <DP ≤ 0,20 Jelek

0,20 < DP ≤ 0,40 Cukup

0,40 < DP ≤ 0,70 Baik

0,70 < DP ≤ 1,00 Sangat baik

Rata-rata daya pembeda butir soal tes keterampilan berpikir kritis pada konsep termokimia yaitu 0,40, yang tergolong cukup.

d. Tingkat Kesukaran

Tingkat kesukaran soal adalah adalah peluang menjawab benar suatu soal pada tingkat kemampuan tertentu yang biasanya dinyatakan dalam bentuk indeks. Penentuan tingkat kesukaran soal dalam penelitian ini digunakan rumus (Kusaeri & Suprananto, 2012) yaitu:

IK = ℎ � � �


(24)

27

Afrida Ekayanti, 2014

Klasifikasi indeks tingkat kesukaran soal dapat menggunakan kriteria Suherman (1990) dalam Tabel 3.6.

Tabel 3.6

Klasifikasi Indeks Tingkat Kesukaran Indeks Tingkat Kesukaran Klasifikasi

IK= 0,00 Terlalu sukar

0,00 <IK ≤ 0,30 Sukar

0,30 <IK ≤ 0,70 Sedang

0,70 <IK ≤ 1,00 Mudah

IK = 1,00 Sangat mudah

Rata-rata tingkat kesukaran butir soal tes keterampilan berpikir kritis adalah 0,73, yang termasuk kategori mudah.


(25)

58 Afrida Ekayanti, 2014

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dipaparkan pada bab IV, maka dapat diambil kesimpulan tentang keterampilan berpikir kritis siswa pada materi termokimia secara keseluruhan menunjukkan kemampuan kurang.

1. Keterampilan berpikir kritis siswa SMA pada setiap sub indikator menganalisis argumen tergolong kategori cukup; sub indikator menilai kredibilitas suatu sumber tergolong kategori kurang; sub indikator membuat deduksi dan menilai hasil deduksi tergolong kategori kurang; sub indikator membuat dan mempertimbangkan keputusan yang bernilai tergolong kriteria kurang.

2. Keterampilan menganalisis argumen pada kelompok tinggi dan sedang tergolong kategori cukup, sedangkan kelompok rendah tergolong kategori kurang; keterampilan berpikir kritis siswa dalam mempertimbangkan kredibilitas suatu sumber pada kelompok tinggi dan rendah tergolong kategori cukup, sedangkan siswa kelompok sedang tergolong kategori kurang; keterampilan membuat deduksi dan menilai hasil deduksi pada kelompok tinggi, sedang, dan rendah tergolong kategori kurang; dan keterampilan membuat dan mempertimbangkan keputusan yang bernilai pada kelompok tinggi, sedang, dan rendah tergolong kategori kurang.

3. Pemahaman konsep siswa pada materi termokimia untuk peringkat sekolah tinggi, sedang, dan rendah masih kurang. Pemahaman konsep termokimia yang tertinggi adalah konsep perubahan entalpi standar dan pemahaman konsep yang terendah adalah energi ikatan.

4. Pembelajaran termokimia di sekolah dapat melatih dan mengukur keterampilan berpikir kritis siswa. Sub indikator berpikir kritis yang tertinggi adalah sub indikator menganalisis argumen dan sub indikator


(26)

59 Afrida Ekayanti, 2014

berpikir kritis yang terendah adalah sub indikator membuat dan mempertimbangkan keputusan yang bernilai.Hasil observasi menunjukkan sub indikator keterampilan berpikir kritis yang diajarkan adalah sub indikator menganalisis argumen di peringkat sekolah tinggi dan sedang, sub indikator mempertimbangkan kredibilitas suatu sumber hanya diajarkan di peringkat sekolah tinggi, sedangkan sub indikator membuat deduksi dan menilai hasil deduksi serta membuat dan mempertimbangkan keputusan yang bernilai tidak diajarkan di sekolah. 5. Soal tes keterampilan berpikir kritis pada konsep termokimia yang

diimplementasikan terdapat empat soal yang tidak valid yaitu soal nomor 9, 15, 17, dan 20. Pola jawaban siswa yang tertinggi adalah pola jawaban benar dan alasan salah. Pola jawaban siswa yang terendah adalah pola jawaban salah dan alasan benar.

B. Saran

Adapun saran yang dapat diberikan terkait dengan hasil penelitian adalah: 1. Bagi guru, dalam pembelajaran kimia diharapkan siswa tidak hanya

diajarkan mengenai pemahaman konsep tetapi dapat dilatih kemampuan berpikir kritis siswa.

2. Bagi peneliti lain, diharapkan dapat mengukur keterampilan berpikir kritis siswa pada topik kimia yang lainnya.


(27)

60

Afrida Ekayanti, 2014

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, S. (2012). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Arifin, M, dkk. (2003). Strategi Belajar Mengajar Kimia. Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia FPMIA UPI.

Baron, J.B. and Sternberg, R.J. (1987). Teaching Thinking Skills: Theory and Practice. New York: W. H. Freeman & Company.

Brady, J.E. (1999). Kimia Universitas Asas & Struktur, Jilid 1. Jakarta: Binarupa Aksara.

Costa, A. L. (1985). Developing Minds: A Resource Book for Teaching Thinking. Alexandria: ASCD.

Depdiknas. (2003). Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Mata Pelajaran Sains Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah. Jakarta: Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas.

Ennis, R. H. (1996). Critical Thinking. New York: Prentice Hall.

Fajar, R. B. (2011). Profil keterampilan berpikir kritis siswa SMA kelas XI pada pembelajaran faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran kesetimbangan dengan menggunakan model kooperatif tipe two stay two stray (TSTS). Skripsi. Bandung: UPI, Tidak diterbitkan.

Firman, H. (2000). Penilaian Hasil Belajar dalam Pengajaran Kimia. Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.

Fisher, R. (1995). Thinking Children to Think. Cheltenham, United Kingdom: Stanley Thorner Ltd.

HAM, M. (2002). Ilmu Kimia Jilid 2 untuk Kelas 2 SMU/MA. Bandung: Arcaya Media Utama.

Herron, J. D., Cantu, L. L., Ward, R., and Srinivasan, V. (1977). “Problems

Associated with Concept Analysis”. Paper for Associate Professor of

Science Education. 185-199.

Johari, J.M.C dan M. Rachmawati. (2006). Kimia SMA dan MA untuk Kelas XI. Jakarta: Erlangga.


(28)

61

Afrida Ekayanti, 2014

Kartimi. (2013). Pengembangan alat ukur keterampilan berpikir kritis kimia untuk siswa SMA. Disertasi. Bandung: UPI, Tidak diterbitkan.

Kentari, K. (2012). Model pembelajaran learning cycle 7E dengan metode praktikum pada titrasi asam basa untuk meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa SMA. Tesis. Bandung: UPI, Tidak diterbitkan.

Koenjtaraningrat. (1997). Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Kusaeri dan Suprananto. (2012). Pengukuran dan Penilaian Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Liliasari. (2001). “Pengembangan Model Pembelajaran Kimia untuk Meningkatkan Strategi Kognitif Mahasiswa Calon Guru dalam Menerapkan Berpikir Konseptual Tingkat Tinggi”. Penelitian HB XI,Dikti, Laporan. Jakarta: Dikti.

Mardapi, D. (2008). Teknik Penyusunan Instrumen Tes dan Nontes. Yogjakarta: Mitra Cendikia Press.

Marlin, L.M. dan D.F. Halpern. (2011). “Pedagogy for developing critical

thinking in adolescents: Explicit instruction produces greatest gains”.

Journal of Thinking Skills and Creativity.(6),1–13.

Meyer, J. D and Bob G. (1979). Learning How to Learn. Cambridge University Press.

Meyers, C. (1986). Teaching Students to Think Critically. San Francisco: Jossey Bass.

Redhana, I W. (2009). Pengembangan program pembelajaran berbasis masalah terbimbing untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran kimia SMA. Disertasi. Bandung: UPI, Tidak diterbitkan. Redhana, I. W. dan Liliasari. (2008). Program pembelajaran keterampilan berpikir

kritis pada topik laju reaksi untuk siswa SMA. Jurnal Forum Kependidikan. 27, (2) 102-112.

Rosdaya, D. (2007). Paradikma Pendidikan Demokrasi: Sebuah Model Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Rustaman, N. dkk. (2009). Laporan hasil kajian: analisis konten dan capaian sains siswa Indonesia dalam TIMSS (trends in international mathematics and science study) tahun 1999, 2003, dan 2007 Program “Better


(29)

62

Afrida Ekayanti, 2014

Educational through Reformed Management Universal and Teacher

Upgrading” (BERMUTU). Bandung: Departemen Pendidikan Nasional.

Schelecht, L. J. (1991). Critical thinking: what, why, when and how. Educational Philosophy and Theory. 23, (1) 89-109.

Suherman, E. (1990). Petunjuk Praktis untuk Melaksanakan Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung: Wijayakusumah.

Sukardi. (2007). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Sunarya, Y dan Agus S. (2009). Mudah dan Aktif Belajar Kimia untuk kelas XI SMA/MA program Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Suprapto. (2008). Menggunakan Keterampilan Berpikir Kritis Untuk

Meningkatkan Mutu Pembelajaran. [Online].

Tersedia:http://supraptojielwongsolo.wordpress.com/2008/06/13/mengguna kan-ketrampilan-berpikir-untuk-meningkatkan-mutu-pembelajaran/.[9 November 2013].

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. (2003). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Ula, L. N. (2012). Analisis keterampilan berpikir kritis siswa kelas XI pada pembelajaran reaksi pengendapan menggunakan model problem solving. Skripsi. Bandung: UPI, Tidak diterbitkan.


(1)

27

Klasifikasi indeks tingkat kesukaran soal dapat menggunakan kriteria Suherman (1990) dalam Tabel 3.6.

Tabel 3.6

Klasifikasi Indeks Tingkat Kesukaran Indeks Tingkat Kesukaran Klasifikasi

IK= 0,00 Terlalu sukar

0,00 <IK ≤ 0,30 Sukar 0,30 <IK ≤ 0,70 Sedang 0,70 <IK ≤ 1,00 Mudah

IK = 1,00 Sangat mudah

Rata-rata tingkat kesukaran butir soal tes keterampilan berpikir kritis adalah 0,73, yang termasuk kategori mudah.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dipaparkan pada bab IV, maka dapat diambil kesimpulan tentang keterampilan berpikir kritis siswa pada materi termokimia secara keseluruhan menunjukkan kemampuan kurang.

1. Keterampilan berpikir kritis siswa SMA pada setiap sub indikator menganalisis argumen tergolong kategori cukup; sub indikator menilai kredibilitas suatu sumber tergolong kategori kurang; sub indikator membuat deduksi dan menilai hasil deduksi tergolong kategori kurang; sub indikator membuat dan mempertimbangkan keputusan yang bernilai tergolong kriteria kurang.

2. Keterampilan menganalisis argumen pada kelompok tinggi dan sedang tergolong kategori cukup, sedangkan kelompok rendah tergolong kategori kurang; keterampilan berpikir kritis siswa dalam mempertimbangkan kredibilitas suatu sumber pada kelompok tinggi dan rendah tergolong kategori cukup, sedangkan siswa kelompok sedang tergolong kategori kurang; keterampilan membuat deduksi dan menilai hasil deduksi pada kelompok tinggi, sedang, dan rendah tergolong kategori kurang; dan keterampilan membuat dan mempertimbangkan keputusan yang bernilai pada kelompok tinggi, sedang, dan rendah tergolong kategori kurang.

3. Pemahaman konsep siswa pada materi termokimia untuk peringkat sekolah tinggi, sedang, dan rendah masih kurang. Pemahaman konsep termokimia yang tertinggi adalah konsep perubahan entalpi standar dan pemahaman konsep yang terendah adalah energi ikatan.

4. Pembelajaran termokimia di sekolah dapat melatih dan mengukur keterampilan berpikir kritis siswa. Sub indikator berpikir kritis yang tertinggi adalah sub indikator menganalisis argumen dan sub indikator


(3)

berpikir kritis yang terendah adalah sub indikator membuat dan mempertimbangkan keputusan yang bernilai.Hasil observasi menunjukkan sub indikator keterampilan berpikir kritis yang diajarkan adalah sub indikator menganalisis argumen di peringkat sekolah tinggi dan sedang, sub indikator mempertimbangkan kredibilitas suatu sumber hanya diajarkan di peringkat sekolah tinggi, sedangkan sub indikator membuat deduksi dan menilai hasil deduksi serta membuat dan mempertimbangkan keputusan yang bernilai tidak diajarkan di sekolah. 5. Soal tes keterampilan berpikir kritis pada konsep termokimia yang

diimplementasikan terdapat empat soal yang tidak valid yaitu soal nomor 9, 15, 17, dan 20. Pola jawaban siswa yang tertinggi adalah pola jawaban benar dan alasan salah. Pola jawaban siswa yang terendah adalah pola jawaban salah dan alasan benar.

B. Saran

Adapun saran yang dapat diberikan terkait dengan hasil penelitian adalah: 1. Bagi guru, dalam pembelajaran kimia diharapkan siswa tidak hanya

diajarkan mengenai pemahaman konsep tetapi dapat dilatih kemampuan berpikir kritis siswa.

2. Bagi peneliti lain, diharapkan dapat mengukur keterampilan berpikir kritis siswa pada topik kimia yang lainnya.


(4)

60

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, S. (2012). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Arifin, M, dkk. (2003). Strategi Belajar Mengajar Kimia. Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia FPMIA UPI.

Baron, J.B. and Sternberg, R.J. (1987). Teaching Thinking Skills: Theory and Practice. New York: W. H. Freeman & Company.

Brady, J.E. (1999). Kimia Universitas Asas & Struktur, Jilid 1. Jakarta: Binarupa Aksara.

Costa, A. L. (1985). Developing Minds: A Resource Book for Teaching Thinking. Alexandria: ASCD.

Depdiknas. (2003). Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Mata Pelajaran Sains Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah. Jakarta: Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas.

Ennis, R. H. (1996). Critical Thinking. New York: Prentice Hall.

Fajar, R. B. (2011). Profil keterampilan berpikir kritis siswa SMA kelas XI pada pembelajaran faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran kesetimbangan dengan menggunakan model kooperatif tipe two stay two stray (TSTS). Skripsi. Bandung: UPI, Tidak diterbitkan.

Firman, H. (2000). Penilaian Hasil Belajar dalam Pengajaran Kimia. Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.

Fisher, R. (1995). Thinking Children to Think. Cheltenham, United Kingdom: Stanley Thorner Ltd.

HAM, M. (2002). Ilmu Kimia Jilid 2 untuk Kelas 2 SMU/MA. Bandung: Arcaya Media Utama.

Herron, J. D., Cantu, L. L., Ward, R., and Srinivasan, V. (1977). “Problems Associated with Concept Analysis”. Paper for Associate Professor of Science Education. 185-199.

Johari, J.M.C dan M. Rachmawati. (2006). Kimia SMA dan MA untuk Kelas XI. Jakarta: Erlangga.


(5)

61

Kartimi. (2013). Pengembangan alat ukur keterampilan berpikir kritis kimia untuk siswa SMA. Disertasi. Bandung: UPI, Tidak diterbitkan.

Kentari, K. (2012). Model pembelajaran learning cycle 7E dengan metode praktikum pada titrasi asam basa untuk meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa SMA. Tesis. Bandung: UPI, Tidak diterbitkan.

Koenjtaraningrat. (1997). Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Kusaeri dan Suprananto. (2012). Pengukuran dan Penilaian Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Liliasari. (2001). “Pengembangan Model Pembelajaran Kimia untuk Meningkatkan Strategi Kognitif Mahasiswa Calon Guru dalam Menerapkan Berpikir Konseptual Tingkat Tinggi”. Penelitian HB XI,Dikti, Laporan. Jakarta: Dikti.

Mardapi, D. (2008). Teknik Penyusunan Instrumen Tes dan Nontes. Yogjakarta: Mitra Cendikia Press.

Marlin, L.M. dan D.F. Halpern. (2011). “Pedagogy for developing critical thinking in adolescents: Explicit instruction produces greatest gains”.

Journal of Thinking Skills and Creativity.(6),1–13.

Meyer, J. D and Bob G. (1979). Learning How to Learn. Cambridge University Press.

Meyers, C. (1986). Teaching Students to Think Critically. San Francisco: Jossey Bass.

Redhana, I W. (2009). Pengembangan program pembelajaran berbasis masalah terbimbing untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran kimia SMA. Disertasi. Bandung: UPI, Tidak diterbitkan. Redhana, I. W. dan Liliasari. (2008). Program pembelajaran keterampilan berpikir

kritis pada topik laju reaksi untuk siswa SMA. Jurnal Forum Kependidikan. 27, (2) 102-112.

Rosdaya, D. (2007). Paradikma Pendidikan Demokrasi: Sebuah Model Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Rustaman, N. dkk. (2009). Laporan hasil kajian: analisis konten dan capaian sains siswa Indonesia dalam TIMSS (trends in international mathematics


(6)

62

Educational through Reformed Management Universal and Teacher

Upgrading” (BERMUTU). Bandung: Departemen Pendidikan Nasional.

Schelecht, L. J. (1991). Critical thinking: what, why, when and how. Educational Philosophy and Theory. 23, (1) 89-109.

Suherman, E. (1990). Petunjuk Praktis untuk Melaksanakan Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung: Wijayakusumah.

Sukardi. (2007). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Sunarya, Y dan Agus S. (2009). Mudah dan Aktif Belajar Kimia untuk kelas XI SMA/MA program Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Suprapto. (2008). Menggunakan Keterampilan Berpikir Kritis Untuk

Meningkatkan Mutu Pembelajaran. [Online].

Tersedia:http://supraptojielwongsolo.wordpress.com/2008/06/13/mengguna

kan-ketrampilan-berpikir-untuk-meningkatkan-mutu-pembelajaran/.[9

November 2013].

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. (2003). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Ula, L. N. (2012). Analisis keterampilan berpikir kritis siswa kelas XI pada pembelajaran reaksi pengendapan menggunakan model problem solving. Skripsi. Bandung: UPI, Tidak diterbitkan.