PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING BERBANTUAN WEB UNTUK MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI LARUTAN PENYANGGA.

(1)

Titiek Puji Rahayu, 2013

Pengembangan Model Pembelajaran Problem Solving Berbantuan Web Untuk Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Larutan Penyangga

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING BERBANTUAN WEB UNTUK MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN

BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI LARUTAN PENYANGGA

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan IPA

Konsentrasi Pendidikan Kimia Sekolah Lanjutan

Oleh

TITIEK PUJI RAHAYU 1007121

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG


(2)

i Titiek Puji Rahayu, 2013

Pengembangan Model Pembelajaran Problem Solving Berbantuan Web Untuk Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Larutan Penyangga

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan suatu model pembelajaran problem solving dengan bantuan web dalam mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswa pada materi larutan penyangga dan mengetahui bagaimana implementasinya. Metode penelitian yang digunakan adalah Research and Development (R&D) yang mengacu pada model Thiagarajan dengan tahapan define, design, dan develop. Instrumen penelitian berupa Lembar Kerja Siswa (LKS) yang berisi soal-soal larutan penyangga yang dihubungkan ke dalam kehidupan sehari-hari dalam bentuk soal problem solving. Data yang diperoleh berupa skor siswa pada tahap pemecahan masalah dan keterampilan berpikir kritis siswa. Hasil uji coba menunjukkan bahwa model pembelajaran problem solving berbantuan web pada materi larutan penyangga mengkondisikan pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered) sehingga proses pembelajaran menjadi interaktif dan menyenangkan, meningkatkan pemahaman dan daya ingat siswa terhadap konsep larutan penyangga, memberikan kebebasan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan atau menyampaikan pendapat/pemikiran tanpa diiringi oleh perasaan takut dipermalukan di hadapan banyak orang, meningkatkan rasa percaya diri siswa dalam memecahkan masalah yang diberikan. Selain itu keterampilan berpikir kritis siswa pada indikator mendefinisikan istilah dan mempertimbangkan suatu definisi, mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak, membuat dan menentukan hasil pertimbangan, dan memfokuskan pertanyaan dapat berkembang selama melakukan pembelajaran problem solving berbantuan web karena siswa dituntut untuk berpikir dalam menyelesaikan soal-soal yang diberikan.

Kata Kunci: Model Pembelajaran Problem Solving, Research and Development (R&D), KeterampilanBerpikirKritis.


(3)

iv Titiek Puji Rahayu, 2013

Pengembangan Model Pembelajaran Problem Solving Berbantuan Web Untuk Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Larutan Penyangga

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 7

D. TujuanPenelitian ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 8

F. Penjelasan Istilah ... 8

BAB II MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI LARUTAN PENYANGGA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING BERBANTUAN WEB A. Model Pembelajaran Problem Solving (Pemecahan Masalah) ... 10

B. Pembelajaran Berbantuan web ... 13

C. Keterampilan Berpikir Kritis ... 16

D. Larutan Penyangga ... 20

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 26

B. Subjek Peneltian ... 26

C. Objek Penelitian ... 26


(4)

v Titiek Puji Rahayu, 2013

Pengembangan Model Pembelajaran Problem Solving Berbantuan Web Untuk Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Larutan Penyangga

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

E. Instrumen Penelitian ... 29 F. Teknik Pengumpulan Data ... 30 G. Teknik Pengolahan Data... 31

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pengembangandan Karakteristik Web ... 32 B. Implementasi Model Pembelajaran Problem Solving Berbantuan

Web... 41 C. Keterampilan Berpikir Kritis Siswa ... 58 D. Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran Problem

Solving Berbantuan Web ... 69

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 71 B. Saran ... 72

DAFTAR PUSTAKA ... 74 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(5)

iv Titiek Puji Rahayu, 2013

Pengembangan Model Pembelajaran Problem Solving Berbantuan Web Untuk Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Larutan Penyangga

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Indikator Berpikir Kritis Menurut Ennis... 17

Tabel 3.1. Teknik Pengumpulan Data ... 30

Tabel 4.1. Spesifikasi Sarana Penunjang TIK SMA Negeri X Tangerang ... 33

Tabel 4.2. Spesifikasi Jaringan TIK SMA Negeri X Tangerang ... 33

Tabel 4.3. Prosentase Skor Siswa pada Tahap Analisis Masalah ... 42

Tabel 4.4. Prosentase Skor Siswa pada Tahap Rencana Pemecahan Masalah ... 48

Tabel 4.5. Prosentase Skor Siswa pada Tahap Melakukan Perhitungan/Penyelesaian Masalah ... 52

Tabel 4.6. Prosentase Skor Siswa pada Tahap Melakukan Pengecekan ... 54

Tabel 4.7. Perolehan Skor Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada LKS 1 Soal Nomor 1 ... 59

Tabel 4.8. Perolehan Skor Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada LKS 2 Soal Nomor 1 ... 59

Tabel 4.9. Perolehan Skor Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada LKS 1 Soal 2 Nomor 2 ... 62

Tabel 4.10. Perolehan Skor Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada LKS 2 Soal Nomor 2 ... 66


(6)

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1. Alur Penelitian ... 27

Gambar 4.1. Pengembangan Web untuk Pembelajaran ... 34

Gambar 4.2. Tampilan Forum Diskusi Menggunakan Equation Editor ... 37

Gambar 4.3. Tampilan Forum Diskusi Menggunakan Equation Editor ... 38

On line Gambar 4.4. Tampilan Kegiatan Siswa secara Keseluruhan pada ... 39

Komputer Server Gambar 4.5. Tampilan Kegiatan Siswa secara Individu pada ... 40

Komputer Server Gambar 4.6. Tampilan Forum Diskusi Subjek 4 pada Masalah 1 (LKS 1) ... 43

Gambar 4.7. Tampilan Forum Diskusi Subjek 6 pada Masalah 1 (LKS 1) ... 43

Gambar 4.8. Tampilan Forum Diskusi Subjek 29 pada Masalah 1 (LKS 1) ... 44

Gambar 4.9. Tampilan Forum Diskusi Subjek 8 pada Masalah 4 (LKS 1) ... 45

Gambar 4.10. Tampilan Forum Diskusi Subjek 11 pada Masalah 4 (LKS 1) ... 46

Gambar 4.11. Tampilan Forum Diskusi Subjek 12 pada Masalah 4 (LKS 2) ... 47

Gambar 4.12. Tampilan Forum Diskusi Subjek 11 pada Masalah 4 (LKS 2) ... 47

Gambar 4.13. Tampilan Forum Diskusi Subjek 1 pada Masalah 1 (LKS 1) ... 48

Gambar 4.14. Tampilan Forum Diskusi Subjek 29 pada Masalah 1 (LKS 1) ... 49

Gambar 4.15. Tampilan Forum Diskusi Subjek 3 pada Masalah 3 (LKS 1) ... 50

Gambar 4.16. Tampilan Forum Diskusi Subjek 17 pada Masalah 4 (LKS 1) ... 51

Gambar 4.17. Tampilan Forum Diskusi Subjek 20 pada Masalah 2 (LKS 1) ... 53

Gambar 4.18. Tampilan Forum Diskusi Subjek 10 pada Masalah 2 (LKS 2) ... 53

Gambar 4.19. Tampilan Forum Diskusi Subjek 15 pada Masalah 2 (LKS 2) ... 53

Gambar 4.20. Tampilan Forum Diskusi Subjek 10 pada Masalah 1 (LKS 1) ... 55


(7)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A

Lampiran A.1. Kisi-kisi Soal LKS 1 dan 2 ... 77

Lampiran A.2. LKS 1 dan LKS 2 ... 79

Lampiran A.3. Pedoman Penskoran Tahapan Pemecahan Masalah Model Mettes. ... 81

Lampiran A.4. Rubrik Penilaian LKS 1 ... 82

Lampiran A.5. Rubrik Penilaian LKS 2 ... 85

Lampiran A.6. Hasil Validasi Butir Soal dengan Indikator Soal LKS 1 ... 88

Lampiran A.7. Hasil Validasi Butir Soal dengan Indikator Soal LKS 2 ... 89

Lampiran A.8. Hasil Validasi Butir Soal Penguasaan Konsep LKS 1 ... 90

Lampiran A.9. Hasil Validasi Butir Soal Penguasaan Konsep LKS 2 ... 91

Lampiran A.10. Hasil Validasi Butir Soal LKS 1 dengan Indikator Berpikir Kritis ... 92

Lampiran A.11. Hasil Validasi Butir Soal LKS 2 dengan Indikator Berpikir Kritis ... 95

Lampiran A.12. Lembar Wawancara ... 98

Lampiran A.13. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 99

LampiranB Lampiran B.1. Perolehan Skor Siswa pada Tahap Analisis Masalah ... 103

Lampiran B.2. Perolehan Skor Siswa pada Tahap Rencana Pemecahan Masalah ... 104

Lampiran B.3. Perolehan Skor Siswa pada Tahap Melakukan Penyelesaian Masalah ... 105

Lampiran B.4. Perolehan Skor Siswa pada Tahap Melakukan Pengecekan ... 106

Lampiran B.5. Perolehan Skor Siswa pada Soal Nomor 1 yang terdapat dalam LKS 1 ... 107


(8)

x

Lampiran B.6. Perolehan Skor Siswa pada Soal Nomor 1

yang terdapat dalam LKS 2 ... 108 Lampiran B.7. Perolehan Skor Siswa pada Soal Nomor 2

yang terdapat dalam LKS 1 ... 109 Lampiran B.8. Perolehan Skor Siswa pada Soal Nomor 3

yang terdapat dalam LKS 1 ... 110 Lampiran B.9. Perolehan Skor Siswa pada Soal Nomor 4

yang terdapatdalam LKS 1 ... 111 Lampiran B.10. Perolehan Skor Siswa pada Soal Nomor 3

yang terdapat dalam LKS 2 ... 112 Lampiran B.11. Perolehan Skor Siswa pada Soal Nomor 4

yang terdapat dalam LKS 2 ... 113 Lampiran B.12. Perolehan Skor Siswa pada Soal Nomor 2

yang terdapat dalam LKS 2 ... 114 Lampiran B.13. Tampilan Proses Pembimbingan Subjek 11

pada Soal Nomor 1 yang terdapat dalam LKS 1 ... 115 Lampiran B.14. Tampilan Proses Pembimbingan Subjek 20

pada Soal Nomor 1 yang terdapat dalam LKS 2 ... 117


(9)

1

Titiek Puji Rahayu, 2013

Pengembangan Model Pembelajaran Problem Solving Berbantuan Web Untuk Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Larutan Penyangga

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran sains di sekolah diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari dan mengembangkan kompetensi diri serta memahami alam sekitar secara ilmiah. Ilmu kimia yang merupakan salah satu bidang ilmu dalam sains mempelajari sifat, struktur, komposisi dan perubahan materi serta energi yang menyertainya memiliki fungsi sebagai wahana pengembangan keterampilan intelektual, kreatifitas, dan sikap ilmiah. Berdasarkan PP Nomor 2 Tahun 2006, pembelajaran ilmu kimia di SMA bertujuan agar siswa mempunyai kemampuan memahami konsep, prinsip, hukum, dan teori kimia serta saling keterkaitannya dan penerapannya untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari dan teknologi. Selain itu, tujuan pembelajaran kimia di SMA juga memupuk sikap ilmiah, jujur, objektif, terbuka, ulet, kritis, dan dapat bekerja sama dengan orang lain. Berdasarkan hal tersebut, dapat dikatakan bahwa siswa harus memiliki kemampuan memahami konsep kimia dan keterampilan berpikir kritis untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari.

Namun kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa secara umum hasil belajar siswa pada mata pelajaran kimia di salah satu SMAN Kota Tangerang memiliki hasil yang sangat rendah. Hal ini dapat diketahui dari hasil nilai rata-rata mata pelajaran kimia siswa kelas XI yang diperoleh pada Tahun Ajaran


(10)

2

2010/2011 yaitu sebesar 42,67 sedangkan nilai ketuntasan minimal untuk mata pelajaran kimia tersebut adalah 65.

Hasil belajar siwa pada materi pokok larutan penyangga di SMAN X Kota Tangerang pada Tahun Ajaran 2011/2012 sangat rendah, yaitu 20,7%. Sementara itu, ketuntasan belajar klasikal menurut Mulyasa (2004) tercapai apabila sekurang-kurangnya 85,0% dari jumlah peserta didik dalam suatu kelas mencapai ketuntasan belajar individual.

Berdasarkan hasil observasi di sekolah tersebut diketahui bahwa dalam pembelajaran kimia, siswa tidak begitu terlibat dalam kegiatan pembelajaran. Siswa hanya duduk, diam dan mendengarkan penjelasan guru sehingga pembelajaran yang berlangsung hanya merupakan transfer informasi dari guru kepada siswa. Siswa jarang bertanya mengenai hal-hal yang berkaitan dengan materi pelajaran di kelas karena merasa malu dan tidak berani untuk mengungkapkan pendapat mereka. Proses pembelajaran di dalam kelas diarahkan kepada kemampuan anak untuk menghafal informasi, otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya itu untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Kelas masih terfokus kepada guru sebagai sumber pengetahuan, kemudian ceramah menjadi pilihan utama strategi mengajar.

Strategi pembelajaran di sekolah tidak hanya mengajarkan konsep-konsep yang esensial saja, namun juga membangun keterampilan berpikir kritis siswa serta keterampilan memecahkan masalah sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan. Hal ini karena pada hakekatnya tujuan akhir pendidikan adalah


(11)

3

keterampilan berpikir. Liliasari (2001) mengungkapkan bahwa dalam pendidikan, berpikir kritis terbukti dapat mempersiapkan peserta didik berpikir pada berbagai disiplin ilmu menuju pemenuhan sendiri akan kebutuhan intelektual dan mengembangkan peserta didik sebagai individu berpotensi. Dengan keterampilan berpikir kritis, mereka dapat mengidentifikasi, mengevaluasi, dan mengkonstruksi argumen serta menghadapi tantangan, memecahkan masalah, dan mengambil keputusan dengan tepat sehingga dapat menolong dirinya dan orang lain dalam menghadapi kehidupan (Wade dalam Walker, 1998).

Pengembangan keterampilan berpikir kritis siswa dapat dilakukan dengan mengkondisikan pembelajaran sedemikian rupa sehingga siswa memperoleh pengalaman-pengalaman dalam pengembangan keterampilan berpikir kritis (Lipman, 2003). Salah satu model pembelajaran yang menyediakan banyak kesempatan bagi siswa dalam mengembangkan keterampilan berpikir kritis adalah model pembelajaran problem solving. Pada model pembelajaran problem solving siswa dihadapkan pada masalah yang harus dipecahkan melalui bimbingan guru sehingga mengarah pada langkah-langkah penyelesaian yang terstruktur dengan baik. Dengan model pembelajaran problem solving sangat memungkinkan siswa menjadi aktif dan membuka pemahaman terhadap konsep-konsep secara fleksibel. Apabila siswa melakukan pembelajaran problem solving pada materi larutan penyangga, maka akan memberikan banyak kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritisnya.

Beberapa penelitian tentang model pembelajaran problem solving telah dilakukan. Mahalingam, et. al (2008) melakukan penelitian mengenai pengaruh


(12)

4

pembelajaran kelompok pemecahan masalah dalam perkuliahan kimia umum terhadap hasil belajar mahasiswa. Dari penelitian ini diperoleh bahwa penggunaan kelompok-kelompok kecil untuk memecahkan masalah pada perkuliahan kimia umum merupakan alat yang efektif untuk meningkatkan kemampuan memecahkan masalah dalam kimia. Selanjutnya, hasil penelitian Intan (2009) juga menunjukkan bahwa pendekatan pemecahan masalah pada pembelajaran larutan penyangga dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa SMA.

Namun penelitian yang dilakukan oleh Intan (2009) pada pembelajaran larutan penyangga memiliki keterbatasan dalam hal pertemuan di kelas sehingga kemampuan memecahkan masalah siswa pada tahap memberikan alasan masih tergolong rendah. Untuk mengatasi waktu pembelajaran yang dirasakan kurang dalam menyampaikan materi larutan penyangga, guru hendaknya membagi pembelajaran tertentu yang dapat dikerjakan siswa di luar kelas. Selain itu, model pembelajaran dengan pendekatan pemecahan masalah yang dilakukan Intan (2009) kurang memfasilitasi dan kurang memberi kesempatan belajar bagi siswa kelompok rendah. Oleh karena itu, salah satu solusi yang sangat memungkinkan untuk mengatasi masalah ini adalah pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), dalam hal ini penggunaan web.

Penggunaan web dalam pembelajaran dapat meningkatkan pemahaman konsep dan keterampilan berpikir kritis. Hal ini sesuai dengan beberapa penelitian tentang pembelajaran berbasis web yang telah dilakukan, seperti Darmadi (2007) yang menyatakan bahwa model pembelajaran berbasis web dapat meningkatkan penguasaan konsep mahasiswa calon guru pada materi termodinamika. Hal ini


(13)

5

sejalan dengan penelitian yang dilakukan Mubarrak (2009) yang mengatakan bahwa model pembelajaran berbasis web dapat meningkatkan penguasaan konsep pada materi fluida dinamis. Hasil penelitian Frailich, et al (2009) juga menyatakan bahwa kegiatan berbasis web terstruktur berisi model bervariasi untuk struktur materi memberikan kontribusi signifikan kepada pemahaman siswa terhadap konsep ikatan kimia dan struktur materi. Melalui pembelajaran berbantuan web, keterampilan berpikir kritis siswa juga dapat meningkat (Liu, 2005).

Teknologi Informasi dan Komunikasi yang berkembang sekarang ini mendorong banyak praktisi pendidikan dan pemerintah melalui Departemen Pendidikan Nasional mulai melakukan penataan dan penyiapan infrastruktur di bidang teknologi informasi khususnya internet yang perlu mendapatkan penghargaan dan apresiasi dari pelaku dunia pendidikan itu sendiri. Untuk jenjang SD sampai SLTA pemerintah menggagas program pengembangan jaringan internet dengan nama JARDIKNAS (Darmawan, 2007). Infrastruktur jaringan internet yang telah tersedia tersebut harus dapat kita manfaatkan sebaik-baiknya dengan mulai mengembangkan situs-situs internet dan mengisinya dengan konten pembelajaran yang bisa diakses dan dimanfaatkan oleh masyarakat secara luas, khususnya para pelajar untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang sedang mereka tempuh.

Berdasarkan hasil observasi di lapangan, salah satu SMA Negeri yang ada di Kota Tangerang telah memiliki fasilitas web. Namun pemanfaatan web yang dimiliki sekolah tersebut belum optimal. Penggunaan web hanya dimanfaatkan untuk kepentingan administrasi, seperti profil sekolah, OSIS, dokumentasi foto


(14)

6

dan video, serta pengumuman. Sebenarnya dengan fasilitas yang tersedia sarana web dapat digunakan untuk pembelajaran on line, namun hal ini belum dilakukan. Hal yang sudah dilakukan pada menu e-learning hanya digunakan untuk kegiatan tes atau tugas on line siswa. Oleh karena itu, dengan fasilitas yang ada sangat memungkinkan untuk mengembangkan pembelajaran problem solving berbantuan web untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswa pada materi larutan penyangga.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah disampaikan tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah model pembelajaran problem solving berbantuan web yang dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswa pada materi larutan penyangga”.

Untuk mempermudah pengkajian secara sistematis terhadap masalah yang akan diteliti, maka rumusan masalah tersebut dirinci menjadi sub-sub masalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah karakteristik web yang dikembangkan untuk pembelajaran problem solving dalam mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswa pada materi larutan penyangga?

2. Bagaimanakah hasil implementasi model pembelajaran problem solving berbantuan web yang dikembangkan dalam proses pembelajaran pada materi larutan penyangga?


(15)

7

3. Bagaimanakah keterampilan berpikir kritis siswa setelah melakukan pembelajaran problem solving berbantuan web pada materi larutan penyangga?

C. Pembatasan Masalah

Agar permasalahan pada penelitian ini terfokus pada hal yang diharapkan, maka ruang lingkup pada penelitian ini dibatasi pada hal-hal berikut ini:

1. Tahapan pemecahan masalah yang diterapkan pada penelitian ini menggunakan tahapan pemecahan masalah menurut Mettes (Arifin, 2000) yang meliputi: (a) tahap analisis masalah; (b) tahap perencanaan pemecahan masalah; (c) tahap melakukan penyelesaian/perhitungan; dan (d) tahap pengecekan.

2. Indikator keterampilan berpikir kritis yang digunakan pada model pembelajaran ini adalah (a) mendefinisikan istilah dan mempertimbangkan suatu definisi, (b) mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak; (c) membuat dan menentukan hasil pertimbangan; (d) memfokuskan pertanyaan.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menghasilkan model pembelajaran problem solving dengan bantuan web dalam mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswa pada materi larutan penyangga dan untuk mengetahui


(16)

8

bagaimana implementasi pembelajaran problem solving berbantuan web yang dikembangkan.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, diantaranya:

1. Sumbangan pemikiran dalam bentuk model pembelajaran problem solving berbantuan web dengan menggunakan aplikasi Learning Management System (LMS) Moodle.

2. Memberikan wawasan baru tentang penggunaan e-learning dalam pembelajaran sehingga lebih memperkaya khasanah inovasi pembelajaran yang dapat dimanfaatkan oleh guru.

3. Meningkatkan kualitas pembelajaran dalam rangka meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa melalui pembelalajaran dengan menggunakan bantuan web (e-learning).

4. Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan oleh pihak sekolah dan guru untuk pengembangan pada pembelajaran materi ajar yang lain.

F. Penjelasan Istilah

1. Pemecahan masalah (Problem Solving) merupakan suatu proses berpikir atau proses mental dari aplikasi pengetahuan yang telah diperoleh. Sementara itu pemecahan masalah bagi siswa merupakan suatu proses memecahkan


(17)

soal-9

soal ataupun tugas-tugas yang diberikan kepadanya dengan melibatkan pengetahuan yang sudah dimiliki sebelumnya (Sukasno, 2002).

2. Pembelajaran berbantuan web dapat didefinisikan sebagai aplikasi teknologi

web dalam dunia pembelajaran untuk sebuah proses pendidikan (Rusman, 2010).

3. Menurut Ennis, berpikir kritis merupakan cara berpikir reflektif yang masuk akal atau berdasarkan nalar yang difokuskan untuk menentukan apa yang harus diyakini dan apa yang harus dilakukan (Costa, 1985).

4. Larutan penyangga adalah larutan yang terdiri dari asam lemah dan basa konjugatnya atau basa lemah dan asam konjugat dalam keadaan kesetimbangan serta mampu mempertahankan pH larutan ketika terjadi penambahan sedikit asam atau sedikit basa (Chang, 2004).


(18)

26

Titiek Puji Rahayu, 2013

Pengembangan Model Pembelajaran Problem Solving Berbantuan Web Untuk Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Larutan Penyangga

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan pendidikan (Educational Research and Development) yang mengacu pada model Four-D yang dikemukakan oleh Thiagarajan, et al (1974). Model Four-D yang dikemukakan oleh Thiagarajan, et al (1974) terdiri dari 4 tahap, yaitu define, design, and develop dan disseminate. Namun dalam penelitian ini dibatasi sampai tahap develop. Tahapan define dilakukan dalam menyusun rancangan awal. Hasil tahapan define akan dijadikan pijakan untuk melakukan tahapan design yakni merancang model pembelajaran problem solving berbantuan web pada materi larutan penyangga serta penyusunan instrumen penelitian. Tahapan develop dilakukan untuk memvalidasi dan mengembangkan produk, menghasilkan produk yang teruji dalam bentuk uji coba terbatas.

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini yaitu siswa SMA kelas XII program IPA di Tahun Ajaran 2012/2013 yang berjumlah 30 orang pada salah satu SMA Negeri di Kota Tangerang.


(19)

27

Titiek Puji Rahayu, 2013

Pengembangan Model Pembelajaran Problem Solving Berbantuan Web Untuk Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Larutan Penyangga

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Objek penelitian ini yaitu web SMA Negeri X Tangerang

D. Prosedur Penelitian

Untuk memudahkan pelaksanaan penelitian maka digunakan alur penelitian seperti yang digambarkan pada gambar 3.1 di bawah ini:


(20)

28

Titiek Puji Rahayu, 2013

Pengembangan Model Pembelajaran Problem Solving Berbantuan Web Untuk Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Larutan Penyangga

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Prosedur penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap yaitu:

1. Tahap Define

Pada tahap define dilakukan hal-hal sebagai berikut:

a. Melakukan analisis standar isi mata pelajaran kimia SMA/MA.

b. Melakukan studi kepustakaan mengenai pembelajaran problem solving. c. Melakukan studi kepustakaan mengenai pembelajaran berbantuan web. d. Merumuskan indikator pembelajaran pada materi larutan penyangga. e. Merumuskan indikator keterampilan berpikir kritis.

f. Melakukan analisis web yang akan digunakan.

2. Tahap Design

Pada tahap design dilakukan hal-hal sebagai berikut:

a. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan instrumen penelitian.

b. Melakukan validasi instrumen penelitian. c. Melakukan revisi instrumen penelitian.

3. Tahap Develop

Pada tahap develop dilakukan hal-hal sebagai berikut:

a. Melaksanakan model pembelajaran problem solving berbantuan web. b. Menganalisis semua data


(21)

29

Titiek Puji Rahayu, 2013

Pengembangan Model Pembelajaran Problem Solving Berbantuan Web Untuk Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Larutan Penyangga

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu c. Membahas hasil penelitian

d. Menarik kesimpulan dan saran

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Lembar kerja Siswa (LKS)

Lembar Kerja Siswa (LKS), terdiri dari 2 konsep, yaitu LKS 1 berisi soal-soal tentang konsep penyangga asam dan LKS 2 berisi tentang konsep penyangga basa. LKS yang berisi soal-soal ini digunakan untuk menilai kemampuan berpikir kritis siswa selama proses pembelajaran problem solving berbantuan web pada materi larutan penyangga dengan bantuan web. Masalah yang diberikan mengaitkan materi larutan penyangga dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini bertujuan dapat mendorong siswa untuk menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata. LKS 1 dan LKS 2 terdapat pada lampiran A.2.

Sebelum digunakan, instrumen ini dikonsultasikan dengan dosen pembimbing dan di-judgment oleh ahli. Kisi-kisi soal yang terdapat pada LKS 1 maupun 2 terlampir pada lampiran A.1.

Untuk menilai tahapan pemecahan masalah digunakan pedoman penskoran pemecahan masalah yang diadopsi dari model Mettes dan untuk menilai keterampilan berpikir kritis siswa digunakan rubrik penilaian. Dapat dilihat pada Lampiran A.3, A.4, dan A.5.


(22)

30

Titiek Puji Rahayu, 2013

Pengembangan Model Pembelajaran Problem Solving Berbantuan Web Untuk Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Larutan Penyangga

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Lembar wawancara

Wawancara digunakan untuk menjaring informasi secara langsung mengenai model pembelajaran problem solving berbantuan web pada materi larutan penyangga. Lembar wawancara dapat dilihat pada lampiran A.12.

F. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut ini:

Tabel 3.1. Teknik Pengumpulan Data No

Data

Jenis Data

Sumber Data Keterangan

1 Karakteristik web

 Format identifikasi web

Web sekolah dan tim IT sekolah

Dilakukan sebelum pembelajaran problem solving berbantuan web

2 LKS  Tahapan

pemecahan masalah  Keterampilan berpikir kritis siswa pada materi larutan penyangga

Siswa Dilakukan selama pembelajaran problem solving berbantuan web

3 Wawancara  Tanggapan siswa tentang model

pembelajaran

Siswa Dilakukan setelah pembelajaran problem


(23)

31

Titiek Puji Rahayu, 2013

Pengembangan Model Pembelajaran Problem Solving Berbantuan Web Untuk Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Larutan Penyangga

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

No

Data

Jenis Data

Sumber Data Keterangan

problem solving berbantuan web

solving berbantuan web

G. Teknik Pengolahan Data

Data yang diperoleh dari penelitian adalah data mentah yang belum memiliki makna. Data yang diperoleh dari hasil jawaban siswa diberikan skor sesuai dengan pedoman penskoran pemecahan masalah model Mettes dan rubrik penilaian keterampilan berpikir kritis yang terdapat pada Lampiran A.3, A.4, dan A.5.

Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara deskriptif dan dilakukan prosentase pada setiap kategori dengan cara:


(24)

32

Titiek Puji Rahayu, 2013

Pengembangan Model Pembelajaran Problem Solving Berbantuan Web Untuk Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Larutan Penyangga


(25)

71 Titiek Puji Rahayu, 2013

Pengembangan Model Pembelajaran Problem Solving Berbantuan Web Untuk Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Larutan Penyangga

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari analisis data dan temuan hasil penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Karakteristik web yang dikembangkan dalam pembelajaran problem solving untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswa pada materi larutan penyangga adalah (1) memiliki forum diskusi yang dapat digunakan oleh mata pelajaran sains dan matematika yang memerlukan tampilan persamaan reaksi dan perhitungan, (2) dapat mengembangkan pembelajaran mandiri karena siswa dianjurkan untuk menyelesaikan soal-soal terlebih dahulu dengan pemahaman konsep yang telah diterima sebelumnya dan kemudian dibimbing oleh guru dengan pertanyaan guide apabila belum dapat menyelesaikan soal dengantepat , (3) dapat menyelenggarakan diskusi antara guru dengan siswa secara individual; (4) dapat membantu guru dalam melakukan penilaian terhadap tahapan–tahapan pemecahan masalah yang dilakukan siswa dalam memecahkan masalah yang diberikan, dan (5) dapat digunakan untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswa dalam memecahkan masalah yang diberikan.


(26)

72

Titiek Puji Rahayu, 2013

Pengembangan Model Pembelajaran Problem Solving Berbantuan Web Untuk Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Larutan Penyangga

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Model pembelajaran problem solving berbantuan web pada materi larutan penyangga mengkondisikan pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered) sehingga proses pembelajaran menjadi interaktif dan menyenangkan, meningkatkan pemahaman dan daya ingat siswa terhadap konsep larutan penyangga, memberikan kebebasan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan atau menyampaikan pendapat/pemikiran tanpa diiringi oleh perasaan takut dipermalukan di hadapan banyak orang, meningkatkan rasa percaya diri siswa dalam memecahkan masalah yang diberikan.

3. Keterampilan berpikir kritis siswa pada indikator mendefinisikan istilah dan mempertimbangkan suatu definisi, mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak, membuat dan menentukan hasil pertimbangan, dan memfokuskan pertanyaan dapat berkembang selama melakukan pembelajaran problem solving berbantuan web karena siswa dituntut untuk berpikir dalam menyelesaikan soal-soal yang diberikan.

B. Saran

Adapun saran-saran demi perbaikan model pembelajaran problem solving berbantuan web ini adalah model pembelajaran ini perlu dikembangkan lagi dengan cara membuat suatu software yang mampu menangani kesulitan yang dialami guru. Adapun kesulitan yang dialami guru dalam penelitian ini adalah memerlukan waktu yang lebih lama bagi guru untuk melakukan interaksi


(27)

73

Titiek Puji Rahayu, 2013

Pengembangan Model Pembelajaran Problem Solving Berbantuan Web Untuk Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Larutan Penyangga

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pembelajaran dengan siswa, guru hanya dapat memberikan pelayanan kepada 10 siswa secara individu (terbatas), guru memiliki keterbatasan dalam merespon jawaban siswa pada forum diskusi, guru tidak dapat memantau bagaimana aktivitas siswa di dalam ruangan selama pembelajaran karena pembelajaran ini dilaksanakan di ruangan yang berbeda.


(28)

74

Titiek Puji Rahayu, 2013

Pengembangan Model Pembelajaran Problem Solving Berbantuan Web Untuk Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Larutan Penyangga


(29)

74

Titiek Puji Rahayu, 2013

Pengembangan Model Pembelajaran Problem Solving Berbantuan Web Untuk Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Larutan Penyangga

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Arifin M, dkk. (2000). Strategi Belajar Mengajar Kimia. Bandung: FMIPA Universitas Pendidikan Indonesia.

Block, J. (1971). Mastery Learning: Theory and Practice. New York: Holt, Rinehart and Winston, Inc.

Chang, Raymond. (2004). Kimia Dasar. Jakarta: Erlangga.

Costa, A. L. (1985). Develoving Minds, A Resource Book fot Teaching Thinking. Association for Supervision and Curriculum Development.Alexandria. Virginia.

Darmadi, Wayan I. (2007). Model Pembelajaran Berbasis Web untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Generik Sains Mahasiswa Calon Guru pada Materi Termodinamika. Tesis Magister pada SPs UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Darmawan, D. (2007). Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung: UPI dan Arum Sari

Depdiknas. (2003). Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Mata Pelajaran Kimia Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Ennis, Robert H. (1995). Goals for a Critical Thinking Curriculum. In A. L. Costa (ed). Develoving Minds, A Resource Book fot Teaching Thinking. Association for Supervision and Curriculum Development. Alexandria. Virginia.

Frailich, M. et al. (2009). Enhancing Student’s Understanding of the Concept of Chemical Bonding by Using Activities Provided on an Interactive Website’. Dalam Journal of Research in Science Teaching. Vol 46 (3), halaman 289– 310.

Gerace, W.J, et al. (2005). Teaching vs Learning: Changing Perspective on Problem Solving in Physics Instruction. [Online]. Tersedia: http://ianbeatty.com/files/gerace-2005tilc.pdf.

Intan, W.I. (2009). Pendekatan Pemecahan Masalah pada Pembelajaran Larutan Penyangga untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA. Tesis Magister pada SPs UPI Bandung: tidak diterbitkan.


(30)

75

Titiek Puji Rahayu, 2013

Pengembangan Model Pembelajaran Problem Solving Berbantuan Web Untuk Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Larutan Penyangga

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Killen, R. (1998). Effective Teaching Strategis. Lesson from Research and Practice. Katoomba. Social Science Press.

Liliasari. (2001). ”Pengembangan Keterampilan Berpikir Kritis untuk Mempersiapkan Calon Guru IPA Memasuki Era Globalisasi”. Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan MIPA di Era Globalisasi.

Liliasari. (2005). ”Membangun Keterampilan Berpikir Manusia Indonesia Melalui Pendidikan Sains”. Makalah pada Pidato Pengukuhan Guru Besar Tetap IPA. UPI, Bandung.

Lipman, M. (2003). Thinking in Education. 2nd Ed. Cambridge: Cambridge University Press.

Liu, TC. (2005). Web-Based Cognitive Apprenticeship Model for Improving Pre-service Teacher’s Performances and Attitudes towards Instructional Planning: Design and Field Experiment . Educational Technology & Society [on-line], Vol 8 (2), 12 halaman. [Online]. Tersedia: http://www.ifets.info/journals/15_4/27.pdf. [20 Mei 2012]

Lyle, K.S dan Robinson, W. (2001). Teaching Science Problem Solving: An Overview of Experimental Work. Journal of Chemical Education. Vol 78,

(9), halaman 1662-1663. [Online]. Tersedia: http://www.pubs.acs.org. Mahalingam, M., Schaefer, F., Morlino, E. (2008). ‘’Promoting Student Learning

through Group Problem Solving in General Chemistry Recitations’’. Journal of Chemical Education, Vol. 85, No. 11. [Online]. Tersedia: http://www.academic.georgiasouthern.edu/ijsot

Mubarrak, L. (2009). Model Pembelajaran Berbasis Web pada Materi Fluida Dinamis untuk Meningkatkan Pengusaan Konsep dan Keterampilan Generik Sains siswa. Tesis Magister pada SPs UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Mulyasa. (2004). Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Polya, G. (1973). How To Solve It, a new aspect of mathematical method. New Jersey: Princeton University Press.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.


(31)

76

Titiek Puji Rahayu, 2013

Pengembangan Model Pembelajaran Problem Solving Berbantuan Web Untuk Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Larutan Penyangga

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Rusman. (2010). Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Bandung: PT. Raja Grafindo Persada.

Suherman, dkk. (2001). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung. JICA

Sukasno. (2002). Model Pembelajaran Pemecahan Masalah dalam Pembelajaran Trigonometri. Tesis SekolahPascasarjana UPI: tidakditerbitkan.

Thiagarajan, S. Semmel, D.S & Semmel, M. L. (1974). Intructional Development for Training Teacher of Exceptional Children. Minnesota: Indiana University.

Wahyudin. (2008). Pembelajaran dan Model-Model Pembelajaran. Bandung. Walker, G.H. (1998). Critical Thinking. [Online]. Tersedia:

http://www/utr.edu/administration/walkerteachingresourcecenter/facultyde velopment/criticalthinking.

Wena, Made. (2011). Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi Aksara.


(1)

Titiek Puji Rahayu, 2013

2. Model pembelajaran problem solving berbantuan web pada materi larutan penyangga mengkondisikan pembelajaran yang berpusat pada siswa (student

centered) sehingga proses pembelajaran menjadi interaktif dan menyenangkan, meningkatkan pemahaman dan daya ingat siswa terhadap konsep larutan penyangga, memberikan kebebasan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan atau menyampaikan pendapat/pemikiran tanpa diiringi oleh perasaan takut dipermalukan di hadapan banyak orang, meningkatkan rasa percaya diri siswa dalam memecahkan masalah yang diberikan.

3. Keterampilan berpikir kritis siswa pada indikator mendefinisikan istilah dan mempertimbangkan suatu definisi, mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak, membuat dan menentukan hasil pertimbangan, dan memfokuskan pertanyaan dapat berkembang selama melakukan pembelajaran

problem solving berbantuan web karena siswa dituntut untuk berpikir dalam

menyelesaikan soal-soal yang diberikan.

B. Saran

Adapun saran-saran demi perbaikan model pembelajaran problem solving berbantuan web ini adalah model pembelajaran ini perlu dikembangkan lagi dengan cara membuat suatu software yang mampu menangani kesulitan yang dialami guru. Adapun kesulitan yang dialami guru dalam penelitian ini adalah memerlukan waktu yang lebih lama bagi guru untuk melakukan interaksi


(2)

pembelajaran dengan siswa, guru hanya dapat memberikan pelayanan kepada 10 siswa secara individu (terbatas), guru memiliki keterbatasan dalam merespon jawaban siswa pada forum diskusi, guru tidak dapat memantau bagaimana aktivitas siswa di dalam ruangan selama pembelajaran karena pembelajaran ini dilaksanakan di ruangan yang berbeda.


(3)

(4)

DAFTAR PUSTAKA

Arifin M, dkk. (2000). Strategi Belajar Mengajar Kimia. Bandung: FMIPA Universitas Pendidikan Indonesia.

Block, J. (1971). Mastery Learning: Theory and Practice. New York: Holt, Rinehart and Winston, Inc.

Chang, Raymond. (2004). Kimia Dasar. Jakarta: Erlangga.

Costa, A. L. (1985). Develoving Minds, A Resource Book fot Teaching Thinking. Association for Supervision and Curriculum Development.Alexandria. Virginia.

Darmadi, Wayan I. (2007). Model Pembelajaran Berbasis Web untuk

Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Generik Sains Mahasiswa Calon Guru pada Materi Termodinamika. Tesis Magister pada

SPs UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Darmawan, D. (2007). Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung: UPI dan Arum Sari

Depdiknas. (2003). Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Mata Pelajaran Kimia

Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah. Jakarta: Departemen

Pendidikan Nasional.

Ennis, Robert H. (1995). Goals for a Critical Thinking Curriculum. In A. L. Costa (ed). Develoving Minds, A Resource Book fot Teaching Thinking. Association for Supervision and Curriculum Development. Alexandria. Virginia.

Frailich, M. et al. (2009). Enhancing Student’s Understanding of the Concept of

Chemical Bonding by Using Activities Provided on an Interactive Website’.

Dalam Journal of Research in Science Teaching. Vol 46 (3), halaman 289–

310.

Gerace, W.J, et al. (2005). Teaching vs Learning: Changing Perspective on

Problem Solving in Physics Instruction. [Online]. Tersedia:

http://ianbeatty.com/files/gerace-2005tilc.pdf.

Intan, W.I. (2009). Pendekatan Pemecahan Masalah pada Pembelajaran Larutan

Penyangga untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA.


(5)

Titiek Puji Rahayu, 2013

Killen, R. (1998). Effective Teaching Strategis. Lesson from Research and

Practice. Katoomba. Social Science Press.

Liliasari. (2001). ”Pengembangan Keterampilan Berpikir Kritis untuk

Mempersiapkan Calon Guru IPA Memasuki Era Globalisasi”. Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan MIPA di Era Globalisasi.

Liliasari. (2005). ”Membangun Keterampilan Berpikir Manusia Indonesia Melalui Pendidikan Sains”. Makalah pada Pidato Pengukuhan Guru Besar Tetap

IPA. UPI, Bandung.

Lipman, M. (2003). Thinking in Education. 2nd Ed. Cambridge: Cambridge University Press.

Liu, TC. (2005). Web-Based Cognitive Apprenticeship Model for Improving

Pre-service Teacher’s Performances and Attitudes towards Instructional

Planning: Design and Field Experiment . Educational Technology &

Society [on-line], Vol 8 (2), 12 halaman. [Online]. Tersedia: http://www.ifets.info/journals/15_4/27.pdf. [20 Mei 2012]

Lyle, K.S dan Robinson, W. (2001). Teaching Science Problem Solving: An Overview of Experimental Work. Journal of Chemical Education. Vol 78,

(9), halaman 1662-1663. [Online]. Tersedia: http://www.pubs.acs.org.

Mahalingam, M., Schaefer, F., Morlino, E. (2008). ‘’Promoting Student Learning

through Group Problem Solving in General Chemistry Recitations’’. Journal of Chemical Education, Vol. 85, No. 11. [Online]. Tersedia: http://www.academic.georgiasouthern.edu/ijsot

Mubarrak, L. (2009). Model Pembelajaran Berbasis Web pada Materi Fluida

Dinamis untuk Meningkatkan Pengusaan Konsep dan Keterampilan Generik Sains siswa. Tesis Magister pada SPs UPI Bandung: tidak

diterbitkan.

Mulyasa. (2004). Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Polya, G. (1973). How To Solve It, a new aspect of mathematical method. New Jersey: Princeton University Press.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.


(6)

Rusman. (2010). Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme

Guru. Bandung: PT. Raja Grafindo Persada.

Suherman, dkk. (2001). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung. JICA

Sukasno. (2002). Model Pembelajaran Pemecahan Masalah dalam Pembelajaran

Trigonometri. Tesis SekolahPascasarjana UPI: tidakditerbitkan.

Thiagarajan, S. Semmel, D.S & Semmel, M. L. (1974). Intructional Development

for Training Teacher of Exceptional Children. Minnesota: Indiana

University.

Wahyudin. (2008). Pembelajaran dan Model-Model Pembelajaran. Bandung. Walker, G.H. (1998). Critical Thinking. [Online]. Tersedia:

http://www/utr.edu/administration/walkerteachingresourcecenter/facultyde velopment/criticalthinking.

Wena, Made. (2011). Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi Aksara.