Efektivitas ekstrak umbi bawang sabrang (eleutherine palmifolia (L.) Merr.) terhadap pertumbuhan bakteri streptococcus pyogenes

(1)

Efektivitas Ekstrak Umbi Bawang Sabrang (Eleutherine

palmifolia (L.) Merr.) terhadap Pertumbuhan Bakteri

Streptococcus pyogenes

Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk

Memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN

Disusun Oleh:

NIM: 1111103000076

SITI NASHRATUL KAMILLAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

ii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat,15 September 2014


(3)

(4)

(5)

v

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Segala puji dan syukur atas kehadirat Ilahi Robbi yang telah melimpahkan kekuatan, hidayah, dan petunjuk pada jalan kemudahan untuk menyelesaikan laporan penelitian ini yang berjudul “Efektivitas Ekstrak Umbi Bawang Sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Streptococcus pyogenes”. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Prof. Dr (hc). dr. M.K Tadjudin, Sp.And selaku Dekan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. dr. Witri Ardini, M.Gizi, SpGK selaku Ketua Program Studi Pendidikan Dokter, serta seluruh dosen atas bimbingan yang diberikan kepada penulis selama menempuh pendidikan di Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. dr. Intan Keumala Dewi, SpMK dan dr. Devy Ariany, M.Biomed selaku dosen pembimbing yang membimbing dan mengarahkan dalam pembuatan dan penyelesaian laporan penelitian ini.

4. dr. Flori Ratna Sari, Ph. D selaku penanggungjawab riset Program Studi Pendidikan Dokter 2011, yang tidak pernah lelah untuk selalu mengingatkan penulis dan angkatan 2011 mengenai kemajuan riset pada setiap akhir modul.

5. Kedua orang tua, Ir. H. Jeje Slamet Raharjo dan Dra. Eliyana yang secara khusus selalu memberikan dukungan berupa doa, semangat yang tiada henti, motivasi super, dan dukungan materi serta selalu mengingatkan penulis mengenai kemajuan riset. Serta adik-adik, Nur Luthfiah Az Zahra, Nabila Adella Mehdiana, dan M.Rasyid Ridho yang menjadi penyemangat dalam pembuatan dan penyelesaian laporan penelitian ini sehingga dapat terselesaikan dengan baik.


(6)

vi

6. Keluarga besar yang selalu memberikan doa dan dukungan kepada penulis.

7. Sahabat terbaik: Wisam, Fikriah Rezeki Amanda, Fitrian Amwaalun Naafi’ah, Tazkiyatul Firdaus, Syifa Fauziyah Safithri, Desi Dwi Rahayu, Kenia Permata Sukma, Nur Rohimah Fuad.

8. Teman satu kelompok riset Mar’aturrahmah, Nikken Rima O, Rissa Adinda Putri, Samrotul Fu’adi, dan Indra Fauzi yang selalu saling membantu dan memberikan dukungan satu sama lain selama menjalani penelitian bersama sehingga laporan penelitian ini dapat terselesaikan. 9. Mbak Novi dan Pak Bacok selaku laboran dan OB yang sangat banyak

membantu selama penelitian ini berlangsung di Laboratorium Mikrobiologi.

Penulis menyadari laporan penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan dan juga kekurangan serta kekeliruan yang tak terhindarkan. Untuk itu, saran dan kritik sangat diharapkan dalam upaya perbaikan dan penyempurnaan laporan ini. Demikian laporan penelitian ini dibuat, semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan hidayah dan taufiq dalam setiap langkah ikhtiar yang dilakukan oleh penulis, dan semoga laporan ini dapat memberikan manfaat dan khasanah intelektual dalam meningkatkan kesejahteraan dalam bidang kesehatan.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Ciputat,15 September 2014


(7)

vii ABSTRAK

Siti Nashratul Kamillah. Program Studi Pendidikan Dokter. Efektivitas Ekstrak Umbi Bawang Sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) terhadap Pertumbuhan Bakteri Streptococcus pyogenes. 2014

Pendahuluan: Bawang sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) adalah salah satu tanaman yang berkhasiat bagi kesehatan. Beberapa penelitian ekstrak umbi bawang sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) efektif dalam menghambat pertumbuhan bakteri. Streptococcus pyogenes termasuk bakteri yang dapat menyebabkan infeksi saluran nafas atas dan paling sering menyebabkan faringitis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas ekstrak umbi bawang sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus pyogenes. Metodologi: Penelitian ini menggunakan metode disc diffusion pada media pertumbuhan agar darah. Konsentrasi ekstrak umbi bawang sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) yang digunakan adalah 2,5mg/ml, 5mg/ml, 10mg/ml, 20mg/ml, dan 40mg/ml dengan pelarut etanol 96% sebagai kontrol negatif dan Eritromisin sebagai kontrol positif. Hasil: Analisis data menggunakan uji Kruskal-Wallis menunjukan terdapat perbedaan bermakna (p < 0,05) antara konsentrasi ekstrak umbi bawang sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) 2,5mg/ml, 5mg/ml, 10mg/ml, 20mg/ml, dan 40mg/ml dalam menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus pyogenes. Kemudian dilanjutkan dengan Post Hoc Test menggunakan uji Mann-Whitney menunjukan perbedaan bermakna antara berbagai konsentrasi ekstrak umbi bawang sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) dengan Eritromisin sebagai kontrol positif dan antara berbagai konsentrasi ekstrak umbi bawang sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) dengan etanol 96% sebagai kontrol negatif. Kesimpulan: Ekstrak umbi bawang sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) memiliki aktivitas antibakteri terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus pyogenes. Konsentrasi 20mg/ml memiliki daya hambat tertinggi dengan diameter 11,00 mm.


(8)

viii ABSTRACT

Siti Nashratul Kamillah. Medical Education Study Program. The Effectiveness Sabrang Onion’s bulb Extract (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) on the Growth of

Streptococcus pyogenes. 2014

Introduction: Sabrang onion (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) is one of the plants which efficacious for health. Several studies of sabrang onion bulb (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) extract is effective in inhibiting the growth of bacteria. Streptococcus pyogenes was a bacteria that can cause upper respiratory tract infection and the most frequent cause of pharyngitis. The aim of this study is to determine the effectiveness of sabrang onion bulb (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) extract on the growth of bacteria. Methodology: This research use disc diffusion method on blood agar. The concentrations extracts of sabrang onion bulb (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) that was used 2,5mg/ml, 5mg/ml, 10mg/ml, 20mg/ml, and 40mg/ml with 96% ethanol as negative control and Erythromycin as positive control. Result: Data was analyzed by Kruskal-Wallis test shows there is significant difference (p < 0,05) between concentrations extracts of sabrang onion bulb (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) 2,5mg/ml, 5mg/ml, 10mg/ml, 20mg/ml, and 40mg/ml in inhibiting the growth of Streptococcus pyogenes. And followed by Post Hoc Test using Mann-Whitney Test showed a significant difference between various concentrations extracts of sabrang onion bulb (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) and Erythromycin as positive control and also various concentrations extract of sabrang onion bulb (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) and ethanol 96% as negative control. Conclusion: Sabrang onion bulb (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) extract has antibacterial activities against the growth of Streptococcus pyogenes. A concentration of 20mg/ml has the highest inhibition zone with a diameter of 11,00 mm.


(9)

ix DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN ... iii

LEMBAR PENGESAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang ... 1

1.2Rumusan Masalah ... 2

1.3Tujuan Penelitian ... 2

1.4Manfaat Penelitian ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1 Bawang Sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) ... 4

2.1.1 Komposisi Bawang Sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) ... 5

2.2 Bakteri Streptococcus pyogenes ... 6

2.3Metode Pengujian Antimikroba ... 9

2.3.1 Metode Disc Diffusion ... 9

2.3.2 Metode Dilusi ... 10

2.3.3 Metode E-Test ... 12

2.4Kerangka Konsep ... 12


(10)

x

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ... 14

3.1Desain Penelitian ... 14

3.2Waktu Dan Tempat Penelitian ... 14

3.3Populasi dan Sampel Penelitian ... 14

3.4Alat dan Bahan Penelitian ... 14

3.4.1 Alat Penelitian ... 14

3.4.2 Bahan Penelitian ... 15

3.5Cara Kerja Penelitian ... 15

3.5.1 Tahap Persiapan ... 15

3.5.1.1 Sterilisasi Alat dan Bahan ... 15

3.5.1.2 Persiapan Sampel ... 15

3.5.1.3 Pembuatan Ekstrak Bawang Sabrang ... 15

3.5.1.4 Proses Aliquote ... 15

3.5.1.5 Pembuatan Konsentrasi Ekstrak Bawang Sabrang ... 16

3.5.2 Tahap Pengujian ... 16

3.6Alur Penelitian ... 18

3.7Pengolahan Data ... 18

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 20

4.1 Efek Ekstrak Bawang Sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) terhadap Pertumbuhan Bakteri Streptococcus pyogenes ... 20

BAB 5 PENUTUP ... 28

5.1 Kesimpulan ... 28

5.2 Saran ... 28

DAFTAR PUSTAKA ... 30


(11)

xi

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1. Klasifikasi Respon Hambat Pertumbuhan Bakteri ... 10 Tabel 4.1. Hasil Analisis Multikomparasi dengan Uji Mann-Whitney ... 24


(12)

xii

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1. Umbi Bawang Sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) ... 5 Gambar 2.2. Daun Bawang Sabrang Berwarna Hijau dan Berbentuk Seperti

Pedang ... 5 Gambar 2.3. Streptococcus pyogenes... 7 Gambar 2.4. Pewarnaan Gram Streptococcus pyogenes ... 8 Gambar 4.1. Zona Hambat Ekstrak Bawang Sabrang (Eleutherine palmifolia

(L.) Merr.) terhadap Pertumbuhan Streptococcus pyogenes ... 20 Gambar 4.2. Zona Hambat Ekstrak Bawang Sabrang (Eleutherine palmifolia

(L.) Merr.) terhadap Pertumbuhan Streptococcus pyogenes ... 21 Gambar 4.3. Zona Hambat Ekstrak Bawang Sabrang (Eleutherine palmifolia

(L.) Merr.) terhadap Pertumbuhan Streptococcus pyogenes ... 21 Gambar 4.4. Efek Hambat Ekstrak Bawang Sabrang (Eleutherine palmifolia


(13)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Hasil Determinasi Bahan Uji ... 33 Lampiran 2. Hasil Ekstraksi Bawang Sabrang ... 34 Lampiran 3. Gambar Efek Hambat Ekstrak Bawang Sabrang (Eleutherine

palmifolia (L.) Merr.) dengan Range ... 35 Lampiran 4. Alat dan Bahan Penelitian ... 36 Lampiran 5. Riwayat Penulis ... 37


(14)

1

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Infeksi saluran pernafasan atas masih merupakan masalah penting yang dihadapi oleh negara berkembang salah satunya Indonesia. Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI) pada tahun 2005, 2006, 2009, dan 2010, infeksi saluran nafas bagian atas akut lainnya termasuk dalam 10 penyakit utama pasien rawat jalan di rumah sakit.1,2,3,4,5 Sebagian besar infeksi saluran pernafasan atas disebabkan oleh virus dan bakteri.6

Salah satu infeksi pada saluran pernafasan atas yaitu faringitis bakterial dengan penyebab tersering yaitu Streptococcus pyogenes.7,8 Diperkirakan sekitar 5-15% individu normal memiliki Streptococcus pyogenes, biasanya terdapat pada saluran pernafasan tanpa menunjukan tanda penyakit.8 Streptococcus pyogenes merupakan flora normal nasofaring manusia.7 Jumlahnya biasanya terbatas melalui kompetisi dengan mikroba lain dalam ekosistem nasofaring dan oleh mekanisme pertahanan host (penjamu).7,8 Sebagai flora normal, Streptococcus pyogenes dapat menginfeksi host ketika pertahanan tubuh host menurun atau ketika organisme ini dapat menembus pertahanan tubuh host.7,8 Streptococcus pyogenes merupakan bakteri Gram positif yang termasuk dalam genus Streptococcus dan bersifat anaerob fakultatif.7,9

Bakteri yang menyebabkan infeksi saluran pernafasan atas seharusnya diambil dan dikultur untuk menentukan tipe bakteri dan pengobatan antibiotik yang dibutuhkan.6 Namun, banyak pula kasus selfmedication yang menggunakan antibiotik untuk pengobatan infeksi saluran pernafasan atas sehingga menghasilkan resistensi pada banyak bakteri termasuk Streptococcus pyogenes.

Setelah Brazil, Indonesia merupakan negara dengan sumber daya hayati terbesar yang tersebar dari Sabang hingga Merauke.

6

10

Terdapat sekitar 30.000 jenis tumbuhan dengan kurang lebih 7.500 jenis termasuk tanaman yang berkhasit obat dan lebih dari 1.800 jenis tanaman telah diidentifikasi, namun


(15)

2

pemanfaatannya masih belum optimal.10 Menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM RI), hanya sekitar 1.000 hingga 1.200 jenis tanaman obat yang dimanfaatkan oleh masyarakat, dan sekitar 300 jenis yang telah digunakan oleh industri obat tradisional.10 Salah satu jenis tanaman yang berkhasiat bagi kesehatan namun masih minim penggunaannya untuk pengobatan di masyarakat adalah bawang sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.). Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa umbi bawang sabrang mengandung senyawa polifenol, tanin, flavonoid, eleutherinone, eleutherol, eleutherine, dan isoeleutherine yang memiliki aktivitas antimikroba.

1.3 Tujuan Penelitian

11

Oleh karena bawang sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) memiliki fungsi antimikroba namun hingga sekarang masih terbatas sekali penelitian tentang efektivitas ekstrak umbi bawang sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) terhadap pertumbuhan bakteri, khususnya Streptococcus pyogenes.

Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui, efektivitas ekstrak umbi bawang sabrang terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus pyogenes dengan menggunakan metode disc diffusion.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana efektivitas ekstrak umbi bawang sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus pyogenes?

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui efektivitas ekstrak umbi bawang sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus pyogenes.


(16)

3

1.3.2 Tujuan Khusus

Mengetahui konsentrasi ekstrak umbi bawang sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus pyogenes.

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis

Menambah khasanah pengetahuan mengenai fitofarmaka, khususnya efektivitas ekstrak umbi bawang sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus pyogenes.

1.4.2 Manfaat Praktis Bagi Peneliti

Menambah kajian bagi para peneliti lainnya untuk lebih mengembangkan hasil penelitian tentang efektivitas ekstrak umbi bawang sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus pyogenes.

Bagi Masyarakat

Meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai informasi efektivitas ekstrak umbi bawang sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) sehingga dapat berperan serta dalam mengatasi penyakit yang disebabkan oleh Streptococcus pyogenes.


(17)

4

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bawang sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.)

Bawang sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) merupakan salah satu jenis tanaman yang memiliki khasiat bagi kesehatan. Di Indonesia, tanaman ini banyak terdapat di daerah Kalimantan dan penduduk lokal Kalimantan telah lama menggunakannya sebagai obat tradisional.12 Bagian yang biasa dimanfaatkan adalah umbinya dan beberapa penelitian mulai mengembangkan manfaat daun bawang sabrang.13 Genus Eleutherine mencakup 13 spesies, beberapa diantaranya Eleutherine americana dan Eleutherine bulbosa.14,15 Di Indonesia, banyak sebutan untuk tanaman ini diantaranya bawang mekah, bawang hantu, bawang dayak dan bawang arab.16

Berikut ini adalah taksonomi dari bawang sabrang:

Banyak peneliti meneliti lebih banyak spesies Eleutherine di Amerika Selatan dan Afrika Selatan karena tanaman ini banyak tumbuh di daerah tersebut.

15,16

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobinota Superdivisi : Spermatophyta Divisi : Magnoliophyta Kelas : Liliopsida Sub Kelas : Liliidae Ordo : Liliales Famili : Iridaceae Genus : Eleutherine

Spesies : Eleutherine palmifolia (L.) Merr.

17

Namun, asal dari tanaman ini masih belum diketahui.18 Salah satu spesies tanaman ini pun tumbuh di Indonesia yaitu Eleutherine palmifolia (L.) Merr..16 Selain Eleutherine palmifolia (L.) Merr., anggota spesies Eleutherine yang tumbuh di Indonesia adalah Eleutherine americana.17 Bawang sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) banyak tumbuh di daerah pegunungan antara


(18)

5

600 hingga 1500 meter diatas permukaan laut, mudah dibudidayakan dan dapat dipanen dalam 2 hingga 3 bulan setelah tanam.16

Morfologi dari tanaman ini adalah umbinya seperti bawang yang berwarna merah terang dengan permukaan yang sangat licin.16 Tanaman ini juga memiliki pseudo-trunked, daun berwarna hijau yang berbentuk seperti pedang.16,17 Tipe pertulangan daun yaitu sejajar dan tepi daun licin.16 Bunga dari tanaman ini berwarna putih.19

Gambar 2.1 Umbi bawang sabrang berwarna merah terang

Sumber: http://kalteng.litbang.deptan.go.id

Gambar 2.2 Daun bawang sabrang berwarna hijau dan berbentuk seperti pedang

Sumber: Yusni.MA, 2008

2.1.1 Komposisi Bawang Sabrang

Berdasarkan skrining fitokimia umbi bawang sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) pada penelitian yang dilakukan oleh Mierza, Suryanto, dan


(19)

6

Nasution dalam Prosiding Seminar Nasional Biologi (2011), didapatkan bahwa umbi bawang sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) mengandung senyawa golongan alkaloid, flavonoid, glikosida, saponin, antrakinon glikosida, tanin, dan triterpenoid/steroid.11 Selain itu, dari hasil analisis fitokimia ekstrak etanol bulbus Eleutherine palmifolia Linn pada penelitian yang dilakukan oleh Subramaniam et al (2012) mengenai aktivitas antagonis Eleutherine palmifolia Linn, didapatkan ektrak etanol Eleutherine palmifolia Linn mengandung fenol, steroid, tannin, sterol, phlobatannins, protein, reducing sugars, dan terpenoid.20

Dalam pengobatan tradisional, umbi yang dimaserasi digunakan untuk menghilangkan kembung pada anak.20 Sedangkan umbi yang direbus dapat berfungsi sebagai diuretik.20 Berdasarkan penelitian K.Heyne, rhizome tanaman ini dapat digunakan sebagai obat tradisional untuk mengobati penyakit jantung koroner.12 Oleh beberapa populasi, tanaman ini juga digunakan sebagai vermifuge, untuk nyeri dan menstruasi yang tidak teratur, bahan abortif, dan agen antifertilitas.20 Selain itu, manfaat dari tanaman bawang sabrang antara lain sebagai antikanker payudara, mencegah penyakit jantung, immunostimulant, antinflamasi, antitumor serta agen antiperdarahan.12

Streptococcus pyogenes merupakan bakteri Gram positif, tidak bergerak, kokus tidak berspora yang tersusun rantai atau berpasangan seperti lanset.

2.2 Bakteri Streptococcus pyogenes

8

Streptococcus pyogenes ini termasuk dalam golongan Streptococcus Grup A dan menunjukan reaksi katalase negatif.8Streptococcus grup A memiliki kapsul yang mengandung asam hialuronat dan menunjukan β-hemolisis pada agar darah. Sifat β-hemolisis berarti pemecahan total eritrosit disertai dengan pelepasan hemoglobin.21 Bentuk bakteri ini round-to-ovoid cocci dengan diameter 0,6-1,0 μm.8 Metabolisme S. pyogenes adalah fermentasi, bakteri ini sebagian besar bersifat anaerob fakultatif dan beberapa bersifat anaerob obligat.7,8 S. pyogenes membutuhkan medium yang diperkaya darah agar dapat tumbuh.7 Pada medium biasa yang tidak diperkaya serum atau darah, pertumbuhannya kurang subur.22


(20)

7

Bakteri ini tumbuh baik pada pH 7,4-7,6.22 Pertumbuhan bakteri ini juga paling baik pada suhu 37oC dan cepat berkurang pertumbuhannya pada suhu 40oC.21,22

Streptococcus pyogenes β-hemolitik grup A memproduksi hemolisin yang disebut streptolisin.22 Terdapat dua macam streptolisin yang dihasilkan Streptococcus pyogenes, yaitu streptolisin O dan streptolisin S.21,22 Streptolisin O aktif dalam keadaan anaerob (tereduksi) namun akan cepat menjadi tidak aktif ketika terdapat oksigen.21,22 Sedangkan streptolisin S berperan dalam membentuk zona hemolitik pada media pertumbuhan agar darah dalam keadaan aerob.21,22

Gambar 2.3 Streptococcus pyogenes. Pewarnaan Gram Streptococcus pyogenes pada spesimen klinis (kiri). Koloni Streptococcus pyogenes pada agar

darah menunjukan beta hemolitik (kanan).

Sumber: Todar.K, 2002

Adapun taksonomi dari bakteri Streptococcus pyogenes ini sebagai berikut:9

Kingdom : Bacteria Filum : Firmicutes Kelas : Bacilli

Ordo : Lactobacillales Famili : Streptococcaceae Genus : Streptococcus


(21)

8

Gambar 2.4 Pewarnaan Gram Streptococcus pyogenes. Bentuk kokus dengan susunan rantai

Sumber:

Genus Streptococcus memiliki makna yang luas untuk untuk dunia kedokteran dan industri.7 Beraneka ragam Streptococcus secara ekologi penting sebagai bagian dari flora normal manusia dan binatang, beberapa dapat juga menyebabkan penyakit yang bersifat subakut, akut atau kronik.7,8 Salah satu genus Streptococcus yang menyebabkan penyakit pada manusia adalah Streptococcus pyogenes.21 Infeksi paling sering yang berhubungan dengan Streptococcus pyogenesβ hemolitik adalah infeksi saluran pernafasan bagian atas yaitu faringitis atau streptococcal sore throat.21 Streptococcus pyogenes menempel pada epitel faring melalui pili permukaan yang dilindungi oleh lipoteichoic acid.21 Glikoprotein fibronektin pada sel epitel merupakan ligan lipoteichoic acid.7,21 Pada bayi dan anak kecil, sakit tenggorokan terjadi sebagai nasofaringitis subakut dengan sedikit sekret serosa dan sedikit demam namun dengan predisposisi infeksi menyebar ke telinga tengah dan mastoid.21 Kelenjar limfe servikal biasanya membesar.21 Penyakit ini biasanya berlangsung selama beberapa minggu.8,21 Pada anak yang lebih besar dan dewasa, penyakit ini lebih akut dan ditandai dengan nasofaringitis intens, tonsillitis, dan kemerahan serta edema


(22)

9

membran mukosa intens dengan eksudat purulent, membesar, nyeri tekan kelenjar limfe dan biasanya demam tinggi.21 Dua puluh persen infeksi menunjukkan asimptomatik.21 Gambaran klinis serupa dapat terjadi pada difteri, infeksi gonokokus, dan infeksi adenovirus.7,21

2.3 Metode Pengujian Antimikroba

Metode pengujian antimikroba dibagi menjadi beberapa tipe berdasarkan penerapan dasar pada setiap sistem, diantaranya:

a. Difusi

23

- Metode Stokes - Metode Kirby-Baurer b. Dilusi

Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) - Broth dilution

- Agar dilution c. Difusi dan Dilusi

Metode E-test

2.3.1 Metode Disc Diffusion

Metode yang biasa digunakan untuk pengujian antimikroba adalah metode Kirby-Baurer dan Stokes, dimana metode Kirby-Baurer direkomendasikan oleh National Committee for Clinical Laboratory Standards (NCCLS). Metode disc diffusion merupakan metode yang sederhana dan praktis dan telah distandarisasi dengan baik. Tes ini dilakukan dengan menggunakan inokolum bakteri kira-kira


(23)

10

1-2x108CFU/mL pada permukaan plat Mueller Hinton Agar. Dipersiapkan hingga 12 konsentrasi pada cakram kertas antibiotik pada permukaan inokulum agar. Plat diinkubasi selama 16-24 jam pada 350C kemudian didapat hasil zona hambat pertumbuhan disekitar cakram antibiotik diukur menggunakan satuan panjang milimeter. Diameter dari zona berhubungan dengan kerentanan isolasi dan tingkat difusi bahan uji. Kemudian diameter zona hambat diinterpretasikan melalui kriteria Clinical and Laboratory Standards Institute (CLSI) atau US Food and Drug Administration (FDA). Hasil dari tes disc diffusion adalah kualitatif. Keuntungan dari metode ini adalah kesederhanaan tes dimana tidak membutuhkan banyak peralatan khusus, kategori hasil dapat dengan mudah diinterpretasikan oleh semua dokter, dan fleksibilitas dalam pemilihan cakram untuk pengujian. Kekurangan tes ini adalah tidak adanya mekanisasi atau automatisasi.

Diameter Zona Terang

23,24

Tabel 2.1. Klasifikasi Respon Hambatan Pertumbuhan Bakteri

Respon Hambatan Pertumbuhan > 20 mm Kuat

16-20 mm Sedang 10-15 mm Lemah < 10 mm Tidak ada

Sumber : Greenwood. 1995

2.3.2 Metode Dilusi

Metode pengujian dilusi digunakan untuk menentukan konsentrasi minimum antimikroba untuk menghambat atau membunuh mikroorganisme. Hal ini bisa didapat melalui dilusi antimikroba pada media agar atau broth. Antimikroba diuji pada serial dilusi kelipatan dua didalam medium tumbuh cair yang diencerkan pada tabung pengujian. Tabung yang mengandung antimikroba diinokulasi dengan standar suspensi bakteri 1-5x105CFU/mL. kemudian diinkubasi selama 24 jam pada suhu 350C, pada tabung uji, tampak pertumbuhan bakteri dengan bukti turbiditas. Konsentrasi terendah dari antimikroba yang menghambat pertumbuhan menggambarkan konsentrasi hambat minimum. Konsentrasi hambat minimum secara luas digunakan untuk menentukan kerentanan dari mikroorganisme yang diisolasi dari spesimen klinik. Terdapat dua metode untuk menguji konsentrasi


(24)

11

hambat minimum yaitu metode agar dan metode broth. Metode dilusi broth merupakan prosedur sederhana untuk menguji sejumlah kecil isolat, meskipun isolat tunggal. Keuntungan dari teknik difusi broth adalah hasil kuantitatif. Kekurangan utama dari tes ini adalah membosankan, persiapan larutan antibiotik untuk tiap tes dilakukan secara manual, kemungkinan gagal pada persiapan larutan antimikroba, dan secara relatif membutuhkan reagen dan tempat dalam jumlah besar untuk tiap tes.23

Uji mikrodilusi broth merupakan proses pengecilan dan mekanisasi dari dilusi broth. Tes ini menggunakan double-strength Müeller-Hinton broth, larutan antimikroba dengan kekuatan empat kali dipersiapkan dengan serial dilusi kelipatan dua dan organisme yang dites dalam konsentrasi 2x106/mL. Dalam 96 plat, 100μL double-strength Müeller-Hinton broth, 50μL tiap dilusi antimikroba dan larutan organisme dicampurkan dan diinkubasi pada suhu 350C selama 18-24 jam. Konsentrasi terendah yang menunjukkan hambatan pertumbuhan dinyatakan sebagai konsentrasi hambat minimum (KHM) dari organisme tersebut. Keuntungan prosedur mikrodilusi termasuk hasil KHM, kemudahan mempersiapkan alat, dan kehematan reagen dan tempat. Selain itu, hasil laporan dibantu oleh komputer bila alat pembaca automatis digunakan. Kekurangan utama dari metode mikrodilusi ini adalah terdapat beberapa obat yang sulit untuk distandarisasi bila menggunakan alat ini.23,24

Metode dilusi agar paling sering dipersiapkan pada cawan petri. Keuntungan metode ini mungkin dilakukan untuk menguji beberapa organisme pada tiap plat. Jika hanya satu mikroorganisme yang diuji, dilusi dapat dipersiapkan pada agar miring namun hal ini kemudian akan membutuhkan persiapan set identik kedua untuk diinokulasi dengan mikroorganisme kontrol. Dilusi dibuat dalam volume air dengan skala kecil dan ditambahkan agar yang telah dicairkan dan didinginkan pada suhu kurang dari 600C. Darah dapat ditambahkan dan jika agar coklat dibutuhkan, medium harus dipanaskan sebelum antibiotik ditambahkan.24


(25)

12

2.3.3 Metode E-test

Metode difusi gradien antimikroba menggunakan prinsip gradien konsentrasi antimikroba pada medium agar untuk menentukan kerentanan suatu organisme. E-test ini merupakan metode kuantitatif untuk menguji kerentanan antimikroba yang menerapkan dilusi antimikroba dan difusi antimikroba ke dalam medium. E-test ini juga dikenal sebagai uji epsilometer yaitu uji dengan metodologi gradien eksponensial yang berarti ‘E’ pada E test berarti simbol Yunani epsilon (ε).23

Pada penelitian ini digunakan metode disc diffusion karena metode ini cukup valid untuk menguji aktivitas antibakteri. Selain itu metode ini praktis, sederhana, dan telah distandarisasi dengan baik. Kelebihan lain dari metode ini yaitu tidak membutuhkan peralatan khusus, kategori hasil yang mudah diinterpretasikan, dan fleksibilitas dalam pemilihan cakram untuk pengujian.

2.4 Kerangka Konsep

23,24

Pertumbuhan bakteri Streptococcus pyogenes Ekstrak umbi bawang

sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.)

Pertumbuhan bakteri Streptococcus

pyogenes normal Pertumbuhan bakteri Streptococcus


(26)

13

2.5 Definisi Operasional No. Variable Definisi

Operasional

Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur 1. Hambatan

pertumbuhan Streptococcus pyogenes Zona terang disekeliling cakram pada media agar darah yang telah ditanami Streptococcus pyogenes Penggaris (mm) Diameter zona hambat (mm) Numerik

2. Konsentrasi ekstrak umbi bawang sabrang Ekstrak umbi bawang sabrang pada konsentrasi yang telah ditentukan

Timbangan (g) Jumlah ekstrak sesuai dengan besar konsentrasi Kategorik

3 Kontrol positif Kontrol positif berupa kertas cakram yang berisi antibiotik Eritromisin 15μg

- Cakram uji berisi antibiotik Eritromisin

15μg

Numerik

4 Kontrol negatif Kontrol negatif berupa kertas cakram yang telah direndam dalam larutan etanol 96%

Gelas ukur Cakram uji berisi etanol 96%


(27)

14

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan menggunakan teknik disc diffusion.

3.2Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari-Juli 2014 di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3.3Populasi dan Sampel Penelitian

Ekstrak umbi bawang sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) yang telah diekstraksi oleh Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (BALITRO) dengan menggunakan konsentrasi 2,5 mg/ml, 5 mg/ml, 10 mg/ml, 20 mg/ml, 40 mg/ml dengan pelarut etanol 96%.

Bakteri Streptococcus pyogenes diisolasi pada media agar darah dan diinkubasi pada suhu 370

3.4Alat dan Bahan Penelitian

C selama 18-24 jam.

3.4.1Alat Penelitian

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah tabung reaksi; gelas ukur; vortex; bunsen; korek api; ose; spatula; cawan petri; alat ukur panjang (penggaris); rak tabung; timbangan; autoclave; baki; kertas; kapas lidi (swab); pengukur waktu (jam); inkubator; label; alat tulis; kamera; laminar air flow; tissue; pinset; alkohol.


(28)

15

3.4.2Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah ekstrak bawang sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.); agar darah; etanol 96% sebagai kontrol negatif; biakan bakteri Streptococcus pyogenes; cakram uji antibiotik Eritromisin sebagai kontrol positif; thioglikolat cair; larutan standar 0,5 Mc Farland; cakram uji kosong (blank disc).

3.5Cara Kerja Penelitian 3.5.1 Tahap Persiapan

3.5.1.1 Sterilisasi Alat dan Bahan

Seluruh alat yang akan digunakan dicuci bersih lalu dikeringkan dan dibungkus dengan kertas. Alat yang sudah dibungkus kertas dimasukan kedalam plastik tahan panas kemudian disterilkan dengan menggunakan autoclave selama 30 menit pada suhu 121°C.

3.5.1.2 Persiapan Sampel

Bawang sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) dibeli dari pasar Parit Besar di daerah Pontianak Kalimantan Barat yang homogen sebanyak 3 kilogram.

3.5.1.3 Pembuatan Ekstrak Umbi Bawang Sabrang

Proses pembuatan ekstrak bawang sabrang dilakukan oleh BALITRO menggunakan metode maserasi. Ekstrak umbi bawang sabrang yang dihasilkan akan digunakan untuk proses penelitian selanjutnya.

3.5.1.4 Proses Aliquote

Setelah didapatkan ekstrak umbi bawang sabrang, ekstrak teersebut di aliquote kedalam beberapa botol ukuran 10 ml yang sebelumnya telah dibungkus kertas coklat.


(29)

16

3.5.1.5 Pembuatan Konsentrasi Ekstrak Umbi Bawang Sabrang

Stok variabel ekstrak umbi bawang sabrang akan dibuat dalam berbagai konsentrasi yaitu 2,5 mg/ml; 5 mg/ml; 10 mg/ml; 20 mg/ml; 40 mg/ml. Etanol 96% sebagai kontrol negatif dan antibiotik Eritromisin sebagai kontrol positif.

3.5.2 Tahap Pengujian

Uji efektivitas ekstrak umbi bawang sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus pyogenes dilakukan dengan menggunakan metode disc diffusion.

Bakteri diencerkan dengan mencampurkan 1 ose suspensi bakteri Streptococcus pyogenes ke dalam tabung reaksi yang berisi tioglikolat cair steril lalu divortex untuk menghomogenkan. Kemudian bandingkan kekeruhannya dengan larutan standar 0,5 Mc Farland serta atur agar kekeruhannya sama. Lalu oleskan larutan bakteri Streptococcus pyogenes menggunakan kapas lidi (swab) steril pada agar darah. Cakram uji kosong direndam didalam masing-masing stok konsentrasi ekstrak bawang sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) selama 10-15 menit, setelah itu cakram dibiarkan kering. Lalu cakram uji yang telah dicelupkan ke ekstrak umbi bawang sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) dan cakram uji antibiotik Eritromisin diletakkan diatas permukaan agar darah secara higienis didalam laminar air flow. Kemudian diinkubasi dalam inkubator pada suhu 37o

Pada penelitian ini pertama kali dilakukan uji pendahuluan untuk melihat efek ekstrak umbi bawang sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus pyogenes. Uji pendahuluan

C selama 20-24 jam, kemudian lakukan pengamatan dengan mengukur diameter zona terang (clear zone) yang mengelilingi cakram yang telah direndam ekstrak umbi bawang sabrang dengan menggunakan penggaris. Jika tidak terdapat zona hambat maka tidak terlihat zona terang disekitar cakram.


(30)

17

menggunakan satu cawan petri agar darah dengan menggunakan konsentraksi ekstrak umbi bawang sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) pada berbagai jenis konsentrasi yang telah ditentukan. Uji pendahuluan mengalami kegagalan sebanyak dua kali karena kontaminasi. Kegagalan yang terjadi karena melakukan pengolesan bakteri tidak didalam laminar air flow, tidak menggunakan masker ketika melakukan pengolesan bakteri, dan melakukan penelitian bersamaan dengan peneliti lain. Kemudia dilakukan perbaikan dengan melakukan pengolesan bakteri didalam laminar air flow, menggunakan masker, dan melakukan penelitian tidak bersamaan dengan peneliti lain. Setelah dilakukan perbaikan, uji pendahuluan berhasil dan selanjutnya dilakukan uji triplo.

Pada uji triplo, pada sekali perlakuan digunakan tiga cawan petri agar darah secara sekaligus dengan menggunakan berbagai konsentrasi ekstrak umbi bawang sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) yang telah ditentukan. Pada uji triplo ini terjadi kegagalan sebanyak empat kali karena bakteri yang terlalu tebal, terkontaminasi, dan bakteri yang tidak tumbuh. Hal tersebut dikarenakan pembuatan larutan bakteri yang terlalu keruh, pengolesan bakteri yang berkali-kali, media agar darah yang mudah terkontaminasi, dan biakan bakteri yang terlalu tipis. Kemudian dilakukan perbaikan dengan membuat larutan bakteri yang kekeruhannya sangat mendekati larutan 0,5 Mc Farland, pengolesan bakteri tidak berkali-kali, dan membuat biakan bakteri yang tidak terlalu tipis. Setelah dilakukan perbaikan, uji triplo berhasil kemudian dilanjutkan dengan pengambilan data dan didapatkan hasil serta pembahasan.


(31)

18

3.6Alur Penelitian

3.7 Analisis Data

Data hasil penelitian ini dianalisis menggunakan analisis statistik SPSS 16.0. Data penelitian ini merupakan variabel numerik dengan lebih dari 2 Pembuatan konsentrasi

ekstrak bawang sabrang (Eleuthrine palmifolia (L.)

Merr.)

Siapkan cawan petri sebanyak konsentrasi ekstrak yang akan

dibuat

Larutkan ekstrak dengan etanol 96% sesuai dengan konsentrasi masing-masing

Masukan ekstrak bawang sabrang dengan ukuran

masing-masing 2,5 mg/ml; 5mg/ml; 10mg/ml; 20 mg/ml; 40mg/ml

Kultur bakteri Streptococcus

pyogenes di media agar darah

Masukan 1 ose Streptococcus

pyogenes dari hasil kultur ke

medium thioglikolat

Thioglikolat cair dan

Streptococcus pyogenes

divortex hingga homogen

Cakram disk yang telah berisi ekstrak diletakan pada media agar darah yang telah ditumbuhi

bakteri

Usapkan bakteri ke media agar darah menggunakan kapas lidi

(swab) steril Kekeruhan distandarisasi menggunakan larutan standar

larutan 0,5 Mc Farland

Rendam cakram disk kedalam masing-masing konsentrasi

selama 10-15 menit

Inkubasi selama 24 jam pada suhu 370C


(32)

19

kelompok sehingga analisis data yang digunakan adalah uji statistik parametrik One-Way ANOVA dengan syarat distribusi data normal dan varian data homogen. Tetapi, bila hasil penelitian ini tidak memenuhi kedua syarat tersebut maka dilakukan uji statistik non-parametrik Kruskal-Wallis.


(33)

20

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Efek Ekstrak Bawang Sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) terhadap Streptococcus pyogenes

Gambar 4.1 dibawah ini menunjukan zona hambat yang diukur dari zona terang yang terbentuk pada berbagai konsentrasi ekstrak bawang sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.).

Gambar 4.1 Zona Hambat Ekstrak Bawang Sabrang (Eleuthrine palmifolia (L.) Merr.) terhadap Pertumbuhan Streptococcus pyogenes pada cawan pertama

2,5 mg/ml

K (+)

5 mg/ml

10 mg/ml

20 mg/ml 40 mg/ml

K (-)


(34)

21

Gambar 4.2 Zona Hambat Ekstrak Bawang Sabrang (Eleuthrine palmifolia (L.) Merr.) terhadap Pertumbuhan Streptococcus pyogenes pada cawan kedua

Gambar 4.3 Zona Hambat Ekstrak Bawang Sabrang (Eleuthrine palmifolia (L.) Merr.) terhadap Pertumbuhan Streptococcus pyogenes pada cawan ketiga

K (-)

K (+)

5mg/ml

10mg/ml 2,5mg/ml

40mg/ml

20mg/ml

K (+)

K (-)

20mg/ml 40mg/ml

10mg/ml 5mg/ml 2,5mg/ml


(35)

22

Gambar 4.4 Efek Hambat Ekstrak Bawang Sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.)

Pada hasil pengamatan, didapatkan berbagai diameter zona hambat yang terbentuk pada masing-masing konsentrasi ekstrak bawang sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) yang digunakan. Rata-rata diameter zona hambat yang terbentuk pada konsentrasi 2,5 mg/ml yaitu 10,00 (10,00-10,00) mm. Pada konsentrasi 5 mg/ml yaitu 10,00 (9,00-11,00) mm. Pada konsentrasi 10 mg/ml sebesar 10,00 (10,00-11,00) mm. Pada konsentrasi 20 mg/ml zona hambat yang yang terbentuk 11,00 (10,00-12,00) mm. Pada konsentrasi 40 mg/ml yaitu 10,00 (10,00-11,00) mm. Zona hambat yang terbentuk pada masing-masing konsentrasi ekstrak umbi bawang sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) menunjukan hambatan pertumbuhan bakteri Streptococcus pyogenes. Hal tersebut berkaitan dengan kandungan antibakteri yang terdapat pada ekstrak umbi bawang sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.). Konsentrasi ekstrak umbi bawang sabrang 20mg/ml menunjukan rata-rata diameter zona hambat yang paling besar diantara rata-rata diameter zona hambat yang terbentuk pada konsentrasi ekstrak umbi bawang sabrang lainnya. Hal ini menunjukan bahwa ekstrak umbi bawang sabrang memiliki puncak aktivitas antibakteri pada konsentrasi 20mg/ml. Pada kontrol positif menggunakan antibiotik Eritromisin didapatkan rata-rata zona terang dengan diameter 31,00 (30,00-31,00) mm. Zona hambat yang terbentuk


(36)

23

berkaitan dengan mekanisme kerja antibiotik Eritromisin yaitu menghambat sintesis protein bakteri dengan berikatan pada ribosom 50S dan menghambat translokasi kompleks tRNA-peptida dari lokasi asam amino ke lokasi peptida sehingga rantai polipeptida bakteri tidak dapat diperpanjang.26 Pada pengujian kontrol negatif menggunakan blanc disk yang direndam dalam larutan etanol 96% tidak terbentuk zona terang yang menunjukan tidak terjadi hambatan pertumbuhan bakteri Streptococcus pyogenes.

Data penelitian ini merupakan variabel numerik lebih dari 2 kelompok maka uji kebermaknaan yang digunakan yaitu One-Way ANOVA.25 Pada uji tersebut terdapat dua syarat yang harus dipenuhi yaitu distribusi data normal dengan p > 0,05 dan variasi data normal dengan p > 0,05.25 Berdasarkan uji statistik Shapiro-Wilk, didapatkan distribusi data tidak normal pada penelitian ini (Lampiran 3) dengan nilai signifikansi 0,000 sehingga diperlukan transformasi data. Setelah dilakukan transformasi data, hasil transformasi data tetap tidak normal dengan nilai signifikansi 0,000. Karena tidak terpenuhinya syarat untuk menggunakan uji One-Way ANOVA maka uji kebermaknaan dilakukan menggunakan uji Kruskal-Wallis.25 Pada uji Kruskal-Wallis nilai signifikansi bermakna jika p < 0,05. Pada penelitian ini hasil uji Kruskal-Wallis (Lampiran 5) didapatkan nilai signifikansi p < 0,05 yang berarti data penelitian ini bermakna sehingga dapat diketahui bahwa paling tidak terdapat perbedaan bermakna antara pengaruh konsentrasi ekstrak 2,5 mg/ml, 5 mg/ml, 10 mg/ml, 20 mg/ml, dan 40 mg/ml terhadap hambatan pertumbuhan bakteri Streptococcus pyogenes. Kemudian perlu dilakukan analisis Post Hoc menggunakan uji Mann-Whitney untuk mengetahui kelompok mana yang memiliki perbedaan secara bermakna.


(37)

24

Tabel 4.1 Hasil Analisis Multikomparasi dengan Uji Mann-Whitney

Perlakuan K (-) 2,5mg/ml 5mg/ml 10mg/ml 20mg/ml 40mg/ml K (+)

K (-) - 0,025* 0,037* 0,034* 0,034* 0,034* 0,034*

2,5mg/ml - 1,000 0,317 0,121 0,317 0,034*

5mg/ml - 0,637 0,261 0,637 0,046*

10mg/ml - 0,346 1,000 0,043*

20mg/ml - 0,346 0,046*

40mg/ml - 0,043*

K(+) -

Keterangan: *Signifikan

Pada uji Mann-Whitney, masing-masing konsentrasi ekstrak bawang sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) dibandingkan dengan kontrol positif yaitu Eritromisin 15μg dan didapatkan perbedaan yang bermakna, hasil serupa juga didapatkan ketika masing-masing konsentrasi ekstrak bawang sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) dibandingkan dengan kontrol negatif yaitu etanol 96%. Hal ini menunjukan bahwa bawang sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) dapat menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus pyogenes namun hambatan pertumbuhan tidak lebih baik daripada kontrol positif yaitu Eritomisin 15μg.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak umbi bawang sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) memiliki aktivitas antibakteri sehingga terbentuk hambatan pertumbuhan bakteri Streptococcus pyogenes. Aktivitas antibakteri ekstrak umbi bawang sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) berhubungan dengan senyawa aktif yang terkandung didalam umbi bawang sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) antara lain polifenol, tanin, flavonoid, eleutherinone, eleutherol, eleutherine, dan isoeleutherine.11


(38)

25

Pada beberapa penelitian terkait, seperti yang dilakukan Mierza, Suryanto, dan Nasution dalam Prosiding Seminar Nasional Biologi (2011) mengenai skrining fitokimia dan uji efek antibakteri ekstrak etanol umbi bawang sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) dengan menggunakan metode disc diffusion, didapatkan bahwa ekstrak etanol umbi bawang sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) memiliki efek antibakteri yang lebih besar pada bakteri Gram positif dibandingkan dengan bakteri Gram negatif. Salah satu bakteri Gram positif yang digunakan yaitu Streptococcus pneumonia yang termasuk dalam genus Streptococcus dan didapatkan konsntrasi hambat minimum (KHM) yaitu 5mg/ml. Namun, pada penelitian ini, bakteri yang digunakan yaitu Streptococcus pyogenes. Perbedaan bakteri yang digunakan menunjukan hasil yang berbeda. Pada penelitian ini, pada konsentrasi ekstrak umbi bawang sabrang yang lebih rendah yaitu konsentrasi ekstrak 2,5mg/ml dapat menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus pyogenes.11

Selain penelitian yang dilakukan Mierza, Suryanto, dan Nasution (2011), dilaporkan pula penelitian terkait seperti yang dilakukan oleh Subramaniam et al (2012) mengenai aktivitas antagonis dari Eleutherine palmifolia Linn. yang termasuk dalam genus Eleutherine, terhadap pertumbuhan mikroorganisme dengan menggunakan metode agar well diffusion. Mikroorganisme yang diujikan pada penelitian ini salah satunya yaitu Streptococcus sp. dan didapatkan hasil bahwa ekstrak etanol umbi Eleutherine palmifolia Linn. dapat menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus sp.. Hasil tersebut sejalan dengan hasil penelitian ini dimana ekstrak umbi bawang sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) yang termasuk dalam genus Eleutherine, dapat menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus pyogenes yang termasuk dalam genus Streptococcus.

Penelitian terkait lainnya antara lain seperti yang dilakukan oleh Limsuwan dan Voravuthikunchai (2013) mengenai aktivitas anti-Streptococcus pyogenes dari beberapa ekstrak tanaman obat yang digunakan pada pengobatan tradisional Thailand dengan menggunakan metode disc diffusion dan metode broth microdilution. Salah satu tanaman yang digunakan pada penelitian ini yaitu Eleutherine americana Merr. yang merupakan salah satu spesies dalam genus


(39)

26

Eleutherine. Bakteri Streptococcus pyogenes didapatkan dari pasien yang mengalami infeksi saluran pernapasan atas dan sensitif terhadap Eritromisin dan Penisilin G. Didapatkan bahwa ekstrak Eleutherine americana Merr. memiliki aktivitas antibakteri yang baik dalam menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus pyogenes.6 Selain Eleutherine americana Merr., aktivitas antibakteri terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus pyogenes terdapat pula dalam spesies lain yang termasuk dalam genus Eleutherine yaitu pada spesies (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) seperti yang digunakan pada penelitian ini.

Efektivitas ekstrak bawang sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) dalam menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus pyogenes termasuk respon hambatan pertumbuhan yang lemah. Rendahnya respon hambatan pertumbuhan bakteri Streptococcus pyogenes pada konsentrasi ekstrak bawang sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) 2,5mg/ml, 5mg/ml, 10mg/ml, 20mg/ml, dan 40mg/ml pada penelitian ini mungkin dikarenakan kekurangan yang terdapat pada penelitian ini, diantaranya tidak diketahui umur panen bawang sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.), bawang sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) yang akan dijadikan sebagai bahan ekstrak tidak diuji kesegarannya, tidak dilakukan uji total kadar senyawa aktif yang terdapat pada ekstrak bawang sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.), tidak dilakukan uji kesterilan ekstrak bawang sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.), dan tidak menggunakan senyawa aktif umbi bawang sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) secara langsung dalam menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus pyogenes. Oleh karena itu, sebelum melakukan ekstraksi sebaiknya diketahui umur panen bawang sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) dan melakukan uji kesegaran bawang sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.). Kemudian setelah didapatkan ekstrak bawang sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) sebaiknya dilakukan uji kesterilan ekstrak dan dilakukan uji total kadar senyawa aktif yang terdapat pada ekstrak. Apabila memungkinkan, dilakukan uji antibakteri umbi bawang sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) dengan menggunakan senyawa aktif secara langsung.


(40)

27

Pada penelitian ini ditemui hambatan antara lain media agar darah yang baik untuk pertumbuhan banyak bakteri sehingga mudah terkontaminasi. Selain itu, karena bakteri Streptococcus pyogenes tidak dapat bertahan hidup lama sehingga membutuhkan banyak media pertumbuhan agar darah untuk membiakan bakteri Streptococcus pyogenes.


(41)

28

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Ekstrak bawang sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) pada konsentrasi ekstrak 2,5 mg/ml, 5 mg/ml, 10 mg/ml, 20 mg/ml, dan 40 mg/ml dapat menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus pyogenes namun termasuk dalam respon hambatan pertumbuhan yang lemah. 2. Ekstrak bawang sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) dengan

konsentrasi 20mg/ml memiliki aktivitas antibakteri yang paling baik dibandingkan dengan konsentrasi 2,5mg/ml, 5mg/ml, 10mg/ml, dan 40mg/ml.

5.2 Saran

1. Melakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh konsentrasi ekstrak bawang sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus pyogenes dengan menggunakan konsentrasi yang lebih tinggi daripada yang digunakan pada penelitian ini.

2. Melakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh senyawa aktif ekstrak bawang sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus pyogenes.

3. Melakukan penelitian lebih lanjut mengenai aktivitas antimikroba ekstrak bawang sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) terhadap mikroorganisme lainnya.

4. Melakukan uji aktivitas antibakteri ekstrak bawang sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) terhadap bakteri Streptococcus pyogenes secara in-vivo.

5. Melakukan penelitian untuk mengetahui umur panen bawang sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) yang akan digunakan sebagai bahan ekstak.


(42)

29

6. Melakukan uji kesegaran bawang sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) sebelum dilakukan ekstraksi.

7. Melakukan uji kesterilan ekstrak bawang sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) sebelum dilakukan penelitian.

8. Melakukan uji total kadar senyawa aktif yang terdapat pada ekstrak bawang sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.).


(43)

30

DAFTAR PUSTAKA

1. Hartono B, Kusumobroto BS, Sugito, Sunaryadi, Kurniasih N, Hardhana B, dkk. Profil Kesehatan Indonesia 2005: Masyarakat yang Mandiri Untuk Hidup Sehat. Jakarta: Departemen Kesehatan Repulik Indonesia; 2007. p. 24

2. Hartono B, Kusumobroto BS, Purwanto H, Hasnawati, Brahim R, dkk. Profil Kesehatan Indonesia 2007. Jakarta: Departemen Kesehatan Repulik Indonesia; 2008. p. 27

3. Soepardi J, Hasnawati, Sitohang V, Brahim R, dkk. Profil Kesehatan Indonesia 2009. Jakarta: Departemen Kesehatan Repulik Indonesia; 2010. p. 33-35

4. Soepardi J, Brahim R, Sitohang V, Zulkarnaen I, dkk. Profil Kesehatan Indonesia 2010. Jakarta: Departemen Kesehatan Repulik Indonesia; 2011.p. 236-237

5. Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang. Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang 2010. ______: Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang; 2011.p. 12

6. Limsuwan S, Voravuthikunchai SP. Anti-Streptococcus pyogenes Activity of Selected Medical Plant Extracts Used in Thai Traditional Medicine. Trop J Pharm Res 2013; 12 (4): 535-540

7. Patterson MJ. Chapter 13 Streptococcus. In: Baron S, editors. Medical Microbiology, 4th Ed. US: The University of Texas Medical Branch at Galveston; 1996 [cited 2014 Feb 13]. Available from

8. Todar, K. Streptococcus pyogenes. Todar’s Online Textbook of Bacteriology. Cited 13 Feb 2014. Available from


(44)

31

9. Streptococcus pyogenes. Available from

10.Kebun tanaman BPOM RI. Available from

11.Mierza V, Suryanto D, Nasution MP. Skrining Fitokimia dan Uji Efek Antibakteri Ekstrak Etanol Umbi Bawang Sabrang (Eleutherinepalmifolia Merr.). Dalam: Hutahean S, Ilyas S, Rahayu S, Berliani K. Prosiding Seminar Nasional Biologi. Medan: USU Press, 2011: 340-351

12.Kuntorini EM, Nugroho LH. Structural Development and Bioactive Content of Red Bulb Plant (Eleutherine americana); A Traditional Medicines for Local Kalimantan People. Biodiversitas 2010; 11(2): 102-106

13.Serimbing ISDB, Isnindar, Iswahyudi. Uji Aktivitas Antioksidan Fraksi Etanol Daun Bawang Mekah (Eleutherine americana Merr.) Dengan Metode DPPH (2,2-difenil-1-pikrilhidrazil). Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura Pontianak.

14.Govaerts R. 2006. World checklist of monocotyledons. The Board of Trustees of the Royal Botanic Gardens(London, UK).

15.Anonim. 2007. Members of the genus Eleutherine. http:// zipcodezoo.com /Plants/E/ Eleutherine_palmifolia/ [ 7 februari 2011]

16.Nur AM. Kapasitas Antioksidan Bawang Dayak (Eleutherine palmifolia) Dalam Bentuk Segar, Simplisia, dan Keripik, Pada Pelarut Nonpolar, Semipolar dan Polar [Skripsi]. Departement of Food Science and Technology, Bogor Agricultural University; 2011

17.Daryono BS, Rahmadani WD, Sudarsono. Identification of Bawang Sabrang (Eleutherine americana Merr. ex K. Heyne) In Indonesia Based on Chromosome Characters. Indonesian J. Pharm 2013; 24 (1): 22-29 18.Goldblatt P. and Henrich JE. Calydorea Herbert (Iridaceae-Tigridieae):


(45)

32

Salpingostylis, Cardiostigma, Itysa and Catila. Annals of the Missouri Botanical Garden1991;78(2): 504-511

19.Galingging RY. Potensi plasma nutfah tanaman obat sebagai sumber biofarmaka di Kalimantan Tengah. Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian 2007; 10 (1): 76-83.

20.Subramaniam K, Suriyamoorthy S, Wahab F, Sharon FB, Rex GR. Antagonistic Activity of Eleutherine palmfolia Linn. Asian Pacific Journal of Tropical Disease 2012; S491-S493

21.Brooks GF, Butel JS, Morse SA. Jawetz, Melnick, & Adelberg Mikrobiologi Kedokteran, Edisi 23. Alih bahasa: Huriawati Hartanto et al. Editor edisi bahasa Indonesia: Retna Neary Elferia et al. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2008

22.Warsa UC. Bagian III Bab 18. Dalam: Editor Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran, Edisi Revisi. Jakarta: Bina Rupa Aksara; 1994

23.Lalitha MK. Manual on Antimicrobial Susceptibility Testing. Vellore: Indian Association of Medical Microbiologist; 2004

24.Jorgensen JH, Ferraro MJ. Antimicrobial Susceptibility Testing: A Review of General Principles and Contemporary Practices. Medical Microbiology 2009; 49: 1749-55

25.Dahlan, M Sopiyudin. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan Edisi 3. Jakarta : Salemba Medika; 2011. P.87-111

26.Setiabudi R dan Gan VHS. Seksi XII Antimikroba Bagian 39 Pengantar Antimikroba. Dalam: Editor Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Farmakologi dan Terapi, Edisi 4. Jakarta: Gaya Baru; 2005


(46)

33

LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil Determinasi Bahan Uji


(47)

34

Lampiran 2 Hasil Ekstraksi Bawang Sabrang


(48)

35

Lampiran 3 Gambar Efek Zona Hambat Ekstrak Bawang Sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) Dengan Range

Gambar Efek Hambat Ekstrak Bawang Sabrang (Eleutehrine palmifolia (L.) Merr.) dengan range


(49)

36

Lampiran 4 Alat dan Bahan Penelitian

Tioglikolat cair Agar Darah Vortex

Autoclave Lemari Pendingin Timbangan


(50)

37

Lampiran 5 Riwayat Penulis

Identitas

Nama : Siti Nashratul Kamillah Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat, Tanggal Lahir : Garut, 20 Juni 1994

Agama : Islam

Alamat : Jl. Cimanuk Gang Bakti No.45, Leuwidaun Kec. Tarogong Kidul, Kab. Garut

Email

Riwayat Pendidikan

1997-1999 : TK Aisyiah 11 Sukasari Bandung 1999-2005 : SD Negeri Sukagalih V Garut 2005-2008 : SMP Negeri 1 Garut

2008-2011 : SMA Negeri 1 Garut

2011-sekarang : Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta


(1)

Salpingostylis, Cardiostigma, Itysa and Catila. Annals of the Missouri Botanical Garden1991;78(2): 504-511

19.Galingging RY. Potensi plasma nutfah tanaman obat sebagai sumber biofarmaka di Kalimantan Tengah. Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian 2007; 10 (1): 76-83.

20.Subramaniam K, Suriyamoorthy S, Wahab F, Sharon FB, Rex GR. Antagonistic Activity of Eleutherine palmfolia Linn. Asian Pacific Journal of Tropical Disease 2012; S491-S493

21.Brooks GF, Butel JS, Morse SA. Jawetz, Melnick, & Adelberg Mikrobiologi Kedokteran, Edisi 23. Alih bahasa: Huriawati Hartanto et al. Editor edisi bahasa Indonesia: Retna Neary Elferia et al. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2008

22.Warsa UC. Bagian III Bab 18. Dalam: Editor Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran, Edisi Revisi. Jakarta: Bina Rupa Aksara; 1994

23.Lalitha MK. Manual on Antimicrobial Susceptibility Testing. Vellore: Indian Association of Medical Microbiologist; 2004

24.Jorgensen JH, Ferraro MJ. Antimicrobial Susceptibility Testing: A Review of General Principles and Contemporary Practices. Medical Microbiology 2009; 49: 1749-55

25.Dahlan, M Sopiyudin. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan Edisi 3. Jakarta : Salemba Medika; 2011. P.87-111

26.Setiabudi R dan Gan VHS. Seksi XII Antimikroba Bagian 39 Pengantar Antimikroba. Dalam: Editor Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Farmakologi dan Terapi, Edisi 4. Jakarta: Gaya Baru; 2005


(2)

Lampiran 1


(3)

Lampiran 2 Hasil Ekstraksi Bawang Sabrang


(4)

Gambar Efek Zona Hambat Ekstrak Bawang Sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) Dengan Range

Gambar Efek Hambat Ekstrak Bawang Sabrang (Eleutehrine palmifolia (L.) Merr.) dengan range


(5)

Lampiran 4 Alat dan Bahan Penelitian

Tioglikolat cair Agar Darah Vortex

Autoclave Lemari Pendingin Timbangan


(6)

Riwayat Penulis

Identitas

Nama : Siti Nashratul Kamillah Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat, Tanggal Lahir : Garut, 20 Juni 1994

Agama : Islam

Alamat : Jl. Cimanuk Gang Bakti No.45, Leuwidaun Kec. Tarogong Kidul, Kab. Garut

Email

Riwayat Pendidikan

1997-1999 : TK Aisyiah 11 Sukasari Bandung 1999-2005 : SD Negeri Sukagalih V Garut 2005-2008 : SMP Negeri 1 Garut

2008-2011 : SMA Negeri 1 Garut

2011-sekarang : Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta