2.1.6 Penegakan diagnosis dan klasifikasi kusta
Diagnosis penyakit kusta dapat ditegakkan berdasarkan pemeriksaan klinis dan didukung dengan pemeriksaan slit skin smear. Diagnosis kusta ditegakkan
bila memenuhi satu atau lebih dari tanda kardinal sebagai berikut: WHO,1997. 1. Lesi kulit disertai anestesi.
Lesi kulit dapat berupa makula, atau plak eritema berwarna seperti tembaga, hipopigmentasi, hiperpigmentasi, dapat juga berupa infiltrasi atau edema. Jumlah
lesi dapat tunggal atau multipel. Hilangnya fungsi kelenjar menyebabkan permukaan lesi tampak kering, kasar, berkeringat atau berkilap. Folikel rambut
dapat menghilang. Anestesi atau gangguan hingga hilangnya fungsi sensorik terhadap rasa raba, nyeri, dan suhu dapat ditemukan pada lesi dan area yang
dipersarafi oleh saraf perifer. Pada kusta tipe lepromatosa dapat juga mengenai area di luar persarafan yang terlibat.
2. Penebalan saraf tepi
Pembesaran saraf tepi biasanya baru ditemukan setelah adanya lesi kulit, paling sering mengenai nervus ulnaris dan nervus peroneus komunis. Pembesaran saraf
multipel umumnya lebih sering ditemukan pada kusta tipe MB. Pemeriksaan saraf meliputi pemeriksaan nervus supraorbital, nervus aurikularis magnus, nervus
ulnaris, nervus radialis, nervus medianus, nevus poplitea lateralis, nervus peroneus, dan nervus tibialis posterior WHO, 1997.
3. Pemeriksaan slit skin smear ditemukan basil tahan asam
Pemeriksaan slit skin smear memiliki spesifisitas 100 dengan sensitivitas lebih rendah sekitar 10-50. Hapusan kulit dapat diambil dari kedua lobus telinga, lesi
kulit, bagian dorsum interfalang digiti III manus, dan bagian dorsum digiti I pedis. Pewarnaan dilakukan dengan metode Ziehl-Neelsen. Berdasarkan pemeriksaan
slit skin smear dapat ditentukan IB dan indeks morfologis IM yang membantu dalam menentukan tipe kusta dan evaluasi terapi. Indeks bakteriologi merupakan
ukuran semi kuantitatif kepadatan BTA dalam sediaan hapus yang dihitung menurut skala logaritma Ridley. Nilai IB berkisar dari terendah +1 yang
mengandung jumlah bakteri paling sedikit, hingga +6 yang mengandung jumlah bakteri paling banyak pada setiap lapangan pandang WHO,1997.
Klasifikasi kusta sangat penting dalam menentukan regimen pengobatan, prognosis, komplikasi, perencanaan operasional, dan untuk identifikasi pasien
yang kemungkinan besar akan menderita cacat. Klasifikasi kusta yang sering digunakan adalah klasifikasi berdasarkan atas Ridley dan Jopling 1966 yang
membagi kusta menjadi lima spektrum berdasarkan pada kriteria klinis, bakteriologis, imunologis dan histopatologis seperti yang ditunjukkan pada Tabel
2.1. Lima spektrum kusta tersebut yaitu kusta tipe tuberkuloid atau tuberculoid tuberculoid TT, kusta tipe lepromatosa atau lepromatous lepromatous LL, dan
kusta tipe borderline. Kusta tipe borderline terdiri atas tiga tipe yaitu kusta borderline-borderline BB, borderline tuberculoid BT, dan borderline
lepromatous atau BL. Pada fase awal perjalanan alamiah penyakit kusta dapat terbentuk tipe inderterminate Suzuki et al, 2012.
Tabel 2.1
Klasifikasi kusta Ridley dan Jopling Suzuki et al, 2012 Lesi
TT BT
BB BL
LL Jumlah
biasanya tunggal
sampai dengan 3
lesi sedikit
sampai dengan 10
lesi beberapa
10-30 lesi
banyak asimetris
30 lesi tidak
terhitung, simetris
Ukuran bervariasi,
umumnya besar
bervariasi, beberapa
besar Bervariasi
kecil, beberapa
dapat besar kecil
Permukaan kering,
dengan skuama
kering, dengan
skuama, terlihat
cerah, infiltrasi
kusam atau sediki
mengkilap mengkilap mengkilap
Sensasi absen
menurun dengan
jelas menurun
sedang sedikit
menurun menurun
minimal, atau
normal
Pertumbuhan rambut
absen menurun
dengan jelas
menurun sedang
sedikit menurun
normal pada tahap
awal
BTA negatif
negatif atau sedikit
jumlah sedang
banyak banyak
sekali termasuk
globi
Reaktivitas lepromin
positif kuat +++
positif lemah +
atau ++ negatif
atau positif lemah
negatif negatif
Berdasarkan kepentingan pengobatan dan untuk memudahkan petugas lapangan, WHO mengklasifikasikan kusta menjadi dua tipe berdasarkan jumlah
lesi kulit yaitu kusta tipe MB terdiri atas lebih dari 5 lesi kulit, dan PB lesi tunggal single lession paucibacillary atau SLPB, dan PB dua hingga lima lesi kulit.
Apabila didapatkan hasil IB yang positif diklasifikasikan menjadi tipe MB tanpa
memandang jumlah lesi seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2.2 Northern Territory Government, 2010.
Tabel 2.2
Klasifikasi penyakit kusta berdasarkan WHO Northern Territory Government, 2010
Klasifikasi klinis SLPB
PB MB
Jumlah lesi kulit Hanya 1 lesi
2- 5 lesi 6 atau lebih lesi
DAN Sediaan hapusan
Negatif pada semua area
Negatif pada semua area
Positif pada semua area
Distribusi -
Asimetris Lebih simetris
Hilangnya sensasi
Terbatas Terbatas
Luas Kerusakan saraf
Saraf dibadan tidak terlibat
Hanya 1 saraf dibadan yang
terlibat Banyak saraf
dibadan yang terlibat
Korelasi dengan Ridley dan Jopling
I, TT, BT TT, kebanyakan
BT Beberapa BT, BB,
BL, LL
2.1.7 Pengobatan kusta