PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KONFLIK KOGNITIF UNTUK MEMFASILITASI PERUBAHAN KONSEPTUAL DAN PENINGKATAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI TERMOKIMIA.
Agustina Sutisna, 2013
Pengembangan Model Pembelajaran Konflik Kognitif Untuk Memfasilitasi Perubahan Konseptual Dan Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Termokimia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KONFLIK KOGNITIF UNTUK MEMFASILITASI PERUBAHAN KONSEPTUAL DAN PENINGKATAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA
MATERI TERMOKIMIA
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan
Ilmu Pengetahuan Alam Konsentrasi Kimia SL
Oleh:
AGUSTINA SUTISNA 1004648
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM KONSENTRASI KIMIA SEKOLAH LANJUTAN
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2013
(2)
Agustina Sutisna, 2013
Pengembangan Model Pembelajaran Konflik Kognitif Untuk Memfasilitasi Perubahan Konseptual Dan Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Termokimia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pengembangan Model Pembelajaran Konflik Kognitif untuk Memfasilitasi Perubahan Konseptual dan Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa
pada Materi Termokimia
Oleh: Agustina Sutisna
S.Pd Universitas Pendidikan Indonesia, 2010
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program
Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Konsentrasi Pendidikan Kimia Sekolah Pascasarjana
© Agustina Sutisna 2013 UniversitasPendidikan Indonesia
Juli 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
(3)
Agustina Sutisna, 2013
Pengembangan Model Pembelajaran Konflik Kognitif Untuk Memfasilitasi Perubahan Konseptual Dan Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Termokimia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
LEMBAR PENGESAHAN
Pengembangan Model Pembelajaran Konflik Kognitif untuk Memfasilitasi Perubahan Konseptual dan Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada
Materi Termokimia
Disetujui dan disahkan oleh :
Pembimbing I
Dr.Hendrawan, M.Si NIP. 196309111989011001
Pembimbing II
Dr.Ijang Rohman, M.Si NIP. 196310291987031001
Mengetahui
Ketua Program Studi Pendidikan IPA
Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia
Prof.Dr.Hj.Anna Permanasari,M.Si NIP.195807121983032002
(4)
i
Agustina Sutisna, 2013
Pengembangan Model Pembelajaran Konflik Kognitif Untuk Memfasilitasi Perubahan Konseptual Dan Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Termokimia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model pembelajaran yang dapat memfasilitasi perubahan konseptual dan peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa pada materi termokimia yang teruji secara implementatif. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian dan pengembangan atau Research and Development dengan memanfaatkan model 4-D yakni pendefinisian (define), perencanaan (design), pengembangan (develop) dan diseminasi (disseminate). Pada tahap pendefinisian dilakukan analisis miskonsepsi siswa, konsep, tugas dan perumusan indikator. Pada tahap perencanaan berupa kegiatan merancang prototipe model pembelajaran dan perangkat pembelajaran pendukungnya. Tahap pengembangan dilakukan sampai tahap uji coba terbatas dengan desain the one group pretest posttest. Implementasi model pembelajaran konflik kognitif menggunakan subjek sebanyak 28 siswa kelas XI IPA di sebuah SMA Negeri di Kabupaten Majalengka. Untuk mengetahui keberhasilan implementasi model pembelajaran konflik kognitif dalam memfasilitasi perubahan konseptual dilihat dari perubahan kategori profil konsepsi siswa sedangkan pengaruh model tersebut terhadap keterampilan berpikir kritis dihitung dengan nilai rata-rata % N-Gain. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran konflik kognitif mampu memfasilitasi perubahan konseptual pada sub pokok bahasan hukum kekekalan energi, sistem dan lingkungan, jenis-jenis sistem, reaksi eksoterm dan endoterm, perubahan entalpi serta karakteristik reaksi pembakaran. Model konflik kognitif juga mampu meningkatkan keterampilan berpikir kritis pada tiga sub indikator yang diukur yaitu (1) mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak, (2) mengobservasi dan mempertimbangkan laporan observasi, serta (3) membuat dan menentukan hasil pertimbangan. Rata-rata perolehan % N-Gain dari ketiga indikator berturut-turut adalah 40,5%, 73,8% dan 20,8%.
Kata kunci: Model pembelajaran konflik kognitif, perubahan konseptual,
(5)
Agustina Sutisna, 2013
Pengembangan Model Pembelajaran Konflik Kognitif Untuk Memfasilitasi Perubahan Konseptual Dan Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Termokimia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN ... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMAKASIH ... iii
ABSTRAK ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I. PENDAHULUAN ... 01
A. Latar Belakang ... 01
B. RumusanMasalah ... 06
C. Pembatasan Masalah ... 06
D. Tujuan Penelitian... 07
E. Manfaat Penelitian... 07
F. Penjelasan Istilah ... 08
BAB II. MODEL KONFLIK KOGNITIF UNTUK MEMFASILITASI PERUBAHAN KONSEPTUAL DAN PENINGKATAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS PADA MATERI TERMOKIMIA ... 10
A. Pengertian Jenis dan Pemilihan Model Pembelajaran... 10
B. Pengembangan Model Pembelajaran Melalui R&D ... 12
C. Filsafat Konstruktivisme dalam Pembelajaran Kimia ... 17
D. Model Konflik Kognitif ... 18
E. Konsep, Miskonsepsi dan Perubahan Konseptual ... 27
F. Keterampilan Berpikir Kritis ... 33
(6)
Agustina Sutisna, 2013
Pengembangan Model Pembelajaran Konflik Kognitif Untuk Memfasilitasi Perubahan Konseptual Dan Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Termokimia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 47
A. MetodePenelitian ... 47
B. SubjekPenelitian ... 47
C. Diagram Alur ... 48
D. Prosedur Penelitian ... 49
BAB IV.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 69
A. Karakteristik Rancangan Model Pembelajaran Konflik Kognitif ... 69
B. Implementasi Model Pembelajaran Konflik Kognitif dalam Mengidentifikasi Miskonsepsi yang Muncul. ... 80
C. Dampak Implementasi Model Konflik Kognitif terhadap Perubahan Konseptual ... 126
D. Dampak Implementasi Model Konflik Kognitif terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa ... 127
E. Kelebihan dan Kelemahan Model Konflik Kognitif ... 134
BAB.V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 135
A. Kesimpulan... 135
B. Saran ... 136
(7)
Agustina Sutisna, 2013
Pengembangan Model Pembelajaran Konflik Kognitif Untuk Memfasilitasi Perubahan Konseptual Dan Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Termokimia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Nilai Rerata Materi Kimia Kelas XI SMA Majalengka ... 1
Tabel 2.1 Derajat Pemahaman Konsep Siswa ... 27
Tabel 2.2 Indikator Berpikir Kritis Menurut Ennis ... 34
Tabel 3.1. Miskonsepsi Siswa pada Materi Termokimia ... 50
Tabel 3.2. Hubungan Label Konsep, Indikator Soal dan Indikator Keterampilan Berpikir Kritis ... 53
Tabel 3.3. Kriteria Penskoran Tes Essay ... 54
Tabel 3.4. Kisi-kisi Angket ... 54
Tabel 3.5. Teknik Pengumpulan Data ... 55
Tabel 3.6. Validitas Butir Soal ... 58
Tabel 3.7. Klasifikasi Koefisien Korelasi ... 59
Tabel 3.8. Reliabilitas dan Koefisien Korelasi Butir Soal ... 60
Tabel 3.9. Kriteria Tingkat Kesukaran Soal ... 55
Tabel 3.10. Tingkat Kesukaran Soal ... 56
Tabel 3.11. Daya Pembeda Soal ... 57
Tabel 3.12. Kriteria Peningkatan Gain ... 57
Tabel 3.13. Kriteria Pemahaman Konsep Siswa ... 58
Tabel 3.14. Kriteria Kategori Perubahan Konseptual ... 58
Tabel 3.15. Skor Skala Likert ... 59
Tabel 3.16. Tafsiran Persentase ... 60
Tabel 4.1. Konsepsi Siswa di Kasus 1 ... 65
Tabel 4.2. Konsepsi Siswa di Kasus 2 ... 71
Tabel 4.3. Konsepsi Siswa di Kasus 3 ... 73
Tabel 4.4. Konsepsi Siswa di Kasus 4 ... 76
Tabel 4.5. Konsepsi Siswa di Kasus 5 ... 79
(8)
Agustina Sutisna, 2013
Pengembangan Model Pembelajaran Konflik Kognitif Untuk Memfasilitasi Perubahan Konseptual Dan Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Termokimia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 4.7. Perbedaan Reaksi Eksoterm dan Endoterm ... 94
Tabel 4.8. Konsepsi Siswa di Tes Kemampuan Akhir pada kasus 1 ... 95
Tabel 4.9. Konsepsi Siswa di Tes Kemampuan Akhir pada kasus 2 ... 99
Tabel 4.10. Konsepsi Siswa di Tes Kemampuan Akhir pada kasus 3 ... 103
Tabel 4.11. Konsepsi Siswa di Tes Kemampuan Akhir pada kasus 4 ... 104
Tabel 4.12 Konsepsi Siswa di Tes Kemampuan Akhir pada kasus 5 ... 123
Tabel 4.13. Konsepsi Siswa di Tes Kemampuan Akhir pada kasus 6 ... 122
Tabel 4.14. Temuan Konsepsi Siswa yang Juga Pernah Dilaporkan pada Literatur ... 125
Tabel 4.15. Temuan Konsepsi Siswa yang Belum Pernah Dilaporkan pada Literatur ... 125
Tabel 4.16. Persentase Profil Perubahan Konsepsi Siswa ... 126
Tabel 4.17. Hasil Perhitungan Korelasi Sederhana ... 130
(9)
Agustina Sutisna, 2013
Pengembangan Model Pembelajaran Konflik Kognitif Untuk Memfasilitasi Perubahan Konseptual Dan Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Termokimia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Model Konflik Kognitif Menurut Lee ... 23
Gambar 2.2. Model Konflik Kognitif Menurut Kang et al ... 26
Gambar 2.3. Peta Konsep Materi Termokimia ... 37
Gambar 2.4. Pembakaran Kayu ... 38
Gambar 2.5. Rangkaian Listrik ... 39
Gambar 2.6. Sistem dan Lingkungan ... 39
Gambar 2.7. Jenis-jenis Sistem ... 40
Gambar 2.8. Reaksi Eksoterm dan Endoterm ... 41
Gambar 2.9. Perbedaan Reaksi Eksoterm dan Endoterm ... 42
Gambar 3.1. Diagram Alur Penelitian ... 48
Gambar 3.2. The One Group Pretest Postest Design ... 56
Gambar 4.1. Desain Model Konflik Kognitif ... 70
Gambar 4.2. Profil Konsepsi Siswa pada Tes Kemampuan Awal ... 81
Gambar 4.3. Profil Konsepsi Siswa pada Tes Kemampuan Akhir ... 113
(10)
Agustina Sutisna, 2013
Pengembangan Model Pembelajaran Konflik Kognitif Untuk Memfasilitasi Perubahan Konseptual Dan Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Termokimia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A. Perangkat pembelajaran
A.1. Silabus ... 142
A.2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran... 145
A.3. Analisis Konsep... 154
Lampiran B. Instrumen Penelitian B.1. Analisis Hubungan Soal Tes Tertulis, Jawaban dengan Indikator Soal dan Keterampilan Berpikir Kritis ... 161
B.2. Lembar Kegiatan Siswa ... 170
B.3. Angket Siswa... 180
B.4. Pedoman Wawancara ... 181
B.5. Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran ... 182
Lampiran C. Hasil Pengolahan Data Tes C.1. Hasil Analisis Butir Soal ... 183
C.2. Kategori Perubahan Konseptual ... 189
C.3. Hasil Tes Kemampuan Awal dan Akhir ... 193
C.4. Uji Normalitas ... 195
C.5. Uji Homogenitas ... 196
C.6. Data N-gain ... 197
C.7. Pengujian Perbedaan Dua Rata-rata Populasi Berhubungan... 201
C.8. Hasil Angket ... 202
C.9. Hasil Wawancara... 203
Lampiran D. Dokumentasi D.1. Foto kegiatan penelitian ... 206
(11)
1 Agustina Sutisna, 2013
Pengembangan Model Pembelajaran Konflik Kognitif Untuk Memfasilitasi Perubahan Konseptual Dan Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Termokimia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu tujuan mata pelajaran kimia di SMA adalah agar siswa memahami konsep, prinsip, hukum, dan teori kimia serta keterkaitan dengan penerapannya untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari dan teknologi (Depdiknas, 2003). Berdasarkan tujuan tersebut, dapat dilihat bahwa pemahaman konsep penting untuk dikembangkan pada diri siswa. Oleh karena itu, pembelajaran kimia di SMA seharusnya mampu membuat siswa memahami konsep dengan baik.
Namun, fakta di lapangan di salah satu SMA di Majalengka menunjukkan bahwa penguasaan konsep kimia di kelas XI SMA rendah. Hal ini dapat dilihat dari nilai rerata materi mata pelajaran kimia berikut ini:
Tabel 1.1
Nilai Rerata Materi Kimia Kelas XI SMA X Majalengka
Kelas Struktur Atom dan Sistem Periodik
Termokimia Laju Reaksi
XI - IPA 1 74 40 57
XI - IPA 2 65 40 51
XI - IPA 3 66 40 53
(Arsip Guru Mata Pelajaran Kimia, 2011) Berdasarkan data di atas, terlihat bahwa dari tiga materi kimia yang diajarkan, materi termokimia memiliki nilai rerata paling rendah dibandingkan dengan materi struktur atom dan sistem periodik serta laju reaksi.
(12)
Agustina Sutisna, 2013
Pengembangan Model Pembelajaran Konflik Kognitif Untuk Memfasilitasi Perubahan Konseptual Dan Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Termokimia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Banyak faktor yang mempengaruhi rendahnya tingkat pemahaman materi termokimia, salah satunya adalah adanya miskonsepsi baik dalam pembelajaran maupun yang dialami oleh siswa (Pinar, 2009). Miskonsepsi yang terdapat dalam materi termokimia antara lain: siswa tidak bisa membedakan antara suhu dan panas (Erickson 1979, 1980; Harrison 1999; Niaz 2000, 2006; Yeo and Zadnik 2001; Paik et al, 2007; Baser and Geban 2007). Boo (1986) menemukan bahwa siswa mengklasifikasikan pembakaran lilin ke dalam reaksi endoterm. Pada konsep yang berhubungan dengan reaksi pembakaran, siswa percaya bahwa reaksi pembakaran selalu menghasilkan api atau nyala (Bou Jaoude, 1991). Gambaran rendahnya penguasaan konsep termokimia akibat miskonsepsi diperkuat oleh hasil penelitian Kismarini (2011) yang menunjukkan bahwa siswa SMA kelas XI mengalami miskonsepsi pada konsep sistem, lingkungan, reaksi eksoterm dan endoterm. Lebih lanjut, ia mengungkapkan miskonsepsi yang dialami siswa menimbulkan permasalahan pembelajaran dalam termokimia. Siswa mengalami kesulitan dalam mengklasifikasikan bahwa reaksi pemutusan ikatan merupakan reaksi endoterm sedangkan reaksi pembentukan ikatan adalah reaksi eksoterm, dan beranggapan bahwa setiap reaksi dengan oksigen termasuk persamaan termokimia dari perubahan entalpi pembakaran.
Salah satu penyebab terjadinya miskonsepsi adalah pembelajaran yang lebih menekankan pada aktivitas guru (teacher centered). Dalam pembelajaran ini semua informasi dan pengetahuan disampaikan oleh guru. Dari hasil studi pendahuluan diketahui bahwa siswa hanya dilibatkan sebagai pendengar tanpa
(13)
Agustina Sutisna, 2013
Pengembangan Model Pembelajaran Konflik Kognitif Untuk Memfasilitasi Perubahan Konseptual Dan Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Termokimia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kesempatan untuk berpartisipasi secara aktif dalam pembelajaran (Sutisna, 2011). Akibatnya, siswa cenderung menghafal konsep tanpa benar-benar memahaminya. Cara belajar seperti ini kurang mendukung siswa dalam mengembangkan kemampuan mengaitkan antar konsep, menjadikan konsep kimia semakin abstrak, sehingga berpeluang menimbulkan miskonsepsi. Hal ini sejalan dengan pandangan Piaget yang menyatakan bahwa pengetahuan itu dibentuk oleh siswa atau orang yang sedang belajar. Pengetahuan tidak diterima begitu saja dari guru tetapi siswa sendirilah yang harus mengorganisasi, memikirkan dan membentuk pengetahuan itu. Tanpa kegiatan aktif membentuk pemikiran dalam dirinya, siswa tidak akan tahu sesuatu (Suparno, 2001).
Oleh karena itu, diperlukan suatu pembelajaran yang dapat melibatkan siswa secara aktif. Salah satu caranya adalah pembelajaran dengan strategi konflik kognitif. Strategi konflik kognitif akan menciptakan ketidakseimbangan yang mengantarkan pada ketidakpuasan terhadap konsep yang sudah ada, dan pada akhirnya mengantarkan pada kesiapan untuk menerima konsep baru (Kang et al, 2010). Dalam pembelajaran ini siswa diberi kesempatan untuk mengungkapkan dan mengkritisi hal yang berbeda dengan konsepsinya
Dalam strategi konflik kognitif akan muncul pertentangan antara konsep yang lama dan baru. Untuk memutuskan konsep mana yang akan dipertahankan atau diterima maka diperlukan suatu keterampilan berpikir tinggi yaitu keterampilan berpikir kritis. Keterampilan berpikir kritis adalah kemampuan berpikir kompleks menggunakan proses berpikir mendasar berupa penalaran logis
(14)
Agustina Sutisna, 2013
Pengembangan Model Pembelajaran Konflik Kognitif Untuk Memfasilitasi Perubahan Konseptual Dan Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Termokimia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
untuk menentukan apa yang harus diyakini dan dilakukan (Costa, 1985). Berpikir kritis tidak hanya sekedar menerima informasi dari pihak lain, tapi juga melakukan pencarian, dan bila diperlukan akan menangguhkan keputusan sampai ia yakin bahwa informasi itu sesuai dengan penalarannya dan didukung oleh bukti atau informasi. Orang yang memiliki keterampilan berpikir kritis, akan mampu mengevaluasi, membedakan dan menentukan apakah suatu informasi benar atau salah.
Selain itu, dalam kondisi konflik kognitif, siswa dihadapkan pada tiga pilihan, yaitu: (1) mempertahankan intuisinya semula, (2) merevisi sebagian intuisinya melalui proses asimilasi, (3) merubah pandangannya yang bersifat intuisi tersebut dan mengakomodasikan pengetahuan baru. Jika siswa memilih pilihan ketiga maka akan terjadi perubahan konseptual pada diri siswa. Beberapa penelitian mengenai hubungan antara strategi konflik kognitif dengan perubahan konseptual telah dilakukan. Zaeni dan Noviyanti (2011) menyebutkan bahwa strategi konflik kognitif bisa memfasilitasi perubahan konsepsi materi persamaan kimia dan laju reaksi. Kang et al (2010) mengemukakan bahwa strategi konflik kognitif mempunyai pengaruh tidak langsung terhadap penguasaan konsep sains siswa.
Bertolak dari penjelasan yang telah dikemukakan, terdapat hubungan antara keterampilan berpikir kritis dan perubahan konseptual. Dimana, untuk mengubah pandangannya dan mengakomodasikannya membentuk pengetahuan baru, siswa memerlukan suatu kemampuan untuk memberikan alasan, melibatkan sedikit
(15)
Agustina Sutisna, 2013
Pengembangan Model Pembelajaran Konflik Kognitif Untuk Memfasilitasi Perubahan Konseptual Dan Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Termokimia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dugaan hingga dapat membuat dan menentukan hasil pertimbangan berdasarkan fakta-fakta, yang kesemuanya itu terangkum dalam keterampilan berpikir kritis. Dengan demikian perubahan konseptual terjadi karena adanya kemampuan berpikir kritis.
Berdasarkan teori perkembangan kognitif Piaget siswa SMA telah mencapai tahap berfikir formal. Meskipun demikian perlu diingat bahwa perkembangan kognitif seseorang juga dipengaruhi oleh lingkungannya. Hal ini dapat menjelaskan ketidakmerataan perkembangan kognitif siswa. Pola perkembangan berpikir ini makin tinggi di daerah perkotaan dan makin rendah di daerah pedesaan yang terpencil, baik daerah pantai maupun pegunungan (Hinduan dan Liliasari, 2002). Perkembangan kognitif yang agak terlambat ini ditengarai menyebabkan banyak guru kesulitan untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswa dan perubahan konseptual. Keterampilan berpikir dapat diajarkan (Nickerson,1985), karena itu perlu ditemukan model pembelajaran sains yang dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswa sehingga terjadi perubahan konseptual.
Sampai saat ini terdapat dua penelitian model pembelajaran yang bisa memfasilitasi strategi konflik kognitif, yaitu model pembelajaran konflik kognitif yang diajukan oleh Lee (2001) dan Kang et al (2010). Kedua model tersebut menggunakan eksperimen untuk menimbulkan konflik kognitif pada siswa. Dalam materi termokimia, tidak semua konsep bisa dijelaskan dengan eksperimen. Oleh karena itu diperlukan suatu model yang bisa mengakomodasi
(16)
Agustina Sutisna, 2013
Pengembangan Model Pembelajaran Konflik Kognitif Untuk Memfasilitasi Perubahan Konseptual Dan Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Termokimia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
konflik berupa konseptual. Hubungan antara model yang bisa mengakomodasi konflik kognitif, perubahan konseptual dan keterampilan berpikir sangat perlu untuk diteliti. Hal ini yang melandasi pengembangan model pembelajaran konflik kognitif untuk memfasilitasi perubahan konseptual dan peningkatan keterampilan berpikir kritis pada materi termokimia.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang, maka masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut “Bagaimanakah karakteristik model pembelajaran konflik kognitif yang mampu memfasilitasi perubahan konseptual dan peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa pada materi termokimia?”
Rumusan masalah tersebut dapat dijabarkan menjadi beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimanakah karakteristik rancangan model pembelajaran konflik kognitif?
2. Bagaimanakah implementasi model pembelajaran konflik kognitif dalam mengidentifikasi miskonsepsi-miskonsepsi yang muncul?
3. Bagaimanakah perubahan konseptual yang terjadi melalui model pembelajaran konflik kognitif?
4. Bagaimanakah peningkatan keterampilan berpikir kritis melalui model pembelajaran konflik kognitif?
(17)
Agustina Sutisna, 2013
Pengembangan Model Pembelajaran Konflik Kognitif Untuk Memfasilitasi Perubahan Konseptual Dan Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Termokimia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
C. Pembatasan Masalah
1. Penelitian ini merupakan penelitian R&D yang dibatasi hingga tahap uji coba terbatas.
2. Indikator keterampilan berpikir kritis yang diukur adalah mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak, mengobservasi dan mempertimbangkan laporan observasi serta membuat dan menentukan hasil pertimbangan.
3. Kategori perubahan konseptual terdiri dari empat kategori yaitu identical fit, approximate fit, incomplete fit dan no conception.
D. Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model pembelajaran konflik kognitif yang dapat memfasilitasi perubahan konseptual dan peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa pada materi termokimia. Bedasarkan tujuan umum tersebut, maka tujuan khusus penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menemukan model pembelajaran yang dapat memfasilitasi perubahan konseptual dan keterampilan berpikir kritis siswa pada materi termokimia. 2. Meningkatkan kategori perubahan konseptual dan keterampilan berpikir
kritis siswa pada materi termokimia.
(18)
Agustina Sutisna, 2013
Pengembangan Model Pembelajaran Konflik Kognitif Untuk Memfasilitasi Perubahan Konseptual Dan Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Termokimia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat memberikan manfaat. Adapun manfaat yang diharapkan adalah sebagai berikut:
1. Bagi peneliti:
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan rujukan dan inovasi pengembangan bagi penelitian lain yang relevan.
b. Dapat digunakan sebagai bahan informasi dan referensi untuk memfasilitasi perubahan konseptual dan peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa pada materi termokimia.
2. Bagi siswa:
a. Membantu siswa dalam meningkatkan pemahaman konsep termokimia secara benar.
b. Menciptakan suasana belajar yang menyenangkan sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
3. Bagi guru:
a. Dapat digunakan sebagai bahan kajian untuk memfasilitasi perubahan konseptual dan peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa ketika melaksanakan pembelajaran.
b. Membantu guru dalam merancang pembelajaran dengan materi yang minim akan miskonsepsi.
(19)
Agustina Sutisna, 2013
Pengembangan Model Pembelajaran Konflik Kognitif Untuk Memfasilitasi Perubahan Konseptual Dan Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Termokimia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka peneliti akan menjelaskan beberapa istilah yang digunakan, diantaranya:
1. Model pembelajaran konflik kognitif adalah model pembelajaran yang mengakomodasi terjadinya strategi konflik kognitif. Strategi konflik kognitif adalah pembelajaran yang mengkomunikasikan dua atau lebih rangsangan berupa sesuatu yang berlawanan atau berbeda kepada peserta didik agar terjadi proses internal yang intensif dalam rangka mencapai keseimbangan ilmu pengetahuan yang lebih tinggi. (Kang et al, 2010) Adapun tahapannya adalah sebagai berikut; (1) fase orientasi siswa terhadap konflik, (2) fase menjawab probing yang tertera pada buku soal, (3) fase penyajian hasil diskusi dan memberikan kesimpulan, dan (4) fase analisis kesimpulan.
2. Perubahan konseptual (conceptual change) adalah proses peninggalan suatu komitmen pada satu rangkaian pemahaman konseptual dengan mengadopsi rangkaian lain yang tidak disatukan kembali (Rolka, 2007). Perubahan konseptual diukur melalui tes essay.
3. Keterampilan berpikir kritis adalah kemampuan berpikir kompleks menggunakan proses berpikir mendasar berupa penalaran logis untuk menentukan apa yang harus diyakini dan dilakukan (Costa,1985). Keterampilan berpikir kritis diukur melalui tes essay.
(20)
47
Agustina Sutisna, 2013
Pengembangan Model Pembelajaran Konflik Kognitif Untuk Memfasilitasi Perubahan Konseptual Dan Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Termokimia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan suatu cara yang teratur dengan menggunakan alat atau teknik tertentu untuk suatu kepentingan penelitian. Arikunto (2008) menjelaskan bahwa metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya. Hal ini sejalan dengan Sugiyono (2009) yang mengemukakan bahwa metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.
Penelitian ini menggunakan metode R & D dengan menggunakan alur model 4-D menurut Thiagarajan et al (1974) yakni tahap pendefinisian (define), tahap perencanaan (design), tahap pengembangan (develop) dan tahap penyebaran (disseminate) dengan penyesuain seperlunya. Akan tetapi untuk penelitian ini dibatasi hanya sampai pada tahapan 3D (define, design, develop) yaitu pada tahap uji coba terbatas.
B. Subyek Penelitian
Subjek penelitian pada penelitian yang dilakukan adalah siswa kelas XI IPA di salah satu SMA Negeri yang ada di Kabupaten Majalengka, Jawa Barat.
(21)
Agustina Sutisna, 2013
Pengembangan Model Pembelajaran Konflik Kognitif Untuk Memfasilitasi Perubahan Konseptual Dan Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Termokimia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Penelitian dilakukan pada 28 orang siswa yang telah mempelajari materi termokimia.
C. Diagram Alur
Alur penelitian disusun dengan tujuan agar langkah-langkah penelitian lebih terarah pada permasalahan yang dikemukakan. Seluruh tahapan penelitian ditunjukkan pada gambar 3.1.
Studi Pendahuluan
Analisis tugas Analisis konsep
Studi literatur perubahan konseptual dan keterampilan berpikir kritis siswa Studi literatur
pembelajaran kimia
Perumusan Indikator
Merancang kegiatan pembelajaran
Pembuatan instrumen Pembuatan desain pembelajaran (desain awal)
Telaah dan revisi
Ujicoba Terbatas Pembelajaran Model Konfik Kognitif
Define
Design
Develop
Pre Test Observasi Post Test Analisis data
Angket dan Wawancara Temuan dan Pembahasan
Kesimpulan dan Saran Analisis miskonsepsi
Studi literatur model konflik
(22)
Agustina Sutisna, 2013
Pengembangan Model Pembelajaran Konflik Kognitif Untuk Memfasilitasi Perubahan Konseptual Dan Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Termokimia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gambar 3.1 Diagram Alur Penelitian
D. Prosedur Penelitian
Tahapan pelaksanaan penelitian dibagi menjadi tiga tahapan utama yaitu tahap pendefinisian (define), tahap perencanaan (design) dan tahap pengembangan (develop).
1. Tahap Pendefinisian (define)
Tahap pendefinisian bertujuan untuk menganalisis dan menemukan kendala yang dihadapi dalam pembelajaran. Kegiatan yang dilakukan pada tahap pendefinisian adalah sebagai berikut
a. Analisis miskonsepsi siswa
Analisis miskonsepsi merupakan identifikasi konsep-konsep yang sering membuat siswa mengalami miskonsepsi pada materi termokimia. Untuk mendapatkan data miskonsepsi pada materi termokimia, peneliti menyiapkan beberapa instrumen. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui metode wawancara dan studi literatur.
Wawancara yang dilakukan bersifat semi struktur. Wawancara pada tahap ini bertujuan untuk; (1) mengetahui pendapat guru mengenai miskonsepsi yang dialami siswa pada materi termokimia; (2) mengetahui penyebab utama timbulnya miskonsepsi; (3) mengetahui upaya yang telah dilakukan oleh guru
(23)
Agustina Sutisna, 2013
Pengembangan Model Pembelajaran Konflik Kognitif Untuk Memfasilitasi Perubahan Konseptual Dan Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Termokimia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
untuk mengatasi miskonsepsi pada materi termokimia; dan (4) mengetahui metode dan strategi pembelajaran yang biasa dilakukan oleh guru.
Studi literatur yang dilakukan adalah studi literatur mengenai miskonsepsi yang dialami siswa pada materi termokimia. Literatur yang digunakan adalah jurnal-jurnal penelitian yang membahas mengenai miskonsepsi pada materi termokimia baik yang berasal dari dalam maupun luar negeri. Adapun miskonsepsi yang ditemukan dapat dilihat pada tabel 3.1.
Tabel 3.1
Miskonsepsi Siswa pada Materi Termokimia
No Konsep Miskonsepsi
1 Sistem dan lingkungan gelas kimia adalah sistem karena yang berada di dalam gelas kimia adalah sistem (Kismarini,2011)
2 Reaksi eksoterm dan
endoterm
reaksi yang menyebabkan tabung reaksi terasa panas termasuk reaksi eksoterm karena pada reaksi eksoterm terjadi perubahan energi dari lingkungan ke sistem (Kismarini,2011)
reaksi pembakaran lilin termasuk reaksi endoterm (Boo,1986)
3 Reaksi pembakaran reaksi pembakaran selalu menghasilkan nyala api (Bao Jaoude, 1991)
b. Analisis konsep
Analisis konsep merupakan identifikasi konsep-konsep utama yang akan diajarkan. Konsep-konsep utama ini disusun berdasarkan konsep-konsep yang menimbulkan miskonsepsi pada materi termokimia. Analisis konsep dapat dilihat pada lampiran A.
(24)
Agustina Sutisna, 2013
Pengembangan Model Pembelajaran Konflik Kognitif Untuk Memfasilitasi Perubahan Konseptual Dan Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Termokimia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Untuk mengatasi miskonsepsi yang telah dikemukakan sebelumnya, peneliti berusaha mencari gagasan-gagasan untuk mengatasinya. Model konflik kognitif merupakan suatu gagasan yang dapat digunakan untuk mengatasi miskonsepsi tersebut. Pembuktian bahwa miskonsepsi sudah teratasi bisa dilihat dari perubahan konseptual dan peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa. Oleh karena itu, pada tahap ini dilakukan studi literatur mengenai model konflik kognitif, perubahan konseptual dan keterampilan berpikir kritis.
d. Perumusan Indikator
Perumusan indikator pembelajaran bertujuan untuk merumuskan indikator hasil belajar yang terdapat dalam kurikulum dan beberapa indikator hasil belajar tambahan yang relevan dengan materi termokimia.
2. Tahap Perencanaan (design)
Tujuan dari kegiatan pada tahap ini adalah sebagai berikut; (1) mendesain model pembelajaran konflik kognitif yang bisa memfasilitasi perubahan konseptual dan peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa sehingga bisa mengurangi miskonsepsi; (2) mendesain instrumen untuk memperkuat analisis miskonsepsi siswa pada materi termokimia di tahap define; (3) mendesain instrumen untuk melihat pengaruh model konflik kognitif dalam mengatasi miskonsepsi, memfasilitasi perubahan konseptual dan peningkatan keterampilan berpikir kritis. Secara garis besar, kegiatan utama yang dilakukan pada tahap ini adalah sebagai berikut.
(25)
Agustina Sutisna, 2013
Pengembangan Model Pembelajaran Konflik Kognitif Untuk Memfasilitasi Perubahan Konseptual Dan Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Termokimia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
a. Merancang desain model pembelajaran konflik kognitif
Berdasarkan hasil analisis studi literatur terhadap model konflik kognitif pada tahap define, disusunlah beberapa fase untuk mengatasi miskonsepsi siswa pada materi termokimia. Adapun fase-fase yang didesain dalam model konflik kognitif adalah sebagai berikut:
1) Fase 1: Orientasi siswa terhadap konflik
2) Fase 2 : Siswa menjawab probing yang tertera pada buku soal 3) Fase 3: Siswa menyajikan hasil diskusi dan memberikan kesimpulan 4) Fase 4 : Guru dan siswa menganalisis dan mengevaluasi hasil kesimpulan
b. Membuat instrumen penelitian
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono, 2011). Instrumen dalam penelitian ini berupa tes keterampilan berpikir kritis dan perubahan konseptual, angket, pedoman wawancara dan lembar observasi.
a) Instrumen
1) Tes Keterampilan Berpikir Kritis dan Perubahan Konseptual
Tes adalah alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan (Arikunto, 2008). Tujuan dari pembuatan tes ini adalah; (1) memperkuat hasil analisis miskonsepsi yang telah ditemukan pada tahap define; dan (2) mengukur perubahan konseptual dan peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa pada materi termokimia.
(26)
Agustina Sutisna, 2013
Pengembangan Model Pembelajaran Konflik Kognitif Untuk Memfasilitasi Perubahan Konseptual Dan Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Termokimia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dalam menyusun dan melaksanakan tes, agar instrumen menjadi alat ukur yang baik maka dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Membuat Analisis Hubungan Konsep Indikator Soal dan Keterampilan Berpikir Kritis
Adapun analisis hubungan konsep indikator soal dan keterampilan berpikir kritis pada penelitian ini diperlihatkan pada tabel 3.2.
Tabel 3.2
Hubungan Label Konsep, Indikator Soal dan Indikator Keterampilan Berpikir Kritis
No Label Konsep Indikator Soal Indikator Keterampilan
Berpikir Kritis
1 Hukum Kekekalan Energi
Siswa mampu menjelaskan hukum kekekalan energi berdasarkan fenomena yang terjadi
Mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak
2 Sistem dan Lingkungan
Siswa mampu menentukan sistem dan lingkungan berdasarkan fenomena yang terjadi
Mengobservasi dan
mempertimbangkan laporan observasi
3 Jenis-jenis sistem
Siswa mampu menentukan jenis sistem berdasarkan fenomena yang terjadi
Membuat dan menentukan hasil pertimbangan
4 Reaksi eksoterm dan endoterm
Siswa mampu menjelaskan perbedaan antara reaksi eksoterm dan endoterm
Mengobservasi dan
mempertimbangkan laporan observasi
5 Perubahan entalpi
Siswa mampu menjelaskan perbedaan antara perubahan entalpi ( ) dan perubahan energi dalam ( )
Membuat dan menentukan hasil petimbangan
6 Entalpi Pembakaran
Siswa mampu menjelaskan karakteristik pembakaran
Mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak
(27)
Agustina Sutisna, 2013
Pengembangan Model Pembelajaran Konflik Kognitif Untuk Memfasilitasi Perubahan Konseptual Dan Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Termokimia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2. Menyusun soal tes sesuai dengan kisi-kisi yang telah dibuat 3. Uji coba soal
Untuk penelitian kali ini langkah uji coba soal tidak dilakukan. Karena soal-soal yang diberikan adalah soal-soal yang digunakan untuk mengukur miskonsepsi, sehingga jika dilakukan uji coba soal, maka hasilnya juga tidak memuaskan, karena akan menunjukkan miskonsepsi-miskonsepsi pada materi termokimia.
Alat ukur tes yang digunakan untuk mengukur perubahan konseptual dan keterampilan berpikir kritis berbentuk tes essay berjumlah 6 butir soal. Kriteria penskoran tes essay yang digunakan, ditunjukkan pada tabel 3.3.
Tabel 3.3
Kriteria Penskoran Tes Essay
Skor Jawaban Siswa
2 benar dan lengkap
1 benar tetapi kurang lengkap 0 jawaban salah
0 tidak menjawab
2) Angket
Angket digunakan untuk mengetahui tanggapan siswa mengenai model pembelajaran konflik kognitif. Angket yang digunakan dalam penelitian ini berupa sejumlah pertanyaan dengan opsi jawaban yang disusun dalam bentuk skala Likert yang dikategorikan dalam skala SS (sangat setuju), S (setuju), TS (tidak setuju), dan STS (sangat tidak setuju).
Adapun aspek yang diukur adalah tanggapan siswa terhadap pelajaran kimia dan materi termokimia, pelaksanaan pembelajaran model konflik kognitif,
(28)
Agustina Sutisna, 2013
Pengembangan Model Pembelajaran Konflik Kognitif Untuk Memfasilitasi Perubahan Konseptual Dan Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Termokimia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pertanyaan yang diberikan dan probing. Kisi-kisi angket dapat ditunjukkan pada tabel 3.4.
Tabel 3.4. Kisi-Kisi Angket
Indikator No Pertanyaan
Tanggapan siswa terhadap pelajaran materi termokimia 1,2,3,4,5 Tanggapan siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran 6,7,8,9,10,11,12 Tanggapan siswa terhadap pertanyaan probing 13,14,15,16 Tanggapan siswa terhadap pertanyaan yang diberikan 17,18,19
3) Pedoman wawancara
Pedoman wawancara digunakan untuk mengetahui tanggapan siswa dan guru tentang keunggulan dan kelemahan dari model pembelajaran konflik kognitif serta tanggapan terhadap soal yang telah diberikan.
4) Lembar observasi
Lembar observasi digunakan untuk menjaring informasi secara langsung mengenai kegiatan selama proses pembelajaran. Lembar observasi disusun berdasarkan kategori ya/tidak dilakukannya fase-fase pembelajaran model konflik kognitif. Pengamatan ini dilakukan dari awal pembelajaran sampai akhir pembelajaran. Dalam penelitian ini, observasi dilakukan oleh satu orang guru kimia.
b)Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.5.
(29)
Agustina Sutisna, 2013
Pengembangan Model Pembelajaran Konflik Kognitif Untuk Memfasilitasi Perubahan Konseptual Dan Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Termokimia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Teknik Pengumpulan Data
No Jenis Data Teknik
Pengumpulan Data
Keterangan
1 Perubahan konseptual dan keterampilan berpikir kritis
Pretes dan postes (tes essay)
Dilakukan di awal dan akhir pembelajaran
2 Aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran
Lembar observasi kegiatan pembelajaran
Dilakukan saat pembelajaran
3 Tanggapan terhadap strategi konflik kognitif
Angket dan wawancara (guru dan siswa)
Dilakukan setelah pembelajaran
3. Tahap Pengembangan (develop)
Tahap develop bertujuan untuk melakukan uji coba terbatas terhadap strategi pembelajaran konflik kognitif dan instrumen yang telah disusun. Hal ini dilakukan untuk melihat pengaruh model pembelajaran konflik kognitif terhadap peningkatan perubahan konseptual dan keterampilan berpikir kritis.
Penelitian pada uji coba terbatas ini merupakan weak eksperimental yaitu penelitian yang menggunakan kelompok sampel perlakuan tanpa adanya kontrol. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah The One-Group Pretest-Postest Design (Fraenkel et al, 2008). Desain The One-Group Pretest-Pretest-Postest Design adalah desain penelitian yang hanya menggunakan satu kelas, dimana sebelum dan setelah perlakuan diberikan tes. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh perlakuan dilakukan uji statistik.
Gambar 3.2
The One-Group Pretest-Postes Design
(30)
Agustina Sutisna, 2013
Pengembangan Model Pembelajaran Konflik Kognitif Untuk Memfasilitasi Perubahan Konseptual Dan Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Termokimia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Keterangan:
O1 = Pretes O2 = Postes
X = strategi pembelajaran konflik kognitif
Pada tahap ini, dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1. melaksanakan pretes sebelum dilakukan strategi pembelajaran konflik kognitif
2. melaksanakan strategi pembelajaran sambil dilakukan observasi 3. melaksanakan postes
4. menyebarkan angket kepada siswa
5. melaksanakan wawancara kepada siswa dan guru 6. mengumpulkan data hasil penelitian
7. mengolah data hasil penelitian
8. menganalisis data hasil penelitian dan membahasnya 9. menyimpulkan hasil penelitian
10. menuliskan laporan hasil penelitian dalam draft tesis.
a. Pengolahan Data Kuantitatif 1) Validitas
Sudjana (2006) mengemukakan bahawa validitas berkenaan dengan ketetapan alat penilaian terhadap konsep yang dinilai sehingga betul-betul menilai apa yang seharusnya dinilai. Ada empat jenis validitas yang sering digunakan, yakni validitas isi, valididtas bangun pengertian, validitas ramalan, dan validitas kesamaan. Pada penelitian ini, Uji validitas isi menggunakan judgement dengan pertimbangan ahli dengan tujuan untuk melihat kesesuain standar isi dan indikator
(31)
Agustina Sutisna, 2013
Pengembangan Model Pembelajaran Konflik Kognitif Untuk Memfasilitasi Perubahan Konseptual Dan Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Termokimia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
yang ada dalam instrumen sedangkan uji validitas kriteria dihitung dengan menggunakan bantuan program Microsoft Excel. Rumus yang digunakan adalah:
q p St t p pbis M -M r Keterangan: p
M = rata-rata skor total yang menjawab benar pada butir soal t
M = rata-rata skor total t
S = standar deviasi skor total
p = proporsi siswa yang menjawab benar pada tiap butir soal
q = proporsi siswa yang menjawab salah pada setiap butir soal
r pbis yang diperoleh dimasukkan ke dalam rumus t.
2 1 2 pbis pbis r n r t
Kriteria : jika thitung > ttabel, maka butir soal valid, dengan α = 5% dan dk = (n-2) dan n adalah jumlah siswa (Sudjana, 2006).
Berdasarkan hasil perhitungan validitas pokok uji diperoleh bahwa semua soal yang diujikan valid dengan koefisien korelasi yang berbeda-beda. Seperti yang terlihat pada tabel 3.6.
Tabel 3.6 Validitas Butir Soal No
Soal t hitung t tabel Keterangan
1 3,05 2,03 Valid
2 2,19 2,03 Valid
3 2,67 2,03 Valid
4 3,09 2,03 Valid
(32)
Agustina Sutisna, 2013
Pengembangan Model Pembelajaran Konflik Kognitif Untuk Memfasilitasi Perubahan Konseptual Dan Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Termokimia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
6 3,21 2,03 Valid
2) Reliabilitas
Menurut Sudjana (2006) reliabilitas alat penilaian adalah ketetapan atau keajegan alat tersebut dalam menilai apa yang dinilainya. Artinya, kapan pun penilaian tersebut digunakan akan memberikan hasil yang relatif sama. Tes hasil belajar dikatakan ajeg apabila hasil pengukuran saat ini menunjukkan kesamaan hasil pada saat yang berlainan waktunya terhadap siswa yang sama. Untuk mengukur reliabilitas salah satunya dengan cara kesamaan rasional.
Prosedur ini dilakukan dengan menghubungkan setiap butir dalam tes dengan butir-butir lainnya dalam tes itu sendiri secara keseluruhan. Salah satu cara yang sering digunakan adalah menggunakan rumus Kuder-Richardson atau KR 21. Rumusnya adalah sebagai berikut:
1 2 2 k x X K X x K rXX Jika rxx > rtabel maka tes tersebut dikatakan reliabel. Keterangan :
xx
r = reliabilitas insrumen k = banyaknya butir soal
2 x
= variasi skor
X = skor rata-rata( mean skor)
Harga rxx yang dihasilkan dikonsultasikan dengan aturan penetapan reliabilitas sesuai dengan tabel 3.7.
(33)
Agustina Sutisna, 2013
Pengembangan Model Pembelajaran Konflik Kognitif Untuk Memfasilitasi Perubahan Konseptual Dan Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Termokimia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.7.
Klasifikasi Koefisien Korelasi
Nilai r Keterangan
0,00 – 0,19 Sangat rendah 0,20 – 0,39 Rendah 0,40 – 0,59 Cukup 0,60 – 0,79 Kuat 0,80 – 1,00 Sangat kuat
Pada penelitian ini uji coba reliabilitas soal dengan Anates Versi 4 diperoleh hasil koefisien reliabilitas tes keseluruhan soal sebesar 0,81, hal ini menunjukkan setiap item soal memiliki reliabilitas yang sangat kuat. Berikut ini koefisien korelasi untuk masing-masing item soal dapat dilihat pada tabel 3.8.
Tabel 3.8.
Reliabilitas dan Koefisien Korelasi Butir Soal
No Item Pernyataan
Koefisien
Validitas Keterangan
1 0,737 Sangat signifikan
2 0,708 Signifikan
3 0,832 Sangat signifikan
4 0,681 Signifikan
5 0,734 Sangat signifikan
6 0,607 Signifikan
(34)
Agustina Sutisna, 2013
Pengembangan Model Pembelajaran Konflik Kognitif Untuk Memfasilitasi Perubahan Konseptual Dan Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Termokimia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Sudjana (2011) menyatakan menganalisis tingkat kesukaran soal artinya mengkaji soal-soal dari segi kesulitannya sehingga dapat diperoleh soal-soal mana yang termasuk mudah, sedang, dan sukar. Asumsi yang digunakan untuk memperoleh kualitas soal yang baik, di samping memenuhi validitas dan reliabilitas, adalah adanya keseimbangan dari tingkat kesulitan soal tersebut. Keseimbangan yang dimaksudkan adalah adanya soal-soal yang termasuk mudah, sedang, dan sukar secara proporsional. Tingkat kesukaran soal dipandang dari kesanggupan atau kemampuan siswa menjawabnya, bukan dilihat dari sudut pandang guru sebagai pembuat soal.
Cara melakukan analisis untuk menentukan tingkat kesukaran soal adalah dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
N B I
Keterangan:
I = indeks kesulitan untuk setiap butir soal
B = banyaknya siswa yang menjawab benar setiap butir soal
N = banyaknya siswa yang memberikan jawaban pada soal yang dimaksudkan
Kriteria yang digunakan adalah makin kecil indeks yang diperoleh, makin sulit soal tersebut. Sebaliknya, makin besar indeks yang diperoleh, makin mudah soal tersebut. Kriteria indeks kesulitan soal itu adalah sebagai berikut:
Tabel 3.9
Kriteria Tingkat Kesukaran
Nilai Tingkat
(35)
Agustina Sutisna, 2013
Pengembangan Model Pembelajaran Konflik Kognitif Untuk Memfasilitasi Perubahan Konseptual Dan Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Termokimia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
0-0,30 Sukar
0,31-0,70 Sedang 0,71-1,00 Mudah
Hasil perhitungan dengan Anates Versi 4 adalah sebagai berikut.
Tabel 3.10 Tingkat Kesukaran Soal
No soal Tingkat
Kesukaran
1 Sedang
2 Sedang
3 Sedang
4 Sedang
5 Mudah
6 Sedang
4) Daya Pembeda
Analisis daya pembeda mengkaji butir-butir soal dengan tujuan untuk mengetahui kesanggupan soal dalam membedakan siswa yang tergolong mampu (tinggi prestasinya) dengan siswa yang tergolong kurang atau lemah prestasinya. Artinya, bila soal tersebut diberikan kepada anak yang mampu, hasilnya menunjukkan prestasi yang tinggi dan bila diberikan kepada siswa yang lemah, hasilnya rendah.
Cara yang biasa dilakukan dalam analisis daya pembeda adalah dengan menggunakan tabel atau kriteria dari Rose dan Stanley seperti dalam analisis tingkat kesukaran soal. Rumusnya adalah:
(36)
Agustina Sutisna, 2013
Pengembangan Model Pembelajaran Konflik Kognitif Untuk Memfasilitasi Perubahan Konseptual Dan Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Termokimia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
(Sudjana, 2006) Keterangan:
SR adalah siswa yang menjawab salah dari kelompok rendah ST adalah siswa yang menjawab salah dari kelompok tinggi
Untuk menghitung daya pembeda dapat ditempuh dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Memeriksa jawaban soal semua siswa peserta tes.
2. Membuat daftar peringkat hasil tes berdasarkan skor yang dicapainya
3. Menentukan jumlah sample sebanyak 27% dari jumlah peserta tes untuk kelompok siswa pandai (peringkat atas) dan 27% untuk kelompok siswa kurang (peringkat bawah).
4. Melakukan analisis butir soal, yakni menghitung jumlah siswa yang menjawab salah dari semua nomor soal, baik pada kelompok pandai maupun pada kelompok kurang.
5. Menghitung selisih jumlah siswa yang salah menjawab pada kelompok kurang dan kelompok pandai (SR – ST).
6. Membandingkan nilai selisih yang diperoleh dengan nilai Tabel Ross & Stanley.
7. Menentukan ada-tidaknya daya pembeda pada setiap nomor soal dengan kriteria “memiliki daya pembeda” bila nilai selisih jumlah siswa yang menjawab salah dalam kelompok kurang dengan kelompok pandai sama atau lebih besar dari nilai tabel.
(37)
Agustina Sutisna, 2013
Pengembangan Model Pembelajaran Konflik Kognitif Untuk Memfasilitasi Perubahan Konseptual Dan Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Termokimia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Berdasarkan hasil perhitungan, maka daya pembeda tiap soal dapat dilihat pada tabel 3.11 berikut.
Tabel 3.11 Daya Pembeda Soal
No Soal Daya Pembeda
1 4,83
2 7,51
3 5,64
4 3,99
5 4,58
6 3,86
5) Menghitung N_gain
Tahapannya adalah sebagai berikut:
menghitung skor pretes dan postes dari kelompok eksperimen menghitung N_gain dari hasil pretes dan postes.
N_gain =
(Hake, 1999) Kriteria peningkatan gain menurut Hake dapat dilihat pada tabel 3.12.
Tabel 3.12.
Kriteria Peningkatan Gain
Gain ternormalisasi Kriteria peningkatan
G < 0,3 Peningkatan rendah 0,3 ≤ G ≤ 0,7 Peningkatan sedang G > 0,7 Peningkatan tinggi
(38)
Agustina Sutisna, 2013
Pengembangan Model Pembelajaran Konflik Kognitif Untuk Memfasilitasi Perubahan Konseptual Dan Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Termokimia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.13.
Kriteria Pemahaman Konsep Siswa
Nilai (%) Kriteria Kemampuan
81-100 Sangat baik
61-80 Baik
41-60 Cukup
21-40 Kurang
0-20 Sangat kurang
6) Uji normalitas
Uji ini digunakan untuk mengetahui normal tidaknya data yang akan dianalisis. Uji statistik yang digunakan adalah Kolmogorov-Smirnov. Pengujian ini menggunakan kecocokan kumulatif sample X dengan distribusi probabilitas normal. Distribusi probabilitas pada variabel tertentu dikumulasikan dan dibandingkan dengan kumulasi sampel, sedangkan rumusan hipotesisnya sebagai berikut :
H0: Distribusi probabilitas X adalah distribusi probabilitas normal H1: Distribusi probabilitas X bukan distribusi probabilitas normal
Perbandingan kumulasi tampak pada harga mutlak dari a1 atau a2 yang terbesar dengan Tabel Kolmogorov-Smirnov. Harga a1 dan a2 adalah harga mutlak. Untuk menentukan H0 diterima atau ditolak berdasarkan perbandingan Tabel nilai kritis khusus untuk pengujian hipotesis Kolmogorov-Smirnov.
(39)
Agustina Sutisna, 2013
Pengembangan Model Pembelajaran Konflik Kognitif Untuk Memfasilitasi Perubahan Konseptual Dan Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Termokimia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah kelompok eksperimen dan kontrol mempunyai tingkat varians yang sama atau tidak, sehingga dapat digunakan untuk menentukan uji hipotesis yang digunakan.
terkecil ian
terbesar ian
F var var
(Sudjana,2006) Dengan kriteria jika harga Fhitung < Ftabel maka kedua kelompok mempunyai varians yang sama atau tingkat homogenitas sama. Hasil pengujian homogenitas dapat dilihat pada lampiran.
8) Uji perbedaan dua rata-rata populasi berhubungan
Uji perbedaan dua rata-rata populasi berhubungan untuk skor pretes dan postes bertujuan untuk mengetahui apakah ada perubahan keterampilan berpikir kritis yang terjadi sebelum dan sesudah implementasi strategi konflik kognitif pada siswa. Hipotesis yang diajukan adalah:
a) H0, µ1 = µ2; tidak ada pengaruh implementasi strategi konflik kognitif pada keterampilan berpikir kritis.
b) H1,1 2; ada pengaruh implementasi strategi konflik kognitif pada
keterampilan berpikir kritis. Pengajuan hipotesis
Digunakan rumus t
t hitung =
S
D D(40)
Agustina Sutisna, 2013
Pengembangan Model Pembelajaran Konflik Kognitif Untuk Memfasilitasi Perubahan Konseptual Dan Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Termokimia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu dengan
S
D=
n SD dk = n1 + n2 -2
S
D= simpangan baku rata-rata DKriteria pengujian hipotesisnya sebagai berikut :
a) H0 diterima jika –t(1-1/2α)<thitung< t1-1/2α). Hal ini berarti tidak ada pengaruh implementasi strategi konflik kognitif pada keterampilan berpikir kritis.
b) H0 ditolak jika selain –t(1-1/2α)<thitung< t1-1/2α). Hal ini berarti ada pengaruh implementasi strategi konflik kognitif pada keterampilan berpikir kritis.
b. Data Kualitatif
Data kualitatif yang diperoleh berupa data profil perubahan konsepsi siswa, hasil angket, wawancara, dan lembar observasi.
Data profil perubahan konsepsi siswa dilakukan dengan mengkategorikan jawaban siswa ke dalam kategori yang ada pada perubahan konseptual yaitu identical fit, approximate fit, incomplete fit dan no conception. Adapun kriteria pengelompokkannya dapat dilihat pada tabel 3.14.
Tabel 3.14
Kriteria Kategori Perubahan Konseptual
Kategori Kriteria
identical fit jawaban benar, alasan tepat approximate fit jawaban benar, alasan kurang
(41)
Agustina Sutisna, 2013
Pengembangan Model Pembelajaran Konflik Kognitif Untuk Memfasilitasi Perubahan Konseptual Dan Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Termokimia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu tepat
incomplete fit jawaban salah, alasan tepat no conception jawaban salah, alasan tidak
tepat
Data angket dianalisis secara deskriptif kuantitatif untuk memaparkan hasil respon siswa terhadap penerapan strategi konflik kognitif pada materi termokimia. Lembar angket respon siswa disusun berdasarkan kriteria penilaian skala Likert seperti yang ditunjukkan pada tabel 3.15.
Tabel 3.15 Skor Skala Likert
Pernyataan SS S TS STS
Positif 4 3 2 1
Negatif 1 2 3 4
Keterangan:
SS : Sangat setuju S : Setuju
TS : Tidak setuju STS : Sangat tidak setuju
Setelah skoring kemudian data diubah dalam bentuk persentasi dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Menurut Koentjaraningrat (2001) hasil perhitungan yang berupa persentase kemudian ditafsirkan berdasarkan tabel berikut ini:
Tabel 3.16. Tafsiran Persentase Persentase (%) Tafsiran
(42)
Agustina Sutisna, 2013
Pengembangan Model Pembelajaran Konflik Kognitif Untuk Memfasilitasi Perubahan Konseptual Dan Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Termokimia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
0 Tidak ada
1-25 Sebagian kecil 26-49 Hampir separuhnya
50 Separuhnya
51-75 Sebagian besar 76-99 Hampir seluruhnya
100 seluruhnya
Hasil pengolahan wawancara, dan lembar observasi dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif dan digunakan sebagai data pelengkap.
(43)
135
Agustina Sutisna, 2013
Pengembangan Model Pembelajaran Konflik Kognitif Untuk Memfasilitasi Perubahan Konseptual Dan Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Termokimia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang sudah dilakukan, dapat dibuat beberapa kesimpulan, yaitu:
1. Implementasi pembelajaran model konflik kognitif pada materi termokimia mampu dilaksanakan dengan baik sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran, dimana disajikan konflik fenomenal pada kasus satu, dua dan empat sedangkan konflik konseptual ditunjukkan pada kasus tiga, lima dan enam.
2. Dampak implementasi model konflik kognitif pada pokok bahasan termokimia secara keseluruhan mampu memfasilitasi perubahan konseptual. Pada indikator hukum kekekalan energi sebanyak 89% siswa mengalami peningkatan dan 11% siswa tidak mengalami perubahan konseptual. Pada indikator sistem dan lingkungan sebanyak 43% siswa mengalami peningkatan, 36% tidak mengalami perubahan dan 25% mengalami penurunan kategori perubahan konseptual. Pada indikator jenis-jenis sistem sebanyak 89% siswa mengalami peningkatan dan 11% siswa tidak mengalami perubahan konseptual. Pada indikator reaksi eksoterm dan endoterm sebanyak 71% siswa mengalami peningkatan, 25% tidak mengalami perubahan dan 4% mengalami penurunan kategori
(44)
Agustina Sutisna, 2013
Pengembangan Model Pembelajaran Konflik Kognitif Untuk Memfasilitasi Perubahan Konseptual Dan Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Termokimia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pada perubahan konseptual. Pada indikator perubahan entalpi sebanyak 25% siswa mengalami peningkatan, 68% tidak mengalami perubahan dan 7% mengalami penurunan kategori perubahan konseptual. Pada indikator reaksi pembakaran sebanyak 51% siswa mengalami peningkatan dan 46% siswa tidak mengalami perubahan konseptual
3. Model konflik kognitif materi termokimia mampu meningkatkan 3 indikator berpikir kritis yaitu (1) mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak, (2) mengobservasi dan mempertimbangkan laporan observasi, dan (3) menentukan hasil pertimbangan.
B. Saran
Berdasarkan temuan di lapangan dan kesimpulan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka saran yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut:
1. Untuk melihat gambaran secara spesifik dari miskonsepsi yang ada pada siswa perlu dibuat soal yang meminta siswa untuk menggambarkan pendeskripsiannya terhadap materi.
2. Perlu dikembangkan analisis model representasi deskripsi seseorang terhadap materi.
3. Desain model konflik kognitif perlu disempurnakan lagi sehingga dapat terlihat peranannya dalam mengakomodasi keterampilan berpikir kritis
(45)
Agustina Sutisna, 2013
Pengembangan Model Pembelajaran Konflik Kognitif Untuk Memfasilitasi Perubahan Konseptual Dan Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Termokimia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dan pada materi kimia yang berbasis operasi matematik sehingga diperlukan penyempurnaan dan penguatan yang lebih banyak.
4. Kasus-kasus yang ditampilkan harus dikembangkan lebih bagus lagi sehingga dapat menarik rasa penasaran siswa yang merupakan prasyarat untuk merangsang terjadinya perubahan konseptual.
(46)
Agustina Sutisna, 2013
Pengembangan Model Pembelajaran Konflik Kognitif Untuk Memfasilitasi Perubahan Konseptual Dan Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Termokimia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA
Arends, Richard L.(2008a). Learning to Teach, Buku I. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
.(2008b). Learning to Teach, Buku II. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Arikunto, Suharsimi. (2008). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara
Arsip Guru Mata Pelajaran Kimia.(2011). Daftar Nilai Kimia. Majalengka: SMA 1 Limbangan
Baser, M and Geban O.(2007).”Effectiveness of Conceptual Change Instruction on Understanding of Heat and Temperature Concepts.” Journal Research Science Technology Education. 25, 115-133
Berg, Van den.(1991). Miskonsepsi Fisika dan Remediasi. Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana
Boo, H.(1986).”Students’ Understanding of Chemical Bonds and The Energetics of Chemical Reactions.” Journal Research Science Teach. 35:569-581. Bou Jaoude, SB.(1991). “A Study of The Nature of Student’s Understanding
About The Concept of Burning.” Journal Research Science Technology 28:689-704.
Brooks, J.G. & Brooks, M.G. (1993). In search of understanding: The case for
constructivist classrooms. Alexandria, VA: Association for Supervision and
Curriculum Development.
Costa A.L.(1985).Developing Minds: A Resource Book for Teaching Thinking. Alexandria: ASCD
Depdiknas.(2003). Silabus KTSP. Dirjen Dikdasmen Dahar, R.W. (1996). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga
Driver et al.(1985). Children’s Ideas in Science. Milton Keynes: Open University Press
(47)
Agustina Sutisna, 2013
Pengembangan Model Pembelajaran Konflik Kognitif Untuk Memfasilitasi Perubahan Konseptual Dan Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Termokimia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Duit, R.(1999). “Conceptual Change Approaches” in Science Education In Schnotz, Vasnadiou S, Carretenom: New Perspective on Conceptual Change. Amsterdam: Pergamon pp 263-282
Ennis, R.H. (1985). “Goals for a Critical Thinking Curriculum”. In Costa, A.L. (ed.). Developing Mind : A Resource Book for Teaching Thinking. Virginia : ASDC Alexandria.
Erickson,GL.(1979). “Children’s Conception of Heat and Temperature.” Journal of Science Education 63: 221-230
. (1980). “Children’s Viewpoints of Heat: A Second Look.” Journal of Science Education 64: 323-336
Fraenkel,R.J & Wallen, N.C (2008). How to Design and Evaluate Research in Education (sixth edition). New York: Mc Graw Hill,inc
Hake,R,R. (1999). Analyzing Change/Gain Scores. Indiana: Indiana University Harrison et al.(1999). “Investigating a Grade 11 Student’s Evolving Conceptions
of Heat and Temperature.” Journal Research Science Teach, 36:55-87 Hinduan dan Liliasari.(2002). Pengembangan Model-Model Pembelajaran IPA
pada Pendidikan Dasar untuk Meningkatkan Keterampilan Guru. Laporan Penelitian Hibah Bersaing. Jakarta:Dikti
Joyce, B, Weil,M dan Calhoun,E.(2009). Models of Teaching. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Kang, et al.(2010). “Cognitive Conflict and Situational Interest as factors Influencing Conceptual Change.” International Journal of Environment and Science Education. 5, (4), 383-405
Kismarini, Henny.(2011). Identifikasi dan Reduksi Miskonsepsi pada Materi Pokok Termokimia Menggunakan Pembelajaran Kimia Kontekstual. Tesis Magister SPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan
Koentjaraningrat. (2001). Metode Penelitian Ilmiah. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Lee et al.(2003). Development of an Instrument for Measuring Cognitive Conflict in Secondary Level Science Class. Journal of Research in Science Teaching: Willey Periodical,Inc. 40(6), 585-603
(48)
Agustina Sutisna, 2013
Pengembangan Model Pembelajaran Konflik Kognitif Untuk Memfasilitasi Perubahan Konseptual Dan Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Termokimia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Lee, Gyeungho dan Kwon, Jaesul.(2001). “What do We Know About Student’s Cognitive Conflict in Science Classroom: A Heuritical Model of Cognitive Conflict Process”. Proceeding of the Anual Meeting of the Association for the Education of Teacher in Science.
Maulana, Prasetio. (2009). Pengaruh Pendekatan Konflik Kognitif dalam Pembelajaran Fisika untuk Mengurangi Terjadinya Miskonsepsi Fisika. Skripsi Mahasiswa UNNES Semarang: Tidak Diterbitkan
Niaz,M. (2000). “A framework to Understand Students’ Differentiation Between Heat Energy and Temperature and Its Educational Implications.” Interchange, 31, 1-20
Niaz, M. (2006). “Can The Study of Thermochemistry Facilitate Students’ Differentiation Between Heat Energy and Temperature?”. Journal Science Education Technology, 15, 269-276
Nickerson, Raymonds.(1985). The teaching of Thinking. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates
Noviyanti, Indah. (2011). Fasilitasi Perubahan Konsepsi Siswa pada Pembelajaran Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi Melalui Strategi Konflik Kognitif. Skripsi Mahasiswa UPI Bandung: Tidak Diterbitkan
Paik et al (2007).”Korean 4 to 11-year-old Student Conceptions of Heat and Temperature”. Journal Research Science and Technology 44, 248-302. Pinar.(2009). “Facilitating Conceptual Change in Gases Concept.“ Journal of
Science and Education, 18,130-137
Posner et al.(1982).Accomodation of a Scientific Conception: Toward a Theory of Conceptual Change. Science Education 66:211-227
Rochmad,M.Si,dr. (2011). Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika. Jurusan Matematika FMIPA UNNES
Rolka, K. (2007). “The Role of Cognitive Conflict in Belief Changes. Proceedings of
the 31st Conference of the International Group for the Psychology of Mathematics Education”. 4, 121-128
(49)
Agustina Sutisna, 2013
Pengembangan Model Pembelajaran Konflik Kognitif Untuk Memfasilitasi Perubahan Konseptual Dan Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Termokimia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Sugiyono.(2009). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D). Bandung: CV. Alfabeta.
Suparno, P.(2001). Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget. Yogyakarta: Kanisius
.(2008). Miskonsepsi dan Perubahan Konsep dalam Pendidikan Fisika. Jakarta: Gramedia
Sukmadinata, Nana Sayodih.(2004). Pengembangan Kurikulum Teori & Praktek. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Sutisna, Agustina.(2011). Catatan Lapangan dan Laporan Studi Kasus. Garut: SMAN 16 Garut
Thiagarajan,S.(1974). Instructional Development for Training Teachers of Exceptional Children. Source Book: Bloominton Center for Innovation on Teaching The Handicapped
Yeo,S dan Zadnik M. (2001). Introductory Thermal Concept Evaluation:
Assessing Students’ Understanding. Journal Physic Teach 39, 496-504 Vosniadou, S. & Lieven, V. (2004). Extending the conceptual change approach to
Mathematics learning and teaching. Learning and Instruction, 14(5), 445-451.
Widodo, Wahono. (2010). Pengembangan Model Pembelajaran “MiKiR” pada Perkuliahan Fisika Dasar untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains dan Pemecahan Masalah Calon Guru SMK Program Keahlian Tata Boga. Disertasi Mahasiswa UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan
Zaeni, JRJ .(2011). Fasilitasi Perubahan Konsepsi pada Pembelajaran Persamaan Kimia Melalui Strategi Konflik Kognitif. Skripsi Mahasiswa UPI Bandung: Tidak Diterbitkan
(50)
Agustina Sutisna, 2013
Pengembangan Model Pembelajaran Konflik Kognitif Untuk Memfasilitasi Perubahan Konseptual Dan Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Termokimia
(1)
Agustina Sutisna, 2013
Pengembangan Model Pembelajaran Konflik Kognitif Untuk Memfasilitasi Perubahan Konseptual Dan Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Termokimia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dan pada materi kimia yang berbasis operasi matematik sehingga diperlukan penyempurnaan dan penguatan yang lebih banyak.
4. Kasus-kasus yang ditampilkan harus dikembangkan lebih bagus lagi sehingga dapat menarik rasa penasaran siswa yang merupakan prasyarat untuk merangsang terjadinya perubahan konseptual.
(2)
Agustina Sutisna, 2013
Pengembangan Model Pembelajaran Konflik Kognitif Untuk Memfasilitasi Perubahan Konseptual Dan Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Termokimia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA
Arends, Richard L.(2008a). Learning to Teach, Buku I. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
.(2008b). Learning to Teach, Buku II. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Arikunto, Suharsimi. (2008). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara
Arsip Guru Mata Pelajaran Kimia.(2011). Daftar Nilai Kimia. Majalengka: SMA 1 Limbangan
Baser, M and Geban O.(2007).”Effectiveness of Conceptual Change Instruction on Understanding of Heat and Temperature Concepts.” Journal Research
Science Technology Education. 25, 115-133
Berg, Van den.(1991). Miskonsepsi Fisika dan Remediasi. Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana
Boo, H.(1986).”Students’ Understanding of Chemical Bonds and The Energetics of Chemical Reactions.” Journal Research Science Teach. 35:569-581. Bou Jaoude, SB.(1991). “A Study of The Nature of Student’s Understanding
About The Concept of Burning.” Journal Research Science Technology 28:689-704.
Brooks, J.G. & Brooks, M.G. (1993). In search of understanding: The case for constructivist classrooms. Alexandria, VA: Association for Supervision and Curriculum Development.
Costa A.L.(1985).Developing Minds: A Resource Book for Teaching Thinking. Alexandria: ASCD
Depdiknas.(2003). Silabus KTSP. Dirjen Dikdasmen Dahar, R.W. (1996). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga
Driver et al.(1985). Children’s Ideas in Science. Milton Keynes: Open University Press
(3)
Agustina Sutisna, 2013
Pengembangan Model Pembelajaran Konflik Kognitif Untuk Memfasilitasi Perubahan Konseptual Dan Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Termokimia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Duit, R.(1999). “Conceptual Change Approaches” in Science Education In Schnotz, Vasnadiou S, Carretenom: New Perspective on Conceptual
Change. Amsterdam: Pergamon pp 263-282
Ennis, R.H. (1985). “Goals for a Critical Thinking Curriculum”. In Costa, A.L. (ed.). Developing Mind : A Resource Book for Teaching Thinking. Virginia : ASDC Alexandria.
Erickson,GL.(1979). “Children’s Conception of Heat and Temperature.” Journal
of Science Education 63: 221-230
. (1980). “Children’s Viewpoints of Heat: A Second Look.” Journal
of Science Education 64: 323-336
Fraenkel,R.J & Wallen, N.C (2008). How to Design and Evaluate Research in
Education (sixth edition). New York: Mc Graw Hill,inc
Hake,R,R. (1999). Analyzing Change/Gain Scores. Indiana: Indiana University Harrison et al.(1999). “Investigating a Grade 11 Student’s Evolving Conceptions
of Heat and Temperature.” Journal Research Science Teach, 36:55-87 Hinduan dan Liliasari.(2002). Pengembangan Model-Model Pembelajaran IPA
pada Pendidikan Dasar untuk Meningkatkan Keterampilan Guru. Laporan
Penelitian Hibah Bersaing. Jakarta:Dikti
Joyce, B, Weil,M dan Calhoun,E.(2009). Models of Teaching. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Kang, et al.(2010). “Cognitive Conflict and Situational Interest as factors Influencing Conceptual Change.” International Journal of Environment and Science Education. 5, (4), 383-405
Kismarini, Henny.(2011). Identifikasi dan Reduksi Miskonsepsi pada Materi
Pokok Termokimia Menggunakan Pembelajaran Kimia Kontekstual. Tesis
Magister SPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan
Koentjaraningrat. (2001). Metode Penelitian Ilmiah. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Lee et al.(2003). Development of an Instrument for Measuring Cognitive Conflict in Secondary Level Science Class. Journal of Research in Science
(4)
Agustina Sutisna, 2013
Pengembangan Model Pembelajaran Konflik Kognitif Untuk Memfasilitasi Perubahan Konseptual Dan Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Termokimia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Lee, Gyeungho dan Kwon, Jaesul.(2001). “What do We Know About Student’s Cognitive Conflict in Science Classroom: A Heuritical Model of Cognitive Conflict Process”. Proceeding of the Anual Meeting of the Association for the Education of Teacher in Science.
Maulana, Prasetio. (2009). Pengaruh Pendekatan Konflik Kognitif dalam
Pembelajaran Fisika untuk Mengurangi Terjadinya Miskonsepsi Fisika.
Skripsi Mahasiswa UNNES Semarang: Tidak Diterbitkan
Niaz,M. (2000). “A framework to Understand Students’ Differentiation Between Heat Energy and Temperature and Its Educational Implications.”
Interchange, 31, 1-20
Niaz, M. (2006). “Can The Study of Thermochemistry Facilitate Students’ Differentiation Between Heat Energy and Temperature?”. Journal Science
Education Technology, 15, 269-276
Nickerson, Raymonds.(1985). The teaching of Thinking. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates
Noviyanti, Indah. (2011). Fasilitasi Perubahan Konsepsi Siswa pada
Pembelajaran Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi Melalui Strategi Konflik Kognitif. Skripsi Mahasiswa UPI Bandung: Tidak
Diterbitkan
Paik et al (2007).”Korean 4 to 11-year-old Student Conceptions of Heat and Temperature”. Journal Research Science and Technology 44, 248-302.
Pinar.(2009). “Facilitating Conceptual Change in Gases Concept.“ Journal of Science and Education, 18,130-137
Posner et al.(1982).Accomodation of a Scientific Conception: Toward a Theory of
Conceptual Change. Science Education 66:211-227
Rochmad,M.Si,dr. (2011). Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika. Jurusan Matematika FMIPA UNNES
Rolka, K. (2007). “The Role of Cognitive Conflict in Belief Changes. Proceedings of the 31st Conference of the International Group for the Psychology of
Mathematics Education”. 4, 121-128
(5)
Agustina Sutisna, 2013
Pengembangan Model Pembelajaran Konflik Kognitif Untuk Memfasilitasi Perubahan Konseptual Dan Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Termokimia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Sugiyono.(2009). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D). Bandung: CV. Alfabeta.
Suparno, P.(2001). Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget. Yogyakarta: Kanisius
.(2008). Miskonsepsi dan Perubahan Konsep dalam Pendidikan
Fisika. Jakarta: Gramedia
Sukmadinata, Nana Sayodih.(2004). Pengembangan Kurikulum Teori & Praktek. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Sutisna, Agustina.(2011). Catatan Lapangan dan Laporan Studi Kasus. Garut: SMAN 16 Garut
Thiagarajan,S.(1974). Instructional Development for Training Teachers of
Exceptional Children. Source Book: Bloominton Center for Innovation on
Teaching The Handicapped
Yeo,S dan Zadnik M. (2001). Introductory Thermal Concept Evaluation: Assessing Students’ Understanding. Journal Physic Teach 39, 496-504
Vosniadou, S. & Lieven, V. (2004). Extending the conceptual change approach to
Mathematics learning and teaching. Learning and Instruction, 14(5),
445-451.
Widodo, Wahono. (2010). Pengembangan Model Pembelajaran “MiKiR” pada
Perkuliahan Fisika Dasar untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains dan Pemecahan Masalah Calon Guru SMK Program Keahlian Tata Boga.
Disertasi Mahasiswa UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan
Zaeni, JRJ .(2011). Fasilitasi Perubahan Konsepsi pada Pembelajaran
Persamaan Kimia Melalui Strategi Konflik Kognitif. Skripsi Mahasiswa UPI
(6)
Agustina Sutisna, 2013
Pengembangan Model Pembelajaran Konflik Kognitif Untuk Memfasilitasi Perubahan Konseptual Dan Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Termokimia